i
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN MELALUI BINA LINGKUNGAN KOMUNIKASI TERHADAP TOKOH MASYARAKAT SEKITAR (Kasus PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Kabupaten Bogor)
DAVID RIZAR NUGROHO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
i
ii
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Efektivitas Komunikasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Melalui Bina Lingkungan Komunikasi terhadap Tokoh Masyarakat Sekitar, Kasus PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Kabupaten Bogor)” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun, sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Juli 2011
David Rizar Nugroho I353060231
ii
iii
ABSTRACT DAVID RIZAR NUGROHO. Communication Effectiveness of Corporate Social Responsibility Program Through Communication Meeting for Communities for Surrounding Community Leaders (Case PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Bogor Regency).Under direction of Dr. Ir. Basita Ginting, M.A. and Ir.Hadiyanto, M.S. Corporate Social Responsibility (CSR) is an action or a concept by a company based on the ability of the company as a form of social responsibility or their surrounding environment in which they operate. CSR program is a phenomenon of corporate strategy that accommodates the needs and interests of its stakeholders. The scope of CSR itself includes the company's involvement in social activities that are useful for society at large and comply with applicable laws in a society whether in relation to business activities or social activities in general and respect for the rights and interests of stakeholders that have a direct interest or indirectly against the interests of business. This study aims to (1) describe the characteristics of community leaders and the communication process in the village Bilikom target CSR program Indocement, (2) explain the relationship of the characteristics community leaders with the effectiveness of corporate communications, (3) explain the relationship of the communication process Bilikom with the effectiveness corporate communication in the village built CSR program Indocement. Characteristics of community leaders that correlated significantly with the effectiveness communication through Bilikom Indocement CSR programs, among others, among others (a) main job with the understanding of community leaders (b) long-serving with an attitude of community leaders, (c) social participation with community leaders actions, and also very significant are (a) main job with the attitudes of community leaders and (b) mass media exposure to attitudes and actions of community leaders. Bilikom communication process that correlated significantly with the effectiveness of CSR programs Indocement communication, among others (a) the credibility of the source with the attitude of community leaders, (b) how to speak the source with community leaders action, (c) methods of communication with the attitude of community leaders. Beside that, Bilikom communication process also has very significant correlation with the effectiveness of CSR programs Indocement communication, among others (a) the credibility of the source with and actions of community leaders, (b) the intensity of feedback with the understanding and actions of public figures. It is recommended to improve communication methods Bilikom and optimizing the use of other communication media such as magazines, newspapers or other mass media-related companies and CSR programs. It is intended that the villagers get a complete knowledge and information which will assist in the implementation of CSR programs. Keywords
:
communications effectiveness, corporate social communication meeting for communities, Indocement.
iii
responsibility,
iv
RINGKASAN DAVID RIZAR NUGROHO, 2011. Efektivitas Komunikasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Melalui Bina Lingkungan Komunikasi terhadap Tokoh Masyarakat Sekitar (Kasus PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh : Dr. Ir. Basita Ginting, M.A., dan Ir.Hadiyanto, M.S. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan perusahaan tersebut sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial atau lingkungan sekitar perusahaan itu berada. Program CSR merupakan fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era di mana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability. Ruang lingkup dari CSR itu sendiri meliputi keterlibatan perusahaan dalam kegiatan–kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat luas dan mematuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat baik yang berkaitan dengan kegiatan bisnis maupun kegiatan sosial pada umumnya serta hormat pada hak dan kepentingan stakeholders yang mempunyai kepentingan langsung ataupun tidak langsung terhadap kepentingan bisnis. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Indocement) adalah perusahaan penghasil semen dan merupakan produsen terbesar kedua di Indonesia. Indocement menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia mencapai Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals – MDG) untuk pengentasan kemiskinan sampai tahun 2015. Efektivitas program CSR sangat tergantung dari aktivitas komunikasi yang dilakukan perusahaan, sejauh mana mendapat dukungan melalui sikap dari semua kalangan khususnya yang berkepentingan langsung terhadap kebijakan program CSR perusahaan. Efektivitas program CSR melalui Bina Lingkungan Komunikasi (Bilikom) yang dilakukan oleh Indocement sangat menentukan dalam membangun sikap masyarakat terhadap perusahaan, khususnya yang berada di sekitar beroperasinya perusahaan. Bilikom merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh Indocement untuk menjembatani kepentingan setiap stakeholders atas tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan konsep implementasi CSR, keberhasilan program sangat ditentukan peran masing-masing pemangku kepentingan. Proses komunikasi yang dilakukan perusahaan pada akhirnya akan melahirkan penilaian atau sikap terhadap citra perusahaan di mata masyarakat setempat. Sikap masyarakat lokal sangat ditentukan oleh proses komunikasi atas program CSR perusahaan. Tingkat efektivitas komunikasi perusahaan juga sangat ditentukan sejauh mana penilaian kalangan masyarakat lokal, pemerintah lokal, pengusaha lokal dan organisasi masyarakat khususnya yang terkait langsung dengan keberadaan perusahaan tersebut. Terkait hal tersebut, diperlukan penelitian mengenai efektivitas komunikasi program CSR Indocement melalui Bilikom terhadap masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan karakteristik tokoh masyarakat dan proses komunikasi Bilikom di desa binaan program CSR PT
iv
v
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Kabupaten Bogor, (2) menjelaskan hubungan karakteristik tokoh masyarakat dengan efektivitas komunikasi perusahaan, (3) menjelaskan hubungan proses komunikasi Bilikom dengan efektivitas komunikasi perusahaan di desa binaan program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan di 12 Desa Binaan Indocement yang tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Citeureup, Klapanunggal dan Gunung Putri. Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebesar 402 orang dengan pengambilan sampel secara proportional random sampling sebesar 80 orang. Pengolahan data dilakukan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan analisis korelasi, di mana korelasi antar peubah dilakukan dengan uji statistik korelasi rank Spearman data ordinal dan analisa khi-Kuadrat (chi square) untuk data nominal dengan bantuan program SPSS 13.0 For Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Usia masyarakat anggota Bilikom berada pada level paruh baya yaitu berkisar antara umur 36 tahun sampai 52 tahun, dengan berpendidikan lanjutan (SMA dan perguruan tinggi). Pekerjaan utama para anggota Bilikom didominasi non pemerintahan desa namun memiliki jabatan dalam organisasi desa seperti Ketua RT, RW, BPD, dan kader PKK. Keterdedahan media massa masyarakat desa anggota Bilikom dapat dikategorikan sedang yaitu antara 1 sampai 3 jam sehari, namun sebagian besar masyarakat lebih sering mengkonsumsi media elektronik dibandingkan mengkonsumsi media cetak. (2) Pendapat tokoh masyarakat mengenai proses komunikasi pada Bilikom sudah baik dengan rataan skor sebesar 3,52, artinya masyarakat puas terhadap proses komunikasi yang berjalan di Bilikom. Disamping itu hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan efektivitas komunikasi tokoh masyarakat dinilai berada pada tingkatan pemahaman paham, sikap setuju dan tindakan tokoh masyarakat adalah sering mengikuti kegiatan CSR Indocement dengan penilaian berada pada skor 3,91. (3) Karakteristik tokoh masyarakat yang memiliki hubungan nyata dengan efektivitas komunikasi program CSR melalui Bilikom, antara lain: (a) pekerjaan utama dengan tingkat pemahaman tokoh masyarakat (b) lama menjabat dengan sikap tokoh masyarakat, (c) partisipasi sosial dengan tindakan tokoh masyarakat. Sedangkan yang memiliki hubungan sangat nyata antara lain: (a) pekerjaan utama dengang sikap tokoh masyarakat, (b) keterdedahan media massa dengan sikap dan tindakan tokoh masyarakat. (4) Proses komunikasi Bilikom yang berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi program CSR Indocement, antara lain (a) kredibilitas sumber dengan sikap, (b) cara berbicara sumber dengan tindakan masyarakat, (c) metode komunikasi dengan sikap tokoh masyarakat. Sedangkan yang memiliki hubungan sangat nyata antara lain: (a) kredibilitas sumber dengan tindakan tokoh masyarakat, (b) intensitas umpan balik dengan pemahaman dan tindakan tokoh masyarakat. Disarankan untuk memperbaiki metode komunikasi Bilikom serta optimalisasi penggunaan media komunikasi lain seperti majalah, surat kabar atau media massa lainnya yang berhubungan dengan perusahaan maupun program CSR. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat desa mendapatkan pengetahun serta informasi yang lengkap yang nantinya akan membantu dalam pelaksanaan program CSR perusahaan.
v
vi
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
vi
vii
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN MELALUI BINA LINGKUNGAN KOMUNIKASI TERHADAP TOKOH MASYARAKAT SEKITAR (Kasus PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Kabupaten Bogor)
Oleh :
David Rizar Nugroho
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 vii
viii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis
: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN MELALUI BINA LINGKUNGAN KOMUNIKASI TERHADAP TOKOH MASYARAKAT SEKITAR (KASUS PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK., KABUPATEN BOGOR)
Nama
: David Rizar Nugroho
NIM
: I353060231
Mayor
: Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Disetujui Komisi Pembimbing,
Dr. Ir. Basita Ginting, M.A. Ketua
Ir.Hadiyanto, M.S. Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr.Ir. Djuara Lubis, M.S.
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.
Tanggal Ujian :
Tanggal Lulus :
viii
ix
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas Rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tesis yang berjudul “Efektivitas Komunikasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Melalui Bina Lingkungan Komunikasi Terhadap Tokoh Masyarakat Sekitar (Kasus PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk., Kabupaten Bogor” ini disusun untuk memenuhi tugas akhir dalam usaha mencapai gelar Magister Sains pada Mayor Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Terselesaikannya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bimbingan, perhatian, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak, sebagai berikut: 1.
Dr.Ir. Basita Ginting, M.A., pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dengan penuh kesabaran.
2.
Ir. Hadiyanto, M.S., pembimbing II yang selalu memberikan arahan dan bimbingan yang bersifat membangun.
3.
Dr.Ir. Amirudin Saleh, M.S., sebagai dosen penguji
4.
Dr.Ir. Djuara Lubis, M.S., Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian Pedesaan Sekolah Pascasarjana IPB.
5.
Segenap dosen dan staf administrasi pada Mayor Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dan Sekolah Pasca Sarjana IPB pada umumnya yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi penulis.
6.
Kepala Departemen dan staf CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian serta membantu dalam perolehan data guna menyelesaikan tesis ini.
7.
Kepala desa dan staf desa binaan serta peserta Bilikom PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam memperoleh data selama melakukan penelitian.
8.
Drs. H. Rachmat Yasin, M.M., Bupati Bogor dan keluarga, Hj. Nurhayanti, SH., M.M., M.Si, Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor, serta para kepala dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bogor.
ix
x
9.
Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si. atas segala bimbingan, masukan, dan kritikan terhadap penulis guna penyelesaian tesis ini, serta seluruh staf pengajar Program Keahlian Komunikasi Diploma IPB atas semangat dan dukungannya.
10. Agnes Setyowati, M.Hum, Dekan Fakultas Sastra Universitas Pakuan, para pembantu dekan, ketua program studi, para dosen program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Sastra Universitas Pakuan, Bogor. 11. Bapak tercinta Sutarno dan ibu terkasih Djawariah Damiati dan adik-adik tersayang Dewi Fajar Kurniasih beserta suami dan ponakan Wahyu Adam Faisalbari, Dyah Ayu Wulandari dan suami yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis sampai terselesaikannya penulisan tesis ini. 12. Dian Octavia, yang selalu mendampingi penulis dalam suka dan duka. 13. Enumerator, Inike Rahmaditiyani dan Ribut Aji W. yang setia melayani penulis dalam memperoleh data-data yang penulis perlukan selama di desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 14. Teman-teman
dan
sahabat
seperjuangan
Mayor
Studi
Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan angkatan 2006 serta kepada seluruh pihak yang turut membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis sehingga tesis ini bisa terselesaikan. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan dapat membantu bagi pihak-pihak yang memerlukannya sebagai bahan referensi.
Bogor, Juli 2011
David Rizar Nugroho
x
xi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mojokerto, Jawa Timur 13 September 1972, merupakan anak
pertama
dari
pasangan
Sutarno
dan
Djawariah
Damiati.
Penulis
menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Karawaci IV Tangerang pada tahun 1985 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1988 di SMP Negeri V Tangerang. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri Curug Tangerang diselesaikan pada tahun 1991. Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana pada tahun 1997 dengan mengambil Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra di Universitas Udayana, Bali. Lulus kuliah, penulis bekerja sebagai wartawan di Harian Pagi Radar Bogor dan saat ini menjabat sebagai Pemimpin Redaksi di Harian Pakuan Raya, sebuah surat kabar lokal yang terbit di wilayah Bogor dan sekitarnya. Selain menjadi wartawan, penulis adalah staf pegajar di Program Keahlian Komunikasi, Diploma 3 IPB dan Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Sastra Universitas Pakuan. Sejak Juni 2010, penulis diangkat sebagai staf khusus bidang komunikasi publik, merangkap juru bicara Bupati Bogor. Tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan pasca sarjana Mayor Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan di Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
xi
xii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL …………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..
xiv xv xvi
PENDAHULUAN ………………………………………………………….
1
Latar Belakang ……………………………………………………………. Perumusan Masalah ……………………………………………………… Tujuan Penelitian ………………………………………………………….. Kegunaan Penelitian ……………………………………………………... Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………...
1 4 5 6 6
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………....
8
Corporate Social Responsibility ………………………………………… Karakteristik Masyarakat ....................................................................... Opinion Leader …………………………………………………………….. Keterdedahan Media Komunikasi Perusahaan …………………………. Komunikasi Kelompok……………………………………………………… Aktivitas Komunikasi ……………………………………………………… Model Komunikasi Perusahaan…………………………………………… Hubungan dengan Komunitas ……………………………………………. Unsur-Unsur Komunikasi …………………………………………………. Kode dan Simbol Komunikasi ……………………………………………. Efektivitas Komunikasi ……………………………………………………. Harapan Masyarakat Lokal ……………………………………………….. Persepsi Masyarakat ………………………………………………………. Sikap Masyarakat ………………………………………………………….. Kajian Penelitian Terdahulu ………………………………………………..
8 15 16 19 20 21 22 22 23 25 26 30 31 32 33
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ................................................. Kerangka Pemikiran ……...................................................................... Hipotesis ……….……………………………………………………………
35 35 39
METODE PENELITIAN ……........................................................................... Rancangan Penelitian ……………………………………………………… Lokasi dan Waktu Penelitian ……….……………………………………… Populasi dan Sampel ……….……………………………………………… Teknik Pengumpulan Data ……..…………………………………………. Instrumen Penelitian …………….....………………………………………. Definisi Operasional ………. ………………………………………………. Validitas dan Reliabilitas Instrumen …………………………………… ... Analisis Data ………. ……………………………………………………….
40 40 40 40 43 43 44 47 49
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………………. Kondisi Geografis Kabupaten Bogor ……………………………………. . Kondisi Kependudukan Kabupaten Bogor ………………………………. Potensi Pertanian, Perdagangan dan Industri Kab. Bogor……………. ..
51 51 52 55
xii
xiii
Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. …………... .. Bentuk Tangung Jawab Soal PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk… Departemen CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. ……………. Bina Lingkungan Komunikasi (Bilikom) PT Indocement Tbk …………… Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………………………….. Karakteristik Personal Responden ……………………………………….. Deskripsi Proses Komunikasi Bilikom ……………………………………. Tingkat Efektivitas Komunikasi Program CSR Indocement melalui Bilikom ……………………………………………………………………..... Hubungan Karakteristik Tokoh Masyarakat dengan Efektivitas Komunikasi Program CSR Indocement …………………………………. Hubungan Umur Tokoh Masyarakat dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan ……………………………………………………………..... Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pemahaman, Sikap, dan Tindakan ……………………………………………………………………. Hubungan Pekerjaan Utama dengan Pemahaman, Sikap, dan Tindakan ……………………………………………………………………. Hubungan Jabatan dengan Pemahaman, Sikap, dan Tindakan …....... Hubungan Lama MenJabat dengan Pemahaman, Sikap, dan Tindakan …............................................................................................. Hubungan Keterdedahan Media Massa dengan Pemahaman, Sikap, dan Tindakan ………………………………………………………………. Hubungan Partisipasi Sosial dengan Pemahaman, Sikap, dan Tindakan …………………………………………………………………….. Hubungan Proses Komunikasi Bilikom dengan Efektivitas Komunikasi Program CSR Indocement ………..………………………………………. Hubungan Kredibilitas Sumber dengan Pemahaman, Sikap, dan Tindakan …………………………………………………………………….. Hubungan Cara Berbicara Sumber dengan Pemahaman, Sikap, dan Tindakan …………………………………………………………………….. Hubungan Tingkat Penggunaan Sarana Komunikasi dengan Pemahaman, Sikap, dan Tindakan ………………………………………. Hubungan Metode Komunikasi dengan Pemahaman, Sikap, dan Tindakan …………………………………………………………………….. Hubungan Intensitas Umpan Balik dengan Pemahaman, Sikap, dan Tindakan ……………………………………………………………………..
58 63 67 70 73 75 79 81 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 94 95
KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………….. Kesimpulan ……………………………………………………………........ Saran …………………………………………………………………...........
97 97 98
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………........
99
LAMPIRAN …………………………………………………………………………. 103
xiii
xiv
DAFTAR TABEL Halaman 1. Jumlah Peserta Bilikom Indocement ..……………………………..
41
2. Proporsi Pengambilan Sampel Penelitian di Desa Binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. ……………………………....
42
3. Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten Bogor ………….......
53
4. Jenis Kegiatan Community Development Program Indocement …..
69
5. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Klapanunggal, Gunung Putri, dan Citeureup Tahun 2009 .....................................................................................
73
6. Persentasi Jumlah Total UMKM di Kecamatan Klapanunggal, Gunung Putri dan Citeureup terhadap Jumlah Total UMKM di Kabupaten Bogor Tahun 2010 ………………………………………
74
7. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Personal yang Diamati . .................................................................................
76
8. Rata-Rata Skor Pendapat Tokoh Masyarakat mengenai Proses Komunikasi pada Bilikom.................................................................
79
9. Rata-Rata Skor Pendapat Tokoh Masyarakat mengenai Tingkat Efektivitas Komunikasi Program CSR melalui Bilikom .....................
81
10. Hubungan Karakteristik Tokoh Masyarakat dengan Efektivitas Komunikasi Program CSR Indocement melalui Bilikom ..................
84
11. Hubungan Proses Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi Program CSR Indocement melalui Bilikom .....................................
91
xiv
xv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka pemikiran efektivitas komunikasi program CSR Melalui Bina Komunikasi Lingkungan (Bilikom) Terhadap Masyarakat Sekitar (Kasus PT Indocement Tunggal Prakarsa. Tbk. Kabupaten Bogor) ………………………………...
39
2. Perkembangan Produktivitas Tanaman Padi Sawah dan Padi Gogo Kabupaten Bogor Tahun 2003-2009 ………………....
55
3. Jumlah Penerbitan Surat Izin Usaha dan Perdagangan (SIUP) Kabupaten Bogor Tahun 2006-2009 ...............................………...
57
4. Kedudukan Bilikom (Bina Lingkungan Dan Komunikasi) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk …………………………....
71
xv
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Hasil Uji Validitas Efektivitas Komunikasi pada Bina Lingkungan dan Komunikasi (Bilikom) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. ……………………………………….......
104
2. Hasil Uji Reliabilitas Efektivitas Komunikasi pada Bina Lingkungan dan Komunikasi (Bilikom) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. ..…………………………………………
111
3. Peta Wilayah 12 Desa Binaan Program Tanggung Jawab Sosial PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. ………………..
112
4. Hasil Pengujian Korelasi Chi-Square antara Karakteristik Responden yaitu Tingkat Pendidikan, Pekerjaan Utama dan Jabatan dengan Efektivitas Komunikasi ……………………….
113
5. Hasil Pengujian Korelasi Rank-Spearman antara Karakteristik Responden, Proses Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi ……….....................................................................
116
6. Kuesioner Penelitian ………………………………………………
118
xvi
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian Tanggung
Jawab
Sosial
Perusahaan
(TJP)
atau
Corporate
Social
Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan
sesuai
kemampuan
perusahaan
tersebut
sebagai
bentuk
tanggungjawab mereka terhadap sosial atau lingkungan sekitar di mana perusahaan itu berada. Program CSR merupakan fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era di mana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability. Ruang lingkup dari CSR itu sendiri meliputi keterlibatan perusahaan dalam kegiatan–kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat luas dan mematuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat baik yang berkaitan dengan kegiatan bisnis maupun kegiatan sosial pada umumnya serta hormat pada hak dan kepentingan stakeholders yang mempunyai kepentingan langsung ataupun tidak langsung terhadap kepentingan bisnis. Sejarah teori CSR yang mulai muncul di tahun 1950-an telah mengalami pergeseran terutama perubahan yang terjadi di tahun 1990-an. Mulai dari tingkat analisis, dapat dinyatakan bahwa sifat makrososial telah bergeser menjadi organisasional; orientasi teoritis yang tadinya lebih bersifat etis dan kewajiban telah menjadi manajerial; orientasi etis yang tadinya eksplisit telah menjadi implisit, dan hubungan antara kinerja CSR dan kinerja keuangan yang tadinya terpisah atau tidak didiskusikan sama sekali kemudian berubah menjadi hubungan yang erat. CSR telah mengalami transformasi dari sesuatu yang dianggap merupakan beban biaya bagi perusahaan, menjadi sumberdaya yang sangat penting dan wajib dilaksanakan yaitu membuat CSR menjadi cara untuk meningkatkan keuntungan ekonomi perusahaan. John Elkington (1997) merumuskan Tripple Bottom Line (TBL) atau tiga fokus utama perusahaan dalam beroperasi, yaitu manusia dan masyarakat, ekonomi dan lingkungan atau juga terkenal dengan sebutan people, profit and planet (3P). Masyarakat tergantung pada ekonomi dan ekonomi tergantung pada masyarakat dan lingkungan, bahkan ekosistem global. Ketiga komponen TBL ini tidaklah stabil,
2
melainkan dinamis tergantung kondisi dan tekanan sosial, politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan konflik kepentingan. Persoalan sosial kerap juga terjadi ketika berdirinya sebuah industri besar di dalam suatu komunitas masyarakat. Ada kecenderungan munculnya konflik akibat kehadiran perusahaan industri besar khususnya yang terkait dengan pengambilan sumberdaya
alam
seperti
industri
semen.
Di
sisi
lain,
kegiatan
industri
pertambangan membuka kesempatan kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat sekitarnya, selanjutnya terdapat juga potensi konflik sosial akibat adanya pertambangan tersebut. Ketidakpercayaan terhadap perusahaan telah menyebar luas ketika hanya sedikit orang yang mendapatkan keuntungan dari perusahaan terhadap lingkungan sosialnya. Terlebih lagi banyak keluhan pekerja mengenai peningkatan stres, bekerja melampaui batas, dan ketidaknyamanan dalam bekerja. Kondisi tersebut, perusahaan melihat izin operasional mereka secara sosial di dalam ancaman. Perusahan merespons hal tersebut dengan cara berusaha menyakinkan masyarakat bahwa mereka memiliki pengaruh positif. Implementasi CSR yang sesungguhnya berkaitan erat dengan United Millennium Declaration yang berupa Millennium Development Goals (MDGs) yang disepakati oleh 189 negara anggota PBB. Delapan tujuan MDGs adalah: 1. MDG 1: Pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim 2. MDG 2: Pemerataan pendidikan dasar 3. MDG 3: Mendukung persamaan gender dan pemberdayaan perempuan 4. MDG 4: Mengurangi tingkat kematian anak 5. MDG 5: Meningkatkan kesehatan ibu 6. MDG 6: Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya 7. MDG 7: Menjamin lingkungan hidup yang berkelanjutan 8. MDG 8: Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. CSR menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk mendorong penghapusan tingkat kemiskinan dan kelaparan, pencapaian pendidikan dasar secara universal, dapat mengembangkan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu melakukan perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya yang akhirnya mampu menjamin berlanjutnya pembangunan lingkungan serta dapat mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Adanya program CSR akan menciptakan
2
3
suatu kaitan emosional antara masyarakat dengan perusahaan yang nantinya akan berdampak pada brand awareness dan lama-kelamaan akan berkembang menjadi brand loyalty yang akan menciptakan ekuitas merek yang menguntungkan bagi perusahaan (Temporal dan Trott, 2005). PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Indocement) adalah perusahaan penghasil semen dan merupakan produsen terbesar kedua di Indonesia. Indocement menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility/CSR)
untuk
mendukung
upaya
Pemerintah
Indonesia
mencapai Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals – MDG) untuk pengentasan kemiskinan sampai tahun 2015. Perusahaan berkomitmen untuk mendukung lingkungan yang berkelanjutan dengan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil. Efisiensi penggunaan energi adalah strategi bisnis yang baik, dan menjadi landasan perusahaan dalam upayanya memenuhi peningkatan permintaan pasar secara berkelanjutan. Program CSR Indocement dikembangkan dengan mengacu pada lima pilar yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya dan agama, serta keamanan. Terkait dengan MDG, program CSR Perseroan telah mendukung pencapaian sasaran MDG 1 sampai MDG 7, dan menitikberatkan pada pengentasan kemiskinan (MDG 1) dan menjamin lingkungan hidup yang berkelanjutan (MDG 7). Efektivitas program CSR sangat tergantung dari aktivitas komunikasi yang dilakukan perusahaan, sejauh mana mendapat dukungan melalui sikap dari semua kalangan khususnya yang berkepentingan langsung terhadap kebijakan program CSR perusahaan. Komunikasi perusahaan dalam program CSR perusahaan dapat berjalan mulus apabila komunikasi yang dijalankan menghasilkan komunikasi yang efektif. Impelementasi di lapangan adalah dengan cara mensosialisasikan kebijakan seperti program CSR. Selanjutnya membuka kesempatan kepada semua pihak untuk memperkuat program sehingga dapat berjalan lancar melalui komunikasi yang efektif tersebut. Komunikasi antara perusahaan dan masyarakat, sebagai pemangku kepentingan dalam implementasi CSR sangat penting dilakukan guna terbangunnya kesamaan makna atas kehadiran perusahaan tersebut di daerah pemukiman masyarakat. Budiharsono (2003) mengemukakan, komunikasi modern bukan saja harus sanggup mengubah sikap dan suasana yang makin kondusif, melainkan harus
3
4
mampu membangun budaya baru yang sanggup menjaga suasana yang makin kondusif antara manajemen perusahaan dan masyarakat setempat. Setiap insan makin mampu, bebas dan sanggup mengembangkan prakarsa serta berpartisipasi secara
utuh
dengan
pilihan
yang
banyak
dan
demokratis
dalam
mengimplementasikan suatu program atau tujuan bersama. Efektivitas program CSR melalui Bina Lingkungan Komunikasi (Bilikom) yang dilakukan oleh Indocement sangat menentukan dalam membangun sikap masyarakat terhadap perusahaan, khususnya yang berada di sekitar beroperasinya perusahaan. Bilikom merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh Indocement untuk menjembatani kepentingan setiap stakeholders atas tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan konsep implementasi CSR, keberhasilan program sangat ditentukan peran masing-masing pemangku kepentingan. Proses komunikasi yang dilakukan perusahaan pada akhirnya akan melahirkan penilaian atau sikap terhadap citra perusahaan di mata
masyarakat setempat. Sikap masyarakat lokal sangat
ditentukan oleh proses komunikasi atas program CSR perusahaan. Tingkat efektivitas komunikasi perusahaan juga sangat ditentukan sejauh mana penilaian kalangan masyarakat lokal, pemerintah lokal, pengusaha lokal dan organisasi masyarakat khususnya yang terkait langsung dengan keberadaan perusahaan tersebut. Terkait hal tersebut, diperlukan penelitian mengenai efektivitas komunikasi program CSR Indocement melalui Bilikom terhadap masyarakat sekitar. Perumusan Masalah Perusahaan berkepentingan untuk mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sesuai dengan amanat Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT). Setiap program yang dijalankan memiliki tujuan-tujuan tertentu. diperoleh
komunitas
lokal.
Tujuan tersebut dapat berupa manfaat yang
Masyarakat
mendapatkan
lapangan
pekerjaan,
peningkatan kualitas keterampilan teknis, pengetahuan wiraswasta sehingga pendapatan masyarakat bertambah, terjadi peningkatan kualitas hidup. Selain itu adanya peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan serta sarana dan prasarana seperti jalan, jembatan, air bersih dan penerangan bagi masyarakat. Di sisi internal perusahaan juga memungkinkan untuk menginginkan terjadinya
4
5
penambahan keuntungan maupun perolehan citra yang positif dari program CSR. Masyarakat sebagai penerima program CSR tentunya dapat merasakan manfaat, baik langsung maupun tidak langsung sehingga dapat mengusung hal-hal positif. Bagi perusahaan, program CSR dapat berguna untuk mempertahankan usaha perusahaan dengan membangun citra positif kepada masyarakat secara umum dan komunitas lokal secara khusus. Berdasarkan pemaparan latar belakang penelitian di atas, maka fokus penelitian ini adalah pentingnya pengukuran efektivitas komunikasi program CSR perusahaan melalui Bilikom (Bina Lingkungan Komunikasi) di desa binaan Indocement. Penelitian dilakukan dengan mengungkapkan hubungan antara karakteristik tokoh masyarakat sebagai wakil masyarakat dan proses komunikasi dengan efektivitas komunikasi program CSR melalui Bilikom. Efektivitas komunikasi program CSR di masyarakat lokal dipengaruhi karakteristik tokoh masyarakat dan proses komunikasi. Efektivitas komunikasi perusahaan melalui program CSR berhubungan erat dengan proses komunikasi perusahaan dengan masyarakat. Beberapa pertanyaan penelitian secara spesifik dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik tokoh masyarakat dan proses komunikasi Bilikom? 2. Bagaimana hubungan karakteristik tokoh masyarakat dengan efektivitas komunikasi perusahaan? 3. Bagaimana hubungan proses komunikasi Bilikom dengan efektivitas komunikasi perusahaan? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengukur efektivitas komunikasi program CSR Indocement melalui Bilikom. Lebih spesifik, tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Mendeskripsikan karakteristik tokoh masyarakat dan proses komunikasi Bilikom di desa binaan program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Kabupaten Bogor. 2. Menjelaskan hubungan karakteristik tokoh masyarakat dengan efektivitas komunikasi perusahaan.
5
6
3. Menjelaskan
hubungan
proses
komunikasi
Bilikom
dengan
efektivitas
komunikasi perusahaan di desa binaan program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Kabupaten Bogor. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian
ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh komponen
masyarakat yang berkepentingan dalam pelaksanaan program CSR perusahaan. Khususnya hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai rekomendasi untuk: 1. Memberikan perluasan wawasan akademis tentang komunikasi
perusahaan
dan informasi penerapan program CSR perusahaan. 2. Bahan informasi dan masukan dalam melakukan advokasi kebijakan bagi organisasi masyarakat dan LSM yang berbasis lokal khususnya yang berbasis implementasi program CSR. 3. Bahan masukan dan studi banding bagi peneliti, pengusaha dan pihak-pihak yang membutuhkan informasi pelaksanaan program CSR.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian kasus yang bersifat deskriptif korelasional. Metode survei digunakan untuk mendapatkan fakta-fakta yang faktual, baik tentang sosial, ekonomi dan politik terkait peran efektivitas komunikasi perusahaan pada program CSR melalui Bilikom pada sejumlah sampel yang dipilih. Populasi penelitian adalah para pemangku kepentingan program CSR Indocement yaitu tokoh masyarakat. Indocement termasuk salah satu perusahaan yang sudah menerapkan dan merealisasikan program CSR perusahaan sebagai bagian dari kewajiban dan tanggungjawab sosial perusahaan dalam mengimplementasikan kewajibannya khususnya di Kabupaten Bogor. Berdasarkan hal tersebut komunikasi perusahaan tidak selalu berjalan baik dalam mengimplementasikan program CSR. Hal ini disebabkan belum efektifnya komunikasi yang dilakukan dengan masyarakat lokal yang menjadi sasaran implementasi program CSR. Kabupaten Bogor memiliki potensi dalam berkembangnya industri besar yang secara historis awalnya bukan sebagai daerah Industri. Saat ini, Kabupaten Bogor sudah berkembang menjadi salah satu pusat industri besar di Indonesia, hal
6
7
ini bisa dilihat dengan makin banyaknya industri besar berdiri di Bogor. Indocement merupakan salah satu perusahaan besar yang sudah lama berdiri dan berkembang di tengah-tengah masyarakat sekaligus sudah melaksanakan kewajibannya dalam program CSR. Lebih umum ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas komunikasi perusahaan pada penyampaian informasi program CSR melalui Bilikom terhadap masyarakat sekitar. Lebih spesifik, tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah mendeskripsikan karakteristik tokoh masyarakat, proses komunikasi dalam Bilikom dan efektivitas komunikasi. Menganalisis hubungan antara karakteristik tokoh masyarakat dan proses komunikasi terhadap efektivitas komunikasi
perusahaan pada penyampaian informasi mengenai program CSR
perusahaan.
7
8
TINJAUAN PUSTAKA
Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility
(CSR) saat menjadi frase yang semakin
populer dan banyak diterapkan perusahaan di berbagai belahan dunia. Tanggung Jawab Sosial Korporasi (Corporate Social Responsibility) telah menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak lama yaitu sekitar abad 17 dan mengalami perkembangan kajian yang mencerminkan dinamika implementatif yang terus mengalami perubahan. CSR duimulai diterapkan pada tahun 1700-an. Hal tersebut terbukti dalam Kode Hammurabi (1700-an SM) yang berisi 282 hukum telah memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Dalam Kode Hammurabi disebutkan bahwa hukuman mati diberikan kepada orang-orang yang menyalahgunakan ijin penjualan minuman, pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung di bawah standar sehingga menyebabkan kematian orang lain. Perhatian para pembuat kebijakan tentang CSR menunjukkan telah adanya kesadaran bahwa terdapat potensi timbulnya dampak buruk dari kegiatan usaha. Dampak buruk tersebut tentunya harus direduksi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan kemaslahatan masyarakat sekaligus tetap ramah terhadap iklim usaha. Pada
Tahun
1940-an
CSR
dikenal
dengan
istilah
pengembangan
masyarakat (Community Development). Secara resmi istilah Comdev dipergunakan di Inggris 1948, untuk mengganti istilah mass education (pendidikan massa). Akar munculnya model pengembangan masyarakat (Community Development) terkait dengan disiplin ilmu pendidikan (education). Di Amerika Serikat pengembangan masyarakat juga berakar dari disiplin pendidikan di tingkat pedesaan (rural extension program), sedangkan di perkotaan mereka mengembangkan organisasi komunitas (community organization) yang bersumber dari ilmu kesejahteraan Sosial yang diawali pada tahun 1873.1
1
NN.Sejarah CSR. http://csrjatim.org/2/data/sejarah-csr.pdf [Diakses 3 Juli 2011]
8
9
Pengembangan masyarakat merupakan pembangunan alternatif yang komprehensif dan berbasis komunitas yang dapat melibatkan baik oleh Pemerintah, swasta, ataupun oleh lembaga-lembaga non pemerintah. Dari segi tujuan dapat bersifat spesifik, tidak selalu multi-tujuan. Beberapa alternatif pendekatan yang pernah terjadi di Amerika Serikat terkait dengan pengembangan masyarakat, antara lain: (1) pendekatan komunitas, (2) pendekatan pemecahan masalah, (3) pendekatan eksperimental, (4) pendekatan konflik kekuatan, (5) pengelolaan sumberdaya alam, dan (6) perbaikan lingkungan komunitas masyarakat perkotaan. Pendekatan
komunitas
merupakan
pendekatan
yang
paling
sering
dipergunakan dalam pengembangan masyarakat. Pendekatan ini mempunyai tiga ciri utama (1) basis partisipasi masyarakat yang luas, (2) fokus pada kebutuhan sebagian besar warga komunitas, dan (3) bersifat holistik. Pendekatan ini menaruh perhatian pada kepentingan hampir semua warga. Keunggulan pendekatan ini adalah adanya partisipasi yang tinggi dari warga dan pihak terkait dalam pengambilan keputusan (perencanaan) dan pelaksanaan, serta dalam evaluasi dan menikmati hasil kegiatan bersama warga komunitas. Comdev semakin menjadi kebutuhan tidak saja bagi masyarakat, tetapi juga perusahaan. Perusahaan bukan lagi merupakan kesatuan yang independen dan terisolasi, sehingga manajer tidak hanya bertanggung jawab kepada pemilik tetapi juga kepada kepentingan yang lebih luas yang membentuk dan mendukungnya dari lingkungan
sekitarnya.
Dalam
mengejar
tujuan
ekonomisnya,
perusahaan
menimbulkan berbagai konsekuensi sosial lainnya, baik kemanfaatan (keamanan, kenyamanan, dan kemakmuran bagi masyarakat) maupun biaya sosial (degradasi potensi sumberdaya lingkungan, limbah dan pencemaran). Perkembangan lebih lanjut, konsep Comdev ini mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap CSR. Literatur-literatur awal yang membahas CSR pada tahun 1950-an menyebut CSR sebagai Social Responsibility (SR bukan CSR). Tidak disebutkannya kata corporate dalam istilah tersebut kemungkinan besar disebabkan pengaruh dan dominasi korporasi modern belum terjadi atau belum disadari. Menurut Howard R. Bowen dalam bukunya: “Social Responsibility of The Businessman” dapat dianggap sebagai tonggak bagi CSR modern. Pada tahun 1960-an banyak usaha dilakukan untuk memberikan formalisasi definisi CSR. Salah satu akademisi CSR yang terkenal pada masa itu adalah Keith Davis. Davis dikenal karena berhasil
9
10
memberikan pandangan yang mendalam atas hubungan antara CSR dengan kekuatan bisnis. Davis mengutarakan “Iron Law of Responsibility” yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial pengusaha sama dengan kedudukan sosial yang mereka miliki (social responsibilities of businessmen need to be commensurate with their social power). Sehingga, dalam jangka panjang, pengusaha yang tidak menggunakan kekuasaan dengan bertanggungjawab sesuai dengan anggapan masyarakat akan kehilangan kekuasaan yang mereka miliki sekarang. Kata corporate mulai dicantumkan pada masa ini. Hal ini bisa jadi dikarenakan sumbangsih Davis yang telah menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tanggung jawab sosial dengan korporasi.2 Tahun 1963, Joseph W. McGuire memperkenalkan istilah Corporate Citizenship. McGuire menyatakan bahwa: “The idea of social responsibilities supposes that the corporation has not only economic and legal obligations but also certain responsibilities to society which extend beyond these obligations”. McGuire kemudian menjelaskan lebih lanjut kata “beyond” dengan menyatakan bahwa korporasi harus memperhatikan masalah politik, kesejahteraan masyarakat, pendidikan,
“kebahagiaan”
karyawan
dan
seluruh
permasalahan
sosial
kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu korporasi harus bertindak “baik,” sebagai mana warga negara (citizen) yang baik.3 Tahun 1971, Committee for Economic Development (CED) menerbitkan Social Responsibilities of Business Corporations. Penerbitan yang dapat dianggap sebagai code of conduct bisnis tersebut dipicu adanya anggapan bahwa kegiatan usaha memiliki tujuan dasar untuk memberikan pelayanan yang konstruktif untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat. CED merumuskan CSR dengan menggambarkannya dalam lingkaran konsentris. Lingkaran dalam merupakan tanggungjawab dasar dari korporasi untuk penerapan kebijakan yang efektif atas pertimbangan ekonomi (profit dan pertumbuhan); Lingkaran tengah menggambarkan tanggung jawab korporasi untuk lebih sensitive terhadap nilai-nilai dan prioritas sosial yang berlaku dalam menentukan kebijakan mana yang akan diambil; Lingkaran luar menggambarkan tanggung jawab yang mungkin akan muncul seiring
2 3
Loc.cit Loc.cit
10
11
dengan meningkatnya peran serta korporasi dalam menjaga lingkungan dan masyarakat. Tahun 1970-an juga ditandai dengan pengembangan definisi CSR. Dalam artikel yang berjudul “Dimensions of Corporate Social Performance”, S. Prakash Sethi memberikan penjelasan atas perilaku korporasi yang dikenal dengan social obligation, social responsibility, dan social responsiveness. Menurut Sethi, social obligation adalah perilaku korporasi yang didorong oleh kepentingan pasar dan pertimbanganpertimbangan hukum. Dalam hal ini social obligatioan hanya menekankan pada aspek ekonomi dan hukum saja. Social responsibility merupakan perilaku korporasi yang tidak hanya menekankan pada aspek ekonomi dan hukum saja tetapi menyelaraskan social obligation dengan norma, nilai dan harapan kinerja yang dimiliki oleh lingkungan sosial. Social responsivenes merupakan perilaku korporasi
yang
secara
responsif
dapat
mengadaptasi
kepentingan
sosial
masyarakat. Social responsiveness merupakan tindakan antisipasi dan preventif. Dari pemaparan Sethi dapat disimpulkan bahwa social obligation bersifat wajib, social responsibility bersifat anjuran dan social responsivenes bersifat preventif. Dimensidimensi kinerja sosial (social performance) yang dipaparkan Sethi juga mirip dengan konsep lingkaran konsentris yang dipaparkan oleh CED. Tahun1980-an perkembangan CSR ditandai dengan usaha-usaha yang lebih terarah untuk lebih mengartikulasikan secara tepat apa sebenarnya corporate responsibility. Walaupun telah menyinggung masalah CSR pada 1954. Teori manajemen Peter F. Drucker baru mulai membahas secara serius bidang CSR pada tahun 1984 , Drucker memberikan ide baru agar korporasi dapat mengelola aktivitas CSR yang dilakukannya dengan sedemikian rupa sehingga tetap akan menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.4 Tahun 1987, Persatuan Bangsa-Bangsa melalui World Commission on Environment and Development (WECD) menerbitkan laporan yang berjudul “Our Common Future” – juga dikenal sebagai Brundtland Report untuk menghormati Gro Harlem Brundtland yang menjadi ketua WECD waktu itu. Laporan tersebut menjadikan isu-isu lingkungan sebagai agenda politik yang pada akhirnya bertujuan
4
Loc.cit
11
12
mendorong pengambilan kebijakan pembangunan yang lebih sensitif pada isu-isu lingkungan. Laporan ini menjadi dasar kerjasama multilateral dalam rangka melakukan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Earth Summit dilaksanakan di Rio de Janeiro pada 1992. Dihadiri oleh 172 negara dengan tema utama Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan. Menghasilkan Agenda 21, Deklarasi Rio dan beberapa kesepakatan lainnya. Hasil akhir dari pertemuan tersebut secara garis besar menekankan pentingnya ecoefficiency dijadikan sebagai prinsip utama berbisnis dan menjalankan pemerintahan. Di antara negara-negara di Asia, penetrasi aktivitas CSR di Indonesia masih tergolong rendah. Pada tahun 2005 baru ada 27 perusahaan yang memberikan laporan mengenai aktivitas CSR yang dilaksanakannya. Menguatnya terpaan prinsip good corporate governance seperti fairness, transparency, accountability, dan responsibility telah mendorong CSR semakin besar artinya bagi dunia bisnis (Nursahid, 2006). Di Indonesia, CSR semakin menguat terutama setelah dinyatakan dengan tegas dalam UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 74 ayat 1, 2, 3, dan 4 tentang Perseroan Terbatas (PT). UU tersebut menyebutkan bahwa “(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atas berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. (2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.” Beberapa produk hukum yang mengatur mengenai pelaksanaan tanggung jawab sosial adalah Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perseroan Terbatas mempunyai kedudukan mandiri, artinya kedudukannya dalam hukum dipandang berdiri otonom terlepas dari orangperorangan yang berada dalam perseroan terbatas tersebut. Pasal 74 undangUndang
Perseroan
Terbatas
membahas
lebih
lanjut
mengenai
kewajiban
perusahaan melakukan CSR. Tidak semua pelaku bisnis menolak ketentuan UU.
12
13
No. 40 Tahun 2007 ini, untuk kewajiban melakukan CSR sebaiknya diimbangi dengan insentif pajak. Tanpa insentif pajak perusahaan bisa menempuh berbagai cara agar kewajiban tersebut tidak dilaksanakan. CSR didefinisikan sebagai komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi
dalam
pengembangan
ekonomi
yang
berkelanjutan
dengan
memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan (Suhandari M. Putri dalam Untung, 2008). CSR menurut Suharto (2008) diartikan sebagai komitmen industri untuk mempertanggungjawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan serta menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkunganya. Keberadaan perusahaan idealnya bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Prinsip dasar CSR adalah pemberdayaan masyarakat setempat. Terkait dengan praktek CSR, pengusaha dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yakni hitam, merah, biru, dan hijau. Kelompok hitam adalah mereka yang tidak peduli dengan CSR, menjalankan bisnis hanya untuk kepentingan sendiri, tidak peduli pada aspek
sosial
dan
lingkungan
bahkan
tidak
memperhatikan
kesejahteraan
karyawannya. Kelompok merah adalah mereka yang mulai melaksanakan CSR, tetapi hanya memandangnya sebagai komponen biaya yang akan mengurangi keuntungannya. Kelompok biru, perusahaan yang menilai praktek CSR akan memberikan dampak positif bagi usahanya karena merupakan investasi, bukan biaya. Kelompok hijau sendiri merupakan perusahaan yang menempatkan CSR pada strategi inti dan jantung bisnisnya, dianggap sebagai kebutuhan yang merupakan modal sosial. Melaksanakan
CSR
secara
konsisten
dalam
jangka
panjang
akan
menumbuhkan rasa penerimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan. Kecenderungan akhir-akhir ini di Indonesia banyak korporasi industri tambang telah menjalankan prinsip-prinsip CSR dalam tataran praktis, yaitu sebagai pengkaitan antara pengambilan keputusan dengan nilai etika, kaidah hukum serta menghargai manusia, masyarakat, dan lingkungan. Jika dipetakan, definisi CSR yang relatif mudah dipahami dan bisa dioperasionalkan adalah dengan mengembangkan konsep tripple bottom lines (Elkington, 1998) dan menambahkannya dengan satu line tambahan, yakni
13
14
procedure dengan demikian definisi CSR adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional (Suharto, 2007). Princess of Wales Foundation menjelaskan, terdapat lima hal penting yang dapat mempengaruhi implementasi CSR. Human Capital atau pemberdayaan masyarakat; environments yang berbicara mengenai lingkungan; Good Coorporate Governance, mekanisme bagaimana sumberdaya perusahaan dialokasikan menurut aturan “hak” dan “kuasa”; social cohesion, dalam pelaksanaan CSR jangan sampai menimbulkan kecemburuan sosial; dan economic strenght, atau memberdayakan lingkungan menuju kemandirian ekonomi. Tanggal 26 Juli 2000, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendeklarasikan Global Compact Program sebagai sebuah gerakan internasional yang bersifat sukarela. Hal ini ditujukan kepada dunia bisnis, institusi, dan LSM di seluruh dunia untuk menerapkan sepuluh prinsip tentang Hak Asasi Manusia (HAM), tenaga kerja, lingkungan dan anti korupsi. Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi jembatan bagi kepentingan masyarakat
internasional
dan
kepentingan
bisnis perusahaan.
Kesepuluh prinsip tersebut merupakan turunan dari peraturan-peraturan yang ada sebelumnya yakni prinsip dasar International Labour Organization (ILO) tentang Hak di tempat kerja, serta Deklarasi RIO tentang Lingkungan dan Pembangunan. Setelah hampir satu dekade didiskusikan secara mendalam, tanggal 1 November 2010 lalu sebuah ‘standar’ mengenai bagaimana tanggung jawab sosial seharusnya dilaksanakan diluncurkan. Dokumen ISO 26000:2010 Guidance on Social Responsibility itu utamanya berisikan definisi, prinsip, subjek inti dan petunjuk bagaimana prinsip dan subjek inti tersebut ditegakkan di dalam organisasi. ISO 26000 mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.
14
15
Subjek inti tanggung jawab sosial itu menurut ISO 2600 sangat luas, merentang mulai dari: 1. Tata kelola perusahaan/ Good Corporate Governance 2. Hak Azasi Manusia (HAM) 3. Ketenagakerjaan 4. Lingkungan 5. Praktik operasi yang adil 6. Konsumen 7. Pelibatan dan pengembangan masyarakat. ISO 26000 menekankan pentingnya memperhatikan ekspektasi pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap perusahaan. Untuk mengetahui apa saja ekspektasi tersebut, tentu perusahaan harus mengetahui siapa saja yang masuk sebagai pemangku kepentingannya (stakeholders mapping).
Tanpa hal tersebut
mustahil perusahaan bisa mengetahui isu-isu apa saja yang mereka perhatikan dan relevan untuk perusahaan.
Karakteristik Masyarakat Pemahaman akan karakteristik masyarakat sasaran adalah penting untuk menyusun strategi karena dengan memahami profil/karakterisrik tersebut dapat diketahui secara baik segala aspek yang berhubungan dengan kondisi sasaran. DeVito (1997) menerangkan bahwa dalam memberikan informasi ataupun mempengaruhi khalayak harus memperhatikan beberapa peubah dari karakteristik personal khalayak tersebut, diantaranya: umur, jenis kelamin, faktor budaya, pekerjaan, pendapatan, status, dan agama. Profil/karakteristik atau individu adalah ciri-ciri atau sifat pribadi yang dimiliki seseorang dan ditentukan oleh status demografik, psikografik, dan geografik yang diwujudkan dalam pola pikir, sikap, dan tindakan terhadap lingkungan kehidupannya. Siagian (Erwiantono, 2004) mengemukakan bahwa umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan keluarga, dan lamanya berinteraksi dengan seseorang atau lingkungannya merupakan karakteristik biografi yang berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap obyek tertentu. Lebih lanjut ditambahkan Taryoto (Erwiantono, 2004) bahwa selain faktor individu, faktor utama yang menentukan pembentukan dan perubahan sikap adalah faktor lingkungan atau
15
16
faktor yang berada di luar individu. Setiap faktor di luar individu merupakan rangsangan atau stimuli yang dapat merubah atau membentuk sikap seseorang. Faktor-faktor luar yang dapat menentukan sikap seseorang: norma sosial, kebiasaan, dan pandangan atau persepsi seseorang mengenai akibat atau konsekuensi perilaku yang diambil. Rogers (2003) mengemukakan bahwa terdapat tiga kategori dari karakteristik adopter untuk penerimaan suatu hasil inovasi maupun hasil penelitian, yaitu : 1.
Status sosial ekonomi yang meliputi : umur, pendidikan formal, status sosial, serta tingkat mobilitas sosial.
2.
Peubah personal yang meliputi : empati, tingkat dogmatis, rasionalistis dan fatalis, intelegensi, kemudahan dalam menerima perubahan sikap dan ilmu pengetahuan, kemudahan dalam menghadapi ketidakpastian dan resiko, serta tingkat aspirasi terhadap pendidikan, pekerjaan, dan status.
3.
Perilaku komunikasi yang meliputi : partisipasi sosial, tingkat keterlibatan dalam jaringan komunikasi pada suatu sistem sosial, kekosmopolitan, hubungan dengan agen pembaharu, tingkat keterdedahan terhadap saluran komunikasi interpersonal dan media massa, keaktifan mencari informasi suatu inovasi, tingkat pengetahuan atas suatu inovasi dan derajat kepemimpinan.
Opinion Leader Di dalam suatu masyarakat biasanya ada orang-orang tertentu yang menjadi tempat bertanya dan meminta nasehat oleh anggota masyarakat lainnya mengenai urusan-urusan tertentu. Mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam bertindak dalam cara-cara tertentu. Biasanya mereka itu menduduki jabatan formal, tetapi pengaruh tersebut berlaku secara informal, dan pengaruh itu tumbuh bukan ditunjang oleh kekuatan atau birokrasi formal. Jadi kepemimpinan mereka bukan ditunjang oleh kekuatan karena jabatan resminya, melainkan kemampuan dan hubungan antar pribadi
mereka dengan anggota masyarakat.
Orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain menurut Rogers dan Shoemaker (1995), disebut sebagai tokoh masyarakat, pemuka pendapat, pemimpin informal (Opinion Leader). Istilah opinion leader menjadi perbincangan dalam literatur komunikasi sekitar tahun 1950-1960-an sebelumnya literatur komunikasi sering digunakan kata-
16
17
kata influentials, influencers atau tastemakers untuk menyebut opinion leader. Kata opinion leader lebih sering dikenal di masyarakat pedesaan, sebab pada saat itu tingkat media masih rendah serta pendidikan yang belum maju. Jadi kebutuhan akan informasi dipedesaan diterima dari mereka yang mempunyai pemahaman yang tinggi serta kebutuhan akan media yang tidak rendah. Gonzalez dalam Hanafi (2002) mengatakan, pemuka-pemuka opini ialah orang-orang lain secara teratur pada isu-isu tertentu. Karakteristik pemuka-pemuka opini ini bervariasi menurut tipe kelompok yang mereka pengaruhi. Jika pemukapemuka opini terdapat dalam kelompok yang bersifat inovatif, maka mereka biasanya lebih inovatif daripada anggota kelompok tersebut. Everett M. Rogers (2003) menjelaskan, terdapat tiga cara mengukur dan mengetahui adanya opinion leader yaitu : 1.
Metode Sosiometrik. Di dalam metode ini, masyarakat ditanya kepada siapa mereka meminta nasihat atau mencari informasi mengenai masalah kemasyarakatan yang dihadapinya. Seseorang yang paling banyak mengetahui dan dimintai nasihat tentang masalah tersebut dapat dikategorikan sebagai opinion leader.
2.
Informast Ratting. Metode ini mengajukan pertanyaan tertentu kepada orang/responden yang dianggap sebagai key informants dalam masyarakat mengenai siapa yang dianggap masyarakat sebagai pemimpin mereka. Responden tersebut harus teliti dalam memilih siapa yang benar-benar harus memimpin dalam masyarakat tersebut, dari segi kepribadian, pendidikan, serta tindakan yang dilakukannya terhadap masyarakat.
3.
Self Designing Method. Metode ini mengajukan pertanyaan kepada responden dan meminta tendensi orang lain untuk menunjuk siapa yang mempunyai pengaruh. Contohnya seseorang memerlukan suatu informasi sehingga perlu meminta keterangan kepada ibu atau bapak. Jika jawabannya tidak maka hal tersebut belum menunjukkan siapa yang sering dimintai keterangan. Hal ini sangat bergantung kepada ketepatan responden untuk mengindentifikasi dirinya sebagai pemimpin. Rogers dan Shoemaker (1995) menjelaskan, opinion leader dalam
masyarakat memiliki beberapa karakteristik :
17
18
1.
Komunikasi Eksternal. Opinion leader memiliki akses di media massa yang lebih besar dibandingkan dengan anggota masyarakat. Di samping itu Opinion leader memiliki kompetensi yang dipercayainya sebagai pembuka ide-ide baru terhadap lingkungan mereka. Opinion leader juga lebih kosmopolit dibandingkan anggota masyarakat sehingga memiliki hubungan lebih dekat dengan agen perubahan.
2.
Aksesibilitas. Opinion leader harus memiliki hubungan interpersonal yang ekstensif dengan para pengikutnya. Salah satu indikator aksesibilitas adalah partisipasi sosial, komunikasi tatap muka mengenai ide pada pertemuan formal organisasi, termasuk diskusi informal.
3.
Status sosioekonomi. Rata-rata opinion leader memiliki status sosioekonomi yang lebih tinggi dibandingkan anggota masyarakat lain.
4.
Keinovatifan. Bila opinion leader dianggap teman-temannya sebagai ahli yang dapat dipercaya dan kompeten dalam inovasi. Di samping itu menurut Floyd Ruch dalam Umri 2008 syarat seorang
pemimipin (termasuk Opinion Leader) antara lain : •
Social perception, artinya seorang pemimpin harus dapat memiliki ketajaman dalam menghadapi situasi.
•
Ability in abstrac thinking, artinya pemimpin harus memiliki kecakapan secara abstrak terhadap masalah yang dihadapi.
•
Emotional stability, artinya pemimpin harus memiliki perasaan stabil, tidak mudah terkena pengaruh dari luar ( yang tidak dinyakini dan bertoloak belakang dengan kenyakinan masyarakat)5. Salah satu keunggulan opinion leader dibanding dengan masyarakat
kebanyakan adalah opinion leader itu lebih mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya, lebih kompeten dan lebih tahu memelihara norma yang ada. Opinion leader menjadi salah satu unsur yang sangat mempengaruhi arus komunikasi. Khususnya di pedesaan berbagai perubahan dan kemajuan masyarakat
5
Umri K. 2008. Peranan Opinian Leader dalam Sistem Komunikasi. http://umrikebo.blogspot.com/2008/10/peranan-opinion-leader-dalam-sistem.html.[Diakses 20 Februari 2011]
18
19
sangat ditentukan oleh opinion leader. Opinion leader di sini dapat berperan memotivasi masyarakat agar ikut serta secara aktif dalam pembangunan. Opinion leader bukan manusia yang serba tahu akan segala hal, tetapi kelebihannya adalah bahwa mereka diangap orang yang lebih peka serta tahu adat kebiasaan masyarakat. Mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi serta selalu siap memantau perubahan sosial di lingkungannya. Di desa terdapat kecenderungan dalam masyarakat, di mana warga masyarakat akan lebih sering berkomunikasi sesama mereka dengan memilih tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi. Mereka misalnya, akan lebih tertarik dengan individu yang hanya lulusan SD dan SMP dibanding dengan lulusan universitas. Sebagaimana yang dikatakan Everett M. Rogers dan Shoemaker (1995) “bahwa orang – orang yang paling tinggi status sosialnya dalam sistem sosial jarang sekali untuk berinteraksi langsung dengan orang-orang yang paling rendah status sosialnya”. Keterdedahan Media Komunikasi Perusahaan Keterdedahan sebagai padanan kata media exposure yang umum dipakai dalam penelitian komunikasi melalui media massa. Keterdedahan berkaitan dengan aktivitas pencarian informasi berupa aktivitas mendengarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum mengalami, dengan sedikitnya sejumlah perhatian minimal pada
pesan
media.
Keterdedahan
terhadap
media
komunikasi
adalah
mendengarkan, melihat membaca, atau secara lebih umum mengalami dan dengan sedikitnya ada perhatian minimal pada pesan media (Rakhmat, 2007b). Agar tujuan tercapai, keterdedahan sasaran perlu mendapatkan perhatian perusahaan melalui pemilihan model dan aktivitas komunikasi yang tepat, baik dengan melalui media massa maupun melalui komunikasi interpersonal. Keterdedahan seseorang terhadap media komunikasi mempunyai korelasi yang sangat tinggi antara satu dengan lainnya, sehingga dapat dibuat suatu indeks keterdedahan pada media komunikasi (Rogers, 2003). Rogers (2003) menjelaskan tiap indikator keterdedahan pada media komunikasi
paling
tidak
dikotomikan
sebagai
sedikitnya
pernah
terdedah
(minimalnya membaca dalam seminggu) dan tidak terdedah. Peran media komunikasi menggambarkan cara-cara tertentu dalam seluruh proses terintegrasi dengan jaringan komunikasi sosial yang lebih luas. Suatu komunikasi perusahaan
19
20
berhasil apabila sasaran terdedah oleh aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh media komunikasi perusahaan tersebut. Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Arifin, 1984). Michael Burgoon dalam Wiryanto, (2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Tak heran jika kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfaction). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektivannya dapat dilihat dari berapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu: (1) ukuran kelompok, (2) jaringan komunikasi, (3) kohesi kelompok, (3) kepemimpinan (Rakhmat, 2007a).
20
21
Aktivitas Komunikasi Aktivitas komunikasi adalah proses dalam berkomunikasi yang merupakan semua kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh informasi. Barlund dalam Liliweri (1997) menyatakan proses komunikasi dimaksudkan sebagai serial gerakan yang memberi dan menerima pesan yang bermanfaat untuk mencapai tujuan akhir. Tubbs dan Moss (2005a) mengemukakan aktivitas komunikasi adalah aktivitas yang dilakukan seseorang dalam usaha memperoleh informasi. Aktivitas komunikasi dapat berarti tindakan atau respons seseorang terhadap sumber dan pesan. Pendekatan komunikasi interpersonal, di mana komunikasi ditekankan pada konsep saling membagi pengalaman maka tindakan atau respons seseorang terjadi dalam kapasitasnya sebagai perilaku komunikasi. Ahmadi (1999) mengemukakan aktivitas komunikasi dipengaruhi faktor intern dan ekstern. Faktor intern atau faktor personal merupakan faktor yang berpusat pada personal, berupa sikap dan kepribadian. Faktor ekstern dibagi menjadi dua kelompok, yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis terlibat dalam seluruh aktivitas manusia dan berpadu dengan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis sangat mempengaruhi berlangsungnya komunikasi misalnya kesiapan untuk melihat dan membaca yang berhubungan dengan indera penglihatan, kesiapan untuk mendengarkan suara yang berhubungan dengan indera pendengaran, sedangkan faktor sosiopsikologis adalah faktor yang berkaitan dengan aspek kesiapan emosional dan konatif yang berhubungan dengan kemauan bertindak (Rakhmat 2007). Rogers dan Rogers (1976) menjelaskan, faktor intern merupakan faktor kemauan, pengetahuan, dan pengertian seseorang untuk melakukan sesuatu. Faktor ini mempengaruhi berlangsungnya aktivitas komunikasi yang pada akhirnya akan menentukan berhasil tidaknya (efektif) suatu komunikasi. Faktor situasional atau faktor eksternal juga mempengaruhi aktivitas komunikasi seseorang sebagai cerminan dari perilaku seseorang. Faktor situasional merupakan aspek yang berasal dari luar pribadi yang berpengaruh terhadap perilaku. Samson dalam Rakhmat (2007b) membagi faktor situasional ke dalam tiga kelompok yaitu : 1) aspek obyektif dari lingkungan seperti geografis, sosial, temporal, dan suasana pelaku, 2) lingkungan psikososial seperti iklim organisasi/ kelompok, 3) stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku seperti orang lain.
21
22
Model Komunikasi Perusahaan Komunikasi perusahaan umumnya bertujuan untuk menukarkan informasi pesan antara perusahaan dan publiknya. Empat model komunikasi yang digunakan dalam komunikasi
yaitu model publisitas, model informasi, model asimetris dua
arah, dan model ko-orientasi. Model publisitas menekankan pola pesan satu arah dari sumber tanpa terlalu memperhatikan kebenaran informasi yang disampaikan. Model informasi masih bersifat satu arah, namun telah mementingkan kebenaran informasi. Model ini memandang sebagai sasaran yang rasional dan apabila diberi cukup informasi yang benar dan lengkap akan mendatangkan keputusan yang benar pada satu isu. Model asimetris dua arah telah bersifat dua arah dengan mencoba menangkap umpan balik dari publik. Model ini memandang penting untuk mengetahui posisi pada isu. Penyampaian pesan memakai prinsip persuasi dalam upaya mengubah orientasi dari publiknya terhadap perusahaan, tetapi juga menggambarkan bahwa perusahaan dan publiknya bersama-sama menyesuaikan persepsi tentang suatu ide atau sikap.
Hubungan dengan Komunitas Peak dalam Effendy (1998) menyatakan hubungan dengan komunitas adalah suatu fungsi hubungan masyarakat yang merupakan partisipasi suatu lembaga yang berencana, aktif, dan berkesinambung dengan dan di dalam komunitas untuk memelihara dan membina lingkungannya, demi keuntungan dua belah pihak, lembaga/ perusahaan dan komunitas. Cutlip dan Center dalam Effendy 1998) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan hubungan dengan masyarakat, penting diketahui apa yang diinginkan oleh masyarakat bagi kesejahteraannya. Kepentingan masyarakat tersebut mencakup sebelas unsur, yaitu : (1) kesejahteraan komersial, (2) dukungan agama, (3) lapangan pekerjaan, (4) fasilitas pendidikan yang memadai, (5) hukum, ketertiban, dan keamanan, (6) pertumbuhan penduduk, (7) perumahan beserta kebutuhannya yang sesuai, (8) kesempatan berekreasi dan berkebudayaan yang bervariasi, (9) perhatian terhadap keselamatan umum, (10) penanganan kesehatan yang progresif, dan (11) pemerintah ketataprajaan yang mantap.
22
23
Perusahaan harus dapat merespons keinginan masyarakat terutama masalah sosial. Agar hal tersebut dapat terwujud, perusahaan perlu berhubungan langsung dengan berbagai aktivitas yang dibutuhkan masyarakat. Rencana strategis yang dilakukan di antaranya yaitu, sensitif terhadap isu kebijakan publik, mengetahui dan melakukan tanggung jawab sosial yang penting untuk dilakukan dan melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terkait untuk memperoleh persamaan persepsi terhadap berbagai perbedaan antara masyarakat dengan perusahaan (Heath and Bryant, 2000) Unsur-Unsur Komunikasi Effendy (1992) mengatakan bahwa istilah komunikasi bermula dari fenomena sosial, kemudian menjadi ilmu yang secara akademik berdisiplin mandiri. Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari kata latin "communicatio". Istilah tersebut bersumber dari perkataan "communis"
yang berarti sama, sama
makna atau sama arti. Komunikasi dapat diartikan sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, sehingga terjadi kesamaan pengertian terhadap pesan yang disampaikan.
Pesan memiliki dua aspek, yaitu isi pesan
(pikiran dan perasaan) dan simbol pesan (bahasa). Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang berisi informasi dari satu pihak kepada pihak lainnya. Di dalam proses tersebut, sumber tidak hanya menyampaikan pesan kepada penerima, tetapi juga berusaha dengan sebaikbaiknya agar pesan dapat diterima dan dimengerti. Komunikasi akan gagal, apabila penerima tidak dapat menerima dan mengerti pesan dalam proses komunikasi yang berlangsung (Riyanto, dkk. 1990). Rumusan komunikasi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar manusia hanya dapat terjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan umpan balik. Kelima komponen atau elemen yang mendukung adanya komunikasi disebut sebagai unsur-unsur dalam komunikasi. Unsur pertama dalam komunikasi adalah sumber (source) adalah individu atau kelompok yang mengambil prakarsa mengadakan komunikasi dengan individu atau kelompok lain (Susanto, 1977). Riyanto, dkk. (1990) menjelaskan, sumber atau
23
24
komunikator dalam proses komunikasi adalah orang, kelompok, organisasi atau lembaga yang "menyusun" pesan atau informasi dan menyampaikannya kepada sistem pemakai (komunikan atau penerima) melalui saluran tertentu. Kedudukan sumber dalam proses komunikasi, pada umumnya lebih dominan dibandingkan dengan penerima. Sumberlah yang memiliki inisiatif untuk membuka proses komunikasi sehingga ada kecenderungan akan mengarahkan proses komunikasi ke dalam bentuk yang dikehendakinya. Susanto (1977) mengatakan, unsur kedua komunikasi adalah adanya pesan. Pesan (message) adalah kumpulan pola-pola isyarat-isyarat atau simbol-simbol, yang kesemuanya tidak memiliki makna, karena hanya perubahan-perubahan wujud perantara yang berguna untuk komunikasi. Jadi yang menimbulkan makna dari simbol-simbol adalah kesepakatan manusia. Pesan, tidak lain dari apa yang disampaikan sumber kepada penerima dalam proses komunikasi. Pesan dapat berbentuk informasi dalam kata-kata, tulisan, gambar, atau mungkin hanya sejumlah kode-kode atau isyarat saja, tergantung dari bentuk dan simbol yang digunakan dalam pengolahan pesan. Unsur ketiga adalah saluran atau media (channel) komunikasi adalah alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima. Saluran komunikasi mungkin hanya berbentuk udara seperti dalam komunikasi pada saat dua orang yang sedang bercakap-cakap. Saluran komunikasi yang dimaksud selain udara adalah media cetak, media elektronik (audio, visual, audio-visual), dan media tradisional. Unsur keempat yaitu penerima (receiver) yang merupakan pihak yang menerima pesan dari sumber. Sebagaimana dengan sumber, penerima juga tidak hanya satu individu (orang), tetapi bisa juga merupakan sekelompok orang, organisasi, atau lembaga tergantung dari konteks komunikasinya. Di komunikasi dua
arah,
penerima
dapat
menyampaikan
respon
terhadap
pesan
yang
disampaikan, sehingga kedudukannya dapat bergantian. Individu atau kelompok sasaran dalam proses komunikasi biasa dianggap sebagai komunikan. Komunikan merupakan obyek dari kegiatan komunikasi, yang hasilnya adalah setiap pesan yang disampaikan komunikator dapat diterima oleh komunikan.
24
25
Unsur terakhir komunikasi adalah umpan balik (feed back) yaitu respons atau tanggapan, yaitu tanggapan penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh sumber. Tanggapan atau respons penerima tersebut akan tergantung kepada hasil interpretasi penerima terhadap isi pesan yang disampaikan sumber. Pesan umpan balik juga bisa bervariasi bentuknya. Umpan balik bisa berupa kata-kata, tulisan, atau kode-kode, tergantung bentuk dan konteks komunikasinya. Di komunikasi dua arah, respons dari komunikan juga menjadi pesan, sehingga kedudukan komunikator-komunikan dapat berganti-ganti. Kode dan Simbol Komunikasi Saat proses komunikasi berlangsung, pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak dapat dipisahkan dari yang disebut simbol dan kode, karena pesan yang dikirim komunikator kepada penerima terdiri atas rangkaian simbol dan kode. Sayangnya, ketika kita berkomunikasi sehari-hari, sering kali tidak dapat dibedakan antara pengertian simbol dan kode. Simbol merupakan lambang yang memiliki suatu obyek, sementara kode adalah seperangkat simbol yang telah disusun secara sistematis dan teratur sehingga memiliki arti. Kode pada dasarnya dapat dibedakan atas dua macam yaitu kode verbal (bahasa) dan kode nonverbal (isyarat). Kode verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa dapat didefinisikan seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti. Bahasa verbal merupakan sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas obyek atau konsep yang diwakili kata-kata tersebut. Saat berkomunikasi, selain menggunakan bahasa verbal, manusia juga menggunakan kode non verbal. Kode non verbal biasa disebut dengan bahasa isyarat atau bahasa diam. Fungsi dari bahasa non verbal ini adalah meyakinkan tentang informasi yang disampaikan, menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata, menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya, serta menambah dan melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan
25
26
belum sempurna. Pemberian arti terhadap kode non verbal sangat dipengaruhi oleh sistem sosial budaya masyarakat yang menggunakannya. Kode non verbal dapat dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk, antara lain (Cangara, 2010): kinesik, gerakan mata, sentuhan, paralanguage, diam, postur tubuh, kedekatan dan ruang, artifak dan visualisasi, warna, waktu, bunyi dan bau.
Efektivitas Komunikasi Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mulyana, 2005). DeVito (1997) menjelaskan, komunikasi yang efekif sangat erat hubungannya dengan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi. Kemampuan tersebut mencakup pengetahuan tentang peranan lingkungan (contex) dalam mempengaruhi kandungan (content) pesan komunikasi. Komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Efektivitas komunikasi erat hubungannya dengan tujuan, biasanya dalam komunikasi yang efektif menghasilkan pemahaman, kesenangan, mempengaruhi sikap, memperbaiki hubungan dan tindakan (Mulyana, 2005) Gonzales dalam Jahi (1988) membagi efek komunikasi ke dalam tiga dimensi, yaitu efek kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran belajar dan tambahan pemahaman individu terhadap sesuatu. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap individu. Efek konatif berhubungan dengan tindakan dan niat individu untuk melakukan sesuatu. Efek komunikasi ini juga erat terkait dengan tingkat keterdedahan terhadap informasi yang diterima dari media massa oleh khalayak. Peran efektivitas komunikasi perusahaan dimaksud dalam hal ini adalah peran yang dilakukan untuk terlibat dan ikut serta sehubungan dengan fungsi-fungsi komunikasi
perusahaan terhadap realisasi program CSR perusahaan. Peran
efektivitas komunikasi tidaklah menyebabkan perubahan langsung melainkan di antara simbol-simbol dalam pesan dan perbendaharaan simbol si penerima. Peran komunikasi tidak mutlak membawa perubahan, namun demikian komunikasi bisa memegang peranan kunci dalam program CSR perusahaan. Di tingkat organisasi
26
27
berlaku bahwa semakin kita dapat memahami konsep peranan, maka semakin kita dapat memahami tepatnya keselarasan atau integrasi antara tujuan dan misi organisasi perusahaan (Thoha, 1993). Tubbs dan Moss, (2005a) menjelaskan khalayak menerima pesan secara langsung dari sumber suatu medium tertentu dan jika suntikan tersebut cukup kuat maka akibat yang di timbulkan pada khalayak penerima ialah bentuk terpengaruh untuk bertindak menurut isi pesan yang dikomunikasikan. Rakhmat (2007b) menjelaskan bahwa seseorang akan mendengar dan membaca apa yang diinginkannya serta menolak apa yang tidak dikehendakinya. Wilbur Schramm (Effendy, 1998) mengatakan bahwa agar komunikasi yang dilancarkan dapat lebih efektif, maka pesan yang disampaikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut, (1) pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga samasama dapat dimengerti, (2) pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud, (3) pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu, (4) pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi, yang layak bagi situasi kelompok di mana sasaran berada pada saat ia gerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. Komunikasi efektif menurut Effendy (1998) dipengaruhi dua faktor penting antara lain : 1.
Komponen pada komunikan Sebagaimana sumber, dalam diri penerima juga terdapat faktor-faktor yang menentukan efektivitas proses komunikasi. Faktor-faktor tersebut meliputi: sikap, pengetahuan, dan keterampilan berkomunikasi. Komunikan juga memiliki tiga kemampuan sebagaimana komunikator, yaitu kemampuan kognitif, afektif dan konatif. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan untuk mengetahui dan mengingat apa yang diketahui. Kemampuan ini berhubungan dengan rasio dan akal manusia. Kemampuan afektif, berhubungan dengan kemampuan untuk merasakan tentang yang diketahui.
Kemampuan ini bersifat netral dan
merupakan suatu kontinum yang ujung-ujungnya bersifat polar, seperti rasa
27
28
cinta benci, indah buruk. Kemampuan konatif merupakan kemampuan untuk mencapai apa yang diketahui itu. Faktor
yang
harus
diperhatikan
oleh
seorang
komunikan dalam
menyampaikan suatu pesan, yaitu (1) waktu yang tepat untuk suatu pesan, (2) bahasa yang digunakan agar pesan dapat dimengerti, (3) sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif, (4) jenis kelompok di mana komunikasi akan dilaksanakan. Seseorang dapat dan akan menerima suatu pesan, hanya jika terdapat kondisi berikut secara simultan : (1) yang bersangkutan dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi, (2) pada saat mengambil keputusan, yang bersangkutan sadar bahwa keputusannya tersebut telah sesuai dengan tujuannya, (3) pada saat mengambil keputusan, yang bersangkutan sadar bahwa keputusannya bersangkutan dengan kepentingan pribadinya, serta (4) mampu menepatinya, baik secara mental maupun fisik. 2.
Faktor pada komunikator Komunikasi yang efektif pada pelaksanaannya terdiri atas dua faktor penting yang terdapat pada diri komunikator, yaitu kepercayaan pada komunikator
(source
credibility)
dan
daya
tarik
komunikator
(source
attractiveness). Tubbs dan Moss (2005b) menyatakan bahwa ada lima hal yang dijadikan ukuran dalam komunikasi efektif, yaitu : (1) pemahaman, artinya penerima cermat mencermati isi pesan yang disampaikan oleh komunikator, sehingga tidak terjadi salah penafsiran pesan oleh komunikan, (2) kesenangan, artinya suasana yang menjadikan hubungan menjadi akrab, hangat, dan menyenangkan, (3) pengaruh pada sikap, artinya kemampuan persuasif komunikator dalam menyampaikan pesan yang menimbulkan efek pada diri komunikan, (4) hubungan yang membaik, artinya tumbuh perasaan ingin bergabung dengan orang lain, ingin mengendalikan dan dikendalikan, serta ingin mencintai dan dicintai, serta (5) tindakan, artinya tindakan yang nyata yang dilkaukan komunikan setelah terjadi pengertian, pembentukan, dan perubahan sikap serta tumbuhnya hubungan baik. Ada beberapa sikap yang harus dimiliki oleh seorang komunikator, yaitu sikap reseptif, selektif, dijestif, asimilatif, dan sikap transmisif (Effendy, 1998).
28
29
•
Reseptif.
Kesediaan penerimaan gagasan orang lain. Bagi seorang
komunikator
tidak
ada
ruginya,
bahkan
dapat
menyempurnakan
gagasannya, baik secara langsung maupun dengan pengembangan. •
Selektif.
Pemilihan yang selektif harus dilakukan terhadap gagasan-
gagasan
orang
lain
ataupun
informasi
dalam
peranannya
selaku
komunikan. •
Dijestif. Kemampuan komunikator dalam mencerna gagasan atau informasi dari orang lain sebagai bahan yang akan diberikan kepada komunikan. Komunikator mampu memahami maknanya secara lebih luas dan lebih dalam serta mampu memprediksi akibat yang ditimbulkan dari gagasan atau informasi yang diterimanya.
•
Asimilatif. Kemampuan komunikator untuk menghubungkan gagasan atau informasi dari orang lain secara sistematis, dengan apa yang dimilikinya. Hasilnya akan berupa konsep sebagai bahan yang akan dikomunikasikan.
•
Transmisif. Kemampuan komunikator untuk mentransmisikan konsep yang telah dirumuskan secara kognitif, afektif dan konatif kepada orang lain. Effendy (1998) menjelaskan, dari diri komunikator yang harus diperhatikan
adalah etos komunikator dan sikap.
Etos adalah nilai diri seseorang yang
merupakan paduan dari kognisi, afeksi dan konasi. Etos tidak muncul begitu saja dalam diri seseorang, tetapi ada faktor pendukungnya, yaitu kesiapan, kesungguhan,
ketulusan,
kepercayaan,
ketenangan,
keramahan,
dan
kesederhanaan. •
Kesiapan. Seorang komunikator perlu mempersiapkan diri secara baik, sebelum menyampaikan pesan.
Persiapan meliputi semua aspek, tidak
hanya dari segi penguasaan materi. •
Kesungguhan. Dalam penyampaian pesan atau informasi komunikator harus
menunjukkan
keseriusan,
sehingga
dapat
menumbuhkan
kepercayaan kepada komunikan. •
Ketulusan. Komunikator harus membawakan pesan kepada komunikan bahwa, dia berhati tulus dalam niat dan perbuatannya. Di sini diperlukan kehati-hatian
dengan
penggunaan
kecurigaan dan ketulusan komunikator.
29
perkataan
yang
menimbulkan
30
•
Kepercayaan. Komunikator harus senantiasa menunjukkan kepastian. Penguasaan
diri
dan
situasi
secara
sesempurna
mungkin
harus
ditumbuhkan setiap saat. •
Ketenangan. Komunikator harus memiliki ketenangan di dalam penampilan dan penuturan kata-kata. komunikator
merupakan
Ketenangan akan memberikan kesan bahwa, orang
yang
betul-betul
berpengalaman.
Komunikator akan dapat melakukan "ideasi" secara mantap melalui ketenangan.
Ideasi adalah perorganisasian pikiran, perasaan dan hasil
pengindraannya secara terpadu, sehingga yang terlontar adalah jawaban yang argumentatif. •
Keramahan. Keramahan akan menimbulkan simpati komunikan kepadanya, keramahan dapat ditunjukkan dalam ekspresi wajah, gaya dacara berbicara serta perasaan.
•
Kesederhanaan.
Kesederhanaan akan menunjukkan kemurnian dan
keaslian sikap. Kesederhanan meliputi hal-hal yang fisik dan penggunaan bahasa serta gaya penyampaiannya. Harapan Masyarakat Lokal Cutlip dan Center dalam Effendy (1998) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan hubungan dengan masyarakat khususnya komunitas lokal, penting diketahui apa yang didambakan komunitas bagi kesejahteraannya, apa yang diharapkan dari perusahaan sebagai sumbangan untuk kesejahteraannya, dan bagaimana cara menilai kontribusi tersebut. Beberapa harapan dan kepentingan masyarakat lokal atas beroperasinya suatu perusahaan tambang yaitu kepentingan kesejahteraan komersial, lapangan kerja, fasilitas pendidikan yang memadai, ketertiban hukum dan keamanan, pertumbuhan penduduk, perumahan beserta kebutuhannya, kesempatan berekreasi, perhatian pada keselamatan umum, dan penanganan kesehatan yang progresif. Kepentingan harapan tersebut harus mampu dimaksimalkan perusahaan, di mana kegiatan perusahaan mampu juga mengacu pada kepentingan kegiatan pengembangan masyarakat sekitar. Saat proses komunikasi berjalan, pesan yang dikirim oleh komunikator kepada penerima merupakan rangkaian simbol dan kode. Simbol dan kode memiliki
30
31
pengertian yang berbeda, meskipun dalam kesehariannya kedua hal ini sulit untuk dibedakan pengertiannya. Simbol merupakan lambang yang memiliki suatu objek, sedangkan kode adalah seperangkat simbol yang telah tersusun secara sistematis dan teratur sehingga memiliki arti (Berlo 1960 dalam Cangara 2010) Persepsi Masyarakat Mekanisme
pembentukan
persepsi
yakni
melalui
tiga
pembentukan yaitu selectivity, clousure, dan interpretation.
mekanisme KBBI (1995)
menjelaskan tentang persepsi yang didefinisikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Rakhmat (2007b) mengartikan persepsi merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan situasional. Informasi yang sampai kepada seseorang menyebabkan individu membentuk persepsi. Informasi tersebut diseleksi dan kemudian disusun menjadi kesatuan yang bermakna, dan akhirnya terjadilah interpretasi dari informasi itu secara menyeluruh. Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan apa makna yang kita berikan dalam kesadaran (DeVito, 1997). Persepsi yang terbangun selama ini adalah adanya ketidakadilan pada nasib penduduk sekitar daerah beroperasinya perusahaan tambang besar di dalam negeri. Gitosudarmo dan Sudita (1997) mengemukakan persepsi adalah suatu proses memperhatikan, menyeleksi dan menafsirkan stimulus lingkungan, di mana proses tersebut terjadi karena interpretasi seorang berdasarkan pengalaman yang dialami maupun stimulus yang datang kepadanya. Persepsi sebagai proses pengamatan yang dilakukan seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan. Manusia mengamati suatu obyek psikologik akan dipengaruhi oleh keperibadiannya. Obyek psikologik tersebut dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar dan sosialisasi memberikan
bentuk,
dan
struktur
terhadap
apa
yang
dilihat,
sedangkan
pengetahuan dan cakrawalanya memberikan arti terhadap obyek psikologik tersebut.
31
32
Keberadaan perusahaan di masyarakat lokal dan adanya beberapa program perusahaan seperti CSR perusahaan dapat memberi citra yang baik dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Berbagai definisi tersebut jelas menggambarkan bahwa
persepsi masyarakat lokal terhadap perusahaan
Indocement ditentukan oleh faktor-faktor dari dalam individu seperti pengalaman, pengetahuan, kepribadian. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pengamatan dan pengalaman individu anggota komunitas tentang perusahaan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sikap Masyarakat Sikap sebagai suatu gejala psikologis memiliki berbagai definisi yang dikemukakan dengan berbagai tinjauan para ahli. Rahmat (2007b) mengemukakan sikap sebagai keadaan dan kesiapan mental yang terorganisasi melalui pengalaman yang secara langsung dan dinamis mempengaruhi respons sesorang terhadap obyek atau situasi yang mempunyai hubungan dengan dirinya. Sikap mengandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa; suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, setuju, tidak setuju dan sebagainya. Sikap adalah kecenderungan untuk memberi respons terhadap suatu masalah atau suatu situasi tertentu. Sikap dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan perbuatan yang berdasar pada pendirian atau pendapat atau keyakinan. Komunikasi
perusahaan berperan dalam mekanisme adanya saling memberi
masukan dan keputusan menerima, netral/abstain serta menolak jika hal tersebut bertentangan satu sama lain khususnya terkait dengan program CSR perusahaan sehingga pada keputusan akhir melahirkan sikap seperti menerima, abstain (tidak menerima/menolak) dan menolak bahkan melakukan perlawanan. Sikap adalah orientasi nilai, simbol, keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perilaku komunikasi seseorang atau kelompok (Malik,1999). Rakhmat (2007b) menjelaskan suatu sikap mempunyai komponen yaitu (1) komponen kognitif, yaitu seseorang yang bersikap perlu memiliki pengetahuan mengenai obyek sikapnya, terlepas dari apakah pengetahuannya tersebut benar, salah, lengkap, tidak lengkap dan sebagainya; (2) komponen afektif, komponen ini dinilai merupakan komponen yang palaing penting. Sesorang yang bersikap akan mempunyai evaluasi emosional (setuju, tidak setuju) mengenai obyek sikapnya; (3)
32
33
komponen konatif, bahwa suatau sikap tidak lengkap hanya dengan pengetahuan dan evaluasi emosional. Berdasarkan
uraian
di
atas
sikap
adalah
perasaan,
pikiran,
dan
kecenderungan individu dalam berespon yang kurang lebih bersikap permanen terhadap keberadaan perusahaan dan program yang ditawarkan kepada masyarakat lokal seperti CSR perusahaan. Hal ini akan dinyatakan dengan persetujuan atau ketidaksetujuan, perasaan senang dan sejenisnya.
Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai efektivitas komunikasi di Indonesia telah banyak dilakukan salah satunya adalah yang dilakukan Nikmatullah (2005). Penelitian yang dilakukan Nikmatullah (2005) bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas komunikasi kelompok pada SL-PHT Lada terhadap tingkat adopsi inovasi dan produksi lada di UPT Bukit Kemuning Provinsi Lampung Utara. Analisis data yang digunakan untuk adalah analisis deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kuantitatif yang digunakan adalah statistika nonparametrik korelasi Rank Sperman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi kelompok pada SL-PHT Lada berada pada klasifikasi tinggi dan mempunyai hubungan terhadap tingkat adopsi inovasi dan peningkatan produksi lada. Uji korelasi rank Spearman juga digunakan untuk menganalisis hubungan antara efektivitas komunikasi organisasi dengan kinerja guru pada studi kasus SMK Nusantara Ciputat yang dilakukan oleh Imron (2007). Penelitian Nikmatullah (2005) tak jauh berbeda dengan penelitian Imron (2007) yang menganalisis secara deskriptif dan kualitatif. Hasil penelitian Imron (2007) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara efektivitas komunikasi organisasi dengan kinerja guru, hal tersebut berarti semakin efektif komunikasi dalam organisasi tersebut maka kinerja guru juga akan semakin meningkat. Alat analisis yang digunakan kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan uji korelasi rank Spearman. Berbeda pada penelitian yang dilakukan Sarwoko (2008), penelitian Sarwoko (2008) hanya menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui efektivitas komunikasi antara aparat desa dengan pengurus karang taruna di Desa Tunggulrejo, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar guna mewujudkan
33
34
ketahanan wilayah. Hasil penelitian Sarwoko (2008) menunjukkan bahwa semakin efektif komunikasi antara aparat desa dengan pengurus karang taruna maka semakin terwujudnya ketahanan wilayah Desa Tunggulrejo, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar. Penelitian efektivitas komunikasi juga dilakukan oleh Tutud (2001), hasil penelitian tersebut adalah efektif atau tidaknya komunikasi sangat dipengaruhi oleh karakteristik personal dan situasional komunikan, kualitas komunikasi yang dilakukan serta kredibilitas sumber informasi. Anas (2003) juga menemukan bahwa karakteristik responden dalam penelitian ini adalah nelayan merupakan faktor penentu dalam membentuk efektivitas komunikasi. Nelayan dengan karakteristik mempunyai tanggungan keluarga yang kecil dan nelayan yang mempunyai pendapatan yang besar akan lebih efektif berkomunikasi dalam meningkatkan pengetahuan, menetukan sikap dan mengambil tindakan terhadap program pembangunan yang disampaikan. Metode komunikasi kelompok dianggap efektif oleh nelayan untuk meningkatkan pengetahuan, menentukan sikap dan mengambil tindakan. Rahmani (2006) juga membuktikan bahwa karakteristik individu berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi terutama pada aspek afektif dan konatif. Pelatihan dan kursus yang diikuti responden merupakan faktor penentu dalam membangun komunikasi yang efektif pada program PIDRA di Kabupaten Sumbawa. Partisipasi anggota dalam kelompok mandiri merupakan faktor penentu efektivitas komunikasi serta berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi pada aspek kognitif, afektif dan konatif.
34
35
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kerangka Pemikiran Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang berisi informasi dari satu pihak kepada pihak lainnya. Saat proses tersebut berlangsung, sumber tidak hanya menyampaikan pesan kepada penerima, tetapi juga berusaha dengan sebaik-baiknya agar pesan dapat diterima dan dimengerti. Suranto dalam Imron (2007) mengatakan, komunikasi dikatakan efektif apabila dalam proses komunikasi tersebut, pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat diterima dan dimengerti oleh komunikan, persis seperti yang dikehendaki oleh komunikator, dengan demikian, dalam komunikasi itu komunikator berhasil menyampaikan pesan yang dimaksudkannya, sedang komunikan berhasil menerima dan memahaminya. Efektifnya sebuah komunikasi adalah jika pesan yang dikirim memberikan pengaruh terhadap komunikan, artinya bahwa informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik sehingga menimbulkan respon atau umpan balik dari penerimanya. Suranto diacu dalam Imron (2007) menjelaskan, ada beberapa indikator komunikasi efektif antara lain : a. Pemahaman Pemahaman adalah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Tujuan dari komunikasi adalah terjadinya pengertian bersama, dan untuk sampai pada tujuan itu, maka seorang komunikator maupun komunikan harus sama-sama saling mengerti fungsinya masing-masing.
Komunikator
mampu
menyampaikan
pesan
sedangkan
komunikan mampu menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. b. Kesenangan Kesenangan adalah apabila proses komunikasi selain berhasil menyampaikan informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan bagi komunikator dan komunikan. Suasana yang rileks dan menyenangkan akan lebih mendukung untuk berinteraksi bila dibandingkan dengan suasana yang tegang. Hal tersebut disebabkan komunikasi bersifat fleksibel. c. Pengaruh pada sikap Tujuan berkomunikasi adalah untuk mempengaruhi sikap. Apabila dengan melakukan komunikasi, kemudian terjadi perubahan pada perilaku seseorang,
35
36
maka komunikasi yang terjadi adalah efektif. Sebaliknya, jika tidak terjadi perubahan pada sikap seseorang, maka komunikasi tersebut dianggap tidak efektif. d. Hubungan yang makin baik Bahwa dalam proses komunikasi yang efektif biasanya secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal. Seringkali apabila seseorang telah memiliki persepsi yang sama, kemiripan karakter, cocok, dengan sendirinya hubungan akan terjadi dengan baik. e. Tindakan Komunikasi akan efektif jika kedua belah pihak setelah berkomunikasi terdapat adanya sebuah tindakan. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat dapat memberikan efek positif dan negatif bagi masyarakat sekitarnya. Efek positif dapat berupa tersedianya lowongan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Efek negatif dari keberadaan sebuah perusahaan seperti tercemarnya lingkungan, baik, udara, tanah, dan air, dan kesehatan. Perusahaan memiliki tanggung jawab secara sosial untuk mencegah atau meminimalisir dampak negatif yang diterima masyarakat. Program CSR adalah bagian dari pemenuhan kewajiban fungsi sosial perusahaan terhadap komunitas setempat. Saat program CSR dilaksanakan, pendekatan komunikasi perusahaan melibatkan komunitas masyarakat setempat dalam berbagai program pemberdayaan dan peningkatan kualitas masyarakat. Keberhasilan komunikasi perusahaan sangat tergantung dari model dan aktivitas komunikasi yang diterapkan perusahaan. Perusahaan, dalam hal ini Indocement menggunakan media dalam proses komunikasi program CSR perusahaannya. Sasaran program CSR yaitu masyarakat merupakan bagian penting dalam pemilihan media komunikasi perusahaan. Pemilihan media dirumuskan sesuai dengan karakteristik masyarakat yang menjadi sasaran dan harus mampu ”menyentuh” masyarakat. Pemilihan media yang tidak sesuai justru akan dapat mengganggu komunikasi perusahaan bahkan dapat mempengaruhi citra perusahaan. Media yang digunakan perusahaan dalam pengkomunikasian program CSR adalah Bina Lingkungan dan Komunikasi (Bilikom). Bina Lingkungan dan Komunikasi (Bilikom) merupakan instrumen yang dibuat perusahaan sebagai media untuk menjembatani seluruh stakeholders dalam
36
37
program CSR perusahaan. Terdapat pertemuan antara wakil masyarakat dan wakil perusahaan dalam Bilikom. Instrumen Bilikom dipilih oleh perusahaan sebagai media yang diharapkan mampu untuk mempertemukan secara langsung pihak perusahaan dan masyarakat, yang diwakili oleh para tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat yang dimaksud adalah ketua organisasi formal desa (BPD, LPM, PKK, Karang Taruna) dan struktural desa (Kepala RW dan RT). Tokoh masyarakat tersebut dianggap mewakili masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat diundang secara resmi oleh desa untuk menghadiri acara Bilikom yang dijadwalkan setiap tiga bulan sekali. Tokoh masyarakat dapat secara langsung menyampaikan aspirasi dan harapan masyarakat dalam Bilikom. Seluruh aspirasi akan ditampung oleh pihak aparat desa. Keseluruhan aspirasi ini akan dikelola kembali oleh aparat desa. Hasil pengelolannya kemudian akan diajukan kepada perusahaan. Wujud dari bukti persetujuan masyarakat, setiap tokoh masyarakat memberikan tanda tangan dalam usulan program (hasil Bilikom). Hasil Bilikom disusun dengan skala prioritas sebagai hasil pencocokan rencana strategis perusahaan dan kebutuhan masyarakat. Keputusan dalam Bilikom idealnya merupakan win-win solution untuk masyarakat dan perusahaan. Komunikasi yang dilakukan perusahaan perlu diukur keefektifannya. Penggunaan media komunikasi, Bilikom, idealnya memberikan kinerja yang optimal dalam menyalurkan dan menyampaikan informasi program CSR perusahaan. Tokoh masyarakat sebagai sasaran program CSR memiliki hak suara dan hak untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses Bilikom. Penggunaan media tersebut perlu diteliti kebenarannya dari sisi tokoh masyarakat untuk melihat secara utuh apa yang dipahami tokoh masyarakat mengenai media komunikasi perusahaan (Bilikom), peran dan keberadaan media (Bilikom), partisipasi tokoh masyarakat dalam Bilikom, dan sejauh mana media tersebut mampu menyalurkan aspirasi, harapan, dan pendapat masyarakat kepada pihak perusahaan. Pemahaman terhadap isi pesan yang disampaikan pihak perusahaan, aparat desa (Kepala Desa), dan tokoh masyarakat lain dapat dilihat dari keterdedahan tokoh masyarakat terhadap unsur-unsur komunikasi, seperti sumber informasi (pihak perusahaan dan Kepala Desa), media Bilikom, pesan yang disampaikan, dan umpan balik terhadap informasi. Bentuk keterdedahan dalam hal-hal tersebut berperan
37
38
dalam mempengaruhi pemahaman, sikap, dan tindakan tokoh masyarakat lokal terhadap program CSR perusahaan. Keterdedahan komunikasi dalam penelitian ini adalah dalam proses komunikasi, yakni mengenai sumber informasi (source), media Bilikom (channel), pesan (message), dan penerima (receiver). Efek komunikasi perusahaan dapat diukur dengan keterdedahan tokoh masyarakat terhadap unsur komunikasi dan pengaruhnya terhadap sikap, pemahaman, dan tindakan mereka atas informasi mengenai program CSR. Sikap tokoh masyarakat terhadap komunikasi perusahaan yang dimunculkan akan sangat beragam, karena suatu komunitas terdiri atas individu yang memiliki keragaman seperti dalam umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis profesi pekerjaan, pendapatan dan status sosial dalam komunitas masyarakat, dan kekosmopolitan. Sikap juga dapat berhubungan dengan penerimaan pesan komunikasi perusahaan oleh komunitas. Hal ini bisa diukur dengan seberapa jauh masyarakat terdedah terhadap komunikasi yang dilakukan khususnya melalui program yang ditawarkan ke komunitas masyarakat tersebut. Efektivitas komunikasi penyampaian informasi program CSR perusahaan juga dilihat seberapa jauh mampu memenuhi harapanharapan komunitas masyarakat terhadap keberadaan perusahaan melalui program CSR. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, peubah-peubah yang diteliti untuk menjelaskan efektivitas komunikasi perusahaan dan tujuan diadakannya penelitian ilmiah ini, adalah peubah efektivitas komunikasi perusahaan, karakteristik tokoh masyarakat, dan proses komunikasi. Secara sitematis, peubah-peubah yang diteliti secara ilmiah dan hubungan antara peubah dapat dilihat pada Gambar 1.
38
39
Karakteristik Tokoh Masyarakat (X1) X1.1
Umur
X1.2
Pendidikan
X1.3
Pekerjaan Utama
X1.4
Jabatan dalam Organisasi
X1.5
Lama Menjabat
X1.6
Keterdedahan Media Massa
X1.7
Partisipasi Sosial
Efektivitas Komunikasi Perusahaan (Y)
Y1.1 Pemahaman Tokoh Masyarakat terhadap Program CSR
Y1.2 Sikap Tokoh Masyarakat terhadap Program CSR
Proses Komunikasi Bilikom (X2) X2.1 Kredibilitas Sumber X2.2 Cara Berbicara Sumber Informasi
Y1.3 Tindakan Tokoh Masyarakat dalam Program CSR
X2.3 Tingkat Penggunaan Sarana Komunikasi X2.4 Metode Komunikasi X2.5 Intensitas Umpan Balik
Gambar 1. Kerangka pemikiran efektivitas komunikasi program CSR melalui bina lingkungan komunikasi terhadap tokoh masyarakat (Kasus PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk., Kabupaten Bogor) Hipotesis Dalam penelitian ini terdapat 12 hipotesis yang diuji yaitu: H1 : terdapat hubungan nyata antara karakteristik tokoh masyarakat (X1) dengan efektivitas komunikasi perusahaan (Y). H2 : terdapat hubungan nyata antara proses komunikasi Bilikom (X1) dengan efektivitas komunikasi perusahaan (Y).
39
40
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner
sebagai
alat
pengumpulan
data yang
pokok.
Kerlinger
(2004)
mengemukakan desain penelitian korelasional bukanlah untuk mengetahui hal-hal khusus tertentu melainkan mengetahui hubungan atau relasi antara fenomena fenomena. Metode survei digunakan untuk mendapatkan fakta-fakta yang faktual, baik tentang sosial, ekonomi dan politik dari kelompok pemangku kepentingan program CSR pada sejumlah sampel yang dipilih. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di sekitar pusat operasional PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., di Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa pusat aktivitas program CSR perusahaan berada di 12 desa binaan Indocement yang tercakup di tiga kecamatan di Kabupaten Bogor yaitu kecamatan Citeureup, Klapanunggal, dan Gunung Putri. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah para pelaku dan orang-orang yang terlibat dalam program CSR perusahaan, berperan dalam mempengaruhi kebijakan program CSR dan memiliki fokus perhatian pada pelaksanaan program CSR
serta memiliki
konsentrasi terhadap pelaksanaan program CSR minimal satu tahun terakhir di masing-masing lokasi desa Binaan. Berdasarkan kriteria tersebut hasil prasurvei diketahui populasi penelitian ini difokuskan pada unsur pelaku yang terlibat dalam program CSR. Populasi penelitian yang dimaksud adalah para tokoh masyarakat desa formal dan non formal yang secara langsung terlibat dalam kegiatan Bilikom Indocement. Besarnya populasi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
40
41
Tabel 1. Populasi Anggota Bilikom PT Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk Kecamatan
No. 1.
Citeureup
2.
Klapanunggal
3.
Gunung Putri
Desa Citeureup Tajur Hambalang Tarikolot Pasir Mukti Gunung Sari Puspanegara Jumlah Lulut Leuwikaret Bantarjati Nambo Jumlah Gunung Putri Jumlah Jumlah Total Populasi
Jumlah Peserta (Orang) 51 27 31 19 22 26 43 219 (54,5 %) 26 48 21 30 125 (31,08 %) 58 58 (14,42 %) 402
Sumber : Data Departemen CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. 2010
Dari jumlah populasi tersebut kemudian diambil beberapa sampel yang dijadikan responden penelitian. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportional random sampling mencakup orang-orang dan desa yang diseleksi atas dasar kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Penentuan besarnya sampel didasarkan pada rumus Slovin dalam Riesti (2010) sebagaimana berikut :
n=
N 1 + N. e2
Keterangan : n = ukuran sampel (orang) N = ukuran populasi (orang) e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diambil (10 persen) Berdasarkan perhitungan, jumlah sampel secara keseluruhan adalah 80 orang yang dipusatkan pada lima desa binaan perusahaan. Pemilihan ke lima desa binaan ini dilakukan dengan metode purposive dengan pertimbangan antara lain
41
42
pemilihan desa Citeureup dengan alasan desa tersebut merupakan lokasi tempat berdirinya pabrik Indocement dan merasakan dampak operasional pabrik yang paling besar. Pemilihan kelurahan Puspanegara karena merupakan satu-satunya kelurahan yang menjadi desa binaan Indocement dan memiliki jarak dengan pabrik yang relatif dekat. Pemilihan Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal sebagai sampel karena desa tersebut merupakan desa binaan terbaik Indocement Tahun 2010, sedangkan Desa Leuwikaret dipilih dikarenakan desa tersebut berada dekat dengan areal tambang Indocement. Sampel di Kecamatan Gunung Putri diambil hanya di desa Gunung Putri disebabkan karena desa tersebut merupakan satusatunya desa di Kecamatan Gunung Putri. Kelima desa ini memiliki jarak antar desa yang relatif dekat satu sama lain dan dapat dilihat pada Lampiran 3. Nilai kritis atau batas ketelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10 persen dengan total populasi sebesar 402. Populasi dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat yang berperan langsung dalam proses komunikasi program CSR perusahaan. Penentuan nilai kritis tersebut didasarkan pada kemampuan peneliti baik dari segi sumberdaya manusia dalam pengambilan sampel yaitu dua enumerator, kemudian untuk menghemat waktu dan biaya operasional sehingga dipilih desa yang memiliki jarak relatif dekat satu sama lain. Proporsi pengambilan sampel untuk kelima desa tersebut yang dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Proporsi Pengambilan Sampel Penelitian di Desa Binaan Indocement No.
Kecamatan
1.
Citeureup
2.
Klapanunggal
3.
Gunung Putri Jumlah
Desa
Jumlah Peserta (Orang)
Jumlah Sampel setiap Desa
Citeureup Puspanegara Leuwikaret Nambo Gunung Putri
51 43 48 30 58 402
23 21 13 12 11 80
42
Jumlah Sampel setiap Kecamatan 44 25 11 80
Proporsi Sampel setiap Kecamatan (%) 55 31,25 13,75 100
43
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen yang terdiri dari kuesioner sebagai alat bantu. Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Selain itu peneliti juga melakukan observasi lapangan dan memanfaatkan data-data tertulis lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian, termasuk hasil-hasil penelitian terdahulu. Pengumpulan data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu : 1. Survei pendahuluan, yakni tahap awal dengan melakukan pengamatan dan penelitian pendahuluan guna mengumpulkan data-data yang berguna untuk memperkuat permasalahan yang terjadi sehingga peneliti yakin penelitian ini perlu dan dapat dilaksanakan. 2. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara. Data primer meliputi data karakteristik responden, proses komunikasi Bilikom, dan efektivitas komunikasi perusahaan. Data primer penelitian di peroleh secara langsung dari responden melalui suatu pedoman pertanyaan baik dilakukan secara wawancara atau pengisian secara terinci berupa pertanyaan yang sudah terstruktur yang bisa meliputi semua peubah (Arikunto, 2002). 3. Pengumpulan data sekunder, yaitu data-data pendukung yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder seperti data jumlah populasi, gambaran umum perusahaan dan data lainnya mengenai kegiatan Bilikom yang berasal dari perusahaan dan pemerintahan desa. Untuk memperoleh data sekunder, dilakukan telaah dokumen dan pustaka dari berbagai sumber, serta data statistik dari lembaga berkompeten. Berbagai sumber lain seperti penelitian sebelumnya, data monografi desa, dan lain-lain yang relevan dengan penelitian. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner sebagai alat bantu dalam kegiatan mengumpulkan data dan hal ini diharapkan dapat sistematis dan mudah. Kuesioner terdiri dari empat bagian, bagian pertama menggambarkan karakteristik sosial tokoh masyarakat yang meliputi: umur, pendidikan, pekerjaan utama, jabatan dalam organisasi serta lama menjabat, keterdedahan dengan media
43
44
massa dan partisipasi sosial. Bagian kedua menggambarkan proses komunikasi dalam Bilikom yang mencakup: kredibilitas sumber, cara berbicara sumber informasi, tingkat penggunaan sarana komunikasi, metode komunikasi, dan intensitas umpan balik dalam Bilikom. Bagian ketiga menggambarkan efektivitas komunikasi perusahaan yang mencakup: pemahaman tokoh masyarakat terhadap program CSR, sikap tokoh masyarakat terhadap program CSR, dan tindakan tokoh masyarakat dalam program CSR.
Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini bertujuan untuk memudahkan penginterpretasian data. Definisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut. A. Karakteristik Tokoh Masyarakat (X1) Karakteristik tokoh masyarakat yaitu ciri-ciri karakteristik yang melekat pada diri responden pada saat dilakukan penelitian, pengumpulan data karakteristik sosial meliputi: 1. Umur adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan dihitung dengan satuan tahun yang dibulatkan ke tanggal ulang tahun terdekat, yang diukur menggunakan skala rasio dan dikategorikan menjadi tiga, yaitu usia muda, dewasa dan tua. 2. Pendidikan adalah tingkat belajar formal yang terakhir ditempuh responden. Indikatornya status pendidikan formal yang pernah diikuti responden, diukur menggunakan skala nominal dan dikategori menjadi pendidikan dasar (SD dan SMP) dan pendidikan lanjutan (SMA dan Perguruan Tinggi). 3.
Pekerjaan utama adalah pekerjaan produktif yang menghabiskan curahan waktu terbanyak oleh responden. Pekerjaan utama juga diukur menggunakan skala nominal yaitu pemerintah desa meliputi Kepala Desa/kelurahan beserta staf dan non pemerintah desa.
4. Jabatan dalam organisasi adalah kedudukan responden dalam organisasi formal maupun informal desa. Kedudukan diukur menggunakan skala nominal dan dikategorikan menjadi ketua pengurus desa dan anggota. 5. Lama menjabat adalah seberapa lama responden menduduki jabatan tersebut dalam satuan tahun.
44
45
6. Keterdedahan media massa adalah intensitas responden dalam mendengarkan, melihat, membaca atau sedikitnya ada perhatian terhadap pesan media atau intensitas responden dalam pencarian informasi melalui berbagai media. 7. Partisipasi sosial adalah frekuensi seseorang mengikuti berbagai macam kegiatan sosial di lingkungannya. Indikator partisipasi sosial adalah sedikitnya pernah mengikuti satu kegiatan sosial di lingkungannya dalam kurun waktu satu bulan.
B. Proses Komunikasi Bilikom (X2) Di dalam proses komunikasi program CSR, terdapat hubungan yang erat antara kredibilitas sumber, cara berbicara sumber informasi, tingkat penggunaan sarana komunikasi, metode komunikasi dan intensitas umpan balik. Unsur-unsur dalam proses komunikasi ini akan berpengaruh pada pemahaman, sikap, dan tindakan tokoh masyarakat terhadap informasi CSR perusahaan. X2.1 Kredibilitas Sumber Kredibilitas sumber adalah kualitas, kapabilitas atau kekuatan dari sumber informasi sehingga menimbulkan kepercayaan bagi anggota Bilikom. Sumber informasi adalah sumber informasi mengenai program CSR, baik dari pihak perusahaan, pihak desa, dan tokoh masyarakat lainnya. Tokoh masyarakat akan menilai kredibilitas sumber informasi pada proses komunikasi Bilikom. Indikator dari kredibilitas sumber informasi ini dilihat dari ketepatan waktu dalam menghadiri Bilikom, kemampuan dalam menyampaikan pesan, kemampuan dan keterampilan dalam berkomunikasi, menghargai aspirasi masyarakat dan keterlibatan langsung dalam program CSR. Kredibilitas sumber diukur dengan menggunakan skala ordinal, SS : Sangat Setuju, S : Setuju, RR: Ragu-Ragu, TS : Tidak Setuju, STS : Sangat Tidak Setuju. X2.2. Cara Berbicara Sumber Informasi Cara berbicara sumber informasi adalah bagaimana informasi CSR tersebut disampaikan kepada responden sehingga makna dari informasi tersebut dapat tersampaikan kepada semua anggota Bilikom. Cara berbicara meliputi simbol pesan yang disampaikan baik verbal maupun non verbal serta penggunaan bahasa sehingga pesan yang disampaikan dapat tertangkap oleh responden. Indikator dari cara berbicara meliputi penggunaan bahasa lisan, penggunaan alat bantu presentasi
45
46
baik eletronik maupun non elektronik, cara penyampaian informasi menarik (diselingi dengan humor dsb.). Cara bicara sumber informasi ini diukur dengan menggunakan skala ordinal, SL : Selalu , SR : Sering, KK: Kadang-Kadang, P : Pernah , TP : Tidak Pernah. X2.3 Tingkat Penggunaan Sarana Komunikasi Tingkat penggunaan sarana komunikasi adalah frekuensi penggunaan media atau sarana dalam proses komunikasi program CSR melalui Bilikom. Sarana komunikasi dapat berupa tunggal media dan multimedia. Tunggal media apabila media/ sarana yang digunakan untuk proses komunikasi menggunakan satu media saja. Multimedia apabila dalam proses komunikasi menggunakan banyak media/ sarana. Indikator tingkat penggunaan sarana komunikasi dilihat dari pemanfaatan sarana komunikasi baik tunggal media maupun multimedia untuk menyampaikan program CSR dalam kegiatan Bilikom. Tingkat penggunaan sarana komunikasi diukur dengan menggunakan skala ordinal, SL : Selalu , SR : Sering, KK: KadangKadang, P : Pernah , TP : Tidak Pernah. X2.4 Metode Komunikasi Metode komunikasi adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pihak perusahaan kepada masyarakat. Metode yang digunakan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan, pendidikan, sosial budaya dan latar belakang dari masyarakat sehingga informasi atau pesan yang disampaikan mengenai sasaran. Indikator metode komunikasi dilihat pada seringnya perusahaan melakukan komunikasi satu tahap atau dua tahap atau lebih untuk menyampaikan informasi ataupesan mengenai program CSR kepada masyarakat. Metode komunikasi diukur dengan menggunakan skala ordinal, SL : Selalu , SR : Sering, KK: Kadang-Kadang, P : Pernah , TP : Tidak Pernah. X2.5 Intensitas Umpan Balik Umpan balik yaitu proses tokoh masyarakat memberikan tanggapan atas informasi serta terlibat langsung dalam Bilikom. Variabel ini melihat intensitas tokoh masyarakat dalam memberikan umpan balik terhadap apa yang dijelaskan wakil perusahaan, wakil aparat desa (Kepala Desa), dan tokoh masyarakat lain dalam proses komunikasi program CSR melalui Bilikom. Indikator intensitas umpan balik dapat dilihat pada keaktifan mencari informasi mengenai Bilikom, aktif memberikan usulan program kegiatan, aktif memberikan tanggapan serta saran pada saat
46
47
pemaparan program dalam Bilikom. Umpan balik tokoh masyarakat akan diukur dengan menggunakan skala ordinal, SL : Selalu , SR : Sering, KK: Kadang-Kadang, P : Pernah , TP : Tidak Pernah.
C. Efektivitas Komunikasi Perusahaan Efektifitas komunikasi perusahaan dilihat dari beberapa bentuk komunikasi yang dilakukan sehubungan dengan penyampaian program CSR perusahaan yang diteliti, yaitu Bilikom. Efektivitas komunikasi perusahaan dimaksud dalam hal ini adalah sejauh mana proses komunikasi melalui Bilikom dalam pemahaman, sikap, dan tindakan tokoh masyarakat terhadap program CSR perusahaan. Efektivitas dapat dilihat dari beberapa penilaian : 1.
Pemahaman terhadap Program CSR, artinya tokoh masyarakat cermat dalam mencermati isi pesan dalam Bilikom, baik informasi dari pihak perusahaan maupun informasi dari pihak lain mengenai program CSR perusahaan. Variabel ini diukur mengguankan skala ordinal, SPH : Sangat Paham, PH : Paham, TPH : Tidak Paham, KPH : Kurang Paham, TPHSS : Tidak Paham Sama Sekali.
2.
Sikap Masyarakat Lokal terhadap Program CSR adalah orientasi nilai, simbol, keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perilaku tindakan komunikasi seseorang atau kelompok. Sikap masyarakat lokal dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap responden terhadap program CSR perusahaan dan sikap responden dan masyarakat lokal terhadap keberadaan perusahaan. Variabel ini diukur menggunakan skala ordinal, SS : Sangat Setuju, S : Setuju, RR: RaguRagu, TS : Tidak Setuju, STS : Sangat Tidak Setuju.
3.
Tindakan, artinya tindakan nyata yang dilakukan masyarakat/ tokoh masyarakat setelah terjadi pengertian, pembentukan, dan perubahan sikap serta tumbuhnya hubungan baik. Variabel ini diukur menggunakan skala ordinal, menggunakan skala ordinal, SL : Selalu , SR : Sering, KK: Kadang-Kadang, P : Pernah , TP : Tidak Pernah. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas atau tingkat ketepatan adalah tingkat kemampuan instrumen
penelitian mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
47
48
kesahihan suatu instrumen. Validitas instrumen diperoleh dengan cara; (a) menyesuaikan daftar pertanyaan dengan judul penelitian; (b) memperhatikan saran-saran para ahli dan (c) teori-teori dalam pustaka. Instrumen dapat dikatakan valid apabila: (a) mampu mengukur apa yang diinginkan, (b) dapat mengungkap data dari peubah yang diteliti secara tepat, dan (c) dapat menggambarkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang peubah yang dimaksud (Arikunto, 2002; Kerlinger, 2004). Menguji validitas alat pengukur dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Mencari definisi dan rumusan konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis didalam literatur. 2. Menyesuaikan dengan instrumen yang telah dipakai para peneliti lain untuk mendapat data yang sama. 3. Mendiskusikan konsep tersebut dengan para ahli dan dosen pembimbing. 4. Menyusun kuesioner dengan mempertimbangkan kondisi responden dan melakukan studi banding pada penelitian yang pernah dilakukan (Singarimbu & Effendi, 2006). . Agar
kuesioner
mempunyai
tingkat
validitas
tinggi,
maka
daftar
pertanyaan disusun dengan cara: a) mendefinisikan secara operasional konsep yang diukur, b) melakukan ujicoba skala pengukuran tersebut pada sejumlah responden, c) mempersiapkan tabulasi jawaban, d) menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi “product moment” Spearman Brown. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen tersebut konsisten atau hasil pengukurannya relatif tidak berbeda bila digunakan untuk mengukur aspek yang sama. Maksud reliabilitas suatu tes mengacu kepada kemantapan, konsistensi, ketepatan dan akurasi suatu tes (Kerlinger, 2004). Reliabilitas atau tingkat keajekan adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Singarimbun & Effendi 2006). Pengujian Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana kuisioner yang digunakan dapat dipercaya atau dapat memberikan perolehan hasil penelitian yang konsisten apabila alat ukur ini digunakan kembali dalam pengukuran gejala
48
49
yang sama. Metode yang digunakan dalam pengujian reliabilitas ini adalah dengan menggunakan metode alpha cronbach berikut :
ri =
k
1 – Σ S 2i
k-1
St
Keterangan : ri Σ S 2i St k
= Nilai koefisien reliabilitas alpha cronbach = Jumlah ragam skor tiap-tiap item = Ragam total = Jumlah item
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap 20 responden. Kriteria responden untuk uji coba ini sama dengan kriteria responden penelitian yaitu aparat desa dan tokoh masyarakat yang aktif dalam pertemuan Bilikom dengan jumlah pertanyaan dalam kuesioner sebesar 113 pertanyaan. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas didapatkan 88 pertanyaan yang valid dengan kriteria uji bahwa nilai Sig. (2-tailed) < Alpha 5 persen. Di dalam penelitian ini, pertanyaan yang dinyatakan tidak valid dihilangkan dari kuesioner penelitian. Untuk hasil uji reliabilitas didapatkan bahwa variabel – variabel tersebut reliable untuk mengukur efektivitas komunikasi program tanggung jawab sosial melalui Bina Lingkungan Komunikasi (Bilikom) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. terhadap masyarakat sekitar (Lampiran 2) dengan kriteria uji nilai cronbach alpha > 0,6 (standar reliabel). Hasil analisis validitas dan reliabilitas kuesioner untuk masing-masing peubah selengkapnya disajikan pada Lampiran 1. Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2006). Sesuai dengan karakteristik orang dan bentuk pertanyaan yang terdapat pada responden maka mengukur pendapat, peran dan sikap responden diukur dengan skala pengukuran ordinal (berskala likert). Analisis kuantitatif menggunakan analisis korelasi, di mana
49
50
korelasi antar peubah dilakukan dengan uji statistik korelasi rank Spearman untuk data ordinal dan analisis khi-Kuadrat (Chi Square) untuk data nominal . Koefisien korelasi rank Spearman digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang keduanya mempunyai skala pengukuran ordinal. Analisis hubungan antara peubah bebas dengan peubah tak bebas dilakukan dengan uji korelasi rank Spearman (Siegel, 1992) dan menggunakan program SPSS 13.0 For Windows (Sarwono, 2006). Untuk menghitung koefisiensi korelasi rank Spearman menggunakan rumus sebagai berikut.
N
6 Σ di2 i=1
rs = 1 -
3
N -N
Keterangan: rs = Koefisien korelasi Rank Spearman N = Banyaknya jenjang di = Selisih jenjang untuk faktor yang sama Metode khi-Kuadrat digunakan untuk hubungan antar peubah yang jenis datanya adalah nominal. Untuk menghitung koefisien khi-Kuadrat menggunakan rumus sebagai berikut :
(f0 – fn)2 χ2 = ∑ fn Keterangan : χ2 = koefisien korelasi khi-Kuadrat f 0 = frekuansi yang diperoleh berdasarkan data fn = frekuensi yang diharapkan
50
51
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Geografis Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Ibukota RI dan secara geografis terletak pada posisi 6.19° - 6.47° Lintang Selatan dan 106°01’ – 107°103’ Bujur Timur. Luas wi layah berdasarkan data terakhir adalah 2.301,95 Km2 dan memiliki batas - batas wilayah sebagai berikut : Utara
: Kota Depok
Barat
: Kabupaten Lebak
Barat Daya : Kabupaten Tangerang Timur
: Kabupaten Karawang
Timur Laut
: Kabupaten Bekasi
Selatan
: Kabupaten Sukabumi
Tenggara
: Kabupaten Cianjur
Berdasarkan hasil Pendataan Sosial Ekonomi 2008, Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan, 428 desa/kelurahan, 3.770 RW DAN 15.124 RT. Sebagian besar desa pada Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai desa swakarya yakni 236 desa, lainnya 191 desa swasembada dan tidak ada desa swadaya. Berdasarkan klasifikasi daerah, dilihat dari aspek potensi lapangan usaha, kepadatan penduduk dan sosial terdapat kategori desa perkotaan sebanyak 199 dan desa pedesaan sebanyak 228 desa. Kabupaten Bogor dibagi dalam perwilayahan pembangunan yang merupakan dasar penyusunan agenda pembangunan dan rencana strategis setiap bidang dan program pembangunan dalam rangka penyeimbangan pembangunan antar wilayah. Maksud dan tujuan perwilayahan pembangunan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah secara seimbang antar kawasan dengan memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan berkesinambungan. Dilihat dari karakteristik wilayah dan perkembangan ekonomi wilayah, pola interaksi internal dan eksternal yang didukung oleh jaringan infrastruktur pelayanan baik lokal maupun regional serta kebijakan pengembangan dan penyebaran penduduk secara seimbang sesuai dengan daya dukung lingkungan, maka wilayah Kabupaten Bogor dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah pembangunan, yaitu: wilayah pembangunan barat, tengah dan timur.
51
52
Pembangunan wilayah barat meliputi 13 (tiga belas) kecamatan, yaitu Kecamatan Jasinga, Parung Panjang, Tenjo, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Tenjolaya, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan dan Kecamatan Rumpin, dengan luas wilayah sekitar 128.750 Ha. Pembangunan wilayah tengah meliputi 20 (dua puluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Rancabungur, Bojonggede, Tajurhalang, Cibinong, Sukaraja, Dramaga, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi, Megamendung, Cisarua, Citeureup, Babakan Madang, Ciomas dan kecamatan Tamansari, dengan luas wilayah sekitar 87.552 Ha. Pembangunan wilayah timur meliputi 7 (tujuh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Putri, Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur, Tanjungsari dan Kecamatan Cariu. Masyarakat Kabupaten Bogor memiliki beberapa karakteristik yaitu wilayah Bogor bagian utara corak penduduknya adalah Betawi Ora (atau campuran suku Betawi dan Sunda); wilayah Bogor bagian selatan corak dan bahasa penduduknya adalah campuran antara Bogor dengan Cianjur dan Sukabumi; sebelah barat corak dan bahasa penduduknya campuran antara Bogor dan Banten; bagian timur corak dan bahasa penduduknya campuran Bogor dengan Karawang, sedikit dengan Cianjur dan Bekasi. Kondisi Kependudukan Kabupaten Bogor Salah satu aset pembangunan yang dominan yang dimiliki suatu negara berkembang pada umumnya jumlah penduduk dan angkatan kerja yang demikian besar jumlahnya. Berdasarkan hasil registrasi dari Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana, pada Tahun 2009 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Bogor yaitu 4.477.344 jiwa seperti yang tercantum pada Tabel 3.
52
53
Tabel 3. Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten Bogor No.
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nanggung Leuwiliang Leuwisadeng Pamijahan Cibungbulang Ciampea Tenjolaya Dramaga Ciomas Tamansari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Megamendung Sukaraja Babakan Madang Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jonggol Cileungsi Klapanunggal Gunung Putri Citeureup Cibinong Bojonggede Tajurhalang Kemang Rancabungur Parung Ciseeng Gunung Sindur Rumpin Cigudeg Sukajaya Jasinga Tenjo Parung Panjang Total
Tahun 2008
2009
Pertumbuhan/Tahun (%)
88.139 11.164 78.048 136.006 123.007 139.478 50.883 90.476 129.565 81.860 75.137 83.143 109.583 92.642 109.882 91.036 152.078 86.257 73.978 47.234 48.767 113.276 202.964 76.226 225.780 170.123 251.562 205.568 88.562 80.102 97.083 101.736 94.505 86.054 124.626 113.310 62.924 95.223 63.935 93.558 4.340.520
88.057 113.210 73.420 139.374 123.490 139.822 54.626 92.402 130.344 85.062 75.742 83.299 109.713 93.749 110.040 91.518 153.157 98.233 75.654 47.243 48.819 113.706 185.234 76.763 300.826 174.319 252.742 218.183 89.388 82.959 97.056 102.072 94.752 86.671 131.886 115.816 62.993 97.258 66.047 101.699 4.477.344
-0,09 90,14 -6,30 2,42 0,39 0,25 6,85 2,08 0,60 3,76 0,80 0,19 0,12 1,18 0,14 0,53 0,70 12,19 2,22 0,02 0,11 0,38 -9,57 0,70 24,95 2,41 0,47 5,78 0,92 3,44 -0,03 0,33 0,26 0,71 5,50 2,16 0,11 2,09 3,20 8,00 3,06
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2010 (Diolah)
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2009 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3,06 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor
53
54
Tahun 2010 dari jumlah penduduk tersebut penduduk laki-lakinya berjumlah 2.289.006 jiwa dan perempuan 2.118.338 jiwa dengan ratio jenis kelamin 105. Besarnya jumlah penduduk tersebut akan membawa dampak, salah satunya adalah dampak terhadap persebaran dan densitas (kepadatan) penduduk. Di tahun 2008 kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang berkisar di atas 2000 jiwa/km2 sebanyak 20 kecamatan. Kecamatan tersebut antara lain Leuwisadeng, Cibungbulang, Ciampea, Tenjolaya, Dramaga, Ciomas, Taman Sari, Cijeruk, Cigombong, Ciawi, Megamendung, Sukaraja, Cileungsi, Gunung Putri, Citeureup, Cibinong, Bojong Gede, Tajur Halang, Ranca Bungur, dan Ciseeng (BPS Kabupaten Bogor, 2009). Dilihat dari segi struktur penduduk, Kabupaten Bogor memiliki struktur penduduk umur muda, hal ini membawa dampak semakin besarnya jumlah angkatan kerja. Perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk berumur 15 tahun lebih disebut dengan Partisipasi Angkatan Kerja. Tahun 2008 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Bogor untuk laki – laki 70,35 persen, perempuan 38,86 persen, dan secara total 55,24 persen. Hal ini terlihat masih mendominasi laki – laki dalam Partisipasi Angkatan Kerja. Dilihat dari jenis lapangan pekerjaan, penduduk Kabupaten Bogor paling besar bekerja di bidang pertanian dengan persentase sebesar 35,07 persen, kemudian di bidang industri sebesar 6,49 persen, perdagangan 26,69 persen, bidang jasa 8,98 persen, dan bidang lainnya sebesar 22,76 persen (BPS Provinsi Jawa Barat 2009). Kegiatan pembangunan di kabupaten ini secara keseluruhan lebih menitik beratkan pada bidang ekonomi meskipun pembangunan bidang sosial tetap berlangsung. Keberhasilan pembangunan di kabupaten ini juga ditunjang dengan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia juga dimaksudkan untuk menyiapkan masyarakat dalam menghadapi tantangan kehidupan di masa yang akan datang. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Bogor merupakan salah satu upaya pemerintah
Kabupaten
Bogor
untuk
meningkatkan
kualitas
sumber
daya
manusianya. Di tahun 2009, jumlah SD Negeri sebanyak 1.550 dengan jumlah guru 8.899 orang, SD Swasta berjumlah 688 dengan jumlah guru 8.863 orang, SLTP Negeri sebanyak 146 dengan jumlah guru 2.782 orang dan SLTP Swasta ada 601 dengan
54
55
jumlah guru 8.259 orang. Di jenjang SLTA ada sebanyak 44 SLTA Negeri dengan jumlah guru 469 orang, dan SLTA Swasta berjumlah 360 dengan jumlah guru 4.897 orang. Semakin baik kualitas pendidikan sangat menentukan keberhasilan Kabupaten Bogor (BPS Kabupaten Bogor, 2010). Potensi Pertanian, Perdagangan dan Industri Kabupaten Bogor Sektor pertanian mencakup tanaman pangan, perikanan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan. Sektor pertanian di Kabupaten Bogor memegang peranan yang sangat penting, mengingat luasnya lahan pertanian yang dimiliki dan juga sebagian besar desa di Kabupaten Bogor masih tergolong daerah pedesaan yang menitik beratkan pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian terutama untuk komoditas padi. Luas lahan yang digunakan untuk sawah pada tahun 2009 seluas 48.766 ha. Sedangkan produksi padi sawah tahun 2009 sebanyak 505.979 ton dan padi gogo/lading 7.313 ton. Produktifitas padi yang tinggi dapat dijadikan benteng Ketahanan Pangan di Kabupaten Bogor. Perkembangan produktivitas padi sawah dan padi gogo dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Perkembangan Produktivitas Tanaman Padi Sawah dan Padi Gogo Kabupaten Bogor Tahun 2003 – 2009 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2010 (Diolah)
55
56
Berdasarkan Gambar 2 didapatkan bahwa perkembangan produktivitas tanaman padi mengalami peningkatan setiap tahunnya terutama tanaman padi sawah. Peningkatan tersebut disebabkan semakin baiknya pengelolaan tanaman yanga dilakukan petani serta dukungan dari pemerintah daerah dalam peningkatan produktivitas. Di samping tanaman padi, komoditas pertanian lainnya yang dihasilkan Kabupaten Bogor antara lain ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, jagung, kacang kedele, tanaman sayuran seperti bawang daun, kentang, kubis dan sebagainya serta tanaman buah seperti alpukat, jambu biji, papaya, pisang, mangga dan tanaman buah lainnya. Selain tanaman pangan, sumber peningkatan gizi masyarakat Kabupaten Bogor lainnya adalah dengan tersedianya produksi ikan yang baik. Produksi ikan kolam air sawah tahun 2009 sebanyak 261,87 ton, kolam air tenang 24.073 ton, kolam air deras sebanyak 4.023,64 ton, ikan dari keramba sebanyak 31,56 ton benih ikan sebanyak 847.112.060 ekor dan ikan hias sebanyak 104.603.550 ekor (Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor 2010). Adanya produksi ikan tersebut, menunjukkan bahwa di Kabupaten Bogor memiliki potensi perikanan yang baik untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan juga memiliki andil yang sangat penting di kabupaten ini mengingat banyaknya jumlah peternakan yang masih dikelola secara tradisional namun memiliki hasil yang baik, sehingga jika mutunya terus ditingkatkan dapat dijadikan produk unggulan di Kabupaten Bogor. Jenis ternak yang diekembangakn terdiri dari ternak besar, ternak kecil dan unggas yang menghasilkan produk dalam bentuk daging, susu, dan telur. Besarnya produksi sub sektor peternakan Kabupaten Bogor adalah produksi daging (daging sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, dan itik) sebesar 87.447.214 kg, susu sebesar 10.767.500 liter dan produksi telur (ayam dan itik) sebesar 41.618.791 butir (Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2010). Sektor perdagangan merupakan sektor yang juga memiliki peranan penting dikarenakan fungsinya sebagai penggerak sektor ekonomi di Kabupaten Bogor. sektor perdagangan terbagi atas perdagangan ekspor dan impor. Pemerintah dan masyarakat selalu berupaya untuk meningkatkan nilai ekspor dan menekan nilai impor agar terjadi surplus perdagangan yaitu dengan cara meningkatkan kualitas produk ekspor agar dapat diterima masyarakat dunia. Ekspor non migas Kabupaten
56
57
Bogor mencakup komoditi elektronik, garment, tekstil, kantong plastik, shampo, obat-obatan, keramik, furniture, camera, alat saniter, boneka dan kain keras. Sedangkan impor mencakup jenis komoditi elektrikal, ban, konektor, minyak wangi, kain keras, elektronik dan stenlis. Selain sektor perdagangan, sektor industri juga berkembang di Kabupaten Bogor. Industri tersebut digolongkan menjadi industri besar, menengah dan kecil. Jenis industri yang berkembang di kabupaten ini antara lain industri pertambangan dan penggalian, pengolahan, listrik gas dan air, serta industri konstruksi. Di tahun 2006 industri pengolahan yang paling banyak berkembang di Kabupaten Bogor yaitu sekitar 27.784 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 380.807 orang, kemudian disusul oleh industri pertambangan dan penggalian sebanyak 3.565 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 9.513 orang. Industri konstruksi menempati urutan ketiga yaitu sebanyak 1.042 unit dengan penyerapan sebanyak 4.929 orang dan industri listrik, air, dan gas sebanyak 75 unit dengan penyerapan sebesar 1.699 orang (BPS Kabupaten Bogor, 2010). Perkembangan sektor perdagangan dan industri dapat dilihat juga pada banyaknya penerbitan Surat Izin Usaha dan Perdagangan (SIUP) di Kabupaten Bogor seperti yang terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Jumlah Penerbitan Surat Izin Usaha dan Perdagangan (SIUP) di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2009. Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2010 (Diolah)
57
58
Berdasarkan Gambar 3 didapatkan bahwa di Kabupaten Bogor perusahaan atau industri yang berkembang dengan pesat yaitu industri skala kecil. Hal tersebut mengindikasikan potensi industri di Kabupaten Bogor didominasi industri kecil yaitu sebanyak 1.648 pada tahun 2009. Pemerintah Kabupaten Bogor sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan industri kecil melalui program–program yang dicanangkan oleh Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan. Program-program tersebut antara lain: 1. Peningkatan mutu industri kecil konveksi di Kecamatan parung dan Bojong Gede 2. Pengembangan ragam makanan khas Jawa Barat 3. Peningkatan mutu dan diversifikasi produk agro Kecamatan Tenjolaya 4. Pembinaan dan pengawasan Depot Air Minum (DAM) 5. Pengembangan jasa elektronika, Kecamatan Bojong Gede, Kemang, Tajur Halang, Ciampea, dan Klapanunggal 6. Pemberdayaan rumah tangga miskin di lokasi PKH (Program Keluarga Harapan), Kecamatan Megamendung, Rancabungur, dan Cibinong. 7. Peningkatan mutu dan desain kemasan industri kecil agro, Kecamatan Ciomas, Kemang. 8. Pelatihan GMP (Good Manufacturing Product) Kecamatan Tenjolaya, Dramaga, Cigombong, Nanggung, Kemang dan Cijeruk. Dengan adanya program tersebut diharapkan mampu meningkatkan perkembangan industri kecil di Kabupaten Bogor guna memperluas lapangan kerja bagi masyarakat. Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Indocement) didirikan pada tahun 1985 dan saat ini merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen berkualitas, termasuk produk semen khusus. Perusahaan mengoperasikan 12 pabrik secara terpadu dengan total kapasitas produksi terpasang sebesar 17,1 juta ton semen per tahun, sembilan di antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
58
59
Tahun
2005,
Indocement
melakukan
diversifikasi
produk
dengan
meluncurkan Semen Komposit Portland (Portland Composite Cement/PCC). Indocement juga memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Ordinary Portland Tipe I, Tipe II dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement), Semen Putih (White Cement) dan White Mortar TR30. Indocement merupakan satusatunya produsen semen putih di Indonesia. Sejak tahun 2007, perusahaan juga menjadi salah satu pemasok utama beton siap-pakai. Indocement memiliki dua perusahaan agregat di lokasi strategis dengan total kapasitas 2 juta ton per tahun dan perkiraan cadangan 115 juta ton. Produk-produk perusahaan dipasarkan dengan merek dagang Tiga Roda. Di tahun 2001, Heidelberg Cement Group yang berbasis di Jerman menjadi pemegang
saham
mayoritas Indocement.
Sejak
itu,
perusahaan bertekad
memulihkan kondisi keuangan yang sehat. Di triwulan kesatu 2009, Indocement berhasil mencapai posisi kas positif. Selain itu saham Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia, dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp50.433 miliar di akhir tahun 2009. Per 31 Desember 2009, jumlah karyawan perusahaan adalah 5.858 orang. Di awal 2010, Indocement diharapkan dapat menyelesaikan pembangunan fasilitas penggilingan semen baru di Pabrik Palimanan, yang memberikan tambahan kapasitas produksi tahunan perusahaan sebesar 1,5 juta ton semen sehingga keseluruhan menjadi 18,6 juta ton semen per tahun. Perusahaan dalam menjalankan usahanya didasarkan pada Misi “Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, semen dan bahan bangunan yang terkait, serta jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan. Visi
dari perusahaan adalah
“Pemimpin pasar semen yang berkualitas dan pemain penting di bidang beton siappakai di dalam negeri.” Moto perusahaan sendiri adalah “Turut membangun kehidupan bermutu.” Indocement memiliki komitmen tinggi dalam pengembangan masyarakat dan pemeliharaan lingkungan sekitar. Bentuk komitmen perusahaan dapat dijabarkan menjadi tiga: 1. Komitmen terhadap Lingkungan dan Masyarakat Pertanggungjawaban dari manajemen lingkungan dan upaya pengawasan Indocement termasuk inisiatif untuk mereduksi emisi karbondioksida. Indocement memutuskan untuk ikut memberikan kontribusi terhadap perlindungan iklim global
59
60
dengan upaya reduksi emisi karbondioksida menggunakan teknologi dan teknik yang belum sepenuhnya diterapkan oleh industri semen di Indonesia. Industri semen berkontribusi secara signifikan terhadap emisi gas rumah kaca secara global. Isu lingkungan yang berhubungan dengan pabrik semen adalah debu, bising, dampak terhadap tanah, udara dan kualitas air sehingga menambah tekanan pada industri ini untuk turut respek kepada upaya pengembangan berkelanjutan. Di samping banyaknya perubahan yang mempengaruhi industri semen, Indocement menyadari bahwa untuk terus bertahan di masa yang akan datang, tujuan bisnis dari industri semen adalah turut serta dalam keberhasilan pengembangan berkelanjutan, dengan kata lain adalah "memenuhi kebutuhan pada saat ini tanpa melupakan pada kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya". Indocement terus memberikan andil yang signifikan dalam mengurangi dampak lingkungan dan memaksimalkan pengembangan pada masyarakat sekitar. Semen diproduksi dengan seleksi pyro-processing, persiapan bahan baku dan penggilingan klinker yang dihasilkan. Bahan baku adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat, dan biji besi. Sejumlah kecil gipsum ditambahkan pada penggilingan akhir untuk memperlambat setting time. Hal tersebut meyebabkan dampak lingkungan terutama dampak pada udara, tanah, dan lingkungan sekitar. Selama beroperasi sekian puluh tahun di Indonesia, ketiga pabrik Indocement menerapkan manajemen lingkungan dan pengawasan yang baik. Rangkaian intitusional,
manajemen,
dan
pengukuran
pengendalian
diterapkan
dalam
pengoperasian sesuai standar yang berlaku di Indonesia. Di lapangan, Indocement berhasil mencegah dampak lingkungan dan masyarakat. Jika dampak yang tidak bisa dihapuskan, Indocement berkomitmen untuk menguranginya hingga ambang batas wajar. Sumber utama dampak kualitas udara pada industri semen adalah debu dan emisi gas seperti karbondioksida. Indocement telah menginstalasi Electrostatic Precipitator yang memenuhi standar di Indonesia dan internasional. Debu dan emisi gas dipantau sesuai dengan pemenuhan standar aplikasi. Penambangan bahan baku juga berdampak pada pemanfaatan dan topografi tanah. Indocement mengoperasikan penambangan yang tidak jauh dari lokasi pabrik sesuai dengan panduan dari pemerintah. Perhatian juga diberikan pada rehabilitasi lahan tambang. Lahan ditambang dengan kontur yang sesuai dengan pemenuhan batas stabilitas
60
61
tanah. Rehabilitasi permukaan tanah adalah upaya berkelanjutan dari manajemen Indocement. Sesuai dengan standar dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, Indocement memperoleh izin operasional lingkungan yang dituangkan dalam Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang menjadi bagian dalam Analisa Manajemen Dampak Lingkungan (AMDAL) di setiap pabrik. Bentuk konkrit dari inisiatif dalam pengendalian polusi dan kualitas udara, Indocement ikut ambil bagian dalam PROPER dan Program Langit Biru dari pemerintah Indonesia. Indocement berhasil mempertahankan akreditasi ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan. Sistem Manajemen Lingkungan ini merupakan verifikasi dari pihak ketiga. Sejalan dengan tren yang berlaku di luar negeri terhadap kewajiban perusahaan dan tanggung jawab sosial Indocement menyusun suatu ringkasan perencanaan manajemen lingkungan terhadap berbagai aspek lingkungan dan komitmen
sosial
yang
diimplementasikan.
Mitigasi
lingkungan
dan
upaya
manajemen dikembangkan untuk lima sumber daya alami, yaitu udara, air, tanah, flora dan fauna, serta sumber daya manusia. 2. Komitmen Memaksimalkan Pengembangan Masyarakat Sekitar Indocement untuk terus memaksimalkan pengembangan masyarakat sekitar. Sejumlah prinsip pokok dijadikan panduan bagi upaya Indocement untuk pengembangan dan pelayanan masyarakat. Indocement memfokuskan pada upaya yang bersentuhan dengan masyarakat yang berhubungan dengan isu lingkungan. Kunci utama adalah turut melibatkan masyarakat dengan sejumlah kebutuhan dalam melindungi lingkungan dan kualitas kehidupan bersama. Indocement menggagas pendekatan yang kolaboratif dalam menyusun program pengembangan masyarakat. Indocement selalu berhubungan dengan tokoh masyarakat sekitar untuk menyampaikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Indocement saat ini mempunyai program pengembangan masyarakat yang meliputi 12 desa. Pengembangan utama pada masyarakat mencakup pendidikan, kesempatan kerja,`nilai budaya dan sosial, infrastruktur, dan kesehatan masyarakat. Indocement menyadari bahwa dialog dan kepercayaan adalah yang hal yang sangat penting. Kepercayaan dibangun dengan mengadakan
61
62
kegiatan bina lingkungan dan komunikasi (Bilikom) dan menerapkan keterbukaan dalam berbagi informasi. 3.
Komitmen pada Perlindungan Iklim Global. Tingkat reduksi emisi yang diterapkan pada jenis terbaru semen yang
menggunakan bahan aditif yang memiliki kandungan klinker lebih sedikit daripada Ordinary Portland Cement (OPC), tetapi mempunyai kekuatan yang sama, dan menggantikan sejumlah bahan bakar fosil dengan bahan bakar alternatif dalam berbagai bentuk dan jenis limbah. Jenis limbah yang sudah dikaji sampai saat ini termasuk sekam padi, cangkang kelapa sawit, tekstil, ban bekas, dan oli bekas. Perubahan pada fasilitas dan pabrik semen sejalan dengan pengenalan bahan aditif dan bahan bakar alternatif akan menghasilkan perubahan lingkungan seperti: •
Penggunaan bahan aditif untuk mengurangi kandungan klinker pada semen lebih relevan dengan tanggung jawab proses teknologi dan kualitas pengawasan sejalan dengan syarat lingkungan dan kepedulian sosial. Penggunaan bahan bakar dalam memproduksi klinker dapat dikurangi sama halnya dengan emisi gas.
•
Penggunaan bahan bakar alternatif pada tanur semen berhubungan dengan isu lingkungan merupakan bentuk kepedulian utama terkait dengan emisi yang dihasilkan pada proses pembakaran dapat dilakukan tanpa mengurangi kondisi lingkungan di sekitar pabrik. Hal ini sejalan dengan program pemantauan lingkungan. Perubahan ini dan dampak lingkungannya dapat diukur dari emisi reduksi
CO2 yang sesuai dengan Rencana Manajemen Lingkungan dari Indocement, termasuk upaya pemantauan yang berhubungan dengan inisiatif pengurangan emisi. Sebagai wujud tanggung jawab kepada kepentingan umum dari perencanaan pengukuran reduksi emisi ini, pertemuan mingguan dengan masyarakat sekitar diadakan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat sekitar. Aktifitas perencanaan reduksi emisi ini dikomunikasikan dalam bahasa Indonesia dalam beberapa pertemuan yang diadakan sejak Oktober 2003. Pertemuan ini meliputi 12 desa, guru, Camat (kepala desa) dan tokoh masyarakat.
62
63
Bentuk Tanggung Jawab Sosial PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan
dalam mewujudkan etika bisnis
(beyond legal) dan sebagai komitmen untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan secara berkelanjutan. Indocement menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia mencapai Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals – MDG) untuk pengentasan kemiskinan sampai tahun 2015. Indonesia merupakan salah satu dari 189 negara penandatangan Deklarasi Milenium pada bulan September 2000. Program CSR Indocement dilaksanakan di tiga pabrik yakni pabrik Citeureup, Kabupaten Bogor, pabrik Palimanan, Kabupaten Bogor dan pabrik Tarjun, Kalimantan Selatan dengan mengacu pada lima Pilar yaitu (1) pendidikan, (2) ekonomi, (3) kesehatan, (4) sosial, budaya dan olahraga, (5) keamanan. Terkait dengan MDG, program CSR Perusahaan telah mendukung pencapaian sasaran MDG 1 sampai MDG 7, dan menitikberatkan pada pengentasan kemiskinan (MDG 1) dan lingkungan hidup yang berkelanjutan (MDG 7). Tanggal 15 Oktober 2009 Indocement menerima Peringkat Emas dalam Program PROPER periode 2008-2009 untuk Pabrik Citeureup. Selain itu, Pabrik Palimanan memperoleh Peringkat Hijau. Program PROPER merupakan prakarsa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia untuk mendorong penerapan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan di kalangan perusahaan. Di periode 2008-2009, kriteria PROPER terutama menekankan aspek pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan lingkungan, serta tanggung jawab sosial perusahaan. Indocement adalah salah satu dari dua perusahaan yang berhasil memperoleh Peringkat Emas sejak program PROPER diselenggarakan pada tahun 2002. Pemeringkatan PROPER diberikan berdasarkan penilaian atas kepatuhan Perusahaan terhadap berbagai kriteria seperti penanganan polusi air dan udara, penanganan limbah beracun dan berbahaya, serta persyaratan lain terkait dengan kelengkapan
dokumen
AMDAL
(Analisa
Manajemen
Dampak
Lingkungan)
Perusahaan. Penilaian juga mencakup kajian atas upaya penerapan prinsip manajemen lingkungan yang berkelanjutan serta program CSR yang dilakukan Perusahaan.
63
64
Selain telah menerapkan standar ISO 14001 dalam sistem manajemen lingkungan, Indocement juga menerapkan prinsip 3R (reuse, recycle, recovery) melalui kebijakan penggunaan bahan bakar dan bahan baku alternatif dalam produksi perusahaan. Dua prakarsa penting terkait peningkatan efisiensi operasional dan pengurangan konsumsi bahan bakar dan emisi CO2 adalah: (1) Proyek Bahan Bakar Alternatif, dan (2) Proyek Blended Cement. Kedua prakarsa yang dimulai sejak tahun 2006 tersebut memiliki kaitan erat dengan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Selain dapat menghemat biaya kebutuhan energi, kedua prakarsa tersebut juga sangat efektif untuk mengurangi emisi CO2. Pencapaian ini sejalan dengan program pengendalian pemanasan global di bawah Konvensi Kerangka Kerja Persatuan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia pada bulan Juli 2004. Indocement telah bekerja sama dengan beberapa pihak untuk mewujudkan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism – CDM) sebagaimana diatur oleh Protokol Kyoto. Program CDM memungkinkan sebuah perusahaan untuk memperoleh kredit karbon atas pengurangan yang dapat diverifikasi pada emisi CO2 yang dihasilkan. Kredit karbon dalam satuan Emisi Reduksi yang Disertifikasi (CER) diberikan untuk setiap ton pengurangan emisi CO2. CER yang diperoleh kemudian dapat dijual pada perusahaan yang ingin memenuhi target pengurangan emisi karbon. Di proyek bahan bakar alternatif, Indocement bekerja sama dengan konsultan untuk menghitung secara akurat volume emisi CO2 yang dapat dikurangi melalui pemakaian bahan bakar alternatif selama periode dua tahun, dibandingkan apabila memakai bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi yang setara. Di tahun 2008 Indocement memperoleh 80.967 CER dari proyek bahan bakar alternatif. Proyek Blended Cement juga memakai mekanisme yang sama terkait pengurangan emisi CO2 akibat penggunaan bahan baku alternatif pada produksi semen komposit Perusahaan. Sampai dengan Desember 2009, Proyek Blended Cement masih berada pada tahap verifikasi. Di Indonesia, relatif belum banyak perusahaan yang berpartisipasi pada proyek CDM, sekalipun pemerintah telah meratifikasi Protokol Kyoto sejak beberapa tahun yang lalu. Diterimanya CER di tahun 2008 untuk Proyek Bahan Bakar Alternatif, Indocement menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang berhasil
64
65
menyelesaikan suatu siklus proyek CDM. Pelaksanaan proyek memang berjalan lambat akibat lamanya proses verifikasi yang diperlukan, namun hal ini bisa dimengerti mengingat bahwa aktivitas pengurangan emisi CO2 masih merupakan proyek perintis yang relatif baru diperkenalkan di Indonesia. Indocement berkomitmen mendukung lingkungan yang berkelanjutan dengan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil. Efisiensi penggunaan energi adalah strategi bisnis yang baik, dan menjadi landasan Perusahaan dalam upayanya memenuhi peningkatan permintaan pasar secara berkelanjutan. Indocement berharap dapat menjadi panutan bagi perusahaan lain di berbagai industri yang padat emisi karbon di Indonesia. Sejak bulan Agustus 2007, Indocement melakukan penanaman pohon jarak pagar (Jatropha Curcas) sebagai upaya rehabilitasi lahan paska penambangan. Sekitar 70 hektar lahan di sekitar Pabrik Citeureup dan 100 hektar lainnya di lokasi Pabrik Palimanan dan Pabrik Tarjun telah direhabilitasi. Selain untuk rehabilitasi lahan, penanaman jarak pagar diharapkan dapat menghasilkan sumber energi terbarukan dan menjadi sumber penghasilan tambahan bagi komunitas di sekitar lokasi operasional perusahaan. Program ini dilakukan melalui kerja sama teknis dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon dan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin di masing-masing lokasi. Upaya lain yang juga merupakan langkah terobosan untuk mendorong praktik lingkungan yang berkelanjutan adalah program pengelolaan sampah, di mana sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh komunitas di sekitar lokasi operasional Perusahaan diolah menjadi biogas (sebagai bahan bakar alternatif) dan kompos (sebagai pupuk untuk tanaman jarak pagar). Perusahaan juga membantu masyarakat setempat memanfaatkan kotoran sapi yang menghasilkan biogas untuk keperluan rumah tangga mereka. Sampai dengan akhir tahun 2009, sebanyak 12 reaktor biogas telah terpasang di rumah masyarakat di kawasan sekitar lokasi operasional Perusahaan. Di bidang pendidikan, Indocement mengadakan program pelatihan guru bagi sekolah menengah di sekitar lokasi operasional perusahaan. Program ini mendapat sambutan baik dari masyarakat. Di bulan Agustus 2009, Indocement juga menyiapkan sebuah bengkel kecil yang memberikan pelatihan keterampilan montir sepeda motor. Fasilitas ini sangat diminati mengingat sepeda motor merupakan
65
66
moda transportasi utama bagi kebanyakan keluarga di sana. Terkait aspek pengentasan kemiskinan, Perusahaan fokus pada bantuan pengembangan sumber mata pencaharian bagi individu di sekitar lokasi usaha. Bagi Indocement, keberhasilan upaya ini diukur dari dampaknya yang berkelanjutan. Peserta program, dalam hal ini diharapkan mampu melanjutkan usaha agar dapat memberikan nafkah bagi keluarganya setelah berakhirnya program. Di tahun 2009, Indocement bekerja sama dengan IPB membuka sebuah fasilitas pelatihan di Citeureup untuk membekali peternak domba setempat dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan, melalui sesi pelatihan selama 3 bulan. Di akhir tahun 2009, program tersebut telah mulai dengan angkatan pertama sebanyak 30 peserta dari komunitas sekitar, yang diharapkan akan menyelesaikan pelatihan di triwulan pertama tahun 2010. Selanjutnya, perusahaan merencanakan sesi pelatihan bagi 100 sampai 120 peserta setiap tahunnya. Bekerja sama dengan dinas terkait, perusahaan juga membuka fasilitas pelatihan di dekat Pabrik Palimanan yang memberikan pelatihan dan bimbingan bagi petani dan nelayan di sekitar wilayah tersebut. Fasilitas pelatihan tersebut juga telah mulai dengan angkatan pertama di akhir tahun 2010, dan rencananya akan berlanjut dengan jumlah peserta yang sama di tahun berikutnya. Prakarsa lain yang dilakukan Indocement untuk membantu meningkatkan kesejahteraan warga komunitas di sekitar lokasi operasionalnya adalah melalui skema kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Bekerja sama dengan Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia, Perusahaan bertindak selaku fasilitator untuk penyaluran dana kepada usaha kecil dan mikro. Skema pembiayaan mikro membantu pedagang kecil untuk meningkatkan penghasilan dan bahkan membuka kesempatan kerja bagi orang lain. Sampai saat ini, sekitar 32 pengusaha kecil telah memanfaatkan program tersebut, sehingga mereka terhindar dari praktik lintah darat yang seringkali justru membuat mereka semakin terpuruk akibat bunga pinjaman yang sangat tinggi. Selain tujuan jangka panjang dalam pengentasan kemiskinan dan pelestarian serta perbaikan lingkungan hidup, Indocement juga aktif berpartisipasi memberikan bantuan dana kemanusiaan dan bencana alam. Di tahun 2009, perusahaan memberikan bantuan kemanusiaan pada dua peristiwa bencana gempa bumi. Bantuan pertama ditujukan bagi masyarakat di Tasikmalaya, Jawa Barat, yang
66
67
diguncang gempa bumi pada tanggal 2 September 2009. Tidak lama berselang, Perusahaan kembali membantu korban bencana gempa bumi yang lebih parah lagi yaitu yang terjadi di Padang, Sumatera Barat, pada tanggal 30 September 2009. Pada kedua peristiwa tersebut, Perusahaan mengalokasikan dana sekitar Rp 410 Juta, dimana sekitar Rp 140 Juta diantaranya berasal dari sumbangan karyawan Perusahaan.
Melalui
berbagai
upaya
tersebut
di
atas,
Indocement
terus
berkontribusi membantu Indonesia mencapai target MDG. Indocement juga rutin mensosialisasikan program CSR dan lingkungan hidup ke perusahaan yang beroperasi di sekitarnya, dengan harapan dapat menjadi panutan dalam pelaksanaan CSR. Departemen CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., sebagai salah satu produsen terbesar di Indonesia wajib melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal tersebut didasarkan pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas yang menyebutkan setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial dan. Perusahaan memiliki suatu bagian dalam organisasi perusahaan yang dikhususkan untuk menangani segala kegiatan yang terkait dengan tanggung jawab sebagai perusahaan ekstraktif tersebut. Bagian perusahaan yang secara khusus menangani kegiatan tanggung jawab sosial adalah Corporate Social Responsibility Department (CSR Department). Departemen CSR dipimpin oleh kepala departemen (Department Head) yang berada di bawah Divisi Safety, Security, dan CSR yang dikepalai oleh seorang manager.
Departemen
ini
memiliki
tanggung
jawab
untuk
menjaga
dan
meningkatkan hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat yang berada di lingkungan sekitar perusahaan. Misi Departemen CSR Indocement adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan (sustainable development). Visi Departemen CSR adalah
membangun
kepentingan
perusahaan
67
untuk
kepentingan
bersama
68
perusahaan dan komunitas khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. Ranah kerja Departemen CSR berdasarkan visi dan misi tersebut adalah sebagai departemen yang menghubungkan antara perusahaan dengan masyarakat yang dilandasi dasar pengembangan masyarakat. Salah satu kewajiban yang harus dilakukan adalah memberi pendidikan kepada warga masyarakat sekitar mengenai hak dan kewajiban yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Selain itu, Departemen CSR memiliki tugas utama yakni menjalankan proyek CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan. Departemen CSR selalu melaksanakan proyek-proyek CSR dengan landasan konsep tripple bottom lines, yakni konsep yang menggambarkan kewajiban perusahaan yang harus bertanggung jawab terhadap keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pelaksanaan gagasan-gagasan dan tanggung jawab sosial perusahaan bertujuan untuk memberikan mata pencaharian, perhatian dan perlindungan yang layak bagi masyarakat dan lingkungannya untuk memastikan keberlangsungan pertumbuhan serta kesejahteraan bagi generasi berikutnya. (Departemen CSR Indocement, 2010). Pelaksanaan kegiatan CSR oleh perusahaan juga terinspirasi oleh tujuan pembanguan milenium (Millenium Development Goals) yang dicetuskan oleh PBB pada tahun 2000. Program CSR Indocement bertumpu pada dua kegiatan yaitu: pertama Community Development Program dan kedua Sustainable Develompent Program. Community Development Program Indocement mengacu pada lima pilar yaitu: 1. Pilar Pendidikan 2. Pilar Ekonomi 3. Pilar Kesehatan 4. Pilar Sosial, Budaya dan Keagamaan 5. Pilar Keamanan Jenis kegiatan CSR yang termasuk dalam Community Development Program Indocement dapat dilihat pada Tabel 4.
68
69
Tabel 4. Jenis Kegiatan Community Development Program Indocement. Tahun 2008-2010 NO PROGRAM 2008 2009 2010 KETERANGAN 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Pilar Pendidikan Anak asuh & Beasiswa 93 525 764 SD, SLTP, SLTA & PT Sarana pendidikan 77 330 296 Renovasi, mebeller, dll Pendidikan keterampilan 217 204 178 Menjahit, pertanian, otomotif, dll Perpustakaan Mandiri 1.586 647 4.804 Fasilitas & buku Pilar Kesehatan Puskesmas keliling 9.741 8.958 8.675 Pasien Makanan tambahan 21.600 93.600 54.720 Milo Sc Penyuluhan kesehatan 8.276 8.848 8.748 HIV/Aids, Hidup sehat, dll Operasi Katarak 16 24 28 Peserta Khitanan Massal 96 84 112 Peserta Sarana air bersih 3 4 4 Unit di Desa Binaan Lomba balita sehat 36 36 35 Peserta Bersih & hijau lingkungan 2 3 - Unit di Desa Binaan Pilar Ekonomi Modal bergulir UMKM 34 48 8 UMKM yang menerima bantuan Tenaga kerja kontraktor 3.063 2.569 3.509 Berasal dari Desa Binaan Local purchase 19 24 16 UMKM Desa Binaan Pilar Sosial Budaya Agama Olahraga & Infrastruktur Pembangunan jalan 3.191 7.625 3.976 Meter Pembangunan jembatan 1 Unit Saluran air 300 530 125 Meter Sarana Ibadah 5 7 8 Unit Fasilitas sosial & umum 7 8 3 Olah raga, taman bermain, dll Pilar Keamanan Rakor Pengamanan 12 12 4 Kegiatan Pembangunan Pos Kamling 5 - Unit Pelatihan Linmas 120 60 Unit Seragam Linmas 600 336 - Unit
Sumber: Data Expose Departemen CSR Indocement, 2011
Program Pendidikan yaitu peningkatan jumlah bantuan anak asuh, sejalan dengan Program Wajib Belajar 9 tahun dimana dapat lebih banyak menyerap anak tidak mampu untuk bersekolah. Sarana pendidikan mebeler dan renovasi sekolah, telah mampu membantu sekolah-sekolah yang kondisinya memprihatinkan, sehingga kegiatan belajar dan mengajar dapat terselenggara dengan baik. Meningkatkan kemauan membaca dengan program Perpustakaan mandiri, dimana setiap tahunnya mengalami peningkatan bantuan buku-buku sekolah dan buku-buku cerita. Pengembangan sumber daya manusia di desa binaan, melalui program
69
70
pelatihan unskill sudah terserap oleh perusahaan disekitar dan menumbuhkan enterpreneur skala desa. Kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat sangat mempengaruhi pola hidup masyarakat, melalui penyuluhan kesehatan, mengurangi angka kunjungan pusling. Sarana air bersih menjadi perhatian yang cukup serius di Program Kesehatan ini, karena letak Geografis mayoritas Desa binaan yang sulit air bersih, karena itu setiap tahun diupayakan untuk membangun sarana air bersih di desa binaan,terutama diwilayah yang paling membutuhkan. Program perbaikan maupun pembangunan infrastruktur desa dilaksanakan dengan tujuan semakin baiknya infrastruktur di desa, maka semakin meningkatnya manfaat yang di dapat oleh warga masyarakat, jalan yang baik akan menyebabkan kemudahan transportasi dan tumbuhnya potensi-potensi usaha di desa. Fasilitasfasilitas umum yang semakin baik menimbulkan berbagai manfaat, seperti saluran air yang baik tidak akan menyebabkan banjir. Disamping itu keberadaan operasi Perusahaan yang berada di tengah-tengah masyarakat memungkinkan adanya ancaman keamanan yang cukup tinggi, kordinasi dan komunikasi dengan lini terkait terutama di desa binaan tentunya sangat penting, pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan SDM Linmas di desa binaan, juga ikut berperan menghasilkan Linmas-linmas yang mengerti standar pengamanan lingkungan yang memadai Jenis kegiatan CSR yang termasuk ke dalam Sustainable Develompent Program antara lain: 1. Budidaya jarak pagar dibekas lahan tambang 2. Pengelolaan sampah menjadi biogas 3. Peternakan terpadu dan pelatihan peternak domba 4. Pelatihan bengkel motor terpadu 5. Pemberian Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Bina Lingkungan Komunikasi (Bilikom) PT Indocement Tbk. Sebelum program CSR dilaksanakan, perusahaan melakukan pendekatan dengan masyarakat melalui kegiatan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi). Bilikom adalah forum komunikasi formal antara Indocement dengan desa yang diwakili oleh para pemangku kepentingan/stakeholders (tokoh masyarakat/opinion
70
71
leaders) dalam tatanan masyarakat desa berdasarkan peran dan fungsinya dalam masyarakat dilaksanakan secara periodik. Kedudukan Bilikom sangat strategis, yaitu mempertemukan antara eksternal dan internal stakeholders perusahaan yaitu Departemen CSR sebagai internal perusahaan dengan pemerintah desa dan tokoh masyarakat sebagai pihak eksternal desa seperti yang terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kedudukan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Bilikom mulai dilaksanakan Indocement pada tahun 1999 dengan nama Bina Lingkungan (Bilik). Program Bilik ini bersifat informal dengan karakteristik program adalah responsive dan bersifat katikatif atau charity. Pada tahun 2006 program Bilik berkembang, yaitu dilaksanakan reguler namun tanpa adanya
stakeholders
mapping dan agenda yang akan dilaksanakan belum terstrukur. Masih bersifat semi informal dan karakteristik dari programnya adalah sosial dengan fokus pada pembangunan wilayah pedesaan dan peningkatan tanggung jawab lingkungan. Kemudian tahun 2007 hingga saat ini Bilik desempurnakan menjadi Bilikom (Bina Lingkungan Komunikasi). Bilikom dilaksanakan reguler dengan Key Permornace Index (KPI) dan adanya stakeholders mapping (waktu, agenda, dan notulensi). Kegiatan ini menjadi bersifat formal dan komunikatif. Karakteristik programnya
71
72
bersifat basic need dan skala prioritas berdasarkan peta demografi sosial dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Anggota Bilikom merupakan perwakilan perusahaan seperti tim Departemen CSR, security, dan lini terkait disesuaikan dengan wilayah desa yang berbatasan dengan areal Indocement dan perwakilan masyarakat yang terdiri dari pemerintahan desa (Kades, Sekdes, Kepala Bidang dan Staf Desa), BPD, LPM, Ketua RW, Kepala Dusun, Ketua RT, tokoh masyarakat (pendidik, agama, Kyai/Ulama), tokoh pemuda, dan ibu PKK serta perwakilan Muspika Kecamatan, Babinsa dan Babinmas. Bilikom dilaksanakan selama 48 kali di 12 desa binaan selama satu tahun. Setiap desa mendapat kesempatan empat kalI putaran Bilikom selama setahun dengan agenda: •
Putaran
pertama
penyampaian
program
yang
telah
disetujui
oleh
perusahaan, penyampaian waktu pelaksaan dan pembentukan tim yang akan melaksanakan program. •
Putaran kedua evaluasi progres pelaksanaan program CD lima pilar semester pertama
•
Putaran ketiga, penyampaian hasil musrenbangdes kepada perusahaan untuk dikaji untuk menjadi bahan skala prioritas perusahaan, dan evaluasi progam lima pilar yang telah dilakukan dan belum dilakukan.
•
Putaran keempat evaluasi program CD lima pilar yang telah berjalan selama setahun dan silaturahmi pasca idul fitri.
•
Disetiap putaran setelah agenda utama selalu diisi dengan diskusi tematis terkait lingkungan yang temanya dari Indocement. Kegiatan Bilikom ini diharapkan mampu menciptakan komunikasi dua arah
dan pemahaman secara baik antara masyarakat dengan perusahaan, memperjelas program/kebijakan perusahaan dan program desa secara periodik, memberikan masukan dalam bentuk kritik maupun saran dari masyarakat demi keberlanjutan perusahaan, mengedukasi masyarakat tentang suatu topik/ program yang dijalankan di desa dan membangun kebersamaan antara perusahaan dengan masyarakat
72
73
Deskripsi Lokasi Penelitian Indocement memiliki desa binaan sebanyak 12 desa yang tersebar di tiga kecamatan di Kabupaten Bogor. Penentuan 12 desa binaan tersebut didasarkan pada kedekatan geografis antara perusahaan dengan desa-desa tersebut, asas manfaat (pemanfaatan potensi desa sebagai bahan baku operasional perusahaan), dan desa yang dilalui jalur conveyor. Desa tersebut antara lain Desa Citeureup, Tajur, Hambalang, Tarikolot, Pasirmukti, Gunung Sari, dan Kelurahan Puspanegara yang berada di Kecamatan Citeureup. Selain itu Desa Lulut, Leuwikaret, Bantarjati, Nambo yang berada di Kecamatan Klapanunggal dan Desa Gunung Putri yang berada di Kecamatan Gunung Putri. Peta wilayah desa Binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa dapat dilihat pada Lampiran 3. Penetuan Program CSR yang dijalankan di 12 desa binaan didasarkan pada social mapping atau pemetaan sosial oleh pihak perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dan data yang jelas mengenai situasi dan kondisi yang ada di masyarakat binaan sehingga dapat menentukan prioritas program yang akan dilaksanakan agar tepat guna dan tepat sasaran. Disamping itu juga memperhatikan potensi desa, seperti jumlah penduduk dan luas wilayahnya. Desa binaan Indocement tergabung dalam tiga kecamatan, yaitu kecamatan Citeureup. Klapanunggal dan Gunung Putri. Letak geografis ketiga kecamatan saling berdekatan, jarak antar kecamatan tidak terlalu jauh. Jarak antara Kecamatan Klapanunggal dengan Kecamatan Citeureup sekitar 11 Km, jarak antara Kecamatan Klapanunggal dengan Kecamatan Gunung Putri sekitar 5 Km dan jarak antara Kecamatan Gunung Putri dengan Kecamatan Citeureup sekitar 6 Km. Jarak yang relatif dekat menyebabkan kondisi ketiga kecamatan relatif sama. Luas ketiga kecamatan berbeda, dan kecamatan Gunung Putri memiliki wilayah yang paling kecil dibandingkan dengan kecamatan lainnya seperti ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Klapanunggal, Gunung Putri, dan Citeureup Tahun 2009 Kepadatan No. Kecamatan Jumlah penduduk (Jiwa) Luas Wilayah (Km2) (Jiwa/Km2) 1. Klapanunggal 76.763 98 783,30 2. Gunung Putri 300.826 56 5371,89 3. Citeureup 174.319 67 2601,78 Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Bogor 2010 (Diolah)
73
74
Berdasarkan Tabel 5 didapatkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Gunung Putri paling besar dibandingkan dengan yang kecamatan lainnya, sehingga kepadatan penduduk kecamatan ini juga yang paling tinggi. Hal tersebut disebabkan Kecamatan Klapanunggal dan Kecamatan Citeureup merupakan salah satu kawasan industri di Kabupaten Bogor. Kawasan industri tersebut antara lain, Kompleks Industri Branta Mulia di Desa Tarikolot, Kompleks Industri Indocement di Desa Citeureup, Cibinong Centre Industrial Estate (CCIE) Citeureup dan Kompleks Industri Korin di Desa Bantar Jati Klapanunggal. Disamping menjadi kawasan industri di ketiga kecamatan ini juga berkembang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Berdasarkan data Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor Tahun 2010 jumlah UMKM formal sebesar 8700 unit, dan UMKM non formal sebesar 35.147 unit. Berkembangnya UMKM hingga tahun 2010 di Kabupaten Bogor mampu menyerap tenaga kerja sebesar 22.260 orang. Perkembangan UMKM ketiga kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Persentasi Jumlah Total UMKM di Kecamatan Klapanunggal, Gunung Putri dan Citeureup terhadap Jumlah Total UMKM Kabupaten Bogor Tahun 2010 Tahun No.
Kecamatan 2006-2009
2010
Total Hingga Tahun 2010
Persentase Jumlah Total UMKM Kecamatan terhadap Total UMKM Kabupaten Bogor (%)
1. 2.
Klapanunggal Gunung Putri
90 186
12 45
102 231
1,17 2,66
3.
Citeureup
245
51
296
3,40
Sumber : Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor 2010 (Diolah)
Berdasarkan Tabel 6 didapatkan bahwa Kecamatan Citeureup memiliki jumlah UMKM paling besar dibandingkan dengan kedua kecamatan lainnya. Berdasarkan data Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor 2010 UMKM di Kecamatan Citeureup memiliki produk unggulan seperti logam dan konveksi. Bahkan di Desa Tarikolot merupakan sentra UKM logam di Kabupaten Bogor. Kecamatan Klapanunggal memiliki produk unggulan keset, pandai besi, pigura dan pelepah, dan Kecamatan Gunung Putri memiliki produk unggulan sabuk atau gesper dan kue donat. Salah satu UKM di gunung Putri yaitu PT Tosama Abadi memperoleh predikat UKM berprestasi Tahun 2010. Perkembangan ini tidak terlepas dari minat masyarakat serta dukungan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.
74
75
Pemerintah Kabupaten Bogor sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan UMKM. Upaya-upaya dibagi menjadi beberapa program seperti program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM melalui penyelanggaraan pelatihan manajemen dan kewirausahaan, meningkatkan fasilitas akses permodalan UMKM serta meningkatkan fasilitas kemitraan investasi UMKM dengan dunia usaha. Selain itu untuk mengembangkan sistem pendukung bagi UMKM pemerintah membantu melakukan promosi terhadap produk yang dihasilkan oleh UMKM tersebut. Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif pemerintah
memfasilitasi
masyarakat
untuk
melakukan
kosultasi
tehadap
permasalahan yang dihadapi terutama untuk permasalahan produksi serta membantu dalam penyaluran kredit bank atau lembaga keuangan. Karakteristik Personal Responden Responden dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat yang aktif terlibat dalam kegiatan Bilikom Indocement. Pemilihan tokoh masyarakat sebagai anggota Bilikom disebabkan tokoh masyarakat dianggap memiliki pengaruh yang besar di kalangan masyarakat desa. Tokoh masyarakat dianggap lebih mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya, lebih kompeten dan lebih tahu untuk memelihara norma yang berlaku di masyarakat. Tokoh masyarakat menjadi salah satu unsur yang sangat penting yang mempengaruhi arus komunikasi di desa. Untuk itu, diharapkan komunikasi yang terjalin di Bilikom yang anggotanya merupakan tokoh-tokoh masyarakat diharpakan dapat efektif dalam upaya merealisasikan program CSR Indocement. Karakteristik tokoh masyarakat yang diamati dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan utama, jabatan dalam organisasi, lama menjabat, keterdedahan media massa dan partisipasi sosial. Deskripsi karakteristik tokoh masyarakat secara lengkap berdasarkan hasil penelitian, ditunjukkan pada Tabel 7.
75
76
Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Personal yang Diamati No. 1.
2.
Karakteristik Personal •
Dewasa (20-35 Tahun)
•
Paruh Baya (36-52 Tahun)
6.
Pendidikan Dasar (SD dan SMP)
Pemerintah Desa
• Non Pemerintah Desa Jabatan dalam Organisasi Pengurus
• Anggota Lama Menjabat
52
65,00
13
16,25
26
32,5
54
67,5
26
32,5
54
67,5
55
68,75
25
31,25
•
1-3 Tahun
46
57,50
•
4-8 Tahun
21
26,25
13
16,25
1
1,25
56
70,00
23
28,75
• > 9 Tahun Keterdedahan Media Massa (TV, radio, surat kabar majalah) (Jam/Hari) • Tidak melakukan kegiatan pencarian informasi •
7.
18,75
• Pendidikan Lanjutan (SMA dan PT) Pekerjaan Utama
• 5.
15
• Tua (53-ke atas) Tingkat Pendidikan
• 4.
Persentase (%)
Umur
• 3.
Jumlah (Orang)
1-3 Jam
• > 4 Jam Partisipasi Sosial (Jam/Bulan) •
Tidak pernah
1
1,25
•
Antara 1-9 Jam
38
47,50
•
> 10 Jam
41
51,25
Umur. Umur responden merupakan salah satu karakteristik internal individu yang ikut mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur umur responden berkisar antara usia 36-52 tahun (65,00
persen),
dan
berkisar
antara
umur
20-35
tahun
(18.65
persen).
Hubungannya dengan tingkat produktivitas individu, dan apabila mengacu pada usia produktif yaitu antara umur 20-55 tahun, responden penelitian umumnya tergolong dalam usia produktif. Kondisi umur yang produktif ini akan berpengaruh terhadap motivasi seseorang untuk berperan aktif dalam suatu aktivitas, selain itu juga menyebabkan seseorang berada pada puncak kematangan berfikir. Lebih lanjut
76
77
menurut Soekanto (2000) diacu dalam Suwanda (2008) menjelaskan bahwa masyarakat usia produktif selain mudah untuk menerima ide baru juga memiliki kecenderungan untuk lebih cepat mengambil keputusan tentang suatu objek yang diminati. Tingkat pendidikan formal. Tingkat penguasaan seseorang terhadap suatu pengetahuan yang tercermin pada perilaku dalam hidup bermasyarakat. Tingkat pendidikan juga berperan dalam proses adopsi teknologi dan inovasi. Umumnya, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin cepat kemampuan penyesuaian seseorang terhadap suatu perubahan. Tingkat pendidikan responden penelitian dibedakan menjadi dua yaitu pendidikan dasar meliputi SD dan SMP, dan pendidikan lanjutan yaitu SMA dan PT. Berdasarkan hasil penelitian diketahui tingkat pendidikan para peserta Bilikom Indocement antara lain berpendidikan dasar sebesar 32,5 persen dan berpendidikan lanjutan sebesar 67,5 persen. Secara teoritis tingkat pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang untuk berfikir lebih baik dan rasional, artinya semakn tinggi tingkat pendidikan maka seseorang semakin tingi motivasinya untuk berfikir rasional dalam menentukan pilihan yang akan diterima dan dilaksanakan, salah satu contohnya yaitu dalam mengadopsi suatu inovasi. Pekerjaan utama. Pekerjaan yang dimiliki responden dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu bekerja di pemerintahan desa atau kelurahan dan bekerja di non pemerintahan desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini bekerja sebagai pegawai pemerintahan desa atau kelurahan sebesar 32,5 persen, dan bekerja di non pemerintahan desa sebesar 67,5 persen Untuk responden yang memiliki pekerjaan lain di luar pemerintah desa sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta dan sebagian kecil sebagai ibu rumah tangga, buruh dan lainnya. Jabatan. Jabatan dalam organisasi menjelaskan kedudukan seseorang dalam suatu organisasi dalam penelitian ini adalah organisasi formal di desa. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden menjadi pengurus dalam suatu organisasi dalam hal ini menjadi pengurus desa seperti Kepala Desa, Sekretaris Desa, Staf Desa, Ketua RT, Ketua RW, Ketua BPD, Ketua LPM sebanyak 68,75 persen. Jabatan seseorang akan mempengaruhi penilaian seseorang di mata masyarakat. Umumnya semakin tinggi jabatan seseorang maka orang tersebut akan
77
78
dihormati di dalam masyarakat dan orang tersebut mampu memberikan pengaruh yang cukup besar bagi lingkungannya. Di lingkungan pedesaan para aparat desa dan tokoh masyarakatlah yang memiliki pengaruh besar bagi lingkunganya, untuk itu peserta Bilikom Indocement diambil dari aparat desa dan tokoh masyarakat. Lama
menjabat.
Waktu
menjabat
seseorang
dalam
organisasi
mengindikasikan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya. Di daerah pedesaan jabatan sebagai ketua RT, RW, atau jabatan penting lainnya di desa cenderung berdasarkan pada seberapa besar tingkat kepercayaan masyarakat kepada orang tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 57,50 persen responden yang menjadi anggota Bilikom relatif baru menjabat dalam suatu organisasi di desa tersebut. Hal tersebut menyebabkan masih kurangnya pengaruh tokoh masyarakat terhadap lingkungannya. Keterdedahan media massa. Intensitas responden dalam mendengarkan, melihat, membaca atau sedikitnya ada perhatian terhadap pesan media atau intensitas responden dalam pencarian informasi melalui berbagai media. Semakin banyak masyarakat yang terdedah maka masyarakat tersebut cenderung aktif dan terbuka terhadap hal-hal baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu sebesar 70,00 persen anggota Bilikom menghabiskan waktu untuk mencari informasi melalui media massa selama 1-3 jam per harinya. Sebagian besar mencari informasi melalui media televisi. Informasi yang mereka cari hanya berkisar tentang kondisi politik, ekonomi, dan sosial –budaya, jarang dan bahkan tidak pernah sama sekali mencari informasi mengenai perusahaan melalui media baik elektronik maupun non elektronik. Hal tersebut disebabkan kesibukan sehari-hari para responden sehingga menyebabkan mereka tidak sempat untuk mencari informasi melalui media massa. Partisipasi sosial. Frekuensi seseorang mengikuti berbagai macam kegiatan sosial di lingkungannya merupakan definisi dari partisipasi sosial dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 51,25 persen responden aktif dalam kegiatan sosial di desa. Hal tersebut menunjukkan bahwa anggota Bilikom aktif mengikuti kegiatan sosial di lingkunganya baik yang berhubungan dengan Indocement atau tidak. Berdasarkan wawancara kegiatan sosial yang rutin dilaksanakan Indocement dan tokoh masyarakat terlibat aktif adalah kegiatan bersih desa. Disamping mengikuti kegiatan dari Indocement tokoh
78
79
masyarakat juga aktif dalam kegiatan sosial desa lainnya seperti pengajian, gotongroyong memberihkan masjid, posyandu dan kegiatan lainnya. Deskripsi Proses Komunikasi Bilikom Penelitian ini selain mengamati karakteristik tokoh masyarakat,
proses
komunikasi dalam Bilikom juga ikut diamati. Proses komunikasi pada Bilikom juga menentukan efektivitas komunikasi program CSR Indocement melalui Bilikom. Variabel-variabel penilaian proses komunikasi Bilikom terdiri dari penilaian mengenai kredibilitas sumber informasi, cara berbicara sumber informasi, tingkat penggunaan sarana komunikasi, metode komunikasi, dan intensitas umpan balik. Rata-rata skor aspek proses komunikasi Bilikom dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rata- Rata Skor Pendapat Tokoh Masyarakat mengenai Proses Komunikasi pada Bilikom Proses Komunikasi(X2) Skor *) Kredibilitas Sumber (X2.1) 4,31 Cara Berbicara Sumber (X2.2) 3,35 Tingkat Penggunaan Sarana Komunikasi (X2.3) 2,50 Metode Komunikasi (X2.4) 3,64 Intensitas Umpan Balik (X2.5) 3,81 Rata-Rata Total Skor 3,52 Keterangan : *) Rentang Skor < 1 = sangat tidak baik, >1 - 2 = tidak baik, >2 – 3 = cukup baik >3 - 4 = baik, >4 – 5 = sangat baik
Berdasarkan Tabel 8 didapatkan hasil bahwa pendapat tokoh masyarakat mengenai proses komunikasi pada Bilikom sudah baik dengan rataan skor sebesar 3,52, artinya masyarakat puas terhadap proses komunikasi yang berlangsung di Bilikom. Apabila dilihat dari masing-masing aspek proses komunikasi terdapat aspek yang memiliki penilaian baik namun ada pula aspek yang memiliki penilaian kurang baik. Aspek yang memiliki nilai sangat baik yaitu sebesar 4,31 adalah kredibilitas sumber informasi. Sumber informasi dalam Bilikom terdiri dari perwakilan perusahaan, perwakilan desa, dan koordinator desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi pada Bilikom merupakan wakil perusahaan dan desa yang terpercaya, dari segi penyampaian program CSR baik, sumber informasi memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik. Disamping itu mereka menghargai aspirasi dari anggota Bilikom, menghormati
79
80
tata tertib dalam Bilikom. Perwakilan perusahaan terutama koordinator desa yang ditunjuk perusahaan secara berkala melakukan kunjungan ke desa yang menjadi binaan Indocement. Cara berbicara sumber informasi dinilai cukup baik oleh tokoh masyarakat. Dari segi tata cara penyampaian informasi dan bahasa yang digunakan dinilai baik. Sumber informasi juga menggunakan bahasa campuran seperti menggunakan bahasa daerah disamping Bahasa Indonesia. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat dapat lebih memahami maksud dari informasi yang disampaikan oleh sumber. Terkadang terdapat istilah-istilah yang tidak dimengerti oleh anggota Bilikom sehingga maksud dari informasi tersebut tidak sampai sasaran. Penggunaan sarana komunikasi dinilai tidak baik oleh anggota Bilikom. Hal tersebut disebabkan sarana komunikasi yang digunakan dalam Bilikom hanya sebatas alat bantu suara. Penyampaian materi atau informasi pada Bilikom tidak disertai dengan alat peraga lainnya seperti LCD atau proyektor, sehingga masyarakat mengalami kesulitan untuk memahami maksud dari informasi tersebut. Pemberitahuan mengenai pertemuan Bilikom dilakukan dengan menggunakan undangan resmi, hal ini dirasa kurang cukup karena terdapat risiko tidak sampainya undangan kepada anggota Bilikom. Aspek proses komunikasi lainnya yang dinilai baik adalah metode komunikasi yang digunakan dalam Bilikom. Penyampaian informasi dalam Bilikom dibantu dengan penyebaran handout materi program yang terkait, adanya handout ini cukup membantu anggota Bilikom dalam memahami maksud dari program. Penyampaian informasi dinilai kurang menarik karena tidak adanya tampilan audio visual seperti film dokumenter, gambar atau foto tentang program CSR yang telah dilaksanakan perusahaan. Perkembangan dan hasil dari program CSR disampaikan langsung oleh sumber informasi melalui Bilikom dengan dibantu adanya notulensi, sehingga anggota Bilikom mengetahui proses jalannya program hingga program tersebut selesai dilaksankan. Berdasarkan hasil wawancara tidak semua anggota Bilikom atau tokoh masyarakat menyampaikan hasil pertemuan Bilikom yang membahas program CSR tersebut kepada masyarakat umum. Intensitas umpan balik pada Bilikom dinilai baik oleh tokoh masyarakat. Pada pertemuan Bilikom tokoh masyarakat aktif dalam memberikan tanggapan atas penjelasan yang disampaikan sumber informasi. Disamping itu tokoh masyarakat
80
81
juga aktif dalam memberikan usulan terhadap program CSR yang akan dilaksanakan di desanya. Dilihat dari segi aspek pencarian informasi, berdasarkan wawancara diperoleh hasil bahwa tokoh masyarakat akan mencari informasi mengenai program CSR Indocement melalui aparat desa. Cara ini dipilih karena pencarian informasi tersebut dianggap paling efektif mengingat keterbatasan yang mereka miliki dalam pengadaan media komunikasi seperti surat kabar.
Tingkat Efektivitas Komunikasi Program CSR Indocement melalui Bilikom Variabel efektivitas komunikasi yang diamati dan diduga berhubungan dengan karakteristik tokoh masyarakat dan proses komunikasi dalam penelitian ini meliputi (1) tingkat pemahaman (2) sikap dan (3) tindakan tokoh masyarakat. Hasil rataan skor penilaian tokoh masyarakat mengenai efektivitas komunikasi program CSR melalui Bilikom dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-Rata Skor Pendapat Tokoh Masyarakat mengenai Tingkat Efektivitas Komunikasi Program CSR melalui Bilikom Efektivitas Komunikasi (Y) Skor *) Tingkat Pemahaman Tokoh Masyarakat (Y1.1) 4,26 Sikap Tokoh Masyarakat (Y1.2) 3,71 Tindakan Tokoh Masyarakat 3,78 3,91 Rata-Rata Total Skor Keterangan : *)
Rentang skor < 1 = tidak paham sama sekali/sangat tidak setuju/tidak pernah, >1 – 2=kurang paham/tidak setuju/pernah,>2-3=tidakpaham/ragu-ragu/kadangkadang,>3–4=paham/setuju/sering,>4-5=sangat paham/sangat setuju/selalu.
Tabel 9 menunjukkan bahwa secara keseluruhan efektivitas komunikasi tokoh masyarakat berada tingkatan pemahaman paham, sikap setuju dan tindakan tokoh masyarakat adalah sering mengikuti kegiatan CSR Indocement dengan penilaian berada pada skor 3,91. Hasil penilaian Tingkat pemahaman berada pada skor 4,26 yaitu berada pada penilaian paham. Dengan kriteria skor < 1 = tidak paham sama sekali, >1 – 2
=kurang paham, >2– 3 = tidak paham, >3 – 4 =
paham/setuju/sering, >4 – 5 = sangat paham. Pemahaman tokoh masyarakat mengenai program CSR meliputi pemahaman jumlah pertemuan Bilikom dalam satu tahun, tujuan diadakannya Bilikom yaitu untuk menjelaskan program CSR yang akan dijalankan di desa. Selain itu tujuan dari BILIKOM yaitu sebagai jembatan penghubung antara keinginan atau harapan masyarakat dengan kemampuan dari
81
82
perusahaan. Tokoh masyarakat juga paham bahwa program CSR yang dijalankan Indocement merupakan wujud komitmen Indocement dalam pengabdian terhadap masyarakat sekitar. Program CSR juga memberikan kontribusi ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berkelanjutan di desa sekitar dan mendukung upaya pemerintah untuk mencapai sasaran dalam peningkatan taraf hidup masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Sikap tokoh masyarakat terhadap program CSR berada pada rataan setuju yaitu dengan skor sebesar 3,71. Dengan kriteria skor < 1 = sangat tidak setuju, >1 – 2 = tidak setuju, >2– 3 = ragu-ragu, >3 – 4 = setuju, >4 – 5 = sangat setuju. Sikap tokoh masyarakat yang setuju dengan program CSR karena mereka dilibatkan secara aktif dalam pelaksanaan program. Tokoh masyarakat menilai proram CSR Indocemet memberikan manfaat bagi tokoh masyarakat maupun masyarakat umum. Program CSR yang dijalankan Indocement sebagian besar sudah sesuai dengan usulan meskipun terdapat beberapa program yang tidak diterima. Tindakan tokoh masyarakat pada program CSR juga dinilai sering terlibat dengan rataan skor sebesar 3,78. Dengan kriteria skor < 1 = tidak pernah, >1 – 2 = pernah, >2– 3 = kadang-kadang, >3 – 4 = sering, >4 – 5 = sangat selalu.Tokoh masyarakat terlibat pada sebagian besar program yang dijalankan Indocement seperti program yang memberikan keterampilan khusus yang diberikan. Tokoh masyarakat juga menyalurkan informasi kepada masyarakat umum mengenai program yang dijalankan Indocement. Hal tersebut terbukti pada keikutsertaan masyarakat umum dalam program yang diberikan Indocement seperti program keterampilan khusus menjahit, keterampilan montir dan lainnya, bahkan sebagian masyarakat juga memanfaatkan keterampilan tersebut untuk dijadikan usaha memperoleh penghasilan. Masyarakat juga memanfaatkan layanan kesehatan seperti posyandu, puskesmas keliling serta program skema kredit usaha yang diberikan Indocement. Sayangnya, program-program yang dijalankan Indocement masih belum dirasakan merata oleh semua lapisan masyarakat. Hal tersebut terbukti berdasarkan wawancara terdapat kelurahan yang belum tersentuh oleh program CSR seperti program pemberian keterampilan dan skema kredit usaha.
82
83
Hubungan Karakteristik Tokoh Masyarakat dengan Efektivitas Komunikasi Program CSR Indocement Program CSR Indocement bentuk tanggung jawab perusahaan untuk lingkungan sekitarnya. Program ini juga bertujuan untuk membantu pemerintah dalam kegiatan pembangunan dan untuk mengurangi angka kemiskinan khususnya di Kabupaten Bogor. Program ini melibatkan beberapa elemen seperti pihak perusahaan, pemerintahan desa, tokoh masyarakat dan masyarakat sendiri yang sekaligus membentuk suatu sistem saluran komunikasi yaitu melalui Bilikom. Komunikasi pada Bilikom sebagai sebuah proses komunikasi dianggap efektif apabila terjadi kesamaan pemahaman antara sumber dan penerima informasi.
Kesamaan
pemahaman
tersebut
akan
menghasilkan
kesamaan
penggunaan, sikap mental dan tindakan-tindakan tertentu yang berkaitan dengan program CSR
Indocement. Hubungan yang terjadi antara karakteristik tokoh
masyarakat dengan efektivitas komunikasi dapat dijadikan acuan dalam rangka meningkatkan keberhasilan program CSR yang dijalankan Indocement. Hal ini karena keberhasilan program CSR dipengaruhi proses komunikasi yang terjalin dalam Bilikom yang diduga dipengaruhi oleh karakter yang dimiliki masing-masing tokoh masyarakat. Karakter yang dimiliki tokoh masyarakat akan mempengaruhi pemahaman, sikap serta tindakan terhadap program CSR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik tokoh masyarakat yang berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi program CSR Indocement melalui Bilikom, antara : (a) pekerjaan utama dengan tingkat pemahaman tokoh masyarakat (b) lama menjabat dengan sikap tokoh masyarakat, (c) partisipasi sosial dengan tindakan tokoh masyarakat. Sedangkan yang memiliki hubungan sangat nyata antara lain: (a) pekerjaan utama dengang sikap tokoh masyarakat, (b) keterdedahan media massa dengan sikap dan tindakan tokoh masyarakat dapat di lihat pada Tabel 10.
83
84
Tabel 10. Hubungan Karakteristik Tokoh Masyarakat dengan Komunikasi Program CSR Indocement melalui Bilikom
Efektivitas
Efektivitas Komunikasi Tindaka Pemahaman Sikap n (Y1.1) (Y1.2) (Y1.3) rs -0,001 0,144 -0,059 Umur (X1.1) Sig. (2-tailed) 0,994 0,202 0,606 2 χ 9,732 24,553 19,672 Tingkat Pendidikan (X1.2) Asymp.sig.(2-sided) 0,555 0,600 0,715 48,742* 2 Pekerjaan Utama (X1.3) χ 19,267* * 29,838 Asymp.sig.(2-sided) 0,056 0,006 0,190 2 χ 16,638 35,533 33,046 Jabatan (X1.4) Asymp.sig.(2-sided) 0,119 0,126 0,103 rs -0,024 0,212* 0,080 Lama Menjabat (X1.5) Sig. (2-tailed) 0,833 0,059 0,479 Keterdedahan Media Massa rs -0,025 -0,244** -0,232** (X1.6) Sig. (2-tailed) 0,826 0,029 0,039 rs 0,010 -0,050 -0,203* Partisipasi Sosial (X1.7) Sig. (2-tailed) 0,932 0,661 0,072 2 Keterangan : χ = Koefisien korelasi Chi-Square, rs = Koefisien korelasi Rank-Spearrman **) berhubungan sangat nyata pada taraf nyata 5 persen *) berhubungan nyata pada taraf nyata 10 persen Karakteristik Tokoh Masyarakat
Koefisien Korelasi
Hubungan Umur Tokoh Masyarakat dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Umur tokoh masyarakat tidak berhubungan nyata dengan pemahaman, sikap dan tindakan masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan CSR Indocement. Sebaran usia tokoh masyarakat anggota Bilikom berada pada kategori paruh baya yaitu berada pada kisaran umur 36-52 tahun sebesar 65 persen. Indikator umur berhubungan negatif dengan pemahaman dan tindakan tokoh masyarakat dalam Bilikom. Hal ini disebabkan faktor umur yang semakin tua yang dimiliki tokoh masyarakat peserta Bilikom menyebabkan mereka sulit menangkap maksud dari informasi yang disampaikan pada Bilikom sehingga komunikasi yang terjalin kurang efektif, disamping itu semakin tua umur tokoh masyarakat maka masyarakat cenderung enggan berpartisipasi pada program CSR perusahaan. Akibat faktor umur tersebut sebagian besar tokoh masyarakat hanya mengiyakan setiap informasi yang diberikan atau setuju dengan keputusan yang diambil pada waktu Bilikom tanpa memberikan saran atau kritikan yang berarti. Kegiatan Renbangdes yang dilaksanakan sebelum Bilikom dinilai kurang efektif karena tidak melibatkan seluruh tokoh masyarakat maupun lapisan masyarakat
84
85
sehingga program-program yang diajukan ke perusahaan dinilai belum dapat mewakili semua kepentingan yang ada di desa. Namun Bilikom efektif untuk membentuk sikap tokoh masyarakat untuk mendukung program CSR yang dijalankan oleh Indocement. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil wawancara yang menunjukkan bahwa tokoh masyarakat menilai baik setiap kegiatan CSR yang dilaksanakan Indocement meskipun mereka tidak terlalu atusias untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Hubungan Tingkat pendidikan dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan tingkat pemahaman, sikap dan tindakan
tokoh masyarakat terhadap program CSR Indocement.
Umumnya tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki tokoh masyarakat, sehingga semakin tinggi pendidikan maka pemahaman, sikap, dan tindakan tokoh masyarakat akan baik. Tokoh masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung akan bersifat lebih kritis dalam segala hal termasuk menyikapi program CSR yang dijalankan perusahaan karena mereka memiliki pengetahuan yang cukup. Tokoh masyarakat akan menyikapi setiap program yang dijalankan perusahaan baik dari proses Bilikom hingga pelaksanaan program. Tokoh masyarakat akan secara kritis menilai kredibilitas pemimpin Bilikom seperti kepala desa, perwakilan perusahaan, dan koordinator desa. Tokoh Masyarakat juga akan menilai proses komunikasi yang berjalan pada saat Bilikom, baik dari segi paparan permasalahan sampai metode yang digunakan dalam proses komunikasi tersebut. Hal tersebut dilakukan tokoh masyarakat untuk dapat menentukan sikap apakah setuju atau tidak terhadap program CSR yang dijalankan Indocement. Berdasarkan wawancara, mayoritas tokoh masyarakat setuju dengan program CSR dan menilai dengan baik program tersebut yang akhirnya akan mempengaruhi tindakan tokoh masyarakat untuk mendukung atau tidak terhadap proram CSR. Berdasarkan penelitian sebagian besar masyarakat desa binaan Indocement mengenyam pendidikan hingga tingkat lanjutan (SMA dan PT) yaitu sebesar 67,5 persen. Tingkat pendidikan yang mereka peroleh relatif tinggi, hanya saja berdasarkan penelitian, kesadaran tokoh masyarakat untuk mencari serta mengumpulkan informasi mengenai perusahaan relatif masih kurang. Hal tersebut
85
86
menyebabkan hanya sebagian kecil tokoh masyarakat yang mampu bersikap kritis terhadap program yang dijalankan perusahaan, sehingga mengakibatkan tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan terhadap efektivitas komunikasi program CSR melalui Bilikom. Saat mencari dan mengumpulkan informasi mengenai perusahaan, tokoh masyarakat cenderung bergantung pada seseorang atau tokoh lainnya yang dianggap memiliki pengaruh lebih besar di masyarakat seperti Kepala Desa. Tokoh masyarakat akan mencari informasi mengenai program yang dijalankan perusahaan ke kantor desa yang bersangkutan, namun tidak semua memiliki inisiatif untuk mencari informasi tersebut. Mereka akan mengambil sikap sesuai dengan sikap orang yang mereka anggap berpengaruh di desanya seperti kepala desa atau tokoh masyarakat lainnya. Hubungan Pekerjaan Utama dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Bilikom dilaksanakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk menjadi jembatan penghubung antara perusahaan dengan masyarakat desa binaan perusahaan. Peserta Bilikom terdiri dari aparat pemerintahan desa dan tokoh masyarakat. Jenis pekerjaan ini memiliki hubungan nyata terhadap pemahaman tokoh masyarakat mengenai program CSR maupun informasi tentang perusahaan yang disampaikan melalui Bilikom. Jenis pekerjaan biasanya mempengaruhi tingkat pengetahuan dan pola pikir seseorang. Adanya hubungan antara pekerjaan dan tingkat pemahaman tokoh masyarakat memberi makna bahwa semakin tinggi pekerjaanya tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang program CSR semakin tinggi. Keterhubungan ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh tokoh masyarakat baik secara formal maupun penelusuran literatur secara pribadi. Tentunya dalam hal ini juga tidak terlepas dari pengaruh adanya media selain menggunakan Bilikom perusahaan juga menggunakan media massa seperti surat kabar untuk menyampaikan informasi mengenai perusahaan kepada tokoh masyarakat. Pekerjaan yang dimiliki tokoh masyarakat anggota Bilikom juga memiliki hubungan sangat nyata dengan sikap masyarakat terhadap program CSR yang dijalankan perusahaan, namun tidak memiliki hubungan dengan tindakan tokoh masyarakat. Hal tersebut dapat diartikan jenis pekerjaan yang dimiliki tokoh
86
87
masyarakat menciptakan pemahaman dan sikap yang baik terhadap program CSR, namun belum mampu mempengaruhi tindakan tokoh masyarakat untuk melakukan penyaluran informasi ke masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan anggota Bilikom sendiri pada kegiatan sosial yang ada di desa hanya mencapai 51,25 persen. Anggota pertemuan Bilikom yang ditetapkan hanya aparat pemerintah desa dan tokoh masyarakat oleh perusahaan memiliki tujuan agar komunikasi yang terjalin melalui media tersebut dapat efektif. Kondisi di lapangan, kenyataannya, komunikasi tersebut hanya sebatas komunikasi antara perusahaan dengan anggota Bilikom saja. Hubungan Jabatan dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Tokoh masyarakat desa anggota Bilikom sebagian besar memiliki jabatan struktural di desanya. Jabatan tersebut mulai ketua RT, RW hingga Kepala Desa. Semakin tinggi seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman tokoh masyarakat. Tingginya jabatan seseorang mengindikasikan bahwa orang tersebut memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat dapat diperoleh salah satunya dari jenjang pendidikan yang mereka peroleh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jabatan yang dimiliki tokoh masyarakat tidak memiliki hubungan dengan tingkat pemahaman, sikap dan tindakan tokoh masyarakat terhadap program CSR Indocement. Jabatan yang dimiliki tokoh masyarakat tidak dapat menggambarkan tingkat efektivitas komunikasi program CSR melalui Bilikom. Hasil wawancara menunjukkan meskipun tokoh masyarakat dipandang memiliki pengaruh terhadap lingkunganya namun mereka belum tentu menyalurkan dengan baik informasi mengenai program CSR kepada masyarakat desa, hal tersebut disebabkan kurangnya waktu untuk bersosialisasi antara masyarakat dan tokoh masyrakat menyebabkan informasi itu tidak tersalurkan dengan baik, disamping kurangnya antusias masyarakat untuk menerima maupun mencari informasi tentang program CSR. Hubungan Lama Menjabat dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Lamanya tokoh masyarakat menjabat suatu jabatan penting di desanya seperti Ketua RT, RW hingga Kepala desa tidak berhubungan nyata tingkat pemahaman tokoh masyarakat terhadap program CSR yang dijalankan Indocement.
87
88
Berdasarkan penelitian ini ternyata memiliki hubungan nyata terhadap sikap tokoh masyarakat terhadap program yang dijalankan Indocement. Semakin lama mereka menduduki suatu jabatan di desa maka mereka akan bersikap loyal terhadap program yang dijalankan perusahaan. Konsistensi masyarakat terhadap jabatan di desa yang mereka miliki sangat mempengaruhi sikap terhadap program yang dijalankan perusahaan. Berdasarkan penelitian terdapat penilaian beberapa pejabat desa dan tokoh masyarakat terhadap program yang dijalankan Indocement relatif baik sehingga menyebabkan mereka bersikap setuju dan mendukung terhadap program yang sedang dijalankan. namun berdasarkan wawancara terdapat beberapa kekecawaan yang alami seperti tidak adanya transparansi dana dari pihak perusahaan, menyebabkan masyarakat sulit untuk membuat rancangan program yang akan diajukan ke perusahaan. Selama ini yang terjadi di lapangan, akibat tidak adanya transparansi dana tersebut, program yang diajukan oleh masyarakat tidak sesuai dengan yang direalisasikan oleh perusahaan. Hal tersebut akan dapat diminimalisir apabila perusahaan terbuka mengenai dana yang disipakan untuk program CSR sehingga masyarakat akan dapat dengan mudah untuk mengajukan rancangan program yang sesuai dengan dana yang disiapkan perusahaan. Sikap loyal yang dimiliki para tokoh masyarakat tidak didukung oleh tindakan masyarakat untuk menyalurkan informasi yang diperoleh melalui Bilikom. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan wawancara keterlibatan masyarakat umum masih kecil dalam penyusunan rancangan program CSR yang akan diajukan ke perusahaan. selain itu dalam intern anggota Bilikom terdapat pula kekecewaan akibat adanya dominasi oleh oknum tokoh masyarakat tertentu dalam pelaksanaan Bilikom maupun program CSR Indocement. Hubungan Keterdedahan Media Massa dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Keterdedahan media massa dapat diartikan sebagai aktifitas pencarian informasi berupa aktifitas mendegarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum mengalami, dengan sedikitnya sejumlah perhatian minimal pada pesan media. Keterdedahan media massa memiliki hubungan tidak nyata terhadap pemahaman masyarakat. Hal tersebut disebabkan sebagian besar tokoh masyarakat terdedah dari media elektronik bukan media non elektronik seperti surat kabar, disamping itu
88
89
informasi yang dicari dari media tersebut bukanlah tentang Indocement atau program yang dijalankan Indocement. Sehingga meskipun dari segi intensitas pemanfaatan media terutama elektronik baik namun tidak akan berpengaruh terhadap
tingkat
pemahaman
tokoh
masyarakat
mengenai
program
CSR
Indocement. Media non elektronik seperti surat kabar lokal yang menyajikan topik tentang Indocement juga kurang dimanfaatkan oleh tokoh masyarakat. Keterdedahan media massa memiliki hubungan sangat nyata dan negatif dengan sikap masyarakat terhadap program CSR Indocement. Tokoh masyarakat yang terdedah terhadap media massa akan mengindikasikan memiliki perhatian terhadap program yang dijalankan perusahaan, hal tersebut dapat diartikan pesan yang ingin disampaikan perusahaan melalui komunikasi yang terbangun sudah mencapai sasaran yang diinginkan. Selain itu tokoh masyarakat juga akan dapat menilai bahwa program CSR yang dijalankan oleh Indocement sudah sesuai atau belum dengan harapan masyarakat umumnya. Berdasarkan penelitian, Bilikom yang menjadi salah satu media komunikasi perusahaan secara umum sudah dapat menjadi jembatan penghubung antara kepentingan masyarakat desa binaan dengan kepentingan perusahaan itu sendiri. Namun terdapat beberapa kelemahan antara lain, yang pertama Bilikom hanya mampu menjadi media komunikasi antara perusahaan dan sebagian kecil masyarakat desa binaan Indocement. Kedua koordinasi antara wakil desa dalam Bilikom dan masyarakat umum masih kurang sehingga tidak semua aspirasi masyarakat tertampung dan tersalurkan dengan baik. Keberadaan Bilikom yang diperuntukkan sebagian kecil masyarakat tidak didukung oleh adanya bantuan media komunikasi lainnya, seperti surat kabar atau media informasi lain baik elektronik maupun non elektronik. Optimalisasi penggunaan media komuniaksi seperti majalah dan surat kabar diharapakan mampu memperluas jangkauan sasaran komunikasi hingga ke masyarakat umum di luar anggota Bilikom. Akses informasi perusahaan melalui blog atau website hanya dapat diakses oleh sebagian kecil masyarakat yang mengerti akan media komunikasi tersebut. Disamping itu masih kurangnya inisiatif masyarakat untuk mencari dan mengumpulkan informasi tentang perusahaan juga menjadi salah satu penyebab kurang efektifnya komunikasi yang terjalin antara perusahaan dan masyarakat. Keterdedahan media massa juga memiliki hubungan sangat nyata dan negatif dengan tindakan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian Agung (2001),
89
90
keterdedahan seseorang terhadap suatu media menyebabkan orang tersebut mampu untuk memberikan efektivitas komunikasi yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang tidak terdedah terhadap suatu media. Hubungan negatif antara keterdedahan media massa dengan tindakan masyarakat menunjukkan kurangnya
efektivitas
komunikasi
yang
terjadi
antara
perusahaan dengan
masyarakat melalui Bilikom. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa masyarakat jarang sekali mencari informasi tentang program CSR
maupun
tentang
perusahaan.
Sebesar
70,00
persen
masyarakat
menghabiskan waktu untuk mencari informasi baik melalui media elektronik maupun non elektronik selama 1-3 jam, namun informasi yang mereka cari adalah kondisi politik,ekonomi, sosial maupun tentang hiburan. Sumber informasi yang dapat diakses oleh masyarakat relatif sedikit. Media elektronik atau non elektronik yang menjadi sumber informasi bagi masyarakat tentang perusahaan masih jarang dimanfaatkan, bahkan sebagian tidak mengetahui adanya media tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan sumber informasi utama masyarakat mengenai program CSR perusahaan adalah melalui aparat desa dan tokoh masyarakat setempat. Hubungan Partisipasi Sosial dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Indikator partisipasi sosial tidak berhubungan nyata dengan tingkat pemahaman dan sikap tokoh masyarakat.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa
meskipun tingkat partisipasi sosial tokoh masyarakat tinggi atau rendah tidak akan mempengaruhi pemahaman maupun sikap tokoh masyarakat terhadap program CSR. Tidak adanya hubungan antara kedua variabel ini disebabkan tokoh masyarakat
menganggap
bahwa
keikutsertaannya
dalam
kegiatan
sosial
Indocement merupakan suatu kewajiban bukan karena keinginan mereka untuk lebih memahami Program CSR Indocement. Indikator partisipasi sosial ini berpengaruh nyata dan negatif terhadap tindakan masyarakat adalah partisipasi kegiatan sosial masyarakat. Semakin tinggi tingkat
partisipasi
masyarakat
maka
semakin
enggan
masyarakat
untuk
berpartisipasi terhadap program CSR perusahaan. Sikap negatif ini bukan berarti mereka menolak adanya program CSR yang dijalankan perusahaan tetapi mereka menganggap bahwa program yang dijalankan perusahaan adalah program –
90
91
program pada umumnya bukan program khusus yang menuntut parstisipasi maksimal dari masyarakat. Kecenderungan munculnya tindakan negatif ini dapat disebabkan oleh adanya rasa jenuh berpartisipasi dalam berbagai program CSR perusahaan. sehingga keberadaan program tersebut dianggap biasa saja. Apalagi sebagian besar anggota Bilikom adalah aparat desa dan tokoh masyarakat yang fungsi dan peranannya selalu berkaitan dengan keharusan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan atai program pembangunan yang masuk ke desa. Masyarakat juga cenderung bertindak apatis, berdasarkan pengalaman mereka berpartisipasi menangani program pembangunan tidak selalu berhasil dan jelas arahnya. Hubungan Proses Komunikasi Bilikom dengan Efektivitas Komunikasi Program CSR Indocement Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi Bilikom yang berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi program CSR Indocement, antara lain (a) kredibilitas sumber dengan sikap, (b) cara berbicara sumber dengan tindakan masyarakat, (c) metode komunikasi dengan sikap tokoh masyarakat. Sedangkan yang memiliki hubungan sangat nyata antara lain: (a) kredibilitas sumber dengan tindakan tokoh masyarakat, (b) intensitas umpan balik dengan pemahaman dan tindakan tokoh masyarakat dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11.
Hubungan Proses Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi Program CSR Indocement melalui Bilikom
Efektivitas Komunikasi (Y) Pemahaman Sikap Tindakan (Y1.1) (Y1.2) (Y1.3) Correlation Coefficient 0,184 0,216* 0,336** Kredibilitas Sumber (X2.1) Sig. (2-tailed) 0,101 0,055 0,002 Correlation Coefficient 0,170 0,164 0,197* Cara Berbicara Sumber (X2.2) Sig. (2-tailed) 0,131 0,145 0,080 Correlation Coefficient -0,043 0,071 0,083 Tingkat penggunaan Sarana Komunikasi (X2.3) Sig. (2-tailed) 0,708 0,534 0,462 Correlation Coefficient 0,020 0,218* 0,055 Metode Komunikasi (X2.4) Sig. (2-tailed) 0,858 0,052 0,629 Correlation Coefficient 0,332** 0,012 0,266** Intensitas Umpan Balik (X2.5) Sig. (2-tailed) 0,003 0,919 0,017 Keterangan : **) berhubungan sangat nyata pada taraf nyata 5 persen *) berhubungan nyata pada taraf nyata 10 persen Proses Komunikasi
Keterangan
91
92
Hubungan Kredibilitas Sumber dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Kredibilitas sumber tidak berhubungan nyata terhadap tingkat pemahaman tokoh masyarakat namun berhubungan nyata dengan sikap dan tindakan dari tokoh masyarakat. Kredibilitas yang dimiliki sumber informasi mampu mempengaruhi sikap tokoh masyarakat terhadap program CSR yang dijalankan Indocement. Sumber informasi baik wakil perusahaan, wakil desa dan koordinator desa merupakan orang yang terpercaya, sehingga dapat mempengaruhi sikap tokoh masyarakat. Kredibilitas sumber juga berhubungan sangat nyata dan positif dengan tindakan masyarakat atau respon masyarakat terhadap program CSR yang dijalankan perusahaan. Hal tersebut berarti semakin tinggi penilaian masyarakat terhadap kredibilitas sumber informasi maka respon atau tindakan masyarakat terhadap program tersebut akan semakin baik. Hubungan antara sumber informasi dengan masyarakat merupakan hal-hal yang berkaitan dengan cara atau usaha sumber informasi untuk menghidupkan suasana pertemuan Bilikom sehingga pesan yang disampaikan pada pertemuan tersebut dapat tepat sasaran. Kedudukan dan fungsi sumber informasi dalam pelaksanaan Bilikom dan program CSR sangat penting mengingat keberhasilan dari program serta efektifnya pertemuan Bilikom sangat ditentukan oleh sumber informasi tersebut yaitu wakil perusahaan, kepala desa dan Koordinator desa. Selain itu wakil perusahaan, kepala desa dan koordinator desa merupakan perantara kontak baik antara pihak perusahaan dengan masyarakat desa binaannya. Sumber informasi dituntut untuk mengetahui dengan pasti kondisi serta kebutuhan masyarakat desa serta kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan. Hal tersebut dilakukan agar dalam merencanakan program CSR, program-program tersebut tepat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sumber informasi juga dituntut untuk menguasai program CSR yang akan dijalankan oleh perusahaan, sehingga mereka dapat dengan baik menyampaikan program tersebut kepada tokoh masyarakat. Disamping itu penguasaan program yang baik juga akan mengurangi risiko kesalahan atau kegagalan pada saat pelaksanaan program CSR. Kemampuan dan kredibilitas sumber informasi dalam pelaksanaan program CSR salah satu tujuannya adalah untuk merubah perilaku tokoh masyarakat mengenai program CSR sehingga penilaian tokoh masyarakat akan baik terhadap program CSR Indocement.
92
93
Hubungan Cara berbicara Sumber dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Indikator cara berbicara sumber informasi tidak memiliki hubungan nyata dengan tingkat pemahaman dan sikap tokoh masyarakat. Namun memiliki hubungan nyata dan positif dengan respon atau tindakan tokoh masyarakat terhadap proram CSR Indocement semakin baik cara berkomunikasi maka respon dari tokoh masyarakat akan semakin baik. Cara berbicara sumber ini berkaitan dengan kemampuan
sumber
dalam
menyampaikan informasi
dalam
bentuk
lisan,
kemampuan dalam penguasaan materi, serta bahasa tubuh yang dimiliki sumber mampu menarik perhatian anggota Bilikom sehingga dapat merespon dengan baik program CSR Indocement. Sebelum informasi disampaikan melalui Bilikom, sumber informasi baik wakil perusahaan, aparat desa dan koordinator desa, harus mengetahui kebiasaan anggota atau tokoh masyarakat. Ini sangat penting, karena dengan mengetahui waktu-waktu yang baik untuk menyampaikan informasi baik melalui Bilikom atau pertemuan lainnya, maka tokoh masyarakat akan lebih semangat untuk menghadiri pertemuan
tersebut.
Berdasarkan
penelitian
didapatkan
bahwa
dari
segi
kemampuan komunikasi para sumber informasi sudah cukup baik dalam menyampaikan pesan atau informasi melalui Bilikom. Sebagai contoh dalam penggunaan bahasa, terkadang sumber informasi tersebut menggunakan bahasa daerah atau bahasa campuran dalm menyampaikan informasinya, sehingga masyarakat lebih mudah untuk memahami maksud dari informasi yang disampaikan. Saat informasi disampaikan, ternyata tidak akan cukup dengan modal kemampuan berbahasa sumber informasi. Alat-alat bantu komunikasi diperlukan untuk memperjelas pesan. Sayangnya, pada forum Bilikom jarang sekali digunakan alat bantu komunikasi seperti penggunaan gambar-gambar sederhana, film dokumenter atau lainnya yang dapat membantu masyarakat untuk memahami pesan yang disampaikan oleh sumber. Hal tersebut menjadi salah satu kekurangan pada pertemuan yang diselenggarakan empat kali dalam setahun. Di samping itu, para sumber informasi khususnya para wakil perusahaan yang ditunjuk sebagai koordinator program CSR di desa, sebaiknya rutin melakukan kunjungan atau supervisi ke desa dengan frekuensi yang cukup. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan pemahaman yang cukup kepada masyarakat
93
94
mengenai program CSR disamping untuk melakukan pengawasan terhadap program yang sedang maupun yang sudah dilaksanakan di luar pertemuan Bilikom. Melalui cara ini, koordinator desa dapat berkomunikasi langsung dengan masyarakat serta mengetahui keluhan-keluhan yang terjadi di masyarakat tentang perusahaan. Semakin intensif komunikasi yang terjalin antara masyarakat dengan perusahaan maka akan meningkatkan efektivitas komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat. Hubungan Tingkat Penggunaan Sarana Komunikasi dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Tingkat penggunaan sarana komunikasi tidak berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi baik tingkat pemahaman, sikap maupun tindakan tokoh masyarakat. Berdasarkan penelitian sarana komunikasi yang digunakan dalam Bilikom cenderung biasa tanpa adanya alat bantu yang dapat membuat proses komunikasi pada Bilikom menarik sehingga tokoh masyarakat dapat dengan mudah memahami maksud dari informasi yang disampaikan pada Bilikom. Namun dengan kondisi penggunaan sarana komunikasi pertemuan Bilikom saat ini tokoh masyarakat sudah dapat memahami tujuan dari dilaksanakannya Bilikom, sehingga tingkat penggunaan sarana komunikasi tidak memiliki hubungan nyata dengan efektivitas komunikasi pada Bilikom. Hubungan Metode Komunikasi dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Metode
komunikasi tidak
memiliki
hubungan
nyata
dengan tingkat
pemahaman dan tindakan tokoh masyarakat, namun berhubungan nyata dan positif dengan sikap mayarakat terhadap program CSR perusahaan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode komunikasi yang diterapkan di Bilikom sudah efektif untuk membentuk sikap masyarakat terhadap Program CSR yang dijalankan perusahaan. Metode yang digunakan dalam Bilikom dinilai masih standar, yaitu tatap muka dengan menghadirkan pihak perusahaan, aparat desa dan koordinator desa sebagai sumber. Berdasarkan penelitian, metode komunikasi yang digunakan kurang menarik perhatian masyarakat khususnya anggota Bilikom. Saat menyampaikan informasi program CSR, para sumber menyampaikannya hanya dalam bentuk lisan tanpa ada bantuan audio visual lainnya seperti gambar, film dokumenter atau lainnya. Meski
94
95
demikian, terkadang juga dibantu dengan adanya hand out penjelasan mengenai program CSR, tetapi hal tersebut dirasa kurang cukup membantu masyarakat untuk memahami program CSR. Meskipun demikian, metode yang digunakan saat ini cukup efektif untuk membentuk sikap tokoh masyarakat terhadap program CSR Indocement tetapi tidak efektif untuk meningkatkan pemahaman serta respon atau tindakan tokoh masyarakat.
Hubungan Intensitas Umpan Balik dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Indikator intensitas umpan balik berhubungan sangat nyata dan positif dengan tingkat pemahaman program CSR. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi intensitas umpan balik maka semakin tinggi pula pemahaman masyarakat mengenai program CSR perusahaan. Umpan balik merupakan proses memberikan tanggapan atas informasi yang didapatkan serta teribat langsung dalam Bilikom. Hubungan antara intensitas umpan balik dengan pemahaman masyarakat menunjukkan bahwa : 1. Masyarakat yang secara aktif mencari informasi mengenai program tersebut baik melalui televisi, radio, surat kabar, atau aktif dalam Bilikom serta bertanya langsung kepada pihak desa akan membuat semakin paham mengenai program CSR yang dijalankan di desanya. 2. Semakin banyak informasi tentang program CSR yang diterima masyarakat maka akan semakin meningkatkan pula pengetahuan tentang program CSR sehingga masyarakat akan semakin paham mengenai program tersebut. Intensitas umpan balik tidak berhubungan nyata dengan sikap tokoh masyarakat. Tingginya tingkat intensitas umpan balik tokoh masyarakat, namun tidak memiliki hubungan dengan sikap tokoh masyarakat apakah setuju atau tidak dengan program CSR yang dijalankan Indocement. Variabel intensitas umpan balik justru efektif menggambarkan pengaruh pada tindakan masyarakat terhadap program CSR. Intensitas umpan balik berhubungan sangat nyata dan positif dengan respon masyarakat terhadap program CSR. Hal tersebut berarti semakin tinggi intensitas hubungan timbal balik maka semakin baik respon masyarakat program CSR. Intensitas umpan balik masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat tentang program CSR. Semakin banyak informasi tentang program CSR
95
96
yang diterima masyarakat maka semakin meningkat pengetahuan tentang program tersebut, sekaligus akan meningkatkan kemampuan mereka untuk menilai keberhasilan program yaitu kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan program di lapangan. Disamping itu, semakin intensifnya masyarakat terlibat dalam rapat desa dan Bilikom maka masyarakat akan semakin mudah untuk memberikan umpan balik atau tanggapan langsung terhadap pelaksanaan program tersebut.
96
97
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan
maka
dapat
ditarik
kesimpulan sebagai berikut : 1.
Usia masyarakat anggota Bilikom berada pada level paruh baya yaitu berkisar antara umur 36 tahun sampai 52 tahun, dengan berpendidikan lanjuatan (SMA). Pekerjaan utama para anggota Bilikom didominasi non pemerintahan desa namun memiliki jabatan dalam organisasi desa seperti Ketua RT, RW, BPD, dan kader PKK. Keterdedahan media massa masyarakat desa anggota Bilikom dapat dikategorikan sedang yaitu antara 1 sampai 3 jam sehari, namun sebagian besar masyarakat lebih sering mengkonsumsi media elektronik dibandingkan mengkonsumsi media cetak.
2.
Pendapat tokoh masyarakat mengenai proses komunikasi pada Bilikom sudah baik dengan rataan skor sebesar 3,52, artinya masyarakat puas terhadap proses komunikasi yang berjalan di Bilikom. Disamping itu hasil penelitian menunjukkan
bahwa
secara
keseluruhan
efektivitas
komunikasi
tokoh
masyarakat dinilai berada pada tingkatan pemahaman paham, sikap setuju dan tindakan tokoh masyarakat adalah sering mengikuti kegiatan CSR Indocement dengan penilaian berada pada skor 3,91, yang artinya komunikasi melalui Bilikom dinilai efektif untuk menunjang keberhasilan program CSR Indocement. 3.
Karakteristik tokoh masyarakat yang memiliki hubungan nyata dengan efektivitas komunikasi program CSR melalui Bilikom, antara lain: (a) pekerjaan utama dengan tingkat pemahaman tokoh masyarakat (b) lama menjabat dengan sikap tokoh masyarakat, (c) partisipasi sosial dengan tindakan tokoh masyarakat. Sedangkan yang memiliki hubungan sangat nyata antara lain: (a) pekerjaan utama dengang sikap tokoh masyarakat, (b) keterdedahan media massa dengan sikap dan tindakan tokoh masyarakat,
4.
Proses komunikasi Bilikom yang berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi program CSR Indocement, antara lain (a) kredibilitas sumber dengan sikap, (b) cara berbicara sumber dengan tindakan masyarakat, (c) metode komunikasi dengan sikap tokoh masyarakat. Sedangkan yang memiliki hubungan sangat nyata antara lain: (a) kredibilitas sumber dengan tindakan
97
98
tokoh masyarakat, (b) intensitas umpan balik dengan pemahaman dan tindakan tokoh masyarakat. Saran 1.
Memperbaiki metode komunikasi Bilikom seperti penggunaan gambar, foto-foto maupun film dokumenter, sehingga masyarakat akan lebih tertarik untuk mengikuti Bilikom disamping agar pesan yang disampaikan dapat tepat sasaran.
2.
Penggunaan media komunikasi lain selain Bilikom lebih ditingkatkan seperti majalah, surat kabar atau edaran lainnya yang berhubungan dengan perusahaan maupun program CSR. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat desa mendapatkan pengetahuan serta informasi yang lengkap yang nantinya akan membantu dalam pelaksanaan program CSR perusahaan.
98
99
DAFTAR PUSTAKA
Agung, R.S. 2001. Efektivitas Komunikasi Organisasi Pelaksana Kredit Usaha Tani (Kasus di Kabupaten Cianjur). [tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Ahmadi, A. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Anas,
P. 2003. Efektivitas Komunikasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir; Kasus Cilincing dan Kepulauan Seribu. [tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Arifin, Anwar. 1984. Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung: ARMICO. Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2010. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2010. Bogor: BPS Kabupaten Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2010. Jawa Barat dalam Angka Tahun 2010. Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat. Budiharsono, S.S. 2003. Politik Komunikasi. Jakarta: Grasindo. Bungin, B. 2006. Metodologi Penelitian Sosial: Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Universitas Airlangga Press. Cangara, H. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan. 2010. Buku Saku Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. Bogor : Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Dept. CSR. 2010. Expose PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk., (Better Shelter for a Better Life). Bogor : PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. DeVito, J. A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Edisi Kelima. Jakarta: Professional Books. Effendy, O.U., 1992. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. , 1998. Hubungan Masyarakat. Suatu Studi Komunikologis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
99
100
Elkington, J. (1997) Cannibals with Forks: Triple Bottom Line of 21st Century Business. London: Capstone Publishing Ltd. Erwiantono. 2004. Hubungan Antara Karakteristik Komunikasi dan Sikap Komunitas terhadap Perusahaan (Kasus Pertambangan Timah di Kabupaten Bangka Barat) [tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Febrianty, Arnolia. 2006. Pengaruh Komunikasi Publik Perusahaan terhadap Pencitraan Perusahaan Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Pada Masyarakat Sekitar Kebun Malabar, Pangalengan, Kabupaten Bandung. [tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Fisher, B. A. 1990. Teori-Teori Komunikasi. Remaja Rosdakarya, Bandung Gitosudarmo, I. dan Sudita N. 1997. Perilaku Keorganisasian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Goldberg, Alvin A. dan C.E Larson. Komunikasi Kelompok Proses-Proses Diskusi dan Penerapannya. 2006. Jakarta: UI Press. Heath, R.L AND Bryant. 2000. Human Communication Theory and Research ; Concept, Contexts, and Challenges. New Jersey: Laurence Erlbaum Association Publisher. Imron A. 2007. Hubungan Efektivitas Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Guru Survei di SMK Nusantara Ciputat. [skripsi]. Program Studi Manajemen Pendidikan.UIN Syarif Hidayatullah. Jahi, A. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga, Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. KBBI. 1995. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: Balai Pustaka. Edisi. III. Kerlinger, F. N. 2004. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Kriyantono, 2006. Teknik Riset Ilmu Komunikasi. Jakarta: Kencana. Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Malik, J.D. 1999. Pemilihan Langsung Presiden; Perspektif Budaya dan Komunikasi Politik. Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mardikanto. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. 2005. Jakarta: Bumi Aksara.
100
101
Mulyana, D. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja RosdaKarya. Nikmatullah D. 2005. Efektivitas Komunikasi Kelompok pada Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) Lada di UPT Bukit Kemuning Lampung Utara. Jurnal Agrijati 1 (1). http://fapertaunswagati.com/pdf/pdfv1/6.pdf [Diakses 24 Januari 2011] NN.
2010. ISO and Social Responsibility http://www.iso.org/iso/socialresponsibility.pdf [Diakses 30 Juni 2011]
Nursahid, Fajar. 2006. Tanggung Jawab Sosial BUMN: Analisis terhadap Model Kedermawanan Sosial PT Krakatau Steel, PT Pertamina dan PT Telekomunikasi Indonesia. Depok: Piramedia. Rahkmat, J. 2007a. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. . 2007b. Psikologi Komunikasi. Rosdakarya. Cetakan ke-24.
Edisi
Revisi.
Bandung:
Remaja
Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibility: Antara Teori dan Kenyataan. Yogyakarta: Media Pressindo. Rahmani, A. W. 2006. Efektivitas Komunikasi dalam Pemberdayaan Kelompok Mandiri Lahan Kering; Kasus Program PIDRA di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. [tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Riduwan, 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Riesti, S. 2010. Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi Kasus : Desa Cibeureum, Cisarua. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Riyanto, Asti. 1990. Ilmu-Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Yayasan Pembangunan Indonesia. Rizkawati, N. 2008. Efektivitas Komunikasi Masyarakat dalam Memanfaatkan Pertunjukkan Wayang Purwa di Era Globalisasi (Kasus Desa Bedoyo, Gunung Kidul, Yogyakarta). [tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rogers EM, Rogers RA. 1976. Communication in Organization. New York: The Free Press. Rogers, E.M. and F.F. Shoemaker, 1995. Communication and Innovatiosn. A Cross Cultural Approach. 3 Rd Edition. New York: The Free Press.
101
102
Rogers, E.M. 2003. Diffusion of Innovation Fifth Edition. New York: The Free Press. Rudito, Bambang dan Melia Famiola. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Bandung: Rekayasa Sains. Sarwoko. 2008. Efektivitas Komunikasi Aparat Desa dalam Mewujudkan Ketahanan Wilayah.http://lemlit.unila.ac.id/file/arsip%202009/PROSIDING%20dies%20k e-43%20UNILA%202008/ARTIKEL%20Pdf/SARWOKO%20196-206.pdf. [Diakses tanggal 24 Januari 2011]. Sarwono, J. 2006. Paduan Cepat dan Mudah SPSS 14,0. Yogyakarta: Andi Offset. Siegel, S. 1992. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia. Singarimbun, M. dan S. Effendi. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Edisi Revisi LP3ES. Suharto, Edi. 2008. “Corporate Social Responsibility: What is and Benefit for Corporate” makalah yang disajikan pada Seminar Dua Hari, Corporate Social Responsibility: Strategy, Management and Leadership. Intipesan, Hotel Aryaduta Jakarta 13-14 Februari. __________. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). Bandung: Refika Aditama. Susanto, Astrid S. 1977. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek. Bandung: Bina Cipta. Temporal, Paul & Martin Trott. 2005 Romancing the Customer. Terjemahan: Kusnandar. Jakarta: Salemba 4. Thoha, M. 1993. Pembinaan Organisasi: Proses Diagnosa dan Intervensi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tubbs S.L. dan Moss S. 2005a. Human Comunication; Konteks-Konteks Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tubbs SL, Moss S. 2005b. Human Communication : Di dalam : Mulyana D, editor. Human Communication : Prinsip-Prinsip Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tutud, V.DT. 2003. Efektivitas Komunikasi dan Partisipasi dalam Pembangunan Masyarakat Desa, Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Untung, Budi Hendrik. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta : Sinar Grafika. Wiryanto. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:Grasindo.
102
103
LAMPIRAN
103
104
Lampiran 1. Hasil Uji Validitas Efektivitas Komunikasi pada Bina Lingkungan dan Komunikasi (Bilikom) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Uji Validitas X2.1
Correlations Spearman Correlation Spearman's rho
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient
104
X2.1 0,355 0,124 0,399 0,082 0,669 0,001 0,568 0,009 0,478 0,033 0,617 0,004 0,638 0,002 0,720 0,000 0,582 0,007 0,515 0,020 0,190 0,423 0,718 0,000 0,489 0,029 0,392 0,088 0,499 0,025 0,540 0,014 0,462
Keputusan
TIDAK VALID TIDAK VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
105
P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30
Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
0,040 0,786 0,000 0,542 0,014 0,678 0,001 0,696 0,001 0,667 0,001 0,792 0,000 0,698 0,001 0,523 0,018 0,668 0,001 0,715 0,000 0,622 0,003 0,589 0,006 0,651 0,002
VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
Uji Validitas X2.2
Correlations Spearman Correlation Spearman's rho
X2.2
P31 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P32 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P33 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P34 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
105
0,167 0,481 0,621 0,003 0,506 0,023 0,711 0,000
Keputusan
TIDAK VALID VALID VALID VALID
106
P35 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P36 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P37 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P38 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P39 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P40 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P41 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
0,502 0,024 0,510 0,022 0,692 0,001 0,728 0,000 0,825 0,000 0,421 0,065 0,786 0,000
VALID VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID VALID
Uji Validitas X2.3
Correlations Spearman Correlation Spearman's rho
X2.3
P42 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P43 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P44 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P45 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P46 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P47 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P48 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P49 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P50 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P51 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
106
0,660 0,002 0,840 0,000 0,611 0,004 0,696 0,001 0,430 0,059 0,846 0,000 0,771 0,000 0,645 0,002 0,630 0,003 0,319 0,170
Keputusan
VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID
107
Uji Validitas 2.4
Correlations Spearman Correlation Spearman's rho
X2.4
P52 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P53 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P54 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P55 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P56 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P57 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P58 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P59 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P60 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P61 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
0,483 0,031 0,095 0,690 0,333 0,152 0,509 0,022 0,566 0,009 0,513 0,021 0,804 0,000 0,687 0,001 0,871 0,000 0,353 0,127
Keputusan
VALID TIDAK VALID TIDAK VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID
Uji Validitas X2.5
Correlations Spearman Correlation Spearman's rho
X2.5
P62 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P63 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P64 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P65 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P66 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P67 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
107
0,595 0,006 0,507 0,022 0,536 0,015 0,402 0,079 0,656 0,002 0,398 0,082
Keputusan
VALID VALID VALID TIDAK VALID VALID TIDAK VALID
108
P68 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P69 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P70 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P71 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P72 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
0,676 0,001 0,378 0,101 0,472 0,036 0,692 0,001 0,761 0,000
VALID TIDAK VALID VALID VALID VALID
Uji Validitas Y1.1
Correlations Spearman Correlation Spearman's rho
Y1.1
P73 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P74 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P75 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P76 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P7 7 Sig. (2-tailed) P78 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P79 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P80 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P81 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P82 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
0,813 0,000 0,345 0,137 0,518 0,019 0,386 0,092 0,814 0,000 0,763 0,000 0,791 0,000 0,645 0,002 0,427 0,060 0,665 0,001
Keputusan
VALID TIDAK VALID VALID TIDAK VALID VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID VALID
Uji Validitas Y1.2
Correlations Spearman Correlation Spearman's rho
P83
Y1.2
Correlation Coefficient
108
0,141
Keputusan TIDAK VALID
109
Sig. (2-tailed) P84 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P85 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P86 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P87 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P88 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P89 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P90 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P91 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P92 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P93 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P94 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P95 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P96 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P97 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P98 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P99 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P100 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P101 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P102 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
109
0,553 0,586 0,007 -0,019 0,937 0,467 0,038 0,203 0,391 0,379 0,100 0,085 0,723 0,085 0,720 0,136 0,567 0,301 0,198 0,771 0,000 0,827 0,000 0,540 0,014 0,795 0,000 0,865 0,000 0,840 0,000 0,487 0,029 0,621 0,003 0,745 0,000 0,655 0,002
VALID TIDAK VALID VALID TIDAK VALID TIDAK VALID TIDAK VALID TIDAK VALID TIDAK VALID TIDAK VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
110
Uji Validitas Y1.3
Correlations Spearman Correlation Spearman's rho
Y1.3
P103 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P104 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P105 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P106 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P107 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P108 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P109 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P110 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P111 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) P112 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
110
0,754 0,000 0,900 0,000 0,900 0,000 0,845 0,000 0,553 0,011 0,512 0,021 0,738 0,000 0,727 0,000 0,581 0,007 0,830 0,000
Keputusan
VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
111
Lampiran 2. Hasil Uji Reliabilitas Efektivitas Komunikasi pada Bina Lingkungan dan Komunikasi (Bilikom) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
No.
Variabel
Nilai Cronbach's Alpha (ri)
Harga r tabel
Keputusan
1.
X2.1
.928
0,6
Reliabel
2.
X2.2
.835
0,6
Reliabel
3.
X2.3
.841
0,6
Reliabel
4.
X2.4
.720
0,6
Reliabel
5.
X2.5
.680
0,6
Reliabel
6.
Y1.1
.837
0,6
Reliabel
7.
Y1.2
.894
0,6
Reliabel
8.
Y1.3
.894
0,6
Reliabel
111
112
Lampiran 3. Peta Wilayah 12 Desa Binaan Program Tanggung Jawab Sosial PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Daerah ex tambang Quarry A berada di daerah Bantarjati
Pusat Produksi Semen Indocement
Daerah Tambang, di Desa Lulut dan Leuwikaret
Quarry Sandy Clay Hambalang di Desa Hambalang, Desa Tajur
112
113
Lampiran 4. Hasil Pengujian Korelasi Chi-Square antara Karakteristik Responden yaitu Tingkat Pendidikan, Pekerjaan Utama dan Jabatan dengan Efektivitas Komunikasi.
a. Hubungan antara Tingkat pendidikan dengan Pemahaman Tokoh Masyarakat Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 9,732a 12,193
11 11
Asymp. Sig. (2-sided) ,555 ,349
1
,101
df
2,694 80
a. 20 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,65.
b. Hubungan antara Tingkat pendidikan dengan SikapTokoh Masyarakat Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases a.
Value 24,553a 31,021
Asymp. Sig. (2-sided)
df
5,078
27 27
,600 ,270
1
,024
80
54 cells (96,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
c. Hubungan antara Tingkat pendidikan dengan Tindakan Tokoh Masyarakat Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 19,672a 24,056 1,722 80
a. 48 cells (96,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
113
24 24
Asymp. Sig. (2-sided) ,715 ,458
1
,189
df
114
d. Hubungan antara Pekerjaan Utama dengan Pemahaman Tokoh Masyarakat Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 19,267a 25,379
11 11
Asymp. Sig. (2-sided) ,056 ,008
1
,003
df
8,695 80
a. 20 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,65.
e. Hubungan antara Pekerjaan Utama dengan Sikap Tokoh Masyarakat Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 48,742a 61,594
27 27
Asymp. Sig. (2-sided) ,006 ,000
1
,043
df
4,115 80
a. 54 cells (96,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
f. Hubungan antara Pekerjaan Utama dengan Tindakan Tokoh Masyarakat Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 29,838a 37,378 1,356 80
a. 48 cells (96,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
114
24 24
Asymp. Sig. (2-sided) ,190 ,040
1
,244
df
115
g. Hubungan antara Jabatan dengan Pemahaman Tokoh Masyarakat Tests a. Hubungan antara Pekerjaan UtamaChi-Square dengan Sikap Tokoh Masyarakat
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Pearson Chi-Square Association Likelihood Ratio N of Valid Cases Linear-by-Linear
Chi-Square Tests Value 16,638a 19,467 Value
11 11
Asymp. Sig. (2-sided) ,119 Asymp. Sig. (2-sided) ,053
27 1 27
,126 ,157 ,023
1
,219
df
df a 35,533 2,005 43,619 80 1,513 a. 20 cells (83,3%) have expected count less than 5. The Association minimum N of Valid Cases expected count is ,63. 80 a. 54 cells (96,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,31.
c. Hubungan antara Pekerjaan Utama dengan Tindakan Tokoh Masyarakat Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 33,046a 39,508 ,465 80
a. 48 cells (96,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,31.
115
24 24
Asymp. Sig. (2-sided) ,103 ,024
1
,495
df
116
Lampiran 5. Hasil Pengujian Korelasi Rank-Spearman antara Karakteristik Responden, Proses Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi. Correlations Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Y1.2 Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Y1.3 Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Umur Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Lama Sig. (2-tailed) N Keterdedahan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sosial Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Y1.1
Y1.1 1,000 . 80 ,360** ,001 80 ,327** ,003 80 -,001 ,994 80 -,024 ,833 80 -,025 ,826 80 ,010 ,932 80
Y1.2 ,360** ,001 80 1,000 . 80 ,294** ,008 80 ,144 ,202 80 ,212 ,059 80 -,244* ,029 80 -,050 ,661 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
116
Y1.3 ,327** ,003 80 ,294** ,008 80 1,000 . 80 -,059 ,606 80 ,080 ,479 80 -,232* ,039 80 -,203 ,072 80
Umur -,001 ,994 80 ,144 ,202 80 -,059 ,606 80 1,000 . 80 ,180 ,110 80 -,172 ,128 80 -,041 ,715 80
Lama Keterdedahan -,024 -,025 ,833 ,826 80 80 ,212 -,244* ,059 ,029 80 80 ,080 -,232* ,479 ,039 80 80 ,180 -,172 ,110 ,128 80 80 1,000 -,187 . ,096 80 80 -,187 1,000 ,096 . 80 80 -,033 ,164 ,774 ,146 80 80
Sosial ,010 ,932 80 -,050 ,661 80 -,203 ,072 80 -,041 ,715 80 -,033 ,774 80 ,164 ,146 80 1,000 . 80
117
Correlations Spearman's rho X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
Y1.1
Y1.2
Y1.3
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
X2.1 1,000 . 80 ,025 ,828 80 ,295** ,008 80 -,082 ,468 80 -,064 ,571 80 ,184 ,101 80 ,216 ,055 80 ,336** ,002 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
X2.2 ,025 ,828 80 1,000 . 80 ,255* ,023 80 ,190 ,091 80 ,297** ,007 80 ,170 ,131 80 ,164 ,145 80 ,197 ,080
X2.3 ,295** ,008 80 ,255* ,023 80 1,000 . 80 ,268* ,016 80 ,016 ,885 80 -,043 ,708 80 ,071 ,534 80 ,083 ,462
X2.4 -,082 ,468 80 ,190 ,091 80 ,268* ,016 80 1,000 . 80 ,128 ,258 80 ,020 ,858 80 ,218 ,052 80 ,055 ,629
80 80
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
80
117
X2.5 -,064 ,571 80 ,297** ,007 80 ,016 ,885 80 ,128 ,258 80 1,000 . 80 ,332** ,003 80 ,012 ,919 80 ,266* ,017 80
Y1.1 ,184 ,101 80 ,170 ,131 80 -,043 ,708 80 ,020 ,858 80 ,332** ,003 80 1,000 . 80 ,360** ,001 80 ,327** ,003 80
Y1.2 ,216 ,055 80 ,164 ,145 80 ,071 ,534 80 ,218 ,052 80 ,012 ,919 80 ,360** ,001 80 1,000 . 80 ,294** ,008 80
Y1.3 ,336** ,002 80 ,197 ,080 80 ,083 ,462 80 ,055 ,629 80 ,266* ,017 80 ,327** ,003 80 ,294** ,008 80 1,000 . 80
118
Lampiran 6. Kuesioner Penelitian
No. Responden
KUESIONER PENELITIAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN MELALUI BINA LINGKUNGAN KOMUNIKASI TERHADAP TOKOH MASYARAKAT SEKITAR (Kasus PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Kabupaten Bogor)
Nama Responden : ...................................................................... Tanggal Pengisian : ......................................................................
MAYOR STUDI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
118
119
A. Karakter Responden (X1) Petunjuk : Beri tanda pada salah satu jawaban yang telah disediakan atau jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 1. Nama Lengkap 2. Umur
: …………………………. : ………………………….
3. Pendidikan
: (1) Tidak Pernah Sekolah (2) Tamat SD (3) Tamat SLTP (4) Tamat SLTA (5) Tamat Perguruan Tinggi
4. 5. 6. 7.
: …………………………. : …………………………. : ………………………….tahun :
Pekerjaan Utama Jabatan dalam Organisasi Lama Menjabat Keterdedahan Media Massa
No.
Jenis Media
1. 2. 3. 4.
Televisi Radio Surat Kabar Majalah
Intensitas Menonton/ Mendengarkan / Membaca dalam Sehari Kapan Terakhir Berapa menggunakan Lama (Jam) Media ini
Jumlah Media yang Ditonton/Didengar/ Dibaca dalam Sehari
Topik/Program yang digemari
8. Kegiatan Sosial yang Pernah Diikuti : Intensitas Mengikuti
No.
Jenis Kegiatan
Frekuensi (per Bulan)
1.
Kerja Bakti
2.
Rapat Kelompok/ Musyawarah Tingkat RT/RW
3.
Musyawarah Desa
4.
Lainnya
119
Berapa Lama (Jam/pertemuan)
120
B. Proses Komunikasi Bilikom 1. Kredibilitas Sumber Informasi 1.1 Pandangan Terhadap Pihak Perusahaan Ket : SS : Sangat Setuju, S : Setuju, RR: Ragu-Ragu, TS : Tidak Setuju, STS : Sangat Tidak Setuju Nilai : SS: 5, S : 4, RR: 3, TS : 2, STS : 1
No.
Pertanyaan SS
1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8.
S
Jawaban RR TS
STS
Pihak perusahaan yang datang ke Bilikom adalah benar-benar wakil perusahaan yang terpercaya Pihak perusahaan menyampaikan program CSR perusahaan dengan baik Pihak perusahaan terampil dalam berkomunikasi Pihak perusahaan tepat dalam menggunakan media/alat untuk membantu komunikasi dengan masyarakat Pihak perusahaan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti oleh Bapak/Ibu Pihak perusahaan menghormati ketertiban dalam Bilikom Pihak perusahaan menghargai aspirasi yang disampaikan Bapak/Ibu Pihak perusahaan secara berkala melakukan kunjungan secara langsung untuk memantau jalannya program CSR 1.2 Pandangan Terhadap Aparat Desa
Ket : SS : Sangat Setuju, S : Setuju, RR: Ragu-Ragu, TS : Tidak Setuju, STS : Sangat Tidak Setuju Nilai : SS: 5, S : 4, RR: 3, TS : 2, STS : 1
No.
Pertanyaan SS
1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8.
Aparat Desa/ Kepala Desa berpakaian rapih dan sopan Aparat Desa yang datang ke Bilikom adalah benarbenar wakil desa yang terpercaya Aparat Desa/ Kepala Desa terampil dalam berkomunikasi Aparat Desa/ Kepala Desa tepat dalam menggunakan media/alat untuk membantu komunikasi dengan tokoh masyarakat Aparat Desa/ Kepala Desa menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti oleh Bapak/Ibu Aparat Desa menyampaikan program CSR perusahaan dengan baik Aparat Desa menghargai aspirasi yang disampaikan Bapak/Ibu Aparat Desa menghormati ketertiban dalam Bilikom
120
Jawaban S RR TS
STS
121
9.
Aparat Desa/ Kepala Desa secara berkala melakukan kunjungan secara langsung untuk memantau jalannya program CSR 1.3 Pandangan Terhadap KorDes
Ket : SS : Sangat Setuju, S : Setuju, RR: Ragu-Ragu, TS : Tidak Setuju, STS : Sangat Tidak Setuju Nilai : SS: 5, S : 4, RR: 3, TS : 2, STS : 1
No.
Pertanyaan SS
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jawaban S RR TS
STS
KorDes selalu datang tepat waktu di Bilikom. KorDes berpakaian rapih dan sopan KorDes yang datang ke Bilikom adalah benar-benar wakil perusahaan yang terpercaya KorDes menyampaikan program CSR perusahaan dengan baik KorDes terampil dalam berkomunikasi KorDes tepat dalam menggunakan media/alat untuk membantu komunikasi dengan masyarakat KorDes menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti oleh Bapak/Ibu KorDes menghormati ketertiban dalam Bilikom KorDes menghargai aspirasi yang disampaikan Bapak/Ibu KorDes secara berkala melakukan kunjungan secara langsung untuk memantau jalannya program CSR
2. Cara Berbicara Sumber Informasi Ket : SL : Selalu , SR : Sering, KK: Kadang-Kadang, P : Pernah , TP : Tidak Pernah Nilai : SL: 5, SR : 4, KK: 3, P : 2, TP : 1
1. Dalam menyampaikan informasi mengenai CSR pihak No. Pertanyaan perusahaan melakukan menggerakkan anggota tubuh (gerakan tangan, gerakan kepala) sehingga melengkapi A. Simbol Verbal informasi yang disampaikan 1. Penyampaian informasiinformasi secara tertulis dalamCSR Bilikom 2. Dalam menyampaikan mengenai pihak 2. Penyampaian informasigerakan mengunakan bahasamelotot baku perusahaan melakukan mata (melirik, (Indonesia) dalam Bilikom dll) sehingga diharapkan dapat memperoleh umpan 3. Penyampaian informasi menggunakan bahasa balik dari masyarakat campuran (Indonesia, Inggris, gaul ) dalam 3. Dalam menyampaikan informasidaerah, mengenai CSR pihak Bilikom perusahaan melakukan penekanan terhadap suara atau 4. Penyampaian informasi Bilikom adanya intonasi suaradalam sehingga pesan dengan yang menggunakan bahasa atau kalimat yang mudah disampaikan dapat mengenai sasaran dipahami olehpesan pesertadalam bentuk symbol, grafik, atau 4. Penyampaian 5. Pihak perusahaan dalam menyampaikan informasi gambar dibumbui kata-kata humoris untuk menarik perhatian peserta Bilikom B. Simbol Non Verbal
121
SL
Jawaban SR KK P
TP
122
3. Tingkat Penggunaan Sarana Komunikasi Keterangan : SL : Selalu , SR : Sering, KK: Kadang-Kadang, P : Pernah , TP : Tidak Pernah Nilai : SL: 5, SR : 4, KK: 3, P : 2, TP : 1
No.
Pertanyaan SL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
SR
Jawaban KK P
TP
Perusahaan menyampaikan informasi pada masyarakat mengenai pertemuan Bilikom menggunakan papan pengumuman Perusahaan menyampaikan informasi pada masyarakat mengenai pertemuan Bilikom menggunakan leaflet atau brosur Perusahaan menyampaikan informasi pada masyarakat mengenai pertemuan Bilikom menggunakan majalah yang diterbitkan oleh perusahaan Perusahaan menyampaikan informasi pada masyarakat mengenai pertemuan Bilikom dari mulut ke mulut Perusahaan menyampaikan informasi dalam Bilikom menggunakan alat bantu elektronik seperti (mikrofon, LCD, Proyektor dan lainnya) Perusahaan menyampaikan informasi dalam Bilikom dengan menggunakan alat bantu non elektronik seperti (papan tulis, spidol, kapur, alat peraga lainnya) Hasil program perusahaan dilaporkan kepada masyarakat dalam bentuk laporan tertulis atau dimuat dalam majalah yang diterbitkan perusahaan. Hasil program dilaporkan perusahaan dalam bentuk siaran radio
4. Metode dalam Bilikom Keterangan : SL : Selalu , SR : Sering, KK: Kadang-Kadang,, P : Pernah , TP : Tidak Pernah Nilai : SL: 5, SR : 4, KK: 3, P : 2, TP : 1
No.
Pertanyaan SL
1. 2.
3. 4.
Bilikom dilakukan secara tatap muka Penyampaian informasi dibantu dengan tampilan audio visual (film, video yang berkaitan deng program lainnya) Penyampaian informasi dalam Bilikom dibantu dengan penyebaran handout materi program terkait Pihak perusahaan menyampaikan mengenai rencana strategis perusahaan untuk program CSR
122
SR
Jawaban KK P
TP
123
5. 6.
7.
Hasil Bilikom disampaikan secara langsung oleh Kepala Desa kepada para undangan dalam Bilikom Hasil Bilikom disampaikan secara langsung oleh Perwakilan perusahaan kepada para undangan dalam Bilikom Hasil Bilikom (Notulensi) disampaikan setelah Bilikom selesai
5. Intensitas Memberikan Umpan Balik Keterangan : SL : Selalu , SR : Sering, KK: Kadang-Kadang,, P : Pernah, TP : Tidak Pernah Nilai : SL: 5, SR : 4, KK: 3, P : 2, TP : 1
No.
Pertanyaan SL
1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
11.
SR
Jawaban KK P
TP
Masyarakat mencari informasi tentang perusahaan Masyarakat mencari informasi tentang program CSR perusahaan Masyarakat mencari informasi program perusahaan melalui media cetak Masyarakat mencari informasi tentang program perusahaan melalui Aparat Desa Masyarakat secara aktif memberikan usulan Program CSR(bantuan) perusahaan Masyarakat memberikan usulan kegiatan untuk kepentingan bersama Masyarakat memberikan tanggapan atas penjelasan wakil perusahaan secara langsung pada saat Bilikom Masyarakat memberikan tanggapan atas diskusi yang dilakukan dalam Bilikom.
C. Efektivitas Komunikasi Perusahaan (Y) 1. Pemahaman Masyarakat terhadap Program CSR (Y1) Ket : SPH : Sangat Paham, PH : Paham, TPH : Tidak Paham, KPH : Kurang Paham, TPHSS : Tidak Paham Sama Sekali Nilai : SPH: 5, PH : 4, TPH: 3, KPH : 2, TPHSS : 1
No.
Pertanyaan SPH
1. 2.
3.
Bilikom dilaksanakan rutin empat kali dalam setahun Bilikom dilaksanakan untuk menjelaskan program CSR yang dilaksanakan di desa yang bersangkutan. Pertemuan Bilikom membantu masyarakat untuk lebih memahami tujuan dari program CSR perusahaan
123
PH
Jawaban TPH KPH TPHSS
124
4.
5.
6.
7.
Pertemuan Bilikom mampu menjembatani keinginan masyarakat dan kemampuan perusahaan terhadap program CSR (bantuan) yang dilakukan perusahaan Program CSR (bantuan) yang dijalankan perusahaan merupakan program yang memberikan kontribusi ekonomi, sosial dan lingkungan secara berkelanjutan di desa yang bersangkutan Program CSR (bantuan) yang dijalankan perusahaan merupakan wujud komitmen perusahaan dalam mewujudkan etika bisnis (pengabdian terhadap masyarakat) Program CSR perusahaan mendukung upaya pemerintah untuk mencapai sasaran dalam peningkatan taraf hidup masyarakat dan pengentasan kemiskinan
2. Sikap Masyarakat terhadap Program CSR (Y2) SS : Sangat Setuju, S : Setuju, RR: Ragu-Ragu, TS : Tidak Setuju, STS : Sangat Tidak Setuju Nilai : SS: 5, S : 4, RR: 3, TS : 2, STS : 1
No.
Pertanyaan SS
1.
2. 3. 4. 5. 6.
7. 8.
9.
10.
Masyarakat dilibatkan secara aktif pada proses pelaksanaan program CSR yang diberikan perusahaan Program CSR yang direalisasikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang diusulkan dalam Bilikom Program CSR (bantuan) yang dijalankan perusahaan belum memberikan manfaat bagi masyarakat. Masyarakat tidak dilibatkan secara aktif pada proses pelaksanaan program CSR Program CSR (bantuan) belum sesuai dengan usulan dari masyarakat Desa Program CSR (bantuan) yang direalisasikan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang diusulkan dalam Bilikom Program CSR (bantuan) perusahaan belum mampu menciptakan kemandirian masyarakat desa Program CSR (bantuan) perusahaan belum memberikan kontribusi positif baik dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat desa Masyarakat tidak memperoleh keterampilan khusus dari salah satu program pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahaan Bilikom yang dilaksanakan perusahaan belum
124
S
Jawaban RR TS
STS
125
11.
12.
mampu mendekatkan hubungan antara perusahaan dengan masyarakat desa Program CSR (bantuan) perusahaan belum mampu memberikan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan bagi masyarakat desa Program CSR (bantuan) perusahaan belum mampu mendukung upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan di desa binaan perusahaan
3. Tindakan Masyarakat dalam Program CSR (Y3) SL : Selalu , SR : Sering, KK : Kadang-Kadang, P : Pernah, TP : Tidak Pernah Nilai : SL: 5, SR : 4, KK: 3, P : 2, TP : 1
No.
Pertanyaan SL
1. 2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Masyarakat ikut serta dan aktif dalam realisasi program CSR perusahaan Masyarakat khususnya laki-laki menggunakan keterampilan (keterampilan sebagai montir, pengolahan kayu, peternak dll) yang diberikan perusahaan melalui program CSR untuk membuka usaha guna meningkatkan kesejahteraan keluarganya Masyarakat khususnya wanita menggunakan keterampilan (keterampilan menjahit, membuat makanan dll) yang diberikan perusahaan melalui program CSR untuk membuka usaha guna meningkatkan kesejahteraan keluarganya Masyarakat memanfaatkan skema kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dicanangkan perusahaan untuk meningkatkan kegiatan usahanya Masyarakat memanfaatkan pengetahuan yang diberikan perusahaan mengenai pengolahan limbah dan sampah rumah tangga dalam kehidupan seharihari Masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan yang diberikan perusahaan melalui program CSR seperti posyandu, puskesmas keliling, dan layanan kesehatan lainnya Masyarakat ikut serta dalam memelihara fasilitas umum (Mushola, MCK, jalan raya dll) yang dibangun perusahaan melalui program CSR Masyarakat ikut serta menanggulangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan, sebagai contoh ikut serta dalam penanaman pohon jarak di areal bekas tambang Masyarakat memanfaatkan program CSR bidang pendidikan yang diberikan perusahaan (seperti
125
SR
Jawaban KK P
TP
126
10.
beasiswa) Masyarakat secara swadaya juga ikut membantu guna terwujudnya program CSR perusahaan di desa yang bersangkutan
126
127
WAWANCARA MENDALAM Responden : Manajemen Perusahaan Subyek : Visi Misi mengenai CSR Visi dan misi Indocement dalam membina hubungan dengan masyarakat sudah termaktub didalam misi Perusahaan. Perusahaan merasa perlu menyelenggarakan Program Corporate Social Responsibility (CSR) karena dipandang oleh Perusahaan sebagai investasi masa depan keberlanjutan usaha perusahaan, bila program CSR dijalankan dengan baik maka Indocement memberikan manfaat positif akan keberadaan perusahaan bagi para pemangku kepentingan. Sehingga usaha dan operasi perusahaan dapat berlanjut dengan dukungan dan support para pemangku kepentingannya, dalam hal ini adalah dukungan masyarakat. serta tanggung jawab sosial moral perusahaan yang meningkatkan pemberdayaan kepada masyarakat. Indocement senantiasa berkomitmen sesuai dengan misi perusahaan, bahwa perusahaan akan senantiasa melakukan program CSR secara terus menerus menuju keberlanjutan dan kemandirian masyarakat. Anggaran untuk program CSR yang harus dipahami adalah adanya satu pemahaman bahwa yang dimaksud dengan CSR adalah tujuh aspek inti yang salah satunya adalah CD (Community Development) maka bila CD yang dimaksud adalah satu bagian dari pelaksanaan CSR bagi Perusahaan untuk masyarakat. karena masyarakat adalah satu dari beberapa pemangku kepentingan eksternal perusahaan. Dana CSR di Indocement disusun berdasarkan skala prioritas kebutuhan masyarakat 12 Desa binaan di sekitar Pabrik Citeureup Setiap tahunnya tidaklah sama, karena skala prioritas yang diajukan oleh 12 Desa Binaan tidak sama setiap tahunnya. Dalam setiap penyusunan anggaran CSR atau dalam hal ini tepatnya adalah anggaran program CD berdasarkan pengajuan prioritas kebutuhan dasar masyarakat dan pengajuan wakil masyarakat dalam Bilikom yang dirangkum untuk proses assesment melalui survei bersama dalam menentukan program yang akan disetujui oleh perusahaan dan kemudian dihitung dalam anggaran kebutuhan. Kebijakan, konsep, dan strategi CSR dari PT ITP adalah melalui Bilikom. Bilikom atau bina lingkungan komunikasi adalah salah satu cara dalam melakukan komunikasi publik perusahaan yang telah didesign sedemikian rupa dengan mempertimbangkan tujuan dan kriteria anggota wakil dari masyarakat yang duduk dalam keterlibatan Bilikom. Di Indocement sistem pelaporan terdapat di dalam IPMS (Indocement Performance Management System) yang berisikan KPM (Key Performance Measurement) adalah suatu sistem yang berisi indikator keberhasilan seluruh program-program perusahaan dengan baik. Tidak hanya program, namun juga anggaran. Sistem pelaporan atau KPM CSR ini dimonitor oleh fungsi struktur CSR yang terkait langsung yakni CSR Department Head setiap bulannya. Indocement setiap tahunnya melakukan evaluasi program untuk memastikan bahwa program yang diberikan untuk masyarakat 12 Desa binaan khususnya di pabrik Citeureup sudah sesuai dengan kebutuhan mendasar yang dibutuhkan oleh Masyarakat (liat skema terlampir) Program CSR (CD) dilakukan oleh Perusahaan karena Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawab sosial moral perusahaan dilakukan untuk para pemangku kepentingan memberikan manfaat bagi peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar. Bagi Indocement CSR adalah investasi sosial yang akan meningkat dari waktu ke waktu dalam hubungan industrial dan hubungan dengan para pemangku kepentingan yang membaik.
127
128
Lalu tercipta trust/kepercayaan dan karenanya perusahaan mendapatkan pencitraan yang baik dan hubungan berdasarkan kepercayaan yang menguntungkan bagi Perusahaan. Pemda sebagai salah satu pemangku kepentingan eksternal perusahaan. Pemda selaku Regulator daerah menjadi pendukung program CSR Indocement. CSR selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, perubahan dari charity ke sustainable adalah satu fenomenal dalam perjalanan CSR sampai dengan saat ini selain perubahan tentu penuh dengan challenge/tantangan bagi Perusahaan. Tanggung jawab perusahaan kedepan tidak hanya perubahan dari pemberian charity atau bantuan sosial namun juga bagaimana masyarakat dapat berkembang secara intelektual dan berdaya sehingga dapat menjadi mandiri. Maka konsep membina hubungan baik, bekerjasama sebagi partner dan meningkatkan capable dan sumber daya masyarakat menjadi tantangan bagi perusahaan dan masyarakat kedepan. Pembangunan terus meningkat tidak hanya pembangunan fisik namun juga pembangunan sumber daya manusia.
WAWANCARA MENDALAM Responden : Tokoh Masyarakat Subyek : Reaksi dan Pandangan (Respon Sosial) masyarakat terhadap CSR Hampir semua tokoh masyarakat beranggapan, Program CSR yang dijalankan Indocement baik dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Masyarakat mendapatkan manfaat dari program - program yang dilaksanakan Indocement, seperti program pelayanan kesehatan yaitu puskesmas keliling, posyandu dll. Masyarakat juga mendapatkan keterampilan seperti montir, beternak kambing dll. dan modal untuk menjalankan usaha. Sebagian masyarakat juga telah memanfaatkan skema kredit usaha yang diberikan perusahaan, dan yang paling utama masyarakat telah merasakan manfaat dari perbaikan fasilitas umum yang telah dilakukan Indocement seperti perbaikan jalan, sekolah dan fasilitas lainnya. Bidang pendidikan masyarakat juga telah mendapatkan manfaat berupa beasisiwa pendidikan yang diberikan perusahaan bagi siswa yang orang tuanya tidak mampu dari SD hingga PT. Tokoh masyarakat berperan dalam menyalurkan informasi Program CSR dari Bilikom ker masyarakat (tingkat RT/RW). Tanggung jawab dari tokoh masyarakat dalam program besar. Selain sebagai sumber informasi utama setelah aparat desa, tokoh masyarakat juga penentu keberhasilan program yang salah satu indikatornya yaitu tingkat partisipasi masyarakat di setiap pelaksanaan program CSR. Kesulitan yang dihadapi tokoh tokoh masyarakat dalam menyampaikan informasi tentang program CSR yaitu kurangnya antusiaa masyarakat dalam menerima informasi,masyarakat hanya membutuhkan bukti real daripada hanya sekedar informasi. Kendala lain yang dapat menjadi hambatan dalam penyampaian informasi yaitu tingkat pendidikan masyarakat yang berbeda, terbatasnya waktu interaksi antara masyarakat dengan tokoh masyarakat, keragaman etnis daerah tersebut. Serta keengganan masyarakat pendatang untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Sampai saat ini dalam meyampaikan informasi kebutuhan masyarakat pada perusahaan tidak terlalu sulit namun terdapat prosedur atau tahapan yang harus dilalui misalnya harus melalui musyawarah desa kemudian disampaikan ke perusahaan melalui Bilikom. Penyampaian informasi kebutuhan ini tidak dapat dilaksanakan secara individu
128
129
namun harus dilakukan bersama dengan mengatasnamakan kepentingan bersama. Kendala yang dihadapi tokoh masyarakat dalam proses penyampaian informasi mengenai kebutuhan masyarakat kepada perushaan yaitu masalah birokrasi. Birokrasi yang terlalu panjang menyebabkan informasi tentang kebutuhan tersebut sampai ke perusahaan tidak utuh karena adanya kepentingan – kepentingan dari pembawa informasi. Hal-hal yang perlu diperbaiki dalam penyampaian informasi mengenai CSR antara metode yang digunakan, optimalisasi peran kordes, aparat desa dan tokoh masyarakat, ada cabang pertemuan tingkat RT/RW. Dalam implementasi program CSR hal –hal yang perlu diperbaiki adalah transparansi dana program, terutama untuk program perbaikan fasilitas desa. Disamping itu tokoh masyarakat berharap program – program tersebut dalam pelaksanaannya sepenuhnya melibatkan masyarakat desa bukan orang – orang diluar desa. Respon sosial dari masyarakat sangat baik dan mendukung jalannya program, mereka menganggap banyak manfaat yang mereka terima dari program yang dijalankan perusahaan. meskipun seluruh program CSR yang dijalankan perusahaan belum dapat secara maksimal dimanfaatkan oleh masyarakat. Renbangdes kurang bekerja secara optimal, karena kurangnya komunikasi antara masyarakat, tokoh masyarakat dan aparat desa. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya hambatan yang terjadi seperti adanya dominasi beberapa tokoh masyarakat, dan aparat desa membuat sebagian tokoh masyarakat dan masyarakat umum aspirasinya kurang didengar. Disamping itu kegiatan Renbangdes perlu diawasi baik dari aparat desa maupun perusahaan sehingga kinerjanya dapat optimal. Kinerja Bilikom dinilai sudah baik, selain mampu menjadi jembatan informasi antara perusahaan dengan masyarakat, Bilikom juga dapat mempererat hubungan antar kedua pemangku kepentingan tersebut, sehingga masing – masing pihak dapat saling mendukung. Namun masih terdapat kendala yang dihadapi seperti Bilikom belum mampu menampung seluruh aspirasi dari masyarakat, karena anggota yang dilibatkan hanya terbatas pada tokoh masyarakat dan aparat desa. Salah satu solusinya adalah optimalkan kegiatan Renbangdes dan menjalin komuniksi yang baik antara tokoh masyarakat dengan masyarakat sehingga informasi yang disampaikan kepada perusahaan melalui Bilikom dapat mewakili semua kepentingan. Kinerja Kordes yang menjadi wakil perusahaan di desa di nilai sudah baik karena secara berkala memantau keadaan desa serta menyalurkan aspirasi dari desa ke perusahaan, serta mampu bersosialisasi dengan baik, sehingga komunikasi antara masyarakat dengan kordes dapat terjalin dengan baik. Namun masih terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki dari kinerja KorDes antara lain kordes harus lebih memantau kegiatan Renbangdes agar kegiatan tersebut dapat bekerja optimal, lebih intensif dalam memantau jalannya program sehingga apabila terjadi penyelewengan pada program dapat segera diketahui dan dirumuskan solusinya. Selama ini hasil Bilikom kurang disosialisakan secara utuh kepada masyarakat umum karena keterbatasan waktu yang dimiliki tokoh masyarakat untuk berkomunikasi dengan masyarakat, hanya informasi yang membutuhkan keterlibatan masyarakat umum yang diinformasikan. Informasi diberikan baik tertulis maupun lisan bilamana akan dilaksanakan suatu kegiatan misalnya kegiatan pelatihan keterampilan.
129
130
WAWANCARA MENDALAM Responden : Aparat Desa Subyek : Reaksi dan Pandangan (Respon Sosial) masyarakat terhadap CSR Proses pemilihan wakil desa dalam Bilikom yaitu ditunjuk langsung oleh kepala desa sebagai koordinator kegiatan di desa. Sampai saat ini kegiatan CSR Indocement juga dinilai baik dan bermanfaat bagi masyarakat oleh para aparat desa. Manfaat yang diterima masyarakat dapat dirasakan pada semua aspek kehidupan yang mengacu pada pada lima pilar yaitu (1) pendidikan, (2) ekonomi, (3) kesehatan, (4) sosial, budaya dan olahraga, (5) keamanan. Aparat desa memiliki peranan yang sama dengan tokoh masyarakat dalam menyalurkan informasi tentang program CSR, disamping itu aparat desa merupakan sumber informasi utama, pelaksana dan jembatan penghubung utama antara masyarakat dengan Indocement. Hal tersebut menyebabkan tanggung jawab yang dimiliki aparat desa besar bagi keberhasilan program. Kendala yang dihadapi pada saat penyaluran informasi antara lain, antusias masyarakat untuk mencari informasi tentang program relatif rendah. Mereka mengandalkan aparat desa untuk mendapatkan informasi tentang perusahaan. Selama ini program CSR Indocement telah berjalan dengan baik hanya dalam implementasinya harus ada transparansi dana. Menurut aparat desa sebaiknya dalam melaksanakan program pembangunan infrastruktur desa lebih melibatkan pihak desa bukan mempercayakan pembangunan tersebut kepada pihak luar desa. Respon masyarakat terhadap program CSR menurut aparat desa baik. Mereka menilai program yang dijalankan perusahaan bermanfaat bagi kehidupan mereka. Namun mereka masih merasa terganggu pada kondisi udara sekitar pabrik yang relatif berdebu akibat dari proses produksi semen. Perusahaan cukup kooperatif dalam menampung aspirasi masyarakat. Hanya saja tidak semua keinginan masyarakat dapat dipenuhi, perusahaan perlu memilah keinginan dari masyarakat berdasarkan skala prioritas yang paling penting. Kinerja Renbangdes cukup baik hanya saja perlu ada perbaikan, seperti intensitas pertemuan ditambah, yang biasanya hanya satu bulan sekali menjadi minimal dua kali dalam satu bulan. Kinerja Bilikom juga dinilai baik, selain menjadi sumber utama informasi tentang CSR, Bilikom juga mampu mendekatkan hubungan antara masyarakat dengan perusahaan. Namun sebaiknya Bilikom selain hanya melibatkan tokoh masyarakat sebaiknya juga melibatkan masyarakat umum. Hubungan Kordes dengan aparat desa terjalin dengan baik, kordes merupakan wakil perusahaan yang memantau kondisi desa secara lebih intensif. Kinerja Kordes dinilai baik oleh aparat desa. Kordes secara berkala melakukan kunjungan untuk memantau kondisi desa, disamping itu kordes dapat menampung keluhan-keluhan dari masyarakat yang nantinya akan mereka sampaikan ke pihak perusahaan.
130