BAB II LANDASAN TEORI
A. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan BMT (Baitul Maal wal Tamwil) 1. Pengertian UMKM Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 sampai dengan Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.1 2. Kriteria UMKM2 a.
Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) menurut UU Nomor 20 Tahun 2008 digolongkan berdasarkan jumlah aset dan omset yang dimiliki olehsebuah usaha.
1 2
www.kemenkeu.go.id (diunduh 9 April 2015) www.depkop.go.id
52
53
Tabel 2.1 Kriteria UMKM No
Uraian
1) 2) 3)
Usaha mikro Usaha kecil Usaha menengah
Kriteria Asset Max 50 jt >50 jt - 500 jt >50 jt – 10 M
Omzet Max 300 jt > 300jt – 2,5 M > 2,5 M – 50 M
B. BMT (Baitul Maal wal Tamwil) 1.
Pengertian BMT (Baitul Maal wat Tamwil) Baitut Tamwil yaitu melakukan kegiatan pengembangan usahausaha produktf dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan. Sedangkan, Baitul maal yaitu menerima titipan dana, zakat, infaq dan shadaqh serta mengoptimalka distribusinya sesuai dengan peraturan amanahnya.3
2.
Peran BMT dalam usaha kecil Bagi usaha-usaha yang masih dan baru berjalan dan mulai berkembang, peranan modal yang diberikan BMT adalah untuk menjaga kelangsungan usahanya.4
3
Baihaqi abdul Majid, Pedoman Pendirian, Pembinaa dan Pengawasan LKM BMT lmbaga keuangan mikro aitul maa wat tamwil, (Jakarta Laznas BMT, 2008), hlm. 9. 4 Nurul Widyaningrum, Model Pembiayan BMT dan Dampakny bagi Pengusaha Kecil studi kasus BMT Dampingan Yayasan Peramu Bogor., (Bandung: Akatiga, 2002), hlm. 158.
54
3.
Ciri-ciri utama BMT a.
Berorientasi bisnis, mencari laba bersama.
b.
Bukan lembaga sosial tetapi ada divisi soial tetapi Baitul Maal dimanfaatkan untuk mengumpulkan dan mengefektifkan penggunaan dana zakat, infaq, shadaqah dan wakaf bagi kesejahteraan orang banyak.
c.
Ditumbuhkan dari bawah berdasarkan peran serta masyarakat dan sekitarnya.
C. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok lembaga keuangan, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.5 Sementara itu, menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah No: 91/Kep/M.KUKMI/IX/2004 tentang Petunjuk Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah6 Pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antar koperasi dengan anggota, calon anggotanya, yang mewajibkan penerima pembiayaan itu untuk melunasai pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad diserta pembayaran sejumlah bagi hasil dari 5
Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari teori ke praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm.
6
www.koperasiukm.com
160.
55
pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut Pembiayaan diartikan sebagai penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik; c) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna; d) Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa; Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah serta UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan, atau bagi hasil.7 Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.8
7
Binti Nur Aisyah, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Teras, 2014),
hlm. 1-2. 8
17.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: YKPN, 2005), hlm.
56
2. Menurut sifat peggunaannnya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut: a.
Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
b.
Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut: a)
Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan; (1) peningkatan produksi, baik kuantitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan (2) untuk keperluan perdagangan atau penigkatan utility of place dari suatu barang.
b) Pembiayaan investasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan barangbarang modal (capital goods)9
9
160-161.
Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari teori ke praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm.
57
3. Produk-produk pembiayaan (penyaluran dana)10 a. Mudharabah Bank dapat meneydiakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja, hingga 100%, sedangkan nasabah menyediakan usaha dan manajemennya. Bagi hasil keuntungan melalui perjanjian yang sesuai dengan proporsinya. b. Salam Pembiayaan kepada nasabah untuk membuat barang tertentu atas pesanan pihak-pihak lain atau pembeli. Bank memberikan dana pembiayaan diawal untuk membuat barang tersebut setelah adanya kesepakatan tentang harga jual kepada pembeli. Barang yang akan dibeli berada dalam tanggungan nasabah dengan ciri yang telah ditentukan. c. Istishna’ Pembiayaan kepada nasabah yang terlebih dahulu memesan barang kepada bank atau produsen lain dengan kriteria tertentu. Kemudian nasabah dan bank membuat perjanjian yang mengikat tentang harga jual dan cara pembayarannya. d. Ijarah wa Iqtina’ Merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.
10
Syafi’i Antonio, dkk, Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman, (Yogyakarta: ekonisia, 2008), hlm. 19-20.
58
e. Murabahah Pembiayaan
pembelian
barang
lokal
ataupun
internasional.
Pembiayaan ini dapat diaplikasikan untuk tujuan modal kerja dan pembiayaan investasi jangka panjang maupun jangka pendek. Bank mendapat keuntungan dari harga barang yang dinaikkan. f. Al-Qardhul Hasan Pinjaman lunak bagi pengusaha yang benar-benar kekurangan modal. Nasabah tidak perlu membagi keuntungan kepada bank, tetapi hanya membayar biaya administrasi saja. g. Musyarakah Pembiayaan sebagian modal dari usaha keseluruhan, dimana pihak bank akan dilibatkan dalam proses manajemen. Pembagian keuntungan berdasarkan perjanjian. h. Selain itu produk pemberian jasa lainnya, seperti: Jasa penerbitan L/C, jasa transfer, jasa inkasso, bank garansi, menerima zakat, infak dan shadaqoh (untuk disalurkan). D. Modal Kerja 1. Pengertian Modal kerja adalah modal yang harus kita keluarkan untuk membeli atau membuat barang dan jasa yang dihasilkan. Modal kerja bisa dikeluarkan setiap bulan atau setiap datang permintaan.11
11
Suharyadi, dkk, Keeirausahaan Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hlm. 168.
59
Ditinjau dari perpektif manajemen, modal kerja (working capital) selalu dibutuhkan selama usaha berjalan. Oleh sebab itu, para pengelola usaha pada umumnya menaruh perhatian khusus pada penanganan modal kerja ini. Dilihat dari sifatnya, modal kerja akan berputar terus-menerus di dalam perusahaan. Pengeluaran-pengeluaran yang dipergunakan untuk membeli bahan baku, pembayaran gaji atau upah karyawan, dan lainlainnya akan kembali menjadi uang kas melalui hasil penjualan dan selanjutnya dipergunakan lagi untuk biaya opersional perusahaan. Siklus yang demikian disebut perputaran modal kerja sebagaimana yang ditunjukkan diagram di bawah ini. Gambar 2.1 Gambar perputaran modal kerja
Modal Kerja
Operasional Perusahaan
Penjualan
Barang/ Jasa
Selanjutnya perlu diketahui bahwa, modal kerja merupakan alat untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan. Likuiditas adalah alat untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibankewajiban finansialnya dalam jangka pendek.
60
Oleh sebab itu, salah satu faktor utama yang perlu diperhatikan oleh manajemen dalam perputaran modal kerja adalah periode (lama waktu yang dibutuhkan) dalam setiap perputaran. Semakin pendek periode perputaran modal kerja akan menyebabkan semakin kecil kebutuhan modal kerja. Sebaliknya, semakin lama atau panjang waktu periode perputaran modal kerja, maka semakin besar modal kerja yang dibutuhkan. Para pengelola bisnis mengoptimalkan pembelanjaan modal kerja, idealnya kebutuhan modal kerja bersumber dari modal sendiri. Hanya saja, banyak kasus dijumpai bahwa perusahaan harus mencari dana dari luar guna menutupi kebutuhan modal kerja. Untuk itulah, ada prinsip-prinsip dalam perusahaan yang menyebutkan bahwa: a. Modal yang diterima sebagai pinjaman jangka pendek sebaiknya dipergunakan untuk pembiayaan modal kerja, dan b. Modal yang diterima sebagai pinjaman jangka panjang dipakai untuk modal investasi.12 2. Jenis-jenis modal kerja:13 a) Modal kerja permanen Modal kerja yang harus tetap ada dalam perusahaan setiap saat untuk melangsungkan kegiatan operasi. Modal kerja permanen ini masih dibedakan lagi menjadi:
12
Arifin sdan Halomoan, Koperasi Teori Dan Praktek, (Jakarta: Erlangga, 2001) Handoyo wibisono, Manajemen Modal Kerja Edisi Ketiga, (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1997), hlm. 84-85. 13
61
1) Modal kerja primer Modal kerja primer adalah sejumlah modal kerja minimal yang harus ada untuk menjamin kelancaran kegiatan operasi. 2) Modal kerja normal Modal kerja normal adalah sejumlah modal kerja yang diperlukan agar luas produksi normal dapat diselenggarakan secara baik dan fleksibel. b) Modal kerja variabel Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan fluktuasi kegiatan maupum keadaan lain yang memepengaruhi perusahaan. Model kerja variabel masih dibedakan lagi menjadi: 1) Modal kerja musiman Modal kerja musiman adalah sejumlah modal yang kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi kegiatan perusahaan. 2) Modal kerja siklis Modal kerja siklis adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi konjungtur. 3) Modal kerja darurat Modal
kerja
darurat
adalah
modal
kerja
yang
jumlah
kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang terjadi di luar kemampuan perusahaan.
62
E. Preferensi Preferensi adalah proses seseorang dalam memilih suatu informasi yang lebih disukai.14 Preferensi juga merupakan rasa lebih suka pada sesuatu dibandingkan
pada
yang lainnya.15
misalnya
bila
seseorang ingin
mengkonsumsi atau menggunakan sebuah produk barang atau jasa dengan sumber daya terbatas, maka ia harus memilih alternatif sehingga nilai guna atau utilitas yang diperoleh mencapai optimal.16 Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa preferensi adalah suatu pilihan yang diambil dan dipilih konsumen dari berbagai macam pilihan yang tersedia, terdapat enam langkah dalam model hierarchy of effect yaitu:17 a.
Awareness/ kesadaran: tahap ini adalah tahap dimana konsumen menyadari adanya suatu produk baik itu berupa barang atau jasa.
b.
Knowlage/ pengetahuan: di dalam tahap ini konsumen sudah mengenal produk dan mengerti tentang produk yang berupa barang atau jasa tersebut.
c.
Liking/ menyukai: tahap ini adalah tahap dimana konsumen mulai menyukai produk tersebut yang berupa barang atau jasa yang ditawarkan.
14
Wasilatul aliyah, Preferensi nasabah terhadap kredit pemilikan rumah (KPR) syariah (studi kasus bank BTN syariah cabang bogor), Jurnal (jakarta: UIN, 2010), uinjkt.ac.id (diunduh 12 Maret 2015) 15 Hendri Ma’ruf, Pemasaran Ritel, (Jakarta; Gramedia, 2006), hlm. 57. 16 Sri Hartoyo, persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat, dan lembaga penyedia jasa terhadap pembayaran non tunai, (jakarta: jurnal ekonomi bank ekonomi, 2006), uns.ac.id (diunduh 12 Maret) 17 Noventi Ersa Putri, Analisis Preferensi Konsumen Dalam Penggunaan Social Messenger Di Kota Bandung Tahun 2014 (Studi Kasus : Line, Kakaotalk, Wechat, Whatsapp), (Bandung: Administrasi Bisnis Telkom University, 2014), openlibrary.telkomuniversity.ac.id (diunduh 2 april 2015)
63
d.
Preference/ memilih: tahap ini adalah tahap dimana konsumen mulai lebih melilih produk tersebut dibandingkan produk-produk lainnya.
e.
Conviction/ intention to buy/ keinginan untk membeli: tahap ini konsumen mempunyai keinginan dan memutuskan untuk membeli produk.
f.
Purchase/ membeli: pada tahap ini adalah tahap dimana konsumen dapat dikatakan sebagai konsumen yang loyal terhadap sebuah produk, sehingga konsumen tersebut tidak ragu lagi untuk membeli produk tersebut tanpa adanya pertimbangan yang banyak. Hubungan preferensi biasanya diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, yaitu : 1.
Kelengkapan /completeness Jika A dan B merupakan dua kondisi atau situasi, maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah; 1) A lebih disukai daripada B 2) B lebih disukai daripada A, atau 3) A dan B sama-sama disukai Dengan dasar ini tiap orang diasumsikan tidak bingung dalam menentukan pilihan, sebab setiap orang tahu mana yang baik dan mana yang buruk, dan dengan demikian selalu bias menjatuhkan pilihan diantara dua alternatif.
64
2.
Transitivitas /transitivity Jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B, dan lebih menyukai B daripada C, maka orang tersebut harus lebih menyukai A dari pada C. Dengan demikian seseorang tidak bias mengartikulasikan preferensi yang saling bertentangan.
3.
Kontinuitas /continuity Jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B ini berarti segala kondisi dibawah A tersebut disukai daripada kondisi dibawah pilihan B.
F. Bagi Hasil 1. Pengertian Bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagaian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana.18
18
Syafi’i Antonio, dkk, Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman, (Yogyakarta: ekonisia, 2008), hlm. 18.
65
2. Perbedaan bunga dan bagi hasil Tabel 2.2 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil19
Penentuan Keuntungan
Besarnya presentase
Pembiayaan
Jumlah Pembiayaan
Eksistensi
Bunga Penentuan bunga dibuat pada waktu perjanjian dengan asumsi harus selalu untung
Bagi hasil Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi Besarnya presentase Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang keuntungan yang dipinjamkan diperoleh Pembayaran bunga tetap Bagi hasil tergantung seperti yang dijanjikan pada keuntungan proyek tanpa pertimbangan yang dijalankan. Bila apakah usaha merugi, kerugian proyek yang dijalankan akan ditanggung oleh bersama oleh kedua pihak nasabah untung belah pihak atau rugi Jumlah pembayaran Jumlah pembagian laba bunga meningkat sesuai tidak meningkat dengan peningkatan sekalipun jumlah pendapatan jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang "booming” Eksistensi bunga Tidak ada yang diragukan meragukan keabsahan (kalau tidak dikecam) bagi hasil oleh semua agama, termasuk agama Islam
Sumber: Syafi’i Antonio (2001)
19
Syafi’i Antonio, Bank Islam: Teori dan Praktek, (Jakarta: Gema insani, 2001), hlm. 61.
66
3. Dasar-dasar bagi hasil Sistem
ekonomi
Islam
menggunakan
bagi
hasil
dan
tidak
menggunakan sistem bunga. Hal ini didasarkan pada ayat-ayat Al-qur'an yang mendasarinya, dasar pijakannya adalah:20 a.
Doktrin kerjasama dalam ekonomi Islam dapat menciptakan kerja produktif sehari-hari dari masyarakat (lihat QS. 2: 190)
b.
Meningkatkan kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan sosial (lihat QS. 3 : 103; 5: 3; 9 : 71,105).
c.
Mencegah penindasan ekonomi dan distribusi kekayaan yang tidak merata (lihat QS, 17 : 16; 69: 25-37; 89: 17-20; 107: 1-7).
d.
Melindungi kepentingan ekonomi lemah (lihat QS, 4: 5-10; 74-76; 89: 17-26).
e.
Membangun organisasi yang berprinsip syarikat, sehingga terjadi proses yang kuat membantu yang lemah (lihat QS, 43: 32).
f.
Pembagian kerja atau spesialisasi berdasarkan saling ketergantungan serta pertukaran barang dan jasa karena tidak mungkin berdiri sendiri (lihat QS, 92: 8-10; 96: 6).
20
103
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Jogjakarta: (UPP) AMP YKPN, 2002) hlm.
67
G. Pelayanan 1.
Pengertian Pelayanan adalah kegiatan yang ditawarkan oleh organisasi atau perorangan kepada konsumen, yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki.21 Kualitas pelayanan:22
2.
a.
Kualitas layanan internal Kualitas layanan internal berkaitan dengan interaksi jajaran pegawai perusahaaan dengan berbagai fasilitas yang tersedia. Faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan internal adalah: 1) Pola manajemen perusahaan. 2) Penyediaan fasilitas pendukung. 3) Pengembangan sumber daya manusia. 4) Iklim kerja dan keselarasan hubungan kerja. 5) Pola intensif.
b.
Kualitas layanan eksternal Mengenai kualitas layanan kepada pelanggan eksternal, kualitas layanan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: 1) Yang berkaitan dengan penyediaan jasa. 2) Yang berkaitan dengan penyediaan barang
21
Nur Rianto, Dasar-dasar pemasaran bank syariah, (bandung, Alfabeta, 2010), hlm.
22
Nur Rianto, Dasar-dasar pemasaran bank syariah, (bandung, Alfabeta, 2010), hlm.
211. 220-221.
68
Dimensi kualitas pelayanan:23
3.
a.
Tangibles (fasilitas fisik), meliputi fasilitas tempat parkir, fasilitas gedung, tata letak dan tampilan barang, kenyamanan fasilitas fisik, peralatan dan perlengakapan yang modern.
b.
Credibility (kredibilitas), meliputi kepercayaan, keyakinan dan kejujuran dalam pelayanan.
c.
Competence (kompeten), meliputi ketrampilan dan pengetahuan pelayanan.
d.
Access (akses), meliputi keterampilan dan pengetahuan pelanggan.
e.
Reliability
(reliabilitas),
meliputi
efektifitas
informasi
jasa,
penampilan barang pembuatan nota dan pencatatan nota. f.
Responsibility
(responsif),
yaitu
membantu
dengan
segera
memecahkan masalah. g.
Courtesy (kesopanan), meliputi kesopanan, penghargaan, bijaksana dan keramahan pelayanan.
h.
Communication (komunikasi) meliputi kesopanan, penghargaan, bijaksana dan keramahan.
i.
Understanding the customer (memahami pelanggan) yaitu mengerti dan memahami kebutuhan pelanggan.
j.
Security
(keamanan)
yaitu
memberikan
rasa
nyaman
dan
membebaskan dari risiko atau keragu-raguan pelanggan.
23
Fajar Laksana, Manajemen Pemasaran: Pendekatan Praktis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hlm. 134.
69
4. Keuntungan dan kerugian kualitas pelayanan a.
Keuntungan kualitas pelayanan yang baik 1) Pendapatan dari penjualan lebih tinggi 2) Biaya produksi yang lebih rendah 3) Profitabilitas dan pertumbuhan meningkat
b.
Kerugian kualitas pelayanan yang huruk 1)
Lost bussines (kehilangan bisnis)
2)
Liability judgement (tuntutan hukum) perusahaan dituntut oleh pelanggan atas kerusakan atau kecelakaan akibat penggunaan produk atau jasa layanan.
3)
Kehilangan produktivitas, material berkualitas rendah, mesin usang, proses tidak efisien, sehingga produktivitas pekerja turun/ hilang.
4)
Cost (biaya), biaya-biaya akan meningkat untuk memperbaiki mutu dan lain-lain.
5. Ada 6 (enam) karakteristik pelayanan dalam pandangan Islam yang dapat digunakan sebagai panduan, antara lain:24 a. Jujur yaitu sikap yang tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengadangada fakta, tidak berkhianat serta tidak pernah ingkar janji. b. Bertanggung jawab dan terpercaya (Al-Amanah) yaitu suatu sikap dalam menjalankan bisnisnya selalu bertanggung jawab dan dapat dipercaya. 24
Aisyah, Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Nasabah Untuk Menabung (Study Kasus Pada PT. Bank Mega Syari’a Cabang Semarang), Skripsi, (Semarang IAIN Walisongo), http://eprints.walisongo.ac.id, (diunduh tanggal 10 April 2015), hlm. 9-10.
70
c. Tidak Menipu (Al-Kadzib) yaitu suatu sikap yang sangat mulia dalam menjalankan bisnisnya adalah tidak pernah menipu. seperti praktek bisnis dan dagang yang diterapkan oleh Rasulullah SAW adalah tidak pernah menipu. d. Menepati janji dan tidak curang yaitu suatu sikap pebisnis yang selalu menepati janji baik kepada para pembeli maupun diantara sesama pebisnis. e. Melayani dengan rendah hati (khidmah) yaitu sikap ramah tamah, sopan santun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggung jawab. f. Tidak melupakan akhirat yaitu ketika sedang menjalankan bisnisnya tidak boleh terlalu menyibukkan dirinya semata-mata untuk mencari keuntungan materi dengan meninggalkan keuntungan akhirat. sehingga jika datang waktu shalat, mereka wajib melaksanakannya sebelum habis waktunya.
H. Promosi 1.
Pengertian Promosi merupakan kegiatan marketing mix yang terakhir setelah produk, harga, dan tempat, serta inilah yang paling sering diindetikkan sebagai aktivitas pemasaran dalam arti sempit.
2.
Tujuan promosi a.
Memperkenalkan dan mejual jasa-jasa dan produk yang dihasilkan
71
b.
Agar bank dapat menghadapi saingan dalam pasar semakin kompetitif dan kompleks.
c.
Menjual goodwill image dan idea yang baik tentang bank yang bersangkutan.
Ciri-ciri promosi25
3.
a.
Promosi sebagai alat bantu untuk mengidentifikasi produk
b.
Sebagai alat untuk menghimbau pembeli.
Jenis-Jenis Promosi26
4.
Ada 4 (empat) jenis promosi yang utama, yaitu iklan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), penjualan personal (personal selling), dan publisitas (publicity) yang bersama-sama menjadi bagian dari sebuah bauran promosi yang ingin dikelola secara strategis oleh para pemasar untuk dapat mencapai tujuan organisasi. a.
Iklan Iklan (advertising) adalah penyajian informasi non personal tentang suatu produk, merek, perusahaan, atau toko yang dilakukan dengan bayaran tertentu. Iklan ditujukan untuk mempengaruhi afeksi dan kognisi konsumen evaluasi, perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap, dan citra yang berkaitan dengan produk dan merek.
Iklan
dianggap
sebagai
manajemen
citra
(image
management) menciptakan dan memelihara citra dan makna dalam 25
Fajar Laksana, Manajemen Pemasaran: Pendekatan Praktis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hlm. 134. 26 Aprillia Nia Fardiani, Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, Dan Promosi Terhadap Kepuasan Pelanggan Dyriana Bakery & Café Pandanaran Semarang, Skripsi, (Semarang: Undip, 2013), http://eprints.undip.ac.id, (diunduh tanggal 10 April 2015), hlm. 28-30.
72
benak konsumen. Walaupun pertama-tama iklan akan mempengaruhi afeksi dan kognisi, tujuannya yang paling akhir adalah bagaimana mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Iklan dapat disajikan melaui berbagai macam media, seperti: TV, radio, cetakan (majalah, surat kabar), papan billboard, papan tanda, dan macam-macam media seperti balon udara atau baju kaos. b.
Promosi Penjualan Promosi penjualan (sales promotion) adalah rangsangan langsung yang ditujukan kepada konsumen untuk melakukan pembelian. Banyaknya jenis promosi penjualan termasuk di dalamnya penurunan harga temporer melalui kupon, rabat, penjualan multi-kardus; kontes dan undian; perangko dagang; pameran dagang dan eksibisi; tayangan titik jual; contoh gratis; serta hadiah-membuat promosi penjualan sulit didefinisikan.
c.
Penjualan Personal Penjualan personal (personal selling) melibatkan interaksi personal langsung antara seorang pembeli potensial dengan seorang salesman. Penjualan personal dapat menjadi metode promosi yang hebat untuk paling tidak untuk dua alasan berikut. Pertama, komunikasi
personal
dengan
salesman
dapat
meningkatkan
keterlibatan konsumen dan/ atau proses pengambilan keputusan. Kedua, situasi komunikasi saling silang/interaktif memungkinkan
73
salesman mengadaptasi apa yang disajikannya agar sesuai dengan kebutuhan informasi setiap pembeli potensial. d.
Publisitas Publisitas (publicity) adalah bentuk-bentuk komunikasi tentang perusahaan, produk, atau merek si pemasar yang tidak membutuhkan pembayaran. Publisitas dapat berdampak positif maupun negatif. Kadangkala publisitas dapat lebih efektif dari iklan karena konsumen dapat dikatakan telah siap menerima pesan yang disampaikan. Di samping itu, komunikasi publisitas dapat dianggap lebih berwibawa karena tidak disajikan oleh organisasi pemasaran. Akan tetapi, publisitas
sulit
menyelenggarakan
sekali
dikelola.
“kegiatan
media”
Pemasar dengan
kadang
kala
mengharapkan
publisitas gratis. Namun, perusahaan tidak dapat mengontrol bentuk publisitas (jika ada) yang akan muncul dalam media nantinya. Promosi menurut Islam harus memenuhi kriteria sebagai berikut:27
5.
a.
Jujur (tidak ada yang disembunyikan) Menjelaskan kepada calon konsumen cacat-cacat tersembunyi pada barang/jasa dagangan yang produsen ketahui, tetapi pembeli tidak dapat melihatnya karena tidak tampak kecuali setelah beberapa waktu.
27
b.
Berlaku Amanah (tidak mengurangi atau menambah hak orang lain)
c.
Menepati janji
Sulastri, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Promosi Tarif Operator Seluler Di Indonesia, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm.30-31.
74
Jangan ada yang menyimpang dari semula, baik berupa manfaat produk, keuntungan maupun pelayanan sehingga janji-janji yang ada dalam promosi harus benar-benar ditepati. d.
Larangan Mempromosikan Barang-Barang Haram Termasuk
barang
yang
dilarang
beredar
adalah
jenis
komoditi/barang yang mengancam kesehatan manusia serta media informasi yang mempromosikan ide-ide rusak, hiburan yang berdampak negatif, dan apa saja yang dapat mengikis akidah dan etika umat manusia. e.
Nasehat Diantara yang menyempurnakan dan menguatkan nilai kejujuran dan amanat adalah nasehat. Maksudnya menyukai kebaikan dan manfaat bagi orang lain sebagaimana ia menyukainya untuk dirinya sendiri dan menjelaskan kepada mereka cacat-cacat tersembunyi pada barang dagangan yang ia ketahui, tetapi pembeli tidak dapat melihatnya karena tidak tampak kecuali setelah beberapa saat. Seperti cacat dalam fondasi bangunan, spesifikasi barang-barang yang diawetkan, atau kandungan sesuatu yang diproduksi, atau cara memproduksi, dan lainnya.