BAB II LANDASAN TEORI
II.1
Manajemen Keuangan
II.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Pengertian Manajemen Keuangan menurut Prawironegoro (2007) adalah “Aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal yang semurah-murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba” (h.1). Aktivitas-aktivitas itu meliputi: 1. Aktivitas pembiayaan (Financing Activity) 2. Aktivitas Investasi (Investment Activity) 3. Aktivitas Bisnis (Business Activity) Pengertian Manajemen Keuangan menurut Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Dodo, H. Dan Herman, W. (2001) yaitu “Manajemen keuangan merupakan bidang yang terluas dari tiga bidang keuangan, dan memiliki kesempatan karir yang sangat luas” (h.6). Adapun tiga bidang keuangan adalah: 1. Pasar uang dan pasar modal, yang terkait dengan pasar sekuritas dan lembaga keuangan. 2. Investasi, yang menfokuskan pada keputusan yang dibuat oleh investor individual dan instusional dalam memilih sekuritas untuk portfolio investasi.
8
Manajemen keuangan, atau keuangan perusahaan, yang mencakup semua keputusan dalam perusahaan. Pengertian Manajemen Keuangan menurut Weston dan Copeland yang diterjemahkan oleh Jaka, W. dan Kirbrandoko (2002) yaitu sebagai berikut: “Manajemen keuangan dapat dirumuskan oleh fungsi dan tanggung jawab para manajer keuangan. Fungsi pokok manajemen keuangan antara lain menyangkut keputusan tentang penanaman modal, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden pada suatu perusahaan” (h.3).
II.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan Menurut Lontoh, Frederich & Lindrawati, Jurnal Widia Manajemen & Akuntansi. (2004), “Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Memaksimumkan nilai bermakna lebih luas dan lebih umum daripada memaksimumkan laba” (h.1). Hal ini didukung oleh beberapa alasan yaitu: •
Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan pengaruh waktu terhadap nilai uang.
•
Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan berbagai resiko terhadap arus pendapatan perusahaan.
•
Mutu dari arus dana yang diharapkan diterima di masa yang akan datang mungkin beragam. Manajemen keuangan memainkan peranan penting dalam perekonomian
saat ini, karena: 9
1.
Manajer keuangan bertanggung jawab terhadap 3 macam keputusan pokok manajemen keuangan, yaitu perolehan, pembiayaan dan pengelolaan aktiva secara efisien.
2.
Apabila sumber-sumber ekonomi dialokasikan secara efisien, pertumbuhan ekonomi
akan
tertolong
dan
terdorong
sehingga
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. 3.
Manajer keuangan menghadapi tantangan untuk mengelola aktiva secara efisien dalam suatu lingkungan yang berubah. Manajemen keuangan mempunyai tiga macam keputusan penting atau
utama, yaitu: 1.
Keputusan investasi, adalah keputusan yang dimulai dengan penentu jumlah total aktiva riil yang dibutuhkan untuk ditanam pada perusahaan. Keputusan investasi merupakan keputusan yang paling penting dari tiga macam keputusan. Aktiva riil dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.
2.
Keputusan pembelanjaan (pembiayaan), adalah keputusan bagaimana mendapatkan dana yang digunakan untuk memperoleh aktiva riil yang diperlukan.
3.
Keputusan manajemen aktiva, dalam menjalankan tanggung jawab, manajer keuangan lebih memperhatikan aktiva lancar daripada aktiva tetap. Berdasarkan pernyataan diatas, maka peranan manajemen keuangan suatu
perusahaan menjadi penting karena berkaitan dengan fungsi utama dari manajemen keuangan yaitu pengalokasian dana serta fungsi pendanaan yang 10
berkaitan langsung dengan keputusan pokok perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga menentukan besarnya dividen yang akan dibayar kepada para investor. Tujuan umum manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai saham perusahaan, memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan, investor, kreditur, dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan.
II.2
Laporan Keuangan
II.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut pernyataan SAK no. 1 (2002) adalah sebagai berikut: Laporan keuangan merupakan bagian proses pelaporan laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat di sajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Laporan keuangan menurut Munawir (2004) adalah: Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba rugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba ditahan).
II.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu 11
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Hanafi dan Halim (2005) tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Menyajikan informasi sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. 2. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemakai eksternal untuk memperkirakan jumlah, waktu, dan ketidakpastian (yang berarti resiko) penerimaan kas yang berkaitan. 3. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk membantu pihak eksternal untuk memperkirakan jumlah, waktu, dan ketidakpastian aliran kas masuk bersih perusahaan. 4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi perusahaan dan klaim-klaim atas sumber daya tersebut yang meliputi: hutang dan modal saham. 5. Memberikan informasi mengenai prestasi perusahaan selama periode tertentu untuk membantu pihak eksternal menentukan harapannya (expectation) mengenai prestasi perusahaan pada masa-masa mendatang. Atau dengan kata lain
memberikan
informasi
mengenai
pendapatan
dan
komponen-
komponennya. 6. Memberikan informasi mengenai aliran kas perusahaan, bagaimana perusahaan menerima kas dan mengeluakan kas, mengenai pinjaman dan pelunasan pinjaman, mengenai transaksi permodalan termasuk dividen yang
12
dibayarkan, dan mengenai faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi likuiditas perusahaan (h.79).
II.2.3 Manfaat Laporan keuangan Manfaat dari hasil interprestasi laporan keuangan bagi internal perusahaan dapat berupa kondisi kesehatan keuangan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan saingan, tingkat kesehatan keuangan perusahaan untuk pemilik perusahaan, dan efektivitas manajemen dalam pengoperasian dan sebagainya. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui potensi-potensi dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga pihak-pihak yang berkepentingan
dengan
perusahaan
dapat
mempergunakannya
sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Manfaat dari hasil interprestasi laporan keuangan bagi pihal eksternal misalnya bagi investor adalah untuk membantu pengambilan keputusan dan untuk menanamkan atau menarik modalnya pada perusahaan sedangkan bagi kreditur untuk membantu dalam pengambilan keputusan dalam hal pemberian kredit pada perusahaan dan sebagainya.
II.2.4 Analisis Laporan Keuangan Menurut Abdullah (2004) analisis laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai berikut: “Analisis laporan keuangan merupakan kajian secara kritis, sistematis, dan metodologis terhadap laporan keuangan untuk mengetahui
13
kondisi keuangan baik pada waktu yang berlalu, kondisi tahun berjalan maupun prediksi waktu yang akan datang” (h.36). Kesimpulannya adalah analisis laporan keuangan merupakan hubungan yang timbul antara berbagai komponen dalam laporan keuangan agar diperoleh informasi mengenai posisi keuangan, hasil operasi, dan perkembangan perusahaan.
II.2.5 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil dari suatu aktivitas yang bersifat teknis
berdasarkan
pada
metode-metode
dan
prosedur-prosedur
yang
memerlukan pengelolaan agar tujuan dan maksud untuk menyediakan informasi yang bermanfaat dapat dicapai. Keberhasilan dan kegagalan manajemen dalam menjalankan kegiatan perusahaan dan mencapai tujuan yang diharapkan dapat digambarkan dari laporan keuangan. Arti dan makna yang dimaksud dalam laporan keuangan harus disimpulkan melalui analisis sehingga interprestasi terhadap laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat bantu bagi pemilik perusahaan, pemegang saham, manajemen, kreditur, dan pihak-pihak lain yang memerlukan laporan keuangan. Laporan keuangan suatu perusahaan perlu dianalisis karena dengan analisis laporan keuangan tersebut akan diperoleh jawaban yang berhubungan dengan posisi keuangan dan hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
14
II.3
Prosedur Analisis Tahapan dalam menganalisis laporan keuangan menurut Abdullah (2004) adalah : 1.
Review data laporan Sistem akuntansi yang diterapkan dalam memberikan pengakuan terhadap pendapatan dan biaya akan menentukan jumlah pendapatan maupun laba yang dihasilkan perusahaan. Menurut Munawir (2004) maksud dari perlunya mempelajari data secara menyeluruh ini adalah: Untuk meyakinkan kepada penganalisa bahwa laporan itu cukup jelas menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan telah diterapkan prosedur akuntansi maupun metode penilaian yang tepat, sehingga panganalisis akan betul-betul mendapat laporan keuangan yang dapat diperbandingkan (compareable). Dengan demikian kegiatan mereview merupakan jalan menuju suatu hasil analisa yang memiliki tingkat pembiasaan yang relatif kecil.
2.
Menghitung Menghitung dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang ada atau yang dibutuhkan.
3.
Membandingkan dan mengukur Menurut Syamsuddin (1998), pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan didalam membandingkan rasio finansial perusahaan yaitu : “Cross Sectional Approach” dan “Time Series Analysis”. Yang dimaksud dengan Cross Sectional Approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan. Sedangkan Time Series Analysis dilakukan dengan cara 15
membandingkan hasil yang dicapai perusahaan dari periode ke periode lainnya. Dengan perbandingan semacam ini akan diketahui hasil yang dicapai oleh perusahaan, apakah mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan terlihat melalui trend dari tahun ke tahun. 4.
Menginterprestasi Interprestasi merupakan inti dari proses analisa sebagai perpaduan antara hasil perbandingan/ pengukuran dengan kaidah teoritik yang berlaku. Dengan interprestasi dapat diketahui keberhasilan maupun permasalahan yang dicapai perusahaan dalam pengelolaan keuangan.
5.
Solusi Merupakan langkah terakhir dari rangkaian prosedur analisa. Dengan memahami masalah keuangan yang dihadapi perusahaan maka akan dapat ditempuh solusi yang tepat (h.36).
II.4
Rasio
II.4.1 Pengertian Rasio Munawir (2004) menyatakan bahwa: Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Berdasarkan penjelasan di atas, maka analisa rasio keuangan adalah analisis berbagai pos di dalam laporan keuangan sebagai dasar untuk
16
mengintepretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan kepada pemakai laporan keuangan yang dapat digunakan sebagai pembanding. Menurut Riyanto (2001), dalam mengadakan analisis rasio keuangan, seorang penganalisa dapat melakukannya dengan dua cara perbandingan, yaitu: 1.
Membandingkan rasio sekarang (present value) dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama, misalnya current ratio tahun 2008 dibandingakan dengan current ratio tahun-tahun sebelumnya. Dengan cara perbandingan tersebut akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Dengan menganalisa satu macam rasio saja tidak banyak artinya karena kita tidak dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan adanya perubahan tersebut.
2.
Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/ company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/ rasio rata-rata/ rasio standar) untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri
akan dapat diketahui apakah perusahaan yang
bersangkutan itu dalam aspek financial tertentu berada diatas rata-rata industri (above average), berada pada rata-rata (average), atau terletak di bawah rata-rata (below average) (h.328).
17
II.4.2 Penggolongan Rasio Menurut Munawir (2004) pengolongan rasio menurut sumber datanya dapat dibedakan: 1.
Rasio-rasio neraca (Balance Sheet Ratio) Yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid test ratio, current assets to total assets ratio, current liabilities to total assets ratio dan lain sebagainya.
2.
Rasio-rasio laba rugi (Income Statement Ratio) Adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement misalnya gross profit margin, net profit margin, operating ratio dan lain sebagainya.
3.
Rasio-rasio antar laporan (Inter Statement Ratio) Adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya berasal dari income statement misalnya assets turnover, inventory turnover, receivable turnover dan lain sebagainya (h.68). Sedangkan menurut Riyanto (2001) mengklasifikasikan angka-angka
rasio keuangan sebagai berikut: 1.
Rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio, cash ratio, acid test ratio, dan working capital to total assets ratio.
2.
Rasio leverage yang terdiri dari total debt to equity ratio, total debt to total capital assets, long term debt to equity ratio, tangible assets debt coverage, dan time interest earned ratio.
18
3.
Rasio aktivitas yang terdiri dari total assets turnover, receiveable turnover, average collection period, inventory turnover, average day’s inventory, dan working capital turnover.
4.
Rasio keuntungan yang terdiri dari gross profit margin, operating income ratio, operating ratio, net profit margin, earning power of total investment, net earning power ratio dan rate of return for the owners (h.266-270).
II.4.3 Analisa Rasio Profitabilitas Menurut Munawir (2004) profitabilitas atau rentabilitas adalah: Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian, rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Menurut Weygandt, Kieso dan Kimmel (2005), rasio profitabilitas adalah: ”Measure the income or operating success of an enterprise for a given period of time. Income, or the lack of it, affects the ability to obtain debt and equity financing” (p.779). Berdasarkan kedua hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa profitabilitas adalah kemampuan manajemen untuk menaikkan laba. Untuk memperoleh laba diatas rata-rata, manajemen harus meningkatkan pendapatan (revenue) dan mengurangi semua beban (expense) atas pendapatan. Sementara rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat 19
pendapatan perusahaan yang dihubungkan dengan tingkat assets dan investasinya. Rasio-rasio profitabilitas terdiri dari : 1.
Gross Profit Margin (GPM) Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian keuntungan kotor terhadap penjualan bersihnya. Semakin tinggi rasio ini menggambarkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan cukup baik. Rumus yang digunakan dalam rasio Gross Profit Margin adalah : GPM = Sales - COGS Sales
2.
Operating Profit Margin (OPM) Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian dari keuntungan operasional perusahaan terhadap nilai bersih penjualan yang dihasilkan, artinya setiap rupiah yang terkandung di dalam net sales mengandung keuntungan operasional perusahaan dengan tingkat pengembalian tertentu. Rumus yang digunakan dalam rasio Operating Profit Margin adalah : OPM = Operating Profits Sales
3.
Net profit margin (NPM) Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Semakin besar rasio ini semakin baik karena menunjukkan adanya peningkatan dalam operasional perusahaan. Rumus yang digunakan dalam rasio Net profit margin adalah : 20
NPM = Net Profit After Taxes Sales 4.
Return on Assets (ROA) Rasio ini merupakan hubungan antara laba bersih yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca. Rasio ini merupakan suatu ukuan untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki. Rumus yang digunakan dalam rasio Return on Assets adalah : ROA = Net Profit After Taxes Total assets
5.
Return on Equity (ROE) Rasio ini merupakan hubungan antara laba bersih dengan kekayaan bersih (ekuitas/ investasi pemegang saham). Rasio ini mempunyai arti penting untuk menilai kinerja perusahaan dalam memenuhi harapan pemegang saham. Rumus yang digunakan dalam rasio Return on Equity adalah : ROE = Net Profit After Taxes Stockholders’ Equity
6.
Return on Investment (ROI) Rasio ini merupakan alat ukur yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja pusat investasi. Rasio ini berfokus pada tingkat pengembalian para pemegang saham. Rumus yang digunakan dalam rasio Return on Investment adalah : ROI =
Net Profit After Taxes Total Investmet (SHE+Liabilities)
21
7.
Earning per Share (EPS) Rasio ini berfungsi untuk mengukur besarnya laba dari setiap lembar saham yang diberikan kepada pemegang saham. Rumus yang digunakan dalam Earning per Share adalah : EPS = Earnings Available for Common Stockholders Number of Shares of Common Stock Outstanding
8.
Price/earnings (P/E) Rasio ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar yang ditawarkan dengan pendapatan yang akan diterima. Rumus yang digunakan dalam Price/earnings adalah : P/E = Market Price per Share of Common Stock Earning per Share
II.4.4 Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) merupakan bentuk yang paling mudah dari analisis profitabilitas dalam menghubungkan laba bersih (EBIT) yang dilaporakan terhadap aktiva tetap. Pengertian Return on Assets (ROA) menurut Gitman (2006), Return on Assets (ROA) adalah
“measure the overall
effectiveness of management in generating profits with its available assets”(p.68). Sedangkan menurut Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim (2004) Return on Assets (ROA) adalah : “Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai
22
perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut” (h.60). Dengan demikian, semakin tinggi rasio ini semakin baik posisi keuangan, yang berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk menutup investasi yang digunakan. Hal ini dapat memungkinkan perusahaan untuk membiayai investasi dari dana yang berasal dari sumber internal yang tersedia dalam laba ditahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya Return on Assets (ROA) adalah : •
Profit margin, yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales yang dinyatakan dengan persentase.
•
Turnover of operating assets atau tingkat perputaran aktiva, yaitu kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu, yang diperoleh dari perbandingan antara net sales dengan operating assets. Return on Assets (ROA) yang tinggi dapat mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola aset-asetnya untuk menghasilkan laba. Hal ini akan menjadi informasi positif bagi para pemegang saham, begitu juga sebaliknya, Return on Assets (ROA) yang rendah akan menjadi informasi yang negatif bagi para pemegang saham sehingga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dalam memilih sekuritas. Dari beberapa informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa Return on Assets (ROA) merupakan alat analisis untuk memprediksi kemampuan perusahaan, dan rasio ini sering digunakan sebagai indikator akan profitabilitas 23
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan modal sendiri, aktivitas penjualan, dan lainnya, yang biasa diukur dengan membandingkan laba usaha dengan total aktiva.
II.5
Economic Value Added (EVA)
II.5.1 Pengertian Economic Value Added (EVA) Ada beberapa teori yang memberikan definisi yang beragam akan Economic Value Added (EVA), diantaranya adalah : Gitman (2006) mendefinisikan: Economic Value Added (EVA) is a popular measure used by many firms to detemine whether an investment contributes positively to the owners’ wealth ; calculate as the difference between an investment’s net operating profit after taxes (NOPAT) and the cost of funds used to finance the investment by the firms WACC. (p.513). Reily dan Brown (2002) mengidentifikasikan “Economic Value Added (EVA) is an internal management performance measure that compress net operating profit to total cost of capital. Indicates how profitable company projects are as sign of management performance”(p.831) Menurut Steward sebagaimana dikutip oleh Sapto Jumono (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 01 Agustus, 2005) menyatakan bahwa: “EVA dipopulerkan oleh Stern Steward Management Service yang merupakan salah satu perusahaan konsultan di Amerika Serikat. EVA ini pada prinsipnya bukanlah metode yang relatif baru dalam mengevaluasi dan menghargai kinerja manajemen” (h.55).
24
Sedangkan menurut Diana (2005), “Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi yang secara sederhana dapat diartikan sebagai laba operasi setelah pajak (After Tax Operating Income) yang dikurangi dengan nilai total biaya modal (Total Cost of Capital), dimana total biaya dihitung dengan cara mengalikan tingkat biaya modal dengan total biaya yang diinvestasikan” (h.40). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan operasional setelah pajak dikurangi biaya modal atau Economic Value Added (EVA) merupakan pengukuran pendapatan sisa yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi. Dengan demikian Economic Value Added (EVA) ditentukan oleh dua hal yaitu laba bersih operasional setelah pajak yang menggambarkan hasil penciptaan value
dalam perusahaan dan
tingkat biaya modal yang diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan value tersebut.
II.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Economic Value Added (EVA) Beberapa faktor yang dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan nilai Economic Value Added (EVA) yaitu: 1. Memperbaiki laba operasi tanpa menggunakan tambahan modal. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi baik dalam bidang produksi maupun administrasi. 2. Tambahan modal diinvestasikan pada proyek yang memberikan return yang lebih besar dari pada biaya perolehannya. 25
3. Likuidasi modal yang tidak tepat atau investasi selanjutnya dibatasi terhadap kegiatan yang memberikan return dibawah standar perusahaan (return yang dihasilkan tidak memadai)
II.5.3 Manfaat Economic Value Added (EVA) Beberapa alasan mengapa Economic Value Added (EVA) lebih tepat digunakan adalah: 1. EVA dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibandingkan dengan perusahaan sejenis ataupun membuat suatu analisis kecenderungan dengan tahun sebelumnya. 2. EVA menyajikan ukuran yang secara adil mempertimbangkan harapanharapan kreditur dan pemegang saham karena EVA mempunyai hubungan yang paling erat dengan tingkat pengembalian saham. 3. EVA sangat membantu dalam memberikan pertimbangan keputusan manajemen secara tepat seperti penetapan tujuan, penganggaran modal, penilaian kinerja, dan komunikasi dengan karyawan lebih tepatnya EVA dapat digunakan sebagai dasar untuk menerapkan sistem manajemen keuangan yang terintegrasi secara lengkap. 4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya.
26
II.5.4 Kelemahan Economic Value Added (EVA) Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh Economic Value Added (EVA) diantaranya adalah: 1.
Economic Value Added (EVA) hanya menggambarkan penetapan nilai pada suatu tahun tertentu. Nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Dengan demikian bisa saja suatu perusahaan mempunyai EVA pada tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan tersebut rendah karena EVA di masa datangnya yang negatif. Kejadian ini mungkin terjadi untuk perusahaan yang memiliki prospek masa depan yang suram, sebaliknya untuk perusahaan yang memerlukan pengambilan yang cukup lama, EVA pada awal tahun operasi negatif sedangkan EVA pada akhir masa proyek positif. Maka, dengan menggunakan EVA untuk menilai kinerja harus melihat EVA pada masa kini dan masa yang akan datang.
2.
Perhitungan Economic Value Added (EVA) yang sesungguhnya cukup rumit. Secara konseptual EVA memang lebih unggul daripada pengukuran dengan menggunakan rasio, tapi secara praktis belum tentu EVA dapat diterapkan dengan mudah, karena proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan cukup sulit dilakukan dengan tepat, terutama bagi perusahaan yang belum go public. Biaya modal atas hutang umumnya lebih muda diperkirakan karena bisa diperoleh dari tingkat bunga setelah pajak yang harus dibayar perusahaan jika perusahaan melakukan pinjaman. Sebaliknya karena keterbatasan data, tidak 27
mudah memperkirakan biaya modal atas ekuitas. Berbagai estimasi ini dapat menyebabkan kesalahan pada perhitungan biaya modal yang pada akhirnya dapat mengurangi biaya manfaat dari EVA.
II.5.5 Penghitungan Economic Value Added (EVA) Menurut Widayanto (1993) langkah-langkah EVA adalah sebagai berikut: Tabel II.1 Langkah-langkah Menghitung EVA Langkah 1. Biaya modal utang (Kd) a. Beban bunga b. Jumlah utang jangka panjang c. Suku bunga ((Kb) d. Pajak perusahaan (T) e. Faktor koreksi (I-T) f. Biaya modal utang (Kd) 2. Biaya modal saham (Ke) a. Tingkat bunga bebas risiko (Rf) b. Beta (β) c. Tingkat pengembalian pasar (Rm) d. Ongkos modal saham (Ke) 3. Struktur modal a. Jumlah utang jangka panjang b. Modal saham c. Jumlah saham d. Komposisi utang e. Komposisi modal saham 4. Biaya modal rata-rata tertimbang a. WACC 5. Economic Value Added (EVA) a. Laba sebelum pajak b. Beban bunga c. Laba sebelum pajak dan bunga d. Beban pajak e. Ongkos modal tertimbang f. EVA
Keterangan Laporan laba – rugi Neraca 1a : 1b Lap L/R dan penjelasannya 1 – (1d) 1e x 1c Bunga SBI Beta Koreksi IHSG 2a + 2b (2c – 2a) Neraca Neraca 3a + 3b 3a : 3c (1 – 3d) (3d x 1f) + (3e x 2d) Laporan laba rugi Laporan laba rugi 5a + 5b Lap L/R dan penjelasannya 4a x 3c (5c) – (5d) – (5e)
Sumber : Widayanto, Usahawan No. 12 (1993: 53) 28
Ada tiga kemungkinan hasil yang diperoleh dari perhitungan EVA yang digunakan dalam menilai kinerja perusahaan, yaitu: 1. Jika nilai EVA > 0 (positif) artinya bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan lebih tinggi daripada tingkat biaya atau tingkat pengembalian yang dituntut investor keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menciptakan nilai (creat value). Semakin positif EVAnya berarti semakin bagus pula kinerja perusahaan itu dan menandakan bahwa manajemen telah menjalankan tugasnya dengan baik. 2. Jika nilai EVA = 0, artinya bahwa perusahaan berada pada posisi break even point (titik impas) karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada investor. 3. Jika nilai EVA < 0 (negatif) artinya bahwa tidak terjadi proses nilai tambah dalam perusahaan menandakan laba yang ada tidak bisa memenuhi harapan para investor. Nilai perusahaan berkurang (destroy value) akibat tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang dituntut investor.
II.5.6 Menentukan Economic Value Added (EVA) EVA sebagai alat ukur kinerja keuangan, sesuai juga digunakan untuk menilai kinerja operasional karena secara wajar juga mempertimbangkan required rate of return yang diinginkan investor dan kreditur. Dengan demikian, langkah untuk menentukan EVA adalah menghitung biaya utang, menghitung biaya modal sendiri, menghitung struktur permodalan, menghitung NOPAT, 29
menghitung biaya modal rata-rata tertimbang, dan terakhir menghitung EVA. Meskipun EVA masih merupakan sebuah pengukuran laba, hal itu tidak terikat oleh konvensi akuntansi. Jika prinsip akuntansi secara umum diterima menyimpangkan pengukuran dari modal yang diinvestasikan atau laba operasi, pengguna dapat membuat penyesuaian yang penting untuk meningkatkan presisi EVA sebagai alat ukur penciptaan nilai.
II.6
Biaya Modal (Cost of Capital) Konsep cost of capital merupakan konsep yang menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber dana. Pengetahuan mengenai biaya modal membantu manajer keuangan dalam mengambil keputusan yang tepat untuk menentukan struktur modal perusahaan. Menurut Johan (2006), biaya modal adalah biaya yang harus dikeluarkan atau harus dibayar untuk mendapatkan modal yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, laba ditahan untuk membiayai investasi perusahaan (h.43). dalam menghitung biaya modal, kita juga perlu mengetahui struktur modal perusahaan. Struktur modal adalah merupakan pertimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa yang dipergunakan perusahaan. Pengertian required rate of return sebenarnya dapat dilihat dari dua sisi. Dari pihak investor, tinggi rendahnya tingkat keuntungan yang diisyaratkan merupakan pencerminan dari tingkat rasio, aktiva yang dimiliki dan struktur modal, serta faktor lain seperti manajemen perusahaan. Di pihak perusahaan, 30
tingkat keuntungan yang diminta merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal dari pemegang saham. Dalam menentukan biaya modal perusahaan, perlu diperhatikan tiga alasan, yaitu memaksimumkan nilai perusahaan dengan mensyaratkan adanya minimasi semua biaya input termasuk biaya modal, keputusan investasi yang tetap mensyaratkan estimasi biaya modal yang tepat, dan beberapa keputusan lain, seperti leasing, pembelian obligasi perusahaan, dan manajemen modal kerja. Dengan demikian, biaya modal dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya riil dari penggunaan modal dari masing-masing sumber dana kemudian menentukan biaya modal ratarata keseluruhan dana yang digunakan dalam perusahaan.
II.7
Biaya Hutang (Cost of Debt) Biaya hutang menunjukkan berapa biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena perusahaan menggunakan dana yang berasal dari pinjaman. Biaya hutang perusahaan tidak lain adalah sebesar tingkat keuntungan yang diminta (required rate of return) oleh investor. Besarnya tingkat keuntungan yang diminta investor (pemilik dana) tersebut adalah sama dengan tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang penerimaan di masa yang datang berupa bunga dan pembayaran pokok pinjaman. Dari hal tersebut disimpulkan bahwa biaya hutang merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan kreditur dan harus disediakan perusahaan sebagai akibat dari pemenuhan modal dengan menggunakan pinjaman dari kreditur. Sumber modal berasal dari hutang jangka
31
pendek, yaitu hutang jangka pendek kurang dari 1 tahun dan hutang jangka panjang, yaitu hutang yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun.
II.8
Biaya Modal Sendiri (Cost of Equity) Biaya modal sendiri didefinisikan sebagai tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor saham biasa. Perusahaan dapat memperoleh biaya modal sendiri dengan dua cara, yaitu dari laba ditahan dam mengeluarkan saham baru. Dengan demikian, pihak manajemen dapat membagikan laba setelah pajak yang diperoleh dari dividen atau menahannya dalam bentuk laba ditahan. Beberapa pendekatan yang digunakan, terdiri dari the discounted cash flow model, the bond yield plus risk premium approach, dan capital aset pricing model (CAPM). CAPM (model penilaian aktiva modal) dikembangkan oleh prof William Shrape dan John Lintner. Prosedur perhitungannya adalah sebagai berikut: tetapkan perkiraan risk free yang umumnya ditetapkan berdasarkan suku bunga obligasi pemerintah atau SBI, tentukan koefisien beta saham dan digunakan sebagai indeks resiko saham, tentukan tingkat pengembalian menurut pasar atau pada saham rata-rata. Tingkat pengembalian itu disebut return market (Rm). CAPM disusun sebagai model pengharapan (expectation model) sedangkan pengujiannya didasarkan atas hasil sebenarnya (actual return).
II.9
Kinerja Keuangan
II.9.1 Pengertian Kinerja
32
Menurut Mulyadi (2001) pengertian penilaian kinerja adalah “Penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya” (h. 415) Mulyadi (2001) juga menjelaskan tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif, yaitu: 1. Ukuran kinerja tunggal (Single Criterion) Ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu macam ukuran untuk menilai kinerja manajer. 2. Ukuran kinerja beragam (Multiple Criterion) Ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja manajer 3. Ukuran kinerja gabungan (Composite Criterion) Ukuran
kinerja
yang
menggunakan
berbagai
macam
ukuran,
memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja (h.434).
II.9.2 Manfaat Penilaian Kinerja Menurut
Mulyadi
(2001),
penilaian
kinerja
dimanfaatkan
oleh
manajemen untuk: 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui memotivasi karyawan secara maksimal.
33
2. Membantu pengembalian keputusan yang berhubungan dengan karyawan seperti promosi, transfer, dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan bagaimana atasan menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar distribusi penghargaan (h.415).
II.9.3 Pengertian Kinerja Keuangan Pengertian kinerja keuangan menurut Helfert (1997) adalah: Hasil dari banyak keputusan individu yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen perusahaan. Kinerja keuangan merupakan ukuran tingkat keberhasilan manajemen dalam mengelola sumber daya keuangan perusahaan dalam segala bentuknya sebagai upaya untuk menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya. Sedangkan menurut Prawironegoro (2007) dalam bukunya menyatakan bahwa : Kinerja keuangan adalah hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan dimana hasil kegiatan perusahaan periode sekarang dibandingkan dengan kinerja periode masa lalu, anggaran neraca dan laba-rugi, dan rata-rata kinerja perusahaan sejenis. Hasil tersebut nantinya akan menunjukkan penyimpangan baik yang menguntungkan maupun merugikan, dimana manajemen harus mencari penyebab penyimpangan dan kemudian melakukan perbaikan dalam perencanaa dan pelaksanaan.
34