BAB II LANDASAN TEORI
Sinonim merupakan salah satu dari objek kajian semantik yang membahas tentang sebuah kata yang memiliki kesamaan makna antar suatu ujaran dengan ujaran lainnya. Sedangkan semantik adalah bidang studi linguistik yang mengkaji tentang makna. Sebelum membahas tentang makna, ada baiknya membahas tentang makna sebagai objek kajian semantik.
2.1.
Semantik dalam Linguistik Seperti yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Semantik mengandung pengertian studi tentang makna. Seperti yang diungkapkan oleh Kambartel (Bauerle,1979:195) “semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.” Secara empiris, baik pada pembicara dan pendengar terjadi proses pemaknaan berupa penyusunan dan pemecahan kode semantik, gramatikal dan fonologis. Sehingga dengan kata lain semantik berobjekkan makna. Dan beranggapan bahwa makna adalah bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik.
12 Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahamadia Handayani(0706325)
13
Semantik merupakan cabang linguistik yang tertinggal dari cabang lainnya. Linguis seperti Bloomfield (1933) dan Harris (1951) melihat makna berdasarkan kontras dan ciri subsitusi setiap bentuk. Bagi mereka, semantik adalah studi diluar bidang linguistik. Anggapan itu muncul dilatarbelakangi pendapat tentang makna adalah sesuatu yang abstrak sehingga mungkin dapat dikaji secara empiris dan makna otomatis selalu ada dalam setiap satuan bunyi. Kebanyakan linguist tidak menyelidiki bagaimana kata-kata itu tumbuh dalam pikiran. Mereka lebih menekuni bagaimana gagasangagasan itu diungkapkan dalam wujud kombinasi kata (kalimat). Sehingga beranggapan bahwa semantik agak kurang bila disejajarkan dengan subbidang linguistik lainnya, karena semantik tidak turut berperan dalam persoalan pembangunan kalimat. Namun,
dalam
perkembangan
selanjutnya,
teori
transformasi
generative yang dikembangkan oleh Chomsky (1965) dengan tegas memasukkan komponen semantis sebagai bagian dari dua komponen tata bahasa sebelumnya (sintaksis dan fonologi). Hal ini dilatarbelakangi bahwa makna telah hadir jauh sebelum adanya surface structure maupun ekspresi. Makna, dengan kata lain sudah berada pula dalam deep structure yang berkaitan dengan komponen representasi semantis (Chomsky,1971:183). Maka kedudukan semantik dalam linguistik berada dalam suatu tataran sistem linguistik yang setara dengan subsistem lainnya.
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
14
2.2.
Objek Kajian Semantik Semantik menjadikan makna sebagai objek kajiannya. Makna terdapat dibalik kata. Kata makna sebagai istilah mengacu pada pengertian yang sangat luas. Sehingga Ogden & Richard dalam bukunya, The Meaning of Meaning (1972) mendaftarkan 22 rumusan pengertian makna yang berbedabeda antar yang satu dengan yang lainnya. “Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti.” (Grice,1957; Bolinger,1981:108). Makna menjadi bermacam-macam bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Hal tersebut disebabkan karena penggunaanya dalam berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidpuan bermasyarakat yang beragam. Berikut penjelasan makna-makna sebagaimana dikemukakan Abdul Chaer (1994:289) sebagai berikut :
2.2.1. Makna Leksikal, Gramatikal dan Kontekstual Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun. Misalnya leksem air bermakna leksikal ‘sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari’. Dengan contoh tersebut dapat dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan hasil observasi indera kita, atau makna apa adanya. Makna gramatikal muncul ketika terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi. Contohnya, dalam proses
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
15
afiksasi prefix ber- dengan kata dasar kuda melahirkan makna gramatikal ‘mengendarai kuda’. Sedangkan makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada didalam suatu konteks. Misalnya makna jatuh pada kalimat ‘adik jatuh dari sepeda’ dangan ‘dia jatuh cinta kepada adikku’, terdapat perbedaan konteks jatuh dalam kedua kalimat tersebut. Makna konteks juga dapat berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu dan lingkungan penggunaan bahasa tersebut. 2.2.2. Makna Referensial dan Non-referensial Sebuah kata atau leksem disebut bermakna referensial apabila terdapat acuannya. Kata-kata seperti meja, bangku, hitam dan gambar adalah katakata bermakna referensial karena terdapat acuannya dalam dunia nyata. Kata bermakna non-referensial apabila tidak bermakna referensial atau tidak mempunyai acuan. Kata-kata sepeti dan, atau, karena termasuk kedalam kelompok tersebut. 2.2.3. Makna Denotatif dan Makna Konotatif Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuat leksem. Sebenarnya, makna denotatif itu sama dengan makna leksikal. Sedangkan makna konotatif adalah makna lain yang “ditambahkan” pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok yang menggunakan kata tersebut. Umpamanya kata gerombolan Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
16
bersinonim dengan kelompok. Tetapi kata gerombolan memiliki konotasi yang lebih negatif atau nilai rasa yang tidak mengenakkan. 2.2.4. Makna Kata Konseptual dan Makna Asosiatif Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Makna konseptual sama dengan makna leksikal, makna denotative dan makna referensial. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata tersebut dengan sesuatu yang berada diluar bahasa. Misalnya, kata merah berasosiasi dengan ‘berani’ atau juga ‘paham komunis’. Makna asosiatif ini sebenarnya sama dengan lambang atau perlambang yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan konsep lain, yang mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan atau ciri yang ada pada konsep asal kata atau leksem tersebut. Jadi, kata merah yang bermakna konseptual ‘sejenis warna terang menyolok’ digunakan untuk perlambang ‘keberanian’ atau di dunia politik untuk melambangkan ‘paham atau golongan komunis’. Oleh Leech (1976) kedalam makna asosiasi ini dimasukkan juga yang disebut makna konotatif, makna stilistika, makna afektif dan makna kolokatif. 2.2.5. Makna Kata dan Makna Istilah Setiap leksem memiliki makna. Pada awalnya, makna yang dimiliki sebuah kata adalah makna leksikal, makna denotatif, atau makna konseptual.
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
17
Namun dalam penggunaanya, makna kata itu baru menjadi jelas apabila kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa makna kata masih bersifat umum, kasar dan tidak jelas. Berbeda dengan makna kata, makna istilah mempunyai makna yang pasti, jelas dan tidak meragukan meski tanpa konteks kalimat sekalipun. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa makna istilah itu bebas konteks, sedangkan makna kata tidak bebas konteks. Sebuah istilah hanya dipergunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. 2.2.6. Makna Idiom dan Peribahasa Idiom adalah suatu ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupum secara gramatikal. Umpamanya, secara gramatikal bentuk menjual rumah bermakna ‘yang menjual menerima uang dan yagn membeli menerima rumahnya’, tetapi dalam bahasa Indonesia bentuk menjual gigi tidaklah berarti seperti itu, melainkan bermakna ‘tertawa keras-keras’. Jadi makna seperti yang itulah yang disebut makna idiomatikal. Biasanya dibedakan ada dua macam idiom yaitu idiom penuh dan idiom sebagian. Yang dimaksud idiom penuh adalah idom yang semua unsur-unsurnya sudah melebur menjadi satu kesatuan. Sehingga makna yang dimiliki berasal dari seluruh kesatuan tersebut, contohnya adalah membanting tulang. Sedangkan yang dimaskud dengan idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya sendiri, misalnya daftar hitam.
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
18
Peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Misalnya, tong kosong nyaring bunyinya yang bermakna ‘orang banyak biacara biasanya tidak berilmu’. Makna ini dapat ditarik dari asosiasi; tong yang berisi bila dipukul tidak mengeluarkan bunyi, tetapi tong yang kosong akan mengeluarkan bunyi yang keras dan nyaring.
2.3.
Sinonim Sinonim merupakan salah satu relasi makna yang terdapat dalam semantik. “Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.” (Abdul Chaer, 2003:297). Misalnya antara kata hamil dengan frase duduk perut; antara kata betul dengan kata benar,dsb. Relasi sinonim ini bersifat dua arah. Maksudnya, apabila suatu ujurana A bersinonim dengan ujaran B, maka ujaran B itu bersinonim dengan ujaran A. secara konkret kalau kata betul bersinonim dengan kata benar, maka kata benar itu pun bersinonim dengan kata betul. benar
betul
Namun, dua buah ujaran yang bersinonim tidak akan persis sama. Dengan kata lain, sinonim adalah kata-kata yang mengandung makna pusat
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
19
yang sama tapi berbeda dalam nilai rasa. Atau secara singkat, sinonim adalah kata-kata yang mempunyai denotasi sama tapi berbeda konotasi. Dalam buku Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Abdul Chaer, 1998:388), terjadinya sinonim antara lain disebabkan oleh beberapa faktor berikut : a) Perbedaan dialek sosial, seperti kata isteri bersinonim dengan kata bini. Tetapi kata isteri digunakan dalam kalangan atasan, sedangkan bini dalam kalangan bawahan. b) Perbedaan dialek regional, seperti kata handuk, bersinonim dengan kata tuala. Tetapi kata tuala hanya dikenal di beberapa daerah di indonesia timur saja. c) Perbedaan dialek temporal, seperti kata hulubalang, bersinonim dengan kata komandan, tetapi kata hulubalang hanya cocok digunakan dalam suasana klasik saja. d) Perbedaan ragam bahasa sehubungan dengan bidang kegiatan kehidupan, seperti kata menggubah, bersinonim dengan menempa. Tetapi kata menggubah dilakukan dalam arti membuat karya seni, sedangkan menempa dalam arti membuat barang logam. e) Pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing lain, seperti kata akbar dan kolosal yang bersinonim dengan kata besar. Kata auditorium dan aula yang bersinonim dengan kata bangsal dan pendopo. Untuk dapat menggunakan salah satu kata yang bersinonim dengan tepat, maka sebelumnya harus memahami konteks dari kalimat serta konsep
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
20
dari makna kata yang dipilih, dengan memperhatikan perbedaan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Seperti adanya dialek sosial, dialek regional, dialek temporal, ragam bidang kegiatan dan sebagainya. Selain itu, Pateda (2001:222-223) menyatakan bahwa ada tiga batasan yang dapat dikemukakan untuk menentukan sinonim, yaitu : a. Kata-kata dengan acuan ekstra linguistik yang sama, misalnya kata mati dan mampus; b. Kata-kata yang mengandung makna yang sama, misalnya kata memberitahukan dan kata menyampaikan; c. Kata-kata yang dapat disubstitusi dalam konteks yang sama, misalnya “Kami berusaha agar pembangunan berjalan terus.”, “Kami berupaya agar pembangunan berjalan terus.” Kata berusaha bersinonim dengan kata berupaya. Dalam bahasa Jepang, sinonim dikenal dengan istilah ruigigo, yang memiliki arti “hampir sama/mirip”. Menurut Tokugawa (1970:3), sinonim adalah kata-kata yang mempunyai arti sama atau mirip. Meski dikatakan sama, akan tetapi makna dari kalimat yang menggunakan kata tersebut memiliki perbedaan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sinonim dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang memiliki pengertian dan batasan yang sama. Tidak ada sinonim yang semuanya sama persis, dalam konteks tertentu pasti ada perbedaannya meskipun kecil. Oleh karena itu, kata-kata yang bersinonim tidak dapat dipertukarkan secara bebas. Bila
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
21
dipertukarkan secara bebas, maka akan berdampak pada perubahan makna maupun kesan. Untuk dapat menggunakan salah satu kata yang bersinonim dengan tepat, maka sebelumnya harus memahami konteks dari kalimat serta konsep dari makna kata yang dipilih, dengan memperhatikan perbedaan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Seperti adanya dialek sosial, dialek regional, dialek temporal, ragam bidang kegiatan dan sebagainya. Menurut Akimoto (2004) dalam bukunya yang berjudul Yoku Wakaru Goi dijelaskan bahwa sinonim terbagi kedalam 3 jenis yaitu : a. Housetsu Kankei (包包包包) Sinonim ini menunjukkan bahwa suatu arti kata termasuk kedalam arti lain secara sempit (khusus). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
B
A
Arti A merupakan bagian arti secara sempit (khusus) dari arti B. Misalnya pada kata kyoushi (A) dan sensei (B), makna kata kyoushi dan sensei merupakan sinonim. Makna kyoushi merupakan makna sempit dari kata sensei, sedangkan kata sensei dapat berarti luas, yaitu meliputi daigishi (anggota kongres), isha (dokter), dan juga kyoushi (pengajar.)
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
22
b. Shisateki Tokuchoo (示示直示示) Sinonim ini meskipun merupakan kata-kata yang sepadan / mirip dalam arti, namun memiliki perbedaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
A
B
Kata dalam gambar A dan B memiliki arti yang sepadan. Misalnya kata noboru dan agaru. Kedua kata tersebut memiliki makna yang mirip yaitu naik. Namun ada perbedaan dalam penggunaanya. Dalam beberapa kondisi tertentu kedua kata tersebut dapat saling menggantikan. c. Dougigo (同同同) Sinonim ini menunjukkan arti yang sama / sepadan seperti terlihat pada gambar berikut :
A
B
Misalnya pada kata takkyuu dan pinpon. Kedua-duanya mempunyai arti olahraga tenis meja. Mempunyai satu kesamaan yang menyeluruh dari segi rasa / nuansa bahasa. Sinonim ini biasanya terjadi karena faktor pengaruh terjemahan bahasa asing. Misalnya pada kata eakon dan
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
23
kuuchou, dimana keduanya mempunyai arti pengatur suhu. Namun kejadian seperti ini jarang terjadi. (Akimoto, 2004: 112). Jumlah sinonim dalam bahasa Jepang sangat banyak jumlahnya sehingga penelitian tentang sinonim masih sangat diperlukan. Hal ini dapat bermanfaat bagi para pembelajar bahasa Jepang agar tidak terjadi salah pengertian dan ketidaklancaran komunikasi karena adanya perbedaan maksud yang hendak disampaikan. Ada enam langkah pokok yang perlu ditempuh untuk meneliti suatu sinonim, yaitu : 1)
menentukan objek yang akan diteliti;
2)
mencari dan menelaah literatur yang relevan;
3)
mengumpulkan data (実実<jitsurei> dan 作実<sakurei>);
4)
menentukan pasangan kata yang akan dianalisis;
5)
melakukan analisis; dan
6)
membuat generalisasi (menyimpulkan). (Sutedi, 2009:62) Momiyama (1998) dalam Sutedi (2004:120) memberikan beberapa
pemikiran tentang cara mengidentifikasi suatu sinonim, antara lain : a. 直直直(Chokkanteki (secara intuitif langsung)) bagi para penutur asli dengan berdasarkan pada pengalaman hidupnya. Bagi penutur asli jika mendengar suatu kata, maka secara langsung dapat merasakan bahwa kata tersebut bersinonim atau tidak.
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
24
b. Beberapa kata jika diterjemahkan ke dalam bahasa asing, akan menjadi satu kata, misalnya kata 下は っ(oriru), 下っ(kudaru), 下はっ(sagaru) dan
降っ(furu) dalam bahasa Indonesia bisa dipadankan dengan kata “turun”. c. Dapat menduduki posisi yang sama dalam suatu kalimat dengan perbedaan makna kecil. Misalnya pada kalimat 階階ラ上はっ(kaidan o agaru) dan kalimat 階階ラ上っ(kaidan o noboru) sama-sama berarti “menaiki tangga”. d. Dalam menegaskan suatu makna, kedua-duanya bisa digunakan secara bersamaan (sekaligus). Misalnya, kata 光っ(hikaru) dan 輝ぼ (kagayaku) kedua-duanya berarti “bersinar”, bisa digunakan secara bersamaan seperti pada kalimat 星は光は 輝だっだっ(Hoshi ga hikari kagayaite iru) yang berarti “bintang bersinar cemerlang”.
2.4.
Verba Yaru Dalam penelitian ini, yang diangkat menjadi objek penelitian adalah tentang verba. Oleh karena itu diperlukan sebuah landasan teori mengenai verba itu sendiri. Maka dari itu, dibawah ini akan dikemukakan definisi verba beserta klasifikasinya. Terdapat banyak pengertian verba dari ahli bahasa, diantaranya adalah sebagai berikut:
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
25
1. Dalam buku Linguistik Umum karya Chaedar (1993:48) verba menurut Nesfield adalah kata yang dipakai untuk menyatakan sesuatu tentang seseorang atau sesuatu. 2. Menurut Sudjianto&Dahidi dalam buku karangannya yang berjudul Pengantar Linguistik Bahasa Jepang, (2007:149) verba adalah kelas kata yang dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu 3. Menurut Danasasmita (1993:8) dalam buku Pengantar Bahasa Jepang, verba adalah jenis kata yang termasuk salah satu yougen dan menyatakan kegiatan atau aktifitas. Biasanya pada akhir katanya selalu diakhiri suara “u”. 4. Menurut Tsuruko Asano (1990: 8) dalam buku Kihongo Yourei Jiten, doushi wa hito ya mono no dousa, sayou o arawasu go de aru.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa verba dalam bahasa Jepang adalah kelas kata dan termasuk salah satu yougen yang dipakai untuk menerangkan suatu aktifitas, keberadaan atau keadaan dari benda atau manusia dan biasanya selalu diakhiri dengan suara “u”. Demikian pula halnya dengan verba yaru. Verba ini menyatakan suatu kegiatan atau aktifitas dari manusia. Seperti halnya verba lain, verba yaru pun berakhiran dengan suara “u”.
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
26
Selanjutnya, dalam bahasa Jepang terdapat 10 jenis kata dan salah satunya adalah verba atau doushi. Verba dibagi ke dalam 3 bagian menurut Nihongo Bunpou Nyuumon (Yoshikawa, 1989:57), yaitu: 1. Tadoushi dan Jidoushi Tadoushi atau verba transitif adalah verba yang memerlukan objek dalam kalimatnya. Dengan kata lain verba ini memerlukan partikel “o”. Contoh: 太太は窓ラ開だっ。 taroo ga mado o aketa < Taroo membuka jendela.>
Jidoushi adalah verba intransitif yang tidak memerlukan objek dalam kalimatnya. Dengan kata lain verba ini memerlukan partikel “wa”, “ga”, “ni”. Contoh: 窓は 開ぼ 。 mado ga aita <Jendela terbuka.>
2. Keizoko doushi dan Shunkan doushi Keizoko
doushi
merupakan
verba
yang
menyatakan
berlangsungnya kegiatan. Bentuk ini ditandai dengan pola kalimat ~te iru. Contoh: 手手ラ書だっだっ。 Tegami o kaite iru. <Sedang menulis surat.>
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
27
Shunkan doushi merupakan verba yang menunjukkan keadaan akhir/hasil perbuatan. Bentuk ini ditandai dalam pola kalimat ~te iru. Contoh: とうがあいっだっ。 Too ga aite iru.
3. Ishidoushi dan Muishidoushi Ishidoushi adalah verba yang meyatakan perbuatan yang dikehendaki manusia. Contoh: 東京にわをあるく。 Tokyo ni aruku.
Muishidoushi adalah verba yang mana aksinya bukan atas kehendak manusia. Contoh: きがたおれる。 Ki ga taoreru.
Namun, selain jenis doushi seperti di atas, Terada Takanao (1984:8081) menambahkan fukugo doushi, haseigo toshite no doushi, dan hojo doushi sebagai jenis-jenis doushi. 1. Fukugo doushi Fukugo doushi adalah doushi yang terbentuk dari gabungan dua buah kata atau lebih. Gabungan kata tersebut secara keseluruhan dianggap sebagai satu kata. Contoh:
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
28
Yariau Choosa suru
‘berdebat’ ‘menyelidiki’
(doushi+doushi) (meishi+doushi)
2. Haseigo toshite no doushi Diantara doushi juga ada doushi yang mengalami prefiks atau terbentuk dari kelas kata lain dengan cara menambahkan sufiks. Katakata tersebut secara keseluruhan dianggap sebagai satu kata. Contoh: Samayou Bunnagaru
‘berkeluyuran, mondar-mandir’ ‘melayangkan tinju’
3. Hojo doushi Hojo doushi adalah doushi yang menjadi bunsetsu tambahan. Verba-verba seperti aru,iru, ageru, morau, hajimeru, owaru, yaru yang melekat pada kalimat sebelumnya berfungsi dapat membantu verba-verba yang ada pada bagian sebelumnya itu dan menjadi bagian dari predikat sebagaimana fuzokugo. Contoh: Kaitearu Tabetemiru
‘tertulis’ ‘mencoba makan’
Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa verba yaru termasuk kedalam kelompok verba transitif (tadoushi). Hal ini disebabkan karena verba yaru adalah kata kerja yang membutuhkan pelengkap atau objek dalam kalimatnya. Selain itu, verba yaru juga dapat berfungsi sebagai fukugo doushi (kata kerja majemuk) maupun hojo doushi (kata kerja pelengkap).
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
29
2.5.
Hasil Penelitian Terdahulu Dibawah ini akan dijabarkan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai makna verba yaru. Hal ini diupayakan untuk memberikan kejelasan dan arahan bagi pelaksanaan penelitian. Diantaranya sebagai berikut:
2.5.1. Koizumi (1989) Dalam bukunya yang berjudul Nihongo Kihon Doshi Youhou Jiten, Koizumi, dkk mendeskripsikan makna verba yaru sebagai berikut : 1.
Menyuruh
seseorang
pergi
ke
suatu
tempat
untuk
melakukan/mengerjakan sesuatu. Contoh: (5) 事事事ラ郵便局だ使だだやっ。 (Koizumi, 1989:524) Jimuin o yuubinkyouku ni tsukai ni yaru. <Menyuruh pegawai kantor untuk ke kantor pos> (6) 妻ラ叔叔だ見見だだやっ。 (Koizumi, 1989:524) Tsuma o oji no mimai ni yaru <Menyuruh istri untuk menjenguk paman> (7) 電電はだい来っい娘ラ改札口く聞きだやだ を。 (Koizumi, 1989:524) Densha ga itsu kuruka musume o kaisatsuguchi e kiki ni yatta. (8) いだるだ会会く会会事ラやだ っ手手だにっ。 (Koizumi, 1989:524) Achira no kaisha e kaishain o yatte tetsudawaseru. <Menyuruh pegawai kantor untuk memberikan bantuan ke perusahaan disana> (9) 娘ラ嫁だやっ。 (Koizumi, 1989:524) Musume o yome ni yaru. <Menikahkan anak perempuan.>
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
30
2.
Sesuatu diletakan di suatu tempat. Contoh : (10) 私ぼはははラほだいだやだ っかはだ を。 (Koizumi, 1989:524) Watashi wa megane o dokoka ni yatte shimatta. <Saya telah meletakkan kacamata disuatu tempat.> (11) じじはをいるだチラぼだ だだやだ っぼ だにだ。 (Koizumi, 1989:524) Jya mata kara kore o socchi ni yatte kudasai. (12) 私だいはだラほだだやだ をだ。 (Koizumi, 1989:524) Watashi no kaban o doko ni yatta no.
3.
Pandangan atau penglihatannya menghadap ke suatu arah. Contoh : (13) 彼ぼ遠ぼ く目ラやだ を。 (Koizumi, 1989:524) Kare wa tooku e me o yatta. <Matanya menerawang jauh.> (14) 彼彼だと だやだ視視ラやっ。 (Koizumi, 1989:524) Kanoji no tokoro ni shisen o yaru.
4. Memberikan sesuatu ke seseorang yang statusnya lebih rendah atau berada dibawah pembicara dan kepada makhluk hidup. Contoh : (15) 妹ぼ小小だににラやだ を。 (Koizumi, 1989:524) Imouto wa kotori ni esa o yatta. (16) 子子だに ににラやっ。 (Koizumi, 1989:524) Kodomo ni miruku o yaru. <Memberikan susu kepada anak-anak.> (17) おと う と だ時時ラやっ。 (Koizumi, 1989:524) Otouto ni dokkei o yaru. <Memberikan jam tangan kepada anak laki-laki.> (18) 植植だ水ラやっ。 (Koizumi, 1989:524) Ueki ni mizu o yaru. <Memberikan air untuk tanaman.>
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
31
5. Melakukan sesuatu. Contoh : (19) う だだ子ぼはチ ははラやだ っだっ。 (Koizumi, 1989:524) Uchi no ko wa sakka o yatteiru. (20) 勉勉ラやっ。 (Koizumi, 1989:524) Benkyou o yaru. (21) 商商ラやっ。 (Koizumi, 1989:524) Shoubai o yaru. (22) 喫喫喫ラやっ。 (Koizumi, 1989:524) Kissaten o yaru. <Membuka (bisnis) kedai.> (23) 酒にもももにやるはだ。 (Koizumi, 1989:524) Sake mo tabako mo yaranai. <Tidak boleh meminum sake maupun merokok.> (24) 主主ラやっ。 (Koizumi, 1989:524) Shuyaku o yaru. <Menjadi pemimpin (pembawa acara).> (25) 一一ややう 。 (Koizumi, 1989:524) Ippoi yarou. <Mari bersulang!>
6. Melakukan perbuatan yang dapat melukai dan membahayakan. Contoh : (26) やぼ やだやるチを。 (Koizumi, 1989:524) Yakuza ni yarareta. (27) いだいラやチ。 (Koizumi, 1989:524) Aitsu o yare. <Bunuh dia!>
7. Hidup. Menjalani hidup. Contoh : (28) 私一私だ収収でぼやだ っだだはだ。 (Koizumi, 1989:524) Watashi hitori no shuunyuu dewa yatte ikenai. < Tidak mungkin dapat di lakukan hanya dengan pendapatan sendiri.>
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
32
(29) 何と いやだ っだだっ。 (Koizumi, 1989:524) Nantoka yatte ikeru. (30) 元元でやだ っだっ。 (Koizumi, 1989:524) Genki de yatteiru.
8. Menjadi sakit. Contoh : (31) 彼ぼおをはぼ いはラやだ っだはだ。 (Koizumi, 1989:524) Kare wa otafuku-kaze o yatte inai (32) 彼ぼ去去、 水ぼう ぼう ラやだ を。 (Koizumi, 1989:525) Kare wa kyonen,mizu-bousou o yatta.
9. Melakukan sesuatu kepada benda bergerak, makhluk hidup dan orang yang statusnya lebih rendah atau berada dibawah. Contoh : (33) 彼ぼ弟だ本ラ買だ っやだ を。 (Koizumi, 1989:525) Kare wa otouto ni hon o katte yatta. (34) 妹だ写写ラににっやっ。 (Koizumi, 1989:525) Imouto ni shasin o misete yaru. <Memperlihatkan foto kepada anak perempuan.> (35) 犬ラ散散だ連チっ旅だ っやっ。 (Koizumi, 1989:525) Inu o sanpo ni tsurete itte yaru. <Membawa serta pergi anjing untuk jalan-jalan.> (36) 花だ水ラいだっやっ。 (Koizumi, 1989:525) Hana ni mizu o kakete yaru. <Menyembur-nyemburkan air ke bunga.> (37) 妹だ宿宿ラ手手だ っやっ。 (Koizumi, 1989:525) Imouto no shukudai o tetsudatte yaru. <Membantu mengerjakan PR anak perempuan.> (38) 子子と 遊だでやっ。 (Koizumi, 1989:525) Kodomo to asonde yaru. <Memainkannya dengan anak-anak.> (39) おぼチっだっ子ラ助だっやだ を。 (Koizumi, 1989:525) Oboreteiru ko o tasukete yatta.
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
33
10. Kebulatan tekad untuk melakukan suatu tindakan atau pekerjaan. Contoh : (40) だいいいだいラ負いかっやっ。 (Koizumi, 1989:525) Itsuka aitsu o makashite yaru. <Suatu hari ia akan bisa dikalahkan.> (41) 目だにだラににっやっ。 (Koizumi, 1989:525) Me ni mono o misete yaru. <Memperlihatkan barang kedepan mata.>
11. Hal yang sudah dipakai secara lazim (ungkapan). (42) お前だ5日ほほ 暇ラやっいる、 旅旅でにかっ来だ。 (Koizumi, 1989:525) Omae ni 5 nichi hodo itomu o yaru kara, ryokou de mo shite koi. (43) いだ男ぼははだっはいは だっだで暇ラやだ を。 (Koizumi, 1989:525) Ano otoko wa namakete bakari iru node hima o yatta. (44) 彼ぼ遠ぼ だ山山だ目ラやだ を。 (Koizumi, 1989:526) Kare wa tooku no yamayama ni me o yatta.
2.5.2. Kihongo Yourei Jiten (1990) Pengertian verba yaru dalam buku yang berjudul Gaikokujin no tame no Kihongo Yourei Jiten (edisi Ketiga) (1990: 1051-1052) memiliki banyak makna dan di jabarkan sebagai berikut berikut: 1. Memberikan suatu benda kepada seseorang. Terutama dipergunakan untuk seseorang dengan status/level yang sama atau lebih dibawah. Contoh: (45) 私ぼおと う と だ本ラやだ を。 (KYJ, 1990:1051) Watashi wa otouto ni hon o yatta. <Saya memberikan buku kepada anak laki-laki.> (46) だだ場場、 チチ チ チぼほチだだやチはだだでいい。 (KYJ, 1990:1051) Kono baai, chippu wa dare dake yareba ii desuka. Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
34
(47) ぼぼ ぼ友だだだだだ だだだおだだだだ、 ララララややう と 思だ っだっ。 (KYJ, 1990:1051) Boku wa tomodachi no kekkon no oiwai ni, rajio o yarou to omtteiru. <Saya pikir akan memberikan radio untuk perayaan pada pernikahan teman.> (48) 犬だににラやっ。(KYJ, 1990:1051) Inu ni esa o yaru. <Memberikan makan kepada anjing.>
2. Mengirim, mengirimkan. Menyuruh (seseorang) untuk pergi. Menyuruh (seseorang) untuk maju. Contoh: (49) 私は毎週家族に手紙をやります。(KYJ, 1990:1051) Watashi wa mai nichi kazoku ni tegami o yarimasu. <Saya tiap hari mengirimkan surat kepada keluarga.> (50) つごうが悪くて行かれませんから、私のかわりに妻をやります。(K YJ, 1990:1051) Tsugou ga warukute ikaremasenkara,watashi no kawari ni tsuma o yarimasu. (51) びんぼうで子どもを学校にやります。(KYJ, 1990:1051) Binbou de kodomo o gakkou ni yarimasu. (52) あの家では長男を大学へ、次男を高等学校へやっています。(KYJ, 1990:1051) Ano ie de wa chounan o daigaku e, jinan o koutou gakkou e yatte imasu.
3. Melakukan, mengerjakan. Melangsungkan, mengadakan. Contoh: (53) あなたも私とピンポンをやりませんか。(KYJ, 1990:1052) Anata mo watashi to pinpon o yarimasenka. <Apakah anda pun ingin main pingpong dengan saya?> (54) いま日本語の勉強をやっています。(KYJ, 1990:1052) Ima nihong go no benkyou o yatte imasu. <Sekarang Bahasa Jepang sedang dipelajari.> Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
35
(55) あすクラス会をやる予定です。(KYJ, 1990:1052) Asu kurasu-kai o yaru youtei desu. (56) あの映画館ではいま何をやっていますか。(KYJ, 1990:1052) Ano eigakan de wa ima nani o yatte imasuka. <Sekarang apa yang kamu lakukan di bioskop itu?> (57) 彼はハムレットをやるとたいへんうまい。(KYJ, 1990:1052) Kare wa hamuretto o yaru to taihen umai. <Saat dia memainkan peran Hamlet, sangat bagus.> (58) わたしはフランス大学をやるつもりです。(KYJ, 1990:1052) Watashi wa furansu daigaku o yaru tsumori desu. <Saya berniat untuk masuk ke Universitas Prancis.> (59) それは子供でもやればやれる。(KYJ, 1990:1052) Sore wa kodomo de mo yareba yaru.
4. Menghasilkan pendapatan dan dapat menyokong kehidupan (berbisnis). Contoh: (60) あの人はいま銀座でクラブをやっています。(KYJ, 1990:1052) Ano hito wa ima Ginza de kurabu o yatte imasu. (61) 私は学校を出たら小学校の先生をやろうと思っている。(KYJ, 1990:1052) Watashi wa gakkou o detara shougakkou no sensei o yarou to omotteiru. <Apabila telah selesai sekolah, saya berpikir untuk bekerja sebagai guru Sekolah Dasar.> (62) 十二万円の収入では4人でやっていけない。(KYJ, 1990:1052) Juu ni man en no shuunyuu de wa yon-nin de yatte ikenai. (63) 彼はびんぼうだが、どうにかやっています。(KYJ, 1990:1052) Kare wa binbou da ga, dou ni ka yatteimasu.
5. Makan. Minum. (Dipakai oleh laki-laki) Contoh: (64) 私はタバコはやりませんが、さけは少しやります。(KYJ, 1990:1052) Watashi wa tabako yarimasen ga, sake wa sukoshi yarimasu. <Meskipun saya tidak merokok, saya sedikit meminum sake.> (65) あついから、ビールを一杯やりましょう。(KYJ, 1990:1052) Atsui kara, bi-ru o ippou yarimashou. Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
36
(66) どうぞ、御自由にさらのものをやってください。(KYJ, 1990:1052) Douzo, gojiyou ni sara no mono o yatte kudasai. <Silahkan tolong nikmati hidangan di piring ini dengan leluasa.> (67) ありがとう。もうおなかいっぽいやりました。(KYJ, 1990:1052) Arigatou. Mou onaka ippai yarimashita.
6. Mengekspresikan sesuatu yang bermakna memikirkan kepentingan orangorang yang berstatus/level sama atau lebih dibawah, melakukan sesuatu demi orang itu. Memberikan. Contoh: (68) 母親が小さい子供に着物を着せてやる。(KYJ, 1990:1052) Hahaoya ga chiisai kodomo ni kimono o kisate yaru. (69) 私はおと う と に日本語を教えてやります。(KYJ, 1990:1052) Watashi wa otouto ni nihong go o oshiete yarimasu. <Saya mengajarkan Bahasa Jepang kepada anak laki-laki.> (70) 困っている人を助けてやらなければならない。(KYJ, 1990:1052) Komatte iru hito o tasukete yaranakerebanaranai. (71) わたしは毎日小さい子供とあそんでやっている。(KYJ, 1990:1052) Watashi wa mainichi chiisai kodomo to asonde yatteiru. <Setiap hari saya bermain dengan anak-anak kecil.> (72) 子供が危ない所であそんでいたので、「気をつけなさい。」と言っ てやった。(KYJ, 1990:1052) Kodomo ga abunai tokoro asondeita node, “ko o tsukenai.”to itte yatta. (73) 君にかしてやった本を返してくれないか。(KYJ, 1990:1052) Kimi ni kashite yatta hon o kaeshite kurenaika. <Maukah kau meletakkan kembali buku yang telah saya pinjam?>
Dari berbagai penelitian terdahulu yang dijelaskan di atas, masih terdapat kekurangan-kekurangan, diantaranya kurang mendetail tentang kata pengganti apa saja yang dapat menggantikan verba yaru tersebut. Kemudian dalam penelitian-penelitian tersebut tidak semuanya menyajikan teknik
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
37
pertukaran secara lengkap, sehingga belum dapat diketahui apakah kedua verba tersebut dapat saling menggantikan atau tidak dalam sebuah kalimat. Dengan melihat beberapa hasil penelitian terdahulu dan berbagai permasalahan
yang
masih
tersisa,
penulis
merasa
menindaklanjuti penelitian tersebut dengan penelitian ini.
Analisis Makna Verba Yaru dalam Bahasa Jepang Adinda Rahmadia Handyani(0706325)
perlu
untuk