BAB II LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Belajar Mengajar
1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Ada beberapa definisi tentang belajar, yaitu : a. Menurut Fauziah (Hilgard dan Bower dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 85), dalam buku “Theories of Learning“ , mengemukakan bahwa : “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan dan keadaan-keadaan saat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)”. b. Menurut Fauziah (Gagne dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 85), dalam buku “The Conditions of Learning “, mengemukakan bahwa : “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi
siswa
sedemikian
rupa
sehingga
perbuatannya
(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi” c. Menurut Fauziah (Morgan dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86), dalam bukunya “Introduction to Psychology” mengemukakan bahwa : “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetapkan dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan pengalaman”. 11
12 d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86), dalam buku “Educational Psychology” , mengemukakan bahwa : “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”. Pada gilirannya dapat dipaparkan ada beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian belajar itu sendiri, yakni: a) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. b) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. c) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang. d) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti : Perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah/berpikir keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. Dari beberapa pengertian tentang belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga pokok proses kerja dari belajar yang tidak dapat dipisahkan, yaitu:
13 1).Belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, actual maupun potensi). 2). Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru. 3). Perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). 2. Pengertian Mengajar Kata “teach” atau mengajar berasal dari bahasa Inggris kuno, yaitu taecan. Kata ini berasal dari bahasa Jerman kuno (Old Teutenic). Taecan, yang berasal dari kata dasar teik, yang berarti memperlihatkan. Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Menurut Fauziah (Chalidjah Hasan, 1994 : 51), bahwa “Mengajar adalah menyerahkan atau menyampaikan ilmu pengetahuan ataupun keterampilan dan lain sebagainya kepada orang lain dengan menggunakan cara-cara tertentu, sehingga pengetahuan ataupun keterampilan dan sebagainya itu dapat menjadi milik orang banyak tersebut. Mengenai pengertian mengajar, ada beberapa pandangan tentang pengertian mengajar yang menonjol di antaranya sebagai berikut: a. Mengajar adalah menanamkan atau menyampaikan pengetahuan kepada siswa atau murid sekolah. b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. c. Mengajar
adalah
usaha
mengorganisasikan
lingkungan
menciptakan kondisi belajar bagi siswa. d. Mengajar adalah memberikan bimbingan kepada murid.
sehingga
14 e. Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga Negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat. f. Mengajar adalah suatu proses membantu siswa dalam menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. 3. Proses Belajar Mengajar Menurut Fauziah (Moh. Uzer Usman, 2001 : 1), proses belajar mengajar adalah “Suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”. Menurut Fauziah (Chalidjah Hasan, 1994 : 107), dalam proses pengajaran ada empat hal yang harus dijadikan muatan aktivitas sekaligus, di mana guru mempunyai peran sebagai berikut: a. Guru sebagai fasilitator, ialah menyediakan situasi-kondisi yang dibutuhkan oleh individu yang belajar. b. Guru sebagai pembimbing, ialah memberikan bimbingan kepada siswa dalam interaksi edukatif, agar siswa mampu belajar dengan lancar dan berhasil secara efektif dan efisien. c. Guru sebagai motivator, ialah pemberi dorongan semangat agar siswa mau dan giat belajar. d. Guru sebagai organisator, ialah mengorganisasikan kegiatan belajarmengajar siswa maupun guru. Menurut Fauziah (Abin Syamsudin Makmum,1990 :155), bahwa di dalam proses belajar-mengajar kedudukan seorang guru sangatlah penting, agar para guru mampu menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya, terlebih dahulu hendaknya seorang guru dapat memahami hal-hal yang yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar, di antaranya:
15 a) Siswa (dengan segala karakteristiknya), yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan yang dijalaninya. b) Tujuan (ialah apa yang akhirnya diharapkan tercapai setelah adanya kegiatan belajar-mengajar), yang merupakan seperangkat tugas atau tuntutan atau kebutuhan yang harus dipenuhi atau sistem nilai yang harus tampak dalam perilaku dan merupakan karakteristik kepribadian siswa (seperti yang ditetapkan oleh siswa sendiri, guru atau masyarakat orang dewasa) yang semsetinya diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan tang berencana dan dapat di evaluasi (terukur). c) Guru (ialah orang dewasa yang karena jabatannya secara formal) selalu mengusahakan terciptanya situasi yang sangat tepat (mengajar) sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar (learning experiences) pada diri siswa, dengan mengerahkan segala sumber (learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching-learning strategy) yang tepat. Jadi dapat disimpulkan bahwa, proses belajar mengajar dapat diartikan suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Misalnya, guru menyampaikan materi pelajaran sistem digital kepada siswa dan diharapkan siswa dapat menguasai dan memahami terhadap isi materi tersebut.
B. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model pembelajaran Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu pola mengajar yang menerangkan proses menyebutkan dan menghasilkan situasi lingkungan tertentu yang menyebabkan para siswa berinteraksi dengan cara terjadinya perubahan khusus pada tingkah laku mereka, dengan kata lain penciptaan suatu situasi lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Model-model pembelajaran dapat dikembangkan antara lain melalui perbedaan pendekatan
16 dalam proses pembelajarannya sehingga diharapkan terjadi perubahan tingkah laku para siswa salah satunya adalah peningkatan hasil belajar. Untuk
maksud
itulah,
dikembangkan
bermacam-macam
model
pembelajaran untuk menolong guru dalam meningkatkan kemampuannya menyampaikan pelajaran yang dapat menjangkau lebih banyak siswa dan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya dan lebih luas bagi mereka. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “model adalah pola, contoh, acuan dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan”. Menurut Fauziah (Syaiful Sagala, 2007 : 175) mengatakan: Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau immajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. Suatu model pembelajaran yang baik mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut: a. Memiliki Scientific prosedur. Suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang sistematis untuk merubah tingkah laku para siswa. b. Memiliki perincian dari hasil belajar (specification of learning outcome. Semua model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara mendetail mengenai penampilan siswa (student’s performance).
17 c. Menyebutkan lingkungan belajar (specification of environment). Setiap model pembelajaran menyebutkan secara pasti kondisi-kondisi lingkungan dimana respon dari para siswa diobservasi. d. Kriteria penampilan (criterion of performance). Suatu model pembelajaran menunjukkan kriteria penempilan yang diharapkan dari para siswa. Model pembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari siswa yang dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah pembelajaran tertentu. e. Cara-cara pelaksanaannya (specification of operations). Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi-reaksi siswa dan interaksinya dengan lingkungan. Model pembelajaran bermaksud menolong para guru dalam proses belajar mengajar dan memegang peranan dalam beberapa hal : a). Membimbing. Suatu model pembelajaran sangat berguna dalam menolong guru menentukan apa yang harus dilakukannya dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. b).Pengembangan
kurikulum.
Suatu
model
pembelajaran
menolong
pengembangan kurikulum bagi kelas-kelas pada tingkat pendidikan yang berbeda. c). Penentuan materi pembelajaran. Suatu model pembelajaran menyebutkan secara mendetail macam-macam jenis materi pengajaran yang akan digunakan oleh guru demi terjadinya perubahan-perubahan pada kepribadian para siswa.
18 d). Peningkatan dalam mengajar. Suatu model menolong proses belajar mengajar dalam hal peningkatan efektifitas mengajar. 2. Macam-Macam Model Pembelajaran Menurut Fauziah (Joyce dan Weil dikutip oleh Syaiful sagala 2007 : 176), “Model mengajar adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer”. Selanjutnya Joyce dan Weil mengemukakkan ada empat kategori yang penting diperhatikan dalam model mengajar yakni model informasi, model personal, model interaksi, dan model tingkah laku. Model mengajar yang telah dikembangkan dan dites keberlakuannya oleh pakar pendidikan dengan mengklasifikasikan model pembelajaran pada empat kelompok yaitu: Model pembelajaran secara umum dapat diklasifikasikan antara lain : (1) Model Pemrosesan Informasi (Information Processing Models) menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis dan memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. (2) Model Personal (Personal Family) merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan kepada proses mengembangkan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tangguung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. (3) Model Sosial (Sosial Family) menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam realitas sosial. Inti dari model ini adalah konsep synergy yaitu energi atau tenaga yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah
19 satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan pada upaya melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan dan menerima fungsi dan peran sosial. Model sosial ini dirancang untuk mamanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing pada siswa mendefinisikan masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan mengembangkan serta mengetes hipotesis. (4) Model sistem perilaku dalam pembelajaran (Behavior Model of Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah yang kecil dan berurutan. a.
Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Fauziah (Webster’s dikutip oleh Puji Apridiastuti,2008), kata inquiry berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan inquiry sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak / siswa untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Kuslan dan Stone mendefinisikan inquiry sebagai pengajaran dimana guru dan siswa mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Maksud utama dari model mengajar ini ialah untuk menolong para siswa mengembangkan keterampilan-keterampilan penemuan ilmiah (scientific inquiry). Model ini sangat menarik bagi siswa untuk menyelidiki sejumlah informasi
dalam
rangka
mencari
pemecahannya.
Pembelajaran
dengan
menggunakan pendekatan inquiry dimulai dari suatu kejadian yang menimbulkan teka-teki, hal ini akan memotivasi siswa untuk mencari penyelesaiannya, inquiry sains diharapkan dapat menciptakan kegiatan sains yang menantang sehingga melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini sebelumnya dengan suatu bukti
20 baru untuk mencapai pengalaman baru yang lebih spesifik, melalui proses eksplorasi untuk mencapai gagasan baru. b.
Ciri-Ciri Model Pembelajaran Inquiry
a). Model pembelajaran inquiry menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model pembelajaran inquiry ini menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari suatu materi pelajaran itu sendiri. b). Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya (self belief). Dengan demikian, model pembelajaran inquiry menempatkan guru bukan sebagai narasumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motifator belajar siswa. Aktifitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inquiry. c). Tujuan dari penggunaan model pembelajaran inquiry ini adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektualnya sebagai proses dari kemampuan mental. Dengan demikian, dalam model pembelajaran inquiry siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran saja akan
21 tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai materi pelajaran belum tentu dapat mengembangkan
kemampuan
berpikirnya secara optimal.
Namun
sebaliknya, siswa akan dapat mengambangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran. Model pembelajaran
inquiry merupakan
bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Dikatakan demikian, sebab dalam model ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran inquiry akan efektif manakala : 1). Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari semua permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam model inquiry penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajarnya. 2). Jika bukan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian. 3). Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu. 4). Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Model inquiry akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
22 5). Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru. 6). Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. c.
Macam-Macam Tipe Pembelajaran Inquiry
Menurut Fauziah (Pieget dikutip oleh Gani, 2007 : 97) Beberapa macam model pembelajaran inquiry diantaranya : a). Inquiry Terbimbing ( Guide Inquiry ) Pembelajaran guide inquiry merupakan suatu model pembelajaran inquiry yang dalam prosesnya guru menyediakan bimbingan dan petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. b). Inquiry Yang Dimodifikasi ( Modified Inquiry ) Model pembelajaran tipe ini memiliki ciri, guru tidak memberikan permasalahan, kemudian siswa ditugasi untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur penelitian untuk memperooleh jawabannya. Disamping itu buru memperoleh narasumber yang tugasnya hanya memberikan yang diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam memecahkan masalah. c). Inquiry Bebas ( Free Inquiry ) Model ini harus mengidentifikasi dan merumuskan macam-macam problema yang dipelajari dandipecahkan. Jenis model inquiry ini lebih bebas dari pada yang kedua jenis sebelumnya. d). Inquiry Pendekatan Peranan ( Inquiry Role Approach ) Model pembelajaran inquiry pendekatan peranan ini melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat untuk memecahkan masalah yang diberikan. Masing-masing anggota memegang peranan berbeda, yaitu sebagai koordinator tim, penasehat teknis, pencatat data, dan evaluator proses. e). Mengundang Ke Dalam Inquiry ( Invitation Into Inquiry ) Model inquiry jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah dengan cara-cara yang lazim ditempuh oleh para ilmuwan, suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada para siswa dan melalui pertanyaan masalah yang lebih direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan / kalau ini mungkin semua kegiatan berikut ini.
23 f). Teka-Teki Bergambar ( Pictorial Riddle Inquiry ) Model ini merupakan metode mengarang yang dapat mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil / besar. Gambar, peragaan, atau situasi sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkanh cara berpikir kritis atau kreatif para siswa. Biasanya, suatu riddle berupa gambar dipapan tulis, poster, atau proyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle itu. g). Kiasan ( Synectic Lesson ) Model jenis ini memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan, supaya dapat membaca intelegensinya dan mengembangkan kreatifitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena dapat membantu siswa dalam berpikir untuk memandang suatu problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif. h). Kejelasan Nilai-Nilai ( Value Clarification ) Model pembelajaran jenis inquiry ini siswa yang lebih difokuskan pada pemberian penjelasan tentang suatu tata aturan/nilai-nilai pada suatu proses-proses pembelajaran. Menurut Fauziah (Jerome Bruner) seorang professor psikologi dari Harvard University di Amerika Serikat menyatakan beberapa keuntungan model Inquiry jenis kejelasan nilai-nilai sebagai berikut : 1). Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik 2). Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi situasi proses belajar yang baru 3). Mendorong siswa agar dapat berpikir 4). Mendorong siswa untukberpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. 5). Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik 6). Situasi proses belajar menjadi lebih menantang Model pembelajaran inquiry berasal dari sebuah keyakinan bahwa siswa memiliki kebiasaan dalam belajar. Model pembelajaran ini menuntut partisipasi siswa aktif dalam proses “menemukan” dan penyelidikan ilmiah. Siswa memiliki rasa keingintahuan dan ingin berkembang, dan model inquiry menekankan pada sifat-sifat siswa ini.
24 d.
Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry Beberapa keunggulan dan kelemahan model pembelajaran Inquiry secara umum, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a). Keunggulan 1). Model Inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, psikomotor dan afektif secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap cukup lebih bermakna. 2). Model inquiry dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar manusia. 3). Model inquiry merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4). Model inquiry ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajarnya. b). Kelemahan 1). Jika model ini digunakan maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2). Model ini sulit merencanakan pembelajaran karena terbentur oleh kebiasaan siswa dalam belajar.
25 3). Kadang-kadang dalam pengimplementaskannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan. 4). Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
C.
Model Pembelajaran Tipe Guide Inquiry Inquiry terbimbing merupakan suatu pendekatan inquiry dimana guru
mempuyai peranan lebih aktif dalam menetapkan permasalahan dan tahap-tahap penyelesaiannya. Maksud guru lebih aktif disini adalah bahwa guru membuat sebagian besar perencanaannya. Inilah yang menjadi ciri khusus yang membedakan guide inquiry dari jenis inquiry lainnya. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran inquiry terbimbing, guru memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan inquiry. Pada tahap awal pembelajaran, siswa lebih banyak diberikan bimbingan berupa pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakantindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah yang disajikan oleh guru.
26 1.
Langkah Pelaksanaan Guide Inquiry Inquiry terbimbing memiliki aspek-aspek penting menurut Fauziah (Trowbridge) sebagai berikut: a.
Siswa diberi petunjuk seperlunya, berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing.
b.
Digunakan terutama bagi siswa yang belum berpengalaman inquiry.
c.
Pada tahap awal pembelajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa dapat menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan guru.
d.
Untuk memecahkan masalah yang disodorkan oleh guru, siswa dapat mengerjakan sendiri atau dapat diatur secara kelompok.
e.
Bimbingan dan pengarahan guru lambat laun dikurang seiring pengalaman siswa dalam belajar belajar inquiry. Adapun cara/teknis pelaksanaan guide inquiry adalah sebagai berikut: a). Pada kegiatan inti pembelajaran, mula-mula guru mengajukan sebuah permasalahan kepada siswa yang berupa pertanyaan pengarah. b). Kemudian guru meminta siswa untuk membuat jawaban sementara dari masalah yang diajukan itu. c). Untuk membuktikan hipotesis yang mereka buat, siswa melakukan eksperimen dengan panduan dari guru.
27 d). Selama eksperimen berlangsung,
guru membimbing dan
mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan. e). Setelah melakukan eksperimen, siswa menkomunikasikan hasil pengamatannya dengan cara mempresentasikannya di hadapan siswa lainnya. f). Guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi hasil eksperimen. g). Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengevaluasi hipotesis yang mereka buat sebelumnya dan membandingkannya dengan hasil eksperimen yang diperoleh. Tahapan pembelajaran guide inquiry dapat ditunjukkan pada gambar 2.1 Penyajian Masalah
Pengumpulan dan Verifikasi Data
Eksperimen dan Pengumpulan Data
Mengorganisir Data dan Merumuskan Penjelasan
Menarik Kesimpulan Gambar 2.1. Tahapan Model Guide Inquiry
28 D.
Model Pembelajaran Konvensional Pembelajaran
biasa
yang
sering
disebut
dengan
pembelajaran
konvensional, yang ada di dalamnya biasanya menggunakan pendekatan ekspositori. Di mana guru menyampaikan informasi berupa materi pembelajaran secara lisan, yang dikenal dengan istilah kuliah atau ceramah. Komunikasi yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar yaitu komunikasi satu arah. Menurut Syarifah (Syaiful Sagala, 2007:78) menjelaskan mengenai pendekatan ekspositori sebagai berikut: Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru atau pengajar. Hakekat mengajarnya yaitu menyampaikan materi atau ilmu pengetahuan kepada siswa, di mana siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Guru menyampaikan materi secara lisan (ceramah) dan hanya terjadi komunikasi satu arah yaitu antara guru dan siswa. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang masih sering dilakukan di sekolah-sekolah oleh setiap guru atau instruktur. Pembelajaran secara konvensional menuntut kemampuan dari guru untuk menggunakan teknik-teknik penguatan dalam pembelajaran agar ketertiban belajar dapat diwujudkan karena dalam pembelajaran konvensional ini selain melakukan pembelajaran, guru pun melakukan kegiatan mengelola kelas. Pengelolaan kelas disini dimaksudkan untuk menciptakan
kondisi
yang
memungkinkan
terselenggaranya
kegiatan
pembelajaran secara baik dan dibimbing oleh seorang guru. Dengan kata lain sistem pembelajaran ini lebih bersifat teacher center (berpusat pada guru), karena guru yang memegang peran utama didalam kelas.
29 Konvensional sendiri menurut kamus Umum Bahasa Indonesia oleh Alwi, H (2002 : 715), adalah “berdasarkan kesepakatan umum; tradisional”. Dasar dari pemikiran sistem pembelajaran konvensional ini adalah karena belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan ajar. Kegiatan-kegiatan yang bersifat menerima atau menghafal pada umumnya diberikan secara klasikal. Siswa yang berjumlah 30-40 orang, pada waktu yang sama menerima bahan yang sama, umumnya kegiatan ini diberikan dalam bentuk ceramah. Dasar pemikiran model pembelajaran konvensional adalah karena adanya anggapan bahwa kelas yang terdiri dari anak-anak sebaya, maka mereka relatif memiliki perhatian, minat, pengalaman, dan kemampuan yang sama pula, sehingga mereka diberikan pembelajaran yang sama, siswa dianggap pasif dan sepenuhnya sebagai objek pembelajaran. Pembelajaran ini lebih bersifat teacher center, karena guru lah yang memegang penanan utama. Berdasarkan karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran seperti ini sudah tidak sesuai lagi karena salah satu karakteristiknya adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya, dengan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk meningkatkan upaya untuk mengaktifkan siswa dapat menggunakan metode tanya jawab, demonstrasi, diskusi dan lain-lainnya yang sesuai bagi para siswanya. Pembelajaran
30 konvensional dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang biasa diterapkan secara umum antara lain ceramah, diskusi dan penugasan. Langkah-langkah pembelajaran konvensional yang selama ini dilaksanakan di sekolah-sekolah ditunjukkan pada gambar 2.2.
Guru membuka pembelajaran Guru memberikan motivasi kepada siswa Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
Guru mengulang materi pembelajaran sebelumnya dikaitkan dengan materi yang akan dibahas
Guru menjelaskan materi pembelajaran
Guru dan siswa menyimpulkan materi Gambar 2.2. Langkah Pembelajaran Konvensional 1.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Konvensional Beberapa
kekurangan
model
pembelajaran
konvensional,
dengan
menggunakan ceramah sebagai model pembelajarannya, menurut Syaiful Bahri Djaramah
(http://info-rahman.blogspot.com/2010/07/macam-macam-metode-
pembelajaran.html ) adalah sebagai berikut : a. Membuat siswa pasif b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
31 c. Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya. d. Bila terlalu lama membosankan e. Kegiatan pembelajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata) Menurut Syarifah (Suryosubroto, 2002:166) mengatakan beberapa kelemahan model ceramah yaitu “Guru sukar mengetahui sampai dimana siswa mengerti pembicaraanya dan siswa sering kali memberi pengertian lain dari pembicaraan guru “. Di samping kelemahan dari model pembelajaran konvensional, dengan menggunakan ceramah sebagai metode pembelajarannya, model pembelajaran konvensional ini juga memiliki beberapa kelebihan. Hal tersebut diutarakan oleh Syaiful
Bahri
Djaramah
(http://info-rahman.blogspot.com/2010/07/macam-
macam-metode-pembelajaran.html ) sebagai berikut : a. b. c. d.
Guru mudah menguasai kelas Guru mudah menerangkan bahan pembelajaran berjumlah besar Mudah diikuti anak didik dalam jumlah besar Mudah dilaksanakan
E. Perbedaan Model Pembelajaran Guide Inquiry dengan Model Pembelajaran Konvensional 1. Kegiatan pembelajaran model guide inquiry bersifat student center karena siswa memegang peranan sangat dominan dalam proses pembelajaran. Guru hanya bersifat sebagai fasilitator dan menjaga agar kegiatan berjalan sesuai
dengan
langkah
pembelajaran,
sedangkan
untuk
model
pembelajaran konvensional guru berperan aktif (teacher center) siswa diposisikan dalam posisi pasif dan hanya mendengarkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
32 2. Pada model pembelajaran guide inquiry siswa dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi yang belajar untuk memecahkan masalah secara berkelompok, sedangkan pada model pembelajaran konvensional siswa belajar dari mendengarkan guru yang menyampaikan materi secara langsung. 3. Pada model pembelajaran guide inquiry salah satu atau semua kelompok mempersentasikan hasil diskusi berkaitan dengan pertanyaan yang diberikan oleh guru, sedangkan pada model pembelajaran konvensional siswa menjawab langsung pertanyaan yang diberikan oleh guru.
F. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan variabel dari teori belajar di sekolah. Selain variabel lainnya yaitu: karakteristik individu (siswa) dan kualitas pengajaran. Hal ini dinyatakan oleh Bloom dalam Theory of School Learning, bahwa “ada tiga variabel utama dalam teori belajar di sekolah yakni : karakteristik individu, kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa”. Fauziah (Nana Sudjana, 1996 : 40). Hasil belajar memiliki hubungan erat dengan proses belajar. Dimana proses belajar adalah proses kegiatan siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan dan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan hasil belajar merupakan gambaran kamampuan yang ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku setelah siswa mengikuti proses belajar.
33 Dari kutipan di atas jelas bahwa hasil belajar sangat tergantung pada proses belajar. Hasil belajar akan terlihat setelah diberi perlakuan pada proses belajar yang dianggap sebagai proses pemberian pengalaman belajar. Hasil belajar mengharapkan terjadinya perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa. Sejalan dengan itu Fauziah (Abin Syamsudin Makmun, 1990 : 90) berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah perubahan yang diharapkan terjadi pada perilaku dan pribadi siswa setelah mengalami pengalaman proses belajar”. Ciri terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa ditunjukkan sejumlah kemampuan memahami dan menguasai hubungan-hubungan antara bekal kemampuan siswa dengan materi pelajaran yang diajarkan dalam proses kegiatan belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Fauziah (Herman Hudojo, 1990 : 14) bahwa “orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehingga akan dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari, itulah hasil belajar “. Maka yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah memperoleh pengalaman belajar dalam proses belajar agar terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa dalam bentuk penguasaan dan pemahaman pelajaran yang dipelajarinya. 2.
Klasifikasi Hasil Belajar Hasil belajar yang diharapkan terjadi pada diri siswa meliputi sejumlah
kemampuan yang dapat memberikan gambaran atas kegiatan dalam belajar. Untuk itu, hasil belajar diklasifikasikan oleh para ahli sebagai berikut:
34 a.
Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu :
a). keterampilan dan kebiasaan, b). pengetahuan dan
pengertian, dan
c). sikap dan cita-cita. Fauziah (Nana Sudjana, 1996
: 22) b.
Gagne mengemukakan pembagian hasil belajar sebagai berikut :
a). keterampialn motorik, b). sikap, c). informasi
verbal, d). strategi kognitif dan e). keterampilan intelektual. Fauziah (Moch Ali, 1993 : 109) Pada Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Bloom membagi masing-masing ranah ke dalam tingkatan-tingkatan kategori yang dikenal dengan istilah taksonomi Bloom’s Taxonomy (Taksonomi Bloom) seperti berikut: a.
Ranah Kognitif
Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual. Bloom membagi ranah kognitif ke dalam 6 jenjang kemampuan yaitu: (1)
Hafalan
Merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari. Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan menangkap informasi tersebut
35 tanpa harus memahaminya. Contoh kata kerja
yang digunakan
yaitu
menyebutkan, mendefinisikan, menggambarkan. (2)
Pemahaman
Merupakan kemampuan untuk memahami arti, interpolasi, interpretasi intruksi (pengarahan) dan masalah. Fauziah (Syambasri Munaf, 2001 : 69) mengemukakan bahwa pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir dimana siswa dituntut untuk memahami, mengetahui sesuatu hal dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pada tingkatan ini, selain hapal siswa juga harus memahami makna yang terkandung misalnya dapat menjelaskan suatu gejala, dapat menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram serta dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menyajikan, menginterpretasikan, menjelaskan. (3)
Penerapan
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep dalam situasi baru atau pada situasi konkret. Tingkatan ini merupakan jenjang yang lebih tinggi dari pemahaman. Kemampuan yang diperoleh berupa kemampuan untuk menerapkan prinsip, konsep, teori, hukum maupun metode yang dipelajari dalam situasi baru. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu mengaplikasikan, menghitung, menunjuk. (4)
Analisis
Analisis merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep ke dalam bagian-bagian sehingga susunannya dapat dipahami. Dengan analisis diharapkan seseorang dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian tersebut
36 satu sama lain. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menganalisa, membandingkan, mengklarifikasikan. (5)
Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Fauziah (Syambasri Munaf, 2001 : 73) menyatakan bahwa kemampuan sintesis merupakan kemampuan menggabungkan bagian-bagian (unsur-unsur) sehingga membentuk pola yang berkaitan secara logis atau mengambil kesimpulan dari peristiwaperistiwa yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya. Kemampuan ini misalnya dalam merencanakan eksperimen, menyusun kerangka, menggabungkan objek-objek yang memiliki sifat sama ke dalam satu klasifikasi. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menghasilkan, merumuskan, mengorganisasikan. (6)
Evaluasi
Evaluasi merupakan kemampuan untuk memuat pertimbangan (penilaian) terhadap suatu situasi, nilai-nilai atau ide-ide. Kemampuan ini merupakan kemampuan tertinggi dari kemampuan lainnya. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, materi dan kriteria tertentu. Untuk dapat membuat suatu penilaian, seseorang harus memahami, dapat menerapkan, menganalisis dan mensintesis terlebih dahulu. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menilai, menafsirkan, menaksir, memutuskan.
37 b.
Ranah Afektif
Ranah afektif berkaitan dengan perkembangan emosional individu misalnya sikap, apersepsi, dan motivasi. Bloom membagi ranah afektif dalam lima kategori, yaitu : (1). Penerimaan Penerimaan mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan terhadap stimulus yang tepat. Misalnya siswa mampu mendengarkan penjelasan dari guru secara seksama tanpa memberikan respons yang lebih dari itu. (2) Pemberian Respon Pemberian respon mengacu pada partisipasi aktif dalam pembelajaran. Kemampuan ini meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi suatu stimulus. Misalkan dalam pembelajaran, siswa memberikan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahaminya, siswa menjawab pertanyaan guru dan mau bekerjasama dalam penyelidikan. (3) Penilaian Penilaian mengacu pada nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tertentu. Reaksi-reaksi yang dapat muncul seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Contoh sikap yang ditunjukkan misalnya siswa dapat bertanggung jawab terhadap alat-alat penyelidikan dan bersikap jujur dalam kegiatan pembelajaran. (4). Pengorganisasian Pengorganisasian meliputi konseptual nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai. Sikap-sikap yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-
38 konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal. Sikap yang ditunjukkan misalnya kemampuan dalam menimbang dampak positif dan negatif dari suatu perlakuan. (5). Karakteristik Karakteristik mengacu pada keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian atau tingkah lakunya. Misalnya mau mengubah pendapatnya jika pendapat tersebut tidak sesuai dengan buktibukti yang ditunjukkan. c.
Ranah Psikomotor
Adapun ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan manual fisik (skills). Ranah psikomotor dikemukakan oleh Fauziah (Dave dalam Clark, 1999) menjadi lima kategori sebagai berikut: (1). Kesiapan Kemampuan ini dimulai dengan mengamati suatu gerakan kemudian memberikan respon serupa dengan yang diamati. Misalnya kemampuan menggunakan alat ukur setelah diperlihatkan cara menggunakannya. (2). Manipulasi Kemampuan ini merupakan kemampuan mengikuti pengarahan (instruksi). Penampilan dan gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan, misalkan mampu melakukan kegiatan penyelidikan sesuai dengan prosedur yang dibacanya.
39 (3). Ketetapan Kemampuan ini lebih menekankan pada kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi. Misalkan pada saat menggunakan alat ukur, memperhatikan skala alat ukur dan satuan yang digunakan dalam mengambil data. Orang yang memiliki ketetapan biasanya melakukan pengamatan berulang kali untuk mendapatkan hasil yang lebih pasti. (4). Artikulasi Merupakan kemampuan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan tercapai apa yang diharapkan atau konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda. Contoh yang ditunjukkan yaitu menulis dengan rapih dan jelas, mengetik dengan cepat dan tepat dengan menggunakan alat sesuai dengan ketentuan. (5). Pengalamiahan Menekankan pada kemampuan yang lebih tinggi secara alami, sehingga gerakan yang dilakukan dapat secara rutin dan tidak memerlukan pemikiran terlebih dahulu.
G.
Deskripsi Mata Pelajaran Dasar Teknik Otomotif (DTO) Berdasarkan kurikulum pada jurusan otomotif di SMKN 8 Bandung. Mata
pelajaran DTO mempunyai bobot 2 jam mata pelajaran. DTO adalah salah satu materi pembelajaran yang termasuk ke dalam salah satu program produktif yang memberikan konsep mendasar berpikir tentang cara kerja serta pengetahuan dasar
40 teknik suatu mesin seperti pengenalan ilmu statika dan tegangan, material suatu mesin dan macam-macam teknik pembentukan serta lainnya. Materi pembelajaran ini sebagai dasar untuk mempelajari materi yang sama atau berhubungan pada tingkat yang lebih tinggi. Materi DTO ini diberikan kepada siswa pada rumpun teknik mekanik otomotif di SMKN 8 Bandung. Adapun silabus atau rencana pengajaran DTO ini ditunjukkan pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Daftar Silabus DTO No 1.
Standar Kompetensi Memahami dasar-dasar mesin
Kompetensi Dasar kan dasar tegangan -
2.
Memahami proses-proses dasar pembentukan logam
-
3.
Memahami dasar-dasar mesin konversi energi
-
ilmu
Menjelas statika dan
Menerang kan komponen/elemesn mesin Menerang kan material dan kemampuan proses Menjelas kan proses pengecoran Menjelas kan proses pembentukan Menjelas kan proses permesinan Menjelas kan konsep motor bakar Menjelas kan konsep motor listrik Menjelas kan konsep generator listrik Menjelas kan konsep pompa fluida Menjelas kan konsep kompressor Menjelas kan konsep refrigerasi
41 4.
Menginterpretasikan gambar teknik
-
-
5.
Menggunakan peralatan dan
-
perlengkapan ditempat kerja -
6.
Menggunakan alat-alat ukur
-
7.
Menerapkan prosedur keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan tempat kerja -
-
-
Menggam bar perspektif, proyeksi, pandangan dan potongan Menjelas kan simbol-simbol kelistrikan Membaca wiring diagram Menginte rpretasikan gambar teknik dan rangkaian Merawat peralatan dan perlengkapan perbaikan di tempat kerja Menggun akan peralatan dan perlengkapan perbaikan Menggun akan fastener Mengiden tifikasi alat-alat ukur Menggun akan alat-alat mekanik Menggun akan alat-alat ukur pneumatik Menggun akan alat-alat ukur elektrik/elektronik Merawat alat-alat ukur Mendeskr ipsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Melaksan akan prosedur K3 Mengiden tifikasi aspek-aspek keamanan kerja Mengontr ol kontaminasi Mendemo nstrasikan pemadam kebakaran Melakuka n pengangkatan benda kerja secara manual Menerapk an pekerjaan sesuai dengan SOP
42 ( Sumber : Silabus Mata Pelajaran DTO Tahun 2010-2011 SMK N 8 Bandung )
H. Asumsi Asumsi / anggapan dasar titik tolak pemikiran agar tidak terjadi keraguraguan dalam penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan pernyataan di atas maka yang menjadi anggapan dasar yaitu : 1. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor utama yang dapat membantu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Setiap siswa memiliki potensi untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. 3. Guru telah memahami model mengajar pembelajaran guide inquiry dan model pembelajaran konvensional. I.
Hipotesis Menurut Fauziah (Nazir M., 1999 : 182) mengungkapkan tentang
pengertian hipotesis yaitu sebagai berikut: “ Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis juga merupakan pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja panduan dalam verifikasi” Hipotesis dapat juga diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis bukan merupakan kesimpulan akhir yang telah pasti kebenarannya, tetapi hal ini perlu diuji dengan cara mengumpulkan data dan
43 pengolahan
data sehingga
diterima kebenarannya
atau
bahkan
ditolak
kebenarannya Hipotesis dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: H0 : µ 1 = µ 2 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran guide inquiry dengan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Dasar Teknik Otomotif (DTO) Ha : µ 1
≠
µ 2 : Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran guide inquiry dengan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Dasar Teknik Otomotif (DTO)