14
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Landasan Teori Umum
2.1.1
Manajemen Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Manajaemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Adapun unsur-unsur manajemen itu sendiri terdiri dari: man, money, methode,machines,materials, market, technology and information. Untuk mempelajari literatur manajemen maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu manajemen sebagai suatu proses, kedua manajemen kedua manajemen sebagai suatu kolektifitas orangorang yang melakukan aktivitas manajemen dan yang ketiga yaitu manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu. Pengertian manajemen menurut Harold Koontz, Cyril O’Donnel dalam Malayu S.P. Hasibuan (2005:10), mengemukakan bahwa: “Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktifitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, penggerakan dan pengendalian”. Sedangkan menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dalam H.B. Siswanto (2006:2), mengatakan bahwa: “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian terhadapa organisasian dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi”. Dari definisi-definisi di atas dapat terlihat bahwa walaupun ada perbedaan dalam mengemukakannya namun memiliki inti yang sama. Maka dapat disimpulkan dari semua definisi di atas yaitu: a. Manajemen adalah perpaduam antara ilmu dan seni b. Manajemen adalah proses yang terkoordinasi, sistematis dan kerja sama untuk memanfaatkan sumber-sumber daya, potensi dan peluang yang ada.
15
c. Manajemen dilakukan secara berkesinambungan selama organisasi masih berdiri. d. Proses manajemen adalah kegiatan untuk mencapai tujuan. Berhasil tidaknya tercapai tujuan itu tergantung pada kemampuan menggunakan segala sumber daya yang ada. 2.1.2
Manajemen Sumber Daya Manusia Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka dibutuhkan pula
tenaga kerja manusia yang semakin banyak dan peranan manajemen dalam perusahaan semakin besar, keberhasilan perusahaan sangat tergantung pada faktor tenaga kerja manusia yang ada dalam perusahaan. Tetapi bukan berarti faktor produksi lain yang ada dalam perushaan dianggap tidak penting, karena semua faktor produksi yang ada dalam perusahaan saling menunjang dan berkaitan dalam usaha tercapainya tujuan perusahaan. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, dalam suatu perusahaan dibutuhkan suatu manajemen sumber daya manusia atau manajemen personalia sebagai bagian dari manajemen umum yang memfokuskan diri pada unsur manusia dalam segala permasalahannya. Untuk lebih jelas penulis mengemukakan beberapa definisi mengenai manajemen sumber daya manusia dari beberapa ahli, antara lain: Malayu S.P Hasibuan (2005:10), mengemukakan sebagai berikut: “Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mangatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat”. Marwansyah (2010:3), mengemukakan: “Manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial”. Edwin B Flippo dalam Bambang Wahyudi (2002:5), mengemukakan sebagai berikut: “Manajemen sumber daya manusia merupakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dari pada pengadaanm pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan dan
16
pemisahan sumber daya manusia ke suatu titik akhir dimana tujuan perorangan, organisasi dan masyarakat terpenuhi”. Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan sebgai berikut: Manajemen sumber daya manusia adalah adalah ilmu dan seni atau proses memperoleh, memajukan dan memelihara tenaga kerja sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien adanya kegairahan bekerja dari para pekerja. 2.2
Landasan Teori Khusus
2.2.1
Kompetensi Kompetensi merupakan karakteristik dasar dari seseorang dimana
memungkinkan mereka mempunyai kinerja yang superior dari pekerjaan, aturan maupun situasi. Setiap individu pasti memiliki suatu kompetensi tertentu. Dengan adanya kompetensi tersebut, maka akan memungkinkan mereka untuk dapat bekerja dan menghasilkan kinerja yang superior. Dengan kompetensi yang dimiliki tersebut, maka setiap orang akan dapat bersaing dengan menggunakan kompetensi tersebut. Kompetensi merupakan keuntungan kompetitif bagi individu maupun organisasi untuk bersaing dengan yang lain. Boyatzis (1982), mendefinisikan kompetensi sebagai “kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan”. Woodruffe & Woodruffe (1990), mereka membedakan anatara pengertian competence dan competency, yang mana competence diartikan sebagai konsep yang berhubungan dengan pekerjaan, yaitu menunjukan “wilayah kerja dimana orang dapat menjadi kompeten atau unggul”. Sedangkan competency merupakan konsep dasar yang berhubungan dengan orang, yaitu menunjukan “dimensi perilaku yang melandasi prestasi unggul (competent)”. Becker, Huselid, Ulrich (2001 : 156), mengemukakan bahwa kompetensi ditunjukan dengan karakteristik individu yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, atau karakteristik kepribadian yang berpengaruh langsung terhadap kinerja. Selanjutnya Spencer & Spencer, dalam bukunya Competence at Work Models for Superior Performance (1993), mendefinisikan kompetensi sebagai : “An underlying characteristic of individual that is casually related to criterionreferenced effective and/or superior performance in a job or situation”.
17
Berdasarkan kata kunci dari definisi diatas Spencer menjelaskan kompetensi sebagai : 1) Karakteristik dasar (underlying characteristic) artinya kompetensi adalah bagian kepribadian individu yang sangat dalam atau melekat dan merupakan perilaku yang dapat diprediksi dalam setiap tugas pekerjaan dan situasi, 2) Hubungan sebab akibat (casually related) artinya bahwa kompetensi dapat menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja, dan 3) Kriteria sebagai referensi (criterion referenced) artinya bahwa kompetensi secara aktual dapat memprediksi siapa yang berkinerja baik atau buruk dan dapat diukur berdasarkan standar yang digunakan. Berdasarkan definisi-definisi kompetensi, maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja itu merupakan kompetensi, apabila aspek-aspek tersebut mendorong dirinya untuk mencapai kinerja yang superior. Dengan demikian kompetensi pada dasarnya merupakan karakteristik individu yang menyatu dengan jiwa, pikiran dan perilaku yang apabila diaktualisasi dalam suatu pekerjaan atau tugas dapat memberikan kinerja yang terbaik. 2.2.2
Karakteristik Kompetensi Karakteristik kompetensi teridiri dari lima sumber, yaitu motive, trait, self concept, knowledge, dan skill (Spencer dan Spencer, 1993:9). Pengertian dari sumber karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
a. Motives (motif), merupakan suatu yang membuat seseorang secara konsisten berpikir atau keinginan yang menyebabkan tindakan. b. Traits (karakter), adalah watak yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana seseorang merespon seseuatu dengan cara tertentu. c. Self concept (konsep diri), adalah tingkah laku seseorang, nilai dan image pribadi. d. Knowledge (pengetahuan), adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu. e. Skills (keterampilan), adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik fisik maupun mental. Untuk lebih jelas lagi karakteristik kompetensi dapat di gambarkan dengan model gunung es, sebagai berikut:
18
Model Lingkaran Terpusat
Model Gunung Es
Keterampilan Karya/Prestasi
Tampak
Konsep Diri
Perilaku Keterampilan
Tersembunyi
Karakter Mortif
Pengetahuan
Sikap, Nilai Konsep Diri Karakter Motif
Sikap, Nilai
Permukaan: lebih mudah dikembangkan
Kepribadian Inti : lebih sulit dikembangkan
Gambar 2.1 Karakteristik Kompetensi (Spencer & Spencer, 1993 : 9) Dengan demikian karakteristik kompetensi memiliki perbedaan letak atau keadaan, yaitu kompetensi knowledge dan skill lebih bersifat nyata atau visible, sehingga mudah dalam pengembangannya, misalnya melalui pendidikan dan pelatihan, sedangkan motive, trait, dan self concept bersifat tersembunyi dan merupakan karakteristik kepribadian manusia yang paling dalam, sehingga lebih sulit untuk dikembangakan. 2.2.3
Hubungan Kausal Kompetensi Pemicu tindakan secara sadar seseorang berasal dari adanya keinginan/niat
untuk berbuat sesuatu yang dapat dipicu dan dipengaruhi oleh motif/dorongan, konsep diri, dan karakter/unsur bawaan, serta pengetahuan deskriptif individu, sehingga niat mendorong tindakan seseorang. Tindakan seseorang yang dilakukan sesuai
dengan
tuntutan
posisi/pekerjaan
atau
permasalahan/tugas
yang
dihadapinya didasari oleh keterampilan yang dimilikinya. Perilaku terampil ini pada akhirnya memberikan hasil kerja, yang sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja dalam bekerja.
19
Berdasarkan pada teori perilaku klasik yang menjelaskan sebab-akibat (kausalitas) anata intention, action, outcome pada gambar 2.2 di bawah ini dinyatakan sebagai niat, tindakan dan hasil untuk memodelkan kompetensi sebagai hubungan sebab akibat.
Niat
Tindakan
Hasil
Karakteristik Pribadi
Perilaku
Kinerja dalam bekerja
Motif Konsep diri/sikap Karakter/bawaan Pengetahuan
Keterampilan
Karya/Prestasi
Gambar 2.2 Kompetensi Model Hubungan Sebab-Akibat (Spencer & Spencer, 1993) Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa dalam personal karakteristik terkandung maksud dan tujuan yang dikendalikan oleh motif, karakter, konsep diri dan pengetahuan yang diaktualisasikan kedalam perilaku yang bertindak berdasarkan keterampilan yang dimilikinya untuk menghasilkan kinerja yang diharapkan. 2.2.4
Referensi Kriteria Kompetensi Selanjutnya kreiteria yang sering digunakan dalam penelitain kompetensi
(Spencer & Spencer 1993:13), adalah: 1. Superior Performance. Hal ini didefinisikan secara statistik sebagai suatu standar deviasi di atas kinerja rata-rata, kasarnya adalah level yang dicapai oleh 1 dari 10 orang dalam situasi kerja yang sama. 2. Effective Performance. Hal ini biasanya berarti level kerja “minimal yang dapat diterima.” Berdasarkan kriteria tersebut, maka menurut Spencer & Spencer (1993:15), kompetensi bisa dibagi menjadi dua kategori yaitu:
20
1. Thereshold Competencies. Merupakan kararkteristik inti yang diperlukan oleh individu agar dapat mengerjakan tugasnya dengan efektif, tetapi tidak membedakan performer unggul dengan performer rata-rata. 2. Differentiating Competencies. Merupakan karakteristik yang membedakan individu yang berkinerja tinggi dan rendah. Karena seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi maka ia akan mampu menetapkan target atau tujuan yang jauh lebih baik ketimbang kinerjanya pada tingkat rata– rata. 2.2.5
Kompetensi Wirausaha Wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki
kompetensi yaitu, seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan. Keterampilan yang harus dimiliki menurut Suryana (2003) : 1) Mangerial skill (keterampilan manajerial) 2) Conceptual skill (kemampuan merumuskan tujuan) 3) Human skill (keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi) 4) Decision making skill (keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan) 5) Time managerial skill (keterampilan mengatur dan menggunakan waktu) Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterapilan dan kemampuan individu yang langsung berpengaruh pada kinerja. Kinerja wirausaha merupakan tujuan yang ingin dicapai. Man, T.W.Y (2001), menjelaskan bahwa yang dibutuhkan dalam kompetensi wirausaha adalah : 1) Opportunity “The Opportunity are realted to identifying, assessing and seeking market opportunities”.
21
Peluang berhubungan dengan mengidentifikasi, menaksir dan melihat peluang pasar. 2) Relationship “The relationship competencies embrace the ability to build, keep and use network with all the firm’s stakeholders”. Hubungan kompetensi mencakup kemampuan untuk membangun, menjaga dan menggunakan jaringan dengan semua pimpinan perusahaan. 3) Conceptual “The conceptual competencies refer to ability that are reflected in the behavior of the entrepreneur associated with intuitive thinking, innovative behavior, assessment of risk, and the need to have a different view of market.” Kompetensi konseptual lebih kepada kemampuan untuk menggambarkan kepada tingkah laku dari wirausaha dan gabungan dengan berfikir menggunakan intuisi, bertindak secara inovatif, penaksiran resiko, dan kebutuhan untuk memiliki pandangan yang berbeda dari pasar. 4) Organizing “The organizing competencies are related to managerial functions such as planning, organizing, leading, motivating, delegating, and controlling. Kompetensi mengorganisasikan terhubung dengan fungsi manajerial seperti merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, memotivasi, mendelegasikan, dan mengawasi. 5) Strategic “The strategic competencies deal with setting, evaluating, and implementing the strategies of the firm”. Kompetensi strategi berhubungan dengan keadaan, evaluasi, dan implementasi strategi dalam perusahaan. 6) Commitment Competencies “The commitment competencies are the ability that drives the entrepreneur to work hard and face the difficulties involved in sustaining the business”.
22
Komitmen kompetensi adalah kemampuan untuk menggerakan wirausaha untuk bekerja keras dan mengahadapi kesulitan dalam memasuki bisnis. Menurut Arifin Panigoro dalam bukunya “Berbisnis Itu Tidak Mudah” (2008), berbisni itu harus mempunyai beberapa kiat mengenai semangat entrepreneurship, yaitu : 1) Intuisi atau memadukan kata hati dengan akal sehat. 2) Kesetaraan atau bersikap adil pada lawan sekalipun. 3) Kejujuran atau jujur itu langgeng. 4) Percaya diri atau yakinkan diri, pengaruhi orang lain. 5) Jejaring atau sejuta kawan kurang, satu lawan jangan. 6) Tanggung jawab atau tunaikan kewajiban, hadapi persoalan. 7) Sumber daya manusia atau pilih yang terbaik dan berdayakan. 8) Inovasi atau berkarya tanpa jeda. 9) Peduli menumbuhkan entrepreneurship. Terdapat model kompetensi entrepreneur yang populer yang disebut Model Kompetensi menurut Spencer and Spencer (1993:222), terdiri dari 6 kelompok kompetensi, 19 komponen nama kompetensi dan 64 dimensi (ukuran). 6 kelompok kompetensi generik tersebut adalah : 1) Achievement/Kemampuan berprestasi, 2) Thinking and Problem Solving/kemampuan berfikir untuk menyelesaikan masalah, 3) Personal Maturity/kemampuan bersikap dewasa, 4) Influence/kemampuan
untuk
memberi
pengaruh,
5)
Direct
and
Controlling/kemampuan memberi arahan dan mengawasi, dan 6) Oreintation to Others/kemampuan berorientasi kepada orang lain. Uraian dari enam kelompok diatas adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan berprestasi. Derajat kepedulian seseorang terhadap pekerjaanya sehingga terdorong berusaha untuk berkerja dengan lebih baik di atas standar. a. Initiative. Mengambil tindakan yang melampaui persyaratan kerja atau tuntutan situasi.
23
b. Sees and Acts on Opportunities. Mencari dan mengambil tindakan terhadap peluang. c. Persistence. Mengambil tindakan berulang untuk mengatasi hambatan yang menghalangi demi mencapai tujuan. d. Information Seeking. Mengambil tindakan untuk mendapatkan informasi yang dapat membantu mencapai tujuan atau mengklarifikasi masalah. e. Concern for High Quality of Work. Tindakan untuk melakukan hal-hal yang memenuhi atau bahkan diatas standar yang ada. f. Commitment to Work Contract. Menempatkan prioritas tertinggi utntuk menyelesaikan pekerjaan. g. Efficiency Orientation. Menemukan cara untuk melakukan hal-hal lebih cepat atau dengan lebih sedikit sumber daya atau dengan biaya lebih rendah. 2. Kemampuan berfikir untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan memahami situasi atau masalah dengan cara memandangnya sebagai suatu yang terintegrasi- mencakup kemampuan mengidentifikasi permasalah utama yang mendasar dalam situasi yang kompleks. a. Systematic Planning. Mengembangkan dan menggunakan rencana yang logis, langkah-demi-langkah untuk mencapai tujuan. b. Problem Solving. Mengidentifikasi ide-ide baru dan unik yang berpotensi untuk mencapai tujuan. 3. Kemampuan bersikap dewasa. Kemampuan untuk menguasai bidang pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan (dapat teknik, manajerial maupun
profesional)
dan
motivasi
untuk
menggunakan
dan
mengembangkan. a. Self-Confidence. Memiliki keyakinan yang kuat pada kemampuan diri sendiri. b. Expertise. Memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha bisnis.
24
c. Recognizes
Own
Limitations.
Mengenal
pasti
kelebihan
dan
kekurangan dalam diri sendiri. 4. Kemampuan memberi pengaruh. Tindakan membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau mengesankan sehingga orang lain mendukung tindakannya. a. Persuasion. Berhasil membujuk orang lain. b. Use of Influence Strategies. Menggunakan berbagai strategi untuk mempengaruhi orang lain. 5. Kemampuan
memberi
arahan
dan
mengawasi.
Kemampuan
memerintah dan mengarahkan orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai posisi dan kewenangannya. a. Assertiveness. Menghadapi masalah dan isu-isu dengan orang lain secara langsung. b. Monitoring. Memastikan kegiatan usaha berjalan baik seperti yang direncanakan. 6. Kemampuan berorientasi kepada orang lain. Besarnya usaha untuk menjalin dan membina hubungan sosial atau jaringan hubungan sosial, keinginan untuk mengerjakan dan mendorong perkembangan orang lain. a. Credibility, Integrity, and Sincerity. Belajar melalui eksperimen kerja aktif dan menyelesaikan pekerjaan untuk mencari solusi alternatif terbaik. b. Concern for Employee Welfare. Percaya pada kesejahteraan karyawan sebagai kunci daya saing dan keberhasilan dan memulai programprogram kesejahteraan karyawan. c. Recognizing the Importance of Business Relationship. Menganggap hubungan atau relasi sebagai sumber daya di dalam bisnis. Kekuatan dari kompetensi adalah dalam penerapannya dimana dapat diintegrasikan
dengan
semua
program
sumber
daya
manusia,
tetapi
keefektifannya dari aplikasi tersebut tergantung dalam merumuskan dengan tepat tingkah laku yang diperlukan untuk setiap kompetensi, termasuk kompetensi
25
wirausaha industri fesyen yang berkinerja unggul. Aplikasi konsep kompetensi meliputi achievment, thinking and problem solving, personal maturity, influence, directing and controlling serta orientation to others. 2.2.6
Pengetahuan Dan Kapabilitas Wirausaha Yang Unggul Proses menggapai bisnis yang berhasil tidaklah mudah, penuh resiko dan
dibutuhkan pengetahuan sesuai dengan jenis uasaha yang dilakukan. Pengetahuan dan kapabilitas berusaha bagi wirausaha dapat diperoleh dari: pengalaman, mengamati kehidupan wirausaha, belajar kepada wirausaha yang berhasil. Pengetahuan dan kapabilitsa dapat pula diperoleh dari belajar membaca buku dan pendidikan kewirausahaan atau bidang ilmu yang berhubungan dengan kewirausahaan. Pengetahuan, kapabilitas, pengalaman dan pendidikan yang diperoleh wirausaha selama beberapa periode akan memunculkan apa yang disebut dengan kompetensi wirausaha (Kristanto, 2009). Beberapa pengetahuan dan kapabilitas yang sangat diperlukan wirausaha agar unggul, sebagai berikut (Scarborough, 2006): 1) Knowing your business. Yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan. 2) Knowing the basic business management. Pengetahuan dasar manajemen bisnis merupakan pengetahuan yang harus dan benar-benar dimilki wirausaha agar unggul. Wirausaha yang unggul membutuhkan pengetahuan manajemen seperti, mengorganisasikan dan mengendalikan
perusahaan,
termasuk
dapat
memperhitungkan,
memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan dan pengelolaan semua sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien. 3) Having the proper attitude. Sifat, sikap yang baik harus dimilki oleh wirausaha. Wirausaha dalam melakukan kegiatan selalu berhubungan dengan pihak lain di mana pihak lain tersebut memiliki kepentingan terhadap kelangsungan usaha. Pada
26
masa kini dan masa depan wirausaha harus mau dan mampu berperilaku etis dan memiliki rasa tanggungjawab sosial guna kelangsungan hidup usaha di masa depan. 4) Having adequate capital. Wirausaha adalah manajer dalam arti memiliki kemampuan dalam mengelola usaha. Kemampuan mengelola keuangan merupakan hal sangat penting guna kelangsungan hidup usaha. Kemampuan mendatangkan modal sangat ditentukan keahlian wirausaha dalam mengevaluasi sumbersumber pendanaan dan juga pengalaman di bidang keuangan. 5) Managing finances effectively. Wirausahawan yang unggul ketika mampu mengelola keuangan dengan efektif. Wirausaha mampu mencari sumber pendanaan yang paling murah (cost of capital rendah), mampu melakukan investasi terhadap dana yang tersedia (rate of return lebih besar dari cost of capital), mampu membuat penganggaranm serta mampu memanfaatkan keuntungan usaha dengan tepat. Tidak kalah pentingnya adalah kemampuan untuk mencatat kegiatan operasional setiap hari secara akuntansi, sehingga setiap aktivitas bisa dipertanggungjawabkan secara otentik. 6) Managing time efficiently. Wirausaha harus mempunyai kemampuan mengatur waktu se-efisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya. 7) Managing people. Sejalan dengan meningkatnya bisnis, hubungan karyawan, dengan orang lain, pihak luar, masyarakat semakin tinggi. Kompleksitas perilaku karyawan, tuntutan kebutuhan, gaya hidup membutuhkan kemampuan untuk mengelola orang dengan lebih baik. Landasan bisnis adalah kemampuan karyawan yang terlatih baik dan termotivasi. Perhatian terhadap
penempatan
tenaga
kerja,
penggajian,
bonus,
promosi,
kesejahteraan karyawan dan keluarga sengat dibutuhkan untuk menjaga rendahnya perputaran karyawan.
27
8) Satisfying customer by providing high quality product. Aktivitas perusahaan harus mampu menghasilkan produk dengan kualitas tinggi. Wirausahawan yang unggul mengajarkan bahwa barang dan jasa yang berkualitas tinggi sangat penting dalam mempertahankan persaingan. Manfaat yang didapat dengan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi tidak hanya dalam bentuk mengurangi kerusakan, tetapi juga meningkatkan produktivitas, meningkatkan kepuasan konsumen, semakin rendahnya biaya, menjaga citra baik perusahaan. 9) Knowing how to compete. Persaingan yang sehat, mampu menjaga kemitraan sangat dibutuhkan bagi kelangsungan bisnis dimasa depan. Wirausaha harus mengetahui siapa pesaingnya, memiliki kemauan dan kemampuan untuk bagaimana berkompetisi
dengan
lebih
baik,
berdasarkan
norma
etika
dan
tanggungjawab sosial. 10) Copying with regulation and paper work. Aturan yang jelas dan formal sangat dibutuhkan bagi pertanggungjawaban kegiatan dan kelangsungan hidup bisnis. Aturan-aturan pekerjaan, aturan ketenagakerjaan, skedul kerja, jalur atau rantai pekerjaan harus jelas dan konsisten. Selanjutnya wirausahawan unggul yang mampu menciptakan kreativitas dan inovasi sebagai dasar untuk hidup, tumbuh dan berkembang umumnya memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang merupakan proses jangka panjang berdasarkan pengalaman dan pendidikan. Beberapa karakteristik yang melekat pada diri wirausahawan (Zimmerer, and Scarborough, 1998; Kuratko & Hoodgets, 2007) sebagai berikut: 1) Desire for responsibility. Wirausaha yang unggul merasa bertanggungjawab secara pribadi atas hasil usaha yang dia lakukan. Mereka lebih dapat mengendalikan sumberdayasumberdaya yang dimiliki dan menggunakan sumberdaya tersebut untuk
28
mencapai cita-cita. Wirausaha yang berhasil dalam jangka panjang haruslah memiliki rasa tanggung jawab atas usaha yang dilakukan. Kemampuan untuk menanggung risiko usaha seperti: risiko keuangan, risiko teknik adakalanya muncul, sehingga wirausaha harus mampu meminimalkan risiko. 2) Tolerance for ambiguity. Ketika kegiatan usaha dilakukan, mau tidak mau harus berhubungan dengan orang lain, baik dengan karyawan, pelanggan, pemasok bahan, pemasok barang, penyalur, masyarakat, maupun aturan legal formal. Wirausaha harus mampu menjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan stakeholder. Keberagaman bagi wirausaha adalah sesuatu hal yang biasa. Kemampuan untuk menerima keberagaman merupakan suatu ciri khas wirausaha guna menjaga kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan dalam jangka panjang. 3) Vision. Wirausaha yang berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan yang jelas kedepan yang harus dicapai secara terukur. Visi merupakan filosofi, citacita dan motivasi mengapa perusahaan hidup, dan wirausaha akan menterjemahkan ke dalam tujuan, kebijakan, anggaran, dan prosedur kerja yang jelas. Wirausaha yang tidak jelas visi kedepan ibarat orang yang berjalan tanpa arah yang jelas, sehingga kecenderungan untuk gagal sangat tinggi. 4) Tolerance for failurer. Usaha yang berhasil membutuhkan kerja keras, pengorbanan baik waktu biaya dan tenaga. Wirausaha yang terbiasa dengan kreativitas dan inovasi kadangkala atau bahkan sering mengalami ketidakberhasilan. Proses yang cukup panjang dalam mencapai kesuksesan tersebut akan meningkatkan kepribadian toleransi terhadap kegagalan usaha. 5) Internal locus of control. Didalam diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri yang dipengaruhi oleh internal diri sendiri. Wirausaha yang unggul adalah yang
29
memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dari dalam dirinya sendiri. Kerasnya tekanan kehidupan, persaingan binis, perubahan yang begitu cepat dalam dunia bisnis akan meningkatkan tekanan kejiwaan baik mental, maupun moral dalam kehidupan keseharian. Wirausaha yang mampu mengendalikan dirinya sendiri akan mampu bertahan dalam dunia bisnis yang makin kompleks. 6) Continuous Improvement. Wirausaha yang berhasil selalu bersikap positif, mengangap pengalaman sebagai sesuatu yang berharga dan melakukan perbaikan terus menerus. Pengusaha selalu mencari hal-hal baru yang akan memberikan manfaat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Wirausaha memiliki tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif yang akan membawa konsekuensi menguntungkan dimasa depan. 7) Preference for moderate risk. Dalam kehidupan bisnis, wirausaha selalu berhadapan dengan intensitas risiko. Sifat wirausaha dalam menghadapi resiko dapat digolongkan ke dalam 3 macam sifat mengambil resiko, yaitu risk seeking (orang yang suka dengan risiko tinggi), moderat risk (orang yang memiliki sifat suka mengambil risiko sedang), dan risk averse (orang memiliki sifat suka menghidari risiko). Pada umumnya wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk memilih risiko yang moderate/sedang, dimana ketika mengambil keputusan memerlukan pertimbangan yang matang, hal ini sejalan dengan risiko wirausaha yang apabila mengalami kegagalan di tanggung sendiri. Wirausaha akan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman pribadi yang disesuaikan dengan perubahan lingkungan (Zimmerer, and Scarborough, 1998). 8) Confidence in their ability to success. Wirausaha umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas kemampuan diri untuk berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi untuk melakukan banyak hal dengan baik dan sukses. Mereka cenderung untuk optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme, biasanya
30
berdasarkan kenyataan. Tanpa keyakinan kepercayaan untuk sukses dan mampu menghadapi tantangan akan menurunkan semangat juang dalam melakukan bisnis. 9) Desire for immediate feedback. Perkembangan yang begitu cepat dalam kehidupan usaha menunut wirausaha untuk cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan dan berkembang. Wirausaha pada umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan respon atau umpan balik terhadap suatu permasalahan. Persaingan yang begitu ketat dalam dunia usaha menuntut untuk berpikir cerdas, cepat menanggapi perubahan. Wirausaha memiliki kecenderungan untuk mengetahui sebaik apa ia bekerja dan mencari pengakuan atas prestasi secara terus-menerus. 10) High energy level. Wirausaha pada umumnya memiliki energi yang cukup tinggi dalam melakukan kegiatan usaha sejalan dengan risiko yang ia tanggung. Wirausaha memiliki semangat atau energi yang cukup tinggi dibanding kebanyakan orang. Risiko yang harus ditanggung sendiri mendorong wirausaha untuk bekerja keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Bergairah dan mampu menggunakan daya geraknya, ulet tekun dan tidak mudah putus asa. 11) Future orientation. Keuntungan usaha yang tidak pasti mendorong wirausaha selalu melihat peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wirausaha memiliki kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan besok, tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin. Wirausaha yang unggui selalu berusaha memprediksi perubahan dimasa depan guna meningkatkan kinerja usaha. 12) Skill at organizing. Membangun usaha dari awal memerlukan kemampuan mengorganisasi sumberdaya yang dimiliki berupa sumber-sumber ekonomi berujud maupun sumber ekonomi tak berujud untuk mendapat manfaat maksimal.
31
Wirausaha memiliki keahlian dalam melakukan organisasi baik orang maupun barang. Wirausaha yang unggul ketika memiliki kemampuan portofolio sumberdaya yang cukup tinggi untuk dapat bertahan dan berkembang. 13) High Commitment. Memunculkan usaha baru membutuhkan komitmen penuh yang tinggi agar berhasil. Disiplin dalam bekerja dan pada umumnya wirausaha membenamkan diri dalam kegiatan tersebut guna keberhasilan citacitanya. Scarborough, et.all (2006) mengungkapkan langkah terakhir seorang
wirausaha
untuk
meningkatkan
kreativitas
pendorong
kewirausahaan adalah “work, work, work,….”. 14) Flexibility. Perubahan yang begitu cepat dalam dunia usaha mengharuskan wirausaha untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan apabila tetap ingin berhasil.
Kemampuan
beradaptasi
dengan
perubahan
lingkungan
merupakan modal dasar dalam berusaha, bertumbuh dan sukses. Fleksibilitas
berhubungan
menyesuaikan
diri
dengan
dengan perilaku
kolega
seperti;
wirausaha
lain,
kemampuan kemampuan
bernegosiasi dengan kolega mencerminkan kompentensi wirausaha yang unggul. 2.2.7
Industri Fesyen
2.2.7.1 Definisi Subsektor Industri Fesyen Industri kreatif subsektor fesyen/mode adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen. Usulan definisi berdasarkan KBLI 2005 di atas dirasakan belum cukup, karena belum mencakup: asal bahan fesyen, desain atau pola fesyen, dimana semua aspek tersebut merupakan hal penting dalam industri fesyen. Pada umumnya aktivitas-aktivitas dan pihak-pihak yang terkait dalam subsektor industri fesyen adalah seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
32
Gambar 2.3 Rantai Nilai Subsektor Industri Fesyen
Sumber: Kementrian Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2008) Dari bagan di atas terlihat bahwa subsektor industri fesyen terdiri dari perusahaan-perusahaan produsen fesyen (fashion company) dan perusahaan jasa perdagangan produk fesyen (channel distribusi). Produsen produk fesyen memiliki model bisnis mass production, distro, ready to wear deluxe dan adi busana/deluxe. Ke empat model bisnis tersebut dibedakan oleh tingkat keeksklusifan masing-masing, dan jenis konsumen yang dilayani. Produsen fesyen ini terdiri dari industri fesyen pakaian jadi dan aksesorisnya, industri fesyen produsen tas, sepatu dan aksesoris. Industri fesyen produsen pakaian jadi dan aksesorisnya. Model bisnis jenis ini terdiri dari adi busana dan deluxe, ready to wear deluxe, mass production dan distro, serta model-model bisnis lain. Perbedaan model bisnis industri fesyen terlihat dari konsumen yang dilayani dan tingkat keeksklusifannya. Adi busana dan deluxe sangat eksklusif. Satu desain untuk satu atau beberapa produk, dan harganya sangat mahal. Sehingga konsumen di model bisnis ini adalah masyarakat kelas atas. Model ini hanya terdapat pada industri fesyen pakaian, tidak pada tas, sepatu dan aksesoris. Beberapa perancang hanya mengerjakan desain, sementara aktivitas produksi disubkontrakkan. Namun beberapa perancang, selain merancang, ada juga yang memiliki unit produksi sendiri.
33
Model bisnis ready to wear deluxe terbilang eksklusif dan semi mass production. Hanya saja, produk-produk ini dijual untuk konsumen menengah ke atas, dimana toko-toko tempat produk ini didistribusikan adalah toko-toko tertentu yang berkelas, seperti Metro dan Sogo. Citra-citra established dari perancangperancang terkenal, baik dalam dan luar negeri menguasai pasar di model bisnis ini. Pada model bisnis ready to wear, perusahaan-perusahaan biasanya sudah melakukan aktivitas kreasi dan produksi sendiri. Model bisnis mass production cenderung lebih mengutamakan volume daripada desain. Konsumen yang dijangkaunya juga adalah masyarakat menengah ke bawah, dengan jalur distribusi yang sesuai untuk kelas masyarakat tersebut semacam Ramayana. Berbeda dengan yang lain, model bisnis distro/clothing biasanya mencakup aktivitas kreasi, distribusi dan komersialisasi, sebagai suatu perusahaan. Karena kecilnya skala produksi, aktivitas produksi umumnya berada pada perusahaan-perusahaan konveksi (subkontrak/maklun). Masih terdapat model-model bisnis lain yang dilakukan oleh UKM/IKM, seperti; model penjahit-penjahit berdasarkan pesanan konsumen yang banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Selain model bisnis produksi, juga terdapat model bisnis kulakan, dilakukan dengan mengambil produk-produk pakaian jadi di pusat-pusat grosir seperti Tanah Abang untuk dijual kembali. Industri fesyen sepatu, tas, aksesoris, khususnya dari bahan baku kulit kecuali model bisnis adi busana/deluxe yang hanya ada pada industri pakaian, pada dasarnya industri fesyen sepatu, tas dan aksesoris berbahan baku kulit kurang lebih berbentuk sama dengan model bisnis yang dijelaskan di atas. Kecuali model distro/clothing yang beraktivitas mulai dari rantai kreasi sampai distribusi, perusahaan-perusahaan fesyen umumnya melakukan aktivitas di rantai kreasiproduksi-komersialisasi (produsen), dan rantai distribusi (jasa perdagangan melalui channel distribusi). Rantai kreasi menghasilkan ide kreasi, yang kemudian dituangkan menjadi rencana produk fesyen (pola dan gambar). Sumber-sumber ide kreasi yang saat ini banyak digunakan adalah: mengikuti trend dunia, citra
34
terkenal, dan preferensi konsumen. Ada pun proses bisnis pada industri fesyen distro/clothing dapat dilihat pada gambar 2.4: Gambar 2.4 Proses Bisnis Clothing/Distro 1. Input
2. Proses Transformasi
a. Briefing bersama tim. Penyatuan ide untuk menentukan konsep produk b. Mendesain c. Melihat ketersediaan bahan, tenaga kerja d. Maintenance. Pengajuan desain dan pola
a. Produksi Awal /Testing. Pengujian sampel produk b. Produksi c. Produksi akhir /Quality control. Pengecekan produk hasil produksi
3. Output
T-shirt, kemeja, celana, topi, dompet dan sebagainya
5. Controlling
4. Distribusi a. Pemasaran distro/online dan Promo (branding) b. Desain packaging c. Penempatan display d. Promo iklan & eventevent/exhibition
a. Pencatatan Keungan b. Memimpin dan Mengawasi Karyawan
Pembeli
Sumber: Wawancara peneliti dengan beberapa pengusaha distro/clothing (2013)