19
BAB II LANDASAN TEORI MINAT MEMBACA DAN KETEKUNAN DALAM BELAJAR
A. Minat Membaca 1. Pengertian Minat Hakekatnya minat merupakan hal yang sangat mendasarkan pada diri manusia, minat dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu modal yang paling pokok bagi manusia dalam melaksanakan suatu perbuatan. Berikut ini akan dikemukakan pengertian minat dari berbagai ahli yang telah banyak mendefinisikan tentang minat. a. Jarsild dan Tasch, menekankan bahwa minat atau intrest menyangkut aktifitas-aktifitas yang dipilih secara bebas oleh individu. b. Doyles Fryer, menurutnya minat atau intrest adalah gejala psikis berkaitan dengan obyek atau aktifitas yang mentimulir perasaan senang pada individu. Walau intrest didefinisikan berbeda-beda tetapi dalam definisidefinisi tersebut tidak ada nampak kontradiksi. Kalau kita perhatikan definisi-definisi tersebut, minat senantiasa erat hubungannya dengan perasaan individu, obyek, aktifitas, dan situasi.1
1
229
Waya Nurkencana, Cet. IV, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), Hal.
20
c. Menurut pendapat Huqard, minat diartikan kecenderungan yang tetap untuk mempertahankan dan mengenang beberapa kegiatan.2 d. Sedangkan menurut H.C. Whiterington, minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang, suatu so’al atau suatu situasi mengandung sangkut-paut dengan dirinya. Minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sabar, kalau tidak demikian maka minat tidak mempunyai arti sama sekali.3 e. Menurut Sardiman AM, minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi, apabila melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri.4 Dari berbagai pengertian minat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan yang mengandung perasaan senang karena adanya daya tarik obyek, sehingga individu memperhatikan serta menentukan dalam mereaksikan suatu objek. 2. Pengertian Membaca Membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahan tulis.5 Banyak sekali ungkapan 2
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1998),
Hlm. 135 3
H.C. Whiterington, Psikologi Pengajaran, (Terjemahan M. Buchori), (Jakarta: Jakarta Aksara Bandung, 1983), hlm. 14 4 Sardiman AM, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1990), hlm. 224 5
21
yang menyatakan pentingnya buku adalah dengan membacanya. Karena tanpa dibaca, buku tidak ada artinya.6 Membaca merupakan suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan, tetapi ternyata tidak mudah untuk menjelaskan hakekat membaca. A. S. Broto mengemukakan bahwa
bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau
lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Dengan demikian, membaca hakekatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis. Sudarso mengemukakan bahwa membaca merupakan aktivitas komplek yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa menggerakkan mata dan menggunakan pikiran. Mulyono Abdurrahman mengemukakan bahwa membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis, merupakan stimulus, membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki.7 Banyak para ahli yang memberikan pengertian membaca, antara lain adalah.
6
Fuad Fakhrudin, Memupuk Minat Baca Pada Anak, Nasehat Perkawinan,( Jakarta: Bina Aksara, 1986) Hlm. 42. 7 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Yang Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 200.
22
a. Menurut Ngalim Purwanto Membaca adalah menangkap pikiran dan perasaan orang lain dengan perantara tulisan (gambaran) dari bahasa yang dituliskan.8 b. Menurut Henry Guntur Tarigan Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan melalui media kata-kata atau tulisan.9 c. Menurut Nur hadi Membaca adalah usaha mengelola bahan bacaan yang berupa simbul yang berisi pesan penulis.10 d. Menurut E.P. Hutabarat Membaca adalah proses menterjemahkan lambang-lambang tertulis atau tercetak, menjadi gagasan yang disampaikan penulis, supaya pembaca memahami gagasan itu.11 e. Menurut Tampubolon
8
Ngalim Purwanto, Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), hlm. 27. 9 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Aksara, 1987), hlm. 7. 10 Nur Hadi, Op.Cit, hlm. 124 11 E.P. Hutabarat, Op.Cit, hlm. 41.
23
Membaca adalah suatu keinginan fisik dan mental untuk menentukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf.12 Dari berbagai pengertian tentang membaca dari para ahli tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa membaca tidak hanya melisankan atau melafalkan kata-kata dalam tulisan saja melainkan juga memahami makna dari bacaan. Jadi yang dimaksud membaca. Jadi yang dimaksud membaca dalam skripsi ini bukan hanya pengucapan lafal bahasa tulis ke bahasa lisan menurut
peraturan-peraturan ejaan yang
disempurnakan (EYD) atau melisankan kalimat dan kata sebagaimana yang tertulis dalam lafalnya serta melainkan juga memahami makna yang terkandung dalam bacaan. Definisi di atas sesuai dengan QS. Al-Alaq ayat 1-5 yang artinya sebagai berikut. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan, dia menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmulah yang paling mulia, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya.” (Al-Alaq ayat 1-5).13
12
Tampubolon, Mengembangkan Minat Dan Kebiasaan Membaca Pada Anak, (Bandung: Aksara, 1991), hlm. 62. 13 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, 1971), hlm. 1198.
24
Jadi pengertian minat membaca adalah kecenderungan
yang
mengandung perasaan senang dan merasa tertarik ketika mengucapkan bahasa tulis ke bahasa lisan menurut ejaan yang disempurnakan serta memahami makna yang terkandung dalam bacaannya. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Membaca Minat bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang begitu saja melainkan sesuatu yang dikembangkan.14 Sesuai dengan umur, maka minat pun berubah dalam bentuk dan isi. Oleh karena itu tiap-tiap tingkatan umur manusia mempunyai minat masing-masing. Biasanya orang yang berhasil dalam tindakan dan perbuatannya, maka minatnya pun akan bertambah. Membaca adalah suatu kegiatan yang kompleks artinya dalam membaca terlibat berbagai faktor internal dan eksternal, yaitu.15 a. Faktor internal Faktor internal ini dapat berupa: 1. Intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat dengan cara tertentu.16
14
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
Hlm. 183. 15 16
Nur Hadi, Op.Cit, hlm. 13. M. Ngalim P., Ilmu Pendidikan Teoritis, Ed. II, (Bandung: Rosda Karya, 2000), hlm. 90.
25
2. Minat adalah mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbutan itu. 3. Sikap adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. 4. Memotivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks dalam suatu organisasi yang mengarahkan tingkah-laku terhadap suatu tujuan (gol) dan perangsang (incentive). Memotivasi adalah tenaga penggerak yang menimbulkan upaya keras untuk melakukan suatu hal atau sesuatu yang mendorong seseorang untuk bergerak baik disadari maupun tidak disadari.17 b. Faktor Eksternal Faktor ini dapat berupa, sarana membaca, teks bacaan (sederhana, berat, mudah, sulit), lingkungan sekolah, atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan dan tradisi membaca.18 Adapun tahap-tahap dalam membaca yaitu: 19 1. Membolak balik buku dan majalah 2. Membaca komik, majalah, dan koran
17
EP. Hutabarat, Op.Cit., hlm. 25. Nur Hadi, Op.Cit, hlm. 13 19 Tjita Singo Dan Yohana Verinanda, Kiat Menumbuhkan Kegemaran Membaca Pada Anak, (Jakarta: Gramedia, 1997), hlm. 63. 18
26
3. Bacaan tertentu 4. Buku pertama 5. Pengembangan 6. Bacaan yang lebih luas 7. Mencari buku sendiri Faktor yang menjadikan anak kurang dalam masalah membaca antara lain.20 1. Tempat permanen untuk belajar 2. Perabotan, pilihan perabot lingkup belajar yang nyaman dan cocok untuk ukuran badan anak. 3. Pencahayaan Selama berjam-jam belajar, kondisi penglihatan anak
anda harus
dijaga. Pencahayaan yang baik di dalam ruangan akan menambah kewaspadaan penglihatan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya minat membaca diantaranya.21
20
William Stainback Dan Susan Stainback, Anak Anda Berhasil Di Sekolah, (Yogyakarta: Karnisius, 1999), hlm. 21.
27
a. Faktor budaya b. Situasi pendidikan di kelas kesenangan berkumpul untuk mengobrol c. Menarik media elektronik d. Langkanya bacaan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan membaca. Adapun faktor yang menjadi hambatan dalam masalah minat membaca adalah.22 a. Faktor kebiasaan b. Faktor sarana c. Faktor buku-buku yang dibaca d. Faktor sesuainya bahan bacaannya yang tersedia dengan minat yang dimiliki. Diantara faktor-faktor tersebut adalah waktu untuk membaca, motivasi membaca, dan sarana membaca. a. Waktu Untuk Membaca
21
Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Pembinaan Minat Baca, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2002), hlm. 1. 22 Nur Hadi, Op.Cit, hlm. 65.
28
Menurut The Liang Gie, “Cara Belajar Yang Efisien”, mengatakan bahwa siswa dalam membaca buku pelajaran harus dilaksanakan dengan cara tertatur.23 Dalam buku “kemampuan membaca teknik membaca efektif dan efisien” disebutkan bahwa: waktu membaca itu perlu ditentukan: pagi, sore, dan malam. Pemilihan waktu tentunya tidak mungkin sama bagi semua pembaca karena banyaknya faktor yang menjadi pertimbangan seperti: cuaca, situasi kerja dan lainnya, yang penting bahwa membaca untuk studi sangat perlu teratur dan tepat.24 Membaca buku hendaknya siswa mengadakan pengulangan sekerap mungkin agar bahan-bahan pelajaran itu dapat makin kuat dalam daya ingatannya. Hal ini sesuai dengan prinsip hukum Jost yang bebunyi “semakin sering diulang bahan yang dibaca itu akan semakin baik tinggal dalam ingatan”.25 Dalam mengulang bahan pelajaran hendaknya disertai dengan tenggang waktu agar hasil yang diperoleh lebih baik.
23
The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, (Yogyakarta: Gajah Mada Univercitiy, 1972),
24
Tampubolon, Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efisien, (Bandung: Angkasa, 1987),
hlm. 49. hlm. 171. 25
Bimo Walgito, Op.Cit., hlm. 129.
29
b. Motivasi Membaca Dalam kaitan membaca, motivasi membaca merupakan salah satu faktor, memegang peranan penting dalam meningkatkan minat dan kemampuan membaca seseorang.26 Menurut Sardiman AM., bahwa dengan usaha tekun, dan disadari motivasi, maka orang akan dapat memperoleh prestasi yang baik.27 c. Sarana Membaca Agar membaca dapat berjalan dengan lancar, maka perlu didukung tersedianya sarana membaca, adapun sarana membaca meliputi: meja, kursi belajar, ruangan untuk membaca dengan udara segar, lampu yang terang, pensil, pulpen, penggaris, tersediaan bahan bacaan dan yang lainnya.28 Menurut Seno Subro dalam bukunya “25 Langkah Belajar Yang Efisien”, mengatakan bahwa untuk menunjang kelancaran membaca perlu didukung oleh beberapa faktor, yaitu.29 1. Minat membaca 2. Tersedianya bahan bacaan 26
Henry Guntur Tarigan, Dkk., Membaca Dalam Kehidupan, (Bandung: Angkasa, 1989),
Hlm. 97. 27
Sardiman AM.,Op.Cit., hlm. 85. Seno Subro, 25 Langkah Belajar Yang Efisien, (Solo: Ramdani, 1987), hlm. 56-57. 29 Seno Subro, Op.Cit., hlm. 58. 28
30
3. Tersedianya peralatan untuk kelancaran membaca 4. Menyusun program membaca 5. Menjaga kesehatan mata dalam membaca 6. Menguasai teknik dalam membaca Tampubolon mengemukakan bahwa dalam melakukan aktivitas membaca (membaca untuk studi) memerlukan konsentrasi sepenuhnya dan ketelitian sungguh-sungguh sehingga tercapai pengertian yang benar tentang isi bacaan, demikian juga diperlukan metode, teknik dan daya tertentu serta memerlukan waktu yang lebih banyak.30 Dan beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas membaca seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, maka bisa diteliti beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam aktivitas membaca. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang ada dua faktor, yaitu. 1. Faktor yang datang dari dalam a. Psikologi
30
Tampubolon, Op.Cit., hlm. 121.
31
Keadaan timbulnya
kejiwaan
minat
terhadap
seseorang
juga
sesuatu.
Misalnya
mempengaruhi orang
yang
keadaannya tenang dan gembira akan selalu menunjukkan sikap dan perjuangannya. b. Keadaan Jasmani Jasmani yang sehat dan cacat, juga mempengaruhi timbulnya minat terhadap sesuatu. Misalnya cacat penglihatan akan mempengaruhi minat pada seseorang. c.
Kebutuhan Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kebutuhan hidup adalah faktor yang sangat kuat dan penting bagi manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya seseorang murid yang memiliki rasa ingin tahu, maka ia akan cepat mengerti dan mengingatnya dibanding dengan murid yang tidak mempunyai rasa ingin tahu, maka ia akan lamban bahkan tidak mengerti apa lagi mengingatnya.
2. Faktor yang datang dari luar a. Lingkungan keluarga
32
Keluarga adalah unit atau satuan masyarakat yang terkecil sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungan dengan perkembangan individu sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Tidaklah dipungkiri sebenarnya keluarga mempeunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Banyak hal-hal mengenai kepribadian yang dapat ditelusuri dari keluarga, yang pada saat-saat sekarang ini banyak dilupakan orang. Perkembangan intelektual akan kesadaran lingkungan seorang individu seringkali dilepaskan dan bahkan dipisahkan dengan masalah
keluarga.
Hal-hal
semacam
inilah
yang
sering
menimbulkan masalah-masalah sosial, karena kehilangan pijakan. Keluarga sudah sering kali kehilangan peranannya. Oleh karena itu dalah bijaksana kalau dilihat dan dikembalikan peranan keluarga dan proposisi sebenarnya dengan skala prioritas yang pas. Keluarga pada umumnya diketahui terdiri dari seorang individu (suami), individu (istri) yang selalu menjaga rasa aman dan tentram ketika menghadapi segala suka dan duka dalam eratnya arti ikatan luhur hidup bersama.
33
Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu sangat berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan individu sebelum maupun sesudahnya terjun langsung dalam masyarakat. 1) Keluarga hendaknya selalu menjaga dan memperhatikan cara pandang individu terhadap kebutuhan-kebutuhan pokoknya baik itu bisa berjalan dalam batas-batas yang sesuai dengan porsinya. 2) Mempersiapkan segala sesuatu yang ada hubungan langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, artinya keluargalah yang mempunyai tanggung jawab moral dalam usaha mengupayakan pendidikan dan menjadikan individu menjadi orang terdidik. 3) Membina
individu
dengan
cara
mengamati
garis
kecenderungan individu (frait). Hasil dari kegiatan tersebut diharapkan dapat dijadikan bahan pengembangan potensi yang ada, pada tahap inilah keluarga membina ke arah cita-cita dan menanamkan kebiasaan yang baik dan benar untuk mencapai cita-cita tersebut.
34
4) Keluarga adalah modal dalam masyarakat yang menjadi tolok ukur yang baik untuk ditiru yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat. Keluarga sangat berkepentingan dan sangat berpengaruh dalam masyarakat, baik atau tidak kepribadiannya, bisa atau gagal menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia berada, karena kepribadian dasar terbentuk dalam keluarga. Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan itu selanjutnya baik di sekolah maupun di masyarakat.31 Kepentingan
keluarga
dalam
individu
adalah
pada
kelangsungan generasi yang paling ideal adalah keluarga yang mempunyai andil besar dalam menentukan hari esok lingkungan, baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan psikis. a. Lingkungan Masyarakat Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak, mereka juga termasuk teman-teman anak tetapi berada di luar sekolah. 31
Ngalim Purwanto, ILMU PENDIDIKAN TEORITIS DAN PRAKTIS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.79.
35
Disamping itu kondisi orang-orang di desa atau kota tempat ia tinggal turut mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anak, yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya dengan anak desa yang bersikap statis dan lamban, anak kota lebih berani mengemukakan pendapatnya, ramah dan luwes sikapnya dalam pergaulan seharihari, sementara anak desa umumnya kurang berani mengeluarkan pendapat, agak pemalu, dan kaku dalam pergaulan, semua perbedaan sikap dan pola pikir di atas adalah dari pengaruh lingkungan masyarakat yang berbeda di kota dan di desa. b. Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan satu faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan anak terutama kecerdasannya. Anak yang tidak pernah sekolah akan ketinggalan dalam berbagai hal. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena disekolah anak dapat belajar macam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak. Anak yang memasuki sekolah umum berbeda kepribadiannya dengan anak yang masuk sekolah kejuruan, demikian pula yang tamat sekolah tinggi akan berbeda pola pikirnya dengan orang yang tidak sekolah.
36
Dengan demikian bahwa minat mempunyai peranan penting dalam membaca, karena bahan bacaan yang dipelajari apabila tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa ketika membaca tidak akan melakukan dengan sungguh-sungguh dan sabaliknya, karena tidak ada daya tarik baginya, maka ia enggan untuk membaca dan tidak bisa tekun dalam belajar. 4. Cara Mambangkitkan Minat Membaca Setiap siswa pada umumnya mempunyai minat dan pengertian yang khusus terhadap pembelajaran tertentu. Ada siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran bahasa, matematika, pelajaran agama dan sebagainya. Dalam hal ini guru harus mengelompokkan siswa-siswa yang sama minatnya terhadap pelajaran tertentu. Dalam rangka mengembangkan kegiatan belajarnya. Sehingga terlebih dahulu guru mengetahui minat siswa yang dilakukan dengan cara guru memberi angka alternatif kepada siswa tentang mata pelajaran yang disukai.32 Bimo Walgito menjelaskan tentang cara membangkitkan minat hendaknya siswa diberi penjelasan: a. Sejarah dan hari depan masing-masing pelajaran
32
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 42
37
b. Fungsi dan kegunaan masing-masing pelajaran dalam rangka membangun jiwa masyarakat Indonesia.33 Menurut SardimanAM, minat dapat dibangkitkan dengan cara sebagai berikut: a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan. b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik d. Menggunakan berbagai macam bentuk pengajaran.34 5. Manfaat Membaca Dengan membaca buku bermutu seseorang memiliki keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca. Selain itu, dengan membaca, seseoran lebih terbuka cakrawala pemikirannya. melalui membaca, seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi sehingga budaya baca lebih terarah kepada budaya intelektual daripada budaya hiburan yang dangkal.35
33
Bimo Wagito, Op.Cit., hlm. 38 Sardiman AM., Op.Cit., hlm. 93 35 Masri Sereb Putra, Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini, (Jakarta: PT. MACANAN JAYA CEMERLANG, 2008), hlm. 7 34
38
Membaca mempunyai beberapa manfaat, menurut Jordan E. Ayan, yang berdampak bagi perkembangan sebagian besar jenis kecerdasan, di antaranya adalah. a. Membaca menambah kosa kata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis. Yang lebih penting lagi, membaca memperkenalkan kita pada banyak ragam ungkapan kreatif dan dengan demikian dapat mempertajam kepekaan linguistik dan kemampuan mengungkapkan perasaan. Dengan membaca kita belajar mengenai metafora, implikasi, persuasi, sifat nada dan banyak unsur ekspresi lain yang semuanya penting bagi segala jenis seniman, pelaku bisnis atau penentu. b. Banyak buku dan artikel yang mengajak kita untuk berintrospeksi dan melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan dan hubungan kita dengan orang lain. Buku-buku tertentu langsung membantu kita menyelami perasaan dan pemikiran yang paling dalam. Namun bahkan koleksi novel romantis, misteri dan humor secara tak langsung turut mengembangkan
kecerdasan
intrapersonal,
mendesak
kita
untuk
merenungkan kehidupan dan mempetimbangkan kembali keputusan akan cita-cita hidup. c. Membaca memicu imaginasi, buku yang terbaik mengajak kita membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian,
39
lokasi dan karakternya. Bayangkan yang terkumpul dari tiap buku atau artikel ini melekat dalam pikiran, dan seiring berlalunya waktu, membangun sebuah bentang jaringan ide dan perasaan yang menjadi dasar metafora yang kita tulis, gambaran yang kita buat bahkan keputusan yang kiat ambil.36 B. Ketekunan Belajar 1. Pengertian Ketekunan Belajar Ketekunan itu nyata dari jumlah waktu yang diberikan oleh murid untuk belajar mempelajari sesuatu memerlukan jumlah waktu tertentu. Ketekunan belajar ini tampaknya bertalian dengan sikap dan minat terhadap pelajaran.37 Ketekunan sering dikelompokkan sebagai sifat atau sikap (traits or attitude) yang memiliki kecenderungan-kecenderungan atau tendensi tertentu. Ketekunan dapat merepresentasikan tindakan-tindakan (represent motives). Ketekunan tidak bisa dikelompokkan sebagai pembawaan tetapi sifatnya bisa diusahakan dan dikembangkan.38 Dalam beberapa hal, sikap dan sifat merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakannya atau menjauhi / menghindari sesuatu. 36
Hernowo, Quantun UM. Reading, Cet. IV, (Bandung: MLC, 2005), hlm. 36-37 Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), hlm. 46 38 Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT. Refika Adinata, 2008), hlm. 26. 37
40
Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap sesuatu perangsang. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing-masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan dan situasi lingkungan. Demikian pula sikap pada diri seseorang terhadap sesuatu atau perangsang yang sama mungkin juga tidak selalu sama. Ketekunan adalah perwujudan tingkah laku yang muncul karena adanya rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Ketekunan pada dasarnya dapat diekspresikan melalui suatu perasaan yang menunjukkan rasa lebih menyukai suatu hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Menurut Laster D. Crow Alice D. Crow dalam buku “Psikologi Pendidikan”, ketekunan dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimuli yang mendorong kita memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan, atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah diberi stimuli oleh kegiatan itu sendiri.39 Dalam hal ini yaitu berkaitan dengan minat membaca, membaca berperan sangat penting dalam belajar, dengan demikian tidak dapat dianggap sebagai subjek yang terpisah dalam setudi. Dengan kata lain ketekunan dapat menjadi sebab suatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan itu.
39
Lester D. Crow Dan Alice D. Crow, Psikologi Pendidikan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1984), hlm. 92.
41
Ketekunan itu sendiri merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam belajar. Ketekunan yang besar terhadap suatu kegiatan pikiran yang sungguh-sungguh untuk menggali keterangan dan mencapai pemahaman tentang segenap cabang ilmu dalam bidang studinya adalah bagian dari sikap akademik setiap siswa. Ketekunan juga memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seorang siswa. perhatian yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaan tenaga kemauan seseorang akan memudahkan berkembang konsentrasi, yaitu pemusatan pikiran pada suatu hal atau kegiatan. Ketekunan juga mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan. Karena ada dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang dan juga dorongan dari luar, lama-kelamaan timbullah ketekunan terhadap sesuatu. Apa yang emnarik ketekunan belajar sesorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. 2. Fungsi Ketekunan Belajar Pada dasarnya, semua aktifitas memerlukan ketekunan karena dengan ketekunan itulah seseorang akan bertindak. Secara terperinci fungsi ketekunan dalam kaitannya dengan pelaksanaan belajar adalah: a. Ketekunan dapat melahirkan perhatian yang serta merta b. Ketekunan dapat memudahkan terciptanya konsentrasi c. Ketekunan dapat mencegah gangguan perhatian dari luar d. Ketekunan dapat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
42
e. Ketekunan dapat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri.40 Dalam buku “PBM PAI Di Sekolah”. Nuckols dan Banducci yang dikutip oleh Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi ketekunan belajar bagi kehidupan anak sebagai berikut: a. Ketekunan mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita pada anak b. Ketekunan sebagai tenaga pendorong yang kuat terhadap rasa ingin tahu anak-anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar. c. Prestasi sekolah dipengaruhi oleh jenis dan intensitas ketekunan belajar seseorang d. Ketekunan belajar yang terbentuk sejak masih kanak-kanak sering tebawa seumur hidup karena ketekunan membuat kepuasan, dan apabilaketekunan ini tidak terwujud maka akan bisa menjadi obsesi yang akan dibawa sampai mati.41 3. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Ketekunan Belajar Ketekunan belajar timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas bahwa ketekunan belajar akan selalu terkait dengan so’al kebutuhan atau keinginan.
40
The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, (Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna (PUBIB), 1994), hlm. 28-29. 41 Abdul Wahib, Dkk., PBM PAI Di Sekolah (Eksistensi Dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam), (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo SMG Dan Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 107-111.
43
Ketekunan belajar juga tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Ketekunan terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan-penerimaan minat baru. Menurut Lester D. Crow dan Alice D. Crow dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya suatu ketekunan, antara lain.42 a. Faktor Internal 1) Motivasi Motivasi seseorang akan meningkat apabila terlihat hubungan antara kegiatan yang dilakukan dengan tujuan yang akan dicapai.43 Motivasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi timbulnya ketekunan dalam belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu.44 Sebenarnya ketekunan, menurut Eysenck seperti yang dikutip oleh Slameto dalam bukunya yang berjudul “belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya”, dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan intensitas, konsistensi, serta arah 42
Lester D. Crow Dan Alice D. Crow, Psikologi Pendidikan, (Terj.), (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1984), hlm. 351. 43 Suharshimi Arikunto, MANAJEMEN PENGAJARAN SECARA MANUSIAWI, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hln. 62. 44 Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit., hlm. 666.
44
umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.45 Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa ketekunan akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada dalam diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Hal serupa juga terdapat pada buku “the Psychology Of Learning” yang ditulis oleh James Deese dan Sewart H. Hulse menyatakan bahwa ketekunan belajar berhubungan erat dengan bangkitnya minat, seseorang harus selalu diberi semangat untuk menemukan stimuli yang akan menimbulkan perasaan-perasaan senang atau agar minatnya bertahan lama. Setelah diberi motivasi sedemikian rupa, maka akan mempunyai hubungan langsung dengan tujuan tertentu yang dapat mengantarkan seseorang ke seberang pengalaman yang akan berguna sebagai pendorong untuk belajar lebih jauh. Dari pengalaman itu seseorang berkembang ke arah tekun atau tidak tekun terhadap sesuatu.46
45
Slameto, Op.Cit., hlm. 170. James Deese Dan Stewart H. Hulse, The Psychology Of Learning, (New York: Mc. Graw Hill, 1958), hlm. 208. 46
45
Yang terpenting dari ketekunan adalah dalam pembangkitan minat, sehingga waktu dan tenaga tidak terlalu banyak untuk dicurahkan dalam kegiatan itu. Tanpa adanya ketekunan akan terjadi hambatan dalam menguasai sesuatu yang baru. 2) Kebutuhan Kebutuhan menurut Sertain yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam buku “Psikologi Pendidikan” hanyalah suatu istilah yang berarti suatu kekurangan tertentu di dalam sesuatu organisme. Kebutuhan bagi manusia, mengandung arti yang lebih luas lagi, tidak ahnya bersifat fisiologis tetapi juga psikis.47 Dalam buku “The Psychology Of Learning” menyatakan bahwa kebutuhan mempunyai karakter yang cenderung periodik atau berputar, dalam beberapa kasus mereka selalu bergantung pada perubahan
keseimbangan
antara
psikologikal
internal
atau
neurologikal dari organisme. 48 Adanya kebutuhan ini akan menimbulkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu tindakan atau kegiatan, yang pada akhirnya timbul ketekunan pada diri seseorang tersebut untuk mengetahui atau menyelidiki lebih jauh lagi. Ketekunan yang timbul seperti ini biasanya akan bertahan lebih lama dalam diri sesorang. 47
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), hlm.
48
James Deese Dan Stewart H. Hulse, Op.Cit., hlm. 209.
61.
46
3) Sikap Senang Terhadap Suatu Objek Sikap senang terhadap suatu objek dapat menimbulkan ketekunan seseorang tehadap objek tersebut. Sebaliknya, jika tidak senang terhadap suatu objek maka akan memperkecil ketekunan terhadap objek tersebut. Kualitas sikap dapat berubah dalam intensitasnya dengan memperkuat stimuli, fisik, mental, atau keadaan emosi dari orang itu sendiri.49 Sikap dihasilkan oleh keinginan-keinginan pribadi dan sejumlah stimuli. Tegasnya sikap adalah suatu bagian dari kepribadian individu itu sendiri disamping ia dipengaruhi oleh sikap dan kelakuan kelompok dimana ia behubungan. Kebanyakan sikap seorang individu dapat lebih cepat atau lambat menjadi kebiasaan dan diperlihatkan olehnya dalam satu bentuk atau lebih dalam kehidupan sehari-hari. b. Faktor Eksternal 1) Keluarga Keluarga memegang peranan penting sebab keluargalah sekolah pertama dan terpenting, dalam keluargalah seseorang dapat membina kebiasaan, cara berfikir, sikap, dan cita-cita yang mendasari kepribadiannya. Keadaan keluarga terutama keadaan sosial ekonomi dan pendidikan keluarga mempengaruhi ketekunan belajar seseorang 49
Lester D. Crow Dan Alice D. Crow, Op.Cit., hlm. 343.
47
terhadap suatu objek. Keberadaan sosial ekonomi dan pendidikan keluarga mendukung ketekunan belajar seseorang.50 2) Fasilitas Tersedianya fasilitas yang mendukung
akan menjadikan
ketekunan belajar seseorang terhadap suatu objek menjadi lebih besar, sebaliknya apabila fasilitas yang diberikan atau diperlukan tidak ada maka akan menjadikan ketekunan belajar tersebut menjadi semakin lemah. 3) Teman Pergaulan Teman pergaulan yang mendudkung diajak kompromi terhadap suatu objek yang menarik terhadap perhatiannya maka teman tersebut dapat lebih meningkatkan ketekunannya, akan tetapi teman pergaulan yang tidak mendukung mungkin akan dapat mengakibatkanketekunan belajar seseorang terhadap suatu objek menjadi semakin lemah dan menurun.51 Berdasarkan penjelasan di atas, maka sehubungan dengan ketekunan belajar dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Ketekunan belajar bukan hasil pembawaan manusia, tetapi dapat dibentuk atau diusahakan, dipelajari dan dikembangkan.
50
Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 104. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 137. 51
48
b. Ketekunan belajar bisa dihubungkan dengan maksud-maksud tertentu untuk bertindak c. Secara sempit, ketekunan belajar bisa diasosiasikan dengan keadaan sosial seseorang dan emosi seseorang d. Ketekunan dalam belajar itu biasanya membawa inisiatif dan mengarah kepada kelakuan atau tabiat manusia yang positif. 4. Cara Membangkitkan Ketekunan Belajar Orang tua dan guru memikul tanggung jawab bersama yaitu tanggung jawab menumbuhkan minat dan memperluas Horisonnya, sedemikian rupa sehingga hal itu selanjutnya meningkatkan kegairahan untuk belajar.52 Terkadang anak kehilangan ketekunannya untuk belajar atau melakukan suatu kegiatan, berikut ini adalah cara-cara untuk membangkitkannya: a. Periksalah kondisi jasmani anak untuk mengetahui apakah kondisi yang menjadi sebab b. Cek kepada orang tua atau guru, apakah sikap dan tingkah laku tersebut hanya terdapat di dalam kelas dan ketika diajar oleh guru c. Perhatikan anak di luar kelas atau sekolah, untuk melihat apakah yang menjadi kegiatanyang diminati anak, hal ini di pakai sebagai titik
52
Imaduddin, PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BELAJAR PADA ANAK-ANAK, (Jakarta: Bulan BIntang, 1980), hlm. 42.
49
tolak untuk menarik ketekunan tersebut dapat dialihkan kepada kegiatankegiatan lain di sekolah.53 Menurut Bernard, ketekunan timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman atau kebiataan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas bahwa ketekunan akan selalu terikat dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu, yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar.54
53
Ibid, hlm. 138. Sardiman AM., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1986), hlm. 74. 54