BAB II LANDASAN TEORI
A. Laporan Keuangan Pelaporan
keuangan
merupkan
wahana
bagi
perusahaan
untuk
mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomi mengenai sumber daya yang dimiliki serta kinerja kepada pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut (Saleh, 2004). Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No.1 terdiri dari komponen-komponen, (a) Neraca, (b)
Laporan laba-rugi, (c) Laporan perubahan ekuitas, (d) Laporan arus kas, dan (e) Catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan harus
menerapkan PSAK
secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun
pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh
standar akuntansi (PSAK No.1, par. 10) Di samping catatan atas laporan keuangan, perusahaan (manajemen) juga dianjurkan untuk memberikan “informasi tambahan”. Informasi tambahan yang dianjurkan meliputi (1) telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan, (2) posisi keuangan perusahaan, (3) kondisi ketidakpastian, (4) laporan mengenai lingkungan hidup, dan (5) laporan nilai tambah (PSAK No.1, par. 08 dan 09). 7
8
Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC) membedakan pengertian Financial Statement dengan Financial Reporting. Basic Financial Statement meliputi: (1) Statement of financial position, (2) Statement of earnings and comprehensive income, (3) Statement of cash flow, (4) Statement of investment by and distributions to owners, dan (5) Notes to Financial statements. Basic financial statement inilah yang harus taat pada standar akuntansi dan merupakan laporan yang diaudit. Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan oleh manajemen kepada pihak luar perusahaan. Kualitas komunikasi yang dicapai akan tergantung dengan kualitas laporan keuangan.
Untuk mendukung
tercapainya kualitas laporan keuangan yang baik, maka diperlukan adanya aturan (regulasi) yang dibuat oleh profesi (dewan pembuat standar) dan pemerintah. Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK:2002) adalah: 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
9
2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. 3. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Untuk menghasilkan informasi yang relevan dan andal tidaklah mudah, terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Salah satu kendala informasi yang relevan dan andal tersebut adalah tepat waktu (timeliness).
10
Suatu informasi akan kehilangan relevansinya jika terdapat keterlambatan yang tidak semestinya dalam pelaporan.
B. Auditing 1. Pengertian Umum Auditing Menurut American Accounting Association (AAA), auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan dan peristiwa ekonomi untuk menemukan tingkat kesesuaian dengan asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sementara menurut Arens, Elder & Beasley (2006) auditing adalah pengumpulan dan pengevaluasian bukti informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi yang didapat dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh seseorang atau sekelompok yang independen dan berkompeten. Berdasarkan, penjelasan tersebut, terdapat beberapa poin penting yang mendasari definisi auditing. Poin pertama adalah informasi dan kriteria yang ditetapkan, dimana dalam pelaksanaan audit harus terdapat informasi yang dapat diuji dan suatu kriteria yang dapat digunakan auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut. Poin kedua adalah pengumpulan dan pengevaluasian bukti audit dimana bukti audit merupakan informasi
11
yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah disajikan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, oleh karena itu dibutuhkan bukti audit yang memadai untuk dapat mencapai tujuan audit. Poin ketiga adalah seorang yang kompeten dan independen yang mampu bersikap objektif dalam pengumpulan dan pengevaluasian bukti. Poin keempat adalah pelaporan
dimana merupakan suatu bentuk
komunikasi atas kumpulan auditor mengenai tingkat kesesuaian antara mutu informasi dengan kriteria yang ditetapkan. Sebagian besar auditing memang terkait informasi akuntansi dan banyak auditor yang memiliki keahlian dibidang akuntansi, namun terdapat perbedaan antara akuntansi dan auditing. Akuntansi adalah proses pencatatan, pengklasifikasian, pengiktisaran kejadian ekonomi dengan cara yang logis untuk menyediakan informasi keuangan guna pengambilan keputusan. Ketika mengaudit data akuntansi, faktor auditor adalah menentukan apakah informasi yang tercatat telah mencerminkan kejadian ekonomi yang
sebenarnya
terjadi
selama
periode akuntasi
yang
bersangkutan. 2. Jenis – jenis Audit Menurut Arens, Elder & Beasley (2006), terdapat 3 jenis audit yang dilaksana oleh akuntan publik, antara lain :
12
a. Audit Laporan Keuangan Tujuan audit laporan keuangan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah dilaporkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam menentukan tingkat kewajaran penyajian laporan keuangan, auditor perlu melaksanakan uji yang tepat untuk menentukan apakah terdapat error atau misstatement lainnya yang bersifat meterial dalam laporan keuangan. Hasil dari audit laporan keuangan berupa laporan audit yang berisi opini audit atas laporan keuangan. b. Audit Operasional Tujuan audit operasional adalah untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari bagian – bagian dari prosedur dan metode kegiatan operasional perusahaan. Dalam audit operasional, pelaksanaan review tidak terbatas hanya pada akuntansi, tapi juga dapat mencakup evaluasi atas struktur
organisasi,
operasi
komputer,
metode produksi,
pemasaran, dan bagian – bagian lainnya yang sesuai dengan kualifikasi auditor. Berbeda dengan jenis audit lainnya, keriteria yang ditetapkan dalam pelaksanaan adit operasional merupakan suatu hal yang bersifat subjektif sehingga audit oprasional cenderung tergolong sebagai konsultasi manajemen. Hasil dari audit operasional biasanya berupa pernyataan mengenai efektifitas dan efisiensi operasi atau sejumlah
13
rekomendasi
kepada
manajemen
untuk
memperbaiki
atau
meningkatkan kinerja operasional perusahaan. c. Audit Kepatuhan Tujuan audit kepatuhan adalah untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, kebijakan dan regulasi yang telah ditetapkan oleh badan otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit kepatuhan biasanya berupa pernyataan temuan atau tingkat kepatuhan dan dilaporkan kepada pihak tertentu dalam unit organisasi yang diaudit. 3. Standar Auditing Standar Auditing merupakan pedoman umum bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesional. Menurut pernyataan Standar auditing No. 1 (SA seksi 150), Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “Prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “Standar” berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur. Secara umum terdapat 10 Standar auditing dalam SPAP yang terbagi atas Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Laporan. Standarad auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia adalah sebagai berikut :
14
a. Standar Umum Standar umum berhubungan dengan kualifikasi atau seorang auditor dan kualitas pekerjaan seorang auditor, yaitu : 1) Audit harus dilakukan seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang auditor. 2) Dalam
semua
hal
yang
berhubungan
dengan
perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh seorang auditor. 3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar Pekerjaan Lapangan Standar pekerjaan lapangan berhubungan dengan pelakasanaan pekerjaan audit dilapangan, yaitu : 1) Pekerjaan harus dilakasanakan sebaik – baiknya dan jika digunakan asisten, harus disupervisi dengan semestinya 2) Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan mentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi
15
sebagai dasar memadai untuk manyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. c. Standar Pelaporan Standar ini berhubungan dengan masalah pengkominikasian hasil – hasil audit, yaitu : 1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum diindonesia. 2) Laporan audit harus menunjukan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntasi dalam penyusunan laporan
keuangan
periode
berjalan
dibandingkan
dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3) Pengungkapan
informatif
dalam
laporan
keuangan
harus
dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditior. 4) Laporan auditor harus
memuat
suatu pernyataan
pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
16
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
C. Audit delay Rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang diukur berdasarkan lamanya hari dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor disebut audit report lag atau audit delay. Menurut Dyer & McHugh (1975:206), “Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year end to the date recorded as the opinion signature date in the auditors’ report”. Menurut Ashton, Willingham, & Elliott (1987), Carslaw & Kaplan (1991), Ahmad & Kamarudin (2001), “Audit delay is the length of time from a company’s fiscal year end to the date of the auditor’s report”. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan rata-rata audit delay yang berbeda-beda pada setiap negara. Perbedaan ini dapat dimaklumi karena adanya peraturan dan kebijakan pasar modal yang berbeda antar negara. Penelitian yang dilakukan Halim (2000) di Indonesia menunjukkan ratarata audit delay adalah 84.45 hari. Hasil ini tergolong lebih panjang dibandingkan hasil penelitian Ashton, Willingham, & Elliott (1987) yang hanya
17
sebesar 62.53 hari. Sedangkan hasil penelitian Hossain dan Taylor (1998) di Pakistan menunjukkan rata-rata audit delay yang lebih panjang yaitu 143 hari.
D. Proses Audit Proses audit adalah suatu metodologi yang tersusun dengan baik dalam mengorganisasikan suatu audit untuk memastikan bahwa bukti-bukti yang terkumpul telah memadai dan kompeten serta semua tujuan audit yang tepat telah terspesifikasi dan terpenuhi. Menurut Arens, Elder & Beasley (2006), proses audit meliputi 4 tahap, antara lain: 1) Merencanakan dan merancang pendekatan audit Auditor harus membuat perencanaan yang menghasilkan suatu pendekatan audit yang efektif pada tingkat biaya yang wajar. Dalam perencanaan dan perancangan pendekatan audit terdapat dua aspek penting yang harus diperhatikan. Yang pertama memperoleh pemahaman tentang proses dan strategi bisnis klien sera menilai resiko. Pemahaman atas strategi bisnis dan proses klien sangat penting agar dapat menilai resiko misstatement dalam laporan keuangan secara memadai dan menafsirkan informasi yang diperoleh selama audit. Kedua, memahami
pengendalian internal dan
menilai resiko pengendalian. Pengendalian internal efektif yang dimiliki klien dapat mengurangi resiko misstatement dalam laporan keuangan sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan yang andal. Apabila klien
18
dinilai memiliki pengendalian internal yag efektif, jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan dapat dikurangi secara signifikan. 2) Melakukan uji kendali dan uji substantif atas transaksi Tujuan utama dari tahap kedua ini adalah untuk memperoleh bukti atas pengendalian spesifik yang mendukung penilaian resiko pengendalian dan pelaksanaan audit atas pengendalian internal pada pelaporan keuangan klien, serta memperoleh bukti atas ketepatan nilai moneter suatu transaksi. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka dilakukan uji kendali dan uji substantif. Uji kendali merupakan pengujian atas efektifitaspengendalian untuk menyesuaikan pengurangan
tingkat resiko pengendalian yang
direncanakan semula. Uji substantif merupakan pengujian atas pencatatan transaksi dengan melakukan verifikasiatas nilai moneter transaksi tersebut. 3) Melakukan prosedur analitis dan uji resiko saldo Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk memperoleh tambahan bukti yang memadai untuk menentukan apakah saldo akhir dan catatan dalam laporan keuangan telah disajikan secara wajar. 4) Melengkapi proses audit dan menerbitkan laporan audit Tahap terakhir yang harus dilakukan auditor adalah mengumpulkan seluruh informasi yang telah diperoleh untuk mencapai kesimpulan menyeluruh mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yag berlaku umum. Dalam tahap ini auditor juga harus melakukan review atas kewajiban kontijensi dan subsequent event.
19
Setelah proses audit selesai, akuntan publik harus menerbitkan sebuah laporan audit atas laporan audit klien dan kemudian mengkomunikasikan laporan audit kepada para pemegang kepentingan.
E. Faktor-faktor yang Diduga Berpengaruh terhadap Audit delay 1. Profitabilitas Setiap perusahaan yang bersifat profit oriented tentunya akan berusahaa menggunakan setiap asset yang dimiliki untuk menghasilkan laba yang optimal. Perusahaan menginginkan agar sebagian dananya dioperasikan, sehingga dapat meningkatkan profitabilitas atau keuntungan yang optimal. Pengertian Profitabilitas menurut Drs. R. Agus Sartono, MBA : “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri” Sedangkan menurut J. Fred Weston and Eugene F. Brigham dalam bukunya “Managerial Finance” mengemukakan profitabilitas sebagai berikut : “Profitability is the result of a large number of policies and decision” berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah mengukur efectivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Tingkat profitabilitas perusahaan diukur dengan membandingkan besarnya net income atau laba bersih perusaan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Laba menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam
20
menghasilkan keuntungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa laba merupakan berita baik. Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Dengan demikian perusahaan yang meraih laba cenderung akan lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian (Hassa-nudin, 2002 : 56). Ada beberapa alasan mengapa variabel profitabilitas mempunyai hubungan dengan audit delay yaitu: •
Profitabilitas merupakan suatu indikasi apakah aktivitas ditahun tersebut menghasilkan good news atau bad news.
•
Apabila perusahaan mengalami kerugian, manajer akan menunda penerbitan laporan keuangan tahunan perusahaan untuk menghindari keengganan menyampaikan bad news tersebut.
•
Carslaw dan Kaplan (1991, dalam Hossain dan Taylor, 1998) berpendapat bahwa suatu perusahaan yang rugi dapat meminta auditornya untuk menjadwal dimulainya proses audit lebih lambat dari biasanya. Sebaliknya perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan meminta penyelesaian audit laporan mereka sesegera mungkin mempercepat penerbitan laporan auditan tahunan perusahaan dalam dalam rangka menyampaikan good news
•
Seorang auditor akan melamgkah lebih hati-hati selama proses audit dalam menanggapi kerugian perusahaan tersebut, apabila auditor yakin
21
bahwa
kerugian
perusahaan
itu
menambah
kemungkinan
penyelewengan keuangan atau kecurangan manajemen.
2.
Reputasi Kantor Akuntan Publik Berdasarkan Aturan Etika Kompartemen Akuntan, pengertian kantor akuntan publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha dibidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntansi publik. Pemberian jasa profesional kepada klien oleh KAP dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan, perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung dan jasa lainnya yang diatur dalam SPAP. Menurut Miller dan Smith (2002) dalam Tjondro (2007) berdasarkan reputasinya, Kantor Akuntan Publik (KAP) dikategorikan menjadi dua, yaitu: 1) KAP Lokal dengan Reputasi tidak diketahui; 2) KAP bertaraf internasional dengan reputasi baik. Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan reputasi baik biasanya ditunjukan dengan KAP nasional yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal dan disebut Big Four, antara lain:
22
Tabel 2.1 Kantor Akuntan Publik Big Four No
The Big Four
KAP yang Berafiliasi
1
Deloitte Touche Tohmatsu
Osman, Ramli, Satro dan rekan
2
Ernst & Young
Purwantoro, Sarwoko dan Sandjaja
3
Pricewaterhouse Coopers
Haryanto Sahari dan rekan
4
KPMG
Siddharta Siddharta dan Widjaja
Sumber: Tuanakotta (2007:354-356)
Kantor akuntan publik dengan reputasi baik biasanya mempunyai klien yang harus membuat satu atau dua jenis laporan sesuai yang ditentukan Badan Pengawas Pasal Modal dengan ketent uan yang sangat komples (Arens dan Loebecke 1996:26). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut pada umumnya mereka memiliki tenaga spesialis yang mencurahkan perhatiannya secara khusus untuk menangani masalah ini guna memenuhi persyaratan Badan Pengawas Pasar Modal. Berdasarkan teori tersebut Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berafiliasi dengan the big four dapat dikatakan cenderung tepat waktu dalam pelaporan keuangan. Hasil penelitian Ashton, Willingham, dan Elliott (1987), Schwartz dan Soo (1996) menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan yang diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Hasil yang sama juga ditemukan Ahmad dan Kamarudin (2001) yaitu bahwa audit delay pada KAP Big Five akan lebih pendek dibandingkan dengan audit delay pada KAP kecil.
23
Hal ini diasumsikan karena KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya untuk menyele-saikan audit tepat waktu, dan memiliki dorongan yang.
F. Regulasi Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Auditor di Indonesia Dalam rangka memenuhi prinsip transparasi serta melindungi para pemegang saham dan pemilik kepentingan lainnya, perusahaan wajib menyampaikan laporan keuangan dan laporan tahunan secara berkala. Namun untuk meningkatkan kualitas (keandalan dan relevansi) informasi yang disampaikan kepada para pemilik kepentingan dan digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan, maka laporan keuangan tersebut harus diaudit terlebih dahulu oleh auditor independen. Di
Indonesia,
terdapat
beberapa
peraturan
terkait
kewajiban
penyampaian laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Peraturan tersebut antara lain UU No 40 Tahun 2007
Tentang
Perseroan Terbatas dan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Dalam Pasal 68 UU No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas disebukan bahwa direksi wajib menyerahkan laporan keuangan perseroan (perusahaan) kepada akuntan publik untuk diaudit apabila:
24
1. Kegiatan usaha perseroan adalah menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat; 2. Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat; 3. Perseroan merupakan perusahaan terbuka; 4. Perseroan mempunyai aset dan/atau jumlah peredaran usaha dengan nilai jumlah paling sedikit Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah), atau 5. Diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Laporan hasil audit akuntan publik atas laporan keuangan perusahaan tersebut disampaikan secara tertulis kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) melalui direksi. Apabila kewajiban audit atas laporan keuangan perusahaan oleh akuntan publik tidak dipenuhi, maka laporan keuangan tersebut tidak dapat disahkan oleh RUPS. Setelah memperoleh pengesahan dari RUPS, laporan keuangan tersebut baru dapat dipublikasikan melalui surat kabar.
25
G. Model Penelitian X1 H1
Y
H2
X2
Keterangan: X1 (Variable Independent): Profitabilitas X2 (Variable Independent): Ukuran KAP Y (Variable Dependent)
: Audit Delay