BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM KHUSUS KEAGAAMAAN DALAM MENINGKATKAN IMTAQ
A. Hakikat Kurikulum 1. Pengertian Kurikulum Kurikulum dalam perkembangannya memiliki banyak definisi atau pengertian yang dirumuskan oleh para ahli dalam bidang kurikulum. Pengertian kurikulum mulai dari yang sangat sederhana, yakni kurikulum merupakan kumpulan sejumlah mata pelajaran sampai dengan kurikulum sebagai kegiatan sosial. (Herry Widyastono, 2014 : 1) Menurut Saylor, Alexander dan Lewis (1974) sebagaimana yang dikutip oleh Rusman, kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk memengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas maupun di luar sekolah. Sementara itu, Harold B. Alberty (1965) sebagaimana yang dikutip oleh Rusman, memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that are provided for the students by the school). (Rusman, 2009 : 3) Menurut Hasan sebagaimana yang dikutip oleh Herry Widyastono (2014 : 4) mengelompokan pengertian kurikulum ke dalam empat dimensi yang Saling berhubungan satu sama lain, yaitu: (1) kurikulum sebagai suatu ide/gagasan; (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, yang sebenarnya merupakan suatu perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; (3) kurikulum sebagai suatu
25
repository.unisba.ac.id
26
kegiatan/aktivitas, yang sering disebut pula dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum, yang sebenarnya merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dan (4) kurikulum sebagai suatu hasil, yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan. Pemerintah kemudian mendefinisikan kurikulum melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 angka (19) menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Herry Widyastono, 2014 : 8) 2. Fungsi Kurikulum Alexander Inglis dalam Herry Widyastono (2014 : 10) mengemukakan enam fungsi kurikulum yaitu: a.
Fungsi penyesuaian berarti kurikulum harus dapat mengantar peserta didik agar mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial masyarakat.
b.
Fungsi integrasi berarti kurikulum harus dapat mengembangkan pribadi peserta didik secara utuh, meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
c.
Fungsi diferensiasi berarti kurikulum harus mampu melayani perbedaan kemampuan dan karakteristik setiap peserta didik, antara
repository.unisba.ac.id
27
lain meliputi perbedaan bakat, minat, kemampuan, dan kecepatan belajarnya. d.
Fungsi persiapan berarti bahwa kurikulum harus dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk melanjutkan studi ke satuan atau jenjang pendidikan berikutnya, maupun untuk terjun ke kehidupan di masyarakat.
e.
Fungsi pemilihan berarti bahwa kurikulum dapat memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk memilih program-program pendidikan, terkait dengan jumlah beban belajar yang diambil maupun mata pelajaran yang diikutinya, sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan kecepatan belajarnya.
f.
Fungsi
diagnostik
berarti
bahwa
kurikulum
harus
mampu
mengeksplorasi berbagai kekuatan dan jelemahan peserta didik. Apabila kekuatan dan kelemahan peserta didik sudah dikenalinya, dapat disusun program-program pendidikan khusus dan layanan khusus yang sesuai. 3. Pengembangan Kurikulum Kemp dalam bukunya Herry widyastono (2014 : 48) menegaskan bahwa kurikulum (desain kurikulum) dapat bervariasi mulai dari yang sepenuhnya standar (seluruh komponen dirumuskan secara tuntas oleh pusat), sebagian besar komponen (dasar dan komponen utama), sebagian komponen dirumuskan oleh tim pusat, sedang komponen lainnya (penjabarannya) dikembangkan oleh daerah atau satuan pendidikan. Kurikulum yang seluruh komponennya dikembangkan
repository.unisba.ac.id
28
oleh pusat pengelolaannya sepenuhnya sentralistik, yang seluruh komponennya dikembangkan oleh satuan pendidikan pengelolaannya sepenuhnya desentralistik, dan yang sebagian komponen dirumuskan oleh pusat dan sebagian oleh satuan pendidikan terletak diantaranya, atau sentralistik-desentralistik. a. Manajemen Pengembangan Kurikulum Sentralistik Dalam manajemen pengembangan kurikulum yang terpusat atau sentralistik, tugas, wewenang, dan tanggung jawab pengembangan kurikulum dipegang oleh pejabat pusat. Manajemen kurikulum sentralistik menghasilkan kurikulum nasional, satu kurikulum yang berlaku diseluruh wilayah negara. Dalam manajemen kurikulum sentralistik, mungkin seluruh perangkat kurikulum, mulai dari landasan atau dasar-dasar pengembangan kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, silabus atau garis-garis besar program pembelajaran, rincian materi dan kegiatan pembelajaran, buku, media, alat-alat penunjang, penilaian hasil belajar beserta pedoman-pedoman pelaksanaannya disusun oleh pusat. b. Manajemen Pengembangan Kurikulum Desentralistik Dalam manajemen kurikulum yang desentralistik, penyusunan desain, pelaksanaan, dan pengendalian kurikulum (evaluasi dan penyempurnaan), dilakukan secara lokal oleh satuan pendidikan. Penyusunan desain kurikulum dilakukan oleh guru-guru, melibatkan ahli, komite sekolah/madrasah, dan pihakpihak lain di masyarakat, yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap kurikulum. Pengembangan kurikulum demikian disebut pengembangan kurikulum
repository.unisba.ac.id
29
berbasis sekolah (School based curriculum developement atau SCBD), yang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP. Dalam SCBD atau KTSP pengembangan kurikulum dapat mencakup seluruh komponen kurikulum atau hanya sebagian komponen saja. Dalam Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 15 disebutkan bahwa SCBD atau KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. (Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2011 : 68) Menurut Mulyana sebagaimana yang dikutip oleh Eveline Siregar dan Hartini Nara, menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan, hal tersebut adalah sebagai berikut : a. SCBD atau KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. b. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas pendidikan kabupaten atau kota, dan departemen agama yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
repository.unisba.ac.id
30
c. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Kurikulum ini juga merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah untuk menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan
pemahaman
masyarakat
terhadap
pendidikan,
khususnya
kurikulum. (Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2011 : 70) Dalam pengembangannya, desain kurikulum yang meliputi sasaran atau tujuan kurikulum, materi atau isi kurikulum, model pembelajaran dan penilaian hasil belajar disesuaikan dengan kebutuhan, tantangan, karakteristik, dan tahap perkembangan sekolah dan masyarakat dimana sekolah berada. Kurikulum menjadi lebih bermakna karena bertolak dari situasi dan kondisi setempat dan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan, tuntutan dan perkembangan setempat. (Herry widyastono, 2014 : 48) Sukmadinata dalam bukunya Herry Widyastono (2014 : 51-52) mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan manajemen pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan (desentralistik) seperti di bawah ini. a. Kelebihan pengembangan kurikulum desentralistik
repository.unisba.ac.id
31
-
Kurikulumnya sesuai dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, dan perkembangan satuan pendidikan dan masyarakat setempat sehingga satuan pendidikan secara langsung atau tidak langsung dapat membantu perkembangan masyarakat.
-
Lebih mudah dilaksanakan karena desain kurikulum disusun oleh guruguru
sendiri
dengan
mempertimbangkan
faktor-faktor
pendukung
pelaksanaannya yang ada di sekolah dan masyarakat sekitar. b. Kelemahan pengembangan kurikulum desentralistik -
Tidak
semua
guru
memiliki
keahlian
atau
kecakapan
dalam
pengembangan kurikulum, atau tidak semua satuan pendidikan/daerah memiliki guru atau orang yang ahli atau cakap dalam pengembangan kurikulum. -
Kurikulum dapat bersifat lokal. Lulusan kurang memiliki kemampuan atau daya saing secara nasional.
-
Desain kurikulum sangat beragam, dapat menimbulkan kesulitan dalam pengawasan dan evaluasi kurikulum dan evaluasi hasil belajar secara nasional.
-
Kepindahan peserta didik dari satu sekolah atau daerah lain dapat menimbulkan kesulitan.
B. Implementasi Kurikulum Implementasi
dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai
pelaksanaan atau penerapan. Sedangkan Fullan sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid mengemukakan bahwa implementasi adalah suatu proses peletakan
repository.unisba.ac.id
32
dalam praktik tentang suatu ide, program, atau seperangkat aktivitas baru bagi orang lain dalam mencapai atau mengharapkan suatu perubahan. (Abdul Majid, 2014 : 6 ) Oemar Hamalik (2011 : 237) mengemukakan bahwa implementasi adalah penerapan sesuatu yang memberikan efek, sedangkan implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya. Saylor dan Alexander sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid (2014 : 6) mengemukakan bahwa implementasi kurikulum merupakan proses menerapkan rencana kurikulum (program) dalam bentuk pembelajaran, melibatkan interaksi siswa dengan guru dan dalam konteks persekolahan. Sedangkan implementasi kurikulum menurut Murray Print yaitu proses penerimaan dan penggunaan hal-hal baru dalam kurikulum serta pelaksanaan dokumen kurikulum ke dalam tataran praktis. (Abdul Majid, 2014 : 6) Menurut Miller dan Seller sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2011 : 238) mengemukakan bahwa implementasi kurikulum merupakan suatu proses penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum kedalam praktik pembelajaran atau berbagai aktivitas baru, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah.
repository.unisba.ac.id
33
Implementasi kurikulum merupakan aktualisasi kurikulum tertulis dalam bentuk pembelajaran. (Oemar Hamalik : 2011 : 237) 1. Prinsip-prinsip Implementasi Kurikulum Dalam implementasi kurikulum, terdapat beberapa prinsip yang menunjang tercapainya keberhasilan, yaitu : a. Perolehan kesempatan yang sama, prinsip ini mengutamakan penyediaan tempat yang memberdayakan semua peserta didik secara demokratis dan berkeadilan, untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Seluruh peserta didik berasal dari berbagai kelompok, termasuk kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial, yang memerlukan bantuan khusus. Begitu pula halnya dengan peserta yang berbakat dan unggul, berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya. b. Berpusat pada anak, upaya memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerjasama dan menilai diri sendiri sangat diutamakan, agar peserta didik mampu membangun kemauan, pemahaman, dan pengetahuannya. Oleh karenanya sangatlah penting keberadaan dari penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif. Penyajiannya disesuaikan dengan tahaptahap perkembangan peserta didik melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. c. Pendekatan dan kemitraan, seluruh pengalaman belajar dirancang secara berkesinambungan, mulai dari Taman Kanak-kanak hingga kelas I sampai kelas XII. Pendekatan
yang
digunakan
dalam
pengorganisasian
repository.unisba.ac.id
34
pengalaman belajar berfokus pada kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Keberhasilan pencapaian pengalaman belajar menuntut kemitraan dan tanggung jawab bersama dari peserta didik, guru, sekolah perguruan tinggi, dunia kerja, dan industri, orang tua dan masyarakat. d. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan, standar kompetensi disusun oleh pusat, dan cara pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing daerah atau sekolah. Standar kompetensi dapat dijadikan acuan penyusunan kurikulum berdiversifikasi, berdasarkan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik, serta bertaraf internasional. (Oemar Hamalik, 2011 : 239) 2. Deskripsi Alternatif Model Implementasi Kurikulum Dalam kaitannya dengan fungsi pengelolaan kurikulum, akan dikemukakan model implementasi kurikulum baru. Namun, sebelumnya ada beberpa postulat yang penting dipahami, terlebih untuk dapat menerapkan model pengembangan implementasi manajemen strategi ini.
Pertama, implementasi kurikulum dipandang sebagai sistem. Fungsifungsi pengelolaan (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) dipandang sebagai elemen atau subsistem proses dari sistem implementasi kurikulum. Setiap subsistem proses satu dengan yang lainnya Saling berkaitan dan saling
mempengaruhi
(perencanaan
berkaitan
dan
mempengaruhi
pelaksanaan, dan secara masing-masing maupun bersamaan kedua subsistem tersebut mempengaruhi penilaian)
repository.unisba.ac.id
35
Kedua, dalam masing-masing komponen (subsistem) proses terdapat komponen-komponen lain yang membentuk komponen (subsistem) tersebut.
Ketiga, dalam setiap tahap atau fungsi pengelolaan kurikulum juga terdapat tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Keempat, dalam setiap tahap kegiatan selalu diperhatikan keadaan faktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum.
Kelima, arah tujuan pada setiap tahapan proses implementasi ditujukan untuk menghasilkan produk berbeda yang Saling berkaitan, dan secara keseluruhan ditujukan untuk memperbaiki kondisi pelaksanaan (kualitas internal dan kualitas eksternal).
Secara garis besar tahapan implementasi kurikulum meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (Oemar Hamalik, 2011 : 248) a. Tahap Perencanaan Implementasi Perencanaan adalah proses menetapkan tujuan dan menyusun metode, atau dengan kata lain cara mencapai tujuan, proses perencanaan merupakan proses intelektual seseorang dalam menentukan arah, sekaligus menentukan keputusan untuk diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kegiatan dengan memerhatikan peluang, dan berorientasi pada masa depan. (Oemar Hamalik, 2011 : 213) Suparlan (2013 : 42) mengemukakan bahwa Perencanaan (planning) dikenal sebagai “the best function” atau fungsi dasar manajemen, karena
repository.unisba.ac.id
36
fungsi ini merupakan dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi yang lain. Perencanaan merupakan bagian awal yang terpenting dari suatu kerja. Perencanaan merupakan fungsi permulaan dalam manajemen. Kita memahami bahwa “the beginning is the most important part of the work”. Demikian pesan plato (427-347 SM), seorang ahli filsafat Yunani telah mengingatkan pentingnya kepada kita semua dan kita sering mendengarkan ungkapan yang menyatakan bahwa “all beginning is difficult” (semua permulaan itu sulit). Tahap perencanaan ini bertujuan untuk menguraikan visi dan misi atau mengembangkan tujuan implementasi (operasional) yang ingin dicapai. Usaha ini mempertimbangkan metode (teknik), sarana dan prasarana pencapaian yang akan digunakan, waktu yang dibutuhkan, besar anggaran, personalia yang terlibat, dan sistem evaluasi, dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai beserta situasi, kondisi, serta faktor internal dan eksternal. Dalam setiap penetapan berbagai elemen yang akan digunakan dalam proses implementasi kurikulum, terdapat tahapan proses pembuatan keputusan yang meliputi : 1) Identifikasi masalah yang dihadapi (tujuan yang dicapai) 2) Pengembangan setiap alternatif metode, evaluasi, personalia, anggaran, dan waktu 3) Evaluasi setiap alternatif tersebut, dan 4) Penentuan alternatif yang paling baik.
repository.unisba.ac.id
37
Proses evaluasi atau pemilihan alternatif tersebut dilakukan melalui teknik analisis SWOT (strenght, weakness, opportunity, dan threat). Setiap alternatif dipertimbangkan kekuatannya, serta disesuaikan dengan peluang yang ada dan hambatan yang dihadapi. Hasil nyata dari tahap ini adalah blue print (cetak biru) yang akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan. Pada
proses
pengembangan
rencana
blue
print
tersebut,
perlu
dipertimbangkan metode dan sarana yang digunakan, waktu yang dibutuhkan, kualitas dan kuantitas personal yang terlibat, serta besarnya anggaran yang diperlukan. (Oemar Hamalik, 2011 : 249) Menurut
Aderson
sebagaimana
yang
dikutip
oleh
E.Mulyasa,
membedakan perencanaan dalam dua kategori, yaitu perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang disebut unit plan yang merupakan perencanaan bersifat komprehensif, dimana dapat dilihat aktivitas guru selama satu semester. Perencanaan umum ini memerlukan uraian lebih terperinci melalui perencanaan jangka pendek yang disebut dengan persiapan mengajar. (E. Mulyasa, 2010 : 250) Departemen Pendidikan Nasional dalam bukunya Sa’dun Akbar (2013 : 7) mengemukakan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada satu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
repository.unisba.ac.id
38
RPP disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Komponen RPP meliputi: (1) identitas mata pelajaran (di dalamnya mencakup satuan pendidikan, kelas, semester, mata pelajaran atau tema, dan alokasi waktu) (2) standar kompetensi (3) kompetensi dasar (4) tujuan pembelajaran yang mengandung unsur ABCDAudience, Behavior, Condition,dan Degree (5) materi ajar atau substansi materi (6) alokasi waktu (7) metode pembelajaran (8) kegiatan pembelajaran; berisi pengalaman belajar terbagi dalam kegiatan awal, kegiatan intididalamnya terdapat aktivitas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi- dan kegiatan akhir (9) indikator pencapaian kompetensi, penilaian hasil bealajar, dan (10) sumber belajar. (Sa’dun Akbar, 2013 : 142) Mengacu pada kurikulum muatan lokal dalam standar isi, alokasi waktu untuk mata pelajaran muatan lokal disetiap jenjang pendidikan hampir sama 2 (dua) jam pelajaran, hanya berbeda waktunya untuk masing-masing jenjang. Jenjang pendidikan dasar: 1) SD/MI/SDLB, masing-masing 2 jam pelajaran (1 jam pelajaran = 35 menit); 2) SMP/MTs/SMPLB, masing-masing 2 jam pelajaran (1 jam pelajaran = 40 menit). (E. Mulyasa, 2010 : 275) b. Tahap Pelaksanaan Implementasi Oemar Hamalik (2011 : 250) mengemukakan bahwa tahap pelaksanaan ini bertujuan untuk melaksanakan blue print yang telah disusun dalam fase perencanaan, dengan menggunakan sejumlah teknik dan sumber daya yang
repository.unisba.ac.id
39
ada dan telah ditentukan pada tahap perencanaan sebelumnya. Jenis kegiatan dapat bervariasi, sesuai dengan kondisis yang ada. Teknik yang digunakan, alat bantu yang dipakai, lamanya waktu pencapaian kegiatan, pihak yang terlibat, serta besarnya anggaran yang telah dirumuskan dalam tahap perencanaan, diterjemahkan kembali dalam praktik. Pelaksanaan
dilakukan
oleh
suatu
tim
terpadu,
menurut
departemen/divisi/seksi masing-masing atau gabungan, bergantung pada perencanaan sebelumnya. Hasil dari pekerjaan ini adalah tercapainya tujuantujuan kegiatan yang telah ditetapkan. Secara umum, hasilnya akan meningkatkan pemanfaatan dan penerapan kurikulum. Pelaksanaan pembelajaran merupakan tahapan kegiatan pokok selanjutnya dalam implementasi kurikulum, pada hakikatnya pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik, dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik tersebut. (Oemar Hamalik, 2011 : 238) Dalam pelaksanaan pengajaran, kegiatan yang perlu dilakukan guru menurut Sudjana (1989 : 149) sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid adalah : 1) menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa, 2) membahas pokok materi pelajaran, 3) pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh konkrit, 4) menggunakan alat bantu
repository.unisba.ac.id
40
pengajaran, 5) menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi pelajaran. (Abdul Majid, 2014 : 25) Alat bantu pengajaran atau media pembelajaran, kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Gerlach & Ely (1971) sebagaimana yang dikutip oleh Azhar Arsyad mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. (Azhar Arsyad, 2005 : 3) AECT (Association of Education and Communication Technologi) mengemukakan bahwa media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. (Azhar Arsyad, 2005 : 3) Gagne dan Briggs dalam bukunya Azhar Arsyad (2005 : 4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer.
repository.unisba.ac.id
41
Pelaksanaan
pembelajaran
merupakan
implementasi
dari
RPP.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 1) Kegiatan pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru : a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b) Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
yang
mengaitkan
pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; c) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; d) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. 2) Kegiatan inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. a) Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
repository.unisba.ac.id
42
(1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru (alam terkembang dijadikan guru) dan belajar aneka sumber; (2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; (3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; (4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; (5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. b) Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru : (1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; (2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; (3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; (4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; (5) Memfasilitasi
peserta
didik
berkompetisi
secara
sehat
untuk
meningkatkan prestasi belajar;
repository.unisba.ac.id
43
(6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; (7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; (8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan; (9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. c) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru : (1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik; (2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber; (3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan; (4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar : i. Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; ii. Membantu menyelesaikan masalah;
repository.unisba.ac.id
44
iii. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; iv. Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; v. Memberikan motivasi kepada peserta didk yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. 3) Kegiatan penutup Dalam kegiatan penutup, guru : a) Bersama-sama
dengan
peserta
didik
dan/atau
sendiri
membuat
rangkuman/simpulan pelajaran; b) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; c) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; e) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. (Abdul Majid, 2012 : 122) Hosnan (2014 : 145) menyatakan bahwa dalam kegiatan penutup guru bersamasama dengan siswa dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian/refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk penugasan baik
repository.unisba.ac.id
45
kelompok maupun individu sesuai dengan hasil belajar siswa dan menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. c. Tahap evaluasi implementasi Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. (Suharsimi dan Cepi Safruddin, 2008 : 2) Suharsimi dan Cepi Safruddin (2008 : 17) mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui efektivitas komponen program dalam mendukung pencapaian tujuan program, dengan demikian jika diketahui hasil belajar (sebagai harapan dari program pembelajaran) tidak memuaskan, dapat dicari di mana letak kekurangannya atau komponen mana yang bekerja tidak dengan semestinya. Tahap ini bertujuan untuk melihat dua hal. Pertama, melihat proses pelaksanaan yang sedang berjalan sebagai fungsi kontrol, apakah pelaksanaan evaluasi telah sesuai dengan rencana, dan sebagai fungsi perbaikan jika selama proses terdapat kekurangan. Kedua, melihat hasil akhir yang dicapai. Hasil ini merujuk pada kriteria waktu dan hasil yang dicapai dibandingkan terhadap fase perencanaan. Evaluasi dilaksanakan menggunakan suatu metode, sarana dan prasarana, anggaran personal, dan waktu yang ditentukan dalam tahap perencanaan. (Oemar Hamalik, 2011 : 251)
repository.unisba.ac.id
46
Evaluasi merupakan tahapan kegiatan pokok selanjutnya dalam tahapan implementasi kurikulum, evaluasi proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum catur wulan atau semester serta penilaian akhir formatif dan sumatif mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi pelaksanaan kurikulum. (Oemar Hamalik, 2011 : 238 ) Mengevaluasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah kurikulum yang diimplementasikan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau belum. Fungsi evaluasi: (1) untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan atau tingkat penguasaan isi kurikulum oleh peserta didik, yang disebut juga sebagai fungsi sumatif; (2) untuk melihat efektivitas proses pembelajaran, apakah program yang disusun dapat dianggap sudah sempurna atau perlu perbaikan, yang disebut juga sebagai fungsi formatif. (Herry Widyastono, 2014 : 44) Model evaluasi formatif-sumatif yang juga dikemukakan oleh Scriven ini mengemukakan adanya dua macam evaluasi, yaitu formatif (yang dilakukan selama program berlangsung) dan evaluasi sumatif (yang dilakukan sesudah program berakhir atau pada akhir penghujung program). (Suharsimi dan Cepi Safruddin, 2008 : 54) 1) Bentuk evaluasi Data untuk penilaian atau evaluasi formatif dihimpun menggunakan tes formatif dalam bentuk kuis, pertanyaan lisan ataupun ulangan harian sepanjang semester. Datanya diolah dan digunakan untuk memperoleh masukan tentang
repository.unisba.ac.id
47
tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. (Abdul Rachman Shaleh, 2005 : 227) Tes formatif disajikan di tengah program pendidikan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik dan pendidik. Berdasarkan hasil tes itu pendidik dan peserta didik dapat mengetahui apa yang masih perlu dijelaskan kembali agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran lebih baik. Pendidik juga dapat melihat bagian mana yang umumnya belum dikuasai peserta didik, sehingga dapat mengupayakan penjelasan yang lebih baik dan luas agar mereka dapat menguasai bahan tersebut. (Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, 2007 : 78) Data penilaian sumatif dihimpun melalui tes sumatif pada akhir semester/akhir tahun. Hasilnya diolah dan digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk pelajaran tertentu. (Abdul Rachman Shaleh, 2005 : 227) Hosnan (2014 : 429) menyatakan bahwa hasil pembelajaran sebagai laporan kemajuan belajar siswa merupakan sarana komunikasi dan hubungan kerjasama antara sekolah, siswa dan orang tua siswa. Proses penilaian hasil belajar siswa, merupakan suatu tahapan dari serangkaian suatu proses pendidikan di sekolah yang sudah dilalui. Menurut Ahmad Turmizi dalam http://edukasi.kompasiana.com (2011) menyatakan bahwa pada hakekatnya kegiatan evaluasi itu harus berorientasi pada ketiga aspek tujuan pendidikan, yakni aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
repository.unisba.ac.id
48
Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat keberhasilan peserta didik dalam penguasaan kompetensi dasar diperlukan adanya tagihan-tagihan. Setiap jenis tagihan memerlukan seperangkat alat dan jenis penilaian. Misalnya untuk mengetahui penguasaan ranah kognitif oleh peserta didik melalui ulangan harian dapat digunakan tes tulis dan tes lisan, sedangkan untuk mengukur ranah psikomotorik dilakukan tes perbuatan berupa tes identifikasi, tes simulasi, atau yang lainnya. Seperangkat bentuk dan jenis penilaian yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut : a) Kuis: digunakan untuk menanyakan hal-hal yang prinsip dari pelajaran yang lalu secara singkat, dan dilakukan sebelum pelajaran. Hal ini dilakukan agar peserta didik mempunyai pemahaman yang cukup mengenai pelajaran yang diterima, sekaligus juga untuk membangun hubungan pelajaran yang lalu dengan yang akan dipelajari. b) Pertanyaan lisan dikelas: digunakan untuk mengungkapkan penguasaan peserta didik tentang pemahaman mengenai fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang dipelajari. c) Ulangan harian: dilakukan secara periodik pada akhir pengembangan kompetensi, untuk mengungkapkan penguasaan kognitif peserta didik, sekaligus untuk menilai keberhasilan penggunaan berbagai perangkat pendukung pembelajaran. d) Tugas individu: dilakukan secara periodik untuk diselesaikan oleh setiap peserta didik dan dapat berupa tugas di kelas dan di rumah.
repository.unisba.ac.id
49
e) Tugas kelompok: digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok dalam upaya pemecahan masalah, sekaligus juga untuk membangun sikap kebersamaan pada diri anak didik. f) Ulangan semester: digunakan untuk menilai penguasaan kompetensi. Jenis ulangan ini diujikan berdasarkan kisi-kisi yang mencerminkan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator pencapaian hasil belajar yang dikembangkan dalam semester yang bersangkutan. g) Ulangan kenaikan kelas: digunakan untuk mengetahui ketuntasan peserta didik dalam menguasai materi pada suatu bidang studi tertentu satu tahun ajaran. h) Responsi atau ujian praktik: dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktiknya, seperti ibadah dan bahasa Arab, yaitu untuk mengetahui penguasaan akhir baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. (Abdul Rachman Shaleh, 2005 : 228-229) 2) Alat Penilaian a) Bentuk tes Bentuk tes ada yang berupa tes nonverbal (perbuatan) dan tes verbal. Tes nonverbal dipakai untuk mengukur kemampuan psikomotor. Tes verbal dapat berupa tes tulis dan dapat berupa tes lisan. Tes tulis dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes nonobjektif. (1) Tes untuk mengukur ranah kognitif Penguasaan kognitif diukur dengan menggunakan lisan di kelas atau berupa tes tertulis. Tes lisan berupa pertanyaan lisan yang dipergunakan
repository.unisba.ac.id
50
untuk mengetahui daya serap peserta didik terhadap masalah yang berkaitan dengan kognitif. Tes tertulis dilakukan untuk mengungkapkan penguasaan peserta didik dalam aspek atau ranah kognitif mulai dari jenjang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, sampai evaluasi. Bentuknya dapat berupa isian singkat, menjodohkan, pilihan ganda, uraian objektif, uraian non-objektif, hubungan sebab-akibat, hubungan konteks, klasifikasi, atau kombinasinya. Ranah kognitif juga dapat diukur menggunakan portofolio. (Abdul Rachman Shaleh, 2005 : 230) (2) Tes untuk mengukur ranah psikomotorik Tes untuk mengukur aspek psikomotorik adalah tes yang dilakukan untuk mengukur penampilan/perbuatan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai peserta didik. Berikut adalah contoh-contoh tes penampilan atau kinerja: a. Tes tertulis (paper and pencil): walaupun bentuk aktivitasnya seperti tes tulis, namun yang menjadi sasarannya adalah kemampuan peserta didik dalam menampilkan karya, misalnya gambar orang shalat, wudlu, membersihkan rumah, gambar adab masuk masjid dan sebagainya. b. Tes identifikasi: tes yang ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi sesuatu, misalnya menemukan sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran agama, contohnya sampah berserakan, anak yang nakal dan sebagainya.
repository.unisba.ac.id
51
c. Tes simulasi: dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga dengan simulasi tetap dapat dinilai apakah mereka sudah menguasai keterampilan atau belum, misalnya cara memandikan dan mengkafani mayat. d. Tes praktik kerja (work sample) dilakukan dengan media yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai atau terampil menggunakan
media tersebut,
misalnya menggunakan papan tempel untuk urutan gambar tata cara shalat, wudlu, haji dan sebagainya. (Abdul Rachman Shaleh, 2005 : 234) b) Bentuk Nontes Komponen afektif ikut menentukan keberhasilan belajar peserta didik, bahkan dalam menentukan nilai akhir. Paling tidak ada dua komponen afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap pelajaran. (Abdul Rachman Shaleh, 2005 : 235) Hal-hal yang termasuk non tes seperti observasi, wawancara, skala sikap, angket, check list, dan ranting scale. (1) Observasi, secara umum observasi dapat diartikan sebagai penghimpunan bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai fenomena yang dijadikan objek pengamatan.
repository.unisba.ac.id
52
(2) Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewawancarai dengan yang diwawancarai. Ada dua jenis wawancara yang dapat digunakan. a) wawancara terpimpin yang dikenal dengan wawancara berstruktur, b) wawancara tidak terpimpin yang dikenal dengan wawancara bebas. (3) Skala sikap, merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai sikap suatu objek. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari. Sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam ke-hidupannya. Untuk mengukur sikap, dapat dilakukan dengan menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Ada dua bentuk pernyataan yang menggunakan skala Likert ini, yaitu bentuk pernyataan positif untuk mengukur sikap positif dan bentuk pernyataan negatif untuk mengukur sikap negatif. (4) Check List, suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati disebut check list (daftar cek). (5) Ranting Scale, tidak hanya untuk mengukur sikap tetapi dapat juga untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan. (6) Angket, termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, sikap dan faham dalam hubungan kausal. Angket dilaksanakan secara tertulis dan penilaian hasil bealajar akan jauh lebih praktis, hemat waktu dan tenaga. (Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, 2007 : 86-87)
repository.unisba.ac.id
53
C. Konsep Dasar Keimanan dan Ketaqwaan (IMTAQ) 1. Pengertian Keimanan Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah (2010 : 90) Iman secara bahasa, kata iman berasal dari kata dasar aamana-yu’minu-iiman, yang dalam bahasa Arab mempunyai dua penggunaan: (a). Terkadang menjadi kata kerja langsung tanpa membutuhkan kata sambung, maka mkana dari kata iman adalah memberi jaminan keamanan. (b) terkadang menjadi kata kerja dengan bantuan kata sambung, baik berupa huruf ba’ maupun berupa kalimat, maka maknanya adalah membenarkan. Iman diberikan pengertian sebagai kepercayaan yang mutlak dan utuh atau pengakuan yang benar disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Sebagai buktinya yaitu mengerjakan segala pekerjaan yang berhubungan dengan kepercayaan dan pengakuan itu. Pengertian iman secara luas adalah keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah dan diwujudkan oleh amal perbuatan. Oleh karena itu, kompetensi iman seseorang yang sempurna antara lain menunjukan sifat-sifat sebagai berikut : a. Segala perilaku merasa disaksikan oleh Allah SWT sebagai pencipta. b. Memelihara shalat dan amanat serta memenuhi janji. c. Berusaha menghindari perbuatan maksiat. d. Menaati segala apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah.
repository.unisba.ac.id
54
e. Apabila mendapatkan kebahagiaan, dia bersyukur. f. Apabila mendapat musibah (penderitaan) dia bersabar. g. Apabila mempunyai rencana, ia berusaha untuk memenuhi rencananya dan bertawakal kepada Allah SWT. (Zainuddin Ali, 2011 : 4) 2. Tingkatan keimanan bisa dilihat dari segi: a. Komitmen terhadap agama Islam, yaitu 1) iman, 2) amal, 3) ilmu, 4) dakwah, dan 5) sabar. Dasar hukumnya adalah Firman Allah dalam Surah Al-Ashr’ ayat 1-3. b. Kualitas sikap, yaitu 1) mencegah sesuatu dengan kekuasaan; 2) mencegah sesuatu dengan lisan; 3) mencegah sesuatu dengan hati. c. Motivasi perilaku, yaitu 1) ikhlas; 2) riya. Firman Allah dalam Surah AlBaqarah ayat 138-139. d. Kemampuan melaksanakan amal, yaitu 1) melaksanakan keseluruhan syariat; 2) melaksanakan hanya sebagian syariat; 3) tidak melaksanakan syariat padahal ia menyatakan keimanannya. Berdasarkan tingkat keimanan atau stratifikasi keimanan pada setiap muslim, yang amat berperan dalam tingkatan tersebut adalah faktor-faktor pembinaan iman, sebagai berikut: (1) ilmu; (2) amal saleh; (3) jihad; (4) penyerahan diri dengan menyeluruh; (5) keridhaan Allah; (6) memakmurkan masjid; (7) kesediaan mendengar bacaan Al-qur’an; (8) zikir dan pikir. (Zainuddin Ali, 2011 : 5)
repository.unisba.ac.id
55
3. Pengertian Taqwa Zainuddin Ali (2011 : 4) mengemukakan bahwa taqwa adalah sikap hidup manusia yang memelihara hubungan Allah, hubungan dengan manusia, dan makhluk lainnya. Memelihara hubungan dimasksud adalah melaksanakan perintah-Nya dan menghentikan larangan-Nya. Takwa yang telah menjadi perbendaharaan bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Arab taqwa, yang artinya antara lain: takut, menjaga diri, memelihara, tanggung jawab, dan memenuhi kewajiban. (Mohammad Daud Ali, 2002 : 361) Taqwa dalam pengertian etimologi adalah pemeliharaan. Taqwa dalam pengertian terminologi adalah iman yang sudah ada di dalam diri setiap muslim terpelihara sehingga tercapai tujuan hidupnya, yaitu mengabdi kepada Tuhan. (Zainuddin Ali, 2011 : 5) Apabila manusia sudah bertaqwa kepada Allah SWT berarti manusia itu selalu memupuk imannya. Oleh karena itu, kepercayaan akan adanya Allah akan membentuk sikap hidup manusia menjadi memiliki perilaku hidup yang berkarakteristik sifat-sifat terpuji, baik terpuji dari Allah maupun terpuji dari sesama manusia dan makhluk lainnya berdasarkan indikator ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadis atau perilaku yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul. (Zainuddin Ali, 2011 : 5) Orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran mengerjakan kesadaran-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, takut terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Orang yang takwa adalah orang yang
repository.unisba.ac.id
56
menjaga (membentengi) diri dari kejahatan, memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak diridhoi Allah, bertanggung jawab mengenai sikap, tingkah laku dan perbuatannya, dan memenuhi kewajiban. (Mohammad Daud Ali, 2002 : 361) a. Ruang Lingkup Taqwa Taqwa mempunyai ruang lingkup yang berkaitan antara hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia dan makhluk lainnya. Hubungan dimaksud, mempunyai substansi keimanan kepada Allah yang mengambil bentuk perilaku atau sikap ketaatan manusia kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu ketaqwaan adalah sifat manusia terpuji, baik terpuji dari Allah maupun terpuji dari sesama makhluk berdasarkan indikator AlQur’an dan Al-Hadis. Berdasarkan ruang lingkup taqwa tersebut, dapat diungkapkan pokok-pokoknya sebagai berikut : 1) Pelaksanaan iman dan amal saleh 2) Pemeliharaan hubungan dengan Tuhan, bukan saja karena takut, melainkan lebih dari itu, karena adanya kesadaran diri sebagai hamba Allah. Memelihara hubungan dengan Tuhan termasuk didalamnya memelihara hubungan dengan ciptaan Tuhan. (Zainuddin Ali, 2011 : 5) Mohammad Daud Ali (2002 : 367) mengemukakan bahwa ruang lingkup taqwa tersebut, yaitu: 1) Hubungan manusia dengan Allah 2) Hubungan Manusia dengan hati nurani atau dirinya sendiri
repository.unisba.ac.id
57
3) Hubungan manusia dengan sesama manusia 4) Hubungan manusia dengan lingkungan hidup 4. Implementasi Iman dan Taqwa dalam kehidupan bersama sehari-hari Orang bertaqwa adalah orang yang melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya yaitu orang yang berbuat baik dan jauh dari perbuatan tidak baik. (Zainuddin Ali, 2011 : 32) Apabila dikaji implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari berarti menganalisis perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan makhluk lainnya selainnya manusia. Perilaku ini merupakan cerminan dari keimanan dan ketaqwaan dalam bentuk hubungan manusia dimaksud, baik hubungan manusia dengan Tuhannya (hablun minallah), hubungan manusia dengan sesamanya maupun hubungan manusia dengan makhluk lainnya. (Zainuddin Ali, 2011 : 32) a. Perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah Perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah adalah ucapan dan perbuatan manusia. Oleh karena itu, akhlak manusia yang baik kepada Allah adalah manusia yang mengucapkan dan bertingkah laku yang terpuji kepada Allah SWT, baik ucapan melalui ibadah langsung kepada Allah seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya, maupun melalui perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan manusia dengan Allah di luar ibadah tersebut. Perilaku tersebut diantaranya :
repository.unisba.ac.id
58
1) Bersyukur Bersyukur yaitu manusia mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diperolehnya. Ungkapan syukur dimaksud, tampak melalui perkataan dan perbuatan. 2) Bertasbih Bertasbih yaitu manusia menyucikan Allah dengan ucapan dan menjauhkan perilakunya dari perbuatan yang dapat mengotori ke-mahasucian Allah. 3) Beristigfar Beristigfar yaitu manusia meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah dibuatnya, baik sengaja maupun tidak. b. Perilaku manusia yang berhubungan dengan sesamanya Perilaku manusia yang berhubungan dengan sesama manusia terdiri atas : 1) Perilaku yang berhubungan dengan diri Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri diantaranya, sabar, syukur, tawadhuk, iffah atau menahan diri untuk tidak melakukan yang terlarang, menahan diri untuk tidak marah, amanah atau jujur, berani karena benar, qona’ah atau merasa cukup apa yang sudah ada. Perilaku manusia yang berhubungan dengan individu manusia adalah seperngkat norma hukum yang dibuat oleh Allah SWT (pencipta) yang diperuntukan kepada makhluk manusia (ciptaan). Norma hukum yang dimaksud
repository.unisba.ac.id
59
bersifat mengatur hak perseorangan manusia dan kewajiban yang harus dipikulnya. 2) Perilaku yang berhubungan dengan keluarga Perilaku yang berhubungan dengan keluarga diantaranya, berbuat baik kepada kedua orang tua, adil terhadap saudara, membina dan mendidik keluarga, memelihara keturunan. Perilaku manusia yang baik terhadap hubungannya dengan keluarganya adalah yang mematuhi norma hukum keluarga yang telah ditetapkan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an. 3) Perilaku yang berhubungan dengan masyarakat Perilaku yang berhubungan dengan masyarakat diantaranya persaudaraan, tolong-menolong, adil, pemaaf, menepati janji. (Zainuddin Ali, 2011 : 33) 5. Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan Syaikh Abdur Razzaaq al-Abbad mengungkapkan cara menaikan kadar iman adalah sebagai berikut : a. Cara menaikan kadar iman dan taqwa 1) Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits a) Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya
repository.unisba.ac.id
60
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Qs. Shaad (38) : 29)
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Qs. Al-Israa (17) : 82) b) Pelajarilah ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung
repository.unisba.ac.id
61
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah. Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu denganNya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah). Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar. c) Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah SAW Dengan
memahami
perilaku,
keagungan
dan
perjuangan
Rasulullah, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah d) Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman
repository.unisba.ac.id
62
terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya. e) Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus Sholihin, para sahabat Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in) Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. 2) Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma’rifatullah) Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom. 3) Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas a) Amalan Hati
repository.unisba.ac.id
63
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya. b) Amalan Lidah Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran. c) Amalan Anggota Tubuh Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah
di
mesjid
khususnya
bagi
pria.
(http://kebunhidayah.wordpress.com/)
repository.unisba.ac.id