BAB II LANDASAN TEORI II. Landasan Teori II.1. Pengertian Corporate Social Responsibility CSR merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan di dalam meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan alam. Selain mengolah sumber daya alam, perusahaan diharapkan mampu untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia yang terdapat di sekitar perusahaan. Berdasarkan pada penjelasan Budimanta, Prasetijo dan Rudito (2004), CSR merupakan suatu komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Menurut World Business Council on Sustainable Development, CSR merupakan suatu komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, serta meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas, serta tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholders sehubungan dengan isu-isu etika, sosial dan lingkungan, di samping ekonomi. Lebih lanjut lagi Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk berperan mendukung pembangunan ekonomi, bekerjasama dengan karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat luas, untuk
10
meningkatkan mutu hidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan. Oleh karenanya, penerapan program-program CSR yang berkelanjutan diharapkan mampu menciptakan kehidupan ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat serta menjaga kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan. Di dalam ISO 26000 menyatakan bahwa CSR merupakan bentuk tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak dari keputusan dan kegiatan bisnisnya terhadap masyarakat
dan
lingkungan
disekitar
perusahaan
beroperasi.
Bentuk
pertanggungjawaban suatu organisasi diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat serta mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Berdasar pada ISO 26000 maka, CSR seharusnya sudah menjadi bagian dari visi dan misi perusahaan di dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka CSR merupakan suatu komitmen kepedulian yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Contoh bentuk tanggung jawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pengadaan dan pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa atau fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. CSR juga merupakan suatu cara perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan
11
kepentingan stakeholders-nya, CSR muncul oleh kesadaran dimana keberadaan perusahaan dalam jangka panjang adalah lebih penting daripada profitability. CSR juga merupakan komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar dalam menciptakan suatu lingkungan sosial dan lingkungan alam yang lebih baik. Perlu dibedakan antara program CSR dengan kegiatan amal, kegiatan amal hanya berlangsung sementara waktu dan bersifat sukarela saja. Sedangkan, program CSR merupakan program yang berkelanjutan dan bertujuan untuk menciptakan hubungan yang lebih baik antara perusahaan dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Banyaknya masalah sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas bisnis perusahaan, maka sudah seharusnya perusahaan bersedia untuk menyajikan suatu laporan pertanggungjawaban yang dapat memberikan suatu informasi mengenai kontribusi perusahaan terhadap berbagai permasalahan sosial yang terjadi di sekitarnya. Laporan tahunan yang selama ini dianggap sebagai media yang paling tepat untuk memberikan informasi yang relevan dari manajemen perusahaan, tampaknya masih belum dimanfaatkan secara optimal untuk mengungkapkan masalah-masalah yang berhubungan dengan lingkungan sosial. Belum maksimalnya pemanfaatan laporan tahunan tersebut disebabkan karena rendahnya kesadaran perusahaan dalam mengungkapkan permasalahan sosial dan lingkungan
yang
terjadi,
rendahnya
kesadaran
perusahaan
untuk
melakukan
pengungkapan masalah lingkungan dan sosial disebabkan karena sampai saat ini pengungkapan sosial masih dianggap sebagai suatu bentuk pengungkapan yang bersifat sukarela, sehingga timbul anggapan bahwa tidak menjadi masalah apabila suatu perusahaan tidak melakukan pengungkapan sosial. Padahal, pengungkapan masalah 12
sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat meningkatkan citra perusahaan tersebut kepada publik dan juga sebagai usaha untuk menjaga eksistensi perusahaan tersebut di masyarakat. Dengan melihat berbagai fakta tersebut maka CSR adalah suatu program yang harus diprioritaskan oleh perusahaan-perusahaan baik perusahaan dalam skala besar maupun perusahaan kecil, karena keberadaan perusahaan sekecil apapun pasti akan membawa dampak bagi lingkungan alam dan sosial di sekitar perusahaan itu berada. Oleh karena itu diperlukan penerapan program-program CSR yang mampu menjaga kelangsungan hidup perusahaan di masa depan dan juga menjaga keberlangsungan hidup lingkungan alam dan sosial di sekitar perusahaan. Dengan penerapan program-program CSR diharapkan selain dapat menjaga kelangsungan hidup lingkungan sosial dan alam di sekitar perusahaan, tetapi juga dapat menjaga eksistensi perusahaan untuk dapat bertahan dalam waktu yang lama sehingga memperoleh keuntungan yang semakin besar juga. II.1.1. Manfaat CSR bagi Perusahaan Dalam buku, “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR”, Wibisono (2007) menuliskan 10 manfaat yang dapat diperoleh oleh perusahaan jika melakukan program CSR, yaitu: 1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image perusahaan. Perbuatan destruktif pasti akan menurunkan reputasi perusahaan, sebaliknya kontribusi positif pasti akan mendongkrak image dan reputasi positif perusahaan. Image yang positif ini penting untuk menunjang keberhasilan perusahaan. 2. Layak Mendapatkan Social Licence to Operate. Masyarakat sekitar adalah komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan keuntungan dari perusahaan, maka dengan sendirinya mereka akan merasa memiliki perusahaan. Sehingga imbalan yang diberikan kepada 13
perusahaan adalah keleluasaan untuk menjalankan roda bisnisnya di kawasan tersebut. 3. Mereduksi Resiko Bisnis Perusahaan. Mengelola resiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan hal yang esensial untuk suksesnya usaha. Hubungan yang kurang baik dengan stakeholders akan menganggu kelancaran bisnis perusahaan. Bila sudah terjadi permasalahan, maka biaya untuk pemulihan akan jauh lebih berlipat bila dibandingkan dengan anggaran untuk melakukan program CSR. 4. Melebarkan Akses Sumber Daya. Track records yang baik dalam pengelolaan CSR merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan. 5. Membentangkan Akses Menuju Market. Investasi yang ditanamkan untuk program CSR ini dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang yang lebih besar. Termasuk di dalamnya memupuk loyalitas konsumen dan menembus pangsa pasar baru. 6. Mereduksi Biaya. Banyak contoh penghematan biaya yang dapat dilakukan dengan melakukan CSR. Misalnya, dengan mendaur ulang limbah pabrik ke dalam proses produksi. Selain dapat menghemat biaya produksi, juga membantu agar limbah buangan ini menjadi lebih aman bagi lingkungan. 7. Memperbaiki Hubungan dengan Stakehoders. Implementasi CSR akan membantu menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholders, dimana komunikasi ini akan semakin menambah kepercayaan stakeholders kepada perusahaan. 8. Memperbaiki Hubungan dengan Regulator. Perusahaan yang melaksanakan CSR umumnya akan meringankan beban pemerintah sebagai regulator yang sebenarnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan lingkungan dan masyarakat. 9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. Citra perusahaan yang baik di mata stakeholders dan kontribusi positif yang diberikan perusahaan kepada masyarakat serta lingkungan, akan menimbulkan kebanggaan tersendiri bagi karyawan yang bekerja dalam perusahaan, sehingga meningkatkan motivasi kerja mereka. 10. Peluang Mendapatkan Penghargaan. Banyaknya penghargaan yang diberikan kepada pelaku CSR sekarang ini, akan menambah peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan suatu penghargaan dari berbagai kalangan baik dari pemerintah maupun lembaga lain di luar pemerintah.
14
II.2. Global Reporting Initiatives Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah organisasi nirlaba yang bekerja ke arah ekonomi global yang berkelanjutan dengan memberikan panduan pelaporan berkelanjutan. GRI telah merintis dan mengembangkan pelaporan keberlanjutan dengan kerangka komprehensif yang banyak digunakan di seluruh dunia. Kerangka ini memungkinkan semua organisasi untuk mengukur dan melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan, kinerja sosial dan pemerintahan. Kerangka pelaporan tersebut meliputi pedoman pelaporan, pedoman sektor industri dan sumber daya lain yang memungkinkan transparansi organisasi yang lebih besar tentang ekonomi, kinerja lingkungan, sosial dan pemerintahan. Transparansi dan akuntabilitas membangun kepercayaan para pemangku kepentingan dalam organisasi, dan dapat menciptakan banyak manfaat lainnya. Ribuan organisasi, dari semua ukuran perusahaan dan sektor industri menggunakan kerangka GRI untuk memahami bagaimana kinerja keberlanjutan perusahaan mereka. Kantor sekretariat GRI berpusat di Amsterdam, Belanda. Sekretariat bertindak sebagai regulator dalam mengkoordinasikan aktivitas para mitra GRI. GRI memiliki kantor cabang di Australia, Brazil, Cina, India dan Amerika Serikat. Jaringan global GRI mencakup lebih dari 600 stakeholder organisasi serta para pendukung organisasi dan sekitar 30.000 orang yang mewakili berbagai sektor dan konstituen. GRI juga menjalin kemitraan dengan United Nations Environment Programme, UN Global Compact, Organisation for Economic Co-operation and Development, International Organization for Standardization, dan masih banyak lagi.
15
Pedoman pelaporan GRI dikembangkan oleh para ahli dunia dalam bidangbidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Selain itu, pedoman pelaporan GRI juga dibantu juga oleh para kelompok kerja internasional, keterlibatan pemangku kepentingan, termasuk masukan dari masyarakat yang membantu dalam membuat pedoman pelaporan yang cocok dan kredibel untuk semua organisasi. II.3. Pengertian Laporan Pertanggungjawaban Sosial (sustainability report) Sebagaimana tertulis pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 1 (Revisi 1998). Paragraf 9 yang berbunyi sebagai berikut: Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah ( value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Sehingga dapat dikatakan bahwa laporan pertanggungjawaban sosial adalah pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan atas usaha yang berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal. Laporan keberlanjutan merupakan sebuah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial. Laporan pertanggungjawaban sosial merupakan suatu bentuk penyampaian informasi dimana di dalamnya terdapat prinsip dan standar pengungkapan yang mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan secara menyeluruh dan tentu saja berbeda dengan yang diungkapkan dalam laporan keuangan.
16
Seluruh perusahaan dibentuk untuk mencapai suatu tujuan yang sama yaitu memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Dalam usaha untuk mencapai tujuannya, maka setiap perusahaan senantiasa berusaha untuk meningkatkan efektifitas maupun efisiensi kerjanya. Munculnya laporan pertanggungjawaban sosial perusahaan tidak terlepas dari kesadaran perusahaan terhadap kepentingan lain selain untuk memaksimalkan laba bagi perusahaan tetapi juga harus berkontribusi positif terhadap kehidupan masyarakat sekitar serta lingkungan. Perusahaan menyadari bahwa mereka selalu bersinggungan dengan berbagai masalah sosial sehingga perusahaan mulai memperhatikan hubungan dengan masyarakat. Laporan CSR menjadi perhatian perusahaan sesuai dengan teori legitimasi dimana perusahaan berusaha untuk memenuhi harapan berbagai pihak yang terkait dalam upaya mendapat dukungan dan kepercayaan dari masyarakat. Definisi laporan pertanggungjawaban sosial menurut Ramanathan (1976) dan Arief Suadi (1988) adalah suatu proses pemilihan variabel-variabel yang menentukan tingkat prestasi sosial perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Lebih lanjut lagi, Parker (1986) mendefinisikan laporan pertanggungjawaban sosial sebagai proses pengukuran, pengaturan dan pengungkapan dampak pertukaran antara perusahaan dengan lingkungannya. Menurut Hadibroto (1988) dan Bambang Sudibyo (1988), dalam Arief Suadi (1988) dan para pakar akuntansi di Indonesia, menggunakan istilah akuntansi pertanggungjawaban sosial (APS) sebagai akuntansi yang memerlukan laporan mengenai terlaksananya pertanggungjawaban sosial perusahaan.
17
Sedangkan menurut pengertian dari Hendriksen (1994), mengartikan laporan pertanggungjawaban sosial sebagai suatu pernyataan tujuan, serangkaian konsep sosial dan metode pengukurannya, struktur pelaporan dan komunikasi informasi kepada pihakpihak yang berkepentingan. Dari beberapa definisi para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan pertanggungjawaban sosial merupakan suatu penilaian dampak sosial dari kegiatan bisnis perusahaan. Perusahaan harus melaporkan laporan pertanggungjawaban sosialnya sebagai bukti bahwa perusahaan berkomitmen terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi penambangan. II.3.1. Prinsip Laporan Pertanggungjawaban Sosial (sustainability report) Menurut Cahyandito (2011), laporan pertanggungjawaban sosial digunakan untuk menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial suatu perusahaan. Terdapat Prinsip-prinsip dalam penyusunan sustainability reporting, sehingga membuat informasi yang tertuang di dalam sustainability reporting menjadi informasi yang berkualitas dan memadai. Prinsip-prinsip ini sangat fundamental bagi terwujudnya transparansi yang efektif. Kualitas informasi akan memungkinkan pemangku kepentingan untuk membuat penilaian yang masuk akal serta tindakan yang memadai terkait kinerja organisasi. Prinsip-prinsip tersebut yaitu : 1. Keseimbangan, laporan harus menggambarkan aspek positif dan negatif dari kinerja perusahaan untuk dapat memungkinkan penilaian yang masuk akal terhadap keseluruhan kinerja. Keseluruhan penyajian isi laporan harus 18
menyajikan gambaran yang tidak bias terhadap kinerja organisasi. Laporan harus menghindari
pemilihan,
penghilangan,
atau
penyajian
format
yang
memungkinkan kesalahan penilaian oleh pembaca laporan. 2. Dapat diperbandingkan, isu-isu dan informasi harus dipilih, dikumpulkan, dan dilaporkan secara konsisten. Informasi yang dilaporkan harus disajikan dalam sebuah cara yang memungkinkan pemangku kepentingan dapat menganalisis perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu dan dapat mendukung analisis relatif terhadap organisasi lainnya. Perbandingan sangat dibutuhkan dalam mengevaluasi kinerja. Pemangku kepentingan yang menggunakan laporan harus dapat membandingkan informasi kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial yang dilaporkan dengan kinerja organisasi sebelumnya, sasarannya, dan apabila memungkinkan
dengan
kinerja
organisasi
lainnya.
Konsistensi
dalam
melaporkan memungkinkan pihak-pihak internal dan eksternal untuk melakukan perbandingan. 3. Kecermatan Informasi yang dilaporkan harus cukup cermat dan detail bagi pemangku kepentingan dalam menilai kinerja organisasi. 4. Ketepatan waktu laporan dilakukan berdasarkan jadwal reguler serta informasi kepada pemangku kepentingan tersedia tepat waktu ketika dibutuhkan dalam mengambil kebijakan. Kegunaan informasi akan sangat terkait dengan apakah waktu pengungkapannya kepada pemangku kepentingan dapat memungkinkan mereka untuk mengintegrasikannya secara efektif dalam pembuatan kebijakan yang mereka lakukan. 5. Kejelasan Informasi harus disediakan dalam cara yang dapat dimengerti dan diakses oleh pemangku kepentingan yang menggunakan laporan. Laporan harus 19
menyajikan informasi dalam cara yang dapat dimengerti, dapat diakses, dan dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan organisasi (baik dalam bentuk cetak maupun saluran lainnya). Pemangku kepentingan harus dapat menemukan informasi yang dibutuhkannya tanpa harus bekerja keras. Informasi harus disajikan dalam cara yang komprehensif kepada pemangku kepentingan yang telah memiliki pemahaman akan organisasi dan aktivitasnya. Grafik dan tabel data terkonsolidasi dapat membantu dalam memahami dan mengakses informasi yang ada dalam laporan. 6. Keterandalan informasi dan proses yang digunakan dalam penyiapan laporan harus dikumpulkan, direkam, dikompilasi, dianalisis, dan diungkapkan dalam sebuah cara yang dapat diuji dan dapat membentuk kualitas dan materialitas dari laporan. Pemangku kepentingan harus yakin bahwa sebuah laporan dapat dicek ketepatan dan ketelitian isinya serta tingkatan Prinsip Pelaporan yang digunakan. Informasi dan data yang termasuk dalam laporan harus didukung oleh pengendalian internal atau dokumentasi II.4. Pengertian Laporan Tahunan (annual report) Laporan tahunan (Annual Report) merupakan suatu bentuk laporan yang berisis penyampaian informasi oleh manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan tahunan mengkomunikasikan kondisi keuangan dan informasi lainnya seperti kinerja sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pemegang saham, kreditor, dan stakeholders lainnya. Laporan tahunan merupakan mencakup halhal seperti pembahasan dan analisis manajemen, catatan atas laporan keuangan dan laporan pelengkap yang berisi informasi lain seputar kinerja perusahaan. 20
Mengacu pada pendapat Brigham & Houston (2001) Laporan tahunan (Annual Report) adalah laporan yang diterbitkan setiap tahunan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Laporan ini berisi laporan keuangan dasar dan opini manajemen atas operasi perusahaan selama tahun lalu dan prospek perusahaan di masa depan. Laporan tahunan menyajikan empat laporan keuangan dasar, yaitu : 1. Neraca (Balance Sheet), merupakan posisi dari keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, menunjukkan aktiva pada sisi sebelah kiri dan kewajiban serta ekuitas atau klaim terhadap aktiva di sisi sebelah kanan. 2. Laporan laba rugi (Income Statement), melaporkan hasil operasi selama periode tertentu. 3. Laporan laba ditahan (Statement of Retained Earnings), menunjukkan perubahan laba ditahan antara dua tanggal neraca. Laba ditahan menunjukkan klaim terhadap aktiva, bukannya aktiva per ekuitas pemegang saham. 4. Laporan Arus Kas (Cash Flow), melaporkan dampak aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan terhadap arus kas selama periode akuntasi. II.4.1. Manfaat Laporan Tahunan (annual report) Menurut Lisetyati (2005), pelaporan tahunan bermanfaat bagi para pemegang saham, penanam modal, penganalisis sekuritas, manajer, pegawai/karyawan, pemberi pinjaman, dan para pemasok, pelanggan, pemerintah, dan pihak-pihak lain seperti : 1. Para pemegang saham dan penanam modal adalah kelompok terbesar yang memanfaatkan laporan tahunan, baik untuk keputusan yang berkenaan dengan investasinya maupun berkenaan dengan pertanggungjawaban manajemen. 21
2. Manajer memanfaatkan laporan tahunan untuk menyusun perjanjian antara perusahaan dan entitas lain dengan cara membuat perjanjian dengan berdasar pada variabel-varibel yang ada dalam laporan tahunan, manajer juga menggunakan laporan tahunan untuk mengambil keputusan dalam bidang operasi, investasi, dan pendanaan. 3. Para karyawan berkepentingan dengan laporan tahunan untuk kelangsungan hidup perusahaan, dan juga untuk memantau kelayakan program pensiunan. 4. Pemberi pinjaman dan para pemasok memanfaatkan laporan tahunan untuk menetapkan perjanjian pemberian pinjaman, seperti penerapan jumlah pinjaman, suku bunga, periode pinjaman. Berkenaan dengan itu pemberi pinjaman juga memperhatikan pemakaian metode akuntasi yang berpengaruh pada perhitungan laba bersih. 5. Pelanggan memiliki kepentingan untuk memantau kelangsungan hidup perusahaan terutama yang berkenaan dengan perjanjian jangka panjang dan laporan tahunan merupakan salah satu sumber informasi untuk menilai hal itu. 6. Pemerintah membutuhkan informasi dalam laporan tahunan biasanya dalam rangka untuk peningkatan pendapatan pajak, penentuan tarif (untuk fasilitas umum) dan untuk pengaturan (untuk menentukan apakah pemerintah akan memberikan jaminan pengembalian utang bagi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan).
22
II.5. Pengertian Skala Likert Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur suatu pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyusun pertanyaan ataupun pernyataan. Jawaban dari setiap variabel yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata atau angkaangka. Penggunaan skala likert dalam penelitian ini adalah untuk memberikan skor penilaian terhadap variabel pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan tambang yang ada di Indonesia disesuaikan dengan standar pengungkapan yang dibuat oleh GRI G3.1. Skor yang diberikan didasarkan pada tingkat informasi yang disampaikan dalam laporan CSR perusahaan. Kriteria dalam pemberian skor tersebut yaitu : Nilai
Keterangan
0
Tidak ada pengungkapan variabel
1
Variabel disebutkan tetapi hanya sebagai referensi untuk dokumen atau pernyataan lain
2
Variabel disebutkan secara singkat dengan sedikit atau tanpa rincian
3
Terdapat pembahasan tentang variabel dengan beberapa detil tetapi tidak mendalam
4
Pembahasan rinci mengenai variabel
Nilai 0 berarti perusahaan tidak mengungkapkan variabel yang dibuat oleh GRI G3.1 atau dengan kata lain perusahaan tidak menyampaikan kriteria tersebut. Nilai 1 berarti perusahaan menyampaikan suatu informasi hanya sebagai referensi untuk
23
dokumen atau pernyataan lainnya yang berhubungan dengan kinerja perusahaan. Nilai 2 berarti perusahaan memberikan informasi pengungkapan laporan CSR hanya secara singkat dengan sedikit atau tanpa rincian. Nilai 3 berarti perusahaan memberikan informasi pengungkapan CSR disertai dengan detail penyampaian pelaksanaan tetapi tidak mendalam. Nilai 4 berarti perusahaan memberikan informasi pengungkapan CSR secara lengkap dan terperinci.
24