Bab II Landasan Teori
II.1.
Laporan Keuangan
II.1.1.
Arti dan Pentingnya Laporan Keuangan
Laporan keuangan dapat diartikan sebagai catatan informasi keuangan suatu perusahaan dalam periode akuntansi tertentu yang menggambarkan kinerja perusahaan. Menurut Munawir (2004 : 2) Laporan Keuangan adalah merupakan “hasil akhir dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan posisi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan data ataupun aktivitas perusahaan tersebut.” Proses Akuntansi tersebut mencakup pengumpulan serta pengolahan berbagai data keuangan perusahaan, yang dilakukan melalui pengukuran, pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran transaksi-transaksi yang bersifat keuangan sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relevan dan saling berhubungan, yang mampu memberikan gambaran yang layak tentang posisi keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode, yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Sedangkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun kinerja suatu perusahaan antara lain : para pemilik perusahaan, manajemen perusahaan, para kreditur, bank, para investor, pemerintah, serta karyawan perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (2007:3), laporan keuangan bertujuan untuk : (1) menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta 7
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, (2) menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan menurut Helfert (2003), hal-hal yang ingin diketahui oleh pengguna laporan keuangan antara lain: 1) Apakah sumber daya perusahaan telah digunakan secara efektif 2) Apakah keuntungan perusahaan telah mencapai target 3) Apakah keputusan investasi telah dilakukan secara tepat. Informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan sangat diperlukan oleh pengguna laporan keuangan untuk melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan serta untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi perusahaan dimasa depan. Sehingga pengguna laporan keuangan dapat memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada pengguna tentang kondisi perusahaan serta sebagai alat pertanggung jawaban manajemen mengenai penggunaan sumber daya perusahaan yang dipercayakan kepada mereka. Namun untuk tujuan analisis yang lebih mendalam, tidak cukup hanya didasarkan pada laporan keuangan saja, melainkan juga harus memperhatikan keterangan-keterangan lain yang tercantum dalam laporan tahunan perusahaan, seperti : kondisi dan faktor ekonomi yang mempengaruhi, luasnya produksi, kebijaksanaan perusahaan dan sebagainya (Jumingan,
8
2006). Karena laporan keuangan tidak dapat menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena laporan keuangan memiliki keterbatasan-keterbatasan. Menurut Munawir (2004 :9) keterbatasan laporan keuangan antara lain : 1. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan laporan interim, yaitu laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang bersifat sementara, dan bukan merupakan laporan yang final. 2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam satuan moneter yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, namun sebenarnya penyusunannya dilakukan dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berbeda-beda. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep going concern sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai historis atau harga perolehannya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai jualnya. 3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah di masa lalu, dimana daya beli uang akan semakin menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan unit yang dijual semakin besar. 4. Laporan keuangan tidak mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang
9
II.1.2.
Unsur-unsur Laporan Keuangan
Dalam Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, laporan keuangan yang lengkap terdiri dari Neraca, Laporan Perhitungan Rugi-Laba, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, serta Catatan Atas Laporan Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007). Menurut Helfert (2003), neraca merupakan laporan yang menggambarkan kategori dan jumlah aset, kewajiban serta modal perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan Munawir (2004) menggambarkan Neraca sebagai laporan yang sistematis tentang aset, kewajiban serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu, sehingga tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Munawir (2004) membagi neraca menjadi tiga bagian utama yaitu aset, kewajiban dan ekuitas. (1) Aset, merupakan sumber daya yang dikuasai perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan diperoleh perusahaan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007). Aset mencakup kekayaan perusahaan, baik berwujud maupun tidak berwujud, biaya dibayar di muka, serta penerimaan di masa yang akan datang (piutang). Aset terdiri dari aset lancar dan aset tidak lancar. (a)
Aset lancar adalah uang tunai serta aset lainnya yang dengan mudah dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, seperti piutang usaha, piutang wesel, investasi jangka pendek, serta biaya dibayar di muka. Suatu aset akan dikategorikan sebagai aset lancar jika diperkirakan akan dipergunakan atau dijual dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan, yaitu dalam waktu kurang dari 12 bulan dari tanggal neraca. 10
(b)
Aset tidak lancar adalah aset yang memiliki umur kegunaan jangka panjang dan tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan. Contohnya antara lain : Investasi Jangka Panjang (saham, obligasi, dan aset tetap yang tidak digunakan untuk kepentingan operasional perusahaan), Aset tetap (tanah, bangunan, kendaraan, inventaris, mesin), aset tidak berwujud (hak cipta, goodwill), serta beban yang ditangguhkan.
(2) Kewajiban, merupakan utang perusahaan di masa kini terhadap pihak lain yang timbul dari peristiwa di masa lalu, yang penyelesaiannya akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Sedangkan Munawir (2004) mendefinisikan kewajiban sebagai sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari pihak lain. Kewajiban dapat dibedakan menjadi Kewajiban lancar (Kewajiban jangka pendek) dan Kewajiban jangka panjang. (a)
Kewajiban lancar yaitu utang perusahaan yang pelunasannya akan dilakukan dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal neraca (contohnya : hutang dagang, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, hutang jangka panjang yang akan segera jatuh tempo, serta penghasilan diterima dimuka).
(b)
Sedangkan Kewajiban jangka panjang merupakan utang perusahaan yang waktu jatuh temponya lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca, seperti : hutang obligasi, hutang hipotik, serta pinjaman jangka panjang yang lain.
(3) Ekuitas merupakan hak residual pemilik perusahaan atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Yang termasuk dalam kategori ekuitas antara lain saham biasa, saham preferen, ataupun setoran dari pemilik. 11
Laporan Perhitungan Laba-rugi merupakan laporan sistematis tentang penghasilan, biaya, laba-rugi yang diperoleh oleh perusahaan selama periode tertentu, yang menggambarkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut. Menurut Helfert (2003), laporan ini mencerminkan pengaruh keputusan operasi manajemen terhadap kinerja perusahaan. Dalam laporan laba-rugi, terdapat bagian yang menunjukkan : (1) Penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan diikuti dengan harga pokok dari usaha tersebut. (2) Biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum. (3) Hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan biayabiaya yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan. Laporan Perubahan Ekuitas menunjukkan sumber dan perubahan yang terjadi pada ekuitas perusahaan selama satu periode akuntansi. Perubahan yang terjadi diakibatkan oleh adanya pengambilan pribadi, diperolehnya laba, dideritanya kerugian atau adanya setoran pribadi. Laporan perubahan ekuitas berisi antara lain : •
Modal awal yaitu modal awal tahun.
•
Tambahan investasi pemilik, yaitu setoran modal dari pemilik selama satu periode akuntansi.
•
Laba atau rugi adalah hasil bersih perusahaan selama satu periode akuntansi.
12
•
Pengambilan pribadi adalah pengambilan uang untuk keperluan pribadi pemilik perusahaan selama satu periode akuntansi.
•
Modal akhir adalah modal yang terdapat pada akhir tahun.
Laporan Arus Kas menyajikan informasi arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan ini diperlukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam memenuhi kewajibankewajibannya. 1. Arus Kas yang berasal dari aktivitas operasi, merupakan indikator yang menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Arus kas dari aktivitas ini terutama diperoleh dari transaksi dan peristiwa lain yang merupakan sumber utama pendapatan perusahaan yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih, seperti : (a) penerimaan kas dari penjualan barang atau jasa, (b) penerimaan kas dari royalti, komisi, dan pendapatan lain , (c) pembayaran kepada pemasok barang dan jasa, atau (d) pembayaran gaji atau upah kepada pegawai. 2. Arus Kas yang berasal dari aktivitas investasi, mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang berhubungan dengan pendapatan atau arus kas di masa depan. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas ini antara lain : (a) pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lain, (b) penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, atau peralatan, atau (c) perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain.
13
3. Arus Kas yang berasal dari aktivitas pendanaan, berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas di masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah : (a) penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya, (b) pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan, (c) penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan pinjaman lainnya, (d) pelunasan pinjaman, (e) pembayaran kas oleh penyewa (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan (financial lease).
Catatan Atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif yang menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi yang tidak dapat dijelaskan di keempat laporan lainnya. Antara lain mengungkapkan : 1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting. 2. Informasi yang diwajibkan dalam PSAK ataupun informasi tambahan yang tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas serta laporan perubahan ekuitas, namun diperlukan dalam penyajian laporan keuangan secara wajar.
14
II.2.
Analisa Laporan Keuangan
II.2.1.
Arti dan Pentingnya Analisa Laporan Keuangan
Analisa laporan keuangan merupakan suatu proses untuk mempelajari serta menginterpretasikan laporan keuangan, sehingga dapat diperoleh pengertian dan pemahaman yang dapat dimanfaatkan oleh penggunanya. Analisa laporan keuangan menjadi penting karena, meskipun laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan bersangkutan, seperti yang disebutkan oleh Higgins (2000) : “Accounting translates a company’s diverse activities into a set of objective numbers that provide information about firm’s performance, problems, and prospects. Finance involves the interpretation of these accounting numbers for assessing performance and planning future actions” Munawir (2004) menambahkan bahwa data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil. Selain itu, Wild (2004) juga menyebutkan bahwa analisis laporan keuangan dapat mengurangi penggunaan firasat, perkiraan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan bisnis, ketidakpastian dalam analisis bisnis dapat dikurangi. Bagi pihak manajemen, analisa laporan keuangan penting untuk dapat mengevaluasi kinerja perusahaan, kompensasi dan pengembangan karier. Bagi pemegang saham, analisa laporan keuangan penting untuk mengetahui kinerja perusahaan, pendapatan dan kenyamanan investasi. Bagi kreditor analisa laporan keuangan digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi
15
hutang serta bunganya. Bagi pemerintah analisa laporan keuangan digunakan demi kepentingan pajak serta persetujuan untuk go publik.
II.2.2.
Prosedur Analisa Laporan Keuangan
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan menurut Prastowo dan Juliaty (2002 : 53) antara lain : 1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan, yaitu mencakup pemahaman tentang bidang usaha perusahaan dan kebijakan akuntansi yan dianut dan diterapkan perusahaan. 2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan, yaitu mencakup informasi mengenai trend (kecenderungan) industri dimana perusahaan beroperasi; perubahan teknologi; perubahan selera konsumen; perubahan faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan perkapita, tingkat bunga, inflasi dan pajak; dan perubahan yang terjadi di dalam perusahaan, seperti perubahan posisi manajemen kunci. 3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan, untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. 4. Menganalisis laporan keuangan, dengan berbagai metode dan tehnik analisis yang ada dan mengintepretasikan hasil analisis tersebut.
16
II.2.3.
Metode dan Tehnik Analisa Laporan Keuangan
Analisa laporan keuangan dapat dibedakan menjadi analisa cross section dan analisa time series. Analisa cross section membandingkan rasio keuangan perusahaan yang berbeda dalam jangka waktu yang sama. Sedangkan analisa time series membandingkan kinerja perusahaan yang sama melalui rasio keuangan dari suatu periode ke periode lainnya. Menurut Prastowo dan Juliaty (2002) secara umum metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasi menjadi : 1. Metode analisis horizontal, yaitu metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan perusahaan untuk beberapa periode, sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. 2. Metode analisis vertikal, yaitu metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan periode tertentu. Karena pos yang dibandingkan berada pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode vertikal. Sedangkan menurut Munawir (2004) Tehnik analisa laporan keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan antara lain : 1. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan, yaitu metode analisa dengan membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan : (a) Data absolut atau jumlah dalam rupiah, (b) Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah, (c) Kenaikan atau penurunan dalam presentase atau (d) Persentase total
17
2. Trend keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam presentase (trend precentage analysis), yaitu metode analisa dengan mengukur kecenderungan kondisi keuangan perusahaan. 3. Laporan dengan presentase per komponen atau common size statement, yaitu suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi pembiayaan yang terjadi jika dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 4. Analisa Sumber dan penggunaan modal kerja, yaitu suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber penggunaan modal kerja dan penggunaannya serta sebab-sebab perubahan modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisa Sumber dan penggunaan kas, yaitu suatu analisa untuk mengetahui sumbersumber penggunaan kas dan penggunaannya serta sebab-sebab perubahan jumlah kas dalam periode tertentu. 6. Analisa Rasio, yaitu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam laporan keuangan. 7. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis), yaitu suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 8. Analisis break even, yaitu suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang baru harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian,
18
tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break-event ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. Munawir (2004) menggambarkan Analisa Ratio sebagai hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa ratio ini akan dapat memberi gambaran tentang posisi keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan dapat dibedakan menjadi : 1)
Rasio Likuiditas, yang merupakan cara untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih disebut perusahaan yang ‘likuid’, dan sebaliknya perusahaan yang tidak mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih disebut perusahaan yang ‘illikuid’. Rasio Likuiditas antara lain mencakup Current Ratio, Quick Ratio, Acid Test Ratio, serta Working capital to total assets ratio
2)
Rasio Aktivitas, yang mengukur seberapa cepat perusahaan menghasilkan pendapatan serta sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya, yaitu antara lain Total assets turnover, Receivable turnover, Periode Pengumpulan Piutang, Inventory Turn Over, Average Days in Inventory, Working capital Turnover.
3)
Rasio Leverage, yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang, yaitu antara lain Debt to Equity Ratio, Debt to Total Asset Ratio, Long-term debt to equity ratio, Tangible assets debt coverage, Time Interest Earned Ratio. 19
4)
Rasio Profitabilitas, yaitu kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari modalnya selama periode tertentu. Profitabilitas perusahaan dapat diukur dengan kesuksesan dan kemampuan menggunakan modal kerjanya secara efektif. Rasio Profitabilitas antara lain mencakup : Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Operating ratio, Net Profit Margin, Earning power of total investment, Net earning power ratio, Rate of return for the owners
II.2.3.1.
Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur kemempuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio yang sering digunakan menurut Munawir (2004) antara lain : 1. Current Ratio Current Asset = ----------------------------- X 100% Current Liabilities Current Ratio digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dapat dipenuhi oleh aset lancar yang diperkirakan dapat dijadikan uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang. 2. Quick Ratio Current Asset - Inventory = ----------------------------------- X 100% Current Liabilities 20
Quick Ratio menunjukkan kemampuan aset lancar yang paling likuid untuk menjamin kewajiban lancar II.2.3.2.
Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada. Rasio-rasio aktivitas yang sering digunakan antara lain : 1. Inventory Turnover Ratio Sales = -----------------Inventory Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini digunakan untuk menilai efisiensi operasional yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. 2. Fixed Asset Turnover Sales = ---------------------Net Fixed Assets Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam dalam aset tetap, seperti bangunan dan kendaraan, dalam menghasilkan penjualan. 3. Total Asset Turnover Sales = ---------------------Total Assets 21
Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh aset perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan. Jika perputarannya lambat, menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menghasilkan laba II.2.3.3.
Rasio Leverage
Rasio ini menggambarkan hubungan antara kewajiban perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio-rasio leverage yang sering digunakan antara lain : 1. Debt to Total Asset Ratio Total Debt = ------------------- x 100% Total Assets Rasio ini memperlihatkan perbandingan antara total kewajiban yang dimiliki dengan total aset yang dimiliki. Semakin tinggi presentasinya, cenderung semakin besar resiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham. 2. Debt to Equity Ratio Total Debt = -------------------- x 100% Total Equity Rasio ini memperlihatkan perbandingan antara total kewajiban yang dimiliki dengan total ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya
22
II.2.3.4.
Rasio Profitabilitas
1. Gross Profit Margin Gross Profit = ------------------------- x 100% Sales Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasional lainnya. Dengan informasi ini, manajemen dapat melakukan pengendalian terhadap pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasional lainnya. 2. Operating Profit Margin Operating Profit = ------------------------- x 100% Sales Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dan mengukur seberapa banyak keuntungan bisa dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. 3. Net Profit Margin Net Income = ------------------------- x 100% Sales Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan
23
4. Return on Investment EBIT = ------------------------- x 100% Total Assets Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aset.
II.3.
Kinerja Perusahaan
II.3.1.
Konsep Kinerja
Kinerja perusahaan menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya dan tujuan pemilik perusahaan serta penyetor modal. Kinerja merupakan suatu konsep dasar yang bersifat umum yang sulit untuk diungkapkan secara eksplisit. Namun kinerja dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh suatu perusahaan sesuai dengan target yang telah ditentukan. Kinerja dapat diukur berdasarkan indikator yang dapat berasal dari dalam organisasi (internal data, seperti data-data keuangan, laporan penjualan, dan data internal lain) ataupun dari luar organisasi (eksternal data, seperti popularitas produk, harga saham, ataupun nama baik perusahaan). Namun secara umum, kinerja perusahaan dapat diindikasikan baik apabila dalam perusahaan terjadi peningkatan yang wajar dalam keuntungan, serta perputaran penjualan, serta adanya kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya. Dalam Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007) dikatakan bahwa :
24
“penghasilan bersih (laba) sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi pengukuran kinerja seperti dalam imbal hasil investasi (return on investment) atau laba per saham (earnings per share)” Menurut Helfert (2003), keberhasilan operasi, kinerja, dan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang dapat dihasilkan dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu, setiap keputusan yang diambil akan menyebabkan suatu dampak ekonomi dan keuangan yang dapat berupa dampak yang lebih baik ataupun lebih buruk. Karenanya dalam menilai kinerja perusahaan perlu memperhatikan efek keuangan dan efek ekonomi kumulatif dari keputusan-keputusan itu.
II.3.2.
Metode Analisa Kinerja
Terdapat berbagai metode untuk menilai kinerja suatu perusahaan. Menurut Munawir (2004), kinerja suatu perusahaan dapat diukur melalui analisa laporan keuangan yang meliputi antara lain : (1) Analisa Perbandingan Laporan Keuangan, (2) Analisa trend keuangan perusahaan, (3) Laporan dengan presentase per komponen atau common size statement, (4) Analisa Sumber dan penggunaan modal kerja, (5) Analisa Sumber dan penggunaan kas, dan (6) Analisa Rasio. Selain itu, kinerja perusahaan juga dapat dilihat melalui nilai pasar ekuitas perusahaan. Seperti disebutkan oleh Brealey (2001) : “The book value of the company’s equity is equal to the total amount that the company has raised from it’s shreholder or retained and reinvested on their behalf. If the company has successful performance, the market value of the equity will be higher than the book value.”
25
Sedangkan menurut Weston, Shastri dan Copeland (2004), terdapat tiga rasio untuk menilai kinerja perusahaan, yaitu : 1. Rasio-rasio profitabilitas, yang mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio yang digunakan antara lain : Operating Profit Margin, Return on asset, Profit margin on sales, dan Return on equity. 2. Rasio-rasio pertumbuhan, yang mengukur sebaik apa perusahaan mempertahankan posisi ekonomisnya dalam industri. 3. Rasio-rasio penilaian, yaitu ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan resiko. Rasio yang digunakan antara lain : Price to earnings ratio dan Market to book ratio. Namun, tehnik analisis yang digunakan haruslah sesuai dengan tujuan spesifik analisis dan kepentingan pengguna laporan keuangan. Pemilik perusahaan akan lebih menginginkan analisa terhadap profitabilitas, disposisi laba, trend keuangan serta kinerja pasar. Sedangkan kreditor akan lebih memperhatikan analisa likuiditas, leverage keuangan, dan jasa hutang. Sehingga rasio-rasio tersebut bukan merupakan sebuah kriteria atau jawaban yang mutlak, karena setiap hasil yang diperoleh bersifat relatif dan kondisi perusahaan yang satu akan sangat berbeda dengan kondisi perusahaan yang lain.
26
II.3.3.
Hubungan antara Kinerja Perusahaan dengan Analisa Laporan Keuangan
Ketika para pemilik kepentingan (stakeholders) ingin mengetahui kinerja suatu perusahaan, mereka akan menggunakan laporan keuangan sebagai alat untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan. Seperti yang disebutkan oleh Helfert (2003 : 107): “When we wish to assess the performance of a business, we’re looking for ways to measure the financial and economic consequences of past management decisions that shaped investments, operations, and financiang over time.” Kinerja perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui keadaan finansial dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan selama periode tertentu, yaitu dengan melakukan analisis atau interpretasi terhadap laporan keuangan. Analisis laporan keuangan ini dapat menunjukkan kondisi keuangan dari hasil-hasil operasi perusahaan dengan melihat hubungan dari berbagai pos pada laporan keuangan. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat menggunakannya sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa : 1) Kinerja perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yaitu dengan cara melakukan analisis atau interpretasi terhadap laporan keuangan. 2) Kinerja perusahaan merupakan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, untuk membantu mereka dalam proses pengambilan keputusan
27
3) Hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk memprediksi kondisi keuangan di masa yang akan datang dan membantu proses pengambilan keputusan.
II.4.
Pengaruh Fluktuasi Valuta Asing dan Harga Bahan Bakar Minyak terhadap
Kinerja Perusahaan dalam Laporan Keuangan Dalam perusahaan terdapat dua jenis perdagangan, yaitu perdagangan lokal (dlaam negri) serta perdagangan internasional, yang dapat dibedakan menjadi ekspor dan impor. Ekspor adalah penjualan barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain. Sedangkan impor adalah pembelian barang atau jasa dari negara lain. Di Indonesia, naik turunnya nilai perdagangan, baik lokal maupun internasional sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi dalam negeri. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah daya beli masyarakat, nilai suku bunga, inflasi dan situasi keamanan yang terkait dengan situasi politik. Ruli Satya Dharma (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh Fluktuasi Dolar Amerika Serikat terhadap Total Impor Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan kurs dolar AS berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap total impor Indonesia. Ketika kurs valuta asing meningkat, biaya impor dan penjualan ekspor perusahaan juga akan meningkat. Dan sebaliknya ketika kurs valuta asing mengalami penurunan, biaya impor dan penjualan ekspor perusahaan juga akan menurun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fluktuasi kurs valuta asing akan mempengaruhi penjualan serta keuntungan perusahaan di tahun berjalan, dan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan, karena secara umum, kinerja perusahaan dapat diindikasikan baik apabila dalam perusahaan terjadi peningkatan yang wajar dalam keuntungan, serta perputaran penjualan.
28
Demikian pula fluktuasi harga bahan minyak. Kenaikan harga bahan minyak menyebabkan peningkatan biaya produksi dan operasional lainnya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sehingga akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian Agus Hermawan, Dian Yuwono dan Abdul Choliq (2005) yang meneliti hubungan antara kenaikan harga BBM terhadap kinerja usaha ayam broiler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM memicu naiknya biaya produksi usaha dan menurunkan keuntungan finansial peternak. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Amirudin Syam, Dewi Sahara dan Dahya (2007) yang menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM berdampak terhadap perubahan kinerja pada semua aspek ekonomi, terutama sektor pertanian.
29