PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR STUDIO (ISI 128)
PERANCANGAN MEDIA KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI UPAYA MENGKAMPANYEKAN PELESTARIAN POPULASI PENYU HIJAU DI BALI
Karya tulis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni (S1) pada Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar
Oleh : NAMA
: I MADE DWI SUPUTRA
NIM
: 2006.06.026
JURUSAN
: DESAIN
PROGRAM STUDI
: DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2011
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Pengantar Karya Tugas Akhir Studio Dengan Judul : PERANCANGAN MEDIA KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI UPAYA MENGKAMPANYEKAN PELESTARIAN POPULASI PENYU HIJAU DI BALI
Telah diperiksa dan disetujui sebagai syarat untuk mencapai gelarSarjana Seni (S1) pada Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar.
Menyetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. I Nyoman Mantra Fandy, M.Si
Cok Istri Ratna Cora, S.Sn.M.Si
NIP. 195512311986031010
NIP. 197007082003122001
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN Pengantar karya Tugas Akhir ini disusun oleh : Nama
: I Made Dwi Suputra
Nim
: 2006.06.026
Jurusan
: Desain
Program Studi : Desain Komunikasi Visual
Judul :
PERANCANGAN MEDIA KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI UPAYA MENGKAMPANYEKAN PELESTARIAN POPULASI PENYU HIJAU DI BALI Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Ujian Sarjana Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar pada tanggal..............................dan dinyatakan sah. Dewan Penguji Nama Lengkap
NIP
TTD
Ketua Sidang
: Drs. I Nyoman Mantra Fandy, M.Si 195512311986031010 .............
Sekretaris
: Cok Istri Ratna Cora, S.Sn.M.Si
197007082003122001
.............
Penguji Utama : Prof. Dr.Drs. I Nym Artayasa, M.Kes 196403241990031002 ............. Anggota
: AA Gd Bgs Udayana, S.Sn,M.Si
197310041999031002
.............
Anggota
: I Md Pande Artadi, S.Sn, M.Sn
197511181999031003
.............
Mengetahui, Ketua Jurusan Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar
Prof. Dr. Drs. I Nyoman Artayasa, M.Kes NIP. 196403241990031002
iv
LEMBAR PENGESAHAN PIMPINAN FAKULTAS
Pengantar karya Tugas Akhir ini disusun oleh : Nama
: I Made Dwi Suputra
Nim
: 2006.06.026
Jurusan
: Desain
Program Studi : Desain Komunikasi Visual
Judul PERANCANGAN MEDIA KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI UPAYA MENGKAMPANYEKAN PELESTARIAN POPULASI PENYU HIJAU DI BALI
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Ujian Sarjana Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar pada tanggal............................, sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Seni (S1) dan dinyatakan sah.
Disahkan di Denpasar, pada : ............................... Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar
Dra. Ni Made Rinu, M.Si NIP.195702241986012002
v
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, yang bertanda tangan dibawah ini saya : Nama : I Made Dwi Suputra, mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Nim
: 2006.06.026 Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan
kepada Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non Exclusive Royalti) atas karya ilmiah saya yang berjudul ”Pe rancangan Media Komunikasi Visual Sebagai Upaya Mengkampanyekan Pelestarian Populasi Penyu Hijau di Bali”. Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini. Institut Seni Indonesia(ISI) Denpasar berhak menyimpan, mengalihkan media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet/media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya. Saya bersedia menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, segala bentuk tuntutan hukum yang diambil atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Denpasar Pada Tanggal.......................2011 Yang Menyatakan,
(I Made Dwi Suputra)
vi
“Don’t Cry When The Sun is Gone Because the Tears Won’t Let You See The Stars”
KATA PENGANTAR
vii
Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan doa puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan bimbingan yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir, yang berjudul
“Perancangan
Media
Komunikasi
Visual
Sebagai
Upaya
Mengkampanyekan Pelestarian Populasi Penyu Hijau di Bali”. Tugas akhir ini dibuat untuk memenuhi persyaratan akademis meraih gelar sarjana (S1) untuk program studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar. Di dalam usaha menyelesaikan tugas akhir ini sudah barang tentu cukup banyak mendapatkan bantuan maupun dorongan dari para Dosen serta pihak lain dan teman-teman seperjuangan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. I Wayan Rai S.;MA, Selaku Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah memberikan kesempatan untuk menjalani perkuliahan di ISI Denpasar. 2. Ibu Dra. Ni Made Rinu, M.Si selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah memberikan fasilitas selama perkuliahan berlangsung. 3. Bapak Prof. Dr.Drs. I Nyoman Artayasa, M.Kes selaku Ketua Jurusan Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah memberikan arahan dan wawasan dibidang kurikulum. 4. Bapak Drs. Nyoman Mantra Fandy, M.Si selaku Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah memberika n arahan dan wawasan dibidang kurikulum. Sekaligus selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan di dalam menyusun tugas ini. 5. Ibu Cok Istri Ratna Cora, S.Sn.M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan di dalam menyusun tugas ini. 6. Bapak Bagus TrinaWindhu, S.Sn selaku dosen pembimbing pengganti saat siding TA.
viii
7. Semua pihak dari BKSDA Bali yang memberikan informasi dalam penyusunan tugas ini. 8. Semua anggota keluarga, Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang, dan materi, dan Kakak yang telah memberi dukungan dalam bentuk materi maupun moral, dan membantu mentranslate abstrak. 9. Semua teman-teman dekat yang telah memberikan semangat beserta leluconleluconnya dalam proses pembuatan karya tulis ini 10.Ici yang telah memberikan semangat dan moral, walau tinggal nun jauh di sana. Namun terbukti mampu melecut semangat penulis, dan 11. Marice kucingku yang telah menghibur saat begadang membuat karya tulis ini
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mohon kritik, saran dan masukan konstruktif demi kesempurnaan tugas ini.
Denpasar, Juni 2011
Penulis
ix
ABSTRAK Penyu Hijau atau Chelonia Mydas adalah salah satu dari tujuh spesies penyu laut yang masih bertahan di seluruh dunia sampai saat ini. Dibanding dengan ke enam spesies lainnya, populasi penyu hijau adalah yang terbesar di dunia. Namun, bukan berarti populasi penyu hijau tidak terancam punah. Hal ini dikarenakan perburuan yang dilakukan oleh manusia secara terus- menerus terhadap penyu hijau. Penyu hijau ditangkap untuk diambil dagingnya terutama di pulau Bali. Oleh sebab itu pulau Bali sempat dijuluki daerah pembunuh penyu terbesar di dunia. Maka dari itu, kita sebagai masyarakat Bali hendaknya berusaha agar citra buruk itu hilang dengan cara mengkampanyekan pelestarian terhadap penyu hijau. Berangkat dari masalah diatas maka diperlukannya media komunikasi visual yang akan digunakan untuk mengkampanyekan pelestarian penyu hijau di Bali. Berdasarkan uraian tersebut, didapat permasalahan bagaimana merancang media komunikasi visual yang efektif dan komunikatif dan media apa saja yang tepat untuk mengkampanyekan pelestarian populasi penyu hijau di Bali? Data - data yang diperoleh dari observasi, data wawancara dan data teoritis diolah melalui analisis dan sintesa sehingga dapat diciptakan media komunikasi visual yang tepat, efisien dan memenuhi kriteria untuk mengkampanyekan pelestarian penyu hijau. Maka didapat simpulan, dalam merancang media komunikasi visual perlu dipertimbangkan teori-teori desain, teori sosial prinsip desain, kriteria desain, serta mempertimbangkan demografis, psikografis, dan behaviora. Dan media komunikasi yang akan dirancang untuk mengkampanyekan pelestarian penyu hijau antara lain Poster, Pamflet, Spanduk, Brosur, T-Shirt, Sign System, X - Banner, Pin, dan Stiker Kata Kunci: Penyu Hijau, kampanye, pelestarian, Bali, media komunikasi visual
x
ABSTRACT
Green turtle or Chelonia Mydas is one of seven species of sea turtles which still survive in the world today. Compare to other six species, green turtle population is the biggest. However, it does not mean that its population is not endangered. It is because they are hunted by human continuosly. They are caught for their meat especially in Bali. Therefore, Bali has been called as the biggest turtle slaughtering island in the world. We are as Balinese people have to change that bad image by taking part in campaigning green turtle preservation. Based on the background above, visual communication media is needed to campaign green turtle preservation in Bali. The problem of this study is how to design an effective and communicative visual communication media and also what media is suitable to campaign green turtle preservation in Bali. The data is derived from observation, interview and teoritical data, then analyzed and synthesized so that visual communication media which is suitable and effective to campaign green turtle preservation can be created. It can be concluded that in designing visual communication media, there are some aspects that must be considered namely design theories, social theories of design principle, design criteria, demography, psycography, and behaviour. The visual communication media will be designed in the form of poster, pamphlet, street banner, brochure, t-shirt, sign system, xbanner, pin and sticker. Keywords: green turtle, campaign, preservation ,Bali, visual communication media
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN ...................................................................... i HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ............................................................. iv LEMBAR PENGESAHAN PIMPINAN FAKULTAS ................................... iv SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS......................................................... vi MOTTO............................................................................................................ vii KATA PENGANTAR...................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... x ABSTRACT ..................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 1.1.1 Faktor Objektif ............................................................................... 1 1.1.2 Faktor Subjektif.............................................................................. 3 1.2 Pengertian Judul ......................................................................................... 4 1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6 1.4 Batasan Masalah......................................................................................... 6 1.5 Tujuan Perancangan ................................................................................... 6 1.6 Manfaat Perancangan ................................................................................. 7 1.7 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 7 1.7.1 Metode Pengumpulan Data Primer ................................................... 7 1.7.2 Metode Pengumpulan Data Skunder................................................. 8 1.8 Metode Analisis Data……………………………………………………..9 1.9 Indikator Serta Model Penilaian Desain…………………………………. 10
xii
1.10 Sistematika Perancangan…………………………………………………13
BAB II LANDASAN TEORI DAN IDENTIFIKASI DATA 2.1 Data Teoritis/Aktual ................................................................................... 15 2.1.1 Pengertian perancangan..................................................................... 15 2.1.2 Pengertian Objek Kasus .................................................................... 15 2.1.3 Aspek-aspek Desain Komunikasi Visual .......................................... 16 2.1.4 Prinsip Desain Komunikasi Visual ................................................... 34 2.1.5 Aspek Teknis Perwujudan................................................................. 37 2.1.6 Teori Sosial Yang Mendukung Kasus………………………………39 2.2 Data Lapangan/Faktual .............................................................................. 40 2.2.1 Nama Obyek...................................................................................... 41 2.2.2 Data Lembaga ................................................................................... 45 2.2.3 Lokasi Perancangan .......................................................................... 49 2.2.4 Sarana Komunikasi Visual ................................................................ 49 2.3 Analisis dan Sintesa ................................................................................... 51 2.3.1 Analisis Aktual .................................................................................. 51 2.3.2 Analisis Faktual................................................................................. 52 2.3.2 Sintesa ............................................................................................... 53
BAB III KONSEP DESAIN 3.1 Konsep Dasar Perancangan ........................................................................ 55 3.2 Pola Pikir .................................................................................................... 56 3.3 Skema Proses Perancangan ........................................................................ 58 3.4 Strategi Media ............................................................................................ 61 3.4.1 Khalayak Sasaran .............................................................................. 61 3.4.2 Panduan Media .................................................................................. 62 3.5 Program Tayangan Media .......................................................................... 67 3.6 Strategi Kreatif ........................................................................................... 71
xiii
BAB IV VISUALISASI DESAIN 4.1 Poster .......................................................................................................... 75 4.1.1 Unsur Visual Desain.......................................................................... 76 4.1.2 Kreatif Desain ................................................................................... 78 4.1.3 Tampilan Desain ............................................................................... 78 4.1.4 Biaya Kreatif ..................................................................................... 79 4.2 Spanduk ...................................................................................................... 79 4.2.1 Unsur Visual Desain.......................................................................... 79 4.2.2 Kreatif Desain ................................................................................... 80 4.2.3 Tampilan Desain ............................................................................... 81 4.2.4 Biaya Kreatif ..................................................................................... 81 4.3 Sign System................................................................................................ 82 4.3.1 Unsur Visual Desain.......................................................................... 82 4.3.2 Kreatif Desain ................................................................................... 83 4.3.3 Tampilan Desain ............................................................................... 83 4.3.4 Biaya Kreatif ..................................................................................... 84 4.4 Stiker .......................................................................................................... 85 4.4.1 Unsur Visual Desain.......................................................................... 85 4.4.2 Kreatif Desain ................................................................................... 86 4.4.3 Tampilan Desain ............................................................................... 87 4.4.4 Biaya Kreatif ..................................................................................... 87 4.5 T-Shirt/Kaos ............................................................................................... 88 4.5.1 Unsur-unsur Visual Desain ............................................................... 88 4.5.2 Kreatif Desain ................................................................................... 89 4.5.3 Tampilan Desain ............................................................................... 90 4.5.4 Biaya Kreatif ..................................................................................... 90 4.6 Pin............................................................................................................... 91 4.6.1 Unsur Visual Desain.......................................................................... 91 4.6.2 Kreatif Desain ................................................................................... 92 4.6.3 Tampilan Desain ............................................................................... 92 4.6.4 Biaya Kreatif ..................................................................................... 93
xiv
4.7 X-Banner .................................................................................................... 93 4.7.1 Unsur Visual Desain.......................................................................... 93 4.7.2 Kreatif Desain ................................................................................... 95 4.7.3 Tampilan Desain ............................................................................... 95 4.7.4 Biaya Kreatif ..................................................................................... 96 4.8 Pamflet ....................................................................................................... 96 4.8.1 Unsur Visual Desain.......................................................................... 96 4.8.2 Kreatif Desain ................................................................................... 97 4.8.3 Tampilan Desain ............................................................................... 98 4.8.4 Biaya Kreatif ..................................................................................... 98 4.9 Brosur ......................................................................................................... 99 4.9.1 Unsur Visual Desain.......................................................................... 99 4.9.2 Kreatif Desain ................................................................................... 100 4.9.3 Tampilan Desain ............................................................................... 101 4.9.4 Biaya Kreatif ..................................................................................... 101 4.10 Katalog ..................................................................................................... 102 4.10.1 Unsur Visual Desain........................................................................ 102 4.10.2 Kreatif Desain ................................................................................. 103 4.10.3 Tampilan Desain ............................................................................. 103 4.10.4 Biaya Kreatif ................................................................................... 104
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan..................................................................................................... 105 5.2 Saran ........................................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 107
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Penyu Hijau.................................................................................. 15 Gambar 2.2Dibuat dengan teknik arsiran ....................................................... 18 Gambar 2.3Dibuat dengan teknik titik-titik.................................................... 18 Gambar 2.4 Dibuat dengan teknik blok .......................................................... 19 Gambar 2.5 Dibuat dengan teknik halftone .................................................... 19 Gambar 2.6Dibuat dengan teknik goresan basah ........................................... 20 Gambar 2.7 Dibuat dengan teknik wood engraving ....................................... 20 Gambar 2.8 Ilustrasi foto penyu ..................................................................... 21 Gambar 2.9 Teknik gabungan......................................................................... 21 Gambar 2.10Dibuat dengan teknik kolase...................................................... 22 Gambar 2.11Dibuat dengan teknik digital painting........................................ 23 Gambar 2.12Dibuat dengan teknik vektor...................................................... 23 Gambar 2.13Warna Primer ............................................................................. 24 Gambar 2.14Warna Skunder .......................................................................... 24 Gambar 2.15Warna Tersier ............................................................................ 25 Gambar 2.16 Warna Panas dan Dingin........................................................... 26 Gambar 2.17 Warna dingin pada ilustrasi ...................................................... 26 Gambar 2.18 Warna Komplementer ............................................................... 27 Gambar 2.19 Penerapan warna komplementer pada logo .............................. 27 Gambar 2.20 Warna split komplementer........................................................ 27 Gambar 2.21 Penerapan warna split komplementer pada logo ...................... 28 Gambar 2.22 Keseimbangan simetris ............................................................. 35 Gambar 2.23 Keseimbangan asimetris ........................................................... 35 Gambar 2.24 Titik fokus................................................................................. 36 Gambar 2.25 Hirarki visual ............................................................................ 36 Gambar 2.26 Ritme......................................................................................... 37 Gambar 2.27 Kesatuan ................................................................................... 37 Gambar 2.28 Penyu hijau ............................................................................... 41
xvi
Gambar 2.29 Penyu yang ditangkap ……………………………………….. 42 Gambar 2.30 Peta penyebaran penyu ............................................................. 43 Gambar 2.31 Tukik yang kembali ke laut ...................................................... 45 Gambar 2.32 Denah Lokasi BKSDA Bali ...................................................... 46 Gambar 2.33 Struktur Organisasi BKSDA Bali ............................................. 46 Gambar 2.34 Logo BKSDA Bali.................................................................... 49 Gambar 2.35 Poster ........................................................................................ 49 Gambar 3.1 Skema pola pikir ....................................................................... 57 Gambar 3.2 Skema pola perancangan .......................................................... 60 Gambar 4.1 Desain Poster ............................................................................ 78 Gambar 4.2 Desain Spanduk ........................................................................ 81 Gambar 4.3 Sign System .............................................................................. 84 Gambar 4.4 Stiker ......................................................................................... 87 Gambar 4.5 Desain T-shirt ........................................................................... 90 Gambar 4.6 Desain Pin ................................................................................. 92 Gambar 4.7 X-Banner................................................................................... 95 Gambar 4.8 Desain Pamflet .......................................................................... 98 Gambar 4.9 Desain Brosur ........................................................................... 101 Gambar 4.10 Desain Katalog.......................................................................... 103
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Kerja I : Poster 1. Jenis Media............................................................................................... 108 Alternatif Unsur Visual............................................................................108 Bentuk Fisik.............................................................................................108 2. Alternatif Desain..................................................................................... 109 Evaluasi....................................................................................................109 Terpilih.....................................................................................................109 3. Desain terpilih..........................................................................................110
Lembar Kerja II : Brosur 1. Jenis Media...............................................................................................111 Alternatif Unsur Visual............................................................................111 Bentuk Fisik.............................................................................................111 2. Alternatif Desain......................................................................................112 Evaluasi....................................................................................................112 Terpilih.....................................................................................................112 3. Desain terpilih..........................................................................................113
Lembar Kerja III : T-Shirt 1. Jenis Media...............................................................................................114 Alternatif Unsur Visual............................................................................114 Bentuk Fisik.............................................................................................114 2. Alternatif Desain......................................................................................115 Evaluasi....................................................................................................115 Terpilih.....................................................................................................115 3. Desain terpilih..........................................................................................116
xviii
Lembar Kerja IV : Spanduk 1. Jenis Media...............................................................................................117 Alternatif Unsur Visual............................................................................117 Bentuk Fisik.............................................................................................117 2. Alternatif Desain......................................................................................118 Evaluasi....................................................................................................118 Terpilih.....................................................................................................118 3. Desain terpilih..........................................................................................119
Lembar Kerja V : Pamflet 1. Jenis Media...............................................................................................120 Alternatif Unsur Visual............................................................................120 Bentuk Fisik.............................................................................................120 2. Alternatif Desain......................................................................................121 Evaluasi....................................................................................................121 Terpilih.....................................................................................................121 3. Desain terpilih......................................................................................... 122
Lembar Kerja VI : X-Banner 1. Jenis Media...............................................................................................123 Alternatif Unsur Visual............................................................................123 Bentuk Fisik.............................................................................................123 2. Alternatif Desain......................................................................................124 Evaluasi....................................................................................................124 Terpilih.....................................................................................................124 3. Desain terpilih..........................................................................................125
Lembar Kerja VII : Stiker 1. Jenis Media............................................................................................... 126 Alternatif Unsur Visual............................................................................126 Bentuk Fisik.............................................................................................126
xix
2. Alternatif Desain......................................................................................127 Evaluasi....................................................................................................127 Terpilih.....................................................................................................127 3. Desain terpilih..........................................................................................128
Lembar Kerja VIII : Pin 1. Jenis Media............................................................................................... 129 Alternatif Unsur Visual............................................................................129 Bentuk Fisik.............................................................................................129 2. Alternatif Desain......................................................................................130 Evaluasi....................................................................................................130 Terpilih.....................................................................................................130 3. Desain terpilih..........................................................................................131
Lembar Kerja IX : Sign System 1. Jenis Media............................................................................................... 132 Alternatif Unsur Visual............................................................................132 Bentuk Fisik.............................................................................................132 2. Alternatif Desain......................................................................................133 Evaluasi....................................................................................................133 Terpilih.....................................................................................................133 3. Desain terpilih..........................................................................................134
Lembar Kerja X : Katalog 1. Jenis Media.............................................................................................. 135 Alternatif Unsur Visual........................................................................... 135 Bentuk Fisik.............................................................................................135 2. Alternatif Desain......................................................................................136 Evaluasi....................................................................................................136 Terpilih.....................................................................................................136 3. Desain terpilih..........................................................................................137
xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.1. Faktor Obyektif Penyu hijau atau green sea turtle adalah satu dari 7 spesies penyu yang masih bertahan di dunia saat ini. Dari kesemua spesies penyu tersebut hanya penyu hijau- lah yang dapat ditemukan diseluruh perairan tropis dan sub tropis dunia. Di Indonesia, sampai sekarang dapat ditemukan 6 spesies penyu di perairan nusantara diantaranya adalah penyu hijau, penyu pipih, penyu lekang, penyu tempayan, penyu belimbing, dan penyu sisik. Semua spesies penyu ini dilindungi oleh pemerintah karena sudah terancam punah, terlebih lagi penyu belimbing yang keberadaannya sangat terancam di seluruh dunia. Semenjak terbitnya Peraturan Pemerintah no. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, seluruh spesies penyu yang ada di perairan Indonesia, termasuk di dalamnya penyu hijau (Chelonis mydas) menjadi satwa yang di lindungi. Penyu hijau yang populasinya paling banyak ditemukan di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia, juga terancam populasinya. Hal ini disebabkan oleh penangkapan besar-besaran baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Penyu ditangkap karena dari segi ekonomi sangat menguntungkan karena 1 ekornya dapat dihargai 700 ribu rupiah. Biasanya penyu hijau dimanfaatkan sebagai bahan makanan, dan kerapasnya bisa dipakai sebagai bahan baku pembuatan hiasan tertentu. Dengan demikian ratusan ribu nyawa penyu hilang setiap tahunnya di Indonesia. Ironisnya daerah yang paling banyak membutuhkan stok penyu adalah pulau Bali. Di Bali penyu biasa dimanfaatkan sebagai makanan seperti sate penyu, dan lawar penyu. Disamping sebagai sarana sesajen upacara agama yang dilegalkan asal mendapat persetujuan dari pihak terkait. Namun yang perlu digaris bawahi ialah tidak semua penyu yang dibawa ke Bali dimanfaatkan sebagai sarana upacara agama, banyak diantaranya diselundupkan ke Bali melalui agen-agen dari luar pulau. Maka dari itu tidak heran Bali dikenal sebagai daerah pengkonsumsi penyu terbesar di Indonesia. Pada kurun waktu tahun 1969 – 1999, kebutuhan penyu di Bali khususnya penyu hijau (Chelonia mydas) mencapai 19.628 ekor –
30.121 ekor per tahun. Saat itu, penyu hijau belum dilindungi. Namun demikian kondisi ini banyak mengundang protes dari berbagai pihak, bahkan Bali di juluki sebagai “daerah pembantai penyu terbesar di dunia “ dan banyak pihak yang mengancam akan memboikot pariwisata Bali. Hal ini tentunya menimbulkan citra negatif bagi pariwisata Bali. Berdasarkan fakta- fakta diatas maka populasi penyu hijau sudah sangat terancam. Bagaimana tidak, penyu hijau membutuhkan waktu 30 – 80 tahun untuk tumbuh dewasa dan siap bertelur. Kemudian membutuhkan waktu 75 hari untuk migrasi mencari makan, kemudian mencari tempat bertelur. Sekali bertelur penyu hijau dapat mengeluarkan sampai 500 butir telur, dan membutuhkan waktu sekitar 55 – 60 hari untuk menetas. Dari ratusan butir telur hanya 5% atau belasan tukik (bayi penyu) yang bisa selamat kembali ke laut dan tumbuh dewasa. Ini disebabkan selama perjalanan dari pasir menuju lautan, tukik sudah dihadapkan dengan berbagai macam rintangan seperti predator-predator alami mereka, seperti kepiting, burung laut, dan mamalia laut lainya. Dengan demikian sungguh menyedihkan, kalau penyu membutuhkan waktu begitu lama untuk berregenerasi, namun manusia cukup membutuhkan waktu singkat untuk menangkap kemudian membantainya. Perdagangan penyu illegal di Bali ditangani oleh BKSDA Bali dan bekerjasama dengan Polair POLDA Bali. Dalam kurun waktu tahun 2000 sampai 2008 terdapat 31 kasus dengan jumlah penyu yang tersita sejumlah 1.100 ekor dan 450 butir telur penyu lekang, jenis penyu sebagian besar penyu hijau dan beberapa ekor penyu sisik. Balai KSDA Bali selaku UPT PHKA di daerah dengan fungsi management authority bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, telah bekerja secara maksimal dalam menjalankan amanat tugas dan fungsinya. Kegiatan – kegiatan yang telah dilaksanakan Balai KSDA Bali dalam bidang konservasi penyu sudah cukup banyak dari operasi penegakan hukum, kerjasama dengan berbagai pihak terkait, hingga penyuluhan-penyuluhan kepada para nelayan. Beberapa hambatan dan kendala yang masih dihadapi dalam upaya konservasi penyu di Bali masih terjadi antara lain :
2
1. Kampanye perlindungan dan pengamanan penyu di Bali masih belum mendapat respon yang serius dari instansi terkait di Pemda Kabupaten/Kota sehingga ketika dilakukan penegak hukum masih sering terjadi benturan yang keras antara kepentingan masyarakat (penyu sebagai salah satu sarana upacara) dengan petugas penegak hukum. 2. Perlindungan habitat peneluran penyu serta pembinaan kelompok pelestari penyu baru terbatas dibeberapa tempat sehingga data potensi pantai di Bali sebagai habitat peneluran masih relatif sedikit. 3. Rehabilitasi populasi penyu/restocking di perairan Pro vinsi Bali melalui kegiatan : Penetasan telur penyu secara alami, Pelepasan tukik/penyu, dan Pembesaran penyu dalam keramba jaring apung (KJA) Belum mendapat respon yang cukup dari Pemda Kabupaten/Kota di Propinsi Bali sebagai solusi pemenuhan uapacara agama. 4. Pengetahuan petugas yang menangani konservasi penyu khususnya di daerah (kabupaten/kota) masih kurang memadahi sehingga perlu dilakukan asistensi bagi petugas dalam rangka konservasi penyu. 5. Pengetahuan masyarakat pesisir terhadap upaya penyelamatan habiat peneluran penyu di perairan bali masih kurang sehingga perlu dilakukan pelatihan bagi kelompok masyarakat untuk pengamanan habitat peneluran penyu, penangan sarang dan relokasi sarang, penandaan/tagging dan konservasi penyu pada umumnya. 1.1.2 Faktor Subyektif Berdasarkan hambatan-hambatan dalam melestarikan penyu hijau diatas, maka peranan disiplin ilmu Desain Komunikasi Visual sudah jelas yaitu merancang media komunikasi visual yang tepat guna dan efektif dalam mengkampanyekan pelestarian penyu hijau di Bali. Dengan dirancangnya media yang tepat guna maka diharapkan mampu menginformasikan bahwa pentingnya pelestarian populasi penyu hijau yang merupakan salah satu fauna laut yang dilindungi pemerintah. Maka dari itu media kampanye yang dibuat harus mampu memberikan jawaban atau jalan keluar terhadap masalah- masalah yang ada yaitu pelestarian populasi penyu. Dengan demikian konservasi penyu hijau di Bali
3
menjadi lebih lancar dan populasi penyu hijau akan tetap lestari. Dengan demikian pulau Bali tidak akan dicap sebagai pulau pembantai penyu terbanyak lagi.
1.2 Pengertian Judul Adapun judul yang diangkat dalam tugas akhir (studio) ini adalah “Perancangan Media Komunikasi Visual Sebagai Upaya Mengkampanyekan Pelestarian Populasi Penyu Hijau di Bali”. Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam mengartikan kata-kata yang terkandung dalam judul tersebut, maka sekiranya ada istilah yang perlu dijelaskan arti dan maksudnya, yaitu dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perancangan Berarti proses, cara atau juga bisa di katakan perbuatan merancang, (Alwi, 2002:927). b. Media Sarana untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada publik dengan menggunakan berbagai unsur komunikasi grafis seperti teks, atau gambar/foto (Pujiriyanto, 2005:15). c. Komunikasi Sebagai penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain (Pujiriyanto, 2005:13). d. Visual Suatu yang dapat dilihat (Kusrianto, A. 2007:12). Bagian yang dapat dilihat oleh khalayak sasaran (Alwi, 2002:1262). e. Sebagai Kata depan untuk menyatakan bagi (Alwi, 2002:1249) f.
Upaya Usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar,dsb); daya upaya. (Alwi, 2005:1250)
4
g. Mengkampanyekan Melakukan kampanye; mengadakan kegiatan untuk memperkenalkan seseorang atau sesuatu. (Alwi, 2005:498) h. Pelestarian Menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah; membiarkan tetap seperti keadaan semula; mempertahankan kelangsungan. (Alwi, 2005:665) i.
Populasi Seluruh jumlahorang atau penduduk di suatu daerah; jumlah penghuni, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya pada suatu satuan ruang tertentu; sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel. (Alwi, 2005:889)
j.
Penyu Hijau Bernama ilmiah Chelonia mydas adalah penyu laut besar yang termasuk dalam keluarga Cheloniidae. Hewan ini adalah satu-satunya spesies dalam golongan Chelonia. Mereka hidup di semua laut tropis dan subtropis, terutama di Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik. Namanya didapat dari lemak bewarna hijau yang terletak di bawah cangkang mereka. (http:\\wikipedia.org)
k. di Kata depan untuk menandai tempat. (Alwi, 2005:260) l.
Bali Sebuah pulau yang merupakan bagian dari gugusan kepulauan Nusantara, yang terletak diantara Jawa dan Lombok, lebih tepatnya 8 ̊
garis lintang
selatan. (Picard,2006:15)
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan pengertian judul tugas akhir ini adalah merancang berbagai sarana komunikasi visual sebagai usaha untuk memperngaruhi massa di Bali agar menjaga kelestarian populasi penyu hijau di pulau Bali agar tidak punah.
5
1.3 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka adapun rumusan masalah yang ingin disampaikan antara lain,sebagai berikut; 1. Media apakah yang tepat, efektif dan efisien dalam usaha mengkampanyekan pelestarian penyu hijau di Bali? 2. Bagaimana merancang media komunikasi visual yang baik, menarik, dan komunikatif kepada masyarakat di Bali sehingga mereka menjadi tahu dan sadar akan pentingnya melestarikan penyu hijau?
1.4 Batasan Masalah Ruang lingkup permasalahan dibatasi hanya pada merancang dan mewujudkan media kampanye untuk melestarikan populasi penyu hijau di pulau Bali, dimana penyu hijau termasuk fauna laut yang dilindungi oleh pemerintah. Maka dari itu ketika pulau Bali divonis menjadi daerah pembantai penyu hijau terbesar, kita sebagai masyarakat Bali harus berusaha membenahi citra Bali dengan cara menghentikan berbagai kegiatan yang dapat mengurangi populasi penyu hijau, serta melakukan berbagai upaya untuk melestarikannya. Adapun media- media yang akan dibuat antara lain: Poster, T-Shirt, Brosur, Spanduk, Pin, Stiker, Pamflet, Sign System, dan X-banner.
1.5 Tujuan Perancangan 1.5.1. Tujuan Khusus: a. Terciptanya media komunikasi visual yang tepat, efektif dan efisien dalam usaha mengkampanyekan pelestarian penyu hijau di Bali. b. Mengetahui proses perancangan media komunikasi visual yang baik, menarik dan komunikatif sebagai media informasi kepada masyarakat tentang berbagai upaya melestarikan penyu hijau. 1.5.2. Tujuan Umum: a. Agar habitat penyu hijau di Bali tetap lestari sehingga pulau Bali tidak dianggap daerah pembantai penyu terbesar lagi.
6
b. Untuk para mahasiswa sekiranya dapat menjadi referensi tentang judul-judul yang dapat diambil. Supaya tidak monoton dalam pemilihan judul TA ataupun tugas DKV. c. Sebagai persyaratan kelulusan menempuh ujian akhir di Institut Seni Indonesia Denpasar.
1.6 Manfaat Pe rancangan a. Bagi Masyarakat Masyarakat yang terlibat dalam pelestarian penyu hijau menjadi sadar dan tahu tentang upaya-upaya yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam upaya melestarikan habitat dan populasi penyu hijau. b. Bagi Lembaga ISI Denpasar Untuk menambah referensi tentang tugas akhir kepada adik-adik mahasiswa yang berada pada semester bawah, yang akan mengambil tugas akhir. Sehingga mereka akan menjadi kaya akan sumber-sumber inspirasi dan referensi dalam menentukan judul TA yang akan diambil. c. Bagi Pemerintah Dengan media komunikasi visual yang dibuat ini setidaknya akan dapat membantu lembaga- lembaga yang terkait seperti BKSDA Bali dalam usaha mengkampanyekan pelestarian populasi penyu hijau. Sehingga pulau bali yang sebelumnya dicap sebagai daerah pembantai penyu dapat dihilangkan. 1.7 Metode Pengumpulan Data Data merupakan salah satu unsur terpenting dalam suatu penelitian. Tanpa data maka penelitian dianggap tidak ada. Untuk memperoleh data maka dilakukanlah pengumpulan data. Agar data memperoleh kualitas da n validitas yang memadai, maka pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode, teknik, dan instrumen tertentu. 1.7.1 Metode Pengumpulan Data Primer Adalah metode yang datanya yang berasal dari sumber asli atau pertama (Sarwono,dan Lubis 2007:88) Juga bisa disebut disebut dengan metode lapangan (Ratna, 2010.188). Metode pengumpulan data primer/lapangan dianggap lebih
7
penting karena data lapangan menyediakan data asli sebagaimana mestinya dan juga dengan adanya interaksi langsung dalam proses komunikasi data lapangan dengan sendirinya menyediakan informasi yang jauh lebih kaya.
1.7.1.1. Metode Observasi Observasi merupakan salah satu teknik yang paling banyak dilakukan dalam penelitian. Menurut Adler semua penelitia dunia sosial pada dasarnya menggunakan teknik observasi (Adler, 2009: 523). Faktor terpenting dalam teknik observasi adalah observer (pengamat yaitu mahasiswa/penulis sendiri) dan orang yang diamati yang kemudian juga berfungsi sebagai pemberi informasi, yaitu informan (BKSDA Bali) 1.1.7.2 Metode Wawancara Metode wawancara (interview) adalah cara-cara memperoleh data dengan berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok (Ratna,2010: 222). Sebagai mekanisme komunikasi pada umumnya wawancara dilakukan sesudah observasi. 1.7.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder Data skunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkannya(Sarwono,dan Lubis,2007:82). Data sekunder sama pentingnya dengan data primer, karena bisa menutupi kekurangankekurangan yang ada pada data-data primer. 1.7.2.1 Metode Pustaka Merupakan pengumpulan data yang dilakukan melalui tempat-tempat penyimpanan hasil penelitian, seperti perpustakaan (Ratna, 2010.196). Metode kepustakaan adalah mencari data literatur yang berhubungan dengan desain komunikasi visual, meliputi buku, koran, majalah, kamus (Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan Kamus Bahasa Inggris-Indonesia), internet, dan media komunikasi lainnya yang erat kaitannya dengan objek permasalahan (lampiran- lampiran informasi yang ada). 1.7.2.2 Metode Dokumentasi Metode ini dilaksanakan untuk memperoleh sumber data yang berupa laporan tertulis atau beupa foto dan gambar, mengingat keterbatasan pengamata n 8
yang dilakaukan dengan mata secara sepintas, pikiran dan catatan-catatan yang diperlukan dapat menimbulkan kesalahan dan kekurangan-kekurangan sehingga dengan metode ini dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi. Metode dokumentasi juga disebut kajian dokumen, yaitu sarana bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca suratsurat, pengumuman, iktisar rapat, pernyataan tertulis atas kebijakan tertentu serta bahan-bahan tulisan yang lain.dokumen disini berarti keterangan dalam memperoleh data yang digunakan untuk melengkapi data-data lainnya (Sarwono dan Lubis, 2007: 102). Dalam hal ini dilakukan dengan mengumpulkan dokumendokumen berupa data, dan foto-foto yang berhubungan dengan penyu hijau. 1.7.2.3 Pencarian Secara Online/Internet Metode ini dilakukan untuk memperoleh sumber data yang lebih berupa informasi yang lebih cepat dan lengkap, laporan tertulis atau berupa foto dan gambar, mengingat keterbatasan pengamatan yang dirasa kurang lengkap, pikiran dan catatan-catatan yang diperlukan dapat menimbulkan kesalahan dan kekurangan sehingga dengan metode ini diharapkan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi. Pencarian secara online ialah pencarian dengan menggunakan computer yang dilakukan melalui internet dengan alat pencarian tertentu pada server-server yang tersambung dengan internet yang tersebar di berbagai penjuru dunia (Sarwono dan Lubis, 2007: 105). Dalam kasus ini dilakukan dengan mengumpulkan data berupa gambar- gambar penyu hijau yang tidak bisa diperoleh oleh penulis pada saat metode dokumentasi, dan data-data yang erat hubungannya dengan penyu hijau.
1.8 Metode Analisa Data Analisis data merupakan cara atau langkah pemikiran penelitian untuk mengolah data yang berhasil dikumpulkan dan merupakan tindak lanjut dari usaha untuk menguji kebenaran. Analisa data yang digunakan dalam laporan ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu penggambaran sifat suatu keadaan yang berjalan pada saat penelitian. Prinsip pokok metode ini adalah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data sistematis, teratur dan terstruktur, dan mempunyai makna (Sarwono dan Lubis, 2007: 110). Deskriptif Kualitatif 9
menekankan pada makna dan pemahaman dari dalam, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal- hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu uruturutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala- gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan halhal yang bersifat praktis. Berdasarkan hasil pengumpulan data baik literatur maupun pengambilan data secara langsung dilapangan, selanjutnya data-data pemilihan jenis media, unsur-unsur visual desain, teknik cetak dianalisa berdasarkan metode deskiptif kualitatif dan diperoleh kesimpulan (sintesa). Berdasarkan kesimpulan (sintesa) tersebut dibuatlah alternatif-alternatif desain. Desain dianalisa secara deskriptif kuantitatif berdasarkan unsur-unsur desain dan kriteria-kriteria yang ada, maka akan didapat desain terpilih sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas. Selanjutnya desain terpilih akan diproduksi dan disesuaikan dengan bahan, alat, dan teknik cetak masing- masing. Dari hasil produksi tersebut didapat wujud atau bentuk media komunikasi visual yang akan disebarluaskan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi (Sarwono dan Lubis, 2007: 110)
1.9 Indikator Serta Model Penilaian Desain Untuk menentukan desain mana yang akan dipilih, maka dilakukan penelitian terhadap alternatif-alternatif desain dengan menggunakan suatu sistem penghitungan skala ordinal (skala yang menunjukkan tingkatan atau rangking). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item- item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: Sangat Penting (SP), Penting (P), Ragu-ragu
(R),
Tidak
Penting
(TP),
Sangat
Tidak
Penting
(http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/pengertian-skala- likert.html). 10
(STP).
Rangking didapatkan setelah dilakukan penilaian berdasarkan prinsipprinsip desain. Penilaian dilakukan dengan memberi tanda plus (+) bila ada kesesuaian antara desain yang dibuat dengan prinsip desain, atau minus (-) bila tidak ada kesesuain hubungan. Tingkat kualitas akan disusun berdasarkan lima jenjang, dengan nilai tertinggi lima (5) dan nilai terendah adalah satu (1), untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : - Nilai 1 : Kurang sekali - Nilai 2 : Kurang - Nilai 3 : Cukup - Nilai 4 : Baik - Nilai 5 : Baik Sekali Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip. Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan "netra l" tak tersedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Skala_Likert). Tingkat kualitas dianalisis berdasarkan atas kriteria di bawah ini: 1. Komunikatif Desain yang dibuat dapat berkomunikasi sendiri, di mana khalayak yang dituju mampu memahami pesan yang disampaikan oleh media desain. (Poerwadaminta, 2000 : 585) 2.Fungsional Desain yang dirancang mampu menjalankan fungsinya dengan benar dan tepat, yakni menyampaikan informasi kepada masyarakat. (Poerwadaminta, 2000 : 282) 3. Informatif Desain yang dibuat mampu menyampaikan pesan-pesan yang dapat dimengerti dengan
mudah,
tepat dan
jelas
oleh
(Poerwadaminta, 2000 : 432)
11
masyarakat
yang
membacanya.
4. Surprise Desain dirancang sebagai suatu kejutan di mana pesan yang disampaikan belum pernah ada, sehingga terasa lebih berbeda. (Poerwadaminta, 2000 : 890) 5. Ergonomis Rancangan harus mampu memberikan kenyamanan kepada sasaran yang ingin dituju, nyaman dipakai, dibaca, dan sebagainya. (Poerwadaminta, 2000 : 265) 6. Simplicity Penyampaian pesan tidak terlalu rumit, tetapi singkat, padat dan jelas. (Poerwadaminta, 2000 : 888) 7. Etis Desain yang dibuat tidak menyimpang dari norma-norma yang berlaku di masyarakat
dan
tidak
menyinggung
orang
atau
kelompok
tertentu.
(Poerwadaminta, 2000 : 432). 8. Unity Unity atau kesatuan adalah paduan dari berbagai unsur bahasa rupa yang membentuk sebuah konsep ketautan dan pengikat sehingga menimbulkan kesan satu bentuk yang terkomposisi secara baik. (Sachari, 2004:55) 9. Artistik Berarti mempunyai nilai seni, bersifat seni. Dimaksudkan desain yang dibuat mempunyai nilai seni estetik. (http://kamusbahasaindonesia.org/artistik) 10.Kreatif Usaha penciptaan ide gagasan yang lebih baru dan inovatif sehingga penampilannya menjadi sedikit berbeda. (Poerwadaminta, 2000 : 890)
Untuk menentukan pilihan masing- masing karya yang akan dipilih menjadi karya terbaik dapat diambil melalui pemberian nilai masingmasing indikator dan unsur- unsur desain dengan perhitungan nilai pembagi (N) = nilai skor tertinggi dikali jumlah indikator. Sedangkan untuk penilaian desain melalui rumus (R) = jumlah rata-rata sekor nilai tertinggi dibagi 3 unsur desain dikali 100%. (Panduan Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual FSRD ISI Denpasar, 2007:14). Dari uraian di atas, sebagai
12
bentuk nilai berupa angka-angka dapat diuraikan berdasarkan skala Likert dengan rumusan sebagai berikut:
Setelah masing- masing alternatif desain dinilai berdasarkan prinsip dan kriteria desain, maka akan terlihat satu desain yang menduduki nilai teratas, dan desain inilah yang akan menjadi desain terpilih.
1.10 Sistematika Perancangan
Untuk mengetahui gambaran umum tentang pengantar karya ini, maka dirasakan perlu sistematika yang akan dipaparkan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan; menjelaskan tentang latar belakang masalah yang menyangkut hal- hal atau dasar-dasar yang diterapkan pada ide atau gagasan yang nantinya menjadi acuan dalam pembuatan desain, pengertian judul, masalah yang ada, serta rumusan masalah, batasan masalah yang merupakan gambaran umum dari sisi secara keseluhan materi pengantar karya atau metode penelitian yang digunakan untuk mengolah data untuk menghasilkan analisis dan sintesis Bab II Identifikasi dan Analisis Data;menjelaskan tentang tinjauan akan berbagai data yang akan diperoleh sebagai bahan masukan bagi perancangan, baik itu secara aktual maupun faktual yang ada di lapangan, analisis dan sintesis dari olahan data yang diperoleh. Bab III Konsep Perancangan; menjelaskan tentang konsep dasar perancangan seabgai hasil dari proses pengolahan data, sehingga nantinya diharapkan lahir konsep dan gagasan sebagai patokan akan adanya desain-desain yang baru. Strategi pemasaran dan konsep kreatif desain yang akan dibuat. Bab IV Lay Out atau Visualisasi Karya; menjelaskan tentang berbagai alternatif media yang akan dibuat oleh perusahaan, dari mulai berbagai elemen 13
dasar visual baik itu ilustrasi, teks, warna, dan typografi. Desain yang terpilih sebagai alternatif desain terbaik yang akan dipergunakan dalam rangka kampanye social tersebut. Bab V Penutup menjelaskan tentang kesimpulan dari unsur-unsur yang berpengaruh dalam proses perancangan sehingga diketahui hal- hal yang menjadi alasan dalam menjadikan media kampanye tersebut perlu untuk ditampilkan. Sedangkan saran-saran merupakan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait.
14
BAB II IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA
2.1. Data Teoritis / Aktual Data aktual berarti data yang diperoleh dari literatur, buku mengenai teori tentang media desain komunikasi visual yang berhubungan dengan konsep pembuatan karya pada tugas akhir ini. 2.1.1. Pengertian Perancangan Perancangan adalah Kemampuan untuk membuat beberapa alternatif pemecahan masalah (Azhar, 2004:51). Dalam kasus ini, perancangan yang akan dibuat penulis adalah Perancangan Media Komunikasi Visual Sebagai Upaya
Mengkampanyekan Pelestarian Populasi Penyu Hijau di Bali. 2.1.2. Pengertian Obyek / Kasus Penyu hijau adalah salah satu spesies penyu yang hidup diperairan Indonesia termasuk di sepanjang pantai di pulau Bali. Reptil yang bernama ilmiah Chelonia mydas ini termasuk satwa yang dilindungi oleh pemerintah semenjak tahun 1999. Akan tetapi peraturan pemerintah saja sangatlah tidak cukup dalam upaya melindungi satwa ini. Walaupun penegakan hukum sudah ditegakkan ba gi mereka yang melakukan penangkapan dan perdagangan penyu hijau secara ilegal, namun tetap saja terjadi penangkapan penyu secara besar-besaran.
Gambar 2.1 : Penyu hijau (Chelonia mydas) (Su mber: http://faunakaltim.files.wordpress.com)
Salah satu pemanfaatan penyu hijau di Bali yang dilegalkan adalah sebagai sarana upacara adat. Karena dagingnya dipakai untuk sesajen pada upacara Dewa
Yadnya dan Manusa Yadnya. Sedangkan pemanfaatan penyu secara ilegal seperti perdagangan, penyelundupan, dan penyembelihan penyu untuk dijadikan bahan makanan merupakan tindakan-tindakan yang tidak dibenarkan dan dapat dijerat dengan hukum yang berlaku. Timbul masalah baru ketika ditegakkannya hukum mengenai perlindungan penyu hijau di Bali, yaitu terbenturnya hukum dengan kepentingan upacara agama. Seringkali alasan upacara agama disalahgunakan dan dipakai untuk melindungi oknum-oknum yang terlibat dalam perdagangan penyu ilegal. Hal ini menimbulkan semacam konflik tersendiri dikalangan penegak hukum. Maka dari itu sedianya diperlukan suatu sosialisasi kepada masyarakat pada umumnya dan para nelayan pada khususnya, untuk tidak menangkap penyu hijau secara besarbesaran atau secara ilegal serta mengajak masyarakat di pesisir untuk ikut berpartisipasi aktif dalam usaha konservasi penyu di Bali. Karena satwa penyu hijau adalah salah satu fauna yang dilindungi oleh pemerintah, bahkan oleh WWF (World Wild Federation). Selain sosialisasi yang bersifat berkelanjutan, tidak kalah pentingnya ditunjang dengan berbagai media yang dapat mengkampanyekan perlindungan dan pelestarian penyu kepada masyarakat. Perlu diingat bahwa sasaran utama komunikasi adalah untuk para nelayan, sasaran sekundernya adalah masyarakat luas. Dengan demikian diharapkan masyarakat tahu dan sadar betapa pentingnya melestarikan populasi penyu hijau di perairan Bali, sehingga citra buruk pulau Bali terkait penangkapan penyu dapat dihilangkan. 2.1.3. Aspek-Aspek Desain Komunikasi Visual Media komunikasi visual adalah sarana informasi yang dapat dilihat dan dapat menginformasikan suatu maksud atau pesan yang ingin disampaikan. Media- media yang dirancang tentu tidak dapat terlepas dari unsur-unsur desain yang mendukung, diantaranya, ilustrasi, warna, huruf/tipografi, teks, layout,dan media
16
2.1.3.1 Ilustrasi Banyak ungkapan seperti “Sebuah gambar bisa melukiskan sejuta katakata” atau “drawing is louder than word”. Ya betul, semua ungkapan itu memang benar adanya. Ilustrasi atau gambar memang berfungsi menjelaskan suatu maksud tertentu. Ilustrasi secara harafiah berarti gambar yang dipergunakan untuk menerangkan
atau
mengisi
sesuatu
(Kusrianto,2005:110).
Dalam
perkembangannya, ilustrasi secara lebih lanjut ternyata tidak hanya berguna sebagai sarana pendukung cerita, tetapi dapat juga menghiasi rua ng kosong. Teknik membuat ilustrasi yang kemudian merupakan bagian dari grafis desain tidak dapat dipisahkan dari teknik reproduksi yang berkembang waktu itu. Teknik pertama yang dikenal dengan nama woodcut alias membuat cukilan atau relief pada sebuah papan kayu kemudian dicap pada kertas atau kain. Ilustrasi berfungsi untuk: •
Menarik perhatian.
•
Merangsang minat pembaca terhadap keseluruhan pesan.
•
Memberikan eksplanasi atas pernyataan.
•
Menonjolkan keistimewaan daripada produk
•
Memenangkan persaingan
•
Menciptakan suasana khas
•
Dramatisasi pesan.
•
Menonjolkan suatu merk atau semboyan dan mendukung judul iklan. Ilustrasi dapat berupa gambar, foto, maupun grafis lainnya. Gambar
merupakan penjelasan yang dapat menerjemahkan isi iklan secara menyeluruh, mampu menarik perhatian sekaligus menangkap pandangan secara sepintas. Sebab karya yang bermutu akan muncul dari hubungan baik antara ide, gaya penyajian, teknik, dan bahan. Ilustrasi dapat dihasilkan melalui beberapa teknik yaitu: Gambar Tangan (Hand Drawing) Yang dimaksud dengan teknik goresan tangan ini adalah teknik yang mengandalkan ketrampilan tangan dalam menggunakan pena, kuas, pastel, dan
17
alat gambar lainnya dengan memberikan ekspresi dan karakter tertentu. Ilustrasi gambar tangan dibuat secara keseluruhan menggunakan tangan, dengan memberikan ekspresi dan karakter tertentu untuk mendukung media komunikasi grafis yang dibuat, seperti iklan, poster, dll. Keunggulan dari teknik ini adalah menghasilakan karya yang ekspresif dan memiliki nilai sugestif serta biaya yang relatif murah. Kekurangannya adalah dalam hal pengerjaan memakan waktu yang relatif lama. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi : Teknik Arsir Teknik menggambar dengan garis – garis yang digoreskan secara berulang – ulang untuk memeroleh gelap terang dan nampak bervolume. Kesan gelap diperoleh dari menggores dengan rapat sedangkan kesan terang diperoleh dari goresan yang lebih jarang.
Gambar 2.2 Ilustrasi penyu kartu yang lucu dengan teknik arsiran (Su mber: www.shutterstock.com)
Teknik Titik-titik (dots) Adalah mewujudkan gambar dengan titik – titik. Pada bagian terang titik –
titik dibuat jarang dan pada bagian gelap titik – titik dibuat rapat sehingga dari teknik ini dapat dihasilkan kesan benda yang bervolume.
Gambar 2.3 Dibuat dengan teknik tit ik-titik. (Su mber: www.Inkart.net)
18
• Teknik Blok Teknik ini menggambarkan obyek denagn nada yang amat kontras, nada antara gelap langsung diblok dengan hitam sedangkan bagian yang terang dibiarkan tetap putih.
Gambar 2.4 Dibuat dengan teknik blok (Su mber: www.shutterstock.com)
• Teknik Half Tone Teknik ini menggunakan efek gradasi antara gelap terang atau dari hitam berangsur-angsur ke putih.
Gambar 2.5 Dibuat dengan teknik halftone (Su mber: www.in kart.net)
• Teknik Goresan Basah Menggunakan kuas dengan bahan dicampur dengan pelarut misalnya, cat air dicampur air, cat minyak dicampur minyak. Teknik ini juga disebut teknik kuas.
19
Gambar 2.6 Dibuat dengan teknik goresan basah yaitu dengan cat air (Su mber: www.Iwarecki.deviantart.co m)
• Teknik Wood Engraving Menggunakan papan kayu, semula papan diblok hitam kemudian dengan objek gambar di kikis dengan pisau untuk memberi kesan dimensi, bagian objek yang terang dan bagian gelap volume kikisannya dibedakan.
Gambar 2.7 Dibuat dengan teknik wood engraving (Su mber: www.punchstock.com)
Teknik Fotografi Ilustrasi berupa foto dihasilkan dengan teknik fotografi menggunakan
kamera, baik manual maupun digital. Karya fotografi merupakan salah satu elemen dari desain grafis. Fungsinya sama seperti gambar, lukisan, maupun ornament dekoratif, yaitu memberikan hiasan atau ilustrasi. (Kusrianto, 2005 : 119 )
20
Gambar 2.8 Ilustrasi Foto penyu hijau (Su mber: www.Jna1985.deviantart.co m)
Teknik Gabungan Perpaduan struktur rupa antara teknik hand drawing dengan teknik fotografi
yang digabungkan dengan menggunakan komputer, yang bertujuan untuk menyempurnakan kedua teknik tersebut. (Pujiryanto, 2005:42) Membuat gambar dengan menggabungkan beberapa teknik seperti: teknik fotografi dengan goresan tangan,
teknik
fotografi dengan kolase atau
penggabungan teknik lainnya.
Gambar 2.9 Dibuat dengan teknik tekn ik gabungan (Su mber: www.projectaware.org)
Ilustrasi teknik kolase Adalah ilustrasi yang menggunakan teknik tempel. Misalnya menempel
kertas-kertas berwarna pada sebuah gambar sketsa. Selain kertas, media untuk kolase bisa bebas bermacam- macam sesuai kreatifitas masing- masing orang . Misalnya kertas koran, biji-bijian, keramik, daun/bunga kering dsb. (Fandy, 2004)
21
Gambar 2.10 Dibuat dengan teknik teknik kolase (Su mber: http://www.wardi.dk)
-
Teknik Ilustrasi komputer Adalah teknik membuat ilustrasi dengan bantuan komputer serta software
pendukungnya. Seperti Adobe Photoshop, Illustrator, Corel Draw, Corel Painter, 3DSMax, Maya, dll. Banyak keuntungan yang bisa diperoleh dari teknik ini antara lain hasil karya rapi, pengerjaannya cepat dikarenakan fitur undo ataupun redo, dan dapat berimajinasi tanpa batas dengan bantuan teknologi software yang semakin canggih. Teknik ilustrasi komputer-pun dapat dibagi lagi menjadi: a.
Teknik Digital Painting Yang dimaksud dengan teknik digital painting adalah teknik menggambar
dengan tangan tetapi dibantu oleh bantuan komputer serta tablet pc/tablet pen. Hasil gambar yang dihasilkan teknik ini berupa gambar bitmap. Digital painting merupakan teknik andalan bagi seniman grafis dewasa ini, karena digital painting memungkinkan terciptanya hasil karya yang mendekati foto asli atau juga mendekati hasil karya lukisan manual.
22
Gambar 2.11 Tekn ik digital painting (Su mber : www.victorior.deviantart.co m)
b.
Teknik Vektor Teknik vektor adalah teknik pembuatan ilustrasi dengan bantuan software
grafis yang berbasis vektor seperti Corel Draw,dan Adobe Illustrator. Hasil karya berupa vektor yang mempunyai keunggulan tidak pecah ketika di zoom berapa kalipun. Ini memberi kemudahan jika hendak mencetak/mengeprint karya vektor.
Gambar 2.12 Teknik vektor yang sangat rapi dan juga halus (Su mber: www.istockphoto.com)
2.1.3.3 Warna Hidup tanpa warna sungguh membosankan. Oleh karena itu diharapakan hidup kita harus penuh dengan warna. Warna memberikan banyak kesan dalam hidup ini. Dan berikut adalah definisi warna dari berbagai perspektif. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya 23
(Alwi, 1996:1125). Warna juga dapat berarti spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih).(http://wikipedia.org) Pembagian Warna -
Warna Primer
Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning. Warna primer menurut teori warna pigmen dari Brewster adalah warnawarna dasar.
Gambar 2.13 Warna Primer (Su mber: http://www.ahlidesain.com)
-
Warna Skunder
Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1.Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.
Gambar 2.14 Warna Sekunder (Su mber: http://www.ahlidesain.com)
24
-
Warna Tersier
Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga.
Gambar 2.15 Warna Tersier (Su mber: http://www.ahlidesain.com)
-
Warna Netral
Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam. -
Warna Panas dan Dingin
Warna panas, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini menjadi simbol, riang, semangat, marah dsb. Warna panas mengesankan jarak yang dekat. Sedangkan Warna dingin, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari hijau hingga ungu. Warna ini menjadi simbol kelembutan, sejuk, nyaman dsb. Warna dingin mengesankan jarak yang jauh (http://id.wikipedia.org/wiki/Warna)
25
Gambar 2.16 Pembagian warna panas dan warna dingin pada lingkaran warna
(Sumber : www.wikipedia.org)
Gambar 2.17 Penerapan warna d ingin pada ilustrasi dengan teknik d igital painting (Su mber : www.Fran khong.deviantart.com)
Hubungan Antar Warna -
Kontras komplementer
Adalah dua warna yang saling berseberangan (memiliki sudut 180°) di lingkaran warna. Dua warna dengan posisi kontras komplementer menghasilkan hubungan kontras paling kuat. Misalnya jingga dengan biru.
26
Gambar 2.18 Warna Ko mplementer (Su mber: http://www.ahlidesain.com)
Gambar 2.19 Contoh Penerapan Warna Komp lementer pada Logo (Su mber: http://www.fedex.co m)
-
Kontras Split Komplementer
Adalah dua warna yang saling agak berseberangan (memiliki sudut mendekati 180°). Misalnya Jingga memiliki hubungan split komplemen dengan hijau kebiruan. Kontras triad komplementer Adalah tiga warna di lingkaran warna yang membentuk segitiga sama kaki dengan sudut 60°.
Gambar 2.20 Warna Split Ko mp lementer (Su mber: http://www.ahlidesain.com)
27
Gambar 2.21 Contoh Penerapan Warna Komp lementer pada Logo (Su mber: http://www.adgi.o r.id)
2.1.3.4 Huruf Huruf atau tipografi adalah tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang belambangkan bunyi bahasa (Alwi, 1996: 362). Berikut pembagian umum jenis tipografi:
Huruf Serif Garis hurufnya memperlihatkan perbedaan antara tebal- tipis dan
mempunyai kaki atau kait yang lancip pada setiap batang hurufnya. Contoh:
As Axry Lays Dying
(Times New Roman)
As Axry Lays Dying
(Aparajita)
Huruf Egyptian Garis hurufnya memiliki ukuran yang sama tebal pada setiap sisinya. Kaki
atau kaitnya berbentuk lurus atau kaku. Contoh:
As Axry Lays Dying
(Rockwell)
Huruf Sans Serif Garis hurufnya sama tebal dan tidak mempunyai kaki atau kait.
Contoh:
As Axry Lays Dying
(Arial)
As Axry Lays Dying (Impact)
Huruf Miscellaneous Jenis huruf ini lebih mementingkan nilai hiasnya daripada nilai
28
komunikasinya. Bentuk huruf ini senantiasa mementingkan aspek dekoratif dan ornamental. Contoh:
As Axry Lays Dying
(HARRINGTON)
As Axry Lays Dying
(Hobo std)
Huruf Script
Jenis huruf ini menyerupai tulisan tangan dan bersifat spontan. Contoh:
As Axry Lays Dying (Bickham script) Huruf apabila kita perhatikan ternyata tidak sesederhana yang kita lihat secara sepintas. Setiap bentuk huruf memiliki keunikan fisik yang dapat membedakan antara huruf satu dan lainnya. Setiap huruf memiliki organ atau komponen visual. Menurut Danton Sihombing terminologi umum yang dipakai untuk penamaan setiap komponen visual huruf adalah seperti yang terlihat pada gambar.
Gambar 2.22 Huruf dan ko mponen visual (Su mber: Siho mbing, 2003:189)
Sementara Freddy Adiono Basuki (2002) memberikan istilah untuk anatomi huruf seperti yang terlihat pada gambar berikut :
Gambar 2.23 Huruf dan ko mponen visual (Su mber: Basuki, 2002:97)
Keduanya sebenarnya tidak berbeda, hanya istilahnya saja yang berbeda dan adanya tinggi utnuk huruf besar dan huruf kecil.Pada pembuatan media kampanye
29
pelestarian penyu hijau ini, penulis akan menggunakan huruf sans serif, dan serif agar lebih mudah dibaca dan sederhana. 2.1.3.5 Teks Teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang (Alwi, 1996: 1024). Teks merupakan suatu penjelas dalam sebuah desain yang mempunyai sifat yang mudah dibaca, dipahami dan dimengerti maksud yang ingin disampaikan. (Poerwadarminta, 1985: 14). Selain itu teks merupakan sederet kata yang menjelaskan suatu barang atau jasa untuk tujuan tertentu. Teks melibatkan jenis huruf dan ukuran. Teks pada umumnya terbagi menjadi headline (judul), subheadline (sub judul) dan keterangan/informasi pendukung lainnya. Adapun fungsi daripada teks yaitu: -
Headline (Judul) Unsur yang memegang peranan penting, besar, saingkat, dan padat.
Headline itulah yang diharapkan akan dibaca pertama kali serta akan melekat dalam ingatan pembacanya (Kusrianto, 2005: 328). Judul juga berfungsi mengarahkan pembaca untuk lebih jauh mengetahui tentang isi pesan atau produk yang ada didalamnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis judul adalah: 1) Bentuk huruf mendukung dan memancarkan watak tulisan 2) Judul kontras dengan teks lainnya (warna, ukuran, bentuk ) 3) Tempatkan dalam frame atau bingkai 4) Kata tidak terlalu panjang sehingga mudah dibaca 5) Tempatkan judul ditengah-tengah 6) Hindari judul dengan huruf kapital semua 7) Bentuk visualisasi menunjang isi pesan seirama dengan isi dan maksud (Pujiriyanto, 2002: 38)
-
Sub Headline (Sub Judul)
30
Sub judul merupakan lanjutan keterangan dari judul yang menjlaskan makna atau arti daripada juduldan umumnya lebih panjang dari judulnya. Sub judul dapat juga disebut sebagai kalimat peralihan yang mengarahkan pembaca dari judul ke kalimat pembuka dari naskah. (Pujiriyanto, 2005: 39). -
Slogan (Semboyan) Yaitu kalimat yang pada umumnya digunakan untuk lebih meyakinkan
dan memperkuat sikap calon konsumenuntuk memilih produk atau jasa yang ditawarkan. Kalimat yang digunakan harus sederhana dan mudah untuk di ingat. Terkadang, Slogan juga bisa digunakan sebagai Headline. Slogan juga berfungsi untuk mempopulerkan barang atau jasa melalui rangkaian kata - kata singkat. -
Body Copy (Naskah) Merupakan Teks informasi lengkap yang berisi informasi detail pada sisi
iklan. (Kusrianto, 2005: 328) -
Closing Word (Penutup) Merupakan kalimat pendek yang jelas, singkat, jujur dan jernih yang
biasanya bertujuan untuk mengarahkan pembaca untuk membuat keputusan. (Pujiriyanto, 2005: 41) 2.1.3.6. Layout Tata letak atau lay out dalam sebuah perancangan media komunikasi visual memegang peranan yang sangat penting, tata letak yang dimaksud terdiri dari unsur warna, logo, teks atau tipografi serta unsur ilustrasi. Jika tata letak dalam perancangan media komunikasi diterapkan maka media yang dihasilkan mempunyai nilai yang harmonis dan dapat membentuk satu kesatuan. (Kusmiati, 1999 : 13) Menurut Freedy Andiono Basuki (2000) ada tiga tahapan tata letak, yaitu: 1. Membuat tata letak miniatur atau sketsa kecil (thumbnail). Tahapan ini merupakan tahap perancangan dalam menentukan komposisi unsur- unsur yang akan ditempatkan yang mana visualisasinya masih berupa sket kolom teks dan kolom gambar.
31
2. Membuat tata letak kasar (aburpt lay out). Tahap ini merupakan tahap rancangan yang sudah berwujud gambar dan teks. 3. Membuat tata letak komperehensif. Tahapan ini merupakan tahapan rancangan dimana keseluruhan unsur sudah disusun dengan baik dan benar yang sudah siap cetak. Umumnya sudah disusun dengan komputer dimana di atas layout tertera instruksi agar percetakan mengarti keinginan desainernya. Ada beberapa tipikal metode layout iklan yaitu : a. Axial : Elemen-elemen iklan diletakkan berdasarkan sebuah sumbu yang diletakkan pada posisi tertentu di halaman iklan. Pada metode ini akan banyak ditempatkan bidang kosong. b. Group : Menggunakan sejumlah elemen berupa foto yang diletakkan berkelompok dalam suatu titik konsentrasi pandang di halaman iklan. Tujuannya adalah untuk memberikan satu pusat perhatian. c. Band : Elemen iklan dipasang membentang seperti sabuk, tetapi letaknya membujur secara vertikal. Tipikal tersebut memberikan blocking materi setinggi halaaman iklan. d. Path : Model ini menyebabkan materi, baik berupa foto maupun teks secara zig- zag seluas halaman iklan. Secara estetika, model itu membuat mata pembaca cepat lelah, tetapi dalam trik tertentu halaman iklan itu mendapatkan perhatian merata pada permukaan halaman. e. “T” : Walaupun ini termasuk model lama yang sudah kkuno tetapi ternyata model itu masih banyak yang menggunakan karena dirasa masih efektif. f.
“Z” : Ide penggunaan model ini adalah untuk meratakan perhatian di seluas permukaan halaman. Biasanya model ini digunakan dalam iklaniklan ber-skrip latin yang dibaca dri kiri ke kanan.
g. “S” : Layout ini merupakan kebalikan dari model “Z”, tetapi diperh=gunakan bagi pembaca yang menggunakan skrip non latin dan membacanya dari kanan ke kiri, misalnya huruf Arab. h. “U” : Elemen iklan dipasang mengikuti bentuk huruf U.
32
i.
Grid/Sistem kolom : Model ini mirip dengan Axial, tetapi ukuran dan letak elemen lebih memenuhi bidang iklan sehingga tidak banyak bidang kosong.
j.
Cheesboard/Papan catur : Model yang memasang elemen-elemen gambar/foto secara rapi menyerupai kotak-kotak papan catur. Model ini cocok dipergunakan untuk iklan yang memiliki banyak elemn foto yang serupa. (Kusrianto. 2005.
2.1.3.7. Media Media adalah alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan sebagainya (Alwi, 1999: 640). Media mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan periklanan, karena melalui media suatu bentuk pesan dapat disampaikan dan dapat ditangkap oleh panca indra konsumen. Landasan pemikiran dalam pemilihan media adalah kemampuan untuk menjangkau massa, kapasitas informasi yang dapat diemban media. Didalam periklanan, media penyampaian dapat dibagi menjadi dua pengertian yaitu : a. Media Lini Atas (Above The Line Media) Adalah kelompok media promosi yang memerlukan media luar ruang adalah melalui sarana media komunikasi massa, misalnya media cetak (iklan surat kabar, iklan majalah, poster dan sebagainya), media elektronik baik media audio maupun audio visual (radio, televisi, film, video, dan sebagainya), serta media luar ruang atau outdoor media (billboard, spanduk, neon sign, painted bulletin dan sebagainya). Pada umumnya biro iklan bersangkutan mendapat komisi karena pemasangan iklan tersebut. (Riyanto, 1997: 131) b. Media lini bawah (below-the-line media) Merupakan kelompok media promosi yang tidak memerlukan media luar ruang, artinya tidak melibatkan pemasangan iklan pada media komunikasi massa atau tidak memberikan komisi kepada perusahaan iklan. Media lini bawah sering
33
dijadikan pilihan kegiatan berpromosi yang memerlukan gerak cepat dengan anggaran terbatas, terutama dalam menaikkan angka penjualan (direct selling) secara dramatik. Kelebihan promo media lini bawah adalah: efektifitas waktu dan kecepatan penyampaian informasi kepada kalayak sasaran, penguatan citra yang relatif tanggap di benak konsumen, nilai finansial yang dikeluarkan lebih ekonomis, timbal balik dan reaksi khalayak sasaran terhadap kegiatan berpromosi melalui media lini bawah cukup menjanjikan. Tenggang waktu pemanfaatan media lini bawah sangat fleksibel, terdiri dari media seperti direct mail, exhibition (pameran), kalender, agenda, gift/tanda mata (gantungan kunci dan lain- lain), serta point of sale display. (Riyanto, 1997: 131)
2.1.3 Prinsip Desain Komunikasi Visual Untuk pertimbangan
menghasilkan desain yang berkualitas diperlukan berbagai dalam
mengorganisasikan
elemen-elemen
grafis
supaya
mendapatkan komposisi yang tepat. Komposisi adalah pengorganisasian unsurunsur rupa yang disusun dalam karya desain grafis secara harmonis antara bagian dengan bagian, maupun antara bagian dengan keseluruhan. Komposisi yang harmonis dapat diperoleh dengan mengikuti kaidah atau prinsip-prinsip desain.: prinsip-prinsip desain. Pinsip-prinsip desain itu adalah : a. Prinsip keseimbangan Keseimbangan atau balance merupakan prinsip dalam komposisi yang menghindari kesan berat sebelah atas suatu bidang atau ruang yang diisi dengan unsur-unsur rupa (Kusrianto, 2005:38). Keseimbangan dapat dibagi menjadi : Keseimbangan Simetris: sama dalam ukuran, bentuk, bangun, dan letak dari bagian-bagian atau objek-objek yang akan disusun di sebelah kiri dan kanan garis sumbu khayal.
34
Gambar 2.22 Keseimbangan simetris (Su mber: Kusrianto,Adi. 2005:38)
Keseimbangan Asimetris: Apabila garis, bentuk, bangun atau masa yang tidak sama dalam ukuran, isi atau volume, diletakan sedemikian rupa sehingga tidak mengikuti aturan keseimbangan simetris.
Gambar 2.23 Keseimbangan asimteris
(Su mber: Kusrianto,Adi. 2005:39) b. Prinsip titik fokus/pusat Fokus atau pusat perhatian selalu diperlukan dalam suatu komposisi untuk menunjukkan bagian yang dianggap penting dan diharapkan menjadi perhatian utama. Penjagaan keharmonisan dalam membuat suatu fok us dilakukan dengan menjadikan segala sesuatu yang berada di sekitar fokus mendukung fokus yang telah ditentukan.
35
Gambar 2.24 desain dengan titik fokus
(Su mber: http://farm3.static.flickr.co m) c. Prinsip hirarki visual Merupakan prinsip yang mengatur elemen-elemen mengikuti perhatian yang berhubungan secara langsung dengan titik fokus. Titik fokus merupakan perhatian yg pertama, kemudian baru diikuti perhatian yg lainnya. Yang menyangkut tiga pertanyaan penting dalam hirarki visual adalah: mana yang dilihat pertama, mana yang dilihat kedua dan mana yang dilihat ketiga.
Gambar 2.25 Prinsip hirarki v isual (Su mber: http://www.widecast.org)
d. Prinsip ritme Irama atau ritme adalah penyusunan unsur-unsur dengan mengikuti suatu pola penataan tertentu secara teratur agar didapatkan kesan yang menarik.
36
Penataannya dapat dilaksanakan dengan mengadakan pengulangan maupun pergantian secara teratur.
Gambar 2.26 Prinsip rit me (Su mber:www.deviantart.co m)
e. Prinsip kesatuan Kesatuan atau unity merupakan salah satu prinsip yang menekankan kepada keselarasan dari unsur-unsur yang disusun, baik dalam wujudnya maupun kaitannya dengan ide yang melandasinya.
Gambar 2.27 Prinsip kesatuan (Su mber:http://digilib.petra.ac.id/viewer)
2.1.4. Aspek Teknis Perwujudan Dalam dunia percetakan terdapat 5 buah teknik dasar mencetak, yaitu Offset, Screen printing, Gravure, Letterpress, Fexografi, dan digital.
37
-
Offset (Lithografi) Teknik cetak offset menggunakan metode planographic. Bagian yang
tercetak dan tidak tercetak pada satu plat dan dibedakan bedasarkan proses kimiawi. Mesin cetak offset disebut juga lithografi, digunakan untuk mencetak buku, Koran, dan majalah. -
Screen Printing (Sablon) Dikenal juga sebagai silk screen karena adanya lubang- lubang halus
seperti sutra (silk), dan orang awam menyebutnya sablon. Pada awalnya, proses dibuat secara manual dan sangat sederhana. Stainless steel atau dacron dijadikan frame. Screen lalu dipasang membentang dengan bantuan frame. Selanjutnya adalah Rackel yang permukaannya dari karet berfungsi menyaput tinta ke permukaan screen. -
Gravure Metode cetak ini menggunakan system cetak doctor blade untuk menyapu
kelebihan tinta. Teknik cetak ini sangat sesuai untuk mencetak dalam jumlah sangat banyak. Kualitas produksinya juga sangat tinggi dan konsisten. -
Letterpress Cetakan dengan letterpress menggunakan ukiran yang menonjol. Area
yang menonjol akan menyentuh roll tinta dan ditransfer ke kertas yang dicetak. Seperti cara kerja stempel, pada umumnya digunakan tinta yang berbasis minyak. -
Flexography Cetak flexo pada umunya dilakukan secara rotary (web) menggunakan
karet (untuk pekerjaan solid yang sederhana seperti huruf- huruf yang besar) atau photo-polymer yang dapat menghasilkan kualitas cetak prima. (Kusrianto, 2007: 131-135) -
Teknik cetak digital (digital printing) Cetak digital merujuk pada image/citra yang diciptakan dengan komputer
menggunakan gambar, teknik cetak lain, foto, light pen serta tablet, dan sebagainya. Citra tersebut bisa dicetak pada bahan yang bervariasi termasuk pada kertas, kain atau kanvas plastik. Reproduksi warna yang akurat merupakan kunci yang membedakan antara digital print berkualitas tinggi dengan yang berkualitas
38
rendah. Warna metalik (emas, perak) sulit untuk direproduksi secara akurat karena akan memantul-balikkan sinar pada scanner digital. Cetak digital berkualitas tinggi biasanya direproduksi dengan menggunakan file data ber-resolusi sangat tinggi dengan printer ber-presisi tinggi. Perbandingan kwalitas antara cetak offset dan digital printing bukan lagi menjadi aspek utama karena ada keleb ihan dari digital printing yang tidak dapat dilakukan oleh cetak offset, yaitu kecepatan dan flexibilitas. (http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_grafis#Cetak_Digital). 2.1.5. Teori Sosial yang Mendukung Kasus 2.1.5.1.Semiotika Semiotika berasal dari kata Yunani: semeion, yang berarti tanda. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), berfungsinya tanda, dan produksi makna. Bagi Barthes, faktor penting dalam konotasi adalah penanda dalam tatanan pertama. Penanda tatanan pertama merupakan tanda konotasi. Jika teori itu dikaitkan dengan desain komunikasi visual (DKV), maka setiap pesan DKV merupakan pertemuan antara signifier (lapisan ungkapan) dan signified (lapisan makna). Lewat unsur verbal dan visual (non-verbal), diperoleh dua tingkatan makna, yakni makna denotatif yang didapat pada semiosis tingkat berikutnya. Pendekatan semiotik terletak pada tingkat kedua atau pada tingkat signified, makna pesan dapat dipahami secara utuh (Tinarbuko.2008:11-15). Mengingat DKV mempunyai tanda berbentuk bahasa verbal dan visual, serta merujuk bahwa teks DKV dan penyajian visualnya juga mengandung ikon terutama berfungsi dalam sistem sistem-sistem non kebahasaan untuk mendukung peran kebahasaannya, maka pendekatan semiotik terhadap DKV layak diterapkan. Merujuk teori Charles Sanders Pierce, maka tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik, diantaranya :
Ikon Ialah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan.
39
Indeks Merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya, atau disebut juga tanda sebagai bukti.
Simbol Merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Symbol baru dipahami jika sesorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya.(Tinarbuko, 2008: 16-17) Tanda mempunyai arti langsung dari suatu tanda yang telah diketahui
bersama atau yang menjadi pengertian bersama, maka tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Semiotika atau ilmu tanda di sini berfungsi agar bisa melukiskan kata-kata dengan sebuah gambar (ikon, indeks, ataupun simbol). Contoh penerapannya ikon untuk pembuatan media kampanye pelestarian penyu hijau ini adalah gambar silluet penyu yang berarti spesies penyu hijau. Contoh indeks pada kampanye pelestarian adalah jika penangkapan penyu hijau terus berlangsung, maka akan diikuti kepunahan spesies tersebut. Kemudian contoh symbol untuk kasus ini adalah tanda larangan,yaitu lingkaran merah disertai coretan merah membelah lingkaran dengan dudut 45 º. Jika di dalam tanda larangan itu dicantumkan ilustrasi penyu yang dijaring, maka tanda itu berarti dilarang menangkap penyu.
2.2. Data Lapangan / Faktual Data merupakan salah satu unsur penelitian yang sangat penting. Fakta artinya peristiwa, kejadian, bukti berita, kenyataan (Ratna, 2010: 125). Data faktual juga disebut dengan data lapangan yang artinya kumpulan data yang diperoleh dengan cara melakukan pengukuran langsung (tidak menggunakan satelit), di lapangan (Poerwadarminta, 2001: 239). Data faktual ini terdiri dari beberapa pembahasan mengenai penyu hijau.
40
2.2.1 Nama Objek
Gambar 2.28 Penyu Hijau yang sedang berenang (Su mber : www.google.co m)
Objek yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah Penyu Hijau. Penyu hijau adalah salah satu satwa yang dilindungi pemerintah. Spesies penyu yang bernama ilmiah Chelonia Mydas ini adalah salah satu jenis penyu laut yang umum dan jumlahnya cukup banyak. Meskipun jumlahnya lebih banyak di banding penyu lainnya, populasi penyu hijau tiap tahun berkurang oleh penangkapan dan pembunuhan baik sengaja maupun tidak sengaja yang terperangkap oleh jaring. Penyu
hijau
dieksploitasi
besar-besar
untuk
diambil
dagingnya,
dan
diperdagangkan secara ilegal untuk mendapatkan untung yang jumlahnya tidak sedikit. Sebagian orang menganggap penyu adalah salah satu hewan laut yang memiliki
banyak
cendramata,
kelebihan.
dagingnya
untuk obat dan ramuan
yang
Selain tempurungnya yang
menarik
lezat
penyu berkhasiat
kecantikan.
ditusuk
Terutama
jadi Sate
di Tiongkok dan Bali,
untuk
penyu
menjadi bulan-bulanan ditangkap, disantap, tergusur dari pantai, telurnyapun diambil.
41
Gambar 2.29 Penyu Hijau yang ditangkap (Su mber : www.google.com)
Meski sudah ada Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pelestarian Jenis Tumbuhan dan Satwa, yang melindungi semua jenis penyu, perburuan terhadap hewan yang berjalan lamban ini terus berlanjut. 2.2.1.1 Taksonomi Ada beberapa jenis (species) penyu laut yang hidup di perairan . Diantaranya penyu hijau atau dikenal dengan nama green turtle (Chelonia mydas), penyu sisik atau dikenal dengan nama Hawksbill turtle (Eretmochelys imbricata), penyu
lekang atau dikenal dengan nama Olive ridley turtle
(Lepidochelys olivacea), penyu belimbing atau dikenal dengan nama Leatherback turtle (Dermochelys olivacea), penyu pipih atau dikenal dengan nama Flatback turtle (Natator depressus) dan penyu tempayan atau dikenal dengan nama Loggerhead turtle (Caretta caretta). Dari jenis ini Penyu Belimbing adalah penyu terbesar dengan ukuran mencapai 2 meter dengan berat 600 – 900 kg. Yang terkecil adalah penyu lekang dengan ukuran paling besar sekitar 50 kg. Yang penulis bahas pada karya tulis ini hanyalah penyu hijau (Chelonia mydas). Penyu hijau dinamai demikian karena warna daging dan lemaknya berwarna hijau, meskipun warna kulit penyu ini sebagian besar berwana coklat. Berikut adalah profil lengkap penyu hijau:
42
-
Kingdom
: Animalia
-
Filum
: Chordata
-
Kelas
: Reptilia
-
Ordo
: Testudinata
-
Superfamili
: Chelonioidea
-
Genus
: Chelonia
-
Spesies
: Chelonia Mydas
(Linnaeus, 1758)
2.2.1.2 Penyebaran Populasi penyu hijau tersebar disepanjang pantai tropis dan subtropis di seluruh dunia. Berikut peta penyebarannya :
Gambar 2.30 Peta penyebaran penyu hijau (Su mber : www.wikipedia.o rg)
Berdasarkan peta diatas, penyebaran penyu hijau di seluruh dunia hanya terdapat di daerah tropis dan subtropis. Bulatan merah berarti daerah dengan populasi terbesar atau lokasi sarang terbanyak. Sedangkan bulatan kuning berarti populasi yang tidak terlalu banyak. Ada dua pembagian wilayah penyebaran penyu hijau yaitu Atlantik dan pasifik bagian timur.
43
2.2.1.3 Siklus Kehidupan Penyu
hijau
memiliki sepasang tungkai depan
yang berupa
kaki
pendayung yang memberinya ketangkasan berenang di dalam air. Penyu hijau adalah hewan pemakan tumbuhan (herbivore) namun sesekali dapat menelan beberapa hewan kecil. Hewan ini sering di laporkan beruaya di sekitar padang lamun (seagrass) untuk mencari makan, dan kadang di temukan memakan macroalga di sekitar padang alga. Pada padang lamun hewan ini lebih menyukai beberapa jenis lamun kecil dan lunak seperti (Thalassia testudinum, Halodule uninervis, Halophila ovalis, and H. ovata). Pada padang alga, hewan ini menyukai (Sargassum illiafolium and Chaclomorpha aerea).
Pernah di laporkan pula
bahwa penyu hijau memakan beberapa invertebrate yang umumnya melekat pada daun lamun dan alga. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu karena penyu bernapas dengan paruparu. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer dapat ditempuh 58 - 73 hari. Penyu mengalami siklus bertelur yang beragam, dari 2 - 8 tahun sekali. Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut, betina sesekali mampir ke daratan untuk bertelur. Penyu betina menyukai pantai berpasir yang sepi dari manusia dan sumber bising dan cahaya sebagai tempat bertelur yang berjumlah ratusan itu, dalam lubang yang digali dengan sepasang tungkai belakangnya. Pada saat mendarat untuk bertelur, gangguan berupa cahaya ataupun suara dapat membuat penyu mengurungkan niatnya dan kembali ke laut. Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik (bayi penyu) yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa. Itu pun
tidak
memperhitungkan
faktor
perburuan
oleh
manusia
dan
pemangsa alaminya seperti kepiting, burung dan tikus di pantai, serta ikan- ikan besar begitu tukik tersebut menyentuh perairan dalam.
44
Gambar 2.31 Tukik yang berjuang kembali ke laut (Su mber : www.wikipedia.o rg)
Di tempat-tempat yang populer sebagai tempat bertelur penyu biasanya sekarang dibangun stasiun penetasan untuk membantu meningkatkan tingkat kelulushidupan (survival). Di Indonesia misalnya terdapat stasiun penetasan di:
Pantai selatan Jawa Barat (Pangumbahan, Cikepuh KSPL Chelonia UNAS)
Pantai selatan Bali (di dekat Kuta)
Kalimantan Tengah (Sungai Cabang FNPF)
Pantai selatan Lombok
Jawa Timur (Alas Purwo)
Bengkulu (Retak ilir Muko- muko)
Pulau Cangke Kabupaten Pangkep Prov. Sulawesi selata n.
2.2.2. Data Lembaga a. Nama
: Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Bali
(BKSDA Bali) b. Alamat
: Jl. Suwung Batan Kendal No. 37, Denpasar, Bali.
c. Peta Lokasi
:
45
Gambar 2.32 Denah lo kasi BKSDA Bali (Su mber : www.google.com/ maps/)
d. No. telp
: 0361 720063
e. Website
: www.bksda-bali.go.id
f.
:
[email protected].
Email
g. Pimpinan
: Ir. Istanto.M.Sc
h. Struktur Organisasi :
Gambar 2.33 Struktur Organisasi BKSDA Bali (Su mber : www.bksda-bali.go.id)
i. Profil Lembaga
: BKSDA Bali adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Dierktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Departemen Kehutanan, dengan level eselon III A. BKSDA Bali dipimpin oleh
46
seorang Kepala Balai (eselon III A), dibantu oleh seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha (eselon IV A), dan dua orang Kepala Seksi Konservasi Wilayah I dan Kepala Seksi Konservasi Wilayah II (eselon IV A). Kantor BKSDA Bali beralamat di Jl. Suwung Batan Kendal No. 37, Denpasar. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6187/Kpts-II/ 2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi Sumber Daya Alam, dua aspek tugas pokok BKSDA Bali adala h Melaksanakan pengelolaan kawasan konservasi, yaitu kawasan hutan Cagar Alam (CA), dan kawasan hutan Taman Wisata Alam (TWA), serta Melaksanakan upaya konservasi tumbuhan dan satwa liar, baik di dalam habitatnya (konservasi in-situ) maupun di luar habitatnya (konservasi ex-situ) Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Balai KSDA Bali mempunyai fungsi : 1. Menyusun Program Pengembangan Kawasan, Pemangkuan Kawasan Suaka Alam (Cagar Alam Batukahu), Taman Wisata Alam (TWA. Danau BuyanDanau Tamblingan, TWA. Penelokan dan TWA. Sangeh). 2. Melaksanakan konservasi perlindungan dan pemanfaatan kawasan serta jenis tumbuhan dan satwa. 3. Pengamanan kawasan dan jenis sumber daya alam hayati diluar kawasan. 4. Pembinaan cinta alam dan penyuluhan konservasi sumber daya alam. 5. Menyelenggarakan Administrasi Perkantoran/Ketata Usahaan Kantor Visi Dalam melaksanakan tugasnya BKSDA Bali mempunyai visi terwujudnya pengelolaan sumber daya alam hayati dan pengelolaan hutan konservasi yang aman dan mantap secara legal formal, didukung kelembagaan yang kuat dalam pengelolaannya serta mampu memberikan manfaat optimal kepada masyarakat, untuk mendukung pembangunan Bali yang berkelanjutan.
47
Misi Untuk mewujudkan Visi tersebut, BKSDA Bali mengemban Misi : 1. Memantapkan pengelolaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, 2. Memantapkan perlindungan
hutan dan penegakan hukum (Law
enforcement), 3. Mengembangkan secara optimal pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan prinsip kelestarian, 4. Mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolaan, perlindungan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya Sasaran Untuk mencapai tujuan sesuai dengan Visi dan Misi yang telah direncanakan, ditetapkan Sasaran sebagai berikut : 1. Meningkatkan
efektifitas
pengelolaan
kawasan
konservasi
dan
mendorong pengembangan kawasan konservasi baru, 2. Mengembangkan
kegiatan
fasilitasi
pengelolaan
ekosistem
esensial/daerah perlindungan satwa, 3. Meningkatkan upaya pengawetan keanekaragaman sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, 4. Meningkatkan upaya perlindungan kawasan, perlindungan sumber daya alam hayati, dan pengendalian/penanggulangan kebakaran hutan, serta penegakan hukum, 5. Meningkatkan upaya pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan prinsip
kelestarian,
serta pengawasan
/pengendalian pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, 6. Meningkatkan pengembangan pemanfaatan obyek dan daya tarik wisata alam dan jasa lingkungan, serta pengembangan Bina Cinta Alam,
48
7. Mengembangkan upaya penguatan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolaan, perlindungan, dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. j. Logo Lembaga
:
Gambar 2.34 Logo BKSDA Bali (Su mber : www.bksda-bali.go.id)
2.2.3. Lokasi Perancangan Lokasi perancangan media kampanye ini, dari pengolahan data hingga hasil desain medianya, berada di rumah mahasiswa bersangkutan atau di Studio DKV ISI Denpasar.
2.2.4. Sarana Komunikasi Visual yang ada Untuk mengkampanyekan pelestarian penyu. Adapun menggunakan sarana media komuikasi visual seperti:
Gambar 2.35 Poster (Su mber : www.b ksda-bali.go.id)
Material dan teknik Material
: Kertas art papar
Teknik
: media menggunakan teknik gambar vector komputer
49
Teknik
: teknik print digital
Media poster diatas cukup jelas menginformasikan tentang pelestarian penyu, khususnya di Indonesia. Hal ini tersirat dalam teks yang berbunyi “ SELAMATKAN PENYU LAUT INDONESIA”. Namun terdapat kekurangan dimana
ilustrasi penyu
yang ditampilkan kurang
fokus,
seakan
lebih
memfokuskan pemandangan terumbu karang bawah lautnya. Serta jika yang dimaksud adalah menyelamatkan berbagai spesies penyu di Indonesia, maka seharusnya ilustrasi penyu ditampilkan lebih dari satu penyu yang berbeda-beda spesies. Warna pada poster menampilkan kesan warna dingin dan panas. Gaya perancangan pada poster seperti bergaya pop art yang dibuat dengan teknik vektor pada komputer. Mengenai Font, desain poster saudah menampilkan jenis font yang jelas dan enak dibaca.
2.2.5
Potensi Kasus Penyu hijau adalah satwa laut yang keberadaannya kian berkurang di
seluruh dunia, padahal sebelumnya penyu hijau adalah spesies penyu laut yang terbanyak diantara spesies-spesies lain. Namun apa yang terjadi kini, memang betul adanya, perlahan tapi pasti populasi penyu hijau semakin berkurang khususnya di perairan nusantara termasuk Bali. Sebenarnya penyu laut yang sudah dewasa hanya mempunyai dua predator yaitu hiu dan manusia. Predator yang paling mematikan justru manusia, yang terus- menerus mengeksploitasi penyu hijau dengan diburu setiap waktu. Dalam sekejap pulau Bali sudah dikenal dengan pulau pengkonsumsi penyu terbesar. Ini merupakan citra negatif di dunia internasional yang akan berdampak di sektor pariwisata. Kalau hal ini terus terjadi bukan tidak mungkin julukan pulau surga akan hilang dan akan digantikan menjadi pulau neraka khususnya bagi penyu. Citra negatif ini pasti akan berdampak negatif pula pada sektor pariwisata Bali yang sedang berusaha bangkit dari keterpurukan akibat peristiwa Bom Bali bertahun-tahun lalu. Kampanye untuk melestarikan populasi penyu hijau ini sekaligus memberitahukan masyarakat tentang hukuman yang diperoleh jika terbukti melanggar hukum terkait perdagangan penyu ilegal, dan mengajak masyarakat
50
Bali pada umumnya dan masyarakat pesisir pantai pada khususnya agar ikut berpartisipasi aktif dalam berbagai upaya konservasi penyu.
2.3 Analisis dan Sintesa 2.3.1 Analisis Aktual Analisis adalah penelitian terhadap suatu peristiwa untuk diketahui sebab musababnya, unsur-unsurnya dan prosesnya (Badudu, 2001:46). Analisis dalam hal ini meliputi beberapa bahasan, diantaranya: a. Media Berdasarkan data yang di peroleh, media yang ada adalah media poster. b. Teks Teks hendaknya singkat, padat, jelas dan mudah dimengerti serta mampu mengemban misi yang diinginkan. Tidak diperkenankan memakai teks yang bertele-tele sehingga menyebabkan konsumen malas untuk membacanya. Pada media poster yang ditemui memakai teks “selamatkan penyu laut indonesia”. Teks sudah cukup jelas namun belum menjurus ke penyu jenis apa. Sehingga terkesan media kampanye terlalu luas dan kurang jelas.
c. Huruf dan typografi Huruf pada media promosi adalah satu unsur yang harus diperhatikan. Mengingat huruf berperan sebagai identitas perusahaan. Selain huruf yang digunakan adalah jenis huruf yang mudah dibaca pada jarak tertentu dan sedikit saja variasi, pada media poster sudah mempergunakan huruf yang jelas bisa dibaca pada jarak yang agak jauh sekalipun. d. Ilustrasi Ilustrasi adalah gambaran singkat alur suatu cerita guna lebih menjelaskan salah satu adegan (Kusmiarti, 1999: 4). Ilustrasi memegang peranan penting dalam perancangan media komunikasi visual, karena selain membaca informasi yang disampaikan, ilustrasi menjadi salah satu hal yang dilihat pertama kali. Pada media poster mempergunakan ilustrasi vector yang cukup rumit. Namun kekurangannya adalah desain menjadi cukup kaku dan kurang natural.
51
e. Warna Warna adalah apa saja yang tampak oleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda (Badudu, 2001: 1621). Penggunaan warna adalah salah satu hal yang sangat penting untuk menentukan respon masyarakat. Warna juga merupakan unsur penting yang dapat memberikan dampak psikologis bagi yang melihat. Pada desain poster diatas, menggunakan warna dingin dan sedikit warna panas yang mengesankan daerah pantai.
2.3.2
Analisis Faktual Dalam perancangan tugas akhir ini menggunakan analisis faktual, yaitu
data-data yang didapat untuk pembuatan tugas akhir studio ini sesuai dengan data yang sebenarnya, meliputi: a. Media Media informasi dan promosi yang telah ada ialah poster. Disini ragam media sangatlah kurang untuk mengkampanyekan pelestarian penyu hijau. b. Ilustrasi Penggunaan ilustrasi sudah cukup kreatif, namun tampak membosankan dan kurang hidup. Karena dibuat dengan teknik vektor pada komputer Dimana dengan teknik ini gambar yang dihasilkan akan tampak kaku dan terlalu rapi. c. Huruf Menggunakan gabungan huruf seperti century gothic, dan impact. Penggunaan jenis huruf sudah tepat, karena dapat berfungsi dengan sebagai mana mestinya. d. Teks Berisi keterangan tentang informasi. Sudah cukup dapat dimengerti oleh massa. Tetapi kurang fokus ke permasalahan yang diangkat. Karena dalam teks disebutkan menyelamatkan penyu laut Indonesia sedangkan dalam ilustrasi Cuma menyantumkan satu jenis penyu laut. e. Ukuran Dan Bahan Ukuran dan bahan disesuaikan dengan media poster yang ada. f.
Teknik cetak
52
Menggunakan teknik print offset. g. Warna Menggunakan dominan warna hijau dan biru sebagai warna background. Warna pada poster sudah cukup harmonis terutama pada kesan yang ingin dibangun. Yaitu gaya pop art.
2.3.3
Sintesa Sintesis sendiri merupakan paduan beberapa pengertian agar terbentuk
kesatuan yang selaras (Badudu. 2001: 1332). Dalam hal ini meliputi beberapa diantaranya: a. Media Media yang dibuat harus tepat, jelas sasaran dan komunikatif dimana mampu memberikan informasi tentang kampanye pelestarian penyu hijau di Bali. Media yang diangkat oleh penulis kali ini:
Poster
Brosur
Spanduk
X-Banner
Pamflet
Stiker
T-Shirt
Pin
Sign System
Katalog
b. Huruf dan typografi Huruf yang digunakan adalah jenis huruf yang mudah dibaca pada jarak tertentu, seperti jenis huruf Sans Serif, Serif dan jenis huruf dekoratif yang mudah dibaca.
53
c. Ilustrasi Teknik yang digunakan kali ini adalah ilustrasi gambar tangan yang disempurnakan dengan teknik komputerisasi. Atau digambar langsung melalui komputer dengan pen tablet. Kelebihan yang didapat antara lain karakteristik gambar yang dihasilkan akan mendekati gambar manual, sehingga menimbulkan kesan estetik yang tinggi. Berbeda dengan teknik vektor atau teknik warna blok dimana gambar yang dihasilkan bersifat kaku. d. Warna Pada pembuatan media komunikasi visual ini menggunakan warna-warna yang mencerminkan habitat penyu seperti warna-warna dingin, atau warna-warna khas pantai. Dengan demikian maka dapat e. Ukuran dan Bahan Ukuran yang akan digunakan memakai satuan cm, bahan yang digunakan terdiri dari art paper, kertas glossy stiker/vinyl dan sebagainya. Untuk t-shirt, untuk stiker menggunakan kertas glossy stiker, gantungan kunci menggunakan pelastik. f.
Teknik Cetak
Teknik cetak yang akan digunakan adalah pad media spanduk, sign system, stiker, dan pin menggunakan cetak digital, Sedangkan kaos (T-Shirt) menggunakan cetak saring. Dan media poster, brosur, dan pamflet menggunakan teknik cetak offset. g.
Prinsip Desain Untuk menghasilkan desain yang berkualitas diperlukan berbagai
pertimbangan dalam mengorganisasikan elemen-elemen grafis sesuai dengan prinsip-prinsip desain. Dalam perancangan media kampanye ini akan cenderung menggunakan prinsip keseimbangan asimetris dan prinsip titik fokus.
54
BAB III KONSEP DESAIN 3.1. Konsep Dasar Pe rancangan Dalam melakukan perancangan media komunikasi visual dalam kasus pelestarian penyu hijau ini dimulai dengan menumbuhkan perhatian. Bila perhatian sudah berhasil dibangkitkan, selanjutnya adalah menumbuhkan kesadaran. Maka dari itu, mencari perhatian khalayak sangatlah penting dalam usaha kampanye social. Konsep pada perancangan media kampanye pelestarian penyu hijau ini adalah “eye catching in digital painting”. Adapun arti dari konsep tersebut adalah berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari kata eye, catching, in, digital, dan painting. Menurut Oxford Advanced Learner’s dictionary eye catching berarti seketika terlihat jelas karena memiliki ciri khas/keistimewaan, terang, atau menarik (Hornby, 2000:446). Sedangkan digital painting adalah suatu cara membuat ilustrasi atau karya seni dimana menggabungkan teknik seni lukis tradisional seperti menggunakan cat air, cat minyak, impasto, dan sebagainya dengan teknik seni digital pada komputer, yang dibantu dengan alat seperti tablet pen, dan program grafis. Sehingga akan dihasilkan citra atau gambar dengan nilai estetik yang mendekati lukisan manual (www.wikipedia.org). Jadi, dapat disimpulkan pengertian konsep ini adalah membuat desain yang menarik perhatian dengan penarik perhatian (eye catcher) mempergunakan teknik digital painting pada setiap rancangan medianya terutama pada unsur ilustrasinya. Pengambilan konsep ini bertujuan supaya media komunikasi visual yang dibuat terlihat menarik pada ilustrasinya yang berteknik digital painting oleh khalayak sasaran. Dengan tertariknya mereka terhadap media, maka mereka akan melihat dan membaca setiap unsur-unsur grafis yang dituangkan dalam media bersangkutan. Karena kalau suatu media menampilkan kesan yang membosankan seperti ilustrasi yang seadanya, akibatnya orang-orang tak akan tertarik melirik media tersebut. Jadi bagaimana menyampaikan informasi jika khalayak umum tidak melirik media itu sedikitpun. Maka dari itu konsep eye catching in digital painting diputuskan untuk menjadi konsep perancangan kali ini.
Konsep dasar ini akan mempengaruhi unsur-unsur visual media kampanye yang akan dirancang, terutama pada ilustrasi, dimana ilustrasi yang akan ditampilkan menunjukkan ilustrasi penyu hijau yang dibuat dengan teknik digital painting. Alasan memakai teknik digital painting dan bukan fotografi adalah karena teknik digital painting merupakan teknik pewarnaan pada komputer yang dapat menghasilkan gambar yang tampak beda dan natural sekaligus dapat menarik perhatian mata karena orang-orang cenderung lebih terbiasa dengan teknik lain seperti fotografi maupun kartun dengan warna blok. Warna juga diusahakan dapat semenarik mungkin. Contohnya mempergunakan warna-warna yang dramatis, dan sesuai dengan nuansa laut yang merupakan habitat penyu. Huruf yang digunakan adalah huruf yang mudah dibaca, seperti jenis huruf sheriff maupun sans sheriff serta beberapa font dekoratif sederhana lainnya. Dan disertai teks yang mudah dipahami yang berisi slogan dan ajakan yang bersifat persuasif dan informatif. Bila dikaitkan dengan media kampanye yang akan dirancang, maka konsep ini dimaksudkan bagaimana mengajak atau mempengaruhi masyarakat luas khususnya para nelayan dan masyarakat pesisir. untuk mengerti mengenai pentingnya menjaga kelestarian dan kelangsungan hidup satwa penyu hijau yang kian mengkhawatirkan. Dengan demikian, jika media komunikasi ini tepat sasaran dan berhasil. Maka diharapkan citra pulau Bali yang sebelumnya rusak karena dianggap pulau pembantai penyu dapat diperbaiki. Dan citra bali sebagai pulau surga dapat kembali terangkat di dunia pariwisata internasional. 3.2. Pola Pikir Skema pola pikir adalah proses dasar yang mencakup langkah- langkah pemikiran dalam merencanakan komunikasi visual sebagai media kampanye tentang pelestarian populasi penyu hijau di Bali, untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan tepat sasaran dan bisa dicerna oleh semua kalangan. Salah satu hal yang penting agar kampanye pelestarian populasi penyu hijau di Bali berfungsi secara maksimal dan tepat pada sasaran yang ingin dicapai maka diperlukan adanya pola pikir. Dalam hal ini manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan hal yang disebut informasi. Maka dari itu diperlukan media
56
komunikasi visual agar informasi yang hendak disampaikan komunikator kepada masyarakat dapat menjadi informasi yang komunikatif dan informatif. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan perancangan media desa in komunikasi visual yang dapat menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan dengan rancangan yang menarik, informatif dan komunikatif serta tidak terlepas dari norma-norma atau aturan yang berlaku di masyarakat.
Keterangan: Gambar 3.1 Skema pola p ikir
57
Dari skema pola pikir di atas dapat dijelaskan bahwa manusia mempunyai masalah, dalam hal ini masyarakat, membutuhkan sebuah informasi mengenai pentingnya melestarikan populasi penyu hijau di Bali. Kebutuhan manusia akan informasi ini, disampaikan oleh pihak BKSDA Bali sekaligus sebagai komunikator kepada khalayak. Untuk mewujudkan media komunikasi visual yang memuat informasi diperlukan tenaga designer. Sebagai seorang desainer, mempunyai tugas untuk merancang media komunikasi yang akan digunakan pada saat kegiatan kampanye dilakukan. Dalam merancang media komunikasi visual, desainer mendapat masukan- masukan dari pihak komunikator mengenai kelengkapan data-data yang dibutuhkan dan beberapa dokumentasi untuk membantu proses perancangan sedangkan pihak komunikan memberikan masukan- masukan berupa tampilan dari media- media komunikasi yang paling diminati di masyarakat sehingga nantinya media tersebut dapat diterima di masyarakat. Tidak terlepas dari itu seorang desainer juga harus memperhatikan aturan/norma dalam merancang media komunikasi visual seperti norma tentang kode etik periklanan, norma dan etika di kehidupan masyarakat. Pesan yang ingin disampaikan diwujudkan melalui media-media komunikasi yang memuat informasi tentang kampanye pelestarian populasi penyu hijau di Bali media komunikasinya meliputi poster, stiker, brosur, t-shirt, pin, tanda larangan, pamflet, spanduk, dan x-banner. Media komunikasi visual tersebut dituntut untuk mampu menyampaikan informasi dari komunikator, juga harus mempunyai nilai- nilai keindahan yang tercermin dalam setiap media, sehingga dapat menarik perhatian khalayak sasaran yang dituju. 3.3. Skema Proses Perancangan Dengan pemilihan judul kampanye tentang pelestarian populasi penyu hijau menggunakan desain komunikasi visual maka akan timbul permasalahan yang harus dipecahkan oleh desainer. Untuk mendukung pemecahan masalah maka diperlukan data-data yang ada di lapangan yang menjadi latar belakang
58
permasalahan sehingga dari latar belakang tersebut dapat digali pemecahan masalah yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Dari data faktual dan data aktual dilapangan kemudian digabungkan lalu dianalisa sehingga menghasilkan sintesa terhadap permasalahan ya ng dihadapi, dengan menggabungkan kriteria desain dan unsur visual pada desain komunikasi visual maka akan menghasilkan alternatif desain. Dari elternatif yang ada dilakukan penilaian sehingga mandapat desain terpilih. Desain terpilih ini kemudian divisualisasikan dengan menggunakan teknik yang sesuai dengan desain yang ingin diwujudkan. Dan bagian manajement melakukan pengawasan terhadap proses produksi sehingga hasil produksi sesuai dengan yang telah disetujui dan siap untuk dipasarkan.
59
Keterangan: Gambar 3.2 Skema Proses Perancangan
60
3.4. Strategi Media 3.4.1. Khalayak Sasaran/Segmentasi Dalam perancangan desain media komunikasi visual terdapat yang digunakan nantinya tidak dapat terlepas dari unsur-unsur berikut : a. Segmentasi Geografis Segmentasi Geografis merupakan pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda, misalnya wilayah, negara bagian, provinsi kota dan kepulauan (Suyanto, 2004:2). Kampanye pelestarian penyu hijau ini membidik daerah-daerah pesisir seluruh Bali pada umumnya dan mengkhusus di daerah seperti Kuta yang merupakan daerah konservasi penyu laut. b. Segmentasi Demografis Segmentasi Demografis adalah pasar dikelompokkan berdasarkan variabel- variabel pendapatan, jenis kelamin, pendidikan, jumlah penduduk, usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pekerjaan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial (Suyanto, 2004 : 3). c. Segmentasi Psikografis Segmentasi psikografis mengelompokkan pasar dalam variabel gaya hidup, nilai dan kepribadian. Gaya hidup ditunjukkan oleh orang-orang menonjol dari pada kelas sosial. (Suyanto, 2004 : 4). Kampanye tentang penyu hijau membidik segmentasi psikografis yaitu masyarakat di pesisir pantai khususnya yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Dipilih para nelayan dikarenakan mereka terlibat langsung dengan kasus penyu ini, sebab nelayan cenderung ingin mendapatkan tangkapan yang bisa dijual mahal. Penyu adalah salah satunya, perekor bisa mencapai harga Rp.700.000,- dan diperdagangkan secara ilegal. d. Segmentasi Prilaku Prilaku atau Behaviour berarti tingkah laku, prilaku seseorang yang berpengaruh terhadap kepribadiannya. Dalam strategi media behaviour dari masyarakat sangat perlu diperhatikan, karena hal ini berpengaruh terhadap media yang digunakan untuk kampanye. Ditinjau dari behaviora, dimana merupakan jangkauan pemakaian dan loyalitas atau kesukaan, kesukaan konsumen dalam hal ini yang dimaksud yaitu masyarakat, terhadap sesuatu dalam hal ini yang
61
dimaksud media komunikasi visual sebagai sarana pendukung kampanye pelestarian populasi penyu hijau. Desain media-media komunikasi visual tersebut diharapkan dapat menarik perhatian sesuai dengan sasaran dan efektif dalam penyampaian pesan maupun informasinya, serta memiliki ciri khas desain agar mudah dikenali. 3.4.2 Panduan Media Dalam hal ini, panduan media adalah alasan-alasan mengapa kita memilih media- media
terpilih.
Media
yang
digunakan
sebagai
solusi
dalam
mengkampanyekan pelestarian populasi penyu hijau di Bali diharapkan mampu memberikan informasi kepada khalayak sasaran tentang pentingnya melestariakan satwa ini. Media yang digunakan harus mampu menginformasikan serta mampu membangun kesadaran akan pentingnya melestarikan penyu hijau kepada khalayak khususnya pada sasaran yang dituju. Adapun pilihan media yang digunakan adalah: 1.
Media Lini Atas (Above-the- line media) Media lini atas adalah kelompok media promo yang memerlukan luar ruang, artinya melalui sarana media komunikasi massa. Misalnya media cetak, media elektronik, serta media luar ruang atau outdoor media. Pada umumnya, biro iklan bersangkutan mendapat komisi karena pemasangan media iklan tersebut, yang termasuk dalam jenis media ini antara lain : a. Brosur Publikasi singkat yang terdiri atas beberapa halaman tanpa dijilid; selebaran setakan berisi keterangan singkat tentang objek yang diangkat, organisasi untuk diketahui umum, media ini penyebarannya dilakukan dengan cara di bagi-bagikan (Badudu, 2001:204). Media komunikasi ini mutlak diperlukan pada sebuah organisai, terlebih bagi perusahaan. Media brosur sangat efektif karena secara khusus dan rinci menginformasikan tentang penyu hijau, mengapa perlu untuk dilestarikan, dan akibat yang dapat diterima jika tetap mengeksploitasinya. Brosur juga dapat dilengkapi dengan gambar, bagan, dan tabel guna sebagai
62
penunjang informasi yang ingin disampaikan. Dengan de mikian khalayak sasaran akan mendapatkan informasi yang lengkap namun singkat tentang pelestarian penyu hijau di Bali. b. Outdoor Poster / Poster Luar Adalah media iklan/informasi yang ditempelkan di dinding atau tempat tertentu. Poster dapat dicetak dengan jumlah yang banyak seperti halnya poster film, pertunjukan, ataupun poster kampanye/promosi. (Sachari, 2004:65) Poster sendiri berdasarkan penempatannya dibagi menjadi dua : poster luar (outdoor poster), yang penempatannya ditempatkan ditempat-tempat umum luar ruang, seperti pada halte bus, sedangkan poster dalam (indoor poster) ditempatkan didalam ruang atau gedung, seperti didalam kamar pribadi, gedung olahraga, bandara, stasiun, pameran dan lain sebagainya. Karena objek yang diangkat adalah penyu hijau yang bertema sosial dan berkaitan erat dengan sumber daya alam laut maka media kampanye ini diletakkan diluar ruangan. Jadi pemilihan poster luar (outdoor poster) sangat tepat sebagai media informasi bagi semua khalayak umum untuk mengetahui berbagai informasi seputar penyu hijau. Media poster dipilih karena tergolong media fleksibel yang dapat ditempatkan didalam atau diluar ruangan. Media ini juga dap at langsung menjadi pusat perhatian jika didesain dengan unik dan menarik. Penempatan yang tepat seperti pada pusat keramaian menjadikan media ini lebih efektif. c. Stiker Stiker berasal dari bahasa Inggris “to stick” yang artinya menempel. Stiker
umumnya
mengacu
pada
jenis
perekat
label
(http://id.wikipedia.org/wiki/Stiker). Stiker adalah promosi yang memiliki lapisan perekat di salah satu bagiannya (Kurisanto, 2007: 334). Stiker dipilih sebagai media karena merupakan media yang relatif disukai semua orang dan mempunyai daya tahan paling lama diantara media
63
kampanye cetak yang lain. Selain itu stiker juga sangat fleksibel, dalam artian stiker ini dapat ditempatkan dimana saja tergantung selera. Jadi hanya dengan menempelkan stiker kampanye pelestarian penyu hijau di Bali, maka mereka dapat secara tidak langsung mengiklankan kampanye tersebut. d. Katalog Katalog merupakan media komunikasi grafis berbentuk buku yang didalamnya berisi aneka jenis produk,
harga,
formulasi, dan cara
penggunaannya. (Pujiriyanto, 2005: 20). Dalam hal ini, isi katalog adalah karya/desain yang dibuat dalam tugas akhir. e. Sign System Sign System adalah suatu konsep dalam semiotika dan dipergunakan dalam suatu peraturan tanda tertentu Tanda ini sudah berlaku secara global, terdiri dari lingkaran merah dan ditengahnya ada sebuah ilustrasi atau tanda hal yang dilarang, serta dicoret dengan garis merah yang miring ke kiri. (http://wikipedia.org) Sign
system berguna
dalam
memberikan peringatan kepada
masyarakat umum akan sesuatu yang tidak boleh dilakukan, seperti tanda larangan menangkap penyu. Media ini dapat diletakkan di peinggir pantai yang biasa menjadi habitat penyu.
f. Spanduk Adalah kain rentang yang berisi slogan, propaganda, atau berita yang perlu diketahui umum. (http://kamusbahasaindonesia.org/spanduk) Spanduk dipilih sebagi media untuk menyampaikan pesan kampanye peletarian penyu hijau di Bali adalah karena spanduk media yang sangat umum, efektif, serta mudah dalam penempatannya. Serta ukurannya yang lebar memudahkan orang melihat informasi didalamnya.
64
g. X-Banner X-Banner atau standing banner adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Disebut standing banner karena memang berbentuk seperti spanduk yang berdiri. Disebut X-Banner karena dibelakangnya ada tulang yang menjaganya tetap
berdiri
dan
tulang
ini
berbentuk
huruf
“X”.
(www.cahyopramono.com/../x-banner/) banner dipilih sebagai media karena bentuknya sangat mencolok, sehingga standing banner akan dapat menarik perhatian orang yang melintas didepannya untuk membaca pesan kampanye pelestarian populasi penyu hijau di Bali. h. Pamflet Adalah semacam booklet (buku kecil) yang tak berjilid. Biasanya terdiri dari satu lembar yang dicetak dikedua permukaannya. Tetapi bisa juga dilipat dibagian tengah sehingga menjadi empat halaman. (Kusrianto, 2005:330) Pamflet dipilih karena fleksibel, dapat dibagikan secara massal kepada semua orang. Selain itu bentuk pamphlet yang cukup ringkas dapat membuat orang betah membacanya, disamping tertarik karena ilustrasi dalam pamphlet tersebut. 2.
Media Lini Bawah (Below-The-Line-Media) Media lini bawah yakni kelompok media promo/media kampanye yang tidak memerlukan media luar ruang, media lini bawah bisa digunakan sebagai tanda mata. Terdiri dari media seperti :
65
a. Pin Jarum penyemat; peniti; pasak. (Alwi, 1996: 769). Pin merupakan suatu media kampanye yang tergolong cukup efektif dalam memberikan informasi kepada masyarakat tentang kampanye pelestarian penyu hijau, karena dapat disematkan dimana- mana. Baik di baju, tas,dll. Selain untuk media kampanye, pin juga merupakan aksesoris yang cukup menarik dan banyak disukai orang-orang. Karena dapat di koleksi dan dijadikan aksesoris.
b. T-Shirt Kaus oblong atau disebut juga sebagai T-shirt adalah jenis pakaian yang menutupi sebagian lengan, seluruh dada, bahu, dan perut. Kaus oblong biasanya tidak memiliki kancing, kerah, ataupun saku. Pada umumnya, kaus oblong berlengan pendek (melewati bahu hingga sepanjang siku) dan berleher bundar. Bahan yang umum digunakan untuk membuat kaus oblong adalah katun atau poliester (atau gabungan keduanya). Mode kaus oblong meliputi mode untuk wanita dan pria, dan dapat dipakai semua golongan usia, termasuk anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa. Asal muasal nama inggrisnya, Tshirt, tidak diketahui secara pasti. Teori yang paling umum diterima adalah nama T-shirt berasal dari bentuknya yang menyerupai huruf "T", atau dikeranekan pasukan militer sering menggunakan pakaian jenis ini sebagai "training shirt ". Kaus oblong pada mulanya digunakan sebagai pakaian dalam. Sekarang kaus oblong tidak lagi hanya digunakan sebagai pakaian dalam tetapi juga sebagai pakaian sehari-hari. (http://id.wikipedia.org/wiki/T-shirt). T-shirt merupakan suatu media kampanye yang tergolong cukup efektif dalam memberikan informasi kepada masyarakat tentang kampanye pelestarian penyu hijau, karena T-shirt ini dapat dipakai untuk kegiatan seharihari yang secara tidak langsung informasi yang terdapat di dalamnya dapat mengingatkan khalayak tentang kampanye pelestarian penyu hijau di Bali.
66
3.5. Program Tayangan Media Program tayang media merupakan perwujudan desain media- media komunikasi visual yang akan muncul atau disebarluaskan kepada khalayak sasaran. Hal ini dimaksudkan agar media- media tersebut dapat lebih efektif dalam menjangkau sasaran yang dituju. Untuk lebih jelasnya maka dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Waktu Perencanaan program tayangan media dan pengkampanyean yang baik sangat tergantung pada ukuran efektifitas kampanye. Dalam hal ini menyangkut kapan media yang telah dirancang dan diwujudkan di sebarluaskan kehadapan khalayak sasaran. Agar media yang dibuat serta pesan yang ingin disampaikan tepat sasaran, hendaknya penyebaran media tersebut sesuai dengan kebutuhan masing- masing media yang dibuat. 2) Tempat Dalam program tayangan media kampanye, pemilihan tempat dimana yang baik serta efektif dapat juga menentukan kelangsungan kedepan bagi setiap media
yang
ditayangkan.
Untuk
program
tayangan
media
dalam
mengkampanyekan pelestarian penyu hijau dapat dipilah untuk beberapa media serta tempat penayangannya 3) Frekuensi Dalam penayangan media kampanye pelestarian anjing kintamani disesuaikan dengan media kampanye itu dan disesuaikan dengan kekuatan budget pembayaran pajak pada media kampanye itu sendiri.
67
Berikut tabel program tayang media yang bisa dilakukan Media Brosur
Kapan
Dimana
Frekuensi
Brosur dapat diambil Brosur dapat di ambil Brosur dapat diambil di ketika
mengunjungi di
lembaga- lembaga sepanjang
tahun,
di
instansi- instansi seperti seperti BKSDA Bali, tahun berikutnya brosur BKSDA Bali, atau di TCEC, TCEC.
Brosur
tersedia
dan
dinas akan
diperbaharui
akan perikanan. Dan juga dengan
sepanjang akan dibagikan kepada lebih
desain up
tahun. Brosur juga akan masyarakat pada saat Tentunya dibagikan
pada
to
date.
disesuaikan
saat acara penyuluhan atau dengan isu penyu yang
digelar acara kampanye kampanye. tentang
yang
baru.
pelestarian
hewan,
dan
acara
seperti pelepasan tukik Di pantai kuta. Media Poster
Kapan
Dimana
Poster akan ditempel Poster ketika
isu
penyu
hijau
Misalnya
disebar
tentang ditempel
menjadi
d
sedang tempat
penangkapan
dan Poster
akan
ditempel
tempat- selama isu tentang penyu strategis. hijau ini beredar. Atau
topik. Contohnya pada
Frekuensi
saat yang
tempat juga bisa disepanjang banyak tahun.
Untuk
penyu dikunjungi orang dari berikutnya poster bisa
menjadi headline dari mancanegara seperti di digantikan BKSDA Bali sendiri. pantai kuta. Serta poster juga dapat Poster ditempel tahun.
pada
tahun
juga
desain ynag baru. akan
awal ditempel di lembagalembaga
seperti
TCEC, BKSDA Bali, dan dinas Perikanan.
68
dengan
Media Stiker
Kapan
Dimana
Stiker bisa dibagikan Stiker pada
setiap
Frekuensi
dibagikan
di Frekwensi disebarkannya
acara tempat-tempat
stiker
pengkampanyean atau diadakannya penyuluhan
tentang kampanye
kampanye tentang Desain
penyu dilakukan, dan pelestarian juga
bisa
diperoleh
selama
berlangsung. stiker
akan
penyu diganti setiap 6 bulan.
diperoleh hijau. Dan dapat juga
sebagai merchandise
adalah
Agar khalayak sasaran
sebagai tidak
merchandise
bosan
dengan
dari desain bersangkutan.
lembaga- lembaga seperti TCEC. Media Spanduk
Kapan Spanduk
Dimana
akan Spanduk akan dipasang Frekwensi dipasangnya
dipasang selama isu pada tentang
Frekwensi
eksploitasi yang
tempat-tempat spanduk adalah selama strategis
penyu sedang hangat dilihat banyak diperbincangkan.
dan satu orang.
tahun.
Untuk
selanjutnya desain akan
Seperti di pantai-pantai diganti sesuai dengan isu dan di depan dinas-dinas yang beredar. terkait.
69
Media X-Banner
Kapan
Dimana
x-banner akan dipajang Dipajang pada
saat
tentang
banyak dilihat orang.
pelestarian Seperti Dan
sepanjang
pada Frekwensi
dipakainya
diadakan tempat strategis yang desain banner adalah 6
penyuluhan-penyuluhan penyu.
Frekwensi
di
bulan
sekali.
depan Selanjutnya
dipajang loket informasi, dan banner tahun
di sebagainya.
akan
desain diganti
dengan yang baru.
lembaga- lembaga terkait.
Media
Kapan
Dimana
Sign
Sign sistem akan dipasang Sign
system
disepanjang
Frekwensi
System
waktu. dipasang
di
akan Sign
sistem
akan
pinggir dipakai selama tanda
Sampai tanda itu sendiri pantai. Atau di tempat- larang itu masih utuh rusak termakan waktu.
tempat
yang
biasa dan dapat di kenali.
menjadi
lokasi
penangkapan
penyu
hijau.
Media Pin
Kapan
Dimana
Pin akan dibagikan ketika Pin masyarakat
dapat
mengunjungi sebagai
Frekwensi
diperoleh Frekwensi
souvenir
di disebarkannya pin
lembaga terkait speperti tempat acara kampanye Adalah setiap 3 bulan TCEC. ketika
Dan
dibagikan berlangsung. Dan juga kampanye Di
pelestarian berlangsung.
sekali. Karena sesudah
lembaga- lembaga itu
terkait.
desain
akan
diganti, Agar tidak monoton.
70
Media T-Shirt
Kapan T-Shirt
akan
Dimana
Frekwensi
dibuat T-shirt akan dibagikan di Desain T-shirt akan
sebagai souvenir yang tempat
berlangsungnya diganti setiap tahun.
jumlahnya terbatas dan kampanye. dapat dibagikan
untuk
pengunjung yang datang pada acara kampanye.
Media Pamflet
Kapan Pamflet pada
akan
saat
Dimana
Frekwensi
disebar Pamflet disebar di tempat Pamflet akan disebar
acara-acara Acara-acara
yang berkaitan dengan seperti pantai. Atau pada acara
pada
pelepasan tukik.
kampanye itu sendiri.
pantai, setiap 6 bulan sekali, saat dan
desain
akan
diganti dengan yang lebih fresh 6 bulan berikutnya.
3.6 Strategi Kreatif Strategi kreatif adalah tentang bagimana cara kita menyampaikan pesan dari kampanye anti kekerasan terhadap perempuan melalui komunikasi visual yang kreatif, yang tentu saja harus tepat sasaran, sehingga pesan yang terkandung dalam iklan layanan masyarakat ini dapat dipahami dan dimengerti benar oleh masyarakat.
71
Strategi kreatif ini meliputi : 1) Strategi Konsep a) Menyuarakan dengan bentuk penegasan bahwa penyu hijau harus dilestarikan dan jangan ditangkap dan diperjual belikan secara illegal lagi. b) Menggunakan visual yang menarik dengan bergaya digital painting untuk menyampaikan pesan agar masyarakat dapat selalu ingat akan pesan yang disampaikan. 2) Strategi Visual Strategi visual secara umum a) Mengunakan visual yang unik dalam layoutnya agar tampak mencolok dan berbeda dari iklan iklan yang lain yang sudah ada. b) Mempunyai identitas yang sedemikian rupa baik dalam warna, slogan, dan tipografi yang bagus dan menarik, sehingga dapat menanamkan image dari iklan layanan masyarakat ini kedalam benak masyarakat, agar mereka selalu ingat akan pesan yang disampaikan. c) Menampilkan illustras, yang dalam hal ini adalah teknik ilustrasi digital painting yang dibuat dengan bantuan komputer, program, dan tablet pen , dan yang terutama agar bisa menangkap perhatian orang untuk melihatnya dan akhirnya memahami maksudnya. Strategi visual verbal a) Headline Headline sering disebut sebagai judul atau kepala tulisan iklan, merupakan bagian terpenting dalam iklan. Headline digunakan sebagai penangkap perhatian utama (eye catcher) untuk menggugah kesadaran audience. b) Teks inti ( body copy) Merupakan kalimat teks iklan yang merupakan uraian dari pesan pesan yang disampaikan. Teks inti ini dibuat dengan ungkapan fakta fakta yang nyata dan relevan dengan pesan pesan yang disampaikan,
72
serta diusahakn menggunakan kata kata yang ringkas, sederhana dan tidak bertele tele agar mudah dipahami pembaca. c) Slogan Slogan, menyampaikan pesan menggunakan kata-kata atau bahasa yang tepat sehingga dapat menggugah cara pandang sasaran yang dituju. d) Kalimat Dasar ( base line ) Merupakan
kalimat
dibawah
iklan
cetak
yang
biasanya
dicantumkan nama perusahaan atau instansi. Strategi visual non verbal a) Layout Layout adalah merupakan penggabungan dari semua unsur visual sehingga membentuk suatu kesatuan iklan yang efektif. Dalam layout iklan kampanye pelestarian populasi penyu hijau ini diberi kesan asimetris, namun tetap memberikan perpaduan yang baik, karena a ntara penempatan teks dengan
ilustrasi sudah disusun
sedemikian
rupa
sehingga
menghasilkan desain yang unik secara layout. b) Ilustrasi Ilustrasi adalah suatu bahasa yang sangat universal, bahkan lebih efektif dari bahasa manapun di dunia ini. Ilustrasi dapat berupa gambar, foto, logo, symbol, grafik dan juga tanda tanda lainnya. Dalam iklan kampanye kampanye pelestarian populasi penyu hijau ini, ilustrasi juga merupakan unsur terpenting. Sebab dalam desainnya nanti diharapkan ilustasilah yang akan bercerita, sehingga diharapkan hanya dengan melihat ilustrasinya saja, audience sudah memahami pesan yang disampaikan. Ilustrasi dalam kampanye kampanye pelestarian populasi penyu hijau berupa ilustrasi digital painting yang digambar secara freehand lewat computer dan digabungkan dengan grafik, logo dan unsur visual lainnya yang berhubungan dengan kampanye anti kampanye pelestarian populasi penyu hijau.
73
c) Tipografi Tipografi disini adalah jenis jenis huruf yang digunakan dalam setiap desain kampanye anti kekerasan terhadap perempuan. Yang mana jenis huruf ini harus disesuaikan dengan karakter desainnya sehingga membentuk suatu perpaduan yang baik. d) Warna Warna juga bisa disebut sebagai Grafis pengikat yang akan digunakan dalam perancangan kampanye ini nantinya akan menggunakan warnawarna yang kas, warna yang sudah menjadi simbolis atau daya lekat bagi kehidupan penyu di dalam air yang akan dijadikan warna utama atau identitas dalam program kampanye ini nantinya ada 3 yaitu hijau, biru, hitam, dan putih.
74
BAB IV VISUALISASI DESAIN
4.1 Poster Pada sub ini penulis akan membahas tentang visualisasi desain pembuatan media promosi poster yang digunakan sebagai salah satu media komunikasi visual sebagai upaya mengkampanyekan pelestarian populasi penyu hijau di Bali. 4.1.1 Uns ur Visual Desain 1. Bentuk Fisik Bentuk fisik dari promosi poster ini persegi panjang dan mempunyai ukuran 42 cmx 59,4 cm. Ukuran dibuat dalam ukuran kertas A2 agar poster lebih jelas terlihat, walaupun jika dilihat dari jarak yang agak jauh atau dilihat orang dengan keadaan bergerak. 2. Ilustrasi Dalam perancangan media promosi poster ini, ilustrasi yang dipergunakan adalah ilustrasi penyu hijau yang berenang di dalam air yang berlatar belakang terumbu karang, logo wwf, logo BKSDA Bali, lo go kementrian perikanan dan kelautan, dan logo TCEC. Digunakan ilustrasi penyu yang sedang berenang bertujuan supaya khalayak tahu bahwa bahwa media kampanye bersangkutan adalah tentang pelestarian penyu khususnya penyu hijau. Penggunaan background terumbu karang bertujuan untuk lebih menjelaskan bahwa habitat penyu hijau memang disana. Penggunaan ilustrasi logo BKSDA Bali sendiri dimaksudkan sebagai identitas bahwa Lembaga itu adalah lembaga yang membantu penyebaran informasi tetang lingkungan. Logo TCEC dimaksudkan karena TCET adalah satusatunya lembaga di Bali yang secara khusus menangani konservasi dan pendidikan penyu, logo kementrian perikanan dan kelautan dimaksudkan karena departemen inilah yang mengatur setiap aktifitas kelautan di Indonesia, dan Logo WWF dipasang karena penyu hijau sudah merupakan satwa yang sedang giat dikampanyekan oleh WWF.
3. Teks Perancangan media kampanye ini menggunakan teks berupa slogan “save a green sea trutle“, dimana mempergunakan bahasa inggris bertujuan karena poster akan ditempel di tempat keramaian di Bali dimana khalayak sasarannya adalah semua orang yang berada di Bali termasuk wisatwan mancanegara. Karena dunia perlu tahu bahwa Bali tidak lagi menjadi tempat pembantai penyu terbesar di dunia, serta Bali sudah melakukan upaya untuk menghilangkan citra ne gative tersebut.
Sedangkan copy text menampilkan informasi tentang akibat yang
ditimbulkan kalau terbukti melakukan perdagangan peny secara ilegal. 4. Huruf / Typografi Perancangan media kampanye ini menggunakan satu jenis huruf atau typografi, yaitu: TW Cen MT Condensed, 44fonts italic, Arabic typesetting, dan Times new roman. Penggunaan huruf- huruf diatas dipilih karena sesuai dengan kesan yang ingin dibangun 5. Warna Dalam perancangan media poster ini menggunakan warna sebagai berikut : - Untuk background warna dalam laut menggunakan warna gradasi biru gelap ke putih. Penggunaan warna biru pada background disesuaikan dengan habitat penyu itu sendiri yaitu di dalam laut. - Logo BKSDA menggunakan warna oranye, Logo TCEC berwarna biru muda, logo kementrian perikanan mempergunkan perpaduan warna biru dengan hijau, dan warna logo WWF menggunakan warna khas mereka yaitu warna hitam dan putih. - Tulisan menggunakan warna putih dan biru Warna tulisan ini digunakan agar menyatu dengan logo dan tema penyu beserta laut 6. Bahan Perancangan media poster ini menggunakan bahan art paper 210 gsm. Kertas art paper 210 gsm dipilih karena memiliki kualitas dan ketebalan yang bagus, sehingga poster lebih awet dan tidak mudah rusak.
76
7. Teknik Cetak Untuk mewujudkan poster dalam jumlah banyak, cetak offset dipilih karena harganya relatif lebih murah dan lebih bagus daripada teknik cetak lainnya.
4.1.2 Kreatif Desain Kreatif desain merupakan proses kreatif yang terdiri dari layout/gambar kasar dan gambar detail, serta mempertimbangkan indikator serta unsur-unsur desain dan bobot penilain desain sebagai acuan desain terpilih. Dalam proses kreatif perancangan desain poster ini, dibuat 3 alternatif desain. Desain poster ini dipilih karena jika dibandingkan dengan 2 alternatif desain yang lainnya, tata letak dalam desain poster ini dianggap lebih menarik, lebih banyak memenuhi kriteria desain serta paling sesuai dengan konsep perancangan yang digunakan yaitu “eye catching in digital painting”. Teks yang digunakan dalam desain ini berupa slogan kampanye yang singkat, jelas dan informatif. (untuk lebih jelasnya lihat lampiran)
4.1.3 Tampilan Desain Dari hasil alternatif desain, dapat ditampilkan desain terpilih sebagai berikut:
77
59,4 cm
42 cm Gambar 4.1 Desain Poster
Nama Media : Poster Ukuran
: A2 (42cmx 59,4 cm)
Bahan
: Art paper 210 gsm
Teknik
: Cetak Offset Poster outdoor atau lebih dikenal dengan jenis poster luar ini dibuat
dengan bentuk persegi vertical (potrait) karena dapat menghemat tempat saat pemasangannya (ergonomis). Poster outdoor juga mempunyai kelebihan, salah satunya dapat juga dipasang di dalam ruangan. Poster ini mengunakan konsep “eye catching in digital painting”, maka dari itu menggunakan ilustrasi seekor penyu yang sedang berenang bebas di dalam lautan yang dibuat dengan teknik digital painting. Dimaksudkan agar desain lebih artistik dan mampu menarik perhatian lebih.
78
4.1.4 Biaya Kreatif
HP = (S x LP) + X + B + K HP = (Rp. 500.000 x 3) + 0 + Rp. 2.500.000 + Rp. 200.000 = Rp. 4.200.000,
HP
: Harga pekerjaan desain
S
: Upah pekerjaan perhari
LP
: lama waktu yang diperlukan
X
: faktor teknis (tenaga lain seperti fotografer, programer,dll)
B
: bahan yang dipakai
K
: Konsep/Ide desain
Ket
: Harga diatas didapat dengan mengacu ke percetakan GRT digital printing
4.2 Spanduk Pada sub ini penulis akan membahas tentang visualisasi desain pembuatan media spanduk yang digunakan sebagai salah satu media kampanye Panyu hijau di Bali. 4.2.1 Uns ur Visual Desain 1. Bentuk Fisik Bentuk fisik dari media spanduk ini berbentuk persegi panjang yang melebar kesamping, dengan ukuran 1 x 4 meter. 2. Ilustrasi Dalam perancangan media spanduk ini, ilustrasi yang dipergunakan adalah ilustrasi yang mewakilkan keadaan dari siklus kehidupan penyu. Yaitu yang pertama menetas dari telur menandakan konservsi penyu, tangan yang membawa tukik berarti rehabilitasi penyu, tukik yang berlari menandakan pelepasan tukik, gambar penyu dewasa berarti penyu yang sudah berkembangbiak, dan ilustrasi terakhir adalah larangan menangkap penyu. Ilustrasi logo ketiga lembaga dimaksudkan isu pelestarian penyu ini disponsori oleh mereka.
79
3. Teks Pada media spanduk ini, menggunakan teks berupa slogan “selamatkan populasi penyu hijau di Bali”, dimana dimaksudkan memberikan informasi dan mengingatkan kepada masyarakat agar ikut berpartisipasi aktif dalam upaya pelestarian populasi penyu hijau serta berusaha agar tidak ikut mendukung penangkapan penyu secara liar. Teks lainnya adalah “konservasi”, “rehabilitasi”, “pelepasan tukik”, dan “hentikan perburuan penyu hijau”. Semua teks mewakili setiap ilustrasi yang memberitahukan masyarakat tentang berbagai upaya yang bisa dilakukan agar penyu hijau tetap lestari. 4. Huruf / Typografi Menggunakan 2 jenis huruf, yaitu 44font untuk headline dan body copy.. Huruf jenis ini digunakan karena bentuknya yang simpel tetapi tetap menarik bagi yang melihanya. Keseluruhan jenis typografi tersebut diatas dikomposisikan menurut ukuran dan keseimbangan guna mendapatkan kesatuan serta ritme yang tepat dimana nantinya dapat memberikan keseimbangan informasi yang dinamis.
5. Warna Dalam perancangan spanduk ini menggunakan warna latar biru muda. Warna ini dipilih berdasarkan tema dari perancangan media ini karena merupakan salah satu warna yang menggambarkan alam tempat hidup penyu hijau yaitu lautan yang luas. Warna lain yang dipakai meliputi warna hijau yang menjadi ciri khas penyu hijau dalam konsep perancangan ini. 6. Bahan Perancangan media spanduk ini menggunakan bahan kain vinyl matte. 7. Teknik Cetak Untuk mewujudkan media spanduk ini menggunakan teknik print digital.
4.2.2 Kreatif Desain Kreatif desain merupakan proses kreatif yang terdiri dari layout/gambar kasar dan gambar detail, serta mempertimbangkan indikator serta unsur-unsur
80
desain dan bobot penilain desain sebagai acuan desain terpilih. Dalam proses kreatif perancangan desain spanduk ini, dibuat 3 alternatif desain. Desain tas ini dipilih karena jika dibandingkan dengan 2 alternatif desain yang lainnya, tata letak dan ilustrasi dalam desain ini dianggap lebih menarik, lebih informatif, lebih banyak memenuhi kriteria desain serta paling sesuai de ngan konsep perancangan. Teks yang digunakan dalam desain ini berupa slogan kampanye yang singkat, jelas dan informatif. (untuk lebih jelasnya lihat lampiran)
4.2.3 Tampilan Desain Dari hasil alternatif desain, dapat ditampilkan desain terpilih sebagai berikut:
1m
4m Gambar 4.2 Desain Spanduk
Nama Media : Spanduk Ukuran
: 100 cm x 400 cm
Bahan
: Vinyl matte
Teknik
: Cetak digital
4.2.4 Biaya Kreatif
HP = (S x LP) + X + B + K HP = (Rp. 250.000 x 2) + 0 + Rp. 2.000.000 + Rp. 200.000 = Rp. 2.700.000,-
81
HP
: Harga pekerjaan desain
S
: Upah pekerjaan perhari
LP
: lama waktu yang diperlukan
X
: faktor teknis (tenaga lain seperti fotografer, programer,dll)
B
: bahan yang dipakai
K
: Konsep/Ide desain
Ket
: Harga diatas didapat dengan mengacu ke percetakan Bali Glitz Digital
Printing House.
4.3 Sign System Pada sub ini penulis akan membahas tentang visualisasi desain pembuatan media sign system yang berisi larangan untuk menangkap penyu. 4.3.1 Uns ur Visual Desain 1. Bentuk Fisik Bentuk fisik dari media promosi pembatas buku ini adalah lingkaran yang berdiameter 50 cm. 2. Ilustrasi Dalam perancangan media tanda larangan ini mempergunakan ilustrasi penyu yang akan dikail atau ditangkap. Dan berada ditengah lingkaran merah yang dicoret. Ini merupakan icon yang berarti dilarang atau tidak diperbolehkan melakukan sesuatu. Dalam hal ini menangkap penyu.
3. Teks Teks pada media ini dapat ditambahkan dengan tulisan penjelas seperti “no turtle fishing” atau “dilarang menangkap penyu”. 4. Huruf / Typografi Huruf pada media ini berjenis Arial special agar terlihat jelas walaupun dari jarak yang cukup jauh.
82
5. Warna Warna sign system ini berkisar antara warna gradasi putih ke biru, warna merah, dan hijau. Merupakan warna yang cukup ramai untuk sebuah sign system. Tetapi ini merupakan suatu trobosan karena konsep yang diusung dalam media kampanye ini adalah “eye catching in digital painting”. 6. Bahan Perancangan media pembatas buku ini menggunakan bahan acrylic pada plat. 7. Teknik Cetak Untuk mewujudkan media spanduk buku ini menggunakan teknik cetak digital.
4.3.2 Kreatif Desain Kreatif desain merupakan proses kreatif yang terdiri dari layout/gambar kasar dan gambar detail, serta mempertimbangkan indikator serta unsur-unsur desain dan bobot penilain desain sebagai acuan desain terpilih. Dalam proses kreatif perancangan desain pembatas buku ini, dibuat 3 alternatif desain. Desain sign system ini dipilih karena jika dibandingkan dengan 2 alternatif desain yang lainnya, desain ini lebih tepat guna sesuai dengan tema yang diangkat yaitu kampanye pelestarian penyu. Yaitu mengimbau dengan tegas agar jangan menangkap penyu disuatu daerah tertentu.
4.3.3 Tampilan Desain Dari hasil alternatif desain, dapat ditampilkan desain terpilih sebagai berikut:
83
50 cm
50 cm Gambar 4.3 Desain Pembatas Bu ku
Nama Media : Sign System Ukuran
: 50 cm x 50 cm
Bahan
: Acrylic
Teknik
: Print digital
4.3.4 Biaya Kreatif
HP = (S x LP) + X + B + K HP = (Rp. 150.000 x 1) + 0 + Rp. 5.000.000 + Rp. 200.000 = Rp. 5.350.000,-
HP
: Harga pekerjaan desain
S
: Upah pekerjaan perhari
LP
: lama waktu yang diperlukan
X
: faktor teknis (tenaga lain seperti fotografer, programer,dll)
B
: bahan yang dipakai
K
: Konsep/Ide desain
Ket
: Harga diatas didapat dengan mengacu ke percetakan SINAR.
84
4.4 Stiker Pada sub ini penulis akan membahas tentang visualisasi desain pembuatan media stiker yang digunakan sebagai salah satu media kampanye pelestarian populasi penyu hijau di Bali. 4.4.1 Uns ur Visual Desain 1. Bentuk Fisik Bentuk fisik dari stiker ini adalah mengikuti bentuk desain, dengan ukuran 8 x 8 cm. Bentuk dari stiker ini adalah persegi atau kotak, disini dimaksudkan agar dalam penempatannya bisa lebih fleksibel. Ukurannya tidak terlalu besar maupun kecil, hal itu dimaksudkan agar mudah ditempel ditempat-tempat yang strategis. 2. Ilustrasi Dalam perancangan media promosi stiker ini, ilustrasi yang dipergunakan adalah ilustrasi penyu yang ditangkap jarring dan ada tanda larang yang menyatakan melarang penangkapan penyu. Beserta tiga logo lembaga yang menangani masalah penyu di Indonesia dan Bali pada khususnya. 3. Teks Pada media stiker ini, terdiri dari dua versi yaitu versi berbahasa Inggris dan versi bahas Indonesia. Hal ini dimaksudkan karena desainer memikirkan khalayak umum dari Negara lain yang sedang berkunjung di Bali. Karena stiker akan dibagikan di acara kampanye yang mengambil tempat di daerah wisata seperti pantai yang banyak dikunjungi wisatawan. Teks berbahasa Indonesia berbunyi “jangan buru kami lagi!”, sedangkan teks dalam bahasa Inggris berbunyi “do not catch us anymore” yang kurang lebih berarti sama. Maksud dari penggunaan kalimat ini adalah supaya menggugah hati masyarakat agar menghentikan perburuan besar-besaran terhadap penyu hijau. 4. Huruf / Typografi - Pada slogan “jangan buru kami lagi” menggunakan huruf 44fontshadow - Pada Tulisan ”penyu hijau” dan “(chelonia mydas)” menggunakan jenis huruf Arial.
85
Kedua jenis huruf ini digunakan karena bentuknya yang simpel/sederhana dan juga eye catching juga mudah dibaca. Keseluruhan jenis typografi tersebut diatas dikomposisikan menurut ukuran dan keseimbangan guna mendapatkan kesatuan serta ritme yang tepat dimana nantinya dapat memberikan keseimbangan informasi yang menarik pada sebuah stiker.
5. Warna Dalam perancangan stiker ini menggunakan warna putih sebagai background. Warna ini dipilih karena bertujuan menonjolkan ilustrasi agar orangorang memfokuskan perhatian pada ilustrasi dan teks. 6. Bahan Perancangan media stiker ini menggunakan bahan vinyl stiker. Vinyl stiker digunakan karena merupakan kertas yang lazim/biasa digunakan dalam pembuatan stiker. 7.Teknik Cetak. Untuk mewujudkan media ini menggunakan teknik cetak digital cutting. Cetak digital cutting digunakan karena untuk produksi stiker cutting dalam jumlah banyak maupun sedikit, harganya murah dan lebih bagus dibanding dengan proses cutting konvensional.
4.4.2 Kreatif Desain Kreatif desain merupakan proses kreatif yang terdiri dari layout/gambar kasar dan gambar detail, serta mempertimbangkan indikator serta unsur-unsur desain dan bobot penilain desain sebagai acuan desain terpilih. Dalam proses kreatif perancangan desain stiker ini, dibuat 3 alternatif desain. Desain stiker ini dipilih karena jika dibandingkan dengan 2 alternatif desain yang lainnya, tata letak dalam desain ini dianggap lebih menarik, lebih banyak memenuhi kriteria desain. Teks yang digunakan dalam desain ini lebih singkat, jelas dan informatif dapat tersampaikan. (untuk lebih jelasnya lihat lampiran)
86
4.4.3 Tampilan Desain Dari hasil alternatif desain, dapat ditampilkan desain terpilih sebagai berikut:
8 cm
8 cm Gambar 4.4 Desain St iker
Nama Media : Stiker Ukuran
: 8 x 8 cm
Bahan
: vinyl
Teknik
: Digital Cutting Dalam perancangan media stiker ini, ilustrasi yang dipergunakan adalah
ilustrasi daun dan logo dari Panyu hijau itu sendiri. Penggunaan ilustrasi- ilustrasi ini dimaksudkan untuk menimbulkan kesan simple, padat, dan jelas. Sehingga pesan yang disampaikan tidak rancu nantinya. Pada media stiker ini, menggunakan teks berupa slogan “jangan buru kami lagi”, dan “do not catch us anymore” dimana dimaksudkan memberikan informasi dan mengingatkan kepada masyarakat bali maupun mancanegara, agar ikut berpartisipasi dalam upaya pelestarian penyu hijau.
4.4.4 Biaya Kreatif
HP = (S x LP) + X + B + K HP = (Rp. 300.000 x 1) + 0 + Rp. 2.500.000 + Rp. 350.000 = Rp. 3.150.000,-
87
HP
: Harga pekerjaan desain
S
: Upah pekerjaan perhari
LP
: lama waktu yang diperlukan
X
: faktor teknis (tenaga lain seperti fotografer, programer,dll)
B
: bahan yang dipakai
K
: Konsep/Ide desain
Ket
: Harga diatas didapat dengan mengacu ke percetakan GRT digital printing
4.5 T-Shirt/Kaos Pada sub ini penulis akan membahas tentang visualisasi desain pembuatan t-shirt yang digunakan sebagai salah satu media kampanye penyu hijau di Bali. 4.5.1 Uns ur Visual Desain 1. Bentuk Fisik Bentuk fisik dari media t-shirt ini adalah menyerupai huruf “T”. 2. Ilustrasi Dalam perancangan media t-shirt ini, ilustrasi yang dipergunakan adalah ilustrasi penyu hijau dan ilustrasi ukiran bali yang menyerupai ombak. Ilustrasi gambar-gambar tersebut sengaja dipakai untuk memberikan nuansa yang lebih simple dan berbeda, tidak seperti t-shirt lainnya yang cenderung lebih ramai dengan illustrasi. 3. Teks Pada media t-shirt ini, menggunakan teks berupa slogan “selamatkan penyu hijau di perairan bali“, dimaksudkan memberikan informasi dan mengingatkan kepada masyarakat agar ikut berpartisipasi aktif dalam upaya pelestarian populasi penyu hijau di Bali. 4. Huruf / Typografi - Pada slogan “selamatkan penyu hijau di perairan bali”, menggunakan jenis typografi #44font.
88
5. Warna Dalam perancangan media t-shirt ini menggunakan warna-warna sebagai berikut : - Untuk ilustrasi penyu menggunakan warna hijau. - Untuk ilustrasi patra menggunakan warna biru muda. - Tulisan menggunakan warna biru Warna tulisan ini digunakan agar menyatu dengan warna patra yang berada dibelakangnya. - Untuk bahan kain kaos menggunakan warna putih. Warna putih dipilih karena warna ini karena memberikan kesan bersih, dan dapat menonjolkan ilustrasi serta teks yang ingin di tampilkan. 6. Bahan Perancangan media t-shirt ini menggunakan bahan kain cotton. 7. Teknik Cetak Untuk mewujudkan media t-shirt ini menggunakan teknik cetak sablon.
4.5.2 Kreatif Desain Kreatif desain merupakan proses kreatif yang terdiri dari layout/gambar kasar dan gambar detail, serta mempertimbangkan indikator serta unsur-unsur desain dan bobot penilain desain sebagai acuan desain terpilih. Dalam proses kreatif perancangan desain t-shirt ini, dibuat 3 alternatif desain. Desain t-shirt ini dipilih karena jika dibandingkan dengan 2 alternatif desain yang lainnya, tata letak dalam desain ini dianggap lebih menarik, lebih banyak memenuhi kriteria desain serta paling sesuai dengan konsep. (untuk lebih jelasnya lihat lampiran)
89
4.5.3 Tampilan Desain Dari hasil alternatif desain, dapat ditampilkan desain terpilih sebagai berikut :
Gambar 4.5 Desain T-Shirt
Nama Media : T-shirt Ukuran
: M (medium) , L (large), dan XL (extra large)
Bahan
: Kain Cotton 20’s
Teknik
: Cetak Sablon
4.5.4 Biaya Kreatif
HP = (S x LP) + X + B + K HP = (Rp. 500.000 x 2) + 0 + Rp. 6.000.000 + Rp. 200.000 = Rp. 7.200.00,-
HP
: Harga pekerjaan desain
S
: Upah pekerjaan perhari
LP
: lama waktu yang diperlukan
X
: faktor teknis (tenaga lain seperti fotografer, programer,dll)
B
: bahan yang dipakai
K
: Konsep/Ide desain
90
4.6 Pin Pada sub ini penulis akan membahas tentang visualisasi desain pembuatan media pin yang digunakan sebagai salah satu media kampanye pelestarian populasi penyu hijau di Bali. 4.6.1 Uns ur Visual Desain 1. Bentuk Fisik Bentuk fisik dari pin ini adalah lingkaran dengan ukuran diameter 5 cm. 2. Ilustrasi Dalam perancangan media promosi pin ini, ilustrasi yang dipergunakan adalah ilustrasi penyu yang yang panik karena akan terjaring, dan penyu berada di dalam lingkaran larangan. Jadi secara semiotika ilustrasi ini berarti dilarang menangkap penyu. Diharapkan nantinya pesan dan kesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat dapat tersampaikan. 3. Teks Pada media pin ini, menggunakan teks berupa peringatan “stop!” dan “save us”, disini mempergunakan bahasa inggris karena diharapkan pin dapat dibagikan tidak hanya kepada masyarakat lokal, tetapi juga masyarakat internasional yang sedang berkunjung ke Bali. 4. Huruf / Typografi Menggunakan 1 jenis huruf, yaitu Hobo std. Huruf lain adalah huruf coretan sendiri dengan spontan. Tujuannya adalah agar jenis huruf yang dihasilkan lebih dinamis dan terkesan lebig free hand.
5. Warna Dalam perancangan pin ini menggunakan warna sebagai berikut : - Untuk warna background menggunakan warna putih. - Untuk warna penyu menggunakan warna hijau, dengan berbagai gradasi warna yang blending satusamalainnya. - Tulisan menggunakan putih dan merah.
91
Warna merah disini bertindak sebagai penekanan dalam pentingnya kampanye penyu hijau ini, dan warna putih dipilih untuk menyeimbangkan antara warna font dengan warna lingkaran merah. 6. Bahan Perancangan media pin ini menggunakan bahan plat logam 7.Teknik Cetak. Untuk mewujudkan media ini menggunakan teknik cetak digital printing. Karena teknik ini relatif cepat, praktis dan efisien.
4.6.2 Kreatif Desain Kreatif desain merupakan proses kreatif yang terdiri dari layout/gambar kasar dan gambar detail, serta mempertimbangkan indikator serta unsur-unsur desain dan bobot penilain desain sebagai acuan desain terpilih. Dalam proses kreatif perancangan desain pin ini, dibuat 3 alternatif desain. Desain pin ini dipilih karena jika dibandingkan dengan 2 alternatif desain yang lainnya, tata letak dalam desain ini dianggap lebih unik, lebih banyak memenuhi kriteria desain serta paling sesuai dengan konsep perancangan yang digunakan yaitu “eye catching in digital painting”. (untuk lebih jelasnya lihat lampiran) 4.6.3 Tampilan Desain Dari hasil alternatif desain, dapat ditampilkan desain terpilih sebagai berikut:
5 cm Gambar 4.6 Desain Pin
92
Nama Media : Pin Ukuran
: Diameter 5cm
Bahan
: Plat logam (4mm)
Teknik
: Cetak Digital Printing
Ket
: Harga diatas didapat dengan mengacu percetakan Agastya
4.6.4 Biaya Kreatif
HP = (S x LP) + X + B + K HP = (Rp. 300.000 x 1) + 0 + Rp. 3000.000 + Rp. 200.000 = Rp. 3.500.000,-
HP
: Harga pekerjaan desain
S
: Upah pekerjaan perhari
LP
: lama waktu yang diperlukan
X
: faktor teknis (tenaga lain seperti fotografer, programer,dll)
B
: bahan yang dipakai
K
: Konsep/Ide desain
4.7 X-Banne r Pada sub ini penulis akan membahas tentang visualisasi desain pembuatan media x-banner yang digunakan sebagai salah satu media kampanye pelestarian penyu hijau.
4.7.1 Uns ur Visual Desain 1. Bentuk Fisik Bentuk fisik dari x-banner ini adalah persegi panjang dengan memanjang kebawah, ukurannya adalah 60 x 160 cm.
93
2. Ilustrasi Dalam perancangan media x-banner ini menggunakan beberapa ilustrasi penyu hijau yang dibuat dengan teknik digital painting, dan ilustrasi keadaan dalam laut yang menjadi habitat penyu. Dalam desain terdapat 3 gambar penyu mulai dari tukik hingga penyu dewasa. Ilustrasi tersebut dimaksudkan supaya lebih menekankan bahwa kehidupan penyu sangat panjang dan pada akhirnya di tangkap dan dibunuh. 3. Teks Pada media x-banner ini, menggunakan teks berupa slogan “selamatkan penyu hijau” sebagai headline. Body copy berbunyi “mereka memerlukan 20-80 tahun untuk menjadi dewasa”. Dimaksudkan penggunaan teks-teks ini adalah agar menggugah kesadaran masyarakat agar tidak lagi membunuh penyu untuk kepentingan pribadi. 4. Huruf / Typografi Menggunakan 2 jenis huruf, yaitu Hobo std, britannis bold, agency FB, dan Arial. Huruf yang digunakan adalah huruf yang cukup menarik untuk digunakan sebagai headline. Sehingga akan mendapatkan kesan “eye catching”. 5. Warna Dalam perancangan pin ini menggunakan warna sebagai berikut : - Untuk warna background belakang menggunakan warna biru gelap gradasi, sesuai dengan suasana dalam laut. - Untuk ilustrasi penyu hijau cenderung berwarna hijau gelap, hijau muda, dan hitam. - 6. Bahan Perancangan media x-banner ini menggunakan bahan vinyl flexy gloss. Dan standing banner berbahan logam dan plastik. 7.Teknik Cetak. Untuk
mewujudkan
media
ini
menggunakan
teknik
digital.Digunakan teknik cetak ini karena lebih cepat, praktis dan efisien.
94
cetak
4.7.2 Kreatif Desain Kreatif desain merupakan proses kreatif yang terdiri dari layout/gambar kasar dan gambar detail, serta mempertimbangkan indikator serta unsur-unsur desain dan bobot penilain desain sebagai acuan desain terpilih. Dalam proses kreatif perancangan desain sampul x-banner ini, dibuat 3 alternatif desain. Desain sampul x-banner ini dipilih karena jika dibandingkan dengan 2 alternatif desain yang lainnya, tata letak dalam desain ini dianggap lebih menarik, lebih banyak memenuhi kriteria desain serta paling sesuai dengan konsep perancangan yang digunakan yaitu “eye catching in digital painting”.
4.7.3 Tampilan Desain Dari hasil alternatif desain, dapat ditampilkan desain terpilih sebagai berikut:
160 cm
60 cm Gambar 4.7 X-banner
Nama Media : X-Banner/ Standing Banner Ukuran
: 60 x 160 cm
Bahan
: Vinyl Flexy Gloss
Teknik
: Cetak Digital
95
4.7.4 Biaya Kreatif HP = (S x LP) + X + B + K HP = (Rp. 500.000 x 3) + 0 + Rp. 650.000 + Rp. 500.000 = Rp. 2.650.000,-
HP
: Harga pekerjaan desain
S
: Upah pekerjaan perhari
LP
: lama waktu yang diperlukan
X
: faktor teknis (tenaga lain seperti fotografer, programer,dll)
B
: bahan yang dipakai
K
: Konsep/Ide desain
Ket
: Harga diatas didapat dengan mengacu ke percetakan Bali Glitz Digital
Printing House.
4.8 Pamflet Pada sub ini penulis akan membahas tentang visualisasi desain pembuatan media pamflet yang digunakan sebagai salah satu media kampanye pelestarian populasi penyu hijau di Bali. 4.8.1 Uns ur Visual Desain 1. Bentuk Fisik Bentuk fisik dari pamflet ini adalah kertas ukuran A4 21 x 29,7 dengan dilipat satu kali sehingga menghasilkan ukuran A5 dengan 4 halaman. 2. Ilustrasi Dalam perancangan media pamflet ini, ilustrasi yang dipergunakan adalah ilustrasi berbagai keadaan dalam siklus kehidupan penyu hijau, logo WWF dan latar lautan. 3. Teks Pada media mug ini, menggunakan teks berupa slogan “save a green sea turtle”, Tujuannya-pun sudah jelas yaitu mengajak seluruh masyarakat ikut berupaya dalam kegiatan pelstarian penyu hijau. Teks lainya adalah penjelasan
96
mengenai siklus kehidupan penyu, dan kalimat-kalimat lainnya. (Untuk lebih jelasnya lihat lampiran) 4. Huruf / Typografi Menggunakan 5 jenis huruf, yaitu Bell Gothic, tw cen MT, Hobo std, TMR, dan Arial . Kelima jenis huruf jenis ini digunakan karena bentuknya yang simpel/sederhana juga mudah dibaca namun tetap menarik mata. Keseluruhan jenis typografi tersebut diatas dikomposisikan menurut ukuran dan keseimbangan guna mendapatkan kesatuan serta ritme yang tepat dimana nantinya dapat memberikan keseimbangan informasi yang dinamis. 5. Warna Dalam perancangan pamflet ini menggunakan warna biru sebagai background dan warna tulisan adalah putih dan biru. Warna ini dipilih berdasarkan salah satu konsep dari perancangan media ini karena merupakan salah satu warna yang menggambarkan alam atau lingkungan penyu hijau. 6. Bahan Perancangan media mug ini menggunakan bahan matte art paper 150 gr. 7.Teknik Cetak. Untuk mewujudkan media mug ini menggunakan teknik cetak print digital. Digunakan teknik cetak ini karena lebih cepat, praktis dan efisien.
4.8.2 Kreatif Desain Kreatif desain merupakan proses kreatif yang terdiri dari layout/gambar kasar dan gambar detail, serta mempertimbangkan indikator serta unsur-unsur desain dan bobot penilaian desain sebagai acuan desain terpilih. Dalam proses kreatif perancangan desain mug ini, dibuat 3 alternatif desain. Desain mug ini dipilih karena jika dibandingkan dengan 2 alternatif desain yang lainnya, tata letak dalam desain ini dianggap lebih menarik, lebih banyak memenuhi kriteria desain serta paling sesuai dengan konsep perancangan yang digunakan yaitu “eye catching in digital painting”.
97
4.8.3 Tampilan Desain Dari hasil alternatif desain, dapat ditampilkan desain terpilih sebagai berikut:
21cm
29,7 cm Gambar 4.8 Desain Pamflet
Nama Media : Pamflet Ukuran
: A4 (21 X 29,7 cm)
Bahan
: Art Paper 150 gr
Teknik
: Cetak Digital
4.8.4 Biaya Kreatif HP = (S x LP) + X + B + K HP = (Rp. 700.000 x 3) + 0 + Rp. 4.500.000 + Rp. 1.000.000 = Rp 7.600.000,-
HP
: Harga pekerjaan desain
S
: Upah pekerjaan perhari
LP
: lama waktu yang diperlukan
X
: faktor teknis (tenaga lain seperti fotografer, programer,dll)
B
: bahan yang dipakai
K
: Konsep/Ide desain
Ket
: Harga diatas didapat dengan mengacu ke percetakan Bali Glitz Digital
Printing House.
98
4.9 Brosur Pada sub ini penulis akan membahas tentang visualisasi desain pembuatan media brosur yang digunakan sebagai salah satu media komunikasi visual sebagai sarana kampanye pelestarian penyu hijau di Bali. 4.9.1 Uns ur Visual Desain 1. Bentuk Fisik Bentuk fisik dari brosur ini persegi panjang dan mempunyai ukuran 29,7 x 19 cm. 2. Ilustrasi Dalam perancangan media brosur bagian luar ini, ilustrasi yang dipergunakan adalah kepala penyu hijau, logo WWF, ilustrasi siklus kehidupan penyu, dan ilustrasi cirri khas setiap spesies penyu. Sedangkan di bagian dalamnya menggunakan 3 ilustrasi penyu hijau, ikon- ikon lingkungan, dan pemandangan dalam laut. Diharapkan nantinya pesan dan kesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat dapat tersampaikan melalui ilustrasi- ilustrasi tersebut.
3. Teks Perancangan media kampanye ini menggunakan teks berupa slogan “jangan biarkan mereka hilang“,sudah jelas maksud dari slogan tersebut adalah mengajak masyarakat bersama-sama berupaya agar penyu hijau tidak punah.. Sedangkan copy text menampilkan informasi tentang apa itu penyu hijau, dan informasi lain yang dapat menggugah kesadaran masyarakat agar tidak memburu penyu hijau lagi. 4. Huruf / Typografi Perancangan media promosi ini menggunakan beberapa jenis huruf atau typografi, antara lain : - Pada slogan, copy text, menggunakan jenis huruf Hobo std. - Pada bagan siklus mempergunakan huruf Arial. - Pada slogan di bagian dalam brosur menggunakan huruf Impact
99
Huruf- huruf jenis ini digunakan karena bentuknya yang simpel/sederhana, dan unik juga mudah dibaca. Keseluruhan jenis typografi tersebut diatas dikomposisikan menurut ukuran dan keseimbangan guna mendapatkan kesatuan serta ritme yang tepat dimana nantinya dapat memberikan keseimbangan informasi yang dinamis. 5. Warna Dalam perancangan media brosur ini menggunakan warna-warna sebagai berikut : - Untuk
background
menggunakan
warna
putih
dan
bagian
lainnya
mempergunakan warna gradasi biru - Untuk ilustrasi logo penyu, logo recycle dan daun menggunakan warna hijau. - Tulisan menggunakan warna hijau, hitam, dan putih. 6. Bahan Perancangan brosur ini menggunakan bahan art paper 150 gsm.Kertas art paper 150 gsm digunakan karena memiliki kualitas serta ketebalan yang baik. 7. Teknik Cetak Untuk mewujudkan media brosur ini menggunakan teknik offset. Untuk mewujudkan brosur dalam jumlah banyak, cetak offset dipilih karena harganya relatif lebih murah dan lebih bagus daripada teknik cetak lainnya.
4.9.2 Kreatif Desain Kreatif desain merupakan proses kreatif yang terdiri dari layout/gambar kasar dan gambar detail, serta mempertimbangkan indikator serta unsur-unsur desain dan bobot penilaian desain sebagai acuan desain terpilih. Dalam proses kreatif perancangan desain brosur ini, dibuat 3 alternatif desain. Desain brosur ini dipilih karena jika dibandingkan dengan 2 alternatif desain yang lainnya, tata letak dalam desain ini dianggap lebih menarik, lebih informatif banyak memenuhi kriteria desain serta paling sesuai dengan konsep perancangan yang digunakan yaitu “eye catching in digital painting”.
100
4.9.3 Tampilan Desain Dari hasil alternatif desain, dapat ditampilkan desain terpilih sebagai berikut
29,7 cm
19 cm Gambar 4.7 Brosur
Ukuran
: 21 x 29 cm
Bahan
: Art Paper 150 gsm
Teknik
: Cetak offset .
4.9.4 Biaya Kreatif
HP = (S x LP) + X + B + K HP = (Rp. 700.000 x 4) + 0 + Rp. 4.500.000 + Rp. 1000.000 = Rp. 8.300.000,-
HP
: Harga pekerjaan desain
S
: Upah pekerjaan perhari
LP
: lama waktu yang diperlukan
X
: faktor teknis (tenaga lain seperti fotografer, programer,dll)
B
: bahan yang dipakai
K
: Konsep/Ide desain
Ket
: Harga diatas didapat dengan mengacu ke percetakan Bali Glitz Digital
Printing House.
101
4.10 Katalog Pada sub ini penulis akan membahas tentang visualisasi desain pembuatan media katalog. 4.10.1 Uns ur Visual Desain 1. Bentuk Fisik Bentuk fisik dari katalog ini adalah berbentuk persegi dengan ukuran cm 14 x 14cm. Persegi ini bisa dilipat sebanyak 3 kali yang di setiap lipatan akan menampilkan gambar yang berbeda. 2. Ilustrasi Dalam perancangan media katalog ini, untuk cover depan adalah ilustrasi logo ISI Denpasar, latar keadaan dalam air laut dan penyu hijau yang berfungsi langsung sebagai ilustrasi bahwa judul kasus ini adalah seputar penyu hijau. Sedangkan pada lipatan halaman 2 berisi desain-desain beserta penjelasan perwujudan mulai ukuran, teknik cetak dan bahan. Desain-desain tersebut antara lain poster, brosur, pamflet, stiker, t-shirt, pin, sign system, x-banner, spanduk dan halaman terakhir adalah foto penulis. 3. Teks Pada katalog ini, cover menggunakan teks diataranya nama: I Made Dwi Suputra, nim: 2006.06.026, program studi: DesainKomunikasi Visual yang merupakan identitas penulis. Serta teks judul tugas akhir yang diambil yaitu Perancangan Media Komunikasi Visual sebagai upaya mengkampanyekan pelestarian populasi penyu hijau di Bali. Selain itu teks lembaga yakni jurusan desain fakultas seni rupa dan desain Institut Indonesia Denpasar 2011. 4. Huruf / Typografi Perancangan media promosi ini menggunakan 3 jenis huruf atau typografi, yaitu Hobo std, tw cen mt, dan Lucida fax. 5. Warna Dalam perancangan katalog ini menggunakan warna sebagai berikut : - Untuk warna background menggunakan variasi warna biru yang terkesan natural seperti goresan kuas. Dan beberapa warna hijau untuk ilustrasi penyu. - Sedangkan warna teks menggunakan warna biru dan putih.
102
Warna tersebut digunakan agar huruf/teks mudah dilihat dan dibaca, karena kontras dengan warna background yaitu gradasi biru.
6. Bahan Perancangan media katalog ini menggunakan bahan art paper 210 gsm 7.Teknik Cetak. Untuk
mewujudkan
media
ini
menggunakan
teknik
cetak
digital.Digunakan teknik cetak ini karena lebih cepat, praktis dan efisien.
4.10.2 Kreatif Desain Kreatif desain merupakan proses kreatif yang terdiri dari layout/gambar kasar dan gambar detail, serta mempertimbangkan indikator serta unsur-unsur desain dan bobot penilaian desain sebagai acuan desain terpilih. Dalam proses kreatif perancangan desain katalog ini, dibuat 3 alternatif desain. Desain katalog ini dipilih karena jika dibandingkan dengan 2 alternatif desain yang lainnya, tata letak dalam desain ini dianggap lebih menarik
4.10.3 Tampilan Desain Dari hasil alternatif desain, dapat ditampilkan d esain terpilih sebagai berikut:
14 cm
Gambar 4.10 Desain Katalog
103
Nama Media : Katalog Ukuran
: 14 x 14cm
Bahan
: Art Paper 250 gsm Laminasi Doff
Teknik
: Cetak Digital
4.10.4 Biaya Kreatif
HP = (S x LP) + X + B + K HP = (Rp. 600.000 x 5) + 0 + Rp. 20.000 + Rp. 2.000.000 = Rp. 5.020.000,-
HP
: Harga pekerjaan desain
S
: Upah pekerjaan perhari
LP
: lama waktu yang diperlukan
X
: faktor teknis (tenaga lain seperti fotografer, programer,dll)
B
: bahan yang dipakai
K
: Konsep/Ide desain
Ket
: Harga diatas didapat dengan mengacu ke percetakan Bali Glitz Digital
Printing House.
104
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Setelah melakukan pengamatan dan penelitian pada studi kasus perancangan media komunikasi visual sebagai upaya mengkampanyekan pelestarian populasi penyu hijau di Bali, maka berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut. Penyu hijau adalah salah satu spesies penyu laut yang keberadaannya sudah
terancam.
Penyebabnya
adalah
faktor
manusia
yang tek
henti
mengeksploitasi mereka. Meski pemerintah telah mengeluarkan UU yang dengan tegas melarang penangkapan penyu, masih saja terdapat penangkapan liar yang tidak tersentuh hukum. Penyebab dari semua ini adalah kesadaran manusia yang tipis akan pentingnya menjaga kelestarian spesies ini. Satwa ini patut dilindungi dan dilestarikan agar kelak anak-cucu kita masih dapat melihatnya berenang bebas di lautan. Maka dari itu media komunikasi visual sangat diperlukan sebagai sarana kampanye pelestarian penyu hijau kepada seluruh lapisan masyarakat di Bali. Dikarenakan jumlah media kampanye yang dimiliki masih sangat sedikit, maka diperlukan media komunikasi visual yang efektif dan efesien untuk mendukung kampanye pelestarian populasi penyu hijau di Bali. Adapun media yang dipilih sebagai sarana kampanye adalah poster, pamflet, spanduk, t-shirt, pin, stiker, xbanner, sign system, brosur, dan katalog. Proses perancangan media komunikasi visual dilakukan dengan konsep ”eye catching in digital painting” yaitu bagaimana menciptakan sebuah desain yang menjadikan teknik digital painting sebagai daya tarik utamanya.
Selain
konsep desain, juga perlu diperhatikan jenis media yang dibuat. Pemilihan media yang digunakan sebagai sarana kampanye dilakukan berdasarkan jangkauan pasar, efektifitas biaya, keunggulan dan kehandalannya didalam membawaka n pesan yang informatif. Berbagai media yang dibuat bisa berupa souvenir seperti pin dan T-shirt pada acara-acara mnyangkut pelestarian alam, Penyuluhan tentang penyu
hijau, acara pelepasan tukik, serta sebagai souvenir bagi siswa yang melakukan kunjungan ke TCEC maupun BKSDA Bali. Proses prancangan dilakukan dengan pengumpulan data lapangan, melakukan analisis, dan menentukan sintesa perancangan. Setelah analisis dan sintesa berhasil dilanjutkan dengan menentukan konsep dasar perancangan, menyusun pola pikir dan pola perancangan, menentukan strategi media dan strategi kreatif sebagai dasar merancang media- media terpilih. Perancangan media terpilih dilakukan dengan membuat 3 alternatif desain dan dipilih 1 desain sebagai desain terpilih berdasarkan penilaian kriteria desain dan unsur visual.
5.2 Saran Saran-saran penulis sebagai pertimbangan setelah mengetahui dan melakukan berbagai kegiatan dalam merancang media komunikasi visual sebagai upaya mengkampanyekan pelestarian populasi penyu hijau di Bali ini, antara lain : Saran penulis untuk perkembangan disiplin ilmu Desain Komunikasi Visual adalah hendaknya mahasiswa mengkhususkan keahliannya di salah satu cabang dari Desain Komunikasi Visual seperti dalam bidang advertising, ilustrasi, desain produk, animasi, dll. Ini dikarenakan banyaknya cabang-cabang dari displin ilmu desain komunikasi visual ini dan untuk lebih meningkatkan profesional mahasiswa sebagai tenaga kerja di dunia kerja nantinya. Dan setidaknya mahasiswa memahami secara teknis pengerjaan suatu desain, guna memudahkan proses pembelajaran mendesain. Karena hal- hal yang sifatnya praktek tidak akan maksimal kita dapatkan di perkuliahan. Maka sarana komunikasi kepada praktisi-praktisi di lapangan sangatlah penting. Yang terakhir, kepada adik-adik mahasiswa yang menempuh TA sebaiknya cari judul kasus menurut keahlian masing- masing, dan yang unik. Pikirkan jauh-jauh hari sebelumnya supaya tidak menyesal dikemudian hari.
106
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. A S Hornby. 2000. Oxford’s Advance Learner’s Dictionary. New York: Oxford University Press Adler, Patricia A. dan Peter Adler. 2009. “Teknik-teknik Observasi”(dalam Handbook of Qualitative Research, Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, eds. Yogyakarta: Pustaka Pelajar) Artini Kusmiati, Sri Pudjiastuti, Pamudji Suptandar.1999. Teory Dasar Desain Komunikasi Visual. Jakarta : Penerbit Djambatan. B.Miles, Matthew. 2009. Analisis Data Kualitatif. Jakarta :UI-PRESS Dameria, Anne. 2007. Color Basic Paduan Dasar Warna untuk Desainer & Industri Grafika. Jakarta: Link & Match Graphic. George, Sceder. 2003 a. Perihal Cetak Mencetak. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Freddy Adiono Basuki.2000. Komunikasi Grafis : untuk SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya. Jakarta: Depdiknas. John Echols M, Hasan Shadily. 2002. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung : Mandar Maju. Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: C.V. ANDI OFFSET Kutha Ratna,Nyoman. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Penerbit Ghalilea Indonesia. Nuradi, Wisaksono Noeradi, Harimurti Kridalaksana, Nani R. Indrati. 1996. Kamus Istilah Periklanan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Picard, Michel. 2006. Bali Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia Poerwadarminta, W. J. S. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Pujiriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer (Teori Desain Grafis Komputer). Yogyakarta: C.V. ANDI OFFSET Sachari, Agus. 2004. Seni Rupa dan Desain SMA. Jakarta : ERLANGGA Safanayong, Yongky. 2006. Desain Komunikasi Visual Terpadu. Jakarta Barat: ARTE INTERMEDIA. 107
Sarwono, Jonathan & Lubis, Hary. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta : ANDI Sihombing, Danton. 2003. Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sanyoto Ebdi Sadjiman. 2005. Dasar-Dasar Tata Rupa & desain. Yogyakarta: Penerbit Arti Bumi Intaran. Sanyoto, Ebdi Sadjiman. 2006. Metode Perancangan Komunikasi Visual Periklanan. Yogyakarta: Dimensi Press. Suyanto. M. 2004. Aplikasi Desain Grafis. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Tim Penyusun. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. Tinarbuko, Sumbo. 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra http://www.ksda-bali.go.id
(diunduh tanggal 11 maret 2011)
http://www.photobucket.com
(diunduh tanggal 20 maret 2011)
http://www.sportlogos.net
(diunduh tanggal 20 maret 2011)
http://www.waralabaku.com
(diunduh tanggal 20 maret 2011)
http://www.wwf.org
(diunduh tanggal 20 maret 2011)
http://faunakaltim.files.wordpress.com
(diunduh tanggal 20 maret 2011)
http://www.shutterstock.com
(diunduh tanggal 20 maret 2011)
http://www.Inkart.net
(diunduh tanggal 20 maret 2011)
http:// www.punchstock.com
(diunduh tanggal 20 maret 2011)
http//: www.projectaware.org
(diunduh tanggal 20 maret 2011)
http://victorior.deviantart.com
(diunduh tanggal 20 april 2011)
http://2.bp.blogspot.com
(diunduh tanggal 25 april 2011)
http://infini3.co.cc
(diunduh tanggal 25 april 2011)
http://4.bp.blogspot.com
(diunduh tanggal 25 april 2011)
http://www.fedex.com
(diunduh tanggal 25 april 2011)
http://bidanshop.blogspot.com
(diunduh tanggal 25 april 2011)
http://www.wardi.dk
(diunduh tanggal 25 april 2011)
http://digilib.petra.ac.id/viewer
(diunduh tanggal 1 april 2011)
http://www.logolounge.com
(diunduh tanggal 1 april 2011)
http://id.wikipedia.org/wiki
(diunduh tanggal 23 april 2011)
http://ahlidesain.com
(diunduh tanggal 15 juni 2011)
http://www.farkhong.deviantart.com
(diunduh tanggal 15 juni 2011) 108
http://kamusbahasaindonesia.org
(diunduh tanggal 20 juni 2011)
109