9
BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Aktiva Tetap
2.1.1
Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap atau fixed assets sering dipergunakan sebagai pengganti
istilah plant and equipment. Selain itu, istilah lain yang sering dipergunakan adalah property, plant dan equipment. Aktiva tetap disebut pula aktiva bangunan atau plant asset. Menurut Haryono Jusup (2005:153), “Aktiva tetap adalah aktiva berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.” Karakteristik yang membedakan aktiva tetap dari barang dagangan adalah bahwa aktiva tetap dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan, sedangkan barang dagangan tidak untuk digunakan melainkan untuk dijual. Sedangkan Menurut Niswonger, Warren, Reeve and Fess dalam bukunya Prinsip-Prinsip Akuntansi yang dialihbahasakan oleh Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan (1999:279 ) yang dimaksud aktiva tetap adalah “Aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen yang merupakan aktiva berwujud karena ada secara fisik, dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal.” Selain itu, “Yang dimaksud dengan aktiva tetap berwujud adalah aktivaaktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal” (Zaki Baridwan, 2004:271).
10
Istilah relatif permanen menunjukan sifat di mana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama. Tak ada aturan standar menyangkut usia minimum yang diperlukan bagi suatu aktiva agar bisa diklasifikasikan sebagai aktiva tetap. Aktiva seperti itu harus mampu memberikan manfaat yang berulang-ulang dan normalnya diharapkan berlangsung lebih dari satu tahun. Untuk tujuan akuntansi, jangka waktu penggunaan ini dibatasi dengan lebih dari satu periode akuntansi. Jadi aktiva berwujud yang umurnya lebih dari satu periode akuntansi dikelompokkan sebagai aktiva tetap berwujud. Sedangkan menurut Henry Simamora (2000:298) yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah : “Aktiva-aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.” Menurut definisinya, aktiva tetap mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, sehingga dengan demikian penanaman modal dalam aktiva tetap adalah merupakan investasi jangka panjang. Dengan berlalunya waktu maka mungkin aktiva-aktiva tetap tersebut tidak akan dipakai lagi ataupun membutuhkan perbaikan-perbaikan yang cukup besar yang akan mengeluarkan biaya yang cukup besar pula. Sehingga dengan alasan tersebut maka keputusan sehubungan dengan investasi modal dalam aktiva tetap perlu dipertimbangkan secara teliti dan sebaikbaiknya.
11
Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh perusahaan dapat mempunyai bermacam-macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin dan alat-alat, kendaraan dan lain-lain. Dari macam-macam aktiva tetap berwujud di atas, untuk tujuan akuntansi dilakukan pengelompokkan sebagai berikut : a. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas. b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaanya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis. c. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis.
2.1.2
Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap Menurut Zaki Baridwan (2004:272), perlakuan akuntansi terhadap
pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu : (a) Pengeluaran modal (capital expenditures), adalah pengeluaranpengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. (b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures), adalah pengeluaranpengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaranpengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya. Pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap adalah merupakan capital expenditure, tetapi tidak semua pengeluaran modal akan dipergunakan untuk membeli aktiva tetap. Menurut Lukman Syamsuddin (2007:410) adapun motif-motif utama dalam melakukan capital expenditure adalah : 1. Pembelian aktiva tetap yang baru 2. Penggantian aktiva tetap yang lama 3. Perbaikan atau modernisasi atas aktiva tetap yang lama
12
Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatu aktiva, berlaku prinsip yang menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sejak pembelian sampai aktiva itu siap dipakai harus dikapitalisasi. Kapitalisasi biaya adalah semua biaya dicatat sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva dan disusutkan selama masa manfaat aktiva. Karena jenis aktiva itu macam-macam maka masing-masing jenis mempunyai masalah-masalah khusus yang akan dibicarakan berikut ini. 1. Tanah Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan dalam usaha perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi jangka panjang. Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti (a) harga beli, (b) komisi pembeliaan, (c) bea balik nama, (d) biaya penelitian tanah, (e) iuran selama tanah belum dipakai, (f) biaya merobohkan bangunan lama, (g) biaya perataan tanah dan pembersihan, (h) pajak yang jadi beban pembeli pada waktu pembeliaan tanah. 2. Bangunan Gedung yang diperoleh dari pembeliaan harga perolehannya harus dialokasikan pada tanah dan gedung. Sedangkan apabila gedung dibuat sendiri maka harga perolehan gedung terdiri dari (a) biaya-biaya pembutan gedung, (b) biaya perencanaan dan gambar, (c) biaya pengurusan ijin bangunan, (d) pajak selama masa pembangunan gedung, (e) bunga selama masa pembuatan gedung, (f) asuransi selama masa pembangunan. 3. Mesin dan Alat-alat Yang merupakan harga perolehan mesin dan alat-alat adalah (a) harga beli, (b) pajak yang menjadi beban pembeli, (c) biaya angkut, (d) asuransi selama
13
dalam perjalan, (e) biaya pemasangan, (f) biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin. Jika mesin itu dibuat sendiri maka harga perolehannya terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan untuk membeli mesin. 4. Perabot (Mebelair) dan Alat-alat kantor Yang termasuk harga perolehan perabot atau alat kantor adalah harga beli, biaya angkut, dan pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli. 5. Kendaraan Kendaraan yang dimiliki harus dipisahkan untuk setiap fungsi yang berbeda. Yang termasuk harga perolehan kendaraan adalah harga faktur, bea balik nama dan biaya angkut. Harga perolehan kendaraan ini didepresiasi selama masa kegunaannya.
2.1.3
Pencatatan Perolehan Aktiva Tetap Dalam Standar Akuntansi Keuangan, pengakuan awal aktiva tetap adalah
sebagai berikut : “Suatu benda yang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehannya. Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPn Masukan Tak Boleh restitusi (non-refundable), dan setiap biaya yang dapat diatribusi secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.” (IAI, 1996:16.5) Dapat disimpulkan bahwa pencatatan aktiva tetap yang dilakukan harus dengan menggunakan prinsip historical cost. Nilai yang dicatat tidak hanya harga belinya saja, akan tetapi semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan. Aktiva tetap dicatat dan dinyatakan dalam neraca sebesar nilai buku yaitu nilai perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutannya.
14
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, di mana masingmasing akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Adapun untuk memperoleh aktiva tetap menurut Zaki Baridwan (2004:278) dapat dilakukan dengan cara : 1. 2. 3. 4. 5.
Pembelian Tunai Perolehan Melalui Pertukaran Pembelian Angsuran Diperoleh dari Hadiah/Donasi Aktiva yang Dibuat Sendiri Keempat cara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pembelaian Tunai Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Adapun pembelian secara gabungan menurut PSAK No. 16 (dalam Zaki Baridwan, 2004:278) bahwa : “Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan.“ 2. Perolehan Melalui Pertukaran Ditukar dengan Surat-surat Berharga Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva tersebut. Pertukaran aktiva tetap dengan saham atau obligasi perusahaan akan dicatat dalam rekening modal atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya.
15
Ditukar dengan Aktiva Tetap yang Lain Pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar-menukar dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru, baik seluruhnya atau sebagian dan kekurangannya dibayar tunai. Dalam PSAK No. 16 (dalam Zaki Baridwan, 2004:280) menyatakan bahwa : “Harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dinilai sebesar nilai wajar aktiva tetap yang dilepas atau diperoleh, mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva tetap yang dilepaskan setelah disesuaikan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.“ 3. Pembelian Angsuran Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembeliaan angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. 4. Diperoleh dari Hadiah/Donasi Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi, pencatatannya bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Aktiva tetap yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya. 5. Aktiva yang Dibuat Sendiri Dalam pembuatan aktiva, semua biaya yang dapat dibebankan langsung seperti bahan, upah langsung, dan factory overhead langsung, tidak menimbulkan masalah dalam menentukan harga pokok aktiva yang dibuat. Dalm hal harga pokok aktiva yang dibuat lebih rendah daripada harga beli di luar, selisihnya merupakan penghematan biaya dan tidak boleh diakuai sebagai laba. Tetapi apabila harga pokok aktiva yang dibuat itu lebih tinggi dari harga beli di luar maka selisih yang ada diperlakukan sebagai kerugian, sehingga aktiva akan dicatat dengan jumlah sebesar harganya yang normal.
16
2.1.4
Penyusutan Aktiva Tetap Aktiva-aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan berangsur-angsur
akan kehilangan kemampuannya dalam memberikan manfaat atau jasanya. Akibatnya biaya-biaya perolehan aktiva tetap tersebut haruslah ditransfer ke rekening-rekening beban dalam suatu cara sistematik selama masa manfaatnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Henry Simamora (2000:303), penyusutan atau depresiasi (Depreciation) adalah : “Alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaatnya. Istilah sistematik dipakai untuk mengindikasikan bahwa komputasi penyusutan harus mengikuti rumus tertentu dan tidak ditentukan secara sembarang.“ Lebih lanjut Lukman Syamsuddin (2007:24) mengemukakan bahwa “Depresiasi atau dengan kata lain dikenal juga sebagai penghapusan adalah merupakan salah satu komponen biaya tetap yang timbul karena digunakannya aktiva tetap, dimana biaya ini dapat dikurangkan dari revenue/penghasilan.” Depresiasi dapat dikurangkan sebagai expense/biaya dari revenue yang diterima dan dapat dihitung dengan beberapa cara. Untuk menghitung depresiasi pada aktiva tetap hendaklah disesuaikan dengan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tetap tersebut. Tujuan pokok penyusutan adalah mencapai prinsip pengaitan (mathcing principle) yakni mengaitkan pendapatan pada satu periode akuntansi dengan biaya dari barang-barang dan jasa yang dikonsumsi guna menghasilkan pendapatan tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Zaki Baridwan (2004:305) bahwa “Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi.”
17
Selanjutnya Comittee on terminology dari AICPA (dalam Zaki Baridwan, 2004:306) memberikan definisi penyusutan sebagai berikut : “Akuntansi depresiasi adalah suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk membagikan harga perolehan atau nilai dasar lain adari aktiva tetap berwujud, dikurangi nilai sisa (jika ada), selama umur kegunaan unit itu yang ditapsir (mungkin berupa suatu kumpulan aktiva-aktiva) dalam suatu cara yang sistematis dan rasional. Ini merupakan proses alokasi, bukan penilaian. Beban depresiasi untuk suatu tahun adalah sebagian dari jumlah total beban itu yang dengan sistem tersebut dialokasikan ke tahun yang bersangkutan. Meskipun di dalam alokasi itu diperhitungkan hal-hal yang terjadi selama tahun itu tidaklah dimaksudkan sebagai suatu alat pengukur terhadap akibat-akibat dari kejadian-kejadian itu.“ Jadi, beban penyusutan yang dialokasikan oleh perusahaan adalah biaya perolehan aktiva tetap yang diakui sudah dikonsumsi selama periode akuntansi/fiskal. Sedangkan akumulasi penyusutan adalah bagian dari biaya perolehan aktiva tetap yang dialokasikan ke penyusutan sejak aktiva tersebut diperoleh. Rekening akumulasi penyusutan akan menjadi rekening kontra aktiva. Rekening ini mengimbangi rekening aktiva dimana dengannya rekening tersebut berhubungan. Dari beberapa definisi di atas, jelaslah bahwa depresiasi bukan merupakan suatu proses penilain aktiva atau prosedur pengumpulan dana untuk mengganti aktiva, tetapi adalah suatu metode untuk mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap ke periode-periode akuntansi. Jadi, istilah depresiasi digunakan untuk menunjukan alokasi harga perolehan aktiva tetap berwujud yang dapat diganti. Metode yang dipakai untuk menentukan besarnya penyusutan yang dibebankan kepada setiap periode haruslah sesuai dengan cara yang telah ditentukan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban depresiasi periodik. Untuk dapat memilih salah satu metode hendaknya dipertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tersebut.
18
Terdapat empat metode penyusutan yang lazim dipakai, diantaranya : a. b. c. d.
Metode garis lurus Metode satuan produksi Metode saldo menurun Metode jumlah angka tahun Henry Simamora (2000:306)
Keempat metode penyusutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Metode garis lurus Metode garis lurus adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak digunakan. Metode ini mengalokasikan beban penyusutan yang sama besarnya
selama
masa
manfaat
aktiva.
Jumlah
depresiasi
dengan
menggunakan metode garis lurus dapat dihitung dengan jalan membagi harga perolehan yang telah dikurangi dengan nilai residu dari suatu aktiva dengan umur ekonomisnya. b. Metode satuan produksi Dalam metode satuan produksi, umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi sehingga depresiasi hasil produksi akan berbeda sesuai dengan perubahan dalam hasil produksi. Untuk dapat menghitung beban depresiasi periodik, pertama kali dihitung tarif depresiasi untuk tiap unit produk. Kemudian tarif ini akan dikalikan dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam periode tersebut. c. Metode saldo menurun Dalam cara ini beban depresiasi dihitung dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku aktiva. Karena nilai buku aktiva ini setiap tahun selalu menurun maka beban depresiasi tiap tahunnya juga selalu menurun.
19
d. Metode jumlah angka tahun Metode jumlah angka tahun mengalokasikan depresiasi dengan mengalikan biaya perolehan aktiva yang tersusutkan dengan tarif penyusutan. Depresisi dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi dengan nilai residu. Kecuali tanah yang tidak disusutkan, pada PT Kereta Api Daop 2 Bandung aktiva tetap disusutkan berdasarkan metode garis lurus, dengan tarif penyusutan sesuai dengan taksiran masa manfaat ekonomis sejak tanggal aktiva tersebut siap digunakan, sebagai berikut : Jenis aktiva tetap
Masa manfaat
Tarif penyusutan
Kereta penumpang
40 tahun
2,50% per tahun
Gerbong
40 tahun
2,50% per tahun
Kereta Rel Listrik
25 tahun
4,00% per tahun
Kereta Rel Diesel
25 tahun
4,00% per tahun
Lokomotif Diesel
25 tahun
4,00% per tahun
Gedung dinas
40 tahun
2,50% per tahun
Rumah dinas
40 tahun
2,50% per tahun
Instalasi komunikasi
20 tahun
5,00% per tahun
Instalasi listrik
20 tahun
5,00% per tahun
Instalasi air dan minyak
20 tahun
5,00% per tahun
Sarana gerak :
Prasarana :
20
Fasilitas : Kendaraan bermotor
5 tahun
20,00% per tahun
Barang inventaris
10 tahun
10,00% per tahun
Mesin dan peralatan
10 tahun
10,00% per tahun
Instalasi bergerak
10 tahun
10,00% per tahun
2.2
Pendapatan
2.2.1
Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan salah satu unsur utama laporan keuangan.
Pendapatan merupakan tolak ukur keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan. Semakin tinggi pendapatan berarti semakin baik kinerja manajemen. Pada dasarnya pengertian pendapatan sering disamaartikan dengan istilah penghasilan, yang sebenarnya berbeda. Agar lebih jelas maka akan dijelaskan definisi dari penghasilan menurut PSAK dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah sebagai berikut : “Penghasilan didefinisikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.“ ( 2004:18) Sedangkan pengertian pendapatan yang dijelaskan pada PSAK No. 23 (2004:2) adalah sebagai berikut : “Pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.“ Dari definisi di atas dapat kita lihat perbedaan antara penghasilan dan pendapatan, dimana penghasilan mencakup pendapatan dan keuntungan, sedangkan pendapatan merupakan arus masuk bruto yang berasal dari usaha/
21
kegiatan, yang berarti belum dikurangi dengan biaya-biaya yang ada hubungannya dengan pendapatan yang bersangkutan. FASB (dalam Harahap, 2007:113) memberikan definisi pendapatan (revenue) sebagai berikut : Arus masuk atau peningkatan nilai aset dari suatu entity atau penyelesaian kewajiban dari entity atau gabungan keduanya selama periode tertentu yang berasal dari penyerahan/ produksi barang, pemberian jasa atas pelaksana kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang sedang berjalan. Dalam Analisis Laporan Keuangan, Hanafi dan Halim (2007:56) menyatakan bahwa : Pendapatan didefinisikan sebagai aset masuk atau aset yang naik nilainya atau hutang yang semakin berkurang atau kombinasi ketiga hal dimuka selama periode dimana perusahaan memproduksi dan menyerahkan barang atau memberikan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi pokok perusahaan. Menurut Zaki Baridwan (2004:29) pendapatan adalah : Aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya (atau kombinasin keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha. Pada dasarnya ada dua pendekatan terhadap konsep pendapatan (revenue) yang dapat ditemukan dalam literatur akuntansi. Pertama, pendekatan yang memusatkan perhatian kepada arus masuk (inflow) dari pada assets yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan. Dan yang kedua adalah pendekatan yang memusatkan perhatian kepada pencipataan barang dan jasa oleh perusahaan dan transfer dari barang dan jasa tersebut kepada konsumen atau produsen lain. Dalam hal ini, Tuanakotta (2004:153) menyatakan bahwa revenue adalah inflow of assets (atau net assets) ke dalam perusahaan sebagai akibat
22
penjualan
barang atau
jasa.
Lebih
lanjut
Kieso
Weygandt
(2000:56)
mengemukakan pendapatan sebagai berikut : Pendapatan adalah arus masuk atau penambahan lain atas harta suatu kesatuan atau penyelesaian suatu kewajiban (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama perusahaan tersebut. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan dasar arus masuk bruto dari manfaat ekonomis yang timbul dari aktivitas kegiatan normal perusahaan, baik berasal dari aktivitas operasi perusahaan maupun dari aktivitas non operasi.
2.2.2
Sumber-sumber Pendapatan Pendapatan merupakan hasil dari penjualan barang dan jasa yang diukur
berdasarkan jumlah yang dibebankan kepada pelanggan atau pembeli atas barang dan jasa yang diserahkan kepada mereka. Dalam pendapatan termasuk pula hasil penjualan atau pertukaran aktiva selain barang dan jasa yang dihasilkan. Dalam standar Akuntansi Keuangan, sumber pendapatan perusahaan terdiri dari penjualan barang, penjualan jasa, dan penggunaan aktiva oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan deviden. Dalam hal ini pendapatan meliputi seluruh hasil dari aktiva usaha dan investasi. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan (revenue) berasal dari : 1. Operating Revenue (pendapatan operasi), yaitu pendapatan yang berasal dari kegiatan atau aktivitas utama perusahaan sesuai dengan usahanya yang berlangsung secara berulang-ulang. Jenis-jenis dari pendapatan operasi yaitu penjualan (sales), potongan tunai (purchase
23
discount), dan penerimaan tambahan dari pembelian (purchase allowance). 2. Non Operating Revenue (pendapatan non operasi), yaitu pendapatan yang berasal dan bersumber dari kegiatan di luar aktivitas utama perusahaan seperti yang diperoleh dari transaksi modal (financing), laba penjualan aktiva yang bukan merupakan produk perusahaan, sumbangan atau hadiah, penemuan dan revaluasi aktiva tetap.
2.2.3
Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK (2004:3) pengukuran pendapatan yaitu :
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima oleh perusahaan dikurangi oleh diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun jika terdapat perbedaaan nilai wajar dan jumlah nominal maka imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. Nilai wajar merupakan suatu jumlah dimana kegiatan mungkin ditukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memakai dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar. Sedangkan Hongren (1997:57) menyatakan bahwa “prinsip umum untuk membantu berapa besar jumlah pendapatan yang harus dicatat menyatakan bahwa pendapatan dicatat sebesar nilai kas atau nilai tunai dari barang dan jasa yang diberikan kepada pelanggan.
24
Selanjutnya, menurut Tuanakotta (2004:155) “cara yang terbaik untuk mengukur revenue adalah menggunakan nilai tukar (exchange value) dari barang atau jasa. Nilai tukar ini merupakan cash equivalent atau present value dari tagihan-tagihan yang diharapkan akan diterima dari transaksi rekening ini“. Dalam kebanyakan hal, nilai tukar ini merupakan harga yang sudah disepakati antara perusahaan dengan pembeli. Pengukuran revenue dengan cash equivalent atau present value dari uang yang akan diterima oleh perusahaan menunjukan bahwa retur penjualan, potongan-potongan dan pengurangan-pengurangan lain dari pada harga jual harus di kurangi dari revenue. Pengurangan–pengurangan ini langsung dilakukan atas revenue dan bukan sebagai expense. Banyak perusahaan yang dikelola dengan baik menerapkan pengukuran pendapatan, hal ini dimaksudkan agar setiap perencanaan pendapatan dapat diketahui peningkatannya melalui realisasi yang ada pada tahun berjalan. Pendapatan
dapat
dikatakan
meningkat
apabila
penerimaan
dari
pendapatan itu sendiri dapat diukur melalui perbandingan antara pendapatan aktual dengan anggarannya serta agar dapat dilihat sampai sejauh mana penyimpangan yang terjadi selama tahun berjalan, seperti yang dikemukakan oleh MacEwan (2005) dalam situsnya http:/www.revo.org/finance.html. peningkatan pendapatan yang berasal hasil penjualan dapat diukur melalui 3 (tiga) cara yaitu: 1. Laba tahun berjalan dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya 2. Laba dibandingkan dengan anggarannya 3. Melakukan evaluasi realisasi atas anggarannya
25
Hasil dari pengukuran tersebut dapat dijadikan sebagai indikator bagi manajemen untuk dikomunikasikan secara efektif, dievaluasi, dan diambil tindakan koreksi untuk hasil yang lebih baik. Berdasarkan keterangan di atas, mengenai pengukuran pendapatan, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan diukur berdasarkan nilai imbalan yang diterima atau dapat diterima oleh perusahaan setelah dikurangi diskon atau ketentuan lain yang merupakan kebijakan dari perusahaan.
2.2.4
Pengakuan Pendapatan Pengakuan pendapatan (revenue rekognation) merupakan salah satu
elemen dasar dari kerangka acuan konseptual (conceptual framework) pendapatan, karena adanya perbedaan yang signifikan dalam praktek pada berbagai macam jenis kesatuan usaha. Jika kita membicarakan masalah pencatatan sesuatu hal dalam akuntansi, dalam hal ini pencatatan pengakuan pendapatan, maka kegiatan pencatatan itu berarti memindahbukukan hal tersebut ke dalam akun buku besar dan menyiapkan neraca sisa suatu laporan keuangan. Menurut Hongren (1997:57), “prinsip pendapatan memberi tahukan (1) kapan kita membuat suatu ayat jurnal untuk mencatat pendapatan dan (2) berapa jumlah pendapatan yang harus dicatat.” Kieso dan Weyggandt (2000:36), menyatakan bahwa ada dua prinsip yang dipakai dalam pengakuan pendapatan, pendapatan tidak boleh diakui sampai : 1. Direalisasi atau dapat direalisasi (realized or realizable) 2. Dihasilkan (earned)
26
Prinsip umum yang memandu kapan pendapatan dicatat menyatakan bahwa pendapatan dicatat pada saat terjadinya dan tidak sebelumnya (Hongren, 1997:57). Pada sebagain besar kasus, pendapatan diakui pada saat perusahaan telah mengirimkan barang atau jasa kepada pelanggan. Perusahaan telah melaksanakan semua permintaan yang dibuat dalam perjanjian, termasuk mengirimkan barang kepada pelanggan. Ada dua situasi yang memberikan petunjuk kapan pendapatan dapat dicatat. Situasi yang pertama dalah kapan pendapatan tidak perlu dicatat, dan situasi yang kedua adalah kapan pendapatan harus dicatat. Pendapatan direalisasikan pada saat produk atau aktiva lainnya dipertukarkan dengan uang tunai atau klaim untuk memperoleh uang tunai (kas). Dengan kata lain pendapatan baru diakui bila jumlah rupiah pendapatan telah terealisasi atau dapat dipastikan akan terealisasi. Pendapatan dapat direalisasikan (realizable) apabila aktiva yang diterima atau dimiliki siap dikonversi yaitu jika aktiva tersebut dapat dijual atau dipertukarkan dalam pasar yang aktif pada tingkat harga yang tertentu tanpa penambahan biaya yang signifikan. Masalah pengakuan pendapatan terutama berhubungan dengan pengakuan pendapatan dalam laporan laba-rugi suatu perusahaan dan jumlah pendapatan yang terjadi dari suatu transaksi tersebut. Namun, kadangkala timbul ketidakpastian dalam menentukan jumlah pendapatan atau biaya yang berhubungan dengan pendapatan tersebut, sehingga mempengaruhi ketepatan (timing) saat pengakuan pendapatan.
27
Salah satu masalah yang akan segera timbul dalam pengakuan pendapatan ini adalah kapan pendapatan itu diakui. Proses penentuan waktu pengakuan pendapatan, umumnya berkaitan erat dengan konsep realisasi pendapatan, bahkan sebenarnya realisasi tersebut lebih penting daripada timbulnya pendapatan itu sendiri. Dalam hal ini, Harahap (2007:113-114) secara teoritis mengemukakan bahwa, “Suatu penghasilan akan diakui sebagai pendapatan pada periode kapan kegitan utama yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu setelah selesai.“ Penentuan waktu yang dimaksud di sini ada empat alternatif yaitu : 1. 2. 3. 4.
Selama produksi Pada saat proses produksi selesai Pada saat penjualan Pada saat penagihan kas (Harahap, 2007:114)
Keempat alternatip itu sama-sama dipakai dalam pengakuan pendapatan. Pengakuan pendapatan selama proses produksi berlangsung diterapkan kepada proyek pembangunan jangka panjang. Pada saat selesainya produksi dapat diterapkan pada kegiatan pertanian atau pertambangan, pada saat penjualan dipakai untuk barang perdagangan. Pada saat penagihan diterapkan pada metode penjualan angsuran. Selain itu, kalau dilihat dari segala kegiatan dan peristiwa yang mendukung terjadinya revenue, maka secara teoritis timing dari pada revenue bisa terjadi pada saat :
28
1. Selama berlangsungnya produksi : ini terlihat pada kontrak-kontrak pembangunan yang bersifat jangka panjang, pada proses peningkatan nilai secara alamiah (accretion), dan accruals. 2. Sesudah produksi selesai : ini misalnya dapat dijumpai dalam produksi logam mulia dan komoditi-komoditi pertanian tertentu. 3. Pada saat penjualan : ini adalah timing daripada revenue untuk kebanyakan barang yang dijual. 4. Pada saat diterimanya uang tunai : ini misalnya terjadi pada penjualan dengan cicilan. (Tuanakotta, 2004:159) Menurut PSAK No. 23 (2004:4) pendapatan dari penjualan barang harus segera diakui bila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi : • • • • •
Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memudahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli Perusahaan tidak lagi mengelola atau pengendalian efektif atas barang yang dijual Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan handal Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir ke perusahaan tersebut Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan handal Bila salah satu kriteria di atas tidak dipenuhi, maka pengakuan pendapatan
harus ditangguhkan. Pendapatan tidak diakui apabila perusahaan tersebut menahan resiko dari kepemilikan antara lain : • • • •
Bila perusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin sebagaimana lazimnya Bila penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tertentu tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari penjualan barang yang bersangkutan Bila pengiriman barang tergantung pada instalasinya, dan instalasi tersebut merupakan bagian sidnifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh perusahaan Bila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat memastikan apakah akan terjadi return. (PSAK, 2004:5)
29
Pendapatan dari transaksi penjualan jasa dapat diestimasi atas tugas yang disepakati oleh perusahaan. Pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut diakui pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Menurut PSAK No. 23 (2004:6) penjualan jasa dapat diakui dengan metode persentase penyelesaian, bila memenuhi seluruh kondisi berikut : • • • •
Jumlah pendapatan dapat diukur dengan handal Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dapat diukur dengan andal Dengan demikian pengakuan pendapatan diterapkan secara terpisah
apabila komponen-komponen transaksi diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi. Sebaliknya, pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama bila transaksi tersebut terikat sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat rangkaian transaksi tertentu secara keseluruhan.
2.2.5
Jumlah Aktiva Tetap Sarana Gerak dan Pendapatan Operasi Untuk tetap dapat menjalankan usahanya, perusahaan berusaha untuk
menghasilkan barang dan jasa yang akan dijual kepada konsumen sehingga perusahaan memperoleh pendapatan. Barang dan jasa yang dihasilkan tentu berasal dari aktiva tetap sebagai alat produksinya. Pada awalnya berdiri, perusahaan membelanjakan modalnya untuk mendapatkan aktiva tetap sehingga dapat digunakan sebagai alat penghasil produk baik itu barang maupun jasa. Dan pada suatu saat, kapasitas produksinya akan maksimal sedangkan permintaan pasar belum dapat terpenuhi. Pada saat seperti
30
ini, perusahaan akan berusaha untuk memenuhi permintaan pasar tersebut dengan menambah kapasitas produksinya. Hal ini berarti perusahaan akan menambah alat produksinya dengan menambah aktiva tetap yang selanjutnya akan menambah pendapatan perusahaan dari penjualan barang dan jasa yang diproduksinya. Kesalahan
dalam
melakukan
peramalan
investasi
akan
dapat
mengakibatkan adanya over invesment atau under invesment dalam aktiva tetap. Apabila jumlah aktiva tetap melebihi yang diperlukan akan membebankan fixed cost yang besar bagi perusahaan. Sebaliknya kalau jumlah investasi aktiva tetap terlalu kecil akan dapat mengakibatkan kekurangan peralatan produksi, yang dapat mengakibatkan perusahaan bekerja dengan harga pokok yang tinggi sehingga mengurangi daya saing perusahaan atau kemungkinan lain perusahaan dapat kehilangan sebagian dari pasar bagi produknya. Pendapatan yang diperoleh perusahaan tidak bisa lepas dari peran aktiva tetap yang digunakan dalam operasional perusahaan tersebut. Tanpa adanya aktiva tetap, perusahaan tidak akan dapat beroperasi dan pada akhirnya perusahaan tidak akan memperoleh pendapatan dari hasil operasi tersebut.
2.3
Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan selalu ingin mengembangkan usahanya agar dapat
memperoleh keunggulan dalam persaingan dan meningkatkan nilai bagi perusahaan. Perluasan usaha tersebut dapat ditempuh dengan cara penggantian aktiva tetap yang sudah tidak layak operasi, penambahan aktiva yang sudah ada atau meningkatkan kapasitas atau perluasan kapasitas aktiva lama yang sudah ada, sehingga dari kegiatan tersebut diharapkan dapat :
31
1. Meningkatkan jumlah produk 2. Meningkatkan kualitas produk, dan 3. Menambah jenis produk Aktiva tetap sarana gerak pada PT Kereta Api Daop 2 Bandung yang terdiri dari lok diesel, kereta diesel, kereta penumpang dan gerbong merupakan salah satu jenis aktiva tetap jangka panjang. Aktiva jangka panjang adalah aktiva yang diperoleh dan dibayar sebelum aktiva tersebut menghasilkan manfaat, yang mana manfaat tersebut diharapkan dapat dinikmati dalam jangka waktu dua tahun atau lebih. Manfaat suatu aktiva tetap tidak dapat langsung diterima kembali oleh perusahaan dalam waktu dekat dan secara sekaligus. Perencanaan aktiva tetap yang optimal dibutuhkan agar tidak terjadi over invesment atau under invesment dalam aktiva tetap. Apabila jumlah aktiva tetap tersebut terlalu besar melebihi dari pada yang diperlukan akan memberikan beban tetap yang besar bagi perusahaan. Sebaliknya jika jumlah aktiva tetap terlalu kecil akan mengakibatkan kekurangan peralatan dan ini mengakibatkan perusahaan kehilangan pasar bagi produk yang dihasilkannya. Pada umumnya perusahaan mempunyai aktiva tetap dalam jumlah besar. “Dalam perusahaan-perusahaan yang padat modal, aktiva tetap kadang-kadang mencapai 75% dari total aktiva yang dimilikinya” (Haryono Jusup, 2005:154). Hal ini disebabkan karena aktiva yang tergolong sebagai aktiva tetap, umumnya mahal
harganya.
Oleh
karena
itu,
kebanyakan
pada
perusahaan
jasa
mencantumkan aktiva tetap atau yang disebut juga plant and equipment sebagai pos yang pertama (sebelum current assets) dalam neraca.
32
Nilai aktiva tetap berasal dari jasa yang diberikannya, bukan dari potensinya untuk dijual kembali. Perusahaan membeli aktiva tetap untuk digunakan
dalam
kegiatan-kegiatan
bisnisnya
yang
diharapkan
dapat
mendatangkan pendapatan. Perusahaan akan mempertimbangkan kembali untuk menjual aktiva tetap hanya setelah aktiva tetap tersebut dipakai secara internal untuk mengucurkan pendapatan selama beberapa periode akuntansi. Jumlah aktiva tetap yang tersedia akan berhubungan dengan tingkat aktivitas yang terjadi. Aktivitas ini akan menentukan beban yang harus dikeluarkan. Di sisi lain jumlah aktiva tetap tersebut juga akan mempengaruhi jumlah konsumen, yang artinya akan mempengaruhi jumlah penjualan dan pada akhirnya akan menentukan jumlah pendapatan yang diperoleh. Dalam perusahaan jasa umum, jumlah investasi yang tertanam dalam aktiva tetap merupakan kategori aktiva yang terpenting sebagai sumber pendapatan di kemudian hari. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Lukman Syamsuddin (2007:409) yang menyatakan bahwa “Aktiva tetap seringkali disebut sebagai “the earning assets” (aktiva yang sesungguhnya menghasilkan pendapatan bagi perusahaan) oleh karena aktiva-aktiva tetap inilah yang memberikan dasar bagi earning power perusahaan.” Jumlah aktiva tetap dalam suatu perusahaan akan mempengaruhi total aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan. Jika perusahaan dapat mengelola aktiva tetap tersebut dengan baik maka perusahaan disamping dapat meningkatkan pendapatan juga dapat mengurangi biaya produksi yang harus dikeluarkan. Dengan kata lain, jika PT Kereta Api Daop 2 Bandung sebagai perusahaan jasa dapat menggunakan aktiva tetap sarana gerak yang merupakan
33
salah satu jenis aktiva tetap yang produktif dengan baik, maka perusahaan dapat meningkatkan pendapatan. Berdasarkan uraian di atas, adapun gambaran dari paradigma pemikiran dalam penelitian ini tergambar sebagai berikut:
Jumlah Aktiva Tetap
Pendapatan
Sarana Gerak
Operasi
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
2.4
Asumsi dan Hipotesis
2.4.1
Asumsi Kedudukan asumsi dalam sebuah penelitian memiliki peran penting, untuk
mengarahkan bentuk dan argumentasi agar penelitian dan pembahasan tidak melebar. Komaruddin (2002:23) mengemukakan bahwa asumsi adalah: Sesuatu yang dianggap tidak mempengaruhi atau dianggap konstan. Asumsi dalam karya tulis ilmiah menetapkan faktor-faktor yang diawasi sehingga tidak mempengaruhi variabel yang sedang diamati. Asumsi memberikan hakikat, bentuk dan arah argumentasi. Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam penelitian ini penulis berasumsi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan operasi lainnya seperti jumlah penumpang dan tarif kereta dianggap konstan.
34
2.4.2
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empirik. Moh. Nazir (1999:182) menyatakan bahwa: Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Berdasarkan definisi dan kerangka pemikiran yang dijelaskan di atas, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Jumlah aktiva tetap sarana gerak berpengaruh positif terhadap pendapatan operasi“.