40 I Wayan Karyasa,et al, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 40-51
PENINGKATAN KEPEDULIAN MASYARAKAT SEKOLAH TERHADAP LINGKUNGAN MELALUI PROGRAM EKOSISTEM POHON I Wayan Karyasa1,2, I Wayan Rai2, dan Ni Wayan Rati3 1 Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Jalan Udayana, Singaraja 81116 Bali
[email protected] 2 Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Undiksha, 3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP, Undiksha
Ringkasan Eksekutif Kebergantungan masyarakat agraris terhadap kelestarian lingkungan khususnya kesuburan tanah permukaan sangat tinggi, terlebih-lebih kalau dikaitkan dengan pembangunan perekonomian masyarakat pedesaan secara berkelanjutan. Kepedulian terhadap pemeliharaan kesuburan tanah permukaan sangat dibutuhkan oleh masyarakat di empat desa yaitu Desa Bulian, Bukti, Depeha dan Tunjung, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng karena wilayah empat desa ini tergolong berlahan kering sementara masyarakat bergantung dari pertanian. Banyak usaha telah dilakukan oleh pemerintah, namun kepedulian masyarakat terhadap lingkungan masih sangat perlu ditingkatkan melalui suatu program yang strategis dan dapat bergulir ke segenap lapisan masyarakat. Inspirasi dari kegiatan ini adalah (1) perlunya peningkatan kepedulian terhadap lingkungan terutama pemeliharaan tanah permukaan dari para siswa dan guru sekolah dasar di wilayah Desa Bukti, Bulian, Depehe dan Tunjung, Kecamatan Kubutambahan sebagai langkah batu loncatan yang strategis; (2) perlunya peningkatan pemahaman dan keterampilan guru dan siswa tentang program ekosistem pohon dan pembelajaran berbasis proyek sebagai usaha sistematis dalam mengembangkan budaya memelihara lingkungan khususnya tanah permukaan. Metode yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah pelatihan dan pendampingan. Pelatihan diberikan kepada guru-guru sekolah dasar di keempat desa tersebut. Pendampingan diberikan kepada para guru dan para siswa yang terlibat mengimplementasikan pembelajaran berbasis proyek dengan tugas proyek berupa program ekosistem pohon – satu anak satu pohon. Karya utama kegiatan ini adalah (1) sebuah perangkat pembelajaran di sekolah dasar dengan model pembelajaran berbasis proyek untuk setiap guru yang terlibat, dan (2) program ekosistem pohon untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan khususnya pemeliharaan tanah permukaan. Perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah seperangkat program pembelajaran yang memuat rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa dan lembar penilaian otentik serta perangkat evaluasi kompetensi siswa dengan penerapan model pembelajaran berbasis proyek. Setiap guru di setiap sekolah telah berhasil dilatih untuk membuat seperangkat pembelajaran berbasis proyek dan selanjutnya didampingi dalam penerapannya di kelas dan dalam mengetoktularkannya kepada guru-guru lain. Program ekosistem pohon – satu anak satu pohon adalah program yang dijadikan muatan dalam pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kesadaran siswa dan masyarakat lingkungannya tentang pentingnya menanam dan memelihara pohon, dimana siswa merupakan bagian dari ekosistem pohon yang saling kebergantungan. Simpulan yang diperoleh dari kegiatan
41 I Wayan Karyasa,et al, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 40-51
ini adalah (1) model pembelajaran berbasis proyek dapat diadopsi oleh guru dan siswa dalam pembelajaran di sekolah dasar di wilayah ini, dan (2) masyarakat sekolah yang ada di desa-desa tersebut adalah sasaran yang strategis untuk meningkatkan kesadaran masyarakat desa dalam memelihara lingkungan khususnya memelihara kesuburan tanah permukaan melalui program ekosistem pohon. Kegiatan ini berdampak terhadap (1) meningkatnya kepedulian para siswa dan guru sekolah dasar di wilayah ini terhadap pemeliharaan tanah permukaan; (2) terjadinya alih budaya baru dalam pembelajaran di sekolah-sekolah dasar yaitu diterapkannya pembelajaran yang berwawasan lingkungan terutama pembelajaran berbasis proyek dan program ekosistem pohon yang berkelanjutan. Kata-kata kunci: Kepedulian masyarakat, lingkungan, ekosistem pohon, tanah permukaan Executive Summary The dependence on environmental sustainability, particularly top soil vertility, of agricultural society is very high. It is more relevant in correlation to sustainable economic development of the rural society. The awareness in caring of top soil vertility is highly needed by societies in the four villages namely Bulian, Bukti, Depeha dan Tunjung, Kubutambahan District, Buleleng Regency because most all of areas at the four villages are dry, although people live there very dependent on agriculture. Several efforts have been conducted by government, but society’s care in environments is still needed to enhance and could be spread like snowball into all social levels through a strategic program. The activity inspiration came from several considerations, namely (1) teachers and students among elementary schools need to be enhanced their environment’s care behaviour, particularly in sustaining top soil vertility; (2) both teachers and students need to be improved their understanding and skills on the tree ecosystem program and the project based learning as systemic effort in developing environment’s care culture especially top soil caring culture. The methods applied in the activity were training and assistance. The training was given to the elementary school teachers among those four villages. On the other hand, the assistance was given to those elementary school teachers as well as students in the villages who actively involved in implementing project based learning with a project of the tree ecosystem program – one child one tree. The main achievements of the activity were (1) one elementary school learning package of project based learning model for each teacher involved, and (2) the tree ecosystem program for improving people care on environment especially on caring top soil fertility. The learning package is a learning program package at least consisting of lesson plan, authentic assessment sheet, and evaluation package on student’s competency regarding to the implementation of the project based learning model. Each teacher of each school was already trained to make a project based learning package and than they were successfully assisted to implement the learning package in their classroom and to spread out their knowledge to other teachers. The tree ecosystem program – one child on tree is a program as content of the project based learning for enhancing not only student’s awareness but also their surrounding people’s awareness toward trees planting and caring, where the students are as part of the tree ecosystem which interdependent to each other. Conclusion could be were (1) the project based learning model could successfully adopted by the elementary school teachers and students in this area, and
42 I Wayan Karyasa,et al, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 40-51
(2) the school society members in those villages became strategic objects for enhancing the village society’s awareness toward taking care top soil fertility through tree ecosystem program. The outcomes are namely (1) enhancement of the awareness of the elementary school teachers and students toward taking care top soil in this area, through the tree ecosystem program; and (2) there is a transformation of new learning culture in those elementary schools i.e. the implementation of environmental oriented learning and the tree ecosystem program. Keywords: society’s awareness, environment, tree ecosystem, top soil A. PENDAHULUAN Kondisi demografis Desa Bukti, Bulian, Depeha dan Tunjung, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng tergolong desa-desa tertinggal dan miskin. Desa Bukti yang terdiri dari Dusun Bukti dan Dusun Air Sanih memiliki jumlah penduduk Desa Bukti (data per Desember 2007 dalam monografi) adalah 3746 orang yang terdiri diri laki 1944 orang, perempuan 1902 orang, usia di bawah lima tahun 45 orang, usia TK 52 orang, usia wajar 9 tahun. Berdasarkan data Maret 2008, jumlah KK miskin adalah 598 KK dari 1084 KK yang ada. Desa Bulian terdiri dari 5 Dusun yaitu Dusun Dauh Margi, Dusun Dangin Margi, Dusun Yeh Buah, Dusun Lod Guwuh dan Dusun Bantes. Berdasarkan data di kantor desa (per Maret 2008), KK miskin yang ada di desa ini adalah 435 KK dari 867 KK. Penduduk usia kerja yang tidak mempunyai pekerjaan tetap adalah 320 orang. Desa Depehe terdiri dari 6 dusun yaitu Dusun Pura, Dusun Seganti, Dusun Sangking, Dusun Dauh Pura, Dusun Bingin dan Dusun Pamugbugan. Desa Depehe terkenal dengan pusat pengerajin ingka (lidi daun kelapa) di Kecamatan Kubutambahan. Hampir semua KK di Desa Depehe memiliki industri rumah tangga yaitu pengerajin ingka dan pengerajin aneka produk dari bambu seperti keranjang, kukusan dan saab. KK miskin yang tercatat di Desa Depehe adalah 352 KK dari 1308 KK. Penduduk usia kerja yang tidak memiliki pekerjaan tetap adalah 692 orang. Pekerjaan tidak tetap mereka ini adalah membantu para petani saat musim panen tiba Masyarakat di empat desa sasaran kehidupannya sangat tergantung dari pertanian dan peternakan serta kerajinan rakyat berbasis pertanian. Potensi daerah yang prospektif untuk dikembangkan adalah (1) agrowisata desa berbasis pertanian lahan kering, (2) pertanian berkelanjutan dalam arti luas yang meliputi potensi perkebunan rakyat (mangga, kelapa, cengkeh, dan buah-buahan tropis), palawija, budidaya pantai dan perikanan, serta peternakan, dan (3) aneka kerajinan rakyat yang berbahan baku yang berasal dari daerah setempat seperti kerajinan inka dari lidi daun kelapa, kerajinan bambu dan kayu, kerajinan pembuatan minyak kelapa, dan sebagainya. Berdasarkan potensi yang dimiliki, empat desa ini telah dipilih sebagai wilayah sasaran Program Sinergi Pemberdayaan Potensi Masyarakat (Sibermas) oleh Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Buleleng dan Universitas Panji Sakti tahun 2009-2011. Kebergantungan hidup masyarakat di wilayah tersebut di atas terhadap pertanian sangat tinggi. Namun sampai saat ini belum ada data tentang kemampuan wilayah pertanian tersebut untuk mencukupi kebutuhan pangan semua warga masyarakat dalam setahun. Banyaknya KK miskin mencerminkan rendahnya kemampuan lahan pertanian di sana memberikan penghidupan yang layak. Oleh karena pertanian sangat tergantung dari kesuburan tanah permukaan (top soil), maka pemeliharaan ke-
43 I Wayan Karyasa,et al, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 40-51
suburan tanah permukaan sangat penting untuk dilakukan oleh seluruh warga masyarakat. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, kesadaran masyarakat tentang pentingnya usaha memelihara tanah permukaan sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya produksi tanah permukaan baru di atas lahan yang tandus dan kering. Bukti lainnya adalah banyaknya pohon mangga yang tidak mampu berbuah lagi dan tumbuhnya tidak sempurna yang kemungkinan disebabkan oleh tidak mampunya lagi tanah permukaan memberi “makan” tanaman mangga tersebut. Upaya-upaya sistematis dan berkelanjutan perlu segera dilakukan untuk mengembalikan kesuburan tanah permukaan atau bahkan memproduksi lapisan tanah permukaan baru yang subur. Seperti telah disampaikan dalam berbagai literatur, bahwa mengembalikan kesuburan tanah permukaan atau memproduksi tanah permukaan baru yang subur tidak semudah membalik telapak tangan dan memerlukan waktu yang panjang. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat desa setempat untuk memberi “makan” tanah mereka sehingga anak-anak dan cucu-cucu mereka juga bisa diberi “makan” oleh tanah mereka perlu segera dilakukan. Tanah permukaan (topsoil) memainkan peranan yang sangat esensial dan vital dalam pertumbuhan dan keberlanjutan hidup tumbuh-tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang bermukim di tanah permukaan tersebut sehingga keberadaan dan kesuburannya dapat melindungi ekosistem bumi untuk menyediakan makanan, pakaian, perumahan dan kesehatan kita1. Berkaitan dengan hilangnya tanah permukaan di bumi, Livingstone1 menyampaikan data bahwa lebih dari 23 milyar ton tanah permukaan di bumi ini hilang pertahun, saat ini tanah permukaan rerata di bumi hanya berkisar 6 – 8 inchi (15 – 20 cm), dimana untuk memproduksi tanah permukaan satu inci saja (sekitar 2,5 cm) secara evolusi geologis di muka bumi memerlukan waktu anatar 100 tahun hingga 60 juta tahun1. Sejak tahun 1980-an Diane Livingstone1 mengembangkan Bali ecosystem program, suatu program sederhana untuk memberdayakan masyarakat lokal Bali dalam meningkatkan kepedulian terhadap kesuburan tanah permukaan untuk penjaminan ketahanan pangan keluarga (livelihood food security). Program ini kemudian dikembangkan menjadi program ekosistem pohon. Prinsip dari program ini adalah menjadikan pohon dan tanah tempat tumbuhnya pohon tersebut menjadi ekosistem yang sehat dan berkesinambungan. Diane Livingstone pada tahun 1988 menulis: “When you feed the earth daily, the earth feeds you” Program Livingstone sangat bersesuaian dengan program Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui UNESCO yang telah mencanangkan the United Nations Decade of Education for Sustainable Development (2005 – 2014)2. Tiga perspektif Education for Sustainable Development (ESD) atau dikenal sebagai tiga pilar ESD adalah perspektif sosial, perspektif lingkungan dan perspektif ekonomi. Paradigma ESD adalah (1) merupakan visi baru pendidikan, (2) memberdayakan manusia untuk berkomitmen dalam dirinya pada keberlanjutan, (3) pendidikan untuk demokrasi, dan (4) pendidikan pada semua jenjang sistem pendidikan, menggunakan semua modalitas yang ada, dan pada semua konteks sosial3. Pembelajaran pendidikan pembangunan berkelanjutan dapat dijalankan di sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar. Salah satu model pembelajaran yang dianggap sangat cocok untuk mencapai tujuan ini adalah Model Pembelajaran berbasis Proyek4. Menurut Moursund5, pembelajaran berbasis proyek didefinisikan sebagai pembelajaran yang: (1) berpusat pada konsep-konsep sentral mata pelajaran; (2) meliputi pengalaman belajar yang melibatkan siswa pada proyek-proyek dunia nyata
44 I Wayan Karyasa,et al, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 40-51
yang kompleks, dimana melalui kegiatan itu mereka mengembangkan pengetahuan dan keterampilan; (3) mensyaratkan siswa untuk memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai sumber dan informasi; (4) memberi pengalaman pada siswa untuk belajar mengelola dan mengalokasikan sumber daya seperti waktu dan material. Tujuan umum kegiatan ini adalah meningkatan kesadaran mayarakat dalam memelihara permukaan tanah sehingga usaha pertanian berkelanjutan menjadi kenyataan. Tujuan khususnya adalah: (1) Meningkatkan kepedulian para siswa dan guru sekolah dasar di wilayah Desa Bukti, Desa Bulian, Desa Depehe dan Desa Tunjung, Kecamatan Kubutambahan terhadap pemeliharaan tanah permukaan; (2) Meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru dan siswa tentang program ekosistem pohon; (3) Meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru sekolah dasar di empat desa tersebut dalam menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk mengimplementasikan program ekosistem pohon sebagai usaha untuk memelihara kesuburan tanah permukaan.
B. SUMBER INSPIRASI Hal-hal yang memberikan inspirasi dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat di wilayah ini adalah pentingnya upaya-upaya untuk (1) meningkatkan kepedulian pemeliharaan tanah permukaan bagi guru dan siswa sekolah dasar di empat desa sasaran melalui peningkatan pemahaman tentang lapisan tanah permukaan dan perannya dalam pertanian berkelanjutan (2) meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru sekolah dasar tentang program ekosistem pohon dengan bentuk kegiatan penyuluhan dan pendampingan, dan (3) meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru sekolah dasar dalam mengimplementasikan model pembelajaran berbasis proyek dengan program ekosistem pohon untuk memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah permukaan.
C. METODE Metode penerapan IPTEKS dalam kegiatan pengabdian ini adalah: (1) Pelatihan model pembelajaran berbasis proyek dengan program ekosistem pohon dengan melibatkan seluruh khalayak sasaran (guru-guru SD di empat desa tersebut) dan pengawas sekolah. Metode yang digunakan dalam pelatihan adalah metode ceramah, diskusi kelas, diskusi kelompok dan penugasan; (2) Pendampingan penerapan model pembelajaran berbasis proyek dan penerapan program ekosistem pohon yang dilakukan siswa. Metode yang digunakan dalam pendampingan ini adalah metode participatory action and learning system (PALS)6. Khalayak sasaran strategis untuk peningkatan kepedulian melalui pemahaman tentang pentingnya memelihara kesuburan tanah permukaan dan cara sederhana yang digunakan untuk memelihara kesuburan tanah permukaan yaitu program ekosistem pohon adalah seluruh siswa dan guru di empat desa tersebut. Sedangkan khalayak sasaran strategis untuk kegiatan pelatihan model pembelajaran berbasis proyek adalah para guru SD di empat desa tersebut (terutama para guru kelas dan guru IPA) dan pengawas SD yang diperkirakan sejumlah 44 orang. Pendampingan akan diberikan terhadap guru yang mengimplementasikan pembelajaran berbasis
45 I Wayan Karyasa,et al, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 40-51
proyek dan program ekosistem pohon yang ada di halaman sekolah sebagai model dengan intensitas kunjungan sekali per SD yang dipilih. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini terdiri dari metode kegiatan dan metode evaluasi kegiatan. Metode kegiatan yang digunakan adalah metode pelatihan yang terdiri dari ceramah, diskusi kelompok dan penugasan praktek di sekolah masing-masing. Evaluasi kegiatan dilakukan terhadap (1) peningkatan pemahaman tentang tanah permukaan dan peranannya pada pertanian berkelanjutan, program ekosistem pohon serta model pembelajaran berbasis proyek dengan pre-post test, (2) keterampilan pembuatan rencana pembelajaran inovatif berbasis proyek melalui penilaian terhadap tugas pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah diterapkan di kelas/sekolah masing-masing, (3) peningkatan kepedulian terhadap pemeliharaan tanah permukaan melalui angket dengan skala Likert), (4) pelaksanaan kegiatan P2M dengan kuisioner dengan skala Likert. Data hasil pre-post test pemahaman dianalisis dengan statistik deskriptif dengan menjabarkan data dalam grafik sebaran nilai pre-test dan post-test per item soal, grafik rerata pre-test dan post-test per item soal dan grafik rerata pre-test dan posttest keseluruhan item untuk melihat peningkatannya. Data hasil penilaian tugas pembuatan RPP dan data kuisioner pelaksanaan kegiatan masing-masing dikonversi ke skala 100, lalu dianalisis secara statistik deskriptif dengan mencari rerata dan simpangannya, kemudian dikatagori ke dalam 5 katagori yaitu kurang sekali (0 – 45), kurang (46-55), cukup (56-69), baik (69-84), baik sekali (85-100). Data hasil angket kepedulian terhadap pemeliharaan kesuburan tanah permukaan antara sebelum dan setelah program P2M dilaksanakan dianalisis secara statistik deskriptif untuk melihat prosentase peningkatannya. Realisasi pemecahan masalah yang diuraikan di atas adalah dilaksanakannya pelatihan pembelajaran berbasis proyek yang diselenggarakan di Aula Serba Guna Desa Bulian pada tanggal 31 Juli 2009 dan pendampingan di beberapa SD di desadesa sasaran.
D. KARYA UTAMA Karya utama dari pelaksanaan P2M ini adalah (1) paket perangkat pembelajaran berwawasan lingkungan dengan model pembelajaran berbasis proyek dengan program ekosistem pohon yang disusun dan diterapkan oleh guru kepada siswasiswanya sebagai hasil dari pelatihan dan pendampingan yang diberikan; dan (2) penanaman dan pemeliharaan pohon dengan program satu anak satu pohon, dimana anak merupakan bagian dari ekosistem pohon tersebut.
46 I Wayan Karyasa,et al, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 40-51
Gambar 1 Penanaman Pohon dalam Program Ekosistem Pohon
E. ULASAN KARYA Karya berupa perangkat pembelajaran berwawasan lingkungan dengan model pembelajaran berbasis proyek dengan program ekosistem pohon adalah seperangkat program pembelajaran yang memuat rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa dan lembar penilaian otentik serta perangkat evaluasi kompetensi siswa dengan penerapan model pembelajaran berbasis proyek. Setiap guru di setiap sekolah telah berhasil dilatih untuk membuat seperangkat pembelajaran berbasis proyek dan selanjutnya didampingi dalam penerapannya di kelas dan dalam mengetoktularkannya kepada guru-guru lain. Program ekosistem pohon – satu anak satu pohon adalah program yang dijadikan muatan dalam pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kesadaran siswa dan masyarakat lingkungannya tentang pentingnya menanam dan memelihara pohon, dimana siswa merupakan bagian dari ekosistem pohon yang saling kebergantungan. Alih budaya pembelajaran baru yang berwawasan lingkungan yang diterapkan dibuktikan dengan adanya peningkatan pemahaman tentang tanah permukaan dan peranannya pada pertanian berkelanjutan, program ekosistem pohon serta model pembelajaran berbasis proyek, yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai rerata post-test dari rerata pre-test secara signifikan. Hasil test tentang pemahaman peserta terhadap materi pelatihan disajikan dalam Gambar 2 dan Gambar 3di bawah ini.
47 I Wayan Karyasa,et al, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 40-51
Perbandingan Skor Pre- dan Post-Test
Jumlah Soal Dijawab Benar
8 7 6 5 4 3 2
PRE-TEST
1
POST-TEST
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 212223 24 25 26 27 28 29 30 3132 33 34 35 36 37 38 39 40 4142 43 44
Nomor Peserta
Gambar 2 Grafik Perbandingan Skor Pre- dan Post-Test Tiap Nomor Peserta Pelatihan. Berdasarkan Gambar 2 di atas terlihat bahwa hampir semua peserta mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi pelatihan. Pencapaian peserta mampu menjawab soal secara benar per-item soal dapat disajikan pada Gambar 3 di bawah ini. Prosentase Jawaban Benar Per Item Soal 100.00
97.73
100.00
86.36
90.00 80.00
88.64
86.36
88.64
88.92
75.00 70.45
70.45
70.00 Prosentase
88.64
63.64 59.09
60.00
57.10
54.55 50.00
50.00
5
6
50.00 38.64
40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 1
2
3
4
Nomor Soal
7
8
Rerata Pre-Test Post-Test
Gambar 3 Presentase Jawaban Benar Per Nomor Soal Selanjutnya dibuat Tabel 1 untuk memberikan katogori pencapaian peningkatan pemahaman terhadap materi pelatihan sebagai berikut.
48 I Wayan Karyasa,et al, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 40-51
Tabel 1 Katogori Hasil Pre- dan Post-Test Pemahaman Pre-Test Post-Test Penguasaan Materi Skor Katagori Skor (%) Kategori (%) 1. Pemeliharaan Tanah Permukaan Melalui Program Ekosistem Pohon (soal 1-5)
2. Pembelajaran Berbasis Proyek (soal 6-8) Keseluruhan Peningkatan pre-to-post (%) Keterangan:
57,73
Cukup
89,55
Sangat Baik
56,06
Cukup
87,88
Sangat baik
57,10
Cukup
Skor 85 - 100 70 - 84 55 - 69 45 - 54 0 - 44
88,92 Sangat baik 31,82 Katagori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Berdasarkan Gambar 2 – 3 dan Tabel 1 terlihat bahwa secara umum target indikator kinerja peningkatan pemahaman terhadap pemeliharaan tanah permukaan melalui program ekosistem pohon dan pembelajaran berbasis proyek dengan katogori sangat baik dan dengan peningkatan pre-to-post-test yang melebihi target 10% yaitu sebesar 31,82%. Alih budaya baru dalam pembelajaran di sekolah dasar di desa-desa sasaran dapat dilihat dari keterampilan para guru merancang rencana pembelajaran inovatif berbasis proyek dan partisipasi siswa dalam program ekosistem pohon – satu anak satu pohon. Hasil pemantauan dan pendampingan terhadap implementasi di lapangan (dalam hal ini dipilih secara acak di dua SD) menunjukkan bahwa guru-guru sudah mampu menerapkan pembelajaran berbasis proyek dan para siswa yang dikenai perlakuan (tugas) satu anak satu pohon mengerjakan tugasnya sesuai arahan guru. Walaupun demikian, RPP Pembelajaran Berbasis Proyek yang dibuat guru masih perlu mendapatkan bimbingan khusus. Selain penilaian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pencapaian indikator kinerja dari program P2M yang dilaksanakan, evaluasi juga dilakukan terhadap pelaksanaan P2M itu sendiri yang meliputi empat aspek yaitu: (1) materi pelatihan, (2) metode pelatihan, (3) instruktur, dan (4) fasilitas pelatihan. Keempat aspek tersebut kemudian dijabarkan ke dalam uraian yang dijadikan butir-butir kuisioner dengan skor 1-5 (skala Likert). Sebaran pencapaian skor tiap peserta disajikan pada Gambar 4 di bawah ini.
49 I Wayan Karyasa,et al, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 40-51
Rerata Skor Kuesioner Pelaksanaan Pelatihan 5
Rerata Skor
4 3 2 Rerata 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 3132 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Nomor Peserta
Gambar 4 Sebaran Rerata Skor Kuisioner Pelaksanaan Pelatihan Tabel 2 Rerarta Skor dan Katagori Hasil Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan
No 1
2
3
4
Komponen dan uraian Materi pelatihan 1.1. Kemudahan untuk memahami 1.2. Kesusuaian dengan kebutuhan anda 1.3. Materi memotivasi/ menginspirasi peserta Metode pelatihan 2.1 Ketepatan metode/strategi pelatihan untuk mencapai tujuan/sasaran pelatihan 2.2 Keefektifan metode ditinjau dari waktu 2.3 Kefektifan metode ditinjau dari keterlibatan peserta 2.4 Metode pelatihan memotivasi/menginspirasi peserta Instruktur 3.1 Kemudahan menerima/memahami materi yang diberikan 3.2 Memotivasi/menginspirasi 3.3 Memfasilitasi Fasilitas pelatihan 4.1 Fasilitasi dan komunikasi panitia penyelenggara 4.2 Waktu penyelenggaraan 4.3 Makanan dan minuman 4.4 Ketersediaan materi pelatihan, media dan perlengkapan lainnya Rerata
Nilai (%)
Rerata komponen (%)
Katagori
87,73
Sangat baik
88,07
Sangat baik
90,76
Sangat baik
93,18
Sangat baik
90,03
Sangat baik
86,36 86,82 90,00
86,36 86,73 89,09 89,09
90,00 90,45 91,82
93,16 92,73 93,18 93,64 90,03
50 I Wayan Karyasa,et al, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 40-51
Berdasarkan Tabel 2 di bawah ini, pelaksanaan pelatihan menurut peserta pelatihan rata-rata keseluruhan komponen sangat baik. F. KESIMPULAN Simpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil dan pembahasan pelaksanaan P2M serta evaluasi terhadap pelatihan yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Pelatihan dan pendampingan yang diberikan telah mampu meningkatkan kepedulian para siswa dan guru sekolah dasar di wilayah Desa Bukti, Desa Bulian, Desa Depeha dan Desa Tunjung terhadap pemeliharaan tanah permukaan; (2) Pelatihan dan pendampingan telah mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru dan siswa tentang program ekosistem pohon; (3) Kegiatan ini juga telah meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru sekolah dasar di empat desa tersebut dalam menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk mengimplementasikan program ekosistem pohon sebagai usaha untuk memelihara kesuburan tanah permukaan. G. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Dua hal yang dapat diuraikan berkaitan dengan dampak dan manfaat kegiatan ini yaitu: (1) evaluasi indikator dampak pelaksanaan pelatihan terhadap peningkatan kesadaran lingkungan hidup para siswa sekolah dasar dan masyarakat yang diimbasi oleh sekolah khususnya dalam memelihara kesuburan tanah permukaan, dan (2) tindak lanjut program ”satu anak satu pohon” dimana anak dan pohon serta lingkungan hidup pohon menjadi satu kesatuan ekosistem. Pertama, peningkatan kesadaran para siswa dan masyarakat sekitar sekolah dilakukan dengan langkah strategis meningkatkan kesadaran para guru, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru untuk mengetoktularkan kesadarannya tersebut serta meningkatkan kompetensi guru dalam membelajarkan siswa dan masyarakat sekitar sekolah untuk memelihara tanah permukaan melalui ekosistem pohon. Setelah pelatihan, guru telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk membelajarkan siswa dan masyarakat sekitar, tetapi dampaknya belum dapat dievaluasi secara menyeluruh karena peningkatan kesadaran hanya dapat dilihat dari perubahan mind set dan disertai tingkah laku para siswa dan masyarakat, sementara hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Pembelajaran yang dapat diambil dalam hal ini adalah, untuk ke depan, indikator dampak (outcome) perubahan mind set dan perubahan tingkah laku perlu dirancang dengan mekanisme penilaian atau pengukuran yang jelan dengan menguraikannya menjadi deskriptor-deskriptor yang operasional. Kedua, tindak lanjut dari program ini adalah membangun budaya ”satu anak satu pohon” dalam bentuk program ekosistem pohon dimana anak, pohon dan tanah permukaan serta jasad renik dalam tanah dan lingkungannya merupakan satu kesatuan ekologi. Tindakan nyata yang telah dilakukan sebagai follow up dari kegiatan ini adalah bhakti sosial penanaman pohon di empat desa yaitu Desa Bulian, Depeha, Tunjung dan bukti yang melibatkan guru-guru dan anak-anak sekolah dasar di empat desa tersebut pada tanggal 12 – 17 Oktober 2009. Pada acara bhakti sosial penanaman pohon, sejumlah 262 siswa dan 65 guru-guru sekolah dasar di lingkungan Desa Bulian, Bukti, Depeha dan Tunjung yang antusias mengikuti acara penanaman pohon dan mereka diberikan tugas tiap anak untuk menyiram dan memelihara pohon-pohon yang ditanam tersebut. Tingkat partisipasi siswa dan
51 I Wayan Karyasa,et al, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 40-51
masyarakat pada acara penghijauan tersebut merupakan salah satu indikator dampak keberhasilan program ini.
H. DAFTAR PUSTAKA (1) Livingstone, 1982. Topsoil production: the missing environmental link. The journal of Sustainable Agriculture. 20-24. (2) The United Nations Decade of Education for Sustainable Development (2005 – 2014) (3) Gross, D. 1998. Implementing Sustainable Development in School Curricula GLE, Helsinki (4) The George Lucas Education Foundation. 2005. Introduction Module Project Based Learning. http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php (5) Morsund, D. 2002. Project based learning: Using Information Technology, 2nd edition,ISTE. http://www.edutechwiki.unige.ch/en/special:Booksources/156484196. (6) Chambers, R. 2007. From PRA to PLA and Pluralism: Practice and Theory. Brigton: Institute for Development Studies.
I. PENGHARGAAN Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi diberikan kepada Camat Kubutambahan, Kepala Desa Bulian, Bukti, Depeha dan tunjung serta seluruh kepala sekolah dan guru-guru serta murid-murid sekolah dasar di lingkungan empat desa tersebut di atas. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bupati Buleleng, Rektor Undiksha, Rektor Universitas Panji Sakti dan DP2M Dikti atas dana pelaksanaan Program Sinergi Pemberdayaan Potensi Masyarakat (Sibermas) Kubutambahan Tahun 2009.