BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran a. Definisi Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu proses mentransfer pengetahuan pada pebelajar atau siswa. Richards (1996:79) mendefinisikan, “Teaching is guided by impulse, intuition, or ruotine, and subsequently kept within the realm of tacit knowledge”. aktivitas
yang bertahap
Dengan kata lain pembelajaran adalah
dan
berkelanjutan dalam
mentansferkan
pengetahuan dengan cara membimbing siswa atau pebelajar secara rutin dan berkelanjutan. Sedangkan Nasution dalam Suryosubroto (1997:18) mendefinisikan, “Mengajar merupakan suatu aktivitas mengoganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkanya dengan anak, sehingga terjadi belajar mengajar”. Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah mengorganisir lingkungan dengan cara memberikan petunjuk dan bimbingan pada siswa dalam memberikan dan mentransfer pengetahuan.
9
10
Pendapat lain diberikan oleh Fathurrohman & Sutikno (2007:8), mereka menjelaskan, “Mengajar adalah penciptaan system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar”. Berdasarkan ketiga pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha untuk mengorganisir lingkungan belajar secara bertahap dan berkelanjutan di dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa atau pebelajar. Proses pembelajaran akan berjalan secara optimal jika ada suatu interaksi antara guru dan siswa. Guru adalah seorang
desainer
proses
pembelajaran.
Kesuksesan
pembelajaran
dipengaruhi oleh bagaimana seorang guru menyusun, mendesain, dan menerapkan suatu tehnik pembelajaran di dalam kelas. Seorang guru harus kreatif di dalam mendesain scenario dalam proses pembelajaran. b. Elemen-elemen Pembelajaran Ada elemen yang terpenting di dalam proses pembelajaran, yaitu pebelajar atau siswa, guru, dan materi pembelajaran. Edge (1993:9) menyebutkan elemen-elemen dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Learners atau pebelajar Pebelajar atau siswa merupakan elemen yang pertama di dalam proses pembelajaran. Siswa atau pebelajar merupakan obyek dalam proses pembelajaran. Djamarah (2005:51) mendefinisikan, “anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan”.
11
Sedangkan Edge (1993:9) mengatakan, “Learners are also influenced by their age and their educational, social and cultural backgrounds, which they can or may not share with their fellow students and teacher”.
Dengan kata lain pebelajar atau siswa
dipengaruhi oleh umur dan pendidikannya, latar belakang social dan budayanya, yang mana mereka dapat saling bertukar pikiran dengan teman sebayanya dan gurunya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pebelajar atau siswa adalah seseorang yang menerima materi atau pelajaran dari seorang pendidik atau guru dan mendapatkan interaksi di dalam proses pembelajaran. 2) Teacher atau guru Seorang guru harus memiliki kemampuan di dalam memanage kelas dan mengkondisikan siswa agar menjadi aktif dan kreatif. Cooper dalam Sanjaya (2008:15) mendefinisikan, “A teacher is person charged with the responsibility of helping others to learn and to behave in new different ways”. Dengan kata lain guru adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk membantu siswa dalam belajar dan bersikap serta bertingkah laku yang baik. Pendapat tersebut didukung oleh Edge (1993:9) yang berpendapat, “The teacher is the most powerful person in the classroom”. Maksudnya adalah guru merupakan seseorang yang berkuasa penuh di dalam kelas. Dari pendapat di
atas maka jelaslah bahwa guru adalah
seseorang yang mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran.
12
Guru mempunyai tanggung jawab di dalam mentransfer pengetahuan dan mengubah sikap dan tingkah laku siswa. 3) Materials atau Materi Materi atau bahan ajar merupakan salah satu hal yang terpenting di dalam pembelajaran. Materi adalah sesuatu atau bahan yang akan dipelajari oleh siswa. Agar siswa mudah memahami maka diperlukan juga media di dalam pembelajaran. Winkel (1996:295) mengatakan bahwa, “Materi pelajaran adalah sarana yang di gunakan untuk mencapai tujuan instruksional; bersama dengan procedure didaktis dan media pengajaran, materi pelajaran membawa siswa ketujuan instruksional, yang mempunyai aspek isi”.
Lebih lanjut,
Edge (1993:43) menambahkan, “Materials exist in order to support learning and teaching, so they should be designed to suit the people and the process involved”. Hal ini berarti bahwa materi atau bahan ajar ada dalam rangka untuk mendukung proses pembelajaran. Maka dari itu materi harus didesain sesuai dengan pebelajar dan proses belajar selanjutnya. Maka dapat disimpulkan bahwa materi atau bahan ajar merupakan suatu fasilitas pembelajaran yang didukung dengan adanya media dan prosedur pembelajaran untuk mencapai tujuan instruksional pembelajaran.
13
2. PEMBELAJARAN BAHASA a. Definisi Metode Peneliti perlu mengetahui apa definisi metode itu sebenarnya. Fauziati (2002: 5) mendefinisikan “Method is theoretically related to an approach and is organizationally determined by a design”. Hal ini juga didukung oleh pendapat Richards and Renandya (2002:9) yang mengatakan bahwa, “A method is a set of theoretically unified classroom technique thought to be generalizable across wide variety of contexts and audiences”. Maka dapat dikatakan bahwa metode adalah serangkaian teknik pembelajaran yang digunakan untuk memperjelas dan menunjukkan berbagai konteks pembelajaran bagi pebelajar atau siswa. Selain itu Nunan (2003:5) mendefinisikan bahwa, “Method is a single set of procedure which should be followed by the teacher in the classroom. Methods are also usually based on a set of beliefs about the nature of language and learning”. Maksudnya metode adalah suatu prosedur yang dijalankan oleh guru di dalam kelas. Metode biasanya juga berdasarkan
serangkaian
kepercayaan
tentang
arti
bahasa
dan
pembelajarannya. Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode merupakan serangkaian prosedur yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan lancar.
14
b. Definisi Teknik Teknik merupakan bagian dari metode. Brown (1994:48) mendefinisikan, “Technique are the specific activities manifasted in the classroom that are consistent with a method and therefore in harmony with an approach as well”. Artinya bahwa teknik adalah aktivitas tertentu yang dijalankan beriringan dengan metode. Hal ini didukung oleh pernyataan Fauziati (2002:6). Beliau menyatakan “Technique is classroom practices done by the teacher when presenting a language program this is the way the classroom activities are integrated into lessons and used as the basic for teaching and learning”. Dengan kata lain teknik adalah praktik kelas yang dilakukan oleh seorang guru ketika menunjukkan program bahasa yang mana aktifitas dalam kelasnya terintregasikan dalam pelajaran dan digunakan sebagai dasar dalam proses pembelajaran. Berdasarkan teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa teknik merupakan kegiatan praktik yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan tujuan untuk membuat proses pembelajaran berjalan secara harmonis. c.
Jenis-jenis metode pembelajaran Ada beberapa metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Richards (2002:1) menyebutkan bahwa metode-metode tersebut diantaranya adalah: a. Grammar Translation
15
Grammar Translation merupakan metode yang digunakan dalam mempelajari bahasa sebagai foreign or second language teaching. Teori tersebut dijelaskan oleh Richards dalam bukunya Approaches and Method in Language Teaching (2002:5) “Grammar Translation is a way of studying a language that approaches the language first through detailed analysis of its grammar rules, followed application of this knowledge to the task of translating sentences and texts into and out of the target language.” Maksudnya adalah Grammar Translation merupakan cara belajar bahasa yang pendekatannya melalui analisis pola
struktur
bahasanya,
diikuti
dengan
penerapannya
dalan
menterjemahkan kalimat dan bacaan ke dalam bahasa target atau bahasa yang dipelajarinya. Larsen-Freeman (2000:11) menambahkan “This method was used for the purpose of helping students read and appreciate foreign language literature.” Dengan kata lain bahwa melalui mempelajari grammar untuk bahasa target atau sasaran, siswa atau pebelajar akan lebih mengenal dengan bahasa aslinya atau native language. Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa Grammar Translation Method merupakan metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa melalui pembelajaran grammar dari bahasa target atau sasaran. b. Direct Method Direct method
telah lama digunakan oleh guru-guru bahasa.
Larsen-Freeman (2000:23) menjelaskab “The Direct Method has one
16
very basic rule: No translation is allowed. In fact, the Direct Method receives its name from the fact that meaning is to be convoyed directly in the target language through the use of demonstration and visual aids, with no recourse to the students’ native language.” Dengan kata lain Direct method merupakan metode yang digunakan dalam pembelajaran
bahasa
dengan
tanpa
adanya
translate
atau
menerjemahkan dalam bahasa asli atau native language tetapi pembelajaran bahasa menggunakan demontrasi dan apa yang dilihatnya. Pendapat yang lain diberikan oleh Richards (2002:12). Beliau menjelaskan bahwa prinsip dan prosedur dari direct method adalah sebagai berikut 1. Classroom interaction was conducted exclusively in the target language. 2. Only everyday vocabulary and sentences were taught. 3. Grammar was taught inductively. 4. Both specch and listening were taught. 5. Correct pronunciation and grammar were emphasized. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Direct Method merupakan metode yang menekankan pada pengucapan dan struktur bahasa yang benar tanpa menerjemahkan atau mengartikan pada bahasa asli atau native language. Kosakata diajarkan melalui demonstrasi, benda atau obyeknya, dan gambar.
17
c. Audio lingual Method Audio lingual Method merupakan oral based approach. LarsenFreeman (2000:35) mendefinisikan “It is very different in that rather than emphasizing vocabulary acquisition through exposure to its use in situations, The Audio Lingual Method drills the students in the use of grammatical sentence pattern.” Dapat dijelaskan bahwa Audio Lingual Method digunakan lebih ditekankan untuk mengajarkan pola gramatikal dari pada pemerolehan kosakata. Maka disini guru memberikan dialog kemudian memperagakannya. d. Total Physical Response Total Physical Response merupakan cara pembelajaran bahasa melalui
strukturnya
atau
gramatikalnya.
Richards
(2002:73),
mengatakan “Total Physical Response (TPR) is a language teaching method build around the coordination of speech and action, it attempts to teach language through physical (motor) activity.” Maksudnya adalah TPR merupakan kombinasi dari ucapan dan perbuatan. Larsen Freeman (2000:108) mengatakan “The fastest, least stressful way to achieve understanding of any target language is to follow direction uttered by the instructors. Dengan kata lain TPR dilaksanakan berdasarkan perintah guru. Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa TPR adalah metode pembelajaran bahasa yang dilakukan dengan mengkombinasikan antara ucapan dan perbuatan berdasarkan perintah guru.
18
e. Silent Way Salah satu metode pembelajaran bahasa yang terkenal adalah silent way. Disini diam itu adalah yang terpenting. Richards (2002:81), mengatakan “The Silent Way is the name of a method of language teaching devised by Caleb Gattegno. It is base on the premise that the teacher should be silent as much as possible in the classroom but the learner should be encourage to produce as much language as possible.” Maksudnya Silent way menekankan bahwa seorang guru harus diam sedangkan siswa diminta untuk aktif dalam berbahasa. Larsen-Freeman (2000:108) menambahkan “…. to teach means to serve the learning process rather than to dominate it.” Artinya bahwa di dalam pembelajaran bahasa guru sebaiknya tidak mendominasi kelas, mereka diminta untuk diam. Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa silent way menekankan pada keaktifan siswa. f. Community Language Learning Community Language Learning menekankan pada komunikasi dari pada struktur bahasa atau the linguistics structures. LarsenFreeman
(2000:121)
menjelaskan
“Communicative
Language
Teaching, aims broadly to apply the theoretical perspective of the communicative approach by making communicative competence the goal of language teaching and by acknowledging the interdependence of language and communication.” Maksudnya bahwa CLT adalah pendekatan komunikatif yang mana bahasa digunakan sebagai
19
komunikasi.
Richards
(2002:90),
menambahkan
“Community
Language Learning represents the use of Counseling-Learning theory to teach languages.” Dengan kata lain CLL merupakan metode pengajaran bahasa yang menggunakan teori pembelajaran dan konseling. Berdasarkan definisi
di
atas, dapat disimpulkan bahwa
Community Language Teaching adalah metode pembelajaran bahasa yang menekankan pada pendekatan komunikasi dengan melibatkan seorang konselor atau guru dan pebelajar atau siswa. g. Suggestopedia Method Suggestopedia
method
juga
dikenal
dengan
sebutan
Desuggestopedia. Metode ini juga sangat dikenal dalam pembelajaran bahasa. Larsen-Freeman (2000:73) menjelaskan “The application of the study of suggestion to pedagogy, has been developed to help students eliminate the feeling that they cannot be successful or the negative association they may have toward studying and thus to help them
overcome
suggestopedia
the
barriers
merupakan
to
metode
learning.” pembelajaran
Artinya bahasa
bahwa yang
membantu perasaan siswa agar selalu berfikir positif dan mencapai kesuksesan melalui belajar.
20
3. Total Physical Response a. Pengertian Total Physical Response adalah salah satu metode pengajaran bahasa yang dikembangkan oleh James Asher. Dia adalah seorang profesor yang berasal dari San Jose State University, California, Amerika Serikat. Metode ini mencoba untuk mencari pusat perhatian peserta didik dan mendorongnya untuk mendengarkan dan menanggapi target bahasa yang diucapkan oleh guru mereka. Dengan kata lain, TPR adalah metode pembelajaran bahasa yang didasarkan pada koordinasi ucapan dan tindakan, pembelajaran bahasa melalui aktivitas fisik (motorik), Richards dan Rodgers (2001: 73). Jadi di kelas TPR, siswa merespon perintah yang membutuhkan gerakan fisik. Konsep awal dari metode ini adalah mengenalkan bahasa asing dengan memberikan respon dalam bentuk tindakan. Hal ini di pengaruhi oleh cara manusia mempelajari bahasa ibu mereka. Sebagai contoh, seorang balita tidak akan mengingat semua daftar kata-kata ataupun berusaha untuk secepatnya berbicara. Pertama-tama mereka hanya mendengarkan anggota keluarganya berbicara dan kemudian mereka melakukan sesuatu untuk merespon ucapannya. Pada tahapan berikutnya mereka akan mulai berbicara ketika mereka siap. Hal ini berhubungan dengan pembagian kinerja otak. Menurut richard dan rodgers (2001: 75) TPR adalah metode yang digunakan dalam pembelajaran yang diarahkan ke otak kanan. Hal ini dikaranakan karena bahasa diajarkan sebagian besar melalui sebuah tindakan. Dengan kata lain sebuah perintah berperan sebagai inti dari pembelajaran dengan
21
metode ini. Jadi didalam TPR siswa mendengankan lalu merespon perintah dari guru, tentu saja perintah guru tersebut di ucapkan dalam bahasa target. Jika mereka merespon seperti apa yang di perintahkan ataupun yang di instruksikan oleh guru, maka mereka mengetahui ataupun memahami makna dari arti kata dan instruksi tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa TPR adalah hubungan antara kata dan Tindakan. Aktivitas utama dari TPR adalah ketika guru memberikan instruksi lalu sang siswa memberikan responnya terhadap instruksi tersebut. Dan jika siswa memberikan respon yang tepat, maka sang siswa memahami arti dari instruksi sang guru. b. Karakteristik TPR Total Physical Response yang di kembangkan olah James Asher memiliki beberapa ciri khas. Nuri dan Erlik dalam bukunya Teaching English as Foreign Language (2011: 35) menyebutkan ada beberapa ciri khas dari TPR yang dicetuskan oleh James Asher. Ciri khas tersebut antara lain adalah: 1. Tujuan utama dari TPR adalah untuk melatih kemampuan berbicara pada siswa level pemula. 2. Siswa berperan sebagai pendengar dan sebagai sang aktor. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan merespn instruksi dari sang guru dengan sebuah tindakan. 3. Dalam TPR, guru berperan sebagai seorang sutradara sedangkan siswanya berperan sebagi sang aktor. 4. Tata bahasa atau stuktur bahasa diajarkan secara induktiv.
22
Dengan metode ini siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut dimulai dari stimulus oleh guru yang memberikan instruksi, kemudian para siswa merespon instruksi dari guru tersebut. Pertama-tama siswa berusaha untuk memahami intruksi guru tersebut sebelum meresponnya dengan tindakan. c. Bentuk TPR TPR dapat digunakan untuk berlatih dan mengajarkan berbagai hal. Hal ini cocok untuk pembelajaran bahasa di suatu kelas di kelas. Hal ini dapat digunakan untuk mengajar imperatif dan aspek bentuk kata yang berbeda. Menurut Richards dan Rodgers (2001: 76) ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: a) Latihan Imperatif adalah aktivitas utama di kelas Total Physical Respon. Mereka biasanya digunakan untuk memperoleh tindakan fisik dan aktivitas di bagian dari peserta didik. Dalam hal ini, siswa memainkan peran utama sebagai pendengar dan seorang pemain. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan merespon secara fisik untuk perintah oleh guru. Siswa perlu menanggapi baik secara individu maupun kolektif. b) Dialog Percakapan. Hal ini dimungkinkan untuk membuat dialog percakapan tetapi mereka ditunda sampai setelah sekitar 120 jam instruksi. Mereka adalah didorong untuk berbicara ketika mereka merasa siap untuk berbicara.
23
c) Bermain peran (role play) dan presentasi slide. Memainkan peran pusat pada situasi sehari-hari, seperti di restoran, supermarket, dapur, hotel, atau gas station. Dalam permainan peran, guru (instruktur) akan menjadi direktur sebuah Tahap bermain dan siswa adalah aktor / aktris. Guru memutuskan apa yang akan dipelajari, siapa yang akan menjadi peran dan menunjukkan materi pembelajaran. d) Membaca dan menulis. kegiatan untuk menambah kosakata siswa dan melatih siswa menyusun kalimat berdasarkan tenses, dll setiap kali guru menulis perintah, kemudian sang siswa menurut perintah sang guru. Siswa menyalin kalimat dari papan tulis / whiteboard ke dalam buku catatan. Menurut bentuk TPR di atas, dapat disimpulkan bahwa ada empat bentuk TPR yaitu Imperatif, dialog Percakapan, Role play dan presentasi Slide, Membaca dan menulis. Guru dapat menerapkan kegiatan untuk siswa. Guru juga dapat menggunakan slide presentasi untuk mendukung dia dalam proses belajar mengajar.
4. Metode Konvesional Menurut Wibawa dan Mukti (1992: 5) Metode konvensional adalah model pembelajaran yang banyak digunakan di sekolah sekolah saat ini, yang menggunakan urutan kegiatan pembelajaran adalah uraian, contoh dan latihan. Sedangkan menurut Woolfolk dan Nicolich (1984: 240), metode konvensional sangat sesuai untuk mengajarkan konsep masalah yang timbul. Dari kedua
24
pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa Metode Konvensional merupakan metode pembelajaran yang banyak diterapkan oleh guru dengan mengkombinasikan langkah langkah yang berbeda. Dalam metode ini guru mengkombinasikan tiga unsure utama, yaitu ceramah, pemberian tugas dan Tanya jawab. Dalam prakteknya, metode ini guru menjadi pusat dan mendominasi seluruh kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini, metode konvensional yang dimaksud adalah metode yang dalam penerapannya berbentuk ceramah, pemberian tugas dan Tanya jawab. Metode ini memiliki kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut; a) Menghemat biaya dan waktu b) Siswa dapat mengajukan pertanyaan yang lebih bebas atas materi pelajaran yang diajarkan. c) Guru akan lebih mudah memahami kemampuan perserta didiknya. Sedangkan kelemahan metode konvensional adalah sebagai berikut: a) Pengalaman dan pengetahuan perserta didik akan sangat bergantung pada pengetahuan dan pengetahuan seorang guru. b) Guru sebagai actor yang aktif mentransfer ilmu pengetahuan, sementara siswa hanya menerima pengetahuan dari guru. c) Metode ini tidak memungkinkan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan mengalami proses pengkajian tingkat kebenaran yang mendalam.
25
5. Kemampuaan Awal Selain metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, hal lain yang patut menjadi perhatian oleh guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran
adalah kemampuan awal siswa. Setiap individu pada
dasarnya mempunyai kemampuan awal yang tidak sama. Hail tersebut itulah yang membuat seorang guru tidak boleh mengabaikan aspek ini, karena proses pembelajaran akan dipengaruhi oleh kemampuan awal para perserta didik. Kemampuan awal menurut Suparman (2001:120) adalah pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki siswa sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Sedangkan menurut Soekamto dan Winaputra (1997:144) menyatakan kemampuan awal adalah kemampuan awal yang telah dimiliki oleh siswa sebelum melaksanakan pembelajaran. Jadi kemampuan awal adalah pondasi awal sebuah pengetahuan yang dimiliki oleh perserta didik sebelum melaksanakan proses pembelajaran yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran itu sendiri. Pandangan lain tentang Kemampuan awal menurut Gagne yang dikutip oleh Sudjana (1991: 158) ”Kemampuan awal atau pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang sebelum mendapat kemampuan atau pengetahuan baru yang lebih tinggi”. Sejalan dengan gagne, menurut Ghafur (1982: 57) ”Kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah pengetahuan dan ketrampilan yang relevan termasuk didalamnya antara lain latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah dimiliki pada saat akan mengikuti
26
suatu pengajaran”. Dari kedua gagasan diatas dapat ditarik benang merahnya, kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki oleh siswa sebelum siswa tersebut mendapatkan pengetahuan baru yang lebih tinggi. Menurut Dick dan carey (1990:85) berpendapat kemapuan awal adalah kemampuan – kemampuan yang sudah di kuasai sebelum proses pembelajaran pokok bahasan tertentu dimulai. Driscoll (1994:144) mengutip pendaat Ausuble yang menyatakan bahwa dengan mengaktifkan kemampuan awal yang relevan merupakan hal yang sangat penting untuk menghasilkan belajar yang bermakna, karena kemampuan awal adalah landasandalam belajar pengetahuan baru. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa adalah landasan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa yang berupa ketrampilan maupun sebuah pengetahuan sebelum melaksanakan proses pembelajaran dengan pokok bahasan yang lebih tinggi. Kemampuan awal siswa merupakan kemampuan siswa dalam menguasai materi yang sudah dipelajari untuk selanjutnya mempersiapkan diri dengan penguasaai itu untuk mempelajari materi selanjutnya. Kemampuan awal siswa juga menentukan kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran yang akan diterima. Kemapuan awal seorang siswa erat hubungannya dengan tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap pokok bahasan sebelumnya. Siswa dengan kemampuan awal yang berbeda menyebabkan penerimaan
27
dan pemahaman terhadap konsep ataupun pengetahuan baru yang berbeda pula. Menurut Purwanto (2003: 55-57), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan awal. faktor-faktor tersebut diantaranya adalah: 1. Pembentukan. Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorng yang dapat mempengaruhi perkembangan intelegensi, misalnya lingkungan. 2. Pembawaan. Pembawaan ini ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. 3. Kematangan. Setiap orang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Kadar gizi mempunyai
pengaruh
yang
besar
terhadap
perkembangan
intelektualnya. Sehingga akan berkembang sesuai perkebangan fisik dan mentalnya. 4. Minat dan Pembawaan yang Khas. Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. 5. Kebebasan. Kebebasan berarti bahwa manusia dapat memilih metode-metode tertentu dalam memecahkan masalah. Dari faktor faktor yang mempengaruhi tadi, maka kita bisa mengetahui seberapa kemampuan awal seorang perserta didik.
28
Mengingat sebegitu pentingnya kemampuan awal siswa dalam proses pembelajaran, maka setiap guru harus mengukur ataupun mengetahui kemampuan awal perserta didiknya. Menurut Kozma dalam Gafur (1982: 60-61) ada beberapa cara untuk mengetahui kemampuan awal seorang siswa. Cara – cara tersebut adalah : 1. Menggunakan catatan atau dokumen yang tersedia. 2. Menggunakan tes pra-syarat dan tes awal (pre-requisite dan pre-test) 3. Mengadakan konsultasi individu. 4. Menggunakan angket Kemampuan awal sangat berpengaruh dalam keberhasilan proses belajar mengajar oleh karena itu kemampuan awal sering diikutsertakan sebagai titik tolak dalam perencanaan dan pengelolaan pengajaran. Oleh sebab itu sebelum Guru melanjutkan ke pokok bahasan materi yang baru, idealnya seorang guru memiliki ganbaran tentang kemampuan awal para perserta didiknya dengan mengadakan pre tes.
6. Berbicara (Speaking) Berbicara (speaking) sangatlah penting bagi orang khusunya pebelajar bahasa. Mereka dapat belajar bahasa dengan speaking atau berkomunikasi dengabn orang lain.
29
a. Definisi Speaking Speaking adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Fulcher (2003:23) mendefinisikan “Speaking is the verbal use of language to communicate with other”. Maksudnya bahwa speaking merupakan bahasa verbal untuk berkomunikasi. Hal tersebut didukung oleh pendapat Tarigan (2008:16) yang mengatakan, “Berbicara adalah suatu alat mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta di kembangkan sesuai denaga kebutuhan sang pendengar atau penyimak”. Dengan
kata
lain
berbicara
adalah
suatu
kegiatan
dalam
mengkomunikasikan gagasan atau ide yang penyusunannya disesuaikan dengan kebutuhan si pendengar. Disisi lain Nunan (2005:2) menyatakan, “Speaking is an interactive process of constructing meaning that involves producing and receiving and processing inform”. Dengan kata lain speaking merupakan proses interaktif dalam menyusun makna yang terdiri dari menghasilkan, menerima, dan mengolah informasi dari pembicara. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa speaking adalah penggunaan bahasa secara verbal untuk berkomunikasi, mengungkapkan ide dan pendapat yang mana disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan pendengar.
30
b. Tipe - tipe Speaking Ada beberapa tipe dari speaking. Brown (2004:141-142) menyebutkan, lima tipe dasar dari speaking sebagai berikut: 1. Imitative. 2. Intensive. 3. Responsive 4. Interactive. 5. Extensive (monologue).
c. Teaching Speaking Teaching speaking merupakan salah satu cara untuk membuat pebelajar dapat menggunakan bahasa dalam komunikasi secara oral. Teaching speaking adalah memberikan rasa tanggung jawab terhadap semua permasalahan dalam praktek sehari-hari. Nunan (2003:48) berpendapat, “teaching speaking is sometimes considered a simple process Commercials language schools around the world hire people with no training to teach conversation”. Maksudnya teaching speaking adalah proses pembelajaran bahasa di sekolah secara komersil disekitar lingkungan hidup manusia. Berdasarkan teori-teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa teaching speaking adalah proses pembelajaran bahasa yang didasarkan pada komunikasi verbal berdasarkan kebutuuhan disekitar lingkungan dan kehidupan.
31
d. Speaking Assessment Speaking assessment adalah penilaian berdasarkan keterampilan pebelajar dalam speaking di dalam melakukan komunikasi secara oral dengan orang lain. Luoma (2004:1) berpendapat, “assessing speaking is challenging, however, because
there are so many factors that influence
our impression of how wellsomeone can speak a language, and becouse we expect test scores to be accurate, just and appropiate for our purpose”. Dengan kata lain penilaian speaking adalah memberikan nilai pada pebelajar atau siswa di dalam berbicara atau speaking agar mendapatkan nilai secara akurat. Brown (2001:267) menyatakan bahwa “some perspective to the more practical consideration in teaching speaking”, seperti: 1) Conversational discourse Kesuksesan
pembelajaran
bahasa
sering
dilihat
dari
kemampuan pragmatic melalui discourse interaktif dengan pembicara yang lain. 2) Teaching pronunciation Pronunciation juga sangat ditekankan dalam pembelajaran speaking. 3) Accuracy and fluency Accuracy atau ketepatan memfokuskan pada elemen bahasa seperti phonology, grammar, dan discourse dalam pembicaraan yang
32
dihasilkannya. Fluency adalah kelancaran si pebelajar dalam pembelajaran speaking. 4) Affective factor Guru harus membantu siswa dalam mengatasi hambatan di dalam pembelajaran speaking. 5) The interactive effect Kesulitan terbesar dari pebelajar untuk berbicara dalam komunikasi interaktif. Di dalam communicative model of language teaching, guru membantu siswa
dalam mengembangkan pengetahuannya
dengan
menyediakan praktik autentik yang mana menyiapkan pengembangan kemampuan untuk menghasilkan grammar yang benar, kalimat yang logis yang sesuai dengan konteks spesifik, dan untuk melakukan sesuatu yang dapat diterima dalam prinsip pembelajaran speaking. Nunan (2003:54) menyatakan bahwa prinsip dan prosedur pembelajaran speaking adalah: 1) Be aware of the differences between second language and foreign language learning contexts. 2) Give students practice with both fluency and accuracy. 3) Provide opportunities for students to talk by using group work or pair work and limiting teacher talk. 4) Speaking planning task that involve negotiation for meaning. 5) Designing classroom activities that involve guidance and practice in both transactional speaking.
33
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa prinsip dan prosedur pembelajaran speaking adalah kesadaran akan perbedaan konteks bahasa kedua dan bahasa luar asing, memberikan nilai speaking berdasarkan ketepatan dan kelancaran, memberikan kesempatan pada siswa untuk berbicara dalam kelompok, berasangan dan membatasi pembicaraan guru, perencanaan tugas untuk speaking melalui pemberian makna, dan mendesain kelas dengan memberikan bimbingandan praktik dalam berbicara.
7. Prestasi belajar Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan prestasi belajar ditunjukkan melalui kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh pebelajar. Kompetensikompetensi tersebut telah dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) berupa standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Tugas guru mata pelajaran adalah mengembangkan tujuan melalui indikator-indikator dalam silabus. Kemampuan seseorang sering kali dikategorikan menjadi tiga yakni kognitif, afektif, dan psikomotor (Mardapi, 2004). Pembatasan dapat mengakibatkan tidak menyeluruhnya penilaian. Mardapi (2004) mengungkapkan bahwa pendidikan tidak boleh hanya memfokuskan pada satu ranah, namun harus mencakup kesemuanya. Karena keterbatasan peneliti dalam waktu, maka prestasi belajar dalam penelitian ini dibatasi pada domain kognitif.
34
Macam-macam pembelajaran dalam domain kognitif telah dikembangkan oleh beberapa ahli diantaranya Blom, Gagne, Ausubel, Anderson, Merril, dan Reigeluth. Tabel 2.1 Taksonomi Pembelajaran (Reigeluth, 1999) Bloom Knowledge
Gagne
Ausubel
Anderson
Reigeluth
Verbal
Rote
Declarative
Remember
Memorize
information
learning
knowledge
verbatim
information
Remember
Understand
Comprehension
Meaningful learning
Application
Merrill
paraphrased relationship
Intellectual
Procedural
Use a
skills
Knowledge
generality
Apply skills
Analysis
Cognitive
Find a
Apply
Synthesis
strategy
generality
generic
Evaluation
skills
Saat ini taksonomi bloom telah direvisi. Perbedaanya adalah tingkatan sintesis dihilangkan. Semua tingkatan dirubah menjadi kata kerja, bukan kata benda. Revisi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 2.1 Tingkatan Domain Kognitif Bloom 1965 dan Revisi Anderson (2001)
35
Revisi dari Anderson adalah menarik pengetahuan menjadi bagian tersendiri. Selain itu juga Ia menghilangkan tingkatan sintesis dengan menurunkan tingkan evaluasi dan menambah (create) mencipta. Semua tingkatan diubah menjadi kata kerja. b. Pengertian Prestasi Belajar Muray dalam Beck (2000:290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut “To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible.” Dengan kata lain kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne dalam (www/Andyecis.option.com), menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Arikunto (1993:110) bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
36
Poerwodarminto (2003:768) mengemukakan bahwa “Prestasi adalah hasil usaha yang terakhir dan yang dicapai semaksimal mungkin”. Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman (2005:20) sebagai berikut : 1) Cronbach memberikan definisi : “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.” Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”. 2) Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction.” Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan. 3) Geoch, mengatakan : “Learning is a change in performance as a result of practice.” Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek. Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan
misalnya
dengan
membaca,
mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak
37
bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan. Fontana seperti yang dikutip oleh Winataputra (2005:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian “Proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.” Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya
38
belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai. Nasution
(2003:17)
berpendapat
prestasi
belajar
adalah:
“Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.” Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan
39
evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan tujuan dari suatu pembelajaran yang diperoleh. Belajar perlu adanya pennciptaan suatu sistem lingkungan/kondisi belajar yang baik. Sistem lingkungan yang
40
baik terdiri dari beberapa komponen-komponen pendukung antara tujuan belajar yang dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai tujuan, guru dan siswa yang memainkan peran serta memiliki hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan dan sarana/prasarana yang mendukung serta ditunjang media maupun alat peraga yang memadai. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar masing-masing siswa akan sangat bervariasi. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Slameto (2003:54) bahwa “Secara garis besar ada 2 (dua) faktor yaitu intern dan ekstern.” Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Faktor Intern a) Faktor Fisik Faktor fisik ini mempunyai dampak pada prestasi belajar anak karena kondisi tubuh anak. Bila seorang anak memiliki kelainan fisik atau cacat tubuh, ada kemungkinan prestasi belajarnya terganggu. Kelainan fisik itu antara lain cacat pada anggota tangan atau kakinya, buta atau penglihatannya kurang tajam, tuli, gagap dan lain sebagainya. Faktor kesehatan tubuh anak juga berpengaruh pada aktifitas belajarnya. Anak tidak dapat konsentrasi dan memusatkan perhatiannya kepada pelajaran. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh pada prestasi belajarnya. b) Faktor Psikis
41
Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor psikis dari subyek belajar. Faktor psikis ini meliputi potensi kognitif, potensi afektif, dan potensi konatif. Ketiga potensi ini dapat mendominir keberhasilan belajar. Prestasi belajar siswa bersifat afektif, yaitu berkaitan dengan perasaan seseorang. Perilaku dihasilkan dari oleh motif yang muncul dari emosi dan keinginan untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan. Prestasi belajar bersifat kognitif, yaitu berkenaan dengan pemahaman atau pengetahuan seseorang yang mana membuat siswa memahami pentingnya tujuan pembelajaran, melihat proses dan hasil pembelajaran dengan cara yang berbeda. Prestasi belajar bersifat konatif, yaitu berkaitan dengan bawaan seseorang. Setiap siswa memiliki sifat bawaan yang berbeda satu dengan yang lain yang mungkin lebih cenderung pada keturunan dari siswa tersebut. c) Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah pengaruh yang berasal dari luar anak. Yang termasuk faktor eksternal antara lain ialah lingkungan kehidupan anak, keadaan keluarga, sekolah dan masyarakat dimana anak itu tinggal. Faktor eksternal ini dapat bersifat fisik maupun non fisik. Bersifat fisik meliputi keadaan geografis dan klimatologis sedangkan yang bersifat non fisik antara lain ideologis, ekonomi, sosial, budaya, hankam dan sebagainya. Faktor ekstrinsik geografis dan klimatologis merupakan faktor yang
42
tergantung pada letak dan iklim dari suatu daerah. Ideologis merupakan pandangan atau cara hidup seseorang. Ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sosial meliputi kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Budaya merupakan kebiasaan yang secara terus menerus dilakukan dalam suatu masyarakat tertentu. Hankam diartikan sebagai keamanan dan kenyamanan yang mendukung seseorang, dalam mencapai prestasi belajar. d. Penilaian Prestasi Belajar Dalam usaha untuk menila prestasi belajar siswa terdapat beberapa metode yang bias di gunakan. Arends (2008: 242) ada bebarapa alternative metode yang bias digunakan dalam penilaian hasil belajar, diantaranya adalah: 1) Performance assessment dan Authentic asessment. Dalam Metode performance assessment (peilaian kinerja) siswa di minta untuk mendemostrasikan atau menampilkan kemapuan tertentu dalam situasi testing. Karakteristik yang terkandung dalam metode ini adalah (1) tugas yang diberikan bersifat lebih realistik; (2) dalam penugasan, tugas yang diberikan memiliki kompleksitas yang lebih dari pada biasanya, hal ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk berfikir serta menghasilkan pilihan solusi yang lebih bervariatif; (3) waktu yang digunakan lebih panjang;(4) dalam proses penilaian lebih banyak menggunakan pertimbangan.
43
Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam menjalankan performance assessment. Langah langkah tersebut antara lain adalah 1) identifikasi terhadap langkah yang penting srta dianggap akan mempengaruhi hasil akhir; (2) merumuskan kemampuan spesifik yang penting serta diperlukan untuk menyelesaikan dan menghasilkan output terbaik; (3) mempuat indicator kemampuan yang akan di ukur yang dijadikan landasan observasi selama siswa melaksanakan tugas; (4) criteria criteria kemampuan yang akan di ukur berdasarkan urutan yang dapat di observasi; (5) jika dimungkinkan, periksa kembali lalu coba untuk bandingkan dengan indicator kemampuan yang di buat sebelumnya oleh orang lain. Sedangkan dalam Authentic assessment (assessment autentik) siswa diminta untuk menerapkan ketrampilan ataupun kemampuan yang sedang di uji kedalam konteks situasi nyata. 2) Portofolio Siswa Portopolio siswa adalah kumpulan hasil karya siswa yang dalam proses pengerjaannya membutuhkan kinerja suatu sesuai kontes. Sebagian contoh yang dapat dimasukan dalam portofolio siswa diantara lain adalah hasil tes dank is, prompts, tugas-tugas kinerja, proyek/ produk/ artefak. Beberapa karakteristik porofolio sebagai berikut: a)
Portofolio merupakan model assessment yang menuntut adanya kerjasam antara guru dan siswa.
44
b)
Portofolio bukan sekedar kumpulan tugas siswa, akan tetapi merupakan hasil seleksi dimana siswa dilibatkan dalam memilih dan mempertimbangkan karya yang akan dijadikan bukti dalam portofolio.
c)
Portopolio merupakan kumpulan dari hasil karya siswa yang menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu. Koleksi tersebut digunakan untuk melakukan refleksi sehingga siswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pada dirinya. Hasil refleksi tersebut sekaligus dapat digunakan sebagai paokan pada proses pembelajaran berikutnya.
d)
Isi criteria dan penilaian portofolio harus jelas bagi guru mupun siswa dalam proses pelaksanaanya.
Beberapa jenis karya siswa yang dapat dimasukkan kedalam portofolio siswa adalah sebagai berikut: a) Hasil proyek, invertigasi, ataupun praktik siswa yang telah disajikan secara tertulis dengan penjelasan tertulis. b) Hasil pengamatan siswa yang berupa gambar maupun berupa laporan tertulis yang merupakan tugas untuk mata pelajaran yang bersangkutan. c) Analisis situasi yang relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan. d) Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah, dalam mata pelajaran yang bersankutan.
45
e) Laporan hasil investigasi tetatng hubungan antara kosep konsep dalam mata pelajaran atau antar mata pelajaran. f) Penyelesaian soal soal terbuka. g) Hasil tugas pekerjaan yang khas, misalnya dengan cara yang berbeda dengan cara yang diajarkan di sekolah, atau dengan cara yang berbeda dari cara pilihan teman sekelasnya. h) Laporan kerja kelompok. i) Hasil kerja siswa yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam video, alat rekam audio dan computer. j) Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh siswa yang bersangkutan. k) Hasil karya dalama mata mata pelajaran yang bersangkutan yang tidak ditugaskan oleh guru tetapi merupakan pilihan siswa itu sendiri tetapi masih relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan. l) Cerita tentang minat kesenangan ataupun tidak kesenangna siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan. m) Cerita
tentang
usaha
siswa
sendiri
dalam
mengatasi
hambatanpsikologis, atau usaha peningkatan diri dalam mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan. n) Laporan tentang sikap siswa terjadap pelajaran.
46
3) Mengakses Usaha Kelompok dan Individually contracted work Prosedur belajar kooperatif yang siswa nya mendapapoint dan nilai untuk hasil kerjanya dalam tim dan hasil kerja individualnya. Dalam prosedur ini memiliki potensi untuk mengurangi proses destruktif seperti membandingkan siswa dengan teman temannya. Penilaian kerja kelompok didasarkan pada proses kerja kelompok yang dilakukan oleh guru. Pada proses ini guru dapat mengambil nilai proses kerja kelompok yang dilakukan oleh siswa. Guru dapat mengambil nilai proses ini berdasarkan observasi yang dilakukan guru terhadap kerja kelompok siswa. Dengan demikian , siswa yang memiliki kreatifitas, keaktifan, serta keberanian akan menghasilkan nilai yang baik. Dalam proses penilaian, guru hendaknya memberikan penilaian berdasrakan indicator indicator keberhasilan yang telah disusun sebelumnya. Selain berdasrkan indicator, ada beberapa beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses penilaian. Menurut Depdiknas (2004:20) beberapa hal yang perlu diperhatikan dala, penilaian antara lain adalah: 1)
Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu; pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
2)
Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar sedang berlangsung, misal; mendengarka, observasi,
47
mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa, memberikan tes. 3)
Pemilihan cara dan bentuk penilaian berdasarkan atas ketentuan kompetensi dasar.
4)
Mengacu kepada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya pemberian umpan balik, pemberian informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajarnya, memberikan laporan kepada orang tua.
5)
Mengacu kepada prinsip deferensiasi, yakni memberikan peluan kepada siswa untuk menunjukkan apa yang di ketahuinya, dan di pahaminya serta apa yang mampu dilakukannya.
6)
e.
Tidak berlaku diskriminatif.
Penilaan Prestasi Belajar Speaking Untuk mengukur Prestasi belajar speaking siswa, Peneliti menggunakan performance test, sedangkan untuk instrumen penelitian berupa rubrik penilaian speaking. Rubrik penilaian yang digunakan
dalam
penalitian
ini
merupakan
model
yang
dikembangkan oleh Ur (1996; 135). Berikut adalah rubric penilaian yang digunakan untuk penilaian speking tes lisan:
48
Tabel 2.2 RUBRIK PENILAIAN SPEAKING Aspek
Skor
Keterangan
5
Menggunakan kosa kata yang banyak, tidak ada kesalah
Penilaian Ketepatan
struktur kalimat serta menggunakan aksen seperti penutur asli. 4
Menggunakan kosa kata yang lumayan banyak, melakukan sedikit sekali kesalahan stuktur kalimat, serta menggunakan aksen yang mirip dengan penutur asli.
3
Menggunakan kosa kata yang sedikit, sering melakukan kesalahan struktur kalimat, serta menggunakan aksen yang sedikit mirip dengan penutur asli.
2
Menggunakan kosa kata yang kurang, banyak kesalahan struktur kalimat, tidak memiliki aksen seperti penutur asli.
Kefasiahn
1
Tidak memproduksi kalimat sama sekali
5
Lancar
dalam
pengucapan,
mudah
untuk
dipahami,
menggunakan kalimat kalimat yang panjang. 4
Lancar dalam pengucapan, mudah untuk dipaham, tetapi hanya menggunakan kalimat yang pendek saja.
3
Ragu ragu dalam pengucapan, dapat dipahami apa yang disampaikan.
2
Sangat ragu ragu dalam pengucapan, sering kali sulit untuk dipahami
1
Tidak memproduksi kalimat sama sekali
49
B. Penelitian Relevan 1. Penelitian dari Jai Prakash Singh pada tahun 2011 yang berjudul “Efffectiveness of Total Physical Response” diperoleh kesimpulan bahwa Total physical Response sangat efektif untuk mengajar bahasa inggris, kususnya kosa kata. Siswa yang di ajar menggunakan Total Physical Response memperoleh prestasi belajar lebih baik dari pada siswa yang diajar menggunakan metode tradisional. 2. Penelitian dari Mohd Zuri Ghani dan Norr Huziza Hanim Mohd Ghous pada tahun 2013 yang berjudul “The effectiveness Of Total Physical Response Approach In Helping slow Young Learners With Low Achievement Acquire English As A Second Language” diperoleh kesimpulan bahwa Total Physical Response Sangat efektif
digunakan untuk membantu siswa dengan kemampuan
rendah untuk belajar bahasa inggris sebagai bahasa kedua. 3. Penelitian dari Wu-Yuin Hwang et al pada tahun 2013 yang berjudul “Recognition Based Physical Pesponse to Facilitate EFL Learning” diperoleh kesimpulan bahwa Total Physical Response akan lebih efektiv ketika digunakan untuk jangka panjang. Pada pelitian tersebut perbedaan hasil akan Nampak setelah dilakukan perlakuan sebanyak 21 kali pertemuan. 4. Penelitian dari nining pujiningsih 2010, yang berjudul “Improving students’ english vocabulary by using Total physical response”.
50
Diperoleh kesimpulan bahwa: 1) TPR bisa meningkatkan kemampuan bahasa inggris siswa, 2) dengan menggunakan TPR dapat meningkatkan motivasi, kepercayaan diri serta Pencapaian belajar siswa, 3) TPR Dapat mengoptimalkan proses belajar mengajar serta membatu guru dalam pengaturan kelas. 5. Penelitian Yavuz Erdogan et al 2008, yang berjudul “Factors that influence academic achievement and attitudes in web based education”, Dari penelitian itu diperoleh kesimpulan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dan sikap dalam pembelajaran berbasis web. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yanuz Erdogan et al ini memiliki variabel terikatnya sama yaitu prestasi belajar, apakah ada pengaruh terhadap prestasi belajar. 6. Penelitian dari Ice Sariyati pada tahun 2013, yang berjudul “The effectiveness of TPR (Total Phsical Response) Method in English Vcabulary Mastery of elementary school children”. Diperoleh kesimpulan sebagai berikut; 1) Total Physical Response sangat efektif untuk meningkatkan penguasaan kosa kata untuk siswa sekolah dasar. 2) Total Physical Response sangat sesuai dengan karekteristik siswa sekolah dasar yang sangat aktif.
3) Total
Physical response dapat memotivasi siswa untuk menyukai belajar bahasa inggris. Penelitian ini memiliki kesaaman untuk mengetahui pengaruh metode Total physical response.
51
7. Penelitian dari Suhendan Er pada tahun 2013 yang berjudul “Using Total Physical Response Method in Early Chilhood Foreign Language Teaching Environments”. Diperolah kesimpulan bahwa Total Physical Response sangat efektif digunakan untuk siswa kelas rendah dalam kelas bahasa asing.
C. Kerangka Pikir Dalam penelitian ini dapat dibuat kerangka pemikiran yang menunjukkan perbedaan pengaruh dalam penggunaan metode TPR dan konvensional. Berdasarkan kajian teori yang sudah dikemukakan diatas tadi maka bisa diperoleh kerangka pikir sebagai berikut: 1. Pengaruh pembelajaran bahasa inggris dengan metode Total Pshycal Response terhadap prestasi belajar Bahasa Inggris. Keberhasilan suatu proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran salah satunya dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Banayak faktor yang mempengaruhi prestasi belaja, diantanya adalah motode pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran memiliki dampak yang besar terhadap keberasilan guru dalam mengajar. Pemilihan model pembelajaran yang tidak sesuai dapat mengakibatkan terhambatnya proses pembelajaran yang berdampak kegagalan dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Agar dapat menentukan metode yang sesuai, seorang guru harus mengetahui berbagai macam metode
52
pembelajaran. Penggunaan TPR pada pembelajaran speaking akan membuat siswa lebih pro aktif pada proses belajar mengajar. Dengan TPR siswa akan merasa bosan dalam proses pembelajaran karena siswa diijinkan untuk bergerak secara fisik untuk mesrespon perintah yang diberikan sebagai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini disebabkan, pada dasarnya siswa lebih suka Learn by doing. Penggunaan TPR oleh guru dalam proses belajar mengajar, siswa tidak hanya akan mengetahui arti dari suatu kata tetapi siswa juga akan mempelajari tentang cara mengeja dengan tepat serta pengucapan yang benar. Hal ini tentu saja akan berdampak pada peningkatan prestasi belajarnya speaking siswa.
2. Pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar bahasa inggris. Selain penggunaan metode yang tepat oleh guru, prestas belajar juga dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa. Kemampuan awal adalah pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki oleh siswa sebelum melaksanakan proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Setiap individu mempunyai kemampuan awal yang tidak sama. Hal ini tidak boleh di abaikan dan harus menjadi perhatian oleh setiap guru sebelum memulai proses pembelajaran. Sebagai gambaran, kemampuan awal adalah pondasi untuk menerima pengetahuan baru. Siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai pondasi yang kuat sehingga lebih
53
mudah dalam memproses pengetahuan baru yang siswa dapat. Begitu pula sebaliknya, siswa dengan kemampuan awal rendah akan mengalami kesulitan dalam memproses pengetahuan baru yang dia dapatkan dari proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena diasaat bersamaan siswa dengan kemampuan awal rendah hasus memproses pengetahuan terdahulu dan pengetahuan baru secara bersamaan, sehingga proses penyerapan pengetahuan baru menjadi tidak optimal. Dari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa mempengarui prestasi belajar siswa. Siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih berpotensi untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan tingkat kemampuan awal rendah.
3. Pengaruh penggunaan metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar bahasa inggris. Dalam penelitian ini, metode yang di gunakan adalah metode total physical responses. Pengaruh penggunaan TPR pada pembelajaran speaking akan membuat siswa lebih pro aktif pada proses belajar mengajar. Hal ini tentu saja akan berdampak pada peningkatan prestasi belajarnya.
Dari uraian pemikiran di atas, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran dari penilitian ini ialah sebagai berikut:
54
Gambar 2.2 Diagram Kerangka Pikir Model Pembelajaran
Prestasi Belajar
Kemampuan Awal
D. Hipotesis Penelitian Berdasar kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1.
Motode pembelajaran TPR akan menghasilkan prestasi belajar siswa lebih baik dari pada metode konvensional.
2.
Kemampuan awal siswa yang tinggi akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan awal rendah.
3.
Terdapat interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa.