22
BAB II MEDIA AUDIO VISUAL DALAM BENTUK VIDEO ANIMASI DAN PRESTASI BELAJAR FIKIH
A. Media pendidikan 1. Pengertian media Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri di mana guru atau dosen dan siswa/ mahasiswanya bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering
timbul
dan
terjadi
penyimpangan-penyimpangan
sehingga
komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidak siapan siswa/mahasiswa, kurangnya minat dan lain sebagainya. Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut di samping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap dan lainnya juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik.21
21
Asnawir dan Basyiruddin Usman,Media Pembelajaran hlm.13
23
Berbagai teori muncul berkaitan dengan media, diantaranya sebagai berikut : a. Orang dapat belajar dari media, namun hasil eksperimen belum cukup memberi petunjuk tentang media apa yang paling efektif untuk terjadinya belajar dala situasi tertentu.22 Media dapat mendukung berjalannya proses pembelajaran. Namun, penggunaan media akan lebih efektif jika digunakan dalam situasi yang tepat. Artinya tidak semua media menjadi efektif dalam semua situasi kelas. Harus dipilih dan disesuaikan dengan keadaan peserta didik dan tujuan pendidikan. Media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan instruksional yang telah ditetapkan.Media harus mencakup unsur pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis untuk lebih memungkinkan digunakannya media ppengajaran tersebut. Jika semua telah terpenuhi barulah kita dapat menentukan media apa yang efektif dalam sebuah pembelajaran dalam kelas.
b. Kode iconic (gambar, diagram dan lain-lain) sangat efektif untuk menarik minat, pengingat kembali unsur-unsur yang telah tersimpan dalam proses belajar, dalam presentasi stimulus utama dan dalam mendorong terjadinya transfer pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari ke hal-hal baru.
22
Drs. H.Martinis Yamin,M.Pd. Desain Pembelajaran berbasis tingkat satuan pendidikan. Hal 174
24
Kode atau Gambar menjadi magnet yang mampu menarik perhatian siswa dalam pembelajaran. Pemanfaatan gambar mampu menyajikan materi ajar dengan lebih menarik, kegiatan belajar menjadi lebih interaktif, waktu belajar menjadi lebih efektif serta kuilitas pembelajaran menjadi meningkat.23 Bentuk gambar yang paling lazim digunakan adalah dengan merangkumnya menjadi video. Pemanfaatan media video dalam pembelajaran di ruang kelas sudah merupakan hal yang biasa. Objek yang terlalu kecil, terlalu besar, berbahaya mampu dihadirkan dengan lebih detail melalui media video.24 c. Video dapat digunakan pada bidang studi
yang banyak
mempelajari keterampilan motorik. Melatih kemampuan kegiatan dengan prosedur tertentu akan membantu dengan pemanfaatan media video. Kelebihan media video mampu nebyajikan gerakan lambat, menjelaskan gerakan atau prosedur tertentu dengan lebih rinci. 25
Secara harfiah kata media memilikiarti “perantara” atau “pengantar”. Association For Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu 23
Prof.Dr.H.Hamzah B.Uno.M.Pd dan Hj. Nina Lamatenggo,S.E, M.Pd. Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Bumi Aksara (Jakarta;2011) hlm.124 24 Ibid. Hlm 135 25 Ibid hlm 135
25
proses penyaluran informasi. Sedangkan NEA mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instructional.26 Media adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.27 Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi verbal atau visual.28 Beberapa ahli telah membagi media dalam berbagai kriteria, namun yang terlengkap adalah media audio visual. Yaitu alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televisi, benda-benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukan, misalnya model, spicemens, bak pasir, peta electris, koleksi diorama. Media ini juga telah berkembang menjadi beberapa media yang lebih khusus. Media video animasi adalah pengembangan media yang berbasis audio visual. Media ini dapat menjadi model yang akan mudah ditiru oleh siswa. Variasi media ini juga mampu mempercepat pemahaman siswa dalam satu pokok bahasan atau masalah tertentu 26
Ibid. hlm. 11
27
Oemar hamalik, Media Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2000),hlm 23
28
Azhar Arsyad, Media pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), Cet II, hlm 3
26
2. Ciri – ciri media pendidikan Menetukan sebuah media dapat dikategorikan sebagai media pendidikan, berikut terdapat beberapa batasan danciri-ciri umum sebuah media pendidikan, yaitu : 1)
Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapatdilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera.
2)
Media pendidikan memiliki pengertian non-fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan i
3)
si yang ingin disampaikan kepada siswa.
4)
Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
5)
Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.
6)
Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
7)
Media pendidikan dapat digunakan secara massa (misalnya : radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya : film, slide, video, OHP), atauperorangan (misalnya: modul, computer, radio tape/kaset, video recorder).
8)
Sikap, perbuatan, strategi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.29
29
Ibid, hlm 6 - 7
27
3. Jenis Media Jenis media dapat diklasifikasikan menurut pendapat Rudi bretz sebagai berikut, bahwa cirri utama media pada tiga unsure pokok yaitu suara, visual dan gerak. Secara lebih rinci dapat diklasifikasikan dalam 8 bentuk : 1. Media audio visual gerak , contohnya film suara dan video; 2. Media audio visual diam, contohnya film bingkai (slide) dengan suara; 3. Media audio semi gerak,; 4. Media visual gerak, contoh film bisu dengan judul (caption); 5. Media visual diam, film rangkai (film srtip) yang berisi pesan verbal; 6. Media visual semi gerak; 7. Media audio, contoh radio, rekaman, pita audio ; dan 8. Media cetak, contoh buku teks terprogram, buku pegangan serta buku tugas. Menurut Oemar Hamalik ada 4 klasifikasi media pegajaran yaitu : a. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya filmstrip, transparansi, micro projection, papantulis, bulletin board, gambar-gambar, ilustrasi, chart, grafik, poster, peta dan globe. b. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar misalnya : Phonograph record, transkripsi electris, radio, rekaman pada tipe recorder.
28
c. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televisi, benda-benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukan, misalnya model, spicemens, bak pasir, peta electris, koleksi diorama. d. Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara boneka dan sebagainya. Di samping itu para ahli media lainnya juga membagi jenis-jenis media pengajaran itu kepada : 1) Media asli dan tiruan; 2) Media bentuk papan; 3) Media bagan dan grafis; 4) Media proyeksi; 5) Media dengar (audio); 6) Media cetak. 4. Fungsi dan peran media pembelajaran Peran
sebuah
media
dalam
pembelajaran
adalah
sebagai
perantara
menyampaikan informasi dan pesan-pesan pengajar dari sumber belajar yaitu guru kepada peserta didik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sedangkan Rusyan berkesimpulan mengenai media dalam pendidikan sebagai berikut : media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga peserta didik tidak bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar. Dalam kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru, media pengajaran memiliki fungsi sebagai berikut : a. Sebagai alat bantu
29
b. Sebagai sumber belajar c. Menari perhatian siswa d. Mempercepat proses belajar mengajar e. Mempertinggi mutu belajar
Sedangan menurut TIM LPM DKI Jakarta : fungsi media pengajarana adalah sebagai berikut : -
Menciptakan situasi pembelajaran yang efektif
-
Bagian integral dari keseluruhan pembelajaran
-
Meletakkan dasar yang konkrit dan konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi verbalitas
-
Membangkitkan motivasi belajar
-
Mempertinggi mutu pembelajaran.30
5. Kriteria pemilihan media. Beberapa pertimbangan perlu dilakukan sebelum kita memilih sebuah media yang akan kita gunakan dalam proses pembelajaran. Masing-masing media memiliki kelebihan dan keterbatasan dan memiliki karakteristik yang berbeda. Sehingga perlu mempertimbangkan hal-hal berikut sebelum menggunakan media pembelajaran. Ada beberapa pertanyaan praktis yang dapat digunakan dalam rangka memilih sebuah media, sebagaimana dikemukakan olehArief S. Sukadi (1986 : 86), sebagai berikut : 1) Apakah media yang bersangkutan relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
30
Drs. Darwyn Syah, M.Pd.dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Gaung Persada Press, 2007) hal 123-125
30
2) Apakah terdapat informasi dan kemampuan yang cukup dari pengajar untuk menggunakan media tersebut? 3) Apakah media tersebut tersedia dan telah divalidasi?
Selain faktor di atas ,ada 4 kriteria pemilihan media sebagaimana dikemukakan oleh Dick dan Carey. 1)
Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada maka harus dibeli atau dibuat sendiri.
2)
Apakah untuk membeli atau diproduksi sendiri telah tersedia dana, tenaga dan fasilitasnya.
3)
Faktor yang menyangkut keluesan, kepraktisan dan ketahanan media yang digunakan untuk jangka waktu yang lama, artinya bila digunakan di manasaja dengan peralatan yang ada
disekitarnya dan kapanpun serta
mudah dibawa (fortable). 4)
Efektivitas dan efisiensi biaya dalam jangka waktu yang cukup panjang, sekalipun nampaknya mahal namun mungkin lebih murah dibanding media lain yang hanya dapat sekali pakai.
B. Media video animasi 1. Pengertian media video animasi Media apabila dipahami secara garis besara dalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
31
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media.31 Video merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran. Video dapat mengajarkan langsung dihadapan siswa.Video dapat gambar dan suara.32 Film atau gambar hidup merupakan gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya tarik tersendiri. Kedua media ini dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan memperngaruhi sikap.33 Anisami pada awal penemuannya dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yanh kemudian diputar sehingga muncul efek gambar bergerak. Dengan bantuan komputer film animasi menjadi sangat mudah dan cepat. Oleh karena itu dengan alasan tertentu dalam pengembangan multimedia dengan menggunakan komputer selalu menampilkan animasi.34 2. Kelebihan dan kekurangan media video animasi
31
AzharArsyad. Media pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), Cet II, hlm 3
32
Drs.Daryanto, Media Pembelajaran, (Yogyakarta :Gava Media, 2010) hlm. 86-94
33
Azhar Arsyad, Media pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), Cet II
34
Prof.Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, media Komunikasi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012) Hal 231
32
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan, juga dapat membantu mengatasi berbagai masalah, seperti perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh, atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lainlain. Keuntungan menggunakan media yang berbentuk film dan video diantaranya sebagai berikut : 1. Dapat melengkapi pengalaman dasar siswa dari ketika mereka membaca, berdiskusi, praktek, dan lain-lain. 2. Menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. 3. Mendorong dan meningkatkan motivasi, menamnamkan sikap dan segi afektif lainnya. 4. Mengandung
nilai
positif
yang
mengundang
pembahasan dalam kelompok siswa.
pemikiran
dan
Bahasa dalam film dapat
membawa dunia ke dalam kelas. 5. Menyajikan peristiwa dengan aman yang berbahaya bila dilihhat secara langsung seperti bencana gunung meletus. 6. Dapat disajikan dalam kelompok besar atau kecil, homogeny atau heterogen, atau perorangan. 7. Efiseinsi waktu,
dengan kemampuan teknik pengambilan gambar
dapat mempercepat waktu yang satu minggu menjadi beberapa menit saja.
33
Selain berbagai kelebihan tersebut, media video atau film juga terdapat beberapa kelemahan, yaitu : 1. Pembuatan film atau video umunya memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang banyak. 2. Gambar yang bergerak terus memungkinkan siswa tidak
mampu
mengikuti informasi yang ingin disampaikan melaui film tersebut. 3. Film dan video yang tersediakurang sesuai dengan kebutuhan tujuan pembelajaran.35 Prof Dr. Wina Sanjaya ,M.Pd dalam bukunya Media Komunikasi pembelajaran menguraikan keuantungan dan keterbatasan menggunakan Animasi sebagai berikut : a. Keuntungan penggunaan Animasi -
Animasi yang digarap apik akan lebih menarik sehingga tidak membosankan dan dapat menambah motivasi belajar siswa.
-
Film animasi dapat dikemas untuk menyampaikan berbagai jemis materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.
-
Menggunakan film animasi dalam program multimedia dapat menekan biaya produksi dibanding dengan menggunakan pameran yang sesungguhnya.
b. Keterbatasan Animasi -
Membuat animasi bukan pekerjaan yang mudah, melainkan memerlukan keahlian yang khusus.
35
Azhar Arsyad, Media pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), Cet II
34
-
Memproduksi animasi membutuhkan komputer dengan spesifikasi yang khusus.
-
Animasi dalam bentuk film cenderung hanya cocok digunakan untuk siswa usia tertentu.36
3. Penerapan Media Video Animasi Penerapan media audio visual berbentuk Video Animasi dalam pembelajaran sangat mudah dilakukan. Guru hanya perlu mempersiapkan beberapa alat: - Video yang akan diputar, bisa berupa Rekaman atau softcopy yang bisa diputar. Video sistem dalam penggunaannya sebagai peralatan pemain ulang dari suatu program. 37 - Proyektor depan layar dengan sistem listrik dan mekanik. - Pengeras suara - Layar bisa juga diganti televisi yang dapat dilihat peserta didik. Setelah memprsiapkan segalai sarana pendukung, guru mengkondisikan siswa untuk siap menerima pelajaran melalui media tersebut. Setelah siswa siap, guru memutar video sambil di jeda untuk menjlaskan keterangan dari video yang diputar.
C. Prestasi Belajar Fikih 1. Pengertian Prestasi belajar Prestasi belajar adallah segala sesuatu yang menjadi milik siswa
36
Prof.Dr. Wina Sanjaya, M.Pd. Media Komunikasi Pembelajaran, (Jakarta :Kencana Prenada Media Group, 2012). Hlm 231 3737
Arief S. Sadiman,dkk, Media Pendidikan, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.282
35
sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan. Kegiatan yang dimaksud terutama kegiatan yang terjadi di sekolah walaupun hasil belajar dapat diperoleh dari kegaiatn belajar yang tidak diprogram oleh sekolah.38 Wjs. Poerwodarminto menyatakan dalam kamus umum bahasa Indonesia, bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.39 Menurut M. Pasaribu, dkk, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah mengikuti pendidikan atau latihan-latihan tertentu.40 Sedangkan menurut pendapat S. Nasution, prestasi belajar adalah suatu perubahan individu belajar, perubahan tidak hanya mengenai penegtahuan tetapi juga membentuk kecakapan, kebiasaan, diri pribadi individu yang belajar.41 Prestasi cenderung menunjukan hasil-hasil nyata dari suatu usaha.42 Jadi seseorang akan memperoleh prestasi setelah mengikuti pendidikan atau kegiatan dan latihan tertentu dan mendapat hasil. Menurut Sutratinah Tirto Negoro, prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk, symbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
38
Udin S Winata Putra dan Tita Rosita, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Depdikbud, 1995)Hlm. 197 39
WJS, Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai pustaka, 1996), hlm. 768 40
Bukhori, M, Tehnik Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta : Sumbangsih offset, 1985) hlm. 35
41
S. Nasutian, Didaktik Asas-asas mengajari,(Bandung:Jammars, 1986), Cet II Hal 25
42
Pasaribu, M, dkk, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Tarsito, 1984) hlm. 10
36
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.43 Sedangkan menurut Bukhori, prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau ditunjukan oleh murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka, huruf atau tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dala, periode tertentu.44 Jadi, prestasi belajar disini adalah adanya kecakapan nyata bisa berupa keterampilan atau wujud keahlian tertentu yang dicapai oleh siswa setelah melalui proses belajar mengajar yang dinyatakan dengan angka atau nilai, angka atau nilai ini yang kemudian menjadi indikator dari perilaku siswa sendiri.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar Noehi Nasution, dkk memandang belajar itu bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri. Mereka berkesimpulan ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat langsung didalamnya. Yaitu raw input, learning teaching process, output, inviromental input dan instrumental input.45 Dalam reverensi lain dijelaskan, bahwa agar prestasi akademik dapat dicapai terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Winkel membaginya dalam dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di sekolah. 1. Faktor Internal 43
WJS, Poerwodarminto, Op.Cit. h. 768
44
Bukhari Muchtar, Tehnik Evaluasi dalam Pendidikan,( Bandung, Jermars, 1980), hlm. 178
45
Syaiful Bahri Djamaroh, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, cet I, 2002), hlm. 11
37
Meliputi intelegensi, motivasi belajar, sikap, minat, cara mauapun kebiasaan belajar. 2. Faktor Eksternal Terdiri dari Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah.46 Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu, dalam hal ini penulis akan menyajikan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya : 47 b. Faktor dari dalam diri siswa (internal) 1. Faktor Jasmaniyah ( Fisiologi ) a) Faktor kesehatan Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya. b) Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah 4646
Siti Mumun Muniroh dan Maghfur Ahmad, Mendidik Manusia, (Pekalongan: Stain Press, 2011), hlm.208 47
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : rineka Cipta, 2003), hlm.54-71
38
tangan, lumpuh, dan lain-lain. 2. Faktor Psikologi a) Intelegensia Intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. b) Perhatian Perhatian Menurut al-Ghazali bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan sematamata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan objek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya. c) Minat Minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan
39
demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. d) Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. e) Motivasi Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya. f) Kematangan Bahwa kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru. Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya
40
masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.
g) Kesiapan Kematangan adalah preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik.
c.
Faktor dari luar diri siswa (Eksternal) 1. Faktor Keluarga a) Cara orang tua mendidik Disinilah
bimbingan
dan
penyuluhan
memegang
peranan yang penting. Anak yang mengalami kesukaran – kesukaran dapat ditolong dengan bimbingan belajar yang baik. Tentu saja keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi keberhasilan tersebut. b) Relasi antar anggota keluarga
41
Suasana dan keadaan keluarga bemacam-macam. Hubungan yang baik, penuh perhatian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan belajar anak untuk anak sendiri. c) Suasana rumah Agar anak belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram, selain anak kerasan atau betah tinggal di rumah, anak juga belajar dengan baik. d) Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas – fasilitas yang diperlukan dalam belajar. e) Latar belakang kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Anak-anak perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. 2. Faktor Sekolah Metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, standar pelajaran, dan tugas rumah. 3. Faktor Masyarakat Keadaan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,
42
dan bentuk kehidupan masyarakat.
3. Cara pengukuran prestasi belajar Pengukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi yang dapat dikuantifikasikan, baik dengan tes maupun dengan cara-cara lain.48 Untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut : a. Tes Formatif Tes formatif digunakan untuk mengukur daya serap anak didik terhadap pokok bahasan pelajaran. Hasil tes ini digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu. b. Tes Subsumatif Tes subsumatif untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar anak didik. Hasil tes ini digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam nilai rapor. c. Tes Sumatif Tes sumatif untuk mengukur daya serap anak didik terhadap yang telah diajarkan selama satu semester, atau satu tahun pelajaran. 48
Abu Ahmadi dan Tri Joko Prasetyo , Strategi Belajar Mengajar ( untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKD)K, (Semarang : Pustaka Setia), hlm. 187
43
Hasil tes ini digunakan untuk meningkatkan taraf keberhasilan belajar anak didik dalam satu periode belajar.49 Menurut Norman E Gronlund dalam bukunya mengenai penyusunan tes prestasi merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi belajar yang diantaranya sebagai berikut : a. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan intruksional. b. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representasi dari hasil belajar dan dari item yang dicukupi oleh program intruksi atau pengajaran. c. Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe-tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan. d. Tes prestasi harus dirancang agar cocok dengan tujuan penggunaan hasilnya. e. Tes prestasi harus dibuat sereliable mungkin dan kemudian harus ditafsirkan hasilnya dengan hati-hati. f. Tes prestasi harus digunakan untuk meningkatkan belajar para anak didik.50
C. Mata Pelajaran Fikih 1. Pengertian Fikih
49 50
Syaiful Bahri Djamaroh dan Aswan Zain, Op. Cit, h. 120-121
Saifuddin Azwar, Tes Prestasi (tinggi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar), (Yogyakarta : Liberty, Cet I, 1987), hlm. 16-19
44
Menurut etimologi (bahasa), fikih adalah الفهمyang berarti paham, seperti pernyataan: ( فقهة الدرسsaya paham pelajaran itu).51 Arti ini, antara lain, sesuai dengan arti fikih dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori :
من يرد اهلل به خيرا يفقه فى الدين Artinya : “Barangsiapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik disisi-Nya, nisca-Nya diberikan kepadanya pemahaman (yang mendalam) dalam pengetahuan agama.”52 (HR. Bukhori)
Menurut terminologi (istilah), fikih pada mulanya berarti pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa akidah, akhlak, maupun amaliah (ibadah), yakni sama dengan arti Syari’ah Isalamiyah. Namun pada perkembangan selanjutnya, fikih diartikan sebagai bagian dari Syari’ah Isalamiyah, yaitu pengetahuan tentang hukum Syari’ah Isalamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang terinci. Teungku Muhammad Hasbi as-Shiddieqi mendefinisikan Fikih sebagai salah satu kumpulan ilmu yang sangat luas pembahasannya, yang mengumpulkan berbagai ragam jenis hukum Islam dan bermacam, rupa
51 52
Rachmat Syafe’i, Fikih Mua’amalah, (Bandung : Pustaka Setia, 2004), hlm. 13
Abu Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al-Bukhori, Shohih Bukhori, (Beirut : Darul Fikri, 1971), hlm. 27
45
antara hidup, untuk keperluan seseorang, golongan, masyarakat dan umum manusia.53 Dari beberapa definisi Fikih tersebut dapat diambil suatu pengertian, bahwa Fikih adalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mata pelajaran Fiqih, yaitu kumpulan pengetahuan tentang hukum syara’ yang amali, yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang tafsili, baik berupa kewajiban, kesunatan, maupun kemakruhan atau kebolehan sesuatu. Mata pelajaran ini menjadi mata pelajaran wajib di tingkat satuan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyyah. 2.
Tujuan mempelajari Ilmu Fikih Tujuan mempelajari ilmu fikih, yaitu :54 a. Untuk mencari kebiasaan paham dan pengertian dari agama Islam. b. Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan kehidupan manusia. c. Kaum
Muslimin
harus
bertafaqquh,
artinya
memperdalam
pengetahuan kaum Muslimin dalam hukum-hukum agama baik dalam bidang aqo’id dan akhlak maupun dalam bidang ibadat dan muamalat. Jelaslah berdasarkan uraian tentang dasar dan tujuan mempelajari ilmu Fikih seperti tersebut di atas memang seorang Muslim itu harus ber-tafaqquh fiddin, artinya memperdalam ilmu
53
Teungku Muhammad Habsi as-Shiddieqi, Pengantar Hukum Islam, (Semarang : CV. Pustaka Rizki Putra, 1997), hlm. 9 54
Abdul Rahman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1971), hlm. 81
46
pengetahuan dalam bidang hukum-hukum Islam, karena Allah Swt memerintahkan kepada sebagian umat untuk menuntut ilmu pengetahuan agama agar bisa memberikan peringatan dan ajaran agama Islam kepada kaumnya, guna mengetahui dan menjaga batas-batas perintah Allah dan larangan-Nya terhadap manusia. Sedangkan tujuan pembelajaran Fikih di
Madrasah
Ibtidaiah adalah agar siswa mampu :55 a) Mengembangkan minat untuk mengenal dan mempelajari syariat
Islam
untuk
tanggap
terhadap
kehidupan
lingkungannya. b) Menumbuhkan sikap keingintahuan terhadap Islam. c) Menumbuhkan
kesadaran
dan
tanggung
jawab
dalam
mengamalkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. d) Menyiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Dengan tujuan tersebut diharapkan siswa mengerti tata aturan tentang hubungan manusia dengan Allah, meliputi segi ibadah (thaharoh, shalat, puasa, zakat, dan haji). Dan hubungan antara manusia dengan manusia, mencakup segi muamalah (zakat, infaq, shodaqoh, pinjam-meminjm, makanan dan minuman yang halal dan yang haram, qurban dan sebagainya).Untuk Madrasah Ibtidaiah, materi ini disampaikan secara sederhana. 55
Departemen Agama RI, Petunjuk Pelaksanaan Belajar Mengajar di MI, Dirjen Bimbingan Islam, (Jakarta : 1995), hlm. 52
47
Di samping tujuan, dalam GBPP juga dijelaskan fungsi mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiah sebagai berikut : ”mata pelajaran fikih digunakan untuk memberikan pengetahuan tentang syari’at Islam, meningkatkan pengetahuan, pengamalan dan pembiasaan yang berkaitan dengan pemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari”.56 Tujuan dan fungsi mata pelajaran fikih seperti tersebut di atas, jika diletakkan dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan di Madrasah Ibtidaiah, tampak jelas bahwa pengajaran fikih tidak hanya bertujuan menanamkan sikap dan ketrampilan melaksanakan hukum Islam kepada mereka. Dalam rangka pencapaian tujuan agar siswa menjadi manusia yang bertaqwa, maka mata pelajaran fikih memberikan sumbangan dalam pengenalan tentang hukum Islam ketrampilan melaksanakannya, dan penanaman kebiasaan dan kesetiaan melaksanakan hukum-hukum Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 3. Kemampuan dasar yang diharapkan dapat dikuasai Selain tujuan dan fungsi mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiah juga terdapat tiga jenis kemampuan dasar yang diharapkan dapat dikuasai siswa lulusan Madrasah Ibtidaiah, yaitu antara lain :57
56
M. Suparto, dkk., Materi Pokok Fikih I, (Dirjen Bimbingan Islam Universitas Terbuka, Jakarta : 1995), hlm. 8 57
Ibid.,hlm. 9
48
a. Siswa dapat melaksanakan shalat lima waktu, shalat jum’at, shalat sunat pilihan dan puasa lebih baik. b. Siswa dapat memahami dan menghayati pelaksanaan puasa, zakat, haji dan muamalah. c. Siswa dapat membiasakan kepribadian Muslim yang baik. d. Siswa mempunyai pengetahuan dasar tentang ibadah dan muamalah, sehingga mampu mengamalkannya dikehidupan sehari-hari.