13
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Teori yang Relevan
2.1.1
Pendidikan Sistem Ganda
2.1.1.1 Konsep Dasar Pendidikan Sistem Ganda Pendidikan sistem ganda merupakan upaya lembaga pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajarnya di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah. Kegiatan belajar selain dilakukan di lingkungan sekolah juga dilakukan pada dunia kerja atau industri baik industri besar, sedang, kecil atau industri rumah tangga. Menurut Departemen pendidikan dan Kebudayaan (dalam Made Wena, 1996:15): Pendidikan sistem ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja serta terarah untuk mencapai tingkat keahlian tertentu. Sedangkan Soewarni (dalam Made Wena, 1996:16) mendefinisikan pendidikan sistem ganda sebagai berikut: Pendidikan sistem ganda (magang) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional, yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat profesional tertentu. Hal senada dikemukakan oleh Pakpahan (dalam Made wena, 1996:16) yang berpendapat sebagai berikut: Pendidikan sistem ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan, yang memadukan secara sistematik dan Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang relevan, terarah untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan sistem ganda merupakan gabungan dari sub sistem pendidikan di sekolah dan sub sistem pendidikan di dunia industri yang dipadukan secara sistematis dan sinkron sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pendidikan sistem ganda merupakan realisasi kebijakan pemerintah melalui konsep keterkaitan dan kesepakatan (Link and match) pada sistem pendidikan yang merupakan perpaduan yang saling mengisi dan melengkapi antara pendidikan di sekolah dan dunia usaha melalui praktek kerja industri. Seperti yang diungkapkan Wardiman (dalam Made Wena, 1996:50) bahwa upaya peningkatan mutu dan relevansi yang menjadi titik berat pembangunan pendidikan kejuruan pada Pelita VI, akan didekati melalui kebijakan link and match. Pakpahan (dalam Made Wena, 1996:50) mengemukakan bahwa: Tujuan link and match adalah untuk mendekatkan antara supply dan demand mutu sumber daya manusia, terutama yang berhubungan dengan kualitas ketenagakerjaan, dimana dunia pendidikan sebagai penyedia sumber daya manusia dan dunia kerja serta masyarakat pada umumnya sebagai pihak yang membutuhkan. Pelaksanaan PSG memberikan kesempatan kepada peserta diklat untuk menumbuhkan-kembangkan kreatifitas dan inovasi, memberikan pengalaman kerja nyata, dan mampu mendorong kemandirian peserta diklat menjadi tenaga profesional di dunia usaha dan industri. Sekolah dan dunia usaha atau industri memiliki tanggung jawab bersama dalam penyelenggaran PSG meliputi Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
perencanaan program, pelaksanaan, penilaian dan penentuan kelulusan peserta didik serta upaya pemasaran tamatannya. 2.1.1.2 Manfaat Pendidikan Sistem Ganda Kerjasama antara sekolah dengan dunia usaha/industri dilaksanakan dengan prinsip saling membantu, saling mengisi dan saling melengkapi untuk keuntungan bersama. Berdasarkan prinsip tersebut, pendidikan sistem ganda memberi nilai tambah kepada pihak-pihak yang bekerjasama. a. Manfaat bagi dunia usaha/industri 1) Perusahaan dapat mengenal langsung kualitas peserta didik yang belajar dan bekerja di perusahaannya. 2) Keikutsertaan peserta didik dalam proses produksi selama pendidikan akan lebih menguntungkan perusahaan. 3) Selama pendidikan melalui kerja industri peserta didik lebih mudah dikendalikan dalam hal kedisiplinan maupun kepatuhan terhadap perusahaan. 4) Perusahaan dapat memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan perusahaan. 5) Memberi kepuasan bagi dunia usaha atau industri karena ikut berperan serta dalam menentukan hari depan bangsa melalui Pendidikan sistem ganda. b. Manfaat bagi Lembaga atau Sekolah 1) Menjamin tercapainya tujuan pendidikan dalam rangka memberi keahlian profesional bagi peserta didik.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
2) Memperingan tanggungan biaya pendidikan. 3) Ada relevansi antara program pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. 4) Memberi kepuasan bagi penyelenggara pendidikan (sekolah) karena lulusannya terjamin memperoleh bekal yang bermakna baik untuk kepentingan tamatan, dunia kerja maupun kepentingan bangsa. c. Manfaat bagi peserta didik 1) Hasil belajar akan lebih bermakna karena setelah tamat akan benar-benar memiliki keahlian profesional sebagai bekal peningkatan taraf hidupnya. 2) Waktu pencapaian keahlian profesional akan lebih singkat. Setelah tamat sekolah dengan sistem ganda tidak memerlukan latihan lanjutan untuk mencapai tingkat keahlian siap pakai. 3) Keahlian profesional yang diperoleh dari pendidikan sistem ganda dapat mengangkat harga diri dan meningkatkan rasa percaya diri. Selanjutnya akan memotivasi mereka untuk meningkatkan keahlian profesionalnya pada tingkat yang lebih tinggi. Pelaksanaan pendidikan sistem ganda jelas sangat bermanfaat bagi berbagai kalangan. Mulai dari dunia usaha/industri, lembaga atau sekolah, sampai manfaat bagi peserta didik sendiri. Agar adanya kesinambungan dan kelanjutan manfaat dalam pelaksanaan pendidikan sistem ganda, maka perlu adanya kerjasama dari berbagai kalangan, yang akhirnya dapat memberikan keuntungan bersama.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
2.1.1.3 Komponen-Komponen Pendidikan Sistem Ganda Menurut Made Wena (1996:17) komponen – komponen Pendidikan Sistem Ganda antara lain: a. Kelembagaan Dilihat dari segi kelembagaan pendidikan sistem ganda kejuruan terdiri dua sub sistem yaitu sub sistem pendidikan di sekolah dan sub sistem pendidikan di industri. Lembaga sekolah kejuruan sebgai salah satu sub sistem dari sistem ganda memang secara khusus dirancang sebagai tempat belajar. Tetapi lembaga sebagai bagian dari sistem ganda tidak secara khusus dirancang sebagai tempat belajar tetapi dapat digunakan sebagai tempat belajar. Oleh karena itu, agar dunia industri dapat digunakan sebagai tempat belajar praktik secara maksimal oleh siswa maka seyogyanya pihak industri mempu memerankan fungsi kependidikan. b. Kurikulum Kurikulum di sekolah dirancang secara komprehensif, yang meliputi semua kegiatan belajar. Dengan demikian pengembangan kurikulum sekolah didasari atas aspek-aspek psikologis karakteristik siswa. Sedangkan kurikulum yang ada di industri hanya berupa tuntunan praktik (training guideslines), yang jauh lebih sederhana dan lebih praktis dari kurikulum sekolah. Jadi, dalam hal ini industri seyogyanya menyediakan tuntunan praktik bagi para siswa, sehingga siswa tahu secara jelas apa yang harus dilaukan dan bagaimana melakukannya.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
c. Materi pembelajaran Materi di sekolah lebih ditekankan pada pembelajaran teori-teori kejuruan; sedangkan materi di industri lebih ditekankan pada praktik kerja tetapi berkaitan dengan tori-teori yang dipelajari di sekolah. Dengan demikian sekolah harus mampu menggunakan dunia kerja sebagai pijakan dalam perencanaan kurikulumnya, sehingga ada kaitan dengan apa yang diajarkan di sekolah dengan apa yang dipelajari di industri. d. Strategi Mengajar Kegiatan mengajar di sekolah lebih sistematis karena pelajaran telah disusun secara sistematis berdasarkan kaidah-kaidah teori pembelajaran. Sedangkan pembelajaran di industri lebih menekankan pada proses belajar mengajar keterampilan kerja tertentu. Dalam hal ini karakteristik bidang studi di sekolah berbeda dengan karakteristik bidang studi yang dipelajari siswa di industri. Agar kegiatan belajar praktik siswa di industri dapat mencapai tujuan, maka strateri pembelajaran praktik harus disusun dan dikembangkan dengan tetap berpijak pada karakteristik siswa dan ketersediaan sumber belajar industri. Dengan kata lain harus dikembangkan desain pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan industri. e. Kegiatan industri Lebih bersifat usaha produksi barang, tetapi dibarengi dengan usaha belajar mengajar di tempat, atau belajar melalui pengalaman praktik langsung. Situasi dan kondisi yang demikian menuntut perlu adanya perencanaan usaha belajar yang sistemik sistematis agar kegiatan belajar
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
praktik di industri tidak mengganggu kelancaran produksi barang, dan bila mungkin usaha belajar siswa di industri justru dapat meningkatkan kegiatan produksi barang. f. Kegiatan belajar di industri Bersifat belajar dalam situasi dunia nyata; sedangkan belajar di sekolah berupa belajar pada situasi sekolah yang terkendali. Agar proses belajar pada situasi dunia kerja yang nyata dapat mencapai hasil secara optimal, tentu keterkaitan pembelajaran di sekolah dengan apa yang akan dipelajari di industri harus betul-betul diperhatikan. g. Dunia industri dan sekolah Industri merupakan dunia orang dewasa, sedangkan dunia sekolah merupakan dunia remaja. Kondisi dan situasi yang demikian jangan sampai mengganggu proses belajar siswa di industri. Oleh karena itu pengendalian secara psikologis situasi lingkungan perlu dilakukan agar siswa dapat beradaptasi dengan mudah pada dua lingkungan belajar yang berbeda. h. Kepentingan Di industri terjadi konflik tujuan antara kepentingan produksi (prinsip ekonomi) dan kepentingan latihan (prinsip pendidikan); sedangkan sekolah prinsip pendidikan merupakan satu-satunya faktor determinannya. Penataan yang sistematis perlu dilakukan pada industri agar konflik tujuan antara kepentingan produksi dan lepentingan latihan/praktik tidak saling merugikan satu dengan yang lainnya.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
i. Pengajar Di sekolah gurulah yang bertanggung jawab terhadap program pelaksanaan pembelajaran, sedangkan di industri pembelajaran praktik sepenuhnya menjadi tanggung jawab instruktur. Sebagai tenaga pengajar praktik instruktur seyogyanya memahami dan mampu mempraktikan metodemetode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran praktik di industri. Dengan demikian pembelajaran praktik kerja di industri betul-betul dapat meningkatkan kualitas kemampuan kerja siswa. j. Tempat belajar Belajar di sekolah sebagian besar dilakukan pada ruang kelas, sedangkan belajar di industri hampir seluruhnya dilakukan di bengkel kerja. Adanya perbedaan tempat belajar ini tentu pula akan mempengaruhi situasi pembelajaran. Oleh karena itu keterkaitan yang selaras dan serasi antara kedua tempat belajar tersebut seyogyanya diciptakan. Dengan demikian proses belajar siswa pada kedua tempat belajar tersebut, dapat dilakukan secara optimal. Dari beberapa komponen tersebut, harus selalu adanya sinergitas antar komponen sehingga dapat menciptakan pendidikan sistem ganda yang tepat guna dan tepat sasaran. Baik itu dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam tahap evaluasi pendidikan sistem ganda.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
2.1.1.4 Bentuk-Bentuk Belajar Pendidikan Sistem Ganda Nolker & Schoenfeldt (dalam Made Wena, 1996:21) mengemukakan bahwa “dilihat dari bentuk belajar secara umum, bentuk-bentuk perjumpaan antara pendidikan kejuruan dengan dunia kerja terdapat tiga bentuk utama yaitu darmawisata, widyawisata ke pabrik dan praktikum.” Perjumpaan tersebut dapat terlihat pada gambar 2.1 berikut ini:
Darmawisata SEKOLAH
Widyawisata ke pabrik Praktikum
LINGKUNGAN KERJA
Sumber: Made Wena (1996:21) Gambar 2.1 Perjumpaan Lembaga Pendidikan Kejuruan Dengan Dunia Kerja
Pada umumnya darmawisata ditujukan untuk mengadakan perjumpaan pertama dengan praktik kejuruan. Waktunya sangat terbatas, kadang berlangsung hanya beberapa jam saja. Kegiatan ini biasanya banyak dilakukan oleh lembagalembaga pendidikan. Pada pihak lain widyawisata bertujuan untuk membawa peserta didik ke dunia industri untuk melakukan tugas-tugas yang sudah dipilih sebelumnya. Kalau darmawisata lebih banyak dimaksudkan untuk memberi orientasi mengenai satu cabang industri, widyawisata ke industri berfungsi memberi wawasan mengenai realita pabrik yang komplek, dan waktunya lebih lama dari darmawisata, mungkin sehari atau dua hari. Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
Sedangkan praktikum atau yang sering disebut praktik industri adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik berupa praktik langsung pada dunia kerja yang nyata. Waktu untuk praktik beraneka ragam, ada sekolah yang melakukan dua tiga bulan, ada satu atau dua semester, tergantung dari kebutuhannya. Dari ketiga bentuk perjumpaan antara lembaga pendidikan teknologi dan kejuruan dengan dunia industri, bentuk perjumpaan yang berupa praktik industri merupakan
bentuk
belajar
yang
paling
bermanfaat
bagi
pembentukan
keterampilan peserta didik. Karena itulah maka kegiatan ini paling banyak dilaksanakan, khususnya pada negara-negara yang pendidikan kejuruannya telah maju. Seperti diungkapkan Weimann (dalam Made Wena, 1996:22) bahwa “the didactic center of the path of vocational training is the mastery of life at work”, dan hal ini hanya bisa dilakukan melalui praktik industri. Tanpa melakukan kegiatan praktik industri secara sistematis, jelas suatu lembaga pendidikan kejuruan tidak akan bisa membekali lulusannya dengan kemampuan kerja yang optimal.
2.1.1.5 Tujuan Pendidikan Sistem Ganda Segala kegiatan apapun bentuknya tentu mempunyai tujuan tertentu. Demikian juga halnya diadakannya pendidikan sistem ganda di sekolah menengah kejuruan. Pada dasarnya tujuan pokok pendidikan sistem ganda (PSG) adalah untuk meningkatkan kualitas lulusan lembaga pendidikan kejuruan, dan berdasarkan landasan hukum yang menjadi acuan pelaksanaan Program
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), maka tujuan penyelenggaraan program PSG yang dirumuskan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (1994:7) adalah sebagai berikut: 1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional (dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja). 2. Memperkokoh " link and match " antara sekolah dengan dunia kerja. 3. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional. 4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan. Hal tersebut diatas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Suyanto (dalam Made Wena, 1996:77) yang menjelaskan bahwa ada empat prinsip dari sistem ganda (magang), yaitu: 1. Membuat setting dunia kerja dan masyarakat sebagai lingkungan belajar bagi para siswa. 2. Menghubungkan pengalaman kerja dengan pengajaran akademik. 3. Memberi peran para siswa secara konstruktif sebagai pekerja disertai tanggung-jawab rielnya. Dan sebagai peserta didik dalam waktu yang bersamaan. 4. Menanamkan hubungan yang erat antara peserta didik dan pekerja dewasa yang bertindak sebagai mentor. Diihat dari tujuan-tujuan sistem ganda seperti yang diungkapkan di atas secara jelas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari program pendidikan sistem ganda adalah mengoptimalkan hasil pembelajaran pada pendidikan kejuruan. Mengoptimalkan hasil pembelajaran berarti berusaha untuk mencapai tujuan pendidikan kejuruan secara maksimal. Dengan kata lain berusaha menghasilkan lulusan lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
2.1.1.6 Praktek Kerja Industri sebagai Sub Komponen Sistem Ganda Praktek Kerja Industri atau disingkat menjadi Prakerin adalah bentuk dari Pendidikan Sistem Ganda (PSG) sebagai program bersama antara SMK dan industri yang dilaksanakan di dunia usaha/industri. Dalam Kurikulum SMK (Dikmenjur, 2008) disebutkan: Prakerin adalah pola penyelenggaraan diklat yang dikelola bersamasama antara SMK dengan industri/asosiasi profesi sebagai institusi pasangan (IP), mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi dan sertifikasi yang merupakan satu kesatuan program dengan menggunakan berbagai bentuk alternatif pelaksanaan, seperti day release, block release dan sebagainya. Lebih lanjut dalam Undang-Undang Prakerin Dikmendikti (2003) diungkapkan bahwa: Praktek Kerja Industri (Prakerin) adalah program wajib yang harus dilaksanakan oleh sekolah khususnya sekolah menengah kejuruan dan pendidikan luar sekolah serta wajib diikuti oleh siswa/warga belajar. Penyelenggaraan prakerin akan membantu peserta didik untuk memantapkan hasil belajar yang diperoleh di sekolah serta membekali siswa dengan pengalaman nyata sesuai dengan program studi yang dipilihnya. Dengan prakerin peserta didik dapat menguasai sepenuhnya kompetensi yang dituntut kurikulum, dan mengenal lebih dini dunia kerja yang menjadi dunianya kelak setelah menyelesaikan pendidikan. Lebih jauh lagi dapat menumbuhkan disiplin, etos kerja serta kemandirian. Sehingga dapat mencetak peserta didik yang bukan hanya siap untuk bekerja namun juga siap untuk menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat sekitar. Adapun tujuan dari pelaksanaan praktek kerja industri berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Prakerin (2011:10) adalah sebagai berikut:
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
1. Membekali peserta diklat mengembangkan kepribadian, potensi akademik dan dasar-dasar keahlian yang kuat dan benar melalui pembelajaran program normatif, adaptif dan produktif. 2. Memberikan pengalaman kerja yang sesungguhnya agar peserta menguasai kompetensi keahlian produktif terstandar, menginternalisasikan sikap nilai dan budaya industri yang berorientasi kepada standar mutu dan jiwa kewirausahaan serta membentuk etos kerja yang kritis, produktif dan kompetitif. Bertitik tolak dari tujuan prakerin, maka dapat dikatakan bahwa melalui kegiatan prakerin siswa disiapkan agar dapat mengembangkan diri secara menyeluruh dan memiliki kompetensi profesional dan sikap nilai yang baik.
2.1.1.7 Langkah - Langkah Pelaksanaan Prakerin Praktek kerja industri dilaksanakan oleh siswa kelas 2 selama tiga bulan dengan didahului pembekalan. Praktik tersebut dapat dilaksanakan pada industri besar, menengah, kecil, home industry, ataupun unit produksi sekolah. Adapun langkah-langkah pelaksanaan prakerin berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Prakerin (2011:15) adalah sebagai berikut: a. Aspek Perencanaan 1) Pemetaan industri 2) Sosialisasi dana 3) Pembekalan siswa Siswa yang akan melaksanakan prakerin harus diberikan pembekalan terlebih dahulu tentang program yang akan dilaksanakan sehingga betulbetul memahami apa yang harus mereka lakukan di dunia kerja. Hal-hal yang menjadi fokus pembekalan antara lain:
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
a) Pelaksanaan program prakerin yang dituangkan di dalam jurnal yang mereka bawa. b) Tata tertib/aturan yang berlaku di Dunia Kerja dimana mereka berada. c) Menjaga/memelihara nama baik sekolah. 4) Penempatan siswa 5) Waktu pelaksanaan Prakerin dapat dilaksanakan sekurang-kurannya tiga bulan sesuai dengan pembelajaran kompetensi yang direncanakan akan diberikan di dunia kerja. Di samping itu perlu juga mengadakan komunikasi dengan dunia kerja, dengan tujuan untuk memastikan kesiapan dunia kerja dan pembimbing, menerima peserta prakerin sesuai kompetensi yang diharapkan. b. Aspek Pelaksanaan 1) Kesesuaian penempatan dengan bidang studi siswa Pelaksanaan Prakerin di industri dilaksanakan dalam bentuk kegiatan praktek sebagai pendalaman materi keahlian yang telah dipelajari di sekolah. Pembelajaran praktek dilaksanakan dalam keadaan kerja sebenarnya dan dilengkapi fasilitas peralatan dan sumber belajar yang ada di industri. Siswa belajar pada kondisi nyata dunia kerja, dimana siswa mendapatkan lingkungan belajar yang berbeda dengan lingkungan sekolah. Jika siswa di dunia industri, siswa mendapatkan pengalaman serta keterampilan yang tidak diperoleh di sekolah. Hal ini disebabkan oleh karena lingkungan belajar yang berbeda antara sekolah dengan industri.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
2) Kesesuaian materi pelajaran dengan materi prakerin 3) Monitoring oleh pembimbing Selama siswa melaksanakan Prakerin di industri, pihak sekolah melaksanakan pengawasan atau monitoring terhadap siswa satu kali sebulan. Kegiatan monitoring bertujuan untuk melihat kemajuan belajar siswa, baik dari segi sikap maupun keterampilan. Kegiatan monitoring dilaksanakan oleh guru pembimbing sekolah yang dipercayakan oleh panitia Prakerin sebagai pelaksana monitoring siswa. Monitoring yang dilaksanakan oleh guru yaitu meliputi monitoring kompetensi yang dilaksanakan siswa di industri, kemajuan belajar siswa, kehadiran, dan kendala-kendala yang ditemui di lapangan selama pelaksanaan Prakerin. Monitoring kompetensi dilakukan untuk melihat kesesuaian materi atau bimbingan yang dilakukan oleh pihak industri terhadap siswa dengan pembelajaran yang diperoleh siswa di sekolah. Sedangkan
monitoring
kemajuan
belajar
siswa
dilakukan
untuk
mengetahui kegiatan yang dilakukan siswa di industri dan mengetahui kemampuan yang diperoleh siswa selama di industri. Monitoring kehadiran
ditujukan
bagi
sikap
siswa,
termasuk
kedisiplinan,
tanggungjawab dan sikap kerja selama Prakerin. Monitoring kendalakendala ditujukan untuk menerima masukan-masukan dari pihak industri terhadap permasalahan siswa atau kendala yang ditemui pihak industri selama pelasanaan Prakerin.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
4) Pembimbing Pembimbing terdiri dari pembimbing internal yaitu guru produktif yang bertanggung jawab terhadap pembelajaran kompetensi, dan pembimbing eksternal yaitu staf dari Dunia Kerja yang sekaligus bertindak selaku instruktur pembimbing yang mengarahkan peserta didik dalam melakukan pekerjaannya. 5) Penjemputan dan laporan Semua kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik selama di Dunia Kerja baik yang ada dalam jurnal ataupun pekerjaan lain yang diberikan oleh instruktur pembimbing eksternal harus dicatat dan didokumentasikan sebagai bahan untuk melakukan evaluasi terhadap program prakerin. Seluruh kegiatan harus diketahui oleh pembimbing dengan cara membubuhkan tanda tangan pada kolom yang tersedia. c. Aspek Evaluasi Untuk mengetahui tingkat keberhasilan para siswa peserta Prakerin dalam melaksanakan kegiatannya, maka perlu dilaksanakan evaluasi. 1) Evaluasi kegiatan Prakerin Evaluasi kegiatan Prakerin para siswa dapat dilakukan oleh: a) Pihak industri b) Pihak sekolah, apabila dipandang perlu Sistem penilaian siswa peserta Prakerin SMK Negeri 11 Bandung dilakukan oleh pembimbing di perusahaan, ada beberapa aspek yang dinilai yaitu:
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
1) Kejujuran 2) Tanggungjawab 3) Kedisiplinan 4) Hubungan interpersonal 5) Kerjasama 6) Kemandirian 7) Penampilan 8) Kreativitas kerja 9) Etika kerja 10) Etos kerja Komponen diatas diberikan pembobotan secara tertentu, sehingga total bobot adalah nilai akhir. 2) Evaluasi program Program prakerin yang sudah dilakukan peserta didik perlu dievaluasi
untuk
melihat
kesesuaian
antara
program
dengan
pelaksanaannya. Hal ini dimaksudkan sebagai dasar untuk penyusunan program tindak lanjut yang harus dilakukan baik terhadap pencapaian kompetensi peserta didik maupun terhadap program prakerin. Evaluasi dilakukan dengan cara: a) Melakukan analisis hasil laporan yang dibuat oleh peserta didik dan hasil penilaian yang yang dilakukan oleh pembimbing dari Dunia Kerja. b) Paparan hasil prakerin setiap peserta didik
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
3) Tindak lanjut Pelaksanaan prakerin, maka sekolah dapat mengumpulkan seluruh peserta prakerin sesuai dengan program kehliannya, untuk berbagi pengalaman tentang berbagai hal yang mereka dapatkan di dunia kerja, baik yang berhubungan lansung dengan bidang pekerjaannya maupun yang berkaitan dengan kehidupan sosial di lingkungan tempat pelaksanaan prakerin. Kegiatan ini bertujuan untuk: a) Melatih peserta didik memecahkan masalah melalui proses berbagi pengalaman dalam bidang pekerjaan yang sama. b) Memperkaya
pengalaman-pengalaman
peserta
didik
dengan
menyerap pengalaman orang lain, khususnya yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. c) Memberikan informasi kepada sekolah mengenai kondisi nyata pelaksanaan
prakerin,
menjadi
bahan
pertimbangan
untuk
peningkatan program prakerin selanjutnya. Pelaksanaan diskusi: a) Membagi peserta didik dalam kelompok kecil pada program keahlian yang sama dan memberikan topik diskusi. Misalnya; “Hambatan-hambatan
yang
dialami
selama
melaksanakan
prakerin”. b) Menunjuk seorang ketua kelompok untuk mengatur jalannya proses diskusi.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
c) Setiap
anggota
kelompok
menyampaikan
pengalaman-
pengalamannya, yang berkaitan dengan masalah berikut solusinya. Setelah diskusi: a) Ketua kelompok membuat kesimpulan tentang jalannya diskusi. b) Melaporkan hasil diskusi dalam bentuk tertulis sesuai dengan topik yang diberikan. Dari masukan hasil diskusi peserta didik dan analisis antara program serta penilaian pembimbing Dunia Kerja, disimpulkan menjadi satu rumusan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menyatakan bahwa peserta didik yang bersangkutan sudah menyelesaikan seluruh aspek kompetensi, sehingga berhak untuk mengikuti uji kompetensi dan sertifikasi serta perbaikan program Prakerin selanjutnya. 2.1.1.8 Evaluasi Pendidikan Sistem Ganda Evaluasi pendidikan sistem ganda merupakan bagian integral dari keseluruhan program pendidikan. Mengingat konsep pendidikan sistem ganda dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan program melibatkan lembaga pendidikan dan lembaga industri, maka evaluasi program sistem ganda memiliki karakteristik yang berbeda dengan evaluasi pendidikan secara umum. Menurut Made (1996:63-64), proses evaluasi dalam program pendidikan sistem ganda harus dilakukan pada proses pendidikan di sekolah dan juga proses pendidikan di industri. Evaluasi tersebut dilakukan baik pada tahap perencanaan, maupun tahap pelaksanaan. Dengan demikian diharapkan program pendidikan sistem pembelajaran ganda dapat selalu dikembangkan sesuai dengan hasil
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
evaluasi program yang dilakukan. Hasil evaluasi program tersebut disajikan sebagai dasar dalam pengembangan maupun perbaikan program pendidikan sistem ganda dapat dilihat pada bagan berikut :
Proses Pendidikan di
Proses Pendidikan di
Sekolah
Industri
Proses Evaluasi
Sumber: Made Wena (1996:63) Gambar 2.2 Proses Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda
Evaluasi merupakan suatu proses pemikiran dan penilaian tingkat kemajuan praktek kerja siswa didunia industri. Evaluasi dilakukan oleh pembimbing industri yang kemudian akan ditindaklanjuti bersama agar pelaksanaan prakerin selanjutnya dapat terlaksana lebih baik. 2.1.2
Kompetensi Keahlian Akuntansi sebagai Acuan Dalam Praktek Kerja Industri
2.1.2.1 Pengertian Akuntansi Menurut American Institute of Certifed Public Accountants (AICPA) (Ajang Mulyadi, 2004:3) mengemukakan bahwa: Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, peringkasan yang tepat dan dinyatakan dengan uang, transaksi-transaksi, dan kejadiankejadian yang setidak-tidaknya bersifat keuangan dan penafsiran dari hasil-hasilnya.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
Sedangkan menurut Baridwan (2000:30) “akuntansi merupakan kegiatan menyediakan data kuantitatif terutama bersifat keuangan dari kesatuan-kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan ekonomi”. Berdasarkan pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa akuntansi merupakan kegiatan pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan data keuangan yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan bagi pihak yang berkepentingan. 2.1.2.2 Mata Pelajaran Produktif Akuntansi Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mata pelajaran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu mata pelajaran normatif, adaptif dan produktif. Menurut Made Wena (1996: 31) komponen normatif merupakan: “komponen yang menyangkut tentang pembentukan watak atau kepribadian sebagai warga bangsa Indonesia”, contohnya mata pelajaran pendidikan agama islam dan kewarganegaraan. Sedangkan mata pelajaran adaptif menurut Made Wena (1996:31) merupakan: “komponen yang menyangkut tentang pembekalan kemampuan untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan”, contohnya mata pelajaran IPA, Penjaskes, bahasa dan sebagainya. Untuk mata pelajaran produktif Made Wena (1996:31) mengemukakan bahwa: “komponen produktif menyangkut bekal kemampuan keahlian tertentu untuk bekerja”. Komponen produktif ini dibagi menjadi: 1) Teori kejuruan 2) Praktek dasar kejuruan untuk penguasaan teknik kerja secara baik dan benar, dan
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
3) Praktek keahlian kerja yang merupakan kulminasi kinerja (performance) sebagai tenaga kerja terdidik dan sekaligus terlatih.
2.1.3
Minat
2.1.3.1 Pengertian Minat Minat merupakan perasaan suka seseorang pada suatu hal. Dengan rasa sukanya terhadap sesuatu hal tersebut, maka orang tersebut akan terdorong untuk berbuat aktif bersungguh-sungguh. Sedangkan minat menurut Slameto (2009:191) adalah: Suatu rasa lebih suka atau suatu ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau besar hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:19) menyebutkan bahwa “minat merupakan kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Orang yang berminat terhadap suatu aktivitas itu secara konsisten dan rasa senang.” Berbeda halnya dengan apa yang dikemukakan oleh Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab (2004:262) menyebutkan bahwa “minat
adalah sebagai suatu kecenderungan untuk
memberikan perhatian dan bertindak kepada orang lain, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Dari beberapa teori dan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat merupakan keinginan atau dorongan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dengan disertai perasaan senang dalam melakukannya. Makin tinggi
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
keinginan tersebut maka makin tinggi minatnya. Sebaliknya makin rendah keinginan maka makin rendah minat.
2.1.3.2 Jenis-Jenis Minat Minat dapat timbul dengan sendirinya dalam diri maupun pengaruh lingkungan. Berikut ini beberapa pengelompokan minat yang dikemukakn oleh para ahli dari sudut pandangnya masing-masing. Menurut jenisnya Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab (2004:267) mengemukakan bahwa minat dapat dibagi menjadi empat jenis: a. Expressed interest atau minat yang diekspresikan, adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subjek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik berupa tugas maupun bukan tugas yang disenangi dan yang paling tidak disenangi. b. Manifest interest atau minat yang nyata, adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subjek atau dengan mengetahui hobinya. c. Tested interest, adalah minat yang diungkapkan yang digunakan sebagai cara untuk menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan. Nilainilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukan minat yang tinggi pula terhadap sesuatu. d. Inventoried interest adalah minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat-alat yang sudah distandarisasikan, dimana biasanya berisi pertanyaan-
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
36
pertanyaan yang ditujukan kepada subjek, apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktivitas atau suatu objek yang ditanyakan. Saleh (Rini, 2011:34) mengelompokan minat sebagai berikut. a. Minat Primitive atau minat biologis, yaitu minat yang berpusat pada makanan, kesenangan, kenikmatan dan kebebasan aktifitas. b. Minat Cultural atau minat sosial, yaitu minat yang timbul dan berkembang melalui pengaruh kebudayaan atau berasal dari perbuatan belajar. Minat yang timbul dalam diri sesorang atau siswa terdiri dari tiga jenis, seperti yang dikemukakan oleh Surya (2004:122) bahwa beberapa minat yang dapat timbul dalam diri individu diantaranya: 1. Minat volunter, yaitu minat yang timbul secara sukarela, timbul dengan sendirinya tanpa ada pengaruh yang sengaja dari luar 2. Minat involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri karena adanya pengaruh dari situasi yang diciptakan oleh pendidik atau guru. 3. Minat non volunter, yaitu jika minat itu ditimbulkan secara sengaja, dipaksa atau diharuskan. 2.1.3.3 Pengukuran minat Metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap minat seseorang, sebagaimana yang diungkapkan oleh Nurkancana (dalam Asep Supriyadi, 2007:36) bahwa pengukuran minat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Observasi Pengukuran dengan metoda observasi ini memiliki keuntungan karena dapat mengamati minat seseorang dalam kondisi wajar. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
37
Kelemahannya tidak dapat dilakukan dalam situasi santai, sehingga percakapan dapat berlangsung secara bebas. 2. Interview Interview banyak digunakan untuk mengukur minat, sebab biasanya siswa gemar memperbincangkan hobinya atau aktivitas lain yang menarik hatinya. Pelaksanaan interview sebaiknya dilakukan dalam situasi santai, sehingga percakapan dapat berlangsung secara bebas. 3. Kuesioner Dengan menggunakan kuesioner, guru dapat melakukan pengukuran terhadap sejumlah siswa secara sekaligus 4. Inventori Inventori adalah suatu metoda untuk mengadakan pengukuran atau penilaian yang sejenis kuesioner, yaitu sama-sama merupakan daftar pertanyaan secara tertulis. Perbedaannya adalah kuesioner responden menulis jawaban relatif panjang sedangkan pada inventori responden memberikan jawaban dengan memberi lingkaran, tanda cek, mengisi nomor, atau dengan tanda-tanda lain yang berupa jawaban singkat 2.1.3.4 Indikator-Indikator Minat Indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisis kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu, atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan motif yang dipelajari yang mendorong dan mengarahkan individu untuk menemukan secara aktif dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Sukartini (1986:65) mengemukakan bahwa analisis untuk mengetahui indikator minat seseorang dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Keinginan untuk mengetahui atau memiliki suatu objek; Objek-objek atau kegiatan yang disenangi; Jenis-jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi;dan Usaha-usaha untuk merealisasikan kegiatan atau rasa senang terhadap sesuatu yang dimiliki.
Pendapat tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Slameto (2010:180), bahwa: Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat pada subjek tertentu cenderung untuk memberi perhatian yang lebih terhadap suatu objek tersebut. Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
38
Berdasarkan indikator minat yang dikemukakan oleh Sukartini, maka indikator
minat
berwirausaha
pada
penelitian
ini
adalah
ketertarikan/
keingintahuan tentang kegiatan wirausaha, keinginan untuk menjadi wirausaha, perasaan senang untuk terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan wirausaha, dan kesediaan untuk mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan wirausaha.
2.1.3.5 Wirausaha Zimmerer (dalam Kasmir, 2011:20) mengartikan kewirausahaan sebagai “suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).” Sedangkan Inpres No.
5
tahun
1995
tentang
Gerakan
Nasional
Memasyarakatkan
dan
Membudayakan kewirausahaan menjelaskan arti kewirausahaan sebagai berikut: Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah kepada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Pengertian wirausaha lebih lengkap dinyatakan oleh Joseph Schumpeter adalah “Entrepreneur as the person who destroys the existing economic order by introducing new products and services, by creating new forms of organization, or by exploiting new raw materials.” (Bygrave, 1994:1). Jadi menurut Joseph Schumpeter Entrepreneur atau wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
39
ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Terlepas
definisi-definisi
tersebut,
ada
pakar
lain
yang konsep
kewirausahaan dilihat dari sisi yang sedikit berbeda. Winarto (Suherman, 2010:7) menyebutkan bahwa “Entrepreneurship (kewirausahaan) adalah suatu proses melakukan sesuatu yang baru dan berbeda dengan tujuan menciptakan kemakmuran bagi individu dan member nilai tambah bagi masyarakat”. Sejalan dengan hal itu Hisrich-Peter (Suherman, 2010:7) memaparkan: Entrepreneurship is the process of creating something different with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psychic, and social risk, and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction and independence (Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan risiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi). Sehubungan dengan hal itu Suryana (2003:10) mengatakan bahwa Istilah kewirausahaan dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai „the backbone of economy‟, yaitu syaraf pusat perekonomian atau sebagai „tailbone of economy‟, yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa. Secara etimologi, kewirausahaan merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) atau suatu proses dalam mengerjakan suatu yang baru (creative) dan sesuatu yang berbeda (innovative). Sementara itu Drucker (Suherman, 2010:8) juga mengungkapkan bahwa Kewirausahaan adalah suatu kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Dari beberapa pengertian yang dinyatakan oleh beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa cakupan dalam diri seorang entrepreneur adalah:
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
40
1. Sebagai manusia yang mempunyai sikap mental, wawasan, kreativitas, inovasi, ide, motivasi, cita-cita, dan lain-lain. 2. Berusaha atau berproses untuk mengisi peluang dalam usaha jasa atau barang (goods) untuk tujuan ekonomi. 3. Untuk mendapatkan laba dan pertumbuhan usaha. 4. Berhubungan dengan pembeli atau pelanggan yang membutuhkan jasa atau barang yang dijualnya dengan selalu memberikan kepuasan. 5. Berani menghadapi segala risiko (sebagai risk taker), tetapi risiko tersebut sudah diperhitungkan. 2.1.3.6 Karakteristik Wirausaha Sikap dan perilaku dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh seseorang. Sifat dan watak yang baik berorientasi pada kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang wirausaha, agar wirausahawan tersebut dapat mencapai kesuksesan. Buchari Alma (2009: 52-53) mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut: Tabel 2.1 Ciri-ciri dan watak (karakteristik) kewirausahaan Ciri-ciri Percaya diri
Karakteristik Keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
Berorientasikan tugas dan hasil
Kebutuhan akan prestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memilki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif
Pengambil resiko
Memiliki kemampuan mengambil resiko dan menyukai tantangan.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
41
Kepemimimpinan
Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
Keorisinilan
Memiliki inovasi dan kreatifitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
Berorientasi ke masa depan
Persepsi dan memiliki cara pandang / cara berfikir yang berorientasi ke masa depan.
Jujur dan tekun
Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja.
Kuratko dan Hodgetts (2001) menyebutkan ada 10 karakteristik dari entrepreneur, yaitu: 1. Entrepreneur adalah pelaku bukan pemikir. 2. Entrepreneur diciptakan, bukan dilahirkan atau diciptakan. 3. Entrepreneur selalu menjadi penemu/pencipta sesuatu. 4. Entrepreneur adalah akademisi dan tidak bisa menyesuaikan dengan masyarakat. 5. Entrepreneur harus memenuhi the profile. 6. Kebutuhan Entrepreneur adalah uang. 7. Kebutuhan Entrepreneur adalah keberuntungan. 8. Ketidaktahuan merupakan kebahagiaan bagi entrepreneur. 9. Entrepreneur menginginkan keberhasilan, tetapi pengalaman menyatakan tingkap kegagalan cukup tinggi. 10. Entrepreneur adalah pengambil resiko (gamblers).
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
42
Sukardi
(1991)
menyebutkan
ada
9
karakteristik
tingkah
laku
wirausahawan yaitu: 1. Sifat instrumental 2. Sifat prestatif 3. Sifat keluwesan bergaul 4. Sifat kerja keras 5. Sifat keyakinan diri 6. Sifat pengambil risiko 7. Sifat swakendali 8. Sifat inovatif 9. Sifat kemandirian Dari beberapa pendapat mengenai karakteristik seorang wirausaha yang demikian banyak tersebut terlihat bahwa karakter tersebut merupakan karakter unggul yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Akan tetapi, jika tidak semua dapat anda miliki, tak jadi masalah, dengan memiliki sebagian pun cukup.
2.1.3.7 Jenis-Jenis Usaha untuk Berwirausaha Banyak jenis usaha untuk memulai berwirausaha yaitu usaha jasa, usaha perdagangan dan usaha industri. Dibawah ini contoh dari jenis-jenis usaha tersebut: a. Usaha jasa, contohnya: jasa pemesinan, jasa konstruksi, jasa perhotelan, jasa pengangkutan, jasa pendidikan, dll.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
43
b. Usaha perdagangan, contohnya: supermarket, perdagangan barang, perdagangan kendaraan, dll. c. Usaha industri, contohnya: indsutri pemesinan, industri tekstil, industri garmen, industri plastik, industri sepatu, industri obat/farmasi, industri woodworking/moulding, dll.
2.1.3.8 Minat Berwirausaha Teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein (Suryana, 2006:11) bahwa Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang di teliti dan beralasan, dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal. Pertama, prilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku. Intensi merupakan fungsi dari dua determinan dasar yaitu, Pertama sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal). Ke dua adalah persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan yang bersangkutan yang disebut norma subjektif. Menurut Yanto (1996: 23-24) “minat wirausaha adalah kemampuan untuk memberanikan diri dalam memenuhi kebutuhan hidup serta memecahkan permasalahan hidup, memajukan usaha atau menciptakan usaha baru dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri”. Sedangkan menurut Susatyo (2008: 121) “minat berwirausaha yaitu rasa tertariknya seseorang untuk melakukan kegiatan usaha yang mandiri dengan Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
44
keberanian mengambil resiko”. Santoso (1993: 19) menegaskan “minat wirausaha adalah keinginan, ketertarikan serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berdikari atau berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut akan resiko yang akan terjadi, serta senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami”. Menurut pengertian diatas maka yang dimaksud dengan minat berwirausaha yaitu keinginan, ketertarikan serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berdikari atau berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi dengan memanfaatkan peluang yang ada dengan menciptakan produk maupun memodifikasi produk yang sudah ada.
2.2
Tinjauan Hubungan Prestasi Praktek Kerja Industri terhadap Minat Berwirausaha Dalam rangka menumbuhkan minat berwirausaha siswa diperlukan
beberapa tahapan yang tidak dapat ditinggalkan. Salah satunya yaitu tahapan pendidikan yang harus ditempuh siswa selama belajar di sekolah. Pengetahuan dan keterampilan yang didapat siswa di sekolah merupakan modal dasar yang harus digunakan untuk berwirausaha, setelah selesai melaksanakan praktek kerja industri maupun setelah lulus sekolah nantinya. Kemauan dalam bekerja merupakan salah satu faktor yang dapat membentuk minat siswa untuk berwirausaha.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
45
Minat siswa untuk berwirausaha timbul karena adanya ketertarikan dan rasa senang terhadap dunia usaha/bisnis yang diperoleh saat melaksanakan praktek kerja industri. Minat terhadap sesuatu juga bisa timbul karena adanya kebutuhan, misalnya karena ada kebutuhan untuk segera memiliki pekerjaan yang layak sehingga mampu mendapatkan uang dan mensejahterakan kehidupannya, atau kebutuhan untuk mencari uang agar dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Dari pengertian sebelumnya yang dimaksud dengan prestasi praktek kerja industri adalah bukti usaha yang dicapai siswa yang diperoleh dari aktivitas atau kegiatan tertentu dalam arti kegiatan praktek kerja industri. Pengertian ini sekaligus memberikan pemahaman bahwa dalam prestasi praktek kerja industri terdapat pengalaman tertentu yang telah diperoleh dari aktivitas atau kegiatan individu selama praktek kerja industri. Pengalaman yang diperoleh individu selama praktek kerja industri juga menumbuhkan suatu minat tersebut. Karena secara fungsional minat juga diperoleh karena adanya pengalaman yang kemudian dihubungkan dengan perhatian terhadap suatu objek sehingga mempunyai minat terhadap objek tersebut. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Drever (Bangsaku, 2008) yang meninjau minat berdasarkan fungsi dan strukturnya, yaitu sebagai berikut: Secara fungsional minat merupakan suatu jenis pengalaman perasaan yang dianggap bermanfaat dan diasosiasikan dengan perhatian pada suatu obyek tertentu. Sementara secara struktural minat merupakan suatu elemen dalam diri individu baik bawaan maupun yang diperoleh lewat proses belajar, yang menyebabkan seseorang merasa mendapatkan manfaat terhadap suatu obyek tertentu atau merasa yang berhubungan dengan obyek tertentu atau terhadap suatu pengetahuan tertentu.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
46
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa minat dapat diperoleh melalui proses belajar. Hal ini dapat dikaitkan dengan praktek kerja industri sebagai proses belajar siswa dan minat berwirausaha sebagai minat yang diperoleh lewat pengalaman praktek kerja industri. Dengan adanya praktek kerja industri diharapkan dapat melengkapi pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah sekaligus sebagai latihan kerja. Praktek kerja industri merupakan lahan latihan profesionalisme siswa yaitu dengan proses penguasaan kompetensi kejuruan melalui bekerja langsung di lapangan kerja. Bekerja bukan berarti harus mencari pekerjaan tetapi dapat juga melakukan pekerjaan secara mandiri dengan kata lain berwirausaha.
2.3
Kerangka Pemikiran Dalam pelaksanaan program pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) maupun pada lembaga pendidikan kejuruan lainnya, pembelajaran praktik memegang peran yang sangat penting. Melalui kegiatan pembelajaran praktik, siswa akan dapat menguasai keterampilan kerja secara optimal. Hal tersebut dipertegas oleh Starr, dkk (dalam Made Wena, 2010:100) “karena pendidikan kejuruan mempunyai kaitan erat dengan dunia kerja atau industri, maka pembelajaran dan pelatihan praktik memegang peranan kunci untuk membekali lulusannya agar mampu beradaptasi dengan lapangan kerja”. Nolker & Schoenfeldt (dalam Made Wena, 2010:101) menyebutkan: Untuk mengajarkan praktik keterampilan dasar kejuruan perlu digunakan strategi tertentu agar siswa paham, baik secara kognitif dan sekaligus secara motorik langkah-langkah dasar suatu keterampilan kerja kejuruan. Salah satu strategi pembelajaran untuk mengajarkan Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
47
keterampilan dasar kejuruan adalah strategi pembelajaran pelatihan industri (Training Within Industry/WTI) yang terdiri atas lima tahap kegiatan pembelajaran, yaitu tahap persiapan, tahap peragaan, tahap peniruan, tahap praktik dan tahap evaluasi.
Dalam strategi pembelajaran dan pelatihan praktik model TWI, kegiatan evaluasi dilakukan pada tahap praktik. Tahap ini merupakan tahap akhir yang penting bagi setiap proses pembelajaran dan pelatihan. Dengan dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran dan pelatihan praktik, siswa akan mengetahui kemampuan secara jelas sehingga siswa dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan pelatihan. Dalam kaitannya dengan prestasi pembelajaran siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya dengan prestasi yang diraih siswa selama mengikuti kegiatan praktek kerja industri diasumsikan sebagai gambaran kemampuan siswa bekerja di industri yang dipilihnya. Pengalaman selama mengikuti Prakerin hendaknya dijadikan salah satu bekal untuk membuka usaha mandiri atau berwirausaha dengan bidang jurusan yang sesuai setelah lulus nanti, setidaknya ada keinginan atau minat untuk berwirausaha. Super dan Critier dalam T.O Karno (1986:5) mengemukakan bahwa: “proses identifikasi dan proses belajar turut membentuk minat, maka kegiatan belajar mengajar di sekolah pun dapat mempengaruhi pertumbuhan minat terhadap suatu pekerjaan”. Sehubungan dengan hal tersebut, Yoesoef (dalam Iwan Purwanto,2002:16) menyatakan bahwa: Untuk membentuk sikap kewirausahaan, termasuk di dalamnya minat berwirausaha, adalah mulai dengan tahap pemahaman teori, studi kasus, dan pemberian motivasi; ketiga tahapan ini dapat dilakukan dilingkungan sekolah. Sedangkan tahap keempat adalah dengan jalan Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
48
magang, yaitu belajar melalui perbuatan karena tidak semua yang perlu diketahui dalam hidup ini dapat diajarkan melalui pendidikan di lingkungan sekolah saja. Dalam rangka menumbuhkan minat siswa untuk berwirausaha diperlukan beberapa tahapan yang tidak dapat ditinggalkan adalah tatanan pendidikan yang harus dimiliki siswa. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa merupakan modal dasar yang harus digunakan untuk berwirausaha, setelah selesai melaksanakan praktik kerja industri maupun setelah lulus sekolah nantinya. Kemampuan dalam akuntansi merupakan salah satu faktor yang dapat membentuk minat siswa untuk berwirausaha. Dengan adanya praktik kerja industri diharapkan dapat melengkapi pengetahuan dan keterampilan yang diperolah di sekolah sekaligus sebagai latihan kerja. Praktik kerja industri merupakan lahan pelatihan profesionalisme siswa yaitu dengan proses penguasaan kejuruan melalui bekerja langsung di lapangan kerja. Bekerja bukan berarti harus mencari pekerjaan tetapi dapat juga melakukan pekerjaan secara mandiri dalam arti berwirausaha. Melalui praktik kerja industri siswa mempelajari berbagai kegiatan termasuk diantaranya siswa memperoleh keterampilan misalnya yaitu kemampuan dalam mengelola keuangan. Kreatifitas dan inisiatif dalam bekerja di industri juga melatih siswa mengembangkan ide-idenya, semakin kreatif dan berinisiatif siswa dalam mengembangkan idenya akan semakin berminat untuk berwirausaha, karena dalam berwirausaha dituntut kreatifitas dan inisiatif yang tinggi dalam menghadapi persaingan di dunia industri. Prestasi dan tanggungjawab terhadap pekerjaan merupakan perilaku siswa dalam berinteraksi dengan orang lain, siswa
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
49
yang senantiasa memperhatikan prestasi dan tanggung jawab dalam bekerjanya maka akan meningkatkan minat untuk berwirausaha. Adapun
indikator
minat
ketertarikan/keingintahuan
tentang
berwirausaha kegiatan
itu
sendiri
wirausaha,
diantaranya
keinginan
untuk
berwirausaha, perasaan senang untuk terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan wirausaha dan kesediaan untuk mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan wirausaha. oleh karena itu model kerangka pemikiran penulis seperti gambar 2.3:
Prestasi Praktek Kerja Industri (Variabel X)
Minat Berwirausaha (Variabel Y) Ketertarikan/keingintahuan tentang kegiatan wirausaha Keinginan untuk berwirausaha Perasaan senang untuk terlibat dalam
kegiatan
yang
berhubungan dengan wirausaha Kesediaan kegiatan
untuk yang
mengikuti berhubungan
dengan wirausaha.
Keterangan: Variabel X adalah variabel bebas (independent) Variabel Y adalah variabel terikat (dependent) Menunjukan Pengaruh Gambar 2.3 Model Kerangka Pemikiran Pengaruh Prestasi Prakerin terhadap Minat Berwirausaha
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
50
Berdasarkan model kerangka pemikiran pada gambar 2.3, maka secara visualisasi paradigma penelitian untuk penelitian ini dapat digambarkan seperti dibawah ini:
X
Y
Keterangan: X adalah Prestasi Prakerin sebagai variabel bebas (independent) Y adalah Minat Berwirausaha sebagai variabel terikat (dependent) Menunjukan Pengaruh Gambar 2.4 Paradigma Penelitian Dari paradigma penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi praktek kerja industri berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Hal ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya mengenai pengaruh prestasi prakerin terhadap minat berwirausaha yang terdapat dalam skripsi Dewangga (2011) yang menyimpulkan bahwa prestasi prakerin berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha. Hal ini mengandung arti, jika prestasi prakerin tinggi maka minat berwirausaha tinggi. Namun sebaliknya, jika prestasi prakerin rendah maka minat berwirausahanya pun rendah.
2.4
Kajian Penelitian Sebelumnya Tabel 2.2 merupakan hasil penelitian terdahulu yang memiliki tema yang
sama yaitu prestasi praktek kerja industri terhadap minat berwirausaha diantaranya:
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
51
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya No.
Nama Peneliti/Judul
Hasil Penelitian
1.
Haryo Guntoro (2007) Hubungan Prestasi Praktik Kerja Industri Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas II Teknik Otomotif SMK Yapin Bekasi Tahun Ajaran 2006/2007
2.
Isky Fadli Fu’adi, Budiarso Eko, Murdani (2009) Jurnal PTM Volume 9, No. 2, Desember 2009 Hubungan Minat Berwirausaha Dengan Prestasi Praktik Kerja Industri Siswa Kelas XII Teknik Otomotif SMK Negeri 1 Adiwerna Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2008/2009
Hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa prestasi praktik kerja industri pada siswa kelas II SMK Yapin Bekasi tergolong baik dengan rata-rata 7,7. Minat berwirausaha siswa kelas II SMK Yapin Bekasi tergolong tinggi. Sebanyak 56% siswa memiliki minat yang tinggi dan 36% dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa secara psikologis sebagian besar siswa memiliki keinginan yang tinggi untuk berwirausaha dan didukung dengan usaha yang tinggi untuk menjaga kondisi fisik serta mendapat dorongan dari lingkungan baik keluarga, sekolah dan masyarakat. Hasil analisis korelasi product moment diperoleh rxy = 0,502 > rtabel = 0,266, yang berarti ada hubungan prestasi praktik industri dengan minat berwirausaha siswa. Hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa minat berwirausaha siswa kelas XII SMK Negeri 1 Adiwerna tergolong tinggi. Sebanyak 34 siswa (50%) memiliki minat yang tinggi, bahkan 30 siswa (44,12%) dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi psikis sebagian besar siswa memiliki keinginan yang tinggi untuk berwirausaha dan didukung dengan usaha yang tinggi untuk menjaga kondisi fisik serta mendapat dorongan dari kondisi lingkungan baik keluarga, sekolah dan masyarakat. Prestasi praktik kerja industri pada siswa kelas
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
52
No.
Nama Peneliti/Judul
3.
Dewangga (2011) Pengaruh Prestasi Prakerin (Praktek Kerja Industri) terhadap minat berwirausaha siswa kelas XII pada jurusan Akuntansi di SMK Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011
2.5
Hipotesis Penelitian
Hasil Penelitian XII SMK Negeri 1 Adiwerna tergolong baik dengan rata-rata 82,8. Hasil analisis korelasi product moment diperoleh rxy = 0,662 dengan uji t = 7,183 Hasil perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan rumus korelasi product moment, didapatkan bahwa harga rxy = 0,517 setelah dikonsultasikan dengan tabel interpretasi korelasi, maka korelasi berada pada rentang sedang. Sehingga hipotesis (Ha) dapat diterima atau prestasi Prakerin berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha. Hasil perhitungan Koefisien Determinasi (KD) diperoleh sebesar 26,73% artinya penggaruh atau hubungan positif yang diberikan oleh prestasi Prakerin terhadap minat berwirausaha sebesar 26,73% artinya pengaruh atau hubungan positif yang diberikan oleh prestasi Prakerin terhadap minat berwirausaha sebesar 26,73% dan sisanya 73,27% dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor motivasi, cita-cita, keluarga, instruktur (guru), teman pergaulan, lingkungan dan lain sebagainya.
Sugiono (2010:64) mendefinisikan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi,
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
53
hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empirik. Jadi, pada prinsipnya pengertian tersebut menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara, dimana pembuktian dan pengujian dilakukan melalui bukti-bukti secara empiris, yakni melalui fakta-fakta di lapangan. Dan berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis mengemukakan suatu hipotesis atau dugaan sementara bahwa: “ Prestasi Praktek Kerja Industri (Prakerin) berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha siswa”.
Ismaya, 2012 Pengaruh Prestasi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Jurusan Akuntasi di SMK Negeri II Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu