ARTIKEL ILMIAH STRATA 1 (S1)
PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL
Oleh Dewa Gede Astana NIM : 2008 06 061 Program Studi Desain Komunikasi Visual Jurusan Desain
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013
PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL Dewa Gede Astana 1.
Desain, Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar, Jalan Nusa Indah, Denpasar, 80235, Indonesia 2.
Sanggar Kukuruyuk, Jalan Patimura, Denpasar 80235, Indonesia
Email:
[email protected]
ABSTRAK PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL Dongeng merupakan salah satu warisan budaya bangsa diwariskan secara turun-temurun bertujuan untuk menghibur anak-anak. Selain sebagai media penghibur, dongeng juga berperan dalam mendidik moral anak-anak dalam bersosialisasi dengan masyarakat. Dongeng Bali sendiri merupakan bagian dari dongeng nusantara yang berperan penting dalam mendidik moral anak-anak khususnya di daerah Bali. Namun seiring berjalannya waktu serta pengaruh modernisasi di bidang teknologi dan informasi, Dongeng Bali semakin ditinggalkan masyarakat. Hal itu diperparah dengan semakin susahnya menemukan bacaan tentang Dongeng Bali di toko-toko buku. Oleh karena itu perlu adanya tindakan pelestarian terhadap Dongeng Bali demi terjaganya keutuhan budaya bangsa. Salah satu tindakan pelestarian tersebut adalah melalui pemanfaatan ilmu Desain Komunikasi Visual. Dalam kegiatan pelestarian ini diperlukan perencanaan baik secara konseptual maupun visual yang bertujuan untuk memperoleh media komunikasi visual yang efektif dan komunikatif untuk kegiatan pelestarian Dongeng Bali sehingga mendapat tanggapan dari masyarakat khususnya anak-anak. Melalui metode penelitian, data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, kepustakaan dan dokumentasi di Sanggar Kukuruyuk disesuaikan kembali dengan strategi pelestarian. Teori yang digunakan dalam studi ini adalah teori Gaya Belajar oleh DePorter dkk dan teori Kominikasi oleh Liliweri. Kemudian diolah melalui analisis deskriptif kualitatif dan sintesa sehingga diperoleh konsep dasar desain. “Fantasi” merupakan konsep dasar yang relevan digunakan pada proses desain komunikasi visual untuk pelestarain Dongeng Bali. Konsep tersebut sesuai dengan sasaran target umur usia 6 - 12 tahun yang senang dengan sesuatu yang ceria, berwarna serta dunia imajinasi yang luas. Dalam proses desain, telah ditentukan media yang tepat dan sesuai yaitu Dongeng Intetraktif dan Buku Dongeng dengan media pendukungnya yaitu Iklan Tabloid, Spanduk, Poster, Pembatas Buku, Gantungan Pintu, Stiker, Jadwal Mata Pelajaran dan Katalog. Kata Kunci fantasi.
: desain, media komunikasi visual, Dongeng Bali
i
ABSTRACT PRESERVATION OF BALINESE TALES THROUGH VISUAL COMMUNICATION MEDIA Tale is one of the nation's cultural heritage passed down from generation to generation aims to entertain the children. Apart from being an entertainer media, tales also play a role in educating children’s moral in socializing with people. Balinese tale itself is part of the archipelago’s tales which has an important role in educating children’s moral, especially in Bali. But, as the time passed, and the influence of modernization in the field of technology and information, the Balinese tale is abandoned by people. It is getting worse that people are difficult to find books about Balinese tales at the bookstores. Therefore, it is necessary to have preservation action to Balinese tales in order to keep the integrity of national culture. One of the preservation actions is conducted through the use of Visual Communication Design. In this preservation activity, we need plans either conceptually or visually that functions to obtain communicative and effective visual communication media for the Balinese tales preservation activity; so that it will be responded by the public, especially the children. Through research method, the data which have been obtained from the observation, interview, literary and documentation at Sanggar Kukuruyuk, that is readjusted with preservation strategy. The theory that was applied in this study was Learning Style Theory which was proposed by DePorter et al and Comunication Theory which was proposed by Liliweri. Then, the data was processed by the analysis of descriptive qualitative and synthesis until the basic concept of design was acquired. “Fantasy” is the relevant basic concept which is used in designing process of visual communication for the Balinese Tales preservation. The concept is suitable with the audience targets of 6-12 years old who are happy with something cheerful, colorful and a wide imaginative world. In designing process, it is already determined the precise and appropriate media, there are Interactive Tales and Balinese Tale book with the supporting media there are Tabloid Ads, Banners, Poster, Border Books, Door Hanger, Sticker, Lesson Schedule and Catalog. Keywords
: design, visual communication media, Balinese Tales, fantasy
ii
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal atau fiktif. Sementara itu Dongeng Bali merupakan cerita fiktif yang berkembang di daerah Bali dan bersifat anonim berhubungan dengan kejadian masa lampau diwariskan turun – temurun melalui penyampaian lisan. Dongeng Bali adalah salah satu cerita yang berkembang di masyarakat dan disebarkan secara lisan sehingga tidak tertutup kemungkinan Dongeng Bali ini ada juga di masyarakat lain seperti di Jawa, Sumatra, Kalimantan dan daerah lain di Indonesia dengan versi yang beragam. Dongeng Bali memiliki ciri khas menceritakan kisah kebaikan melawan kejahatan dan hampir sama dengan dongeng – dongeng yang berkembang di nusantara (Wawancara dengan Made Taro. 16 Oktober 2012. Bertempat di Jl. Wirasatya V Denpasar, Pukul 16.00 Wita). Dongeng adalah cerita fiktif atau cerita imajinatif. Oleh karena itu di dalam dongeng ada tokoh, watak tokoh, alur, latar dan unsur cerita lainnya. Perbedaan yang mencolok dengan cerita - cerita lainnya adalah pada kefiksiannya. Kita dapat menemukan manusia yang bisa terbang atau binatang bisa bicara di dalam dongeng. Dongeng dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain yaitu Fabel (cerita binatang), Cerita Jenaka (cerita lucu), Legenda (cerita berkaitan dengan asal - usul tempat), Mite (cerita dewa - dewi, makhluk halus dan hal - hal gaib), Sage (cerita dongeng yang mengandung unsur sejarah), dan Parabel (cerita yang berisi unsur pendidikan atau keagamaan) (Wawancara dengan Made Taro. 16 Oktober 2012. Bertempat di Jl. Wirasatya V Denpasar. Pukul 16.00 Wita). Dongeng memiliki peran penting sebagai media pendidikan dan pembelajaran tentang moral khususnya bagi anak - anak usia 6 – 12 tahun. Setiap cerita dalam dongeng biasanya mengandung pesan - pesan positif yang bertujuan untuk mengajarkan pada anak - anak untuk bersikap bijaksana. Selain itu dongeng juga berperan dalam menanamkan nilai - nilai luhur bangsa. Nilai-nilai luhur itu merupakan nilai universal yang mengandung etika, pengendalian diri, karma phala dan lain – lain. Nilai-nilai ini kemudian nantinya diharapkan merasuk dalam imajinasi dan alam pikiran anak-anak serta membangkitkan rasa optimisme anak - anak terhadap masa depan. Mendengarkan ataupun membaca dongeng adalah peluang untuk mengembangkan imajinasi yang lincah, bebas dan kreatif. Begitu juga halnya dengan dongeng daerah Bali yang merupakan salah satu kekayaan peninggalan budaya warisan leluhur dan menjadi ciri khas bangsa. Meng Kuuk dan Siap Selem, Ni Diah Tantri, Kebo Iwa dan lain sebagainya adalah beberapa dongeng yang berasal dari Bali yang setia menghibur dan memancing daya imajinasi anak - anak Bali pada jaman dahulu hingga sekarang. Seiring perkembangan jaman, Dongeng Bali perlahan-lahan mulai ditinggalkan dan masyarakat khususnya anak - anak beralih pada cerita-cerita yang berasal dari luar negeri. Begitu pula dengan keberadaan buku-buku tentang Dongeng Bali yang semakin susah diperoleh di toko-toko buku. Pecinta sekaligus pelestari cerita rakyat dan Dongeng Bali Drs. Made Taro mengaku sangat mencemaskan keberadaan cerita rakyat dan Dongeng Bali yang kini makin terdesak oleh cerita – cerita produk impor. Salah satu buktinya, buku Dongeng Bali ataupun cerita rakyat Bali itu kini sudah sangat sulit diperoleh di toko-toko buku lantaran memang sudah sangat jarang ada pihak yang mau menerbitkannya. Khawatir Dongeng Bali itu akan hilang dimakan zaman, pendiri Sanggar Kukuruyuk ini mendesak Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) dan Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali kembali membangkitkan cerita rakyat dan Dongeng Bali itu sebagai bahan bacaan wajib bagi siswa-siswa di jenjang SD dan SMP (Natanews, Senin 30 juli 2012). Semakin sedikitnya buku – buku, kurang kreatifnya tampilan buku serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap Dongeng Bali membuat warisan budaya ini perlahan – lahan mulai dilupakan. Untuk menghindari hal tersebut perlu dilakukan tindakan pelestarian untuk mencegah semakin terlupakannya Dongeng Bali. Pengertian pelestarian yang dikemukakan oleh International of Federation Library Association (IFLA) dan ditetapkan sebagai pedoman pelestarian oleh Pertustakaan Nasional Indonesia, mencakup tiga aspek yaitu : a. Semua aspek usaha untuk melestarikan bahan-bahan, cara-cara untuk pengelolaan, keuangan, sumberdaya manusia pelaksanaannya, metode dan teknik-teknik penyimpanan bahan-bahan pustaka;
1
b. Semua kebijakan dan kegiatan yang bersangkutan dengan pengawetan atau konservasi, yaitu caracara khusus untuk melindungi bahan-bahan pustaka demi kelestarian bahan-bahan pustaka tersebut; c. Semua langkah untuk mempertimbangakan dan melaksanakan pemugaran atau restorasi, yaitu caracara yang digunakan untuk memperbaiki bahan-bahan pustaka yang rusak. (http://pejalantangguh.blogspot.com/2007/11/pelestarian-definisi-dan-permasalahan.html) diunduh 13/9/12. Konsep awal pelestarian adalah konservasi, yaitu upaya melestarikan dan melindungi sekaligus memanfaatkan sumber daya suatu tempat dengan adaptasi terhadap fungsi baru, tanpa menghilangkan makna kehidupan budaya (Pontoh,1992:36). Adapun tindakan pelestarian yang penulis lakukan nantinya adalah melalui pemanfaatan ilmu Desain Komunikasi Visual dengan merancang media cetak maupun elektronik mengenai Dongeng Bali yang nantinya akan dilihat oleh masyarakat khususnya anak–anak. Melalui kegiatan ini diharapkan timbul rasa memiliki dan rasa cinta anak – anak terhadap Dongeng Bali.
1.2 Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas adalah sebagai berikut: 1. Media komunikasi visual apa yang efektif, komunikatif untuk kegiatan pelestarian Dongeng Bali sesuai dengan target audience yaitu anak-anak usia 6 – 12 tahun? 2. Bagaimanakah merancang media komunikasi visual yang efektif, komunikatif untuk pelestarian Dongeng Bali?
1.3 Batasan Masalah Batasan masalah yang akan dibahas adalah media yang akan dibuat sebagai sarana pelestarian Dongeng Bali agar terlihat lebih menarik dan komunikatif sehingga dapat diterima masyarakat. Batasan masalah menitikberatkan pada proses desain media pelestarian Dongeng Bali berupa media cetak dan media elektronik. Dongeng Bali yang akan diangkat dalam kasus ini adalah dongeng Siap Selem dan Meng Kuuk. Adapun media media yang akan dibuat yaitu Dongeng Interaktif (CD-ROM Interaktif), Buku Dongeng, Stiker, Pembatas Buku, Jadwal Mata Pelajaran, Iklan Tabloid, Spanduk, Poster, Gantungan Pintu dan Katalog.
1.4 Tujuan dan Manfaat Desain Adapun tujuan kegiatan desain dalam upaya pelestarian Dongeng Bali diuraikan sebagai berikut :
1.4.1 Tujuan Tujuan dari desain ini adalah dapat menjawab berbagai pertanyaan yang timbul sesuai dengan rumusan masalah yang akan dijawab dan diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan yang berguna baik bagi pembaca, penulis dan masyarakat khususnya anak-anak yang dijabarkan sebagai berikut :
a. Tujuan Khusus 1) Menciptakan dan menghasilkan media komunikasi visual yang efektif dan komunikatif untuk kegiatan pelestarian Dongeng Bali sesuai dengan target audience yaitu anak-anak usia 6 - 12 tahun. 2) Menghasilkan media komunikasi visual yang efektif dan komunikatif melalui proses merancang dan mengacu pada target audience.
b. Tujuan Umum 1) Mahasiswa mampu menciptakan media komunikasi untuk turut serta dalam usaha melestarikan Dongeng Bali 2) Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat khususnya anak –anak usia 6 – 12 tahun mengenal dan mencintai Dongeng Bali sebagai budaya yang diwariskan secara turun – temurun oleh leluhur Bali.
2
1.4.2 Manfaat Adapun manfaat yang diharapkan dari karya Tugas Akhir ini antara lain sebagai berikut : a. Bagi Mahasiswa Mahasiswa mampu merancang media komunikasi visual yang efektif, komunikatif dalam upaya pelestarian Dongeng Bali b. Bagi Lembaga (ISI) Bagi lembaga (ISI) kegiatan ini bermanfaat untuk menambah referensi bagi akademis khususnya desain komunikasi visual mengenai desain media untuk kegiatan sosial dalam pelestarian Dongeng Bali c. Bagi Target Audience (Anak-Anak Usia 6 – 12 Tahun) Anak – anak mengenal dan mencintai warisan budaya daerah khususnya Dongeng Bali. 1.6 Metode Pengumpulan Data Dalam hal desain terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data untuk memudahkan sistem kerja. Metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk kasus desain ini kemudian dianalisa dan dicari sintesanya. Dalam proses desain ini, data-data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data Primer yang digunakan terdiri dari metode observasi dan metode wawancara sedangkan Data Sekunder yang digunakan terdiri dari metode kepustakaan dan dokumentasi.
1.7 Metode Analisis Data Metode Analisa data merupakan cara atau langkah pemikiran peneliti untuk mengolah data yang berhasil dikumpulkan dan merupakan tindak lanjut dari usaha untuk menguji kebenaran. Dalam hal ini metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis SWOT. Analisis ini dilakukan dengan mengkaji hal atau gagasan yang akan dinilai dengan cara memilah dan menginventarisasi sebanyak mungkin segi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (oportunity) dan ancaman (threat). Hasil kajian dari keempat segi ini kemudian disimpulkan meliputi strategi pemecahan masalah, perbaikan, pengembangan dan optimalisasi (Sarwono,2007: 18).
1.8 Indikator Indikator yang digunakan dalam menilai desain pada media dalam upaya pelestarian Dongeng Bali nantinya adalah fungsional, komunikatif, informatif, ergonomis, artistik, unity, simplicity, kreatif, surprise, dan etis.
2. IDENTIFIKASI DAN ANALISA DATA 2.1 Data Teoritis / Aktual Data teoritis atau data aktual adalah data yang mengacu pada sumber-sumber data ilmiah dan literatur mengenai teori tentang media komunikasi visual yang berhubungan dengan konsep pengerjaan Tugas Akhir.
2.1.1 Pengertian Objek / Kasus Pada Tugas Akhir ini judul kasus yang diangkat adalah “Pelestarian Dongeng Bali melalui Media Desain Komunikasi Visual”. Dimana dari judul tersebut dapat diartikan sebagai upaya pelestarian budaya lokal berupa Dongeng Bali dengan pemikiran yang dituangkan melalui sarana penyampaian pesan berupa gambar maupun tulisan yang dapat dinikmati dengan penglihatan secara langsung. Keberadaan informasi tentang Dongeng Bali di media cetak maupun media elektronik masih sangat minim. Keberadaan buku dongeng di toko buku semakin jarang. Dan tidak banyak pihak yang mau menerbitkan buku Dongeng Bali. Begitu pula pola prilaku masyarakat yang lebih memilih ceritacerita impor daripada Dongeng Bali. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan terutama bagi budaya Bali itu sendiri. Dalam hal ini penulis melakukan kegiatan perancangan media yang yang nantinya
3
diharapkan mampu membuat masyarakat khususnya anak–anak mencintai dan bangga terhadap Dongeng Bali.
2.1.2 Aspek-Aspek Desain Komunikasi Visual Aspek-aspek desain komunikasi visual merupakan aspek yang diperlukan dalam perancangan suatu media yang berhubungan dengan Tugas Akhir. Aspek desain komunikasi visual antara lain berupa media, ilustrasi, warna, tipografi, ukuran huruf dan teks.
2.1.3 Prinsip Desain Komunikasi Visual Prinsip desain merupakan suatu prinsip atau acuan yang harus diketahui untuk menghasilkan desain yang baik untuk tampilan media. Adapun bagian – bagian dari prinsip desain yang digunakan dalam Tugas Akhir ini yaitu prinsip keseimbangan, prinsip ritme, prinsip kesatuan, tata letak dan komposisi (layout).
2.1.4 Aspek Teknis Perwujudan Visual desain dalam kegiatan pelestarian Dongeng Bali nantinya harus memiliki kesatuan konsep dalam perwujudannya. Oleh karena itu diperlukan aspek teknis perwujudan pada suatu desain untuk mewujudkan kesatuan konsep tersebut. Teknis perwujudan yang dimaksud terdiri dari bahan dan teknik cetak.
2.1.5 Teori Sosial yang Mendukung Kasus Berikut merupakan teori sosial yang digunakan dalam merancang media untuk pelestarian Dongeng Bali : a. Teori komunikasi Komunikasi massa secara umum merupakan sebuah proses yang melukiskan bagaimana komunikator secara profesional menggunakan teknologi pembagi dalam menyebarluaskan pengalamannya yang melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak. Proses lebih lanjut memiliki unsur yang istimewa, yaitu penggunaan saluran. Teknologi pembagi atau media dengan massa yang disebut saluran dipergunakan untuk mengirim pesan yang melintasi jarak jauh misalnya buku, pamflet, poster, majalah, surat kabar, rekaman-rekaman, televisi, bahkan saat ini menggunakan komputer ditambah dengan aplikasi dan jaringan telepon serta satelit. (Liliweri, 1991; 36) b. Teori Gaya Belajar Menyampaikan suatu pesan terhadap anak–anak tentunya harus menggunakan metode yang berbeda dengan penyampaian pesan pada orang dewasa. Masing–masing anak biasanya memiliki tipe yang berbeda–beda dalam menangkap suatu pesan yang disampaikan oleh suatu media, buku cerita dan sebagainya. Berikut merupakan tiga tipe gaya belajar menurut Deporter dkk dalam bukunya Quantum Learning Psikology (2001:112-118) yang akan digunakan dalam menyampaikan pesan melalui media pelestarian Dongeng Bali: 1) Visual (Visual Learners) Gaya belajar seperti ini menjelaskan bahwa kita harus melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini : 1) kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, 2) memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, 3) memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, 4) memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, 5) terlalu reaktif terhadap suara, 6) sulit mengikuti anjuran secara lisan, 7) seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
4
Untuk mengatasi ragam masalah di atas, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan, sehingga belajar tetap bisa dilakukan dengan memberikan hasil yang menggembirakan. Pendekatan tersebut seperti menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pesan. Perangkat grafis itu bisa berupa film, slide, gambar ilustrasi, coretan-coretan, kartu bergambar, catatan dan kartu-kartu gambar berseri yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan. 2) Auditory Learners Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca. 3) Kinesthetic Learners Kinesthetic Learners mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya. Beberapa ciri-ciri individu seperti ini adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya, menggunakan jari sebagai petunjuk, menyukai buku-buku yang mencerminkan aksi gerakan tubuh. Dalam perancangan media pelestarian Dongeng Bali akan menggunakan teori komunikasi dengan memanfaatkan kombinasi dari tiga gaya belajar menurut DePorter dkk. Penyampaian pesan yang hanya berupa teks tentunya tidak menarik bagi anak-anak. Sehingga perlu dimasukan unsur visual, auditory dan kinesthetic pada media pelestarian Dongeng Bali. Dengan menggunakan ketiga gaya belajar tersebut diharapkan anak-anak tertarik, nyaman, dan senang terhadap media pelestarian Dongeng Bali. Gaya visual diaplikasikan dalam media dengan ilustrasi seperti buku dongeng dan dongeng interaktif. Gaya auditory diaplikasikan pada media yang berisi gambar/ilustrasi, teks dan tambahan unsur audio. Audio ini berupa musik dan narasi tentang cerita dongeng dari pengisi suara sehingga anak tidak hanya melihat dan membaca tetapi juga mendengar penuturan cerita yang dilakukan pengisi suara dari media. Sedangkan gaya kinesthetic diaplikasikan dalam tombol-tombol yang ada dalam media dongeng interaktif sehingga anak-anak dapat menikmati cerita dongeng dengan sentuhan.
2.2
Data Lapangan / Faktual
Data Faktual merupakan data-data yang diambil berdasar fakta yang ada dilapangan. Fakta artinya peristiwa, sesuatu yang terjadi sungguh-sungguh, sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi (Anwar, 2003:137).
2.2.1 Nama Objek / Kasus Pada pengantar karya Tugas Akhir ini, penulis mengangkat judul “Pelestrian Dongeng Bali melalui Media Komunikasi Visual”. Dimana judul tersebut dapat diartikan sebagai upaya pelestarian budaya lokal berupa Dongeng Bali dengan pemikiran yang dituangkan melalui sarana penyampaian pesan berupa gambar maupun tulisan dan dapat dinikmati dengan penglihatan secara langsung. Penelitian untuk memperoleh data-data mengenai Dongeng Bali dilakukan bersama dengan Sanggar Kukuruyuk yang dikelola oleh Made Taro.
5
2.2.2 Data-data Lembaga Berikut merupakan data-data lembaga yang diperoleh penulis dalam usaha pelestarain Dongeng Bali melalui media komunikasi visual : a. Nama lembaga : Sanggar Kukuruyuk b. Pengelola : Made Taro c. Alamat : Jl. Patimura, Denpasar d. Peta lokasi lembaga :
Gambar 2.18 Lokasi Sanggar Kukuruyuk e. Telepon : 08133 744 0680 f. Profil singkat : Objek yang digunakan untuk mengumpulkan data-data dalam perancangan ini adalah Sanggar Kukuruyuk. Sanggar Kukuruyuk merupakan sebuah sanggar yang didirikan oleh Made Taro. Terbentuknya Sanggar Kukuruyuk terinspirasi dari kecintaan Made Taro terhadap dunia anak-anak. Waktu ia jalan-jalan di mess guru-guru SMA dan melihat anak-anak tetangganya yang melamun. Made Taro yang masa kecilnya diwarnai dengan kegiatan ceria di Desa Sengkidu, Karangasem ini tergerak hatinya untuk mengajak anak tersebut bermain, membuatkan mobil-mobilan dan layang-layangan. Setelah itu ia mencoba bercerita tentang dongeng dan ternyata anak-anak tersebut senang sehingga Made Taro dan anak-anak makin akrab. Semenjak saat itu Made Taro semakin sering bercengkrama dengan anak-anak hingga pada tahun 1973 beliau mendirikan semacam sanggar cerita yang pada waktu itu belum diberi nama. Di sanggar ini beliau mengembangkan kegemarannya menceritakan dongeng dan permainan tradisional sehingga anak-anak memperoleh aktivitas tambahan yang menyenangkan setalah selesai sekolah. Setelah stasiun TVRI Denpasar berdiri pada tahun 1978, Made Taro mendirikan Teater Si Pakupaku di SMA 2 Denpasar. Teater Si Paku-paku yang sebelumnya sering mengudara di RRI Denpasar mengkhususkan kegiatan drama televisi dan musikalisasi puisi berbahasa Indonesia dan Bali. Di selasela sibuk menggarap beberapa tayangan tiba-tiba ada usul agar Made taro mendirikan sanggar anakanak untuk tampil di televisi. Usul ini disambut Made Taro sehingga muncullah nama Sanggar Kukuruyuk.
2.2.3 Sarana Komunikasi yang Ada Sarana yang telah ada dalam upaya pelestarian dongen bali sebelumnya adalah berupa buku dongeng Bali dengan ilustrasi hitam-putih.
6
2.2.4 Potensi Kasus Dongeng merupakan suatu cerita yang sarat dengan muatan pesan moral dan berperan dalam menanamkan nilai-nilai luhur bangsa. Dongeng berperan dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran, kebijaksanaan rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, moral maupun kebiasaan sehari-hari tentang pentingnya menggosok gigi dan pentingnya memelihara buang sampah pada tempatnya. Melalui dongeng anak-anak diharapkan lebih mudah menyerap nilai tersebut dan tokoh-tokoh dalam dongeng berperan menjadi contoh atau teladan bagi anak. Dongeng memiliki daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Sebelum anak-anak tidur kerap kali mereka meminta diceritakan atau dibacakan dongeng oleh ibu, nenek atau orang terdekatnya. Meski dapat ditafsirkan dongeng tidak selamanya dan tidak semuanya menyenangkan, namun kenyataannya dongeng mampu membuat anak-anak mudah tertidur. Disamping itu dongeng efektif memberikan rileksasi dan memiliki potensi untuk mendukung pertumbuhkembangan mental anak. Mendengarkan atau membaca dongeng memiliki banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah mampu mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, membangkitkan rasa optimisme anak-anak terhadap masa depan, mengembangkan kemampuan berbicara anak, mengembangkan daya sosialisasi anak terutama sosialisasi dengan orang tuanya. Selain pemaparan diatas, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang tidak kalah efektif utnuk memberikan sentuhan manusiawi dan sportifitas bagi anak. Melalui dongeng pula jelajah cakrawala pemikiran anak menjadi lebih baik, lebih kritis, dan cerdas. Anak juga bisa membedakan mana yang patut ditiru dan mana yang tidak patut ditiru. Hal ini akan membantu mereka mengidentifitkasi diri dengan lingkungan serta memposisikan diri di tengah-tengah masyarakat. Sebaliknya, anak yang kurang mendapat imajinasi bisa berakibat pada pergaulan yang kurang, sulit bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Dongeng Bali merupakan salah satu warisan kebudayaan Bali yang rentang terhadap kepunahan. Dongeng Bali diceritakan melalui pemaparan orang (pendongeng) atau dari buku bacaan dongeng. Dongeng biasanya berkembang dari penyampaian lisan dari satu orang ke orang lain tanpa sumber tertulis yang jelas. Adapun kegiatan pelestarian terhadap kebudayaan ini telah dilakukan dengan menerbitkan buku–buku tentang cerita dan Dongeng Bali ke toko–toko buku yang tersebar di Bali. Namun strategi dan desain dari buku yang kurang menarik membuat masyarakat khususnya anak-anak enggan melirik buku – buku tentang Dongeng Bali. Disamping itu tidak banyak pihak yang mau menerbitkan buku Dongeng Bali sehingga sangat sulit menemukan bacaan tentang Dongeng Bali. Dengan melihat fenomena tersebut, penulis merasa perlu untuk turut serta melestarikan Dongeng Bali dengan memanfaatkan ilmu Desain Komunikasi Visual melalui penciptaan media komunikasi cetak ataupun media elektronik yang efektif dan komunikatif. Dengan mengetahui data–data tentang buku Dongeng Bali yang telah beredar sebelumnya penulis berusaha membuat media yang lebih kreatif, komunikatif dan efektif sebagai upaya menarik perhatian masyarakat khususnya anak-anak terhadap Dongeng Bali.
2.3 Analisis dan Sintesa Dalam proses ini, penulis meneliti berbagai media yang sebelumnya telah dibuat dalam upaya pelestarian Dongeng Bali. Dari analisis media-media tersebut penulis dapat menentukan kelemahan maupun kekuatan dari setiap media untuk diaplikasikan ke dalam desain yang akan dibuat melalui sintesa. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut:
2.3.1 Analisis Analisis adalah penelitian terhadap suatu peristiwa untuk diketahui sebab musababnya, unsurunsurnya dan prosesnya (Zain, 2001:46).
2.3.2 Sintesa Sintesis sendiri merupakan paduan beberapa pengertian agar terbentuk kesatuan yang selaras (Zain, 2001:1332). Dalam hal ini meliputi beberapa diantaranya:
7
a. Media Media yang akan dibuat harus tepat, jelas sasaran, efektif, komunikatif sehingga mampu memberikan informasi dan memancing imajinasi anak-anak tentang Dongeng Bali sesuai dengan kasus yang diangkat. Media komunikasi visual yang akan didesain untuk kegiatan pelestarian dongeng adalah media TTL atau through the line media. Media yang akan dirancang antara lain Dongeng Interaktif (CD ROM Interaktif), Buku Dongeng, Pembatas Buku, Stiker, Poster, Gantungan Pintu, Spanduk, Iklan Tabloid, Jadwal Mata Pelajaran dan Katalog. b. Ilustrasi Jenis ilustrasi yang digunakan dalam proses desain Tugas Akhir ini adalah ilustrasi gambar tangan (hand drawing) dengan finishing ilustrasi teknik digital. Penggunaan jenis ilustrasi tersebut akan diaplikasikan ke media yang berisi unsur karakter dongeng, bakcground, dan dekorasi. Pada media pelestarian Dongeng Bali, ilustrasi gambar tangan dan ilustrasi digital memiliki fungsi 1) menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan atau informasi tertulis lainnya sehingga mudah dicerna, 2) mengkomunikasikan cerita, 3) memberikan humor, 4) memberikan bayangan terhadap setiap karakter cerita. Ilustrasi tersebut akan digunakan hampir diseluruh media. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menarik perhatian anak-anak terhadap media. c. Warna Warna yang digunakan untuk media pelestarian Dongeng Bali nantinya adalah dengan memanfaatkan warna-warna yang lembut seperti warna pastel dan kombinasi warna analog. Warna ini nantinya digunakan pada penggunaan ilustrasi gambar tangan yang disempurnakan dengan ilustrasi teknik digital untuk menambahkan efek-efek pewarnaan yang tidak bisa dilakukan dengan teknik ilustrasi gambar tangan. d. Teks Teks yang digunakan pada media menggunakan tata bahasa yang sederhana baik itu tata bahasa pada judul, subjudul, naskah dan kata penutup agar mudah dimengerti oleh anak-anak. Anak-anak biasanya tidak suka melihat teks yang terlalu padat. Oleh karena itu teks nantinya akan dibuat sederhana dan efektif dikombinasikan dengan ilustrasi-ilustrasi tokoh cerita ataupun adegan suatu cerita dongeng sehingga media terlihat lebih menarik. e. Huruf Penggunaan huruf serif dan sans serif nantinya harus sesuai dan saling mendukung sehingga tidak merusak tampilan suatu media. Media yang akan dibuat nanti dominan menggunakan huruf sans serif dan huruf latin. Sedangkan huruf serif akan digunakan sebagai pendukung beberapa media yang bersifat formal seperti buku dongeng.
3. KONSEP DESAIN 3.1 Konsep Dasar Desain Konsep adalah sesuatu yang tergambar dalam pikiran-suatu pemikiran, gagasan atau suatu pengertian. Pemakaian konsep adalah hal yang penting dan menjadi acuan dalam perancangan media. Konsep merupakan penyusun utama dalam suatu pemikiran yang dalam hal ini dituangkan dalam media-media pelestarian Dongeng Bali. Pemilihan konsep yang benar tentunya akan berpengaruh terhadap respon yang ditunjukan target audience terhadap media yang diciptakan. Konsep dasar yang digunakan dalam merancang media-media dalam pelestarian Dongeng Bali adalah “fantasi”. Fantasi adalah gambar (bayangan) rekaan angan-angan; khayal (tidak sebagaimana lazimnya) (Sugono, 2008:403). Dalam media-media bertemakan fantasi kita dapat melihat tingkah hewan seperti layaknya manusia, sihir, dan hal-hal lain yang tidak terjadi dalam kenyataan. Proses dalam memperoleh konsep “fantasi” dilakukan dengan menggunakan sistem brainstorming. Sebagian besar dari proses kreatif, beberapa agensi menggunakan teknik berpikir yang disebut brainstorming, dimana satu kelompok terdiri dari 6 – 10 orang bekerja sama untuk mendapatkan ide
8
dengan menyumbangkan suatu gagasan yang kemudian dirangkum untuk memperoleh kesimpulan menjadi gagasan utama (Moriaty, 2009:160). Proses memperoleh konsep fantasi dilakukan dengan mengambil kata-kata yang berhubungan dengan psikologi dan kesenangan anak-anak. Dalam proses tersebut diperoleh kata fun, hiper aktif, fantasi, warnawarni, tidak pernah puas dan mimpi. Dalam proses berikutnya yaitu mencari cabang dari kata yang telah diperoleh. Dari proses tersebut diperoleh satu kata yang memusat yaitu fantasi yang menjadi konsep dari perancangan desain media pelestarian Dongeng Bali. Fantasi berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Fantasi merupakan bagian penting bagi anak-anak karena mampu merangsang daya imajinasi mereka. Cerita yang diceritakan dan permainan yang mereka mainkan dapat mempengaruhi spritual, emosional dan pertumbuhan mental mereka. Melalui konsep fantasi yang diapliaksikan pada visual media pelestarian Dongeng Bali, anak-anak diharapkan dapat belajar dan berkembang sebagai individu dan belajar sebagai anggota masyarakat.
3.2 Strategi Media Strategi media yang digunakan dalam pelestarain Dongeng Bali adalah melalui kegiatan peluncuran dan pemberian sumbangan media seperti buku dan dongeng interaktif ke suatu sekolah kemudian dilakukan pendataan untuk memperoleh perkembangan sejauh mana media tersebut berperan dalam pelestarian Dongeng Bali. Selain disumbangkan sekolah, media-media pelestraian dongeng akan disumbangkan di perpustakaan di setiap daerah kabupaten Bali.
3.3 Khalayak Sasaran Target audience yaitu khalayak yang merupakan pendengar, hadirin, penonton atau pembaca suatu media yang menjadi sasaran usaha atau kegiatan periklanan. Target audiens dibedakan dari kondisi demografi, geografis, pssikografis dan behavioristik dari sasaran.
3.4 Panduan Media Panduan media adalah petunjuk tentang media komunikasi yang nantinya berfungsi dalam memberikan informasi pada masyarakat atau khalayak sasaran. Dalam Tugas Akhir ini penulis mengambil beberapa jenis media yang akan digunakan dalam upaya pelestraian Dongeng Bali, antara lain sebagai berikut : a. Dongeng Interaktif (CD-ROM Interaktif) CD-ROM Interaktif merupakan sebuah media yang menegaskan sebuah format multimedia dapat dikemas dalam sebuah CD (Compact Disk) dengan tujuan aplikasi interaktif di dalamnya. CD-ROM (Read Only Memory) merupakan satu-satunya dari beberapa kemungkinan yang dapat menyatukan suara, video, teks, dan program dalam CD (http://maroebeni.wordpress.com/2008/11/05/perkembangan-multimediadan-cd-interaktif/) diunduh 11/12/12 . Media ini nantinya akan digunakan sebagai media menyampaikan cerita dongeng secara intraktif yaitu melalui komputer atau komputer tablet dengan perintah-perintah tertentu sehingga khalayak yang didominasi oleh anak-anak dapat menikmati dongeng dengan menyenangkan dan tidak membosankan. Tujuan pemilihan media ini adalah untuk memberikan media bacaan baru memanfaatkan perkembangan teknologi informasi melalui komputer atau komputer tablet sehingga anak-anak merasa fun membaca Dongeng Bali b. Pembatas Buku Pembatas buku adalah suatu pembatas yang diberikan untuk menandai lokasi karya cetak. Jenis pembatas buku yang sering digunakan biasanya secarik kertas atau seuntai tali yang digunakan untuk membatasi buku (http://roempi.wordpress.com/2011/07/25/pembatas-buku/) diunduh 13/10/12. Media ini dipilih karena selain digunakan untuk pembatas buku, media ini juga berfungsi sebagai hiasan dan dapat juga dimanfaatkan sebagai media untuk mengingatkan khalayak terhadap Dongeng Bali.
9
c. Poster Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster biasanya dibuat dengan warnawarna kontras dan kuat. Poster bisa menjadi sarana iklan, pendidikan, propaganda, dan dekorasi. Selain itu bisa pula berupa salinan karya seni terkenal (http://id.wikipedia.org/wiki/Poster) diunduh 12/11/12. Media poster yang dibuat lebih bersifat poster dekorasi. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian anak-anak tentang serba-serbi Dongeng Bali sehingga secara tidak langsung berfungsi dalam pelestarian Dongeng Bali. d. Iklan Tabloid Iklan adalah berita pesanan yang mendorong, membujuk, khalayak ramai agar tertarik pada barang atau jasa yang ditawarkan, pemberitahuan pada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa (seperti majalah dan surat kabar) atau di tempat-tempat umum (Poerwadarminta, 1994:369). Tabloid adalah istilah suatu format surat kabar yang lebih kecil (597 mm × 375 mm) dari ukuran standar koran harian. Istilah ini biasanya dikaitkan dengan penerbitan surat kabar reguler non harian (bisa mingguan, dwimingguan, dan sebagainya), yang terfokus pada hal-hal yang lebih "tidak serius", terutama masalah pesohor, olahraga,kriminalitas, dan lain-lain (http://id.wikipedia.org/wiki/Tabloid) diunduh 1/2/13. Jadi iklan tabloid dapat diartikan sebagai penyampaian pesan dipasang pada media yang diterbitkan sekala berkala baik itu mingguan, bulanan menurut kala penerbitan. Media ini dipilih karena dapat memberikan pengenalan awal tentang bagaimana pentingnya membaca Dongeng Bali, memberikan informasi tentang media Dongeng Bali, peluncuran dan juga kegiatan tertentu yang yang diselenggarakan untuk kegiatan pelestarian Dongeng Bali. e. Buku Dongeng Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman (http://www.pemustaka.com/pengertian-buku-dan-sejarahnya.html) diunduh 12/12/2012. Sedangkan Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Dongeng) diunduh 12/12/2012. Jadi dapat diartikan buku dongeng adalah kisah fiktif yang diceritakan kedalam bentuk tulisan dan gambar pada lembaran-lembaran kertas yang dijilid. Media ini dipilih karena media Dongeng Bali semakin sulit ditemukan di toko buku. Oleh karena itu buku dongeng diharapkan menjadi media penyampaian pesan moral yang menyenangkan bagi anak-anak. f. Gantungan Pintu Adalah benda yang digantung di pintu. Fungsi gantungan pintu dapat dianggap serupa dengan yang dari poster di mana kegiatan promosi terjadi tetapi hanya dalam skala yang relatif kecil dan dalam jumlah terbatas ditargetkan audience (http://id.prmob.net/cetak/gantungan-pakaian/bisnis-525794.html) diunduh 13/12/12. Media Gantungan Pintu ini difungsikan sebagai marchandise yang secara tidak langsung mengingatkan anak-anak terhadap Dongeng Bali g. Stiker Stiker merupakan media komunikasi grafis tentang produk, jasa atau identitas yang dapat ditempel pada berbagai tempat. Umumnya berbahan kertas vinyl yang mengandung perekat (Pujiriyanto, 2005:17). Media Stiker ini difungsikan sebagai marchandise dibagikan saat peluncuran buku dan Dongeng Bali interaktif. Stiker berperan sebagai reminder atau media pengingat sehingga dengan dipilihnya media Stiker, diharapkan anak-anak tertarik membaca Dongeng Bali.
10
h. Jadwal Mata Pelajaran Jadwal Mata Pelajaran adalah daftar yang memuat atau berisi nama mata pelajaran, guru pengampu mata pelajaran, waktu dan lain sebagainya (http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/21/konsep-dasarmerancang-jadwal-perkuliahan-terintegrasi-dengan-sistem-informasi-akademik-464713.html) diunduh 13/12/12. Media Jadwal Mata Pelajaran ini difungsikan sebagai marchandise dibagikan saat peluncuran buku dan dongeng interaktif. Jadwal Mata Pelajaran berperan sebagai media multi fungsi yaitu untuk mencatat jadwal mata pelajaran dan juga berperan sebagai reminder atau media pengingat sehingga dengan dipilihnya media Jadwal Mata Pelajaran, anak-anak mengingat dan tertarik membaca Dongeng Bali. i. Spanduk Media komunikasi grafis yang dibuat dari kain panjang dan dipasang dengan direntangkan di atas atau tepi jalan secara horizontal (Pujiryanto, 2005:22). Media ini dibuat untuk memberikan informasi tentang puluncuran Dongeng Interaktif dan Buku Dongeng Bali. j. Katalog Katalog merupakan media komunikasi grafis berbentuk buku yang di dalamnya berisi aneka jenis produk, harga, formulasi, dan cara penggunaanya (Pujiriyanto, 2005:20). Media ini dipilih agar dapat memuat seluruh karya/desain yang dibuat dalam Tugas Akhir.
3.5 Program Tayangan Media Program tayangan media dilakukan dalam upaya memberikan informasi mengenai bagaimana suatu media difungsikan sehingga mendapat tanggapan dari khalayak sasaran. Program tayangan media dalam usaha pelestarian Dongeng Bali dapat dilihat sebagai berikut : No 1
Media Dongeng Interaktif (CDROM Interaktif)
2
Iklan Tabloid
3
Buku Dongeng
4
Poster dongeng
Waktu Media ini dapat diperoleh di Perpustakan Daerah tiap Kabupaten di Bali dan di Sanggar Kukuruyuk Dua bulan sebelum peluncuran Dongeng Interaktif dan Buku Dongeng Bali
Tempat Dapat diperoleh di di Sanggar Kukuruyuk, dan Perpustakaan Daerah tiap Kabupaten di Bali Tabloid Lintang
Lamanya Selamanya dan dialakukan penambahan media dengan judul baru setiap tahunnya Enam edisi
Media ini dapat diperoleh di Perpustakan Daerah tiap Kabupaten di Bali dan di Sanggar Kukuruyuk Media ini dipasang dan dibagikan saat peluncuran Dongeng Interaktif dan Buku Dongeng Bali
Dapat diperoleh di di Sanggar Kukuruyuk, dan Perpustakaan Daerah tiap Kabupaten di Bali Dapat diperoleh di di Sanggar Kukuruyuk, dan Perpustakaan Daerah tiap Kabupaten di Bali
Selamanya dan dilakukan penambahan media dengan judul baru setiap tahunnya Selama sebulan kegiatan promosi
11
5
Pembatas buku
Dibagikan melalui game tertentu pada saat peluncuran Dongeng Interaktif dan Buku Dongeng Bali
Di Sekolah SD No 8 Denpasar
6
Stiker
Dibagikan melalui games tertentu pada saat peluncuran Dongeng Interaktif dan Buku Dongeng Bali
Di Sekolah SD No 8 Denpasar
7
Gantungan Pintu
Dibagikan melalui games tertentu pada saat peluncuran Dongeng Interaktif dan Buku Dongeng Bali
Di Sekolah SD No 8 Denpasar
8
Jadwal Mata Pelajaran
Dibagikan melalui games tertentu pada saat peluncuran Dongeng Interaktif dan Buku Dongeng Bali
Di Sekolah SD No 8 Denpasar
9
Spanduk
Dipasang di depan pintu masuk sekolah saat peluncuran Dongeng Interaktif dan Buku Dongeng Bali
Di Sekolah SD No 8 Denpasar
10
Katalog
Media ini digunakan saat ujian Tugas Akhir berlangsung.
Disediakan saat ujian Tugas Akhir Studio.
Selama even peluncuran berlangsungnya Dongeng Interaktif dan Buku Dongeng Bali Selama even peluncuran berlangsungnya Dongeng Interaktif dan Buku Dongeng Bali Selama even peluncuran berlangsungnya Dongeng Interaktif dan Buku Dongeng Bali Selama even peluncuran berlangsungnya Dongeng Interaktif dan Buku Dongeng Bali Selama even peluncuran berlangsungnya Dongeng Interaktif dan Buku Dongeng Bali Dengan jangka waktu selama ujian Tugas Akhir berlangsung.
Tabel 3.1 Program Tayangan Media
3.6 Strategi Kreatif Perecanaan suatu strategi tentunya akan berpengaruh terhadap sukses tidaknya suatu media ditujukan pada tujuan sasaran. Berikut merupakan strategi kreatif yang dilakukan terhadap media pelestarian Dongeng Bali.
12
3.6.1 Isi Pesan Pesan yang disampaikan pada khalayak sasaran tentunya harus informatif, komunikatif dan edukatif agar target audience dalam hal ini anak-anak dapat memahami setiap pesan yang disampaikan pada suatu media. Isi pesan dalam media secara umum bertujuan untuk mengajak anak-anak untuk membaca Dongeng Bali. Adapun pesan yang hendak disampaikan melalui media-media dalam upaya pelestarian Dongeng Bali adalah sebagai berikut: - Mengajak anak-anak membaca dan mencintai Dongeng Bali - Menberikan informasi berupa beberapa kumpulan Dongeng Bali pada anak-anak sehingga mereka dapat memilih dongeng yang mereka suka - Memberikan cerita dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti, sederhana, menarik dan menyenangkan disertai dengan ilustrasi berwarna sehingga anak-anak tidak bosan terhadap cerita yang disampaikan - Menggunakan kalimat-kalimat yang bersifat mendidik serta sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat
3.6.2 Bentuk Pesan Bentuk pesan yang disampaikan menggunakan kalimat-kalimat yang sopan dan sederhana. Hal ini bertujuan agar target audience yang didominasi oleh anak-anak tidak bingung dan mudah mengerti terhadap pesan yang disampaikan pada media. Bahasa yang digunakan sebagai pengantar menggunakan Bahasa Indonesia.
3.6.3 Strategi Visual Teknik visual yang digunakan dalam visualisasi desain menggunakan teknik gambar tangan dengan finishing menggunakan program komputer (ilustrasi teknik digital). Ilustrasi yang ditampilkan digunakan sebagai penghias suatu media berupa karakter-karakter tokoh cerita diikuti dengan teks yang menjelaskan tentang jalannya cerita dongeng. Teks nantinya akan dibuat sederhana dan singkat.
3.6.4 Gaya Visual Gaya visual yang ditampilkan pada media adalah gaya visual yang mengutamakan ilustrasi adegan cerita dongeng dengan memanfaatkan teknik digital diikuti oleh teks cerita yang dibuat sederhana dan singkat. Perhatian utama anak-anak biasanya lebih tertuju pada ilustrasi. Maka dari itu ilustrasi akan dominan digunakan pada layout media kemudian teks digunakan sebagai pendukung untuk menjelaskan adegan yang diceritakan dalam ilustrasinya
3.6.5 Material Material merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam mewujudkan media-media komunikasi visual sehigga media tersebut siap dipublukasikan dan digunakan khalayak. Bahan dari media-media disesusaikan dengan yang akan diwujudkan. Adapun jenis material masing-masing media yang dirancang diuraikan sebagai berikut : a. Dongeng Interaktif (CD-ROM Interaktif) 1) CD Aplikasi yang digunakan untuk membuat desain yaitu Adobe Flash CS 6 dengan format Small Web Format (swf) dengan ukuran media 800 pixel x 566 pixel. 2) Label CD Menggunakan bahan artpaper 70 gsm dengan diameter 12 cm. 3) Cover CD Menggunakan bahan artpaper doff 150 gsm dengan ukuran 14 x 26 cm b. Iklan Tabloid Menggunakan bahan kertas koran 150 gsm 13 x 8 cm. Ukuran kertas disesuaikan dengan majalah yang nantinya menjadi media penyampaian iklan.
13
c. Poster Dongeng Menggunakan kertas artpaper 210 gsm dengan ukuran 42 x 29,7 cm d. Buku Dongeng Menggunakan bahan kertas artpaper 150 gsm dengan teknik cetak ofset ukuran 21 x 29,7 cm posisi terbuka. e. Pembatas Buku Menggunkan kertas artpaper 210 gsm dengan ukurun 5 x 15 cm. f. Stiker Menggunakan bahan vinyl berukuran 7 x 8 cm g. Gantungan Pintu Menggunakan bahan artpaper 210 gsm berukuran 9 x 25 cm h. Jadwal Mata Pelajaran Menggunakan bahan artpaper 210 gsm berukuran 21 x 29,7 cm i. Spanduk Menggunakn bahan frontlite berukuran 200 x 80 cm. j. Katalog Menggunakan bahan art paper 260 gsm pada cover dan 150 gsm pada bagian isi. Ukuran media yang digunakan 30 cm x 10 cm dalam keadaan terbuka dan berukuran 15 cm x 10 cm dalam keadaan tertutup.
4. VISUALISASI DESAIN 4. 1 Buku Dongeng
Gambar 4.1 Desain Buku Dongeng Nama Media Ukuran Bahan Huruf Teknik
: Buku Dongeng : 14,8 cm x 21 cm (tertutup), 29,7 cm x 21 cm (terbuka) : Art Paper 150 gsm, Art Paper 210 gsm, Kertas Karton : Rumpelstiltskin, Times New Roman dan Freehand : Cetak Offset
14
4.2 Stiker
Gambar 4.2 Desain Stiker Nama Media Ukuran Bahan Huruf Teknik
: Stiker : 7 cm x 8 cm : Vinyl : Freehand dan Janda Light Shine Your Light On Us : Digital Print
4.3 Dongeng Interaktif (CD-ROM Interaktif)
Gambar 4.3 Desain Dongeng Interaktif Nama Media Dimensi Format Huruf Teknikn Cetak
: Dongeng Interaktif : 800 x 566 pixel : swf : Freehand dan Rumpelstiltskin : Burn CD
15
4.4 Jadwal Mata Pelajaran
Gambar 4.4 Desain Jadwal Mata Pelajaran Nama Media Ukuran Bahan
: Jadwal Mata Pelajaran : 21 cm x 29,7 cm : Art paper 210 gsm
Huruf
: Freehand, Rumpelstiltskin dan Janda Light Shine Your Light On Us : Digital Print
Teknik
4.5 Spanduk
Gambar 4.5 Desain Spanduk Nama Media Ukuran Bahan Huruf Teknik
: Spanduk : 200 x 80 cm : Frontlite : Freehand, Rumplestiltskin dan Janda Light Shine Your Light On Us : Digital Print
16
4.6 Iklan Tabloid
Gambar 4.12 Desain Iklan Tabloid Nama Media Ukuran Bahan Huruf
: Iklan Tabloid : 13 x 8 cm : Kertas Koran : Offset
4.7 Poster
Gambar 4.14 Desain Poster Nama Media Ukuran Bahan Huruf Teknik
: Poster : 29,7 x 42 cem : Art paper : Freehand, Rumplestiltskin dan Janda Light Shine Your Light On Us : Digital Print
17
4.8 Gantungan Pintu
Gambar 4.16 Desain Gantungan Pintu Nama Media Ukuran Bahan Huruf Teknik
: Gantungan Pintu : 9 x 25 cm : Art paper 250 gsm : Freehand dan Janda Light Shine Your Light On Us : Digital Print
4.9 Pembatas Buku
Gambar 4.18 Desain Pembatas Buku Nama Media Ukuran Bahan Huruf Teknik
: Pembatas Buku : 5 x 15 cm : Art paper 260 gsm : Freehand, dan Janda Light Shine Your Light On Us : Digital Print
18
4.10 Katalog
Gambar 4.20 Desain Katalog Nama Media Ukuran Bahan Huruf Teknik
: Katalog : 15cm x 10cm (tertutup), 30cm x 10cm (terbuka) : Art Paper 260 gsm (cover) Art Paper 150 gsm (isi) : Freehand, Rumplestiltskin dan Janda Light Shine Your Light On Us : Digital Print
5. Simpulan dan Saran a. Simpulan Setelah melakukan survey dan penelitian pada studi kasus desain komunikasi visual untuk pelestarian Dongeng Bali, berdasarkan data-data yang telah diperoleh dengan menerapkan metodemetode penelitian maka dapat ditarik suatu kesimpulan antara lain: 1. Media komunikasi visual yang efektif dan komunikatif untuk melengkapi kegiatan pelestarian Dongeng Bali adalah Dongeng Interaktif (CD ROM Interaktif), Pembatas Buku, Poster, Iklan Tabloid, Buku Dongeng, Gantungan Pintu, Stiker, Jadwal Mata Pelajaran, Spanduk dan Katalog,. Setiap media tersebut memiliki fungsi masing-masing, efektif dan sesuai untuk memberikan informasi tentang Dongeng Bali. 2. Dalam desain media komunikasi visual perlu dipertimbangkan teori-teori desain, teori sosial, prinsip desain, serta mempertimbangkan keadaan calon konsumen sehingga akan terwujud media komunikasi visual yang efektif dan komunikatif. “Fantasi” merupakan konsep dasar yang relevan digunakan pada proses desain komunikasi visual untuk pelestarian Dongeng Bali. Konsep tersebut dapat membantu dalam desain media komunikasi visual yang efektif, efisien dan komunikatif, serta tepat pada sasaran.
b. Saran Saran-saran penulis sebagai pertimbangan setelah mengetahui dan melakukan berbagai kegiatan dalam desain komunikasi visual untuk pelestarian Dongeng Bali, antara lain : 1. Dongeng Bali seharusnya dilestarikan melalui pengembangan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi. Dengan demikian Dongeng Bali dapat dilestariakan bahkan mungkin dikenal di dunia internasional. 2. Perlunya kesadaran lebih dari berbagai pihak untuk melestarikan budaya bangsa termasuk Dongeng Bali agar terhindar dari kepunahan.
19
3. Bagi para desainer dan disiplin ilmu Desain Komunikasi Visual, dalam membuat desain sebaiknya memperhatikan konsep yang digunakan, dengan menyesuaikan unsur-unsur desain, seperti ilustrasi, teks / tipografi, warna, dan layout. Yang selanjutnya bisa diwujudkan dengan bahan dan teknik cetak yang sesuai dengan media-media yang dirancang. Serta juga memperhatikan kapan, dimana, dan frekuensi media tersebut disebarkan. Sehingga media-media tersebut, bisa efektif dan efisien digunakan sebagai sarana promosi.
20
Daftar Pustaka
Anwar, Desy. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: Amelia Badudu, J. S, Sutan Mohammad Zain. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. DePorter, Bobby & Hernacki, Mike: 2001. Quantum Learning. Bandung : PT Mizan Publika Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: C.V. Andi OFFSET Moriarty, Sandra. 2009. Advertising Edisi Kedelapan. Jakarta: Kencana Pontoh, N.K. 1992. Perservasi dan Konservasi Suatu Tinjauan Teori Perancangan Kota. Jurna PWK, IV (6):34-39 117 Pujiriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer (Teori Grafis Komputer). Yogyakarta: C.V. Andi Offset Sarwono, Jhonatan & Lubis, Hary. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi. http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/21/konsep-dasar-merancang-jadwal-perkuliahan-terintegrasidengan-sistem-informasi-akademik-464713.html http://id.prmob.net/cetak/gantungan-pakaian/bisnis-525794.html http://id.wikipedia.org/wiki/Poster http://id.wikipedia.org/wiki/Tabloid http://maroebeni.wordpress.com/2008/11/05/perkembangan-multimedia-dan-cd-interaktif/ http://pejalantangguh.blogspot.com/2007/11/pelestarian-definisi-dan-permasalahan.html http://roempi.wordpress.com/2011/07/25/pembatas-buku/ http://www.pemustaka.com/pengertian-buku-dan-sejarahnya.html