BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembiayaan dan Pembiayaan Murabahah 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan sumber dana bagi bank syariah, hal tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar usahnya tetap survive dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dilayaninya. 1Pembiayaan bank menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas risiko kemungkinan menurut bank terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk membayar bagi hasil, mengangsur, serta melunasi pembiayaannya kepada bank. Jadi, unsur utama dalam menentukan kualitas waktu pembiayaan bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia N.31/147/KEP/DIR tanggal 12 Nopember 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori yaitu, dapat diperinci sebagai berikut.
1
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), hlm. 184.
17
18
a. Pembiayaan Lancar (Pass) Pembiayaan digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria di bawah ini. 2 1) Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit 2) Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat 3) Dokumentasi pembiayaan lengkap dan peningkatan agunan kuat b. Perhatian Khusus (Special Mention) Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.3 1) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/ atau bunga sampai 90 hari 2) Jarang mengalami cerukan (jumlah penarikan yang melebihi dana yang tersedia pada akun giro) 3) Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat 4) Dokumentasi pembiayaan lengkap dan penigkatan agunan kuat 5) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
2
Veithal Rivai & Arviyan Arifin, Islamic Banking, (Jakarta:PT. Bumi Aksara,2010), Cet. 1, hlm. 742-743. 3 Ibid, hlm. 743-744
19
c. Kurang Lancar (Substandard) Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan kurang lancar apabila memenuhi krteria sebagai berikut.4 1) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari 2) Terdapat cerukan (jumlah penarikan yang melebihi dana yang tersedia pada akun giro) yang berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas 3) Hubungan dengan bank memburuk dan informasi keuangan tidak dapat dipercaya 4) Dokumentasi pembiayaan kurang lengkap dan peningkatan agunan lemah 5) Pelanggaran terhadap persyaratan pokok pembiayaan 6) Perpanjangan pembiayaan untuk menyembunyikan kesulitan keuangan 7) Dokumentasi pinjaman yang lemah. d. Diragukan (Doubtful) Pembiayaan
yang
digolongkan
ke
dalam
pembiayaan
diragukan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.5 1) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari
4 5
Ibid, hlm. 745-746 Ibid, hlm. 746-747
20
2) Terdapat cerukan ( jumlah penarikan yang melebihi dana yang tersedia pada akun giro) yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dn kekurangan arus kas 3) Hubungan dengan bank semakin memburuk dan informasi keuangan tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya 4) Dokumentasi pembiayaan tidak lengkap dan peningkatan agunan yang lemah 5) Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian pembiayaan 6) Dokumentasi hukum yang lemah perjanjian pembiayaan maupun peningkatan jaminan. e. Macet ( Loss) Suatu pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan macet apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.6 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 270 hari 2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru 3) Dari segi hukum maupun kondisi pasar jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.
6
Ibid, hlm. 748-749
21
Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokan menurut beberapa aspek di antaranya sebagai berikut. a. Pembiayaan menurut tujuan, dibedakan menjadi: 1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha. 2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif. b. Pembiayaan menurut jangka waktu Pembiayaan menurut jangka waktu, dibedakan menjadi: 1) Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun. 2) Pembiayaan jangak waktu menengah, pembiayaan yanng dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun 3) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih lama dari 5 tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya adalah kredit investasi yang bertujuan untuk menambah modal perusahaan dalam rangka rehabilitas, ekspansi (perluasan), dan pendirian proyek baru. 7 c. Pembiayaan menurut sifatnya, dibedakan menjadi: 1) Pembiayaan Produktif Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti yang sangat luas, seperti pemenuhan
7
Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta: Andi, 2000), hlm. 22
22
kebutuhan modal untuk meningkatkan volume penjualan dan produksi, pertanian, perkebunan maupun jasa. 2) Pembiayaan konsumtif Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, baik yang digunakan sesaat maupun dalam jangka waktu yang relatif panjang. 8
2. Pembiayaan Murabahah Murabahah adalah salah satu produk penyaluran dana yang cukup digemari oleh BMTkarena karakternya yang profitable, mudah dalam penerapan, serta dengan risk factor yang ringan untuk di perhitungkan. BMT bertindak sebagai pembeli sekaligus penjual barang tertentu yang dibutuhkan nasabah. secara bahasa, murabahah adalah bentuk mutual (bermakna saling) dari kata ribh yang berarti keuntungan, yakni pertambahan nilai modal. Menurut terminologi ilmu fiqih arti murabahah adalah menjual dengan modal asli bersama tambahan keuntungan yang jelas. Murabahah didefinisikan oleh para fuqaha sebagai penjualan barang seharga biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut ditambah mark-up atau margi keuntungan yang disepakati. Karakteristik murabahah adalah bahwa penjual harus memberitahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya
8
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: AMP YKPN, 2002), hlm.164
23
(cost) tersebut. 9 Dalam daftar istilah buku himpunan fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan murabahah (DSN, 2003: 311) adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. 10 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian murabahah merupakan transaksi jual beli yang dilakukan oleh lembaga keuangan Bank atau BMT dengan jumlah keuntungan yang sudah diketahui dan disepakati bersama serta adanya suatu perjanjian atau akad yang mengikat kedua belah pihak. Adapun rukun-rukun yang harus ada dalam transaksi murabahah adalah:11 1. Adanya pelaku akad, yaitu ba’i (penjual) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual, dan musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang. 2. Adanya objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsman (harga). 3. Adanya sighat, yaitu ijab dan qabul Sedangkan syarat murabahah adalah : a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah b. Kontrak pertama harus sah sesuai rukun yang ditetapkan c. Kontrak harus bebas dari riba
9
Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), hlm. 13. Ibid, hlm. 13-14. 11 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 82. 10
24
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. a) Landasan hukum 1) Q.S Al-Baqarah (2) : 275 “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. 2) Q.S Annisa (4) : 29 “Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan bathil,kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka rela diantaramu”. b) Jenis murabahah Dalam aplikasinya, jenis murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Murabahah berdasarkan pesanan Murabahah berdasarkan pesanan maksudnya bahwa bank syariah baru akan melakukan transaksi murabahah apabila ada nasabah yang memesan sehingga penyediaan barang baru akan dilakukan jika ada pesanan.
25
2. Murabahah tanpa pesanan Murabahah tanpa pesanan maksudnya adalah penyediaan barang tidak terpengaruh atau terkait terhadap pesanan atau pembeli.
B. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan 1. Tujuan Pembiayaan Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi Bank Syariah. Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan stake holder, yaitu: 12 a. Pemilik Dari sumber diatas, para pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada Bank tersebut. b. Pegawai Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari Bank yang dikelolanya. c. Masyarakat 1) Pemilik dana Sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan dari dana yang diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.
12
hlm. 183
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia, Cet. Ke-1, 2004),
26
2) Debitur yang Bersangkutan Para debitur, dengan menyediakan dana baginya, mereka terbantu guna menjalankan usahanya (sektor produksi) atau terbantu
untuk
pengadaan
barang
yang
diinginkan
(pembiayaan konsumtif). 3) Masyarakat Umumnya Konsumen Mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya. d. Pemerintah Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembangunan negara, disamping itu akan diperoleh pajak (dari penghasilan Bank dan perusahaan-perusahaan tersebut). e. Bank Bagi Bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan, diharapkan Bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluas jaringan usahanya.
2. Fungsi Pembiayaan Ada beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan Bank Syariah kepada masyarakat penerimanya: 13 a. Meningkatkan daya guna uang Para penabung menghimpun uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan keuntungannya oleh bank guna suatu usaha 13
Ibid, hlm. 184
27
peningkatan
produktivitas.
Dengan
demikian
dana
yang
mengendap di bank (yang diperoleh para penghimpun uang) tidaklah idle (diam) dan disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat bagi para pengusaha maupun kemanfaatan bagi masyarakat. b. Meningkatkan daya guna barang Dengan bantuan pembiayaan produsen dapat mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility bahan tersebut meningkat c. Meningkatkan peredaran uang Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran perusahaan menciptakaan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya, seperti cek, bilyet, giro, wesel, promes dan sebagainya. Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun uang giralakan lebih berkembang. d. Meningkatkan kegairahan berusaha pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untukemperoleh bantuan permodalan guna
peningkatan usahanya.
Bantuan
pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank inilah kemudian yang
digunakan
untuk
memperbesar
volume
usaha
dan
produktivitasnya. Bila permintaan semakin besar maka secara berantai
kemudian
menimbulkan
kegairahan
yang
dikalangan masyarakat untuk meningkatkan produktivitas.
meluas
28
e. Stabilitas ekonomi Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilitasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha antara lain: 1) Pengendalian inflasi 2) Peningkatan ekspor 3) Rehabilitas prasarana 4) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat untuk menekan arus inflasi dan terlebih lagi untuk usaha pengembangan ekonomi maka pembiayaan bank memegang peranan penting. f. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk
meningkatkan
usahanya.
Peningkatan
usaha
berarti
peningkatan profit. Dengan carnings (pendapatan) yang terus meningkat berarti pajak perusahaan pun akan terus bertambah. Apabila rata-rata pengusaha mengalami peningkatan pendapatan negara melalui pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah dan pengunaan devisa untuk urusan konsumen berkurang, sehingga langsung atau tidak, melalui pembiayaan, pendapatan nasional bertambah. g. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional Bank sebagai lembaga kredit atau pembiayaan tidak saja bergerak didalam negeri tapi juga diluar negeri. Amerika yang telah sedemikian maju organisasi dan sistem perbankannya telah
29
melebarkan sayap perbankannya keseluruh plosok dunia, demikian pula beberapa negara maju lainnya. Negara-negara kaya atau yang kuat ekonominya, demi persahabatan antar negara banyak memberikan bantuan-bantua kepada negara-negara yang sedang berkembang. Bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan pembiayaan dengan syarat-syarat yang ringan yaitu bagi hasil yang relatif murah dan jangka waktu penggunaan yang panjang.
C. Pembiayaan Bermasalah Masalah kredit macet di Indonesia, yang dalam istilah perbankan disebut dengan Non-Performing Loan (NPL), menduduki posisi tertinggi, yakni 55 %. Persentase ini adalah perbandingan antara kredit macet atau bermasalah dengan total pemberian kredit perbankan. Rasio NPL terhadap total loans tersebut di Korea Selatan 16%, Malaysia 24% dan Thailand 52%. Tingginya NPL di Indonesia tidak terlepas kurang patuhnya BankBank Indonesia terhadap prinsip-prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit.14 Sedangkan untuk BMT juga diberlakukan prinsip kehati-hatian, meskipun terkadang prakteknya juga terjadi faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah. Faktor pembiayaan bermasalah ada yang dari internal maupun eksternal.
14
Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2003), Hlm. 53.
30
1. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah15 a. Faktor intern bank 1) Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu kredit. 2) Adanya kolusi antara pejabat Bank yang menangani kredit dan nasabah, sehingga bank memutuskan kredit yang tidak seharusnya diberikan. 3) Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait 4) Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit debitur. b. Faktor ekstern bank Faktor ekstern ada 2 unsur, yaitu. 1) Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah a) Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran angsuran kepada bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam memenuhi kewajibannya. b) Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana yang dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki dampak terhadap keuangan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan modal kerja.
15
Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi,(Jakarta:Kencana, Cet. Ke-1, 2010), hlm. 123-124.
31
c) Penyelewengan
yang
dilakukan
nasabah
dengan
menggunakan dana kredit tersebut tidak sesuai dengan penggunaan (side streaming). Misalnya, dalam pengajuan kredit, disebutkan kredit untuk investasi, ternyata dalam praktiknya setelah dana dicairkan digunakan untuk modal kerja. 2) Unsur ketidaksengajaan a) Debitur mau melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian, akan tetapi kemampuan perusahaan sangat terbatas, sehingga tidak dapat membayar angsuran. b) Perusahaannya tidak dapat bersaing dengan pasar, sehingga volume penjualan menurun dan perusahaan rugi. c) Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak pada usaha debitur. d) Bencana alam yang dapat menyebabkan debitur. 2. Penanganan Pembiayaan bermasalah masih memiliki peluang terjadi meskipun telah dilakukan penilaian 5C tersebut pada calon penerima pembiayaan. Penyelamatan pembiayaan bermasalah adalah upaya yang dilakukan oleh BMT terhadap pembiayaan bermasalah yang masih mempunyai prospek usaha, kinerja, kemampuan membayar serta itikad baik, dengan tujuan meminimalkan kemungkinan timbulnya kerugian bagi BMT dan menyelamatkan kembali pembiayaan yang telah
32
diberikan. Karena itu pengelolaan dan penanganan pembiayaan bermasalah dapat dilakukan melalui tindakan penyelamatan berupa rescheduling pembiayaan. Muhammad Ridwan dalam bukunya “Manajemen Baitul Maal wat Tamwil”, menjelaskan tentang seluk beluk BMT yang meliputi prinsip syariah di dalam lembaga keuangan syariah, manajemen penghimpunan dana dan pembiayaan. Prinsip utama dalam manajemen penghimpunan dana adalah kepercayaan. Hal itu sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat kepada BMT itu sendiri. Pada prinsipnya BMT merupakan lembaga amanah, maka setiap insan BMT harus mencerminkan sikap amanah tersebut.16 Selain itu menjelaskan, bahwa pembiayaan dalam istilah keuangan konvensional yang biasa disebut dengan kredit menjadi aktivitas utama BMT untuk memperoleh pendapatan semaksimal mungkin, aktivitas pembiayaan BMT menganut asas syariah yang berupa bagi hasil dan jasa manajemen. 17Secara umum dalam hal menangani pembiyaan macet atau pembiayaan yang bermasalah, pihak BMT perlu melakukan penyelamatan
sehingga
tidak
menimbulkan
kerugian.
Jenis
penanganan pembiayaan macet ada 3 yaitu . a. Rescheduling Rescheduling ialah upaya penyelamatan pembiayaan dengan melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian pembiayaan yang 16
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wat Tamwil (BMT), Cetakan I, (Yogyakarta: UII Press, 2005). 17 Ibid, Hlm. 163.
33
berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali kredit atau jangka waktu, termasuk grace period, baik termasuk besarnya jumlah angsuran maupun tidak. Macam Rescheduling 1) Perpanjangan jangka waktu pelunasan utang 2) Perpanjangan jangka waktu pelunasan tunggakan bunga 3) Perpanjangan jangka waktu pelunasan utang pokok dan tunggakan angsuran pembiayaan sesuai dengan cara cashflownya 4) Perpanjangan jangka waktu pelunasan utang
pokok dan
tunggakan, tunggakan bunga, serta perubahan jumlah angsuran 5) Perpanjangan janka waktu pelunasan utang pokok dan tunggakan angsuran, tunggakan bunga pembiayaan sesuai dengan cash flow-nya 6) Pergeseran/ perpanjangan grace period dan perpanjangan jangka waktu kredit Syarat Rescheduling Tindakan rescheduling dapat diberikan kepada debitur yang masih menunjukan i’tikad baik untuk melunasi kewajibannya, yang berdasarkan pembuktian secara kuantitatif merupakan alternatif yang terbaik.
34
Dengan demikian dasar melakukan rescheduling adalah : 1) Hanya kesulitan likuiditas sementara 2) Nasabah kooperatif dan beri’tikad baik 3) Prospek baik 4) Memiliki dana cukup 5) Perpanjangan jangka waktu tidak melebihi umur teknis atau ekonomis sarana produksi. 18 b. Restructuring Restructuring ialah upaya penyelamatan dengan melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian pembiayaan berupa pemberian tambahan pembiayaan atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari pembiayaan menjadi equity bank, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling dan reconditioning.19 c. Reconditioning Reconditioning
ialah upaya
penyelamatan
dengan cara
melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh syarat perjanjian kredit, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan tersebut tanpa memberikan tambahan pembiayaan, atau tanpa melakukan konversi
atas seluruh atau sebagian dari pembiayaan menjadi
equity perusahaan. 20
18
Veithzal Rivai. Bank atau Financial Institution Management. Eds . 1 . (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 484-485. 19 Ibid, hlm.485-486 20 Ibid, hlm. 485-486
35
Cara ini dilakukan untuk mengubah kondisi pembiayaan nasabah dalam pelaksanaan proyek atau bisnisnya, dengan syarat sebagai berikut. 1) Apabila tingkat bagi hasil pembiayaan. Misalnya dari sebesar 2% p.a menjadi 1,5 p.a. 2) Apabila jaminan pembiayaan diberikan nasabah ke BMT tidak bisa menyetujui reconditioning.