BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Teori dan Konsep Persepsi
2.1.1
Pengertian Persepsi Istilah persepsi merupakan istilah dari Bahasa Inggris yakni “dari kata
perception yang berarti penglihatan, keyakinan dapat melihat atau mengerti” (Muchtar, T.W.,2007 : 13). Untuk lebih jelasnya akan dikutip beberapa pengertian tentang persepsi yang dikemukakan oleh beberapa ahli : Desiderato (Muchtar, T.W.,2007 : 13) mengemukakan :“Persepsi adalah pengamatan tentang objek-objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli)”. Sedangkan menurut Ensiklopedia Umum (Muchtar, T.W., 2007 : 13) :“Persepsi adalah proses mental yang menghasilkan bayangan individu sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera penglihatan, indera perabaan dan sebagainya, sehingga bayangan itu dapat disadari”. Dan menurut Sarlito W. Sarwono (Mochamad J. A,.2004 : 12) : “Persepsi adalah proses kategorisasi. Organisme untuk masukan tertentu (objek-objek di luar, peristiwa dan lain-lain), dan organisme itu berespon dengan menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) objek-objek Angga Rachmanto, 2011
8
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
atau peristiwa. Proses menghubungkan ini adalh proses aktif dimana individu yang bersangkutan dengan sengaja mencari kategorisasi yang tepat, sehingga ia dapat mengenali atau memberi arti kepada masukan tersebut. Dengan demikian persepsi juga bersifat inferensial (mengambil kesimpulan)”.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa pada dasarnya persepsi merupakan suatu pengamatan individu atau proses pemberian makna sebagai hasil pengamatan tentang suatu objek, peristiwa, dan sebagainya melalui panca inderanya, yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan sehingga seseorang dapat memberikan tanggapan mengenai baik buruknya atau positif negatifnya hal tersebut. 2.1.2
Ciri dan Karakteristik Persepsi Irwanto (Umi Amalia, 2003) mengemukakan ciri-ciri umum persepsi
adalah sebagai berikut ; a. Rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan moralitas tiap-tiap indera, yaitu sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya). b. Dunia persepsi mempunyai dimensi ruang (sifat ruang), kita dapat menyatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, depan-belakang, dan lain sebagainya. c. Dimensi persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain sebagainnya. d. Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan kontek ini merupakan keseluruhan yang menyatu, contohnya kita melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi diruang tertentu, posisi atau letak tertentu. e. Dunia persepsi adalah dunia penuh arti, kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya (dengan tujuan yang ada pada diri kita).
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
Irvin T. Rock (Muchtar, T. W. 2007: 14-15) menjelaskan, karakteristik seseorang terhadap suatu objek meliputi : a. Proses mental yang berfikir, yang menimbang hal-hal yang dianggap paling baik dari beberapa macam pilihan. b. Perseptor dalam mempersiapkan sesuatu tidak terlepas dari latar belakang perseptor. c. Persepsi dapat dijadikan dasar bagi seseorang untuk menseleksi dan mengambil tindakan. d. Secara umum dalam mempersepsikan sesuatu, seseorang harus dibekali pengetahuan, panca indera, dan kesadaran lingkungan. Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa dunia persepsi mempunyai dimensi ruang dan waktu dengan struktur yang menyatu dengan konteksnya. Pengalaman indera individu akan sangat tergantung kepada intensitas dan sifatsifat rangsang yang diterimanya. Luas sempitnya individu dalam mempersepsikan sesuatu akan dipengaruhi oleh latar belakang individu. 2.1.3
Proses Terjadinnya Persepsi Manusia hidup sekaligus berinteraksi dengan lingkungannya, dengan
demikian manusia tanggap terhadap rangsangan yang datang dari lingkungan. Salah satu bentuk dari tanggapan itu adalah berupa proses pemberian arti atau penafsiran terhadap berbagai objek yang ada. Proses pemberian arti tersebut dinamakan persepsi. Dikutip dari Muchtar, T. W. (2007 : 15) : “Manusia merupakan mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungan , manusia atau individu lainnya dengan menggunakan alat indera. Indera tersebut akan dipergunakan untuk berhadapan atau berhubungan dengan suatu objek atau peristiwa. Proses interaksi itu terjadi karena ada stimulus yang tertangkap panca indera, yang kemudian akan menimbulkan respon pada individu Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
tersebut. Dengan adannya stimulus tersebut, individu akan memberikan makna terhadap objek atau peristiwa. Proses pemberian makna ini dapat disebutkan dengan proses mempersepsi”.
“Persepsi pada dasarnya hanya akan terjadi apabila individu menerima rangsangan dari luar dirinya, sehingga persepsi akan timbul setelah adannya pengamatan terhadap objek” (Santhy Handayani, 2005 : 8). Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk selalu memberikan makna terhadap rangsangan yang diterimanya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, yang kemudian individu tersebut memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang diterimanya itu. Kemampuan individu dalam memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya itu disebut kemampuan mempersepsi. Seperti Moh. Surya (1981 : 41) yang mengemukakan bahwa “Persepsi adalah proses penerimaan, penafsiran dan pemberian arti terhadap perangsang yang diterima individu melalui alat indera”. Sementara menurut Mc Croskey dan Whelness (dalam Ritonga, 1998 : 15) menyebutkan ada empat tahapan persepsi : 1. 2. 3. 4.
Penerimaan pesan atau informasi dari luar. Memberikan kode pada informasi yang diindera. Menginterpretasikan informasi yang telah diberikan kode tersebut. Menyimpulkan arti dalam ingatan. Selanjutnya Mar’at (Mochamad, J.A. 2004 : 20) menggambarkan proses
terjadinnya persepsi adalah sebagai berikut :
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
Pengalaman
Proses Belajar
Cakrawala
Pengetahuan
Kepribadian Persepsi
Kognisi
Afeksi Objek Psikologi
Konasi
Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Persepsi Sumber : Mochamad, J.A. 2004 : 20
Bila dilihat dari bagan yang telah dibuat, terlihat bahwa persepsi merupakan aspek kognisi dari sikap. Faktor pengalaman dan proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk serta struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut. Melalui komponen kognisi akan timbul ide, kemudian konsep mengenai apa yang di lihat. Kemudian berdasarkan norma yang dimiliki pribadi seseorang, akan terjadi keyakinan yang berbeda terhadap objek tertentu. Persyaratan-persyaratan persepsi ini telah banyak dikemukakan oleh para ahli, pada dasarnya memiliki arti yang sama. Dari beberapa para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa syarat –syarat terjadinya persepsi adalah :
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
1. Adanya objek fisik, dimaksudkan yaitu objek tersebut dapat dirasakan, dicium, diraba, didengar sehingga menimbulkan stimulus. 2. Syarat fisiologis, dimaksudkan adannya tiga faktor dominan yaitu adannya alat indera, saraf sensorik dan otak. 3. Syarat psikologis, dimaksudkan yaitu adanya perhatian dari individu sehingga dapat menyadari apa yang diterima.
2.1.4
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi dan Menyebabkan Kesalahan Pada Persepsi Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja, melainkan dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berkenaan dengan keberadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor pengaruh yang diakibatkan oleh keberadaan rangsangan tersebut. Jalaludin Rakhmat (1999 :55-56) dengan rinci mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut : a. Faktor yang bersifat fungsional, diantaranya kebutuhan, pengalaman, motivasi, perhatian, emosi dan suasana hati. b. Faktor yang bersifat struktural diantaranya intensitas rangsangan, ukuran rangsangan, perubahan rangsangan dan pertentangan rangsangan. c. Faktor kulturan atau kebudayaan yaitu norma-norma yang dianut oleh individu.
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
Pendapat serupa dikemukakan oleh Sarlito Wirawan (1984 : 97) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut : a. Kuat lemahnya rangsangan, yang ditemukan oleh kejelasan, pengulangan gerak, ukuran dan bentuk rangsangan. Makin kuat rangsangan, makin kuat pula kerja indera. b. Cara kerja alat indera menentukan cepat tepatnya dan lancarnya proses terjadinnya persepsi. c. Kadar intensitas kebutuhan, besarnya perhatian, kebutuhan dan kesiapan yang dimiliki individu menyebabkan terjadinya persepsi. d. Pengalaman individu tentang stimulus atau rangsangan yang bersangkutan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor rangsangan yang datang dari objek maupun peristiwa, dan faktor individu yang bersangkutan dengan karakteristiknya. Oleh karena itu, dapat diasumsikan dari persepsi ini bahwa individu akan menyimpulkan pendapat dan kesan berupa senang atau tidak senangnya, baik ataupun buruk dan adanya kesiapan untuk menerima ataupun menolak rangsangan yang diterimanya. Sedangkan faktor-faktor penyebab kesalahan dalam persepsi adalah sebagai berikut : a. Informasi yang kurang cukup, faktor ini merupakan penyebab utama dalam kesalahan menafsirkan pesan. b. Stereotype, yaitu merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat objek yang dikelompokan pada konsep-konsep tertentu. c. Kesalahan dalam logika, kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita mempunyai pandangan umum terhadap suatu objek. Misalnya apabila seseorang memperlihatkan sifst-sifat serius, tidak pernah humor, kemudian Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
kita beranggapan bahwa orang tersebut bersifat angkuh, maka hal ini akan menjadi penyebab kesalahan persepsi. d. Hallo effect dan devil effect, dalam hal ini orang beranggapan bahwa jika suatu objek atau seseorang berbuat sesuatu, maka selanjutnya orang tersebut akan menambahkan dengan ciri-ciri tertentu pula.
2.1.5
Cara Pengukuran Persepsi Pada dasarnya persepsi dapat diasosiasikan dengan pendapat, opini atau
sikap (attitude). Mar’at (1982) menyebutkan persepsi sebagai aspek kognitif dari sikap. Mengingat bahwa persepsi merupakan aspek kognitif dari sikap, maka untuk mengungkap atau mengukur persepsi dapat digunakan instrumen pengungkapan sikap. Lebih jauh Mar’at mengemukakan tiga pendekatan untuk mengungkap sikap yaitu wawancara langsung, observasi dan peryataan sikap. Untuk mengungkap sikap seseorang, termasuk persepsi terhadap suatu objek psikologis, Sugiyono (2008 : 133) menjelaskan bahwa ada tiga metode, yaitu skala Likert, metode Thurstone dan skala Guttman. Skala Likert biasanya menyajikan alternatif jawaban kepada responden dalam lima alternatif. Kendati demikian, dalam kenyataannya dapat dimodifikasi menjadi dua atau tiga pilihan. Masing-masing jawaban memiliki bobot nilai tertentu sesuai arah penyataan sikap atau persepsi. Sementara itu dalam bentuk Thurstone, responden dituntut untuk memiliki dua atau tiga peryataan pendiriannya terhadap butir-butir peryataan persepsi yang
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
telah disusun menurut intensitas dari yang paling kuat sampai yang paling rendah atau lemah. Sanafiah Faisal (1982 : 191) menjelaskan bahwa : “Peneliti harus percaya saja bahwa apa yang orang katakan adalah keyakinan dan perasaannya ini “daerah” opini lewat pengajuan pertanyaanpertanyaan tertentu maka sebagian dari pendapat itu akan diketahui, dari pertanyaan pendapat itulah biasa diperlihatkan atau diramalkan apa yang sesungguhnya di yakini”. Sehubungan dengan itu, persepsi mahasiswa terhadap minat kerja diukur dengan menggunakan model Likert. 2.2
Teori dan Konsep Minat Kerja
2.2.1
Pengertian Minat Pengertian minat telah banyak dikemukakan oleh para ahli psikolog. Pada
dasarnya para ahli tersebut mengartikan minat sebagai perasaan ketertarikan seseorang terhadap sesuatu objek atau aktivitas tertentu yang dinyatakan dengan suka atau tidak suka. Minat sebagai salah satu faktor pada diri individu sangat bervariasi. Begitu juga antara mahasiswa yang satu dengan yang lainnya mempunyai keseragaman minat meskipun mereka dalam satu lingkungan kampus yang sama. W.S. Winkel (1983:30) mengemukakan bahwa : “minat memiliki kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tertentu”. Sedangkan menurut Garison, Blum & Balinsky, Super & Crites (dalam Hariri, 2003 : 16) mendefinisikan bahwa : “minat adalah dorongan untuk memilih suatu objek dan
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
tidak memilih objek lain yang sejenis. Objek minat dapat berupa benda, kegiatan, jabatan atau pekerjaan, orang dan lain-lain, minat diekspresikan dengan perasaan suka atau tidak suka. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan tentang minat, penulis menyimpulkan bahwa minat merupakan ungkapan perasaan ketertarikan terhadap sesuatu objek atau bidang tertentu yang biasanya diekspresikan dengan perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap sesuatu objek atau aktivitas yang dapat menyenangkan dirinya. Dengan demikian minat merupakan keadaan dimana individu dalam bentuk pilihan yang dinyatakan dengan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap suatu objek kegiatan. 2.2.2
Faktor Timbulnya Minat Menurut Crow & Crow (dalam Hariri, 2003 : 22), faktor timbulnya minat
terdiri dari tiga faktor, yaitu : a) Faktor Dorongan Dari Dalam Yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktivitas lainnya yang menantang. b) Faktor Motif Sosial Yaitu minat dalam upaya mengembangkan diri dari dan dalam ilmu pengetahuan yang mungkin di ilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja atau adannya hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman.
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
c) Faktor Emosional Yaitu minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi, misalnya keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang. 2.2.3
Perkembangan Minat Minat yang dimiliki seseorang dalam setiap waktunya bisa mengalami
perubahan, hal ini tergantung pada kondisi fisik, mental dan keadaan emosinya, serta perubahan lingkungan sosial dimana ia berada. Perubahan-perubahan minat dalam proses tersebut dapat disebabkan oleh perubahan dalam pola kehidupan, perubahan tugas dan tanggung jawab serta perubahan sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan minat individu adalah sebagai berikut : 1. Faktor jenis kelamin 2. Faktor perkembangan fisik 3. Faktor kecerdasan 4. Faktor lingkungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan minat seseorang adalah usia. Harris & Garrison (dalam Sukartini S.P, 1986 : 40) mengemukakan bahwa: “ perkembangan minat sejajar dengan perkembangan fisik dan mental”. Individu akan memiliki minat yang nyata terhadap hal-hal yang membutuhkan kekuatan dan koordinasi bila fisik sudah memungkinkan ia melakukan hal-hal tersebut.
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
Minat dipengaruhi oleh rasa senang atau tidak senang. Pola rasa senang atau tidak senang yang terbentuk pada fase perkembangan akan relatif stabil. Pada setiap fase berikutnya akan selalu terjadi perubahan pola tersebut baik secara kualitas maupun kuantitas. Perubahan ini terjadi karena pembentukan objek minat pada setiap fase sesuai dengan pertumbuhan, kematangan, pengalaman individu, serta akibat timbulnya rasa senang terhadap sesuatu yang disenangi berubah menjadi tidak disenangi. Minat pribadi timbul karena setiap individu sangat tertarik mengembangkan hubungan sosial yang menyenangkan bersama-sama dengan individu lain. Memasuki masa dewasa, minat lebih ditekankan pada halhal yang menunjang kehidupan keluarga seperti uang dan rumah. Sejalan dengan perubahan pola kehidupan orang dewasa, dapat pula terjadi perubahan minat baik itu yang berupa perubahan jumlah yang diminati, Pergeseran hal-hal yang diutamakan dan bahkan memungkinkan timbulnya minat baru. Perubahan minat sangat erat kaitannya dengan perkembangan pola perilaku sosial dan pengaruh lingkungan. Dengan demikian minat terbuka melalui pertumbuhan, kematangan belajar dan pengalaman. Perkembangan minat seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri yang disebut faktor internal, maupun faktor dari luar diri individu atau faktor eksternal.
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
Faktor Internal terdiri dari : 1. Faktor jasmaniah individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya. 2. Faktor kematangan, baik fisik maupun psikis. 3. Faktor fisiologis, baik yang bersifat bawaan maupun herediter yang terdiri atas: a. Faktor intelektual yang terdiri dari faktor potensial yaitu intelegensi dan bakat serta faktor aktual/kecakapan nyata yaitu achievement atau prestasi. b. Faktor non intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti: sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan motivasi, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya. Faktor Eksternal terdiri dari : 1. Faktor sosial, yang terdiri atas faktor lingkungan sekolah dan keluarga. 2. Faktor budaya, seperti adat-istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan sebagainya. 4. Faktor spiritual, atau lingkungan keagamaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat terbentuk melalui pertumbuhan,
kematangan
belajar,
dan
pengalaman.
Pada
setiap
fase
perkembangan terdapat pertumbuhan objek minat, semakin dewasa individu,
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
minat semakin stabil. Walaupun masih terjadi perubahan-perubahan minat baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif sesuai dengan kebutuhan dirinya. Minat individu masih mungkin berubah sekalipun pada masa dewasa hal ini dipengaruhi juga oleh adanya pengetahuan atau informasi tentang yang diminatinya. Minat juga bergantung pada lingkungan dimana individu berada dan bergaul. 2.2.4
Minat Kerja Moh.Surya (Maulana, 2009 : 18) mengartikan bahwa : “Minat merupakan
kecenderungan individu untuk memusatkan perhatian kepada suatu objek atau kegiatan yang berkaitan dengan dirinya yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku”. Moh. As’ad (Maulana 2009 : 18) memandang bahwa : “Bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi karena bekerja juga merupakan aktivitas baik fisik maupun mental yang pada dasarnya adalah bawaan dan mempunyai tujuan yaitu mendapatkan kepuasan”. Oemar Hamalik (Maulana, 2009 : 19) mengemukakan bahwa : “Bekerja merupakan kebutuhan dan sekaligus keharusan bagi individu , warga masyarakat dan warga negara, dan mendapatkan imbalan yang wajar dalam arti ekonomi dan finansial”. Merujuk pada ketiga pendapat tersebut, kerja dapat diartikan sebagai suatu kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas secara fisik, psikis, mental, dan sosial, dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan, status, imbalan ekonomi, finansial serta sisi dan makna hidup serta mengikat seseorang pada individu dan masyarakat.
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
Dari pengertian minat dan kerja di atas, maka minat kerja dapat diartikan sebagai kecenderungan yang menetap pada diri individu yang merasa senang dan tertarik pada aktivitas secara fisik, psikis, mental, dan sosial yang dilakukan atas kesadaran sendiri dengan tujuan memperoleh kepuasan, status, imbalan ekonomi, finansial, isi dan makna hidup serta mengikat seseorang pada individu lain dan masyarakat. Minat kerja biasanya muncul pada saat seseorang memasuki masa remaja, ketika masih duduk dibangku sekolah menengah, Minat kerja pada masa itu umumnya ada yang dipertahankan dan cenderung menetap sampai masa dewasa dan ada pula yang berubah. Seseorang yang merasa lebih menyenangi suatu bidang tertentu, akan menunjukan minat kerjanya pada bidang tersebut. Sebaliknya jika seseorang yang tidak memiliki minat kerja pada suatu bidang cenderung untuk menjauhkan diri dari kegiatan pada bidang yang tidak diminatinya. 2.3
Prospek Pekerjaan Lulusan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI memberikan
pengetahuan kepada mahasiswanya pengetahuan tentang bidang kependidikan dan penguasaan teknologi. Selain dapat bekerja pada bidang kependidikan, mahasiswa lulusan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI juga dapat bekerja di sektor industri, khususnya industri bangunan. Dengan diterapkannya kurikulum
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
yang ada saat ini dapat memberikan kesempatan yang lebih luas kepada lulusan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan untuk memilih bidang pekerjaan yang diminatinya.
2.3.1
Bidang Kependidikan Untuk bidang kependidikan mahasiswa lulusan Program Studi Pendidikan
Teknik Bangunan dapat bekerja sebagai tenaga pendidik/guru. Sesuai dengan visi misi
dan
tujuan
Program
Studi
Pendidikan
Teknik
Bangunan
yaitu
menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan sebagai tenaga profesional bidang pendidikan dan sebagai guru bidang kejuruan teknik bangunan. Oleh karena itu pada perkuliahan mahasiswa diberikan pengetahuan dalam bidang kependidikan. Untuk penguasaan bidang profesi kependidikan diperoleh dari proses belajar mengajar melalui mata kuliah kependidikan. Selain itu mahasiswa juga dipersiapkan untuk menjadi seorang tenaga pendidik/guru yang profesional. Hal ini dapat terlihat dengan adanya Program Latihan Profesi yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) selama satu semester. Program Latihan Profesi (PLP) merupakan program nyata yang bertujuan memberikan bekal pengalaman langsung dari situasi dan kondisi yang sebenarnya. Kegiatan ini merupakan media pengembangan kemampuan mengajar seorang calon pendidik dan salah satu upaya yang akan memberikan manfaat dalam pembentukan dasar-dasar keguruan bagi calon tenaga edukatif yang profesional.
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
2.3.1.1 Profesi Guru Persepsi negatif tentang profesi guru seperti besarnya tugas dan tanggung jawab seorang guru tidak diimbangi dengan jaminan dan tunjangan kesejahteraan yang didapat dan sedikitnya kesempatan kerja dibidang pendidikan teknik bangunan menjadi faktor profesi ini tidak dijadikan pilihan untuk berkarir. Profesi guru dapat berarti bahwa suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian tertentu/khusus sebagai seorang guru. Hal ini sesuai dengan pengertian profesi yang dikemukakan oleh beberapa ahli : Sudjana (1989 : 13), misalnya, mengemukakan bahwa :“Pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan lainnya”. Lain halnya dengan Sudjana, Pribadi (Hamalik : 1991) berpendapat bahwa:“Profesi itu pada hakekatnya adalah suatu peryataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk pekerjaan itu”. Sedangkan Tabrani R. (1992 : 6), menyatakan sebagai berikut :“Jabatan professional adalah suatu jabatan yang harus melalui jenjang pendidikan yang mempersiapkannya dengan bekal pengetahuan, nilai-nilai dan sikap serta ketrampilan yang sesuai dengan bidang profesionalnya”.
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan dan ketrampilan tertentu. Demikian pula halnya dengan guru sebagai suatu profesi yang bergerak di dalam bidang kependidikan, dan terlepas dari berbagai persepsi negatif tentang profesi guru ada juga yang memiliki persepsi positif tentang profesi guru seperti jam kerja di bidang kependidikan tidak terlalu panjang dan isu yang berkembang di negara kita mengenai sistem pendidikan kejuruan yang mulai ditingkatkan, sedikit banyak mempengaruhi mahasiswa yang tertarik bekerja dibidang kependidikan. 2.3.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab Guru Masalah terpenting dari pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekuensi dari jabatan tersebut terhadap tugas-tugas dan tanggung jawab. Persoalan ini penting, sebab disinilah letak perbedaan pokok antara profesi yang satu dengan profesi yang lainnya. Imam Santoso (1989), yang dikutip oleh Rivai dkk. (2002 : 43), mengemukakan bahwa masalah terpenting di dalam dunia kependidikan adalah guru yang berkualifikasi, yang dimaksud dengan guru yang berkualifikasi adalah guru yang memiliki keahlian yang diperlukan untuk melakukan tugas mengajar yang dibebankan kepadanya. Peters yang pendapatnya dikutip oleh sudjana (1989 : 15), mengemukakan ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yaitu :
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
1. Guru sebagai Pengajar Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan dikerjakan. 2. Guru sebagai Pembimbing Guru sebagai pembimbing memberikan tekanan pada tugas memberikan bantuan pada siswa dalam memecahkan masalah aspek pendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan saja akan tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa. 3. Guru sebagai Administrator Kelas Tugas guru sebagai administrator kelas merupakan jalinan antar ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya. Sejalan dengan Peters, Amstrong yang juga dikutip oleh Sudjana (1989 : 15), membagi tugas dan tanggung jawab guru menjadi lima kategori yakni : a. b. c. d. e.
Tanggung jawab dalam pengajaran Tanggung jawab dalam memberikan bimbingan Tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat. Jika kita perhatikan antara pendapat Peters dan Amstrong, ada tiga hal
perbedaan menyangkut tugas dan tanggung jawab guru yaitu : 1. Mengembangkan kurikulum 2. Mengembangkan profesi 3. Membina hubungan dengan masyarakat Tanggung jawab mengembangkan kurikulum mengandung arti bahwa guru dituntut untuk selalu mencari gagasan baru guna penyempurnaan praktek pengajaran agar hasil belajar yang diperoleh siswa dapat ditingkatkan.
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Ia harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat berarti guru tidak hanya harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai pembaharu saja. Tetapi juga tanggung jawab masyarakat, untuk itu guru dituntut agar dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sementara itu, Usman (1992 : 4), mengelompokan tugas guru menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Tugas dalam bidang profesi 2. Tugas kemanusiaan 3. Tugas dalam bidang kemasyarakatan
Lebih jauh lagi Usman menerangkan bahwa : “Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Sedangkan melatih mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikannya, hendaknya dapat dijadikan motivasi bagi siswanya dalam belajar. Transformasi diri terhadap kenyataan di kelas atau dimasyarakat perlu dibiasakan sehingga setiap lapisan masyarakat (Homoludens, Homopuber dan Homo Sapiens) dapat mengerti menghadapi guru. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila. Tugas dan peran hakekat guru tidaklah terbatas didalam masyarakat, bahkan guru pada hakekatnya merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam membentuk gerak maju dalam kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih pada era kontemporer ini.”
2.3.1.3 Profil Guru SMK Secara umum telah diterangkan di atas tentang tugas dan tanggung jawab guru. Membahas masalah guru (umumnya) dengan segala kompetensinya tentu akan luas, oleh karenanya dalam penelitian ini penulis akan mengulas sedikit tentang profil guru SMK hal ini disebabkan karena idealnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Winrich mengemukakan pendapatnya, seperti yang dikutip Rivai (2002 : 43), bahwa guru kejuruan (SMK) mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu mampu bekerja di bidangnya dan mampu mengajar dengan baik. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Unesco Monographs on Edication yang juga dikutip Rivai (2002 : 44), bahwa : “Guru (dalam hal ini guru kejuruan/teknik) tidak saja mampu mendemonstrasikan pengetahuannya tetapi juga harus memiliki ilmu keguruan. Untuk mampu mengajar minimal ada lima aspek yang harus mendukung, yaitu latar belakang pendidikan, penataran dan latihan, pengalaman belajar, kondisi lingkungan mengajar, dan fasilitas. Dengan terpenuhinya kelima aspek tersebut diharapkan akan tercapai guru-guru yang berkualifikasi dan berkompetensi.”
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
Dari pendapat-pendapat di atas memperlihatkan guru SMK harus mempunyai nilai “lebih” dari guru lain pada umumnya nilai lebih itu terletak pada kemampuan professional di bidang kejuruan atau keteknikan, sementara itu bidang kependidikan berikut kompetensi keguruan tadi dengan sendirinya harus pula terkuasai sebaik mungkin. 2.3.2
Bidang Bangunan Kurikulum fleksibel yang saat ini menjadi landasan dalam melaksanakan
proses pembelajaran di Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI selain sebagai upaya untuk menselaraskan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan tenaga kependidikan professional dalam bidang pendidikan teknologi dan kejuruan, tetapi juga menselaraskan dengan kebutuhan masyarakat industri dan dunia usaha, yaitu memperbesar peluang secara kompetitif agar para lulusan mampu berperan aktif membangun bangsa melalui bidang ilmu dan teknologi (IPTEK) sebagai kemampuan kedua. Selain dapat bekerja pada bidang kependidikan, tidak menutup kemungkinan bagi mahasiswa lulusan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI Bandung untuk bekerja pada sektor industri, termasuk bidang bangunan. Hal ini dikarenakan selain mendapatkan pengetahuan dibidang kependidikan, mahasiswa juga diberikan pengetahuan tentang bidang penguasaan teknologi bangunan. Idealnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan akan bekerja sebagai tenaga pendidik bidang kejuruan sesuai dengan visi misi dan tujuan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan tetapi tidak
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
menutup kemungkinan untuk bekerja di industri bangunan melihat SMK-SMK bidang bangunan tidak banyak diselenggarakan, dengan wawasan lebih di bidang bangunan mahasiswa yang tidak tertampung di SMK-SMK bangunan dapat bekerja di industri bangunan. Untuk penguasaan bidang teknologi bangunan diperoleh dari mata kuliah pada bidang teknologi bangunan. Selain itu, mahasiswa juga mendapatkan mata kuliah Praktik Industri yang dilaksanakan selama 3-4 bulan pada industri proyek. Kegiatan praktik industri ini memberikan pengalaman dan gambaran yang nyata kepada mahasiswa mengenai dunia industri bangunan. Perkembangan pembangunan di negara kita tidak dapat lepas dari perkembangan industri jasa properti. Perkembangan industri jasa bangunan berhubungan erat dengan pembangunan yang saat ini sedang giat dilaksanakan. Pada umumnya industri jasa bangunan mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan sarana dan prasarana fisik dalam bidang bangunan. Merencanakan bangunan Teknik Sipil, Seperti antara lain merencanakan bangunan
struktur
konstruksi
gedung,
bangunan
irigasi,
merencanakan
jalan/jembatan adalah merupakan suatu kemampuan yang didapat dalam kurikulum Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan walaupun dalam skala yang sedikit. 2.3.2.1 Jenis-Jenis Pekerjaan Bidang Industri Bangunan Jenis-jenis pekerjaan didunia industri bangunan seperti halnya konsultan dan kontraktor adalah beberapa jenis pekerjaan yang ada di dunia bangunan.
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
a. Profesi Konsultan Konsultan adalah suatu badan usaha yang merencanakan pembangunan fisik, baik berupa perencanaan perhitungan kekuatan bangunan fisik tersebut, perencanaan bentuk gambar yang dapat dibaca oleh pelaksana dilapangan berupa “blue print”, maupun perencanaan manajemennya. Dalam proyek konsultan dibagi dua yaitu konsultan perencana dan konsultan pengawas. 1. Konsultan Perencana Konsultan perencana adalah perorangan atau perusahaan yang memilki keahlian, kecakapan dan bakat khusus dan tersedia bagi yang memerlukan (klien) dengan imbalan sejumlah upah. Konsultan professional memberikan nasehat dan seringkali membantu membantu melaksanakan nasehat tersebut dengan dan untuk klien. Konsultan perencana memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut : 1. Merencanakan (bangunan sipil) sesuai dengan yang diminta oleh owner, merencanakan dalam konteks ini meliputi :
Merencanakan struktur atau konstruksi
Membuat gambar perencanaan
Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Membuat dokumen pelelangan
Mengkaji kelayakan bangunan.
2. Bertanggung jawab atas segala yang direncanakan termasuk perhitungan konstruksi dan kelancaran proyek.
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
2. Konsultan Pengawas Sedangkan konsultan pengawas adalah perorangan atau perusahaan yang mempunyai keahlian, kecakapan dalam mengawas pelaksanaan proyek, sedangkan tugas dan tanggung jawab konsultan pengawas adalah : 1. Memberikan bimbingan, pengarahan, dan pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan. 2. Melakukan
pengecekan
terhadap
kelengkapan
dokumen
paket-paket
pekerjaan yang akan dilaksanakan. 3. Menilai dan mengesahkan berita acara kemajuan pekerjaan untuk pembayaran asuransi atau termin. 4. Berhak untuk menegur dan memperhatikan pelaksana agar melakukan pekerjaan sesuai dengan kontraktor dan rencana kerja yang telah ditetapkan. 5. Berhak melakukan pemeriksaan pengujian pekerjaan terhadap bahan-bahan yang akan dipakai. 6. Menilai dan menggerakan berita acara sesuai dengan peryataan pekerjaan dari kontraktor. b. Profesi Kontraktor Kontraktor adalah suatu badan usaha yang bergerak di dunia konstruksi yang melaksanakan pekerjaan dilapangan sehingga perencanaan gambar yang berupa blue print tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk bangunan fisik. Tugas dan tanggung jawab kontraktor adalah sebagai berikut :
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
1. Melaksanakan pekerjaan fisik dilapangan sesuai dengan gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak. 2. Menempatkan sejumlah tenaga ahli yang bekerja sepenuhnya dalam melaksanakan pekerjaan. 3. Memberikan laporan harian, mingguan, dan bulanan yang menjelaskan kemajuan pekerjaan, situasi pekerjaan dan lainnya yang di rasa perlu. 4. Bertanggung jawab atas perawatan, pengawasan dan penjagaan keamanan fisik selama dalam hubungan pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan. 5. Menyediakan bahan dan peralatan yang digunakan dalam pekerjaan. 6. Mengajukan tambahan biaya sesuai dengan besarnya pekerjaan tambahan kepada pemilik setelah mendapat persetujuan dari konsultan. 7. Bertanggung jawab untuk memperbaiki dan menyempurnakan bagian pekerjaan yang kurang memenuhi syarat yang diinginkan pemilik selama masih dalam proses perawatan. 8. Membuat laporan kemajuan pekerjaan yang sedang berlangsung maupun yang telah selesai dilaksanakan. Keberhasilan sebuah proyek sangat tergantung pada kualitas personil, kualitas material, dan dukungan peralatan (equipment) yang memadai. Dalam Keppres Nomor 80 tahun 2003 Pasal 36 ayat 4 dinyatakan : “Penyedian barang/jasa (kontraktor) wajib melakukan pemeliharanaan atas hasil pekerjaan selama masa yang ditetapkan dalam kontrak, sehingga kondisinya tetap seperti pada saat penyerahan pekerjaan dan dapat memperoleh pembayaran uang retensi dengan menyerahkan jaminan pemeliharaan”.
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
Sedangkan dalam ayat 5 dinyatakan : “masa pemeliharaan minimal untuk pekerjaan permanen 6 (enam) bulan, untuk pekerjaan semi permanen 3 (tiga) bulan, dan masa pemeliharaan dapat melampaui tahun anggaran”. Dalam melaksanakan tugasnya, konsultan dan kontraktor harus berpedoman kepada DED (Detail Engineering Design) dan harus sesuai dengan spesifikasi material dan prosedur pelaksanaan yang telah ditetapkan. Banyak jenis pekerjaan lain yang dapat ditekuni pada bidang industri proyek konstruksi ini, diantaranya : a. Drafter. b. Surveyor. c. Estimator. d. Perusahaan yang bergerak di bidang industri konstruksi seperti perusahaan baja, besi, beton dll. 2.4
Angapan Dasar Anggapan dasar merupakan dasar pemikiran yang memungkinkan kita
mengadakan penelitian. Menurut Winarno Surakhmad (Arikunto, S., 2006 : 65) mengatakan bahwa “anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik”. Suharsimi Arikunto (2006 : 24) mengatakan bahwa : “Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang akan dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitiannya”.
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
Manfaat anggapan dasar adalah : a. Agar ada dasar berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti. b. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian. c. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis. Berdasarkan peryataan tersebut maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah : 1. Persepsi
mahasiswa
merupakan
pengamatan
yang
dilakukan
mahasiswa terhadap sesuatu objek (pengalaman, orang, situasi dan kondisi) sehingga menyadari, menanggapi masalah, memperoleh pesan, melahirkan ide, keyakinan dan pandangan (meliputi pendapat, usulan, sanggahan dan pengembangan) serta memberikan arti pada objek tersebut. 2. Setiap mahasiswa memiliki persepsi yang berbeda akan sesuatu hal meskipun dalam kondisi lingkungan yang sama. 3. Semakin baik persepsi mahasiswa tentang suatu bidang pekerjaan semakin baik pula keinginan mahasiswa untuk memilih bidang pekerjaan tersebut, begitu juga sebaliknya.
2.5
Pertanyaan Penelitian Adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : “Bagaimana gambaran persepsi mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI tentang minat kerja?”
Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu