perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.
Hakikat Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Setiap manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu mengalami proses pendidikan. Pendidikan berlangsung seumur hidup dari seseorang tersebut dilahirkan hingga dewasa. Para ahli mengartikan pendidikan menurut sudut pandang masing-masing. Hidayat dan Machali mengartikan pendidikan dalam arti luas dan dalam arti sempit (2012). Pengertian pendidikan secara sempit atau sederhana adalah persekolahan. Sementara itu pengertian pendidikan secara luas adalah hidup, yakni pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Winkel (2009) mendefinisikan pendidikan ialah bantuan dari orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar dia dapat mencapai kedewasaan. Sarbini dan Lina (2011) berpendapat bahwa pendidikan merupakan sebuah sistem yang terencana guna mewujudkan kondisi dan proses pembelajaran supaya siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual religi, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta berbagai keterampilan lainnya. Selain pengertian pendidikan berdasarkan para ahli terdapat juga pengertian pendidikan dalam Undang-Undang. Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana dan proses belajar agar siswa secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, to user serta keterampilan yang commit dibutuhkan. Fungsi pendidikan nasional adalah 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Berdasarkan pengertian dari para ahli dan Undang-Undang, dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat pendidikan adalah sebuah sistem yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup untuk menyediakan lingkungan belajar bagi siswa guna mengembangkan segala potensinya (mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor) yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat. b. Unsur-unsur Pendidikan Sebuah sistem pendidikan terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang menjadi inti dari proses pendidikan. Sarbini dan Lina (2011) menjelaskan bahwa proses pendidikan melibatkan empat hal utama yakni: 1) Siswa/Peserta didik Hidayat dan Machali (2012) menjelaskan bahwa siswa adalah setiap individu yang dipengaruhi oleh individu atau sekelompok individu yang menjalankan kegiatan pendidikan. Siswa bukan hanya sebagai subyek pendidikan tetapi juga obyek pendidikan. Setiap siswa memiliki potensi yang perlu dikembangkan dan membutuhkan bimbingan melalui proses pendidikan. 2) Pendidik Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran siswa. Peserta didik/siswa mengalami pendidikan dalam tiga lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan pendidik tidak hanya guru tetapi juga orang tua atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 keluarga, masyarakat dan semua pihak yang memiliki pengaruh terhadap siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. 3) Interaksi edukasi Interaksi edukasi merupakan hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa yang terarah pada tujuan pendidikan. Kegiatan pendidikan akan optimal apabila interasksi edukasi tidak hanya berlangsung searah dari pendidik tetapi melibatkan peran aktif siswa. Dengan kata lain, baik pendidik maupun siswa harus saling mendukung dan menjalankan perannya masing-masing sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. 4) Arah bimbingan/tujuan pendidikan Fungsi tujuan dalam pendidikan adalah sebagai arah pendidikan, sebagai titik akhir, sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain dan memberi nilai pada usaha yang dilakukan (Hidayat & Machali, 2012). Penentuan arah atau tujuan pendidikan merupakan masalah pokok karena penentuan tujuan berkaitan dengan dengan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, tujuan harus dirumuskan secara jelas, sehingga semua pelaksana dan sasaran pendidikan dapat memahami tujuan pendidikan tersebut. Selain keempat unsur tersebut, Dariyo menjelaskan bahwa dalam aktivitas pendidikan meliputi empat unsur yakni mengajar, membina dan mengarahkan, belajar dan pembelajaran serta evaluasi pendidikan (2013). Kegiatan mengajar merupakan aktivitas guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Kegiatan membina merupakan kegiatan mengarahkan dan mengembangkan segenap potensi siswa. Sementara itu kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan timbal balik antara siswa dengan guru untuk mencapai yang telah direncanakan.
Kegiatan
evaluasi
pendidikan
adalah
kegiatan
pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 2.
Hakikat Belajar a.
Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses kompleks yang dilakukan oleh individu dan berlangsung seumur hidup. Kegiatan belajar merupakan interaksi antara individu dengan lingkungannya dan dapat terjadi kapan saja. Slameto (2003) mengartikan bahwa belajar adalah upaya seseorang guna memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Suyono dan Hariyanto (2014:9) mendefinisikan belajar sebagai suatu “aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan,
memperbaiki
perilaku,
sikap
dan
memperkokoh pengetahuan.” Sementara itu, belajar juga dirumuskan sebagai suatu aktivitas psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam kognitif, psikomotor dan afektif (Winkel, 2009). Berdasarkan pengertian menurut beberapa ahli tersebut belajar selalu menekankan pada perubahan, baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Belajar bukanlah suatu tujuan tetapi merupakan sebuah proses untuk mencapai tujuan. Kegiatan belajar dapat merupakan hasil pengalaman sendiri maupun interaksi dengan lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses atau usaha dan aktivitas mental/psikis yang menghasilkan perubahan tingkah laku, baik kognitif, afektif maupun psikomotor sebagai hasil pengalaman sendiri maupun interaksi dengan lingkungan. b. Prinsip-prinsip Belajar Beberapa ahli memliki anggapan dasar yang berbeda-beda dalam mendefinisikan belajar. Meskipun demikian, dari berbagai anggapan dasar tersebut dapat diperoleh beberapa pandangan umum yang sama atau hampir sama. Beberapa kesamaan pandangan tersebut dirangkum
menjadi
suatu prinsip belajar. commitbelajar to useryakni: menyebutkan 10 prinsip umum
Sukmadinata
(2011)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Belajar dan berkembang merupakan dua istilah yang berbeda namun keduanya saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan di berbagai aspek kehidupan menuntut setiap individu untuk belajar berbagai hal baru, dan dengan belajar ini perkembangan individu dan kehidupan menjadi lebih terarah. 2) Belajar berlangsung seumur hidup. Kegiatan belajar tidak hanya diartikan sebatas kegiatan wajib belajar dan pendidikan formal yang dicanangkan pemerintah. Belajar dilakukan oleh setiap individu baik secara sadar ataupun tidak sadar sejak individu tersebut lahir sampai menjelang kematian. Hal ini menjelaskan bahwa setiap individu dalam menjalani kehidupan tidak akan terlepas dari kegiatan belajar yang akan membawanya mampu bertahan dan mempengaruhi kehidupan. 3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri. Seseorang akan berhasil dalam belajar apabila setiap faktor memiliki pengaruh yang positif terhadap proses belajar seseorang. Faktor-faktor tersebut harus saling mendukung satu sama lain. Apabila salah satu faktor terdapat hambatan maka proses belajar seseorang akan terganggu. 4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan. Manusia dalam menjalankan segala aspek kehidupannya dimulai dengan belajar. Belajar tidak hanya menyangkut aspek intelektual tetapi juga aspek sosial, spiritual, budaya, seni, politik, moral dan sebagainya. Hal tersebut yang akan membuat manusia mampu bertahan hidup dan mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 5) Kegiatan belajar berlangsung di setiap tempat dan setiap waktu. Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga di rumah, di masyarakat dan tempat lain yang memungkinkan seseorang untuk belajar. Belajar juga berlangsung setiap waktu tidak hanya pada jam pelajaran. Bahkan setiap manusia dalam keadaan sadar baik disengaja ataupun tidak akan mengalami kegiatan belajar. 6) Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru. Kegiatan belajar yang berlangsung dengan guru disebut belajar formal sedangkan kegiatan yang berlangsung tanpa guru disebut belajar informal. Kegiatan belajar dengan guru dilakukan oleh seseorang dengan mengikuti sekolah, lembaga pelatihan dan lain-lain. Kegiatan belajar yang berlangsung tanpa guru dapat dilakukan oleh seseorang secara tidak sengaja, misalnya dengan mengamati fenomena di lingkungan, belajar dari pengalaman pribadi atau kebiasaan-kebiasaan yang telah ada di masyarakat. 7) Belajar yang direncanakan dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi. Kegiatan belajar yang demikian membutuhkan waktu yang panjang dan usaha yang sungguh-sungguh, misalnya seseorang merencanakan dan dengan sengaja melakukan kegiatan belajar keterampilan bela diri, maka seseorang tersebut harus memiliki kemauan dan motivasi yang tinggi agar dia tergerak untuk melakukan kegiatan belajar bela diri. Jika orang tersebut tidak memiliki motivasi yang tinggi maka sampai kapanpun dia tidak akan melakukan kegiatan belajar atau kegiatan belajar yang dilakukan kurang maksimal. 8) Perbuatan belajar bervariasi dari yang sederhana sampai yang kompleks. Perbuatan belajar dapat dilakukan secara sederhana tanpa membutuhkan alat-alat khusus, waktu yang panjang atau tenaga ahli commit to user bayi belajar berjalan, makan dan yang dapat membimbing, misalnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 lain-lain. Perbuatan belajar juga dapat berlangsung secara kompleks. Dalam pendidikan formal variasi dalam perbuatan belajar dapat dilihat dari jenjang pendidikan. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka akan semakin kompleks kegiatan belajar yang dilakukan. 9) Dalam belajar dapat terdapat hambatan-hambatan. Dalam melakukan kegiatan belajar tidak selalu sesuai dengan harapan karena terdapat hambatan-hambatan. Hambatan belajar dapat berasal dari dalam individu sendiri atau dari luar individu. Semakin besar hambatan yang ada maka kegiatan belajar akan dirasa semakin berat. 10) Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain. Kegiatan belajar dapat dilakukan oleh individu secara mandiri. Kegiatan belajar juga dapat dilakukan dengan bantuan orang lain yang ahli dalam bidangnya atau guru. Dengan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain tersebut maka tujuan dari kegiatan belajar akan lebih mudah tercapai. c.
Faktor-faktor Belajar Kegiatan dan keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor yang bersumber dari dalam diri pembelajar maupun faktor yang bersumber dari luar diri pembelajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar oleh Sukmadinata dibagi menjadi faktor-faktor dalam diri individu dan faktor-faktor lingkungan (2011). Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing faktor tersebut. 1) Faktor-faktor dalam diri individu Faktor dalam diri individu ini meliputi faktor jasmaniah maupun rohaniah dari individu yang melakukan kegiatan belajar. Aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan individu secara fisik. Setiap individu memiliki kondisi fisik yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi perbedaan cara belajar dan kemampuan userjuga menyangkut kelengkapan dan belajar setiap orang. commit Kondisitofisik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 kesehatan alat indra. Seseorang yang memiliki alat indera yang kurang baik akan berbeda cara dan kemampuan belajarnya dengan individu yang memiliki alat indera yang baik. Selain kondisi fisik, kesehatan individu juga merupakan faktor penting seseorang dalam melakukan kegiatan belajar. Seseorang dalam keadaan sehat akan lebih
mampu
dalam
melakukan
kegiatan
belajar
sehingga
keberhasilan belajar akan tercapai. Aspek rohaniah yang mempengaruhi belajar meliputi kondisi kesehatan individu secara psikis, kemampuan intelektual, sosial dan psikomotor serta kondisi afektif individu. Seseorang yang sehat secara rohani adalah orang yang tidak mengalami tekanantekanan batin yang mendalam, gangguan perasaan, frustasi maupun faktor-faktor psikis yang lain. Seseorang tersebut akan merasakan kebahagiaan, dapat bersosialisasi dan bekerja sama dengan orang lain dan dapat melakukan berbagai aktivitas dengan baik. 2) Faktor-faktor lingkungan Faktor lingkungan merupakan faktor belajar dari luar diri siswa yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan utama yang memberikan landasan dasar bagi proses belajar seseorang sebelum terjun ke dunia yang lebih luas. Faktor-faktor dari lingkungan keluarga baik faktor fisik maupun psikis sangat berpengaruh bagi keberhasilan seseorang dalam belajar. Faktor-faktor fisik meliputi keadaan dan kondisi belajar di rumah, ketersediaan sarana dan prasarana, suasana dalam rumah dan sekitar rumah. Sementara itu faktor psikis adalah dukungan belajar dari keluarga, iklim psikologis, dan keutuhan keluarga. Lingkungan
sekolah
juga
berperan
penting
dalam
mendukung kesuksesan siswa dalam belajar. Lingkungan sekolah yang dimaksud meliputi lingkungan fisik seperti kondisi lingkungan, to user belajar, media belajar dan lainsarana dan prasarana,commit sumber-sumber
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 lain; dan lingkungan sosial meliputi hubungan siswa dengan temantemannya, guru-guru serta staf sekolah lain. Lingkungan sekolah juga menyangkut suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokulikuler. Lingkungan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Dari lingkungan masyarakat siswa dapat belajar berbagai hal. Lingkungan masyarakat yang mendukung seperti latar belakang pendidikan yang cukup, tersedianya lembagalembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar akan memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan belajar seseorang. 3.
Hakikat Pembelajaran Kata pembelajaran berasal dari kata dasar belajar. Jika belajar adalah proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan atau pengalaman. Maka pembelajaran merupakan suatu cara atau proses yang dilakukan
seseorang
agar
dapat
melakukan
kegiatan
belajar.
Pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas belajar siswa secara sungguhsungguh dengan melibatkan aspek intelektual, emosional dan sosial (Arifin,2012). Kegiatan pembelajaran tidak hanya sebatas pada kegiatan belajar dan mengajar antara guru dan siswa di ruang kelas, tetapi juga kegiatan-kegiatan belajar siswa di luar kelas yang tidak berhubungan langsung dengan guru. Aunurrahman (2012) mengartikan pembelajaran sebagai suatu sistem yang memiliki tujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang meliputi serangkaian kegiatan yang dirancang sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi proses belajar siswa yang bersifat internal. Pengertian ini menjelaskan bahwa pembelajaran dilakukan secara sadar dan harus dipertimbangkan serta direncanakan terlebih dahulu oleh guru. Dalam kegiatan pembelajaran yang menjadi aspek kunci tidak hanya siswa sebagai pembelajar tetapi juga guru sebagai pengajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 Arifin (2012) lebih lanjut menjelaskan secara rinci mengenai rumusan pembelajaran, yaitu: a.
Pembelajaran adalah suatu program. Hal ini berarti bahwa pembelajaran harus tersusun secara sistematik, terarah dan terencana dengan matang.
b.
Setelah pembelajaran berproses, tentu guru perlu mengetahui keefektifan dan efisiensi semua komponen yang ada dalam proses pembelajaran. Untuk itu setelah kegiatan pembelajaran guru harus mengadakan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran.
c.
Pembelajaran bersifat interaktif dan komunikatif. Pembelajaran tidak hanya berlangsung searah atau didominasi oleh satu pihak tetapi harus terjadi hubungan saling timbal balik antara pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran yakni antara guru dengan siswa. Selain itu, pembelajaran juga harus mengedepankan komunikasi yang baik sehingga baik guru maupun siswa dapat saling memahami dan menerima satu sama lain.
d.
Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya dapat menciptakan kondisikondisi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar siswa.
e.
Proses pembelajaran dimaksudkan agar guru dapat mencapai tujuan pembelajaran dan siswa dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung tujuan harus dirumuskan terlebih dahulu. Kemudian setelah kegiatan pembelajaran guru perlu mengadakan kegiatan evaluasi.
4.
Hakikat Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran Model merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 923) “model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.” Sementara itu Mills dalam Suprijono (2013) berpendapat bahwa model adalah wujud representasi akurat sebagai proses nyata yang memungkinkan seseorang commit to user atau sekelompok orang melakukan sesuatu berdasarkan model tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 Berdasarkan kedua pengertian tersebut maka model merupakan segala sesuatu yang dapat mempresentasikan atau dapat dijadikan pedoman atau acuan dalam bertindak berdasarkan model itu. Kita sering mendengar istilah model digunakan dalam dunia fashion. Sebenarnya, dalam pembelajaran istilah model juga sering digunakan. Model dalam pembelajaran juga berarti pola atau acuan. Suprijono (2013) mendefinisikan bahwa model pembelajaran ialah pola yang dijadikan sebagai acuan dalam menyusun atau merancang pembelajaran di kelas maupun tutorial. Sutikno (2014:58) berpendapat bahwa “model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual
yang
menggambarkan
prosedur
sistematik
dalam
pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.” Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu pola atau acuan yang menggambarkan prosedur
sistematik
yang
digunakan
sebagai
pedoman
dalam
merencanakan pembelajaran. b. Jenis-jenis Model Pembelajaran Suprijono (2012) menjelaskan model-model pembelajaran sebagai berikut: 1) Model pembelajaran langsung atau model pembelajaran aktif Dalam model pembelajaran ini guru terlibat aktif dalam menjelaskan materi pelajaran kepada siswa dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Model pembelajaran langsung dapat diterapkan pada mata pelajaran apapun. Suprijono (2012:50) lebih lanjut menjelaskan bahwa “model pembelajaran langsung dirancang untuk penguasaan pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif (pengetahuan faktual) serta berbagai keterampilan.” 2) Model pembelajaran kooperatif Jauhar (2011) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif commitdengan to user membentuk siswa yang memiliki merupakan strategi belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 tingkat kemampuan yang berbeda menjadi kelompok kecil. Pada model pembelajaran kooperatif siswa diajarkan keterampilanketerampilan
khusus
agar
mampu
bekerja
sama
dengan
kelompoknya. Tujuan pembelajaran kooperatif tidak berorientasi pada kegagalan orang lain atau menerapkan sistem kompetisi melainkan menciptakan situasi bahwa keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 3) Model pembelajaran berbasis masalah Model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkan
konsep
Berdasarkan
konsep
penemuan
atau
penemuan
discovery
siswa
learninng.
didorong
untuk
menghubungkan pengalaman yang telah dimilikinya dengan pengalaman baru yang dihadapi sehingga siswa menemukan prinsipprinsip baru. “Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) bertujuan mambantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa dan menjadi pelajar mandiri” (Jauhar, 2011: 86-87). Shoimin (2014) juga menjelaskan beberapa model-moel pembelajaran antara lain: 1) Debat Aktif Dalam
model
pembelajaran
ini
siswa
baik
secara
perorangan maupun kelompok saling beradu pendapat atau argumentasi. Siswa dilatih untuk mengutarakan pendapat dan mempertahankan pendapatnya menggunakan alasan-alasasn yang logis. Model pembelajaran ini bukan mengajarkan permusuhan terhadap siswa namun siswa belajar agar dapat menghargai pendapat orang lain. 2) Artikulasi Model pembelajaran artikulasi merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan siswa untuk commit to user pandai berbicara, pengetahuan dan cara berpikir dalam penyampain
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 kembali materi yang telah disampaikan (Shoimin, 2014). Dalam model pembelajaran ini sangat diperlukan konsep pemahaman. Siswa dibentuk kedalam kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman sekelompoknya tentang meteri yang baru dipelajari. 3) Auditory, Intellectualy, Repetition Belajar
auditory
merupakan
proses
belajar
yang
mengutamakan berbicara dan mendengarkan. Belajar intellectualy memiliki makna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir dan konsentrasi pikiran. Repetition merupakan pengulangan dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa. 4) Cooperative Learning Model pembelajaran ini diterapkan dengan cara membentuk siswa dengan kemampuan berbeda menjadi kelompok-kelompok. Setiap anggota kelompok saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diterima. Model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan melatih tanggung jawab mereka. 5) Problem Based Learning Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan siswa dalam mengatasi masalah yang dikaitkan dengan masalah dalam kehidupan nyata siswa. Model pembelajaran ini juga dapat merangsang kemampuan berpikir tinggi. Problem based Learning menuntut siswa untuk memecahkan masalah dengan mencari sendiri melalui berbagai sumber. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran artikulasi. Pemilihan model pembelajaran ini dirasa cocok diterapkan pada mata pelajaran akuntansi keuanganan karena materi tidak terlalu luas dan alokasi waktu untuk setiap pertemuan cukup lama. Model pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan daya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 serap siswa terhadap materi dan meningkatkan berbagai keterampilan siswa serta sikap siswa agar menjadi lebih baik. 5.
Hakikat Model Pembelajaran Artikulasi a. Model Pembelajaran Artikulasi Shoimin (2014) berpendapat bahwa model artikulasi merupakan model
pembelajaran
yang
menuntut
siswa
untuk
aktif
dalam
pembelajaran dengan membentuk siswa menjadi kelompok kecil dengan cara siswa dalam kelompok tersebut bertugas melakukan kegiatan wawancara mengenai meteri yang baru dibahas. Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dan menekankan pada komunikasi siswa kepada teman satu kelompoknya dan siswa lain saat mempresentasikan hasil diskusi (Huda, 2014). Dengan demikian berdasarkan pendapat beberapa ahli model pembelajaran artikulasi melatih siswa aktif dan mampu berkomunikasi dengan cara siswa menjelaskan kepada siswa lain mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru kemudian menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Hal ini merupakan keunikan dari model artikulasi. Siswa tidak hanya dapat menerima materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru namun siswa juga dapat menyampaikan kembali materi tersebut. Pada model pembelajaran ini siswa dibagi ke dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari dua orang. Salah satu siswa bertugas sebagai pewawancara dan yang satu bertugas sebagai narasumber. Siswa yang bertugas sebagai pewawancara menanyakan mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru kepada siswa yang bertugas sebagai narasumber. Kemudian kedua siswa tersebut bertukar tugas sehingga penekanan pada model pembelajaran ini adalah proses komunikasi antara siswa dengan anggota kelompoknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 b. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Artikulasi Huda (2013) menyebutkan beberapa manfaat dari model pembelajaran artikulasi yakni: 1) Melatih siwa menjadi mandiri. 2) Siswa berkelompok untuk menuntaskan materi belajar. 3) Penghargaan lebih mengutamakan kelompok dari pada individu. 4) Adanya interaksi antarsiswa dalam kelompok kecil. 5) Adanya interaksi antarkelompok kecil. 6) Masing-masing
siswa
memiliki
kesempatan
untuk
berbicara
menyampaikan pendapat kelompok mereka di depan kelas. Model
pembelajaran
artikulasi
memiliki
kelebihan
dan
kelemahan. Kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini dijelaskan oleh Shoimin (2014) antara lain: 1) Melibatkan semua siswa 2) Melatih kesiapan siswa. 3) Melatih daya serap pemahaman dari orang lain. 4) Cocok untuk tugas sederhana. 5) Interaksi lebih mudah. 6) Lebih mudah dan cepat membentuknya. 7) Meningkatkan partisipasi siswa. Sementara itu kelemahan model pembelajaran artikulasi adalah sebagai berikut: 1) Untuk mata pelajaran tertentu. 2) Membutuhkan banyak waktu. 3) Materi yang didapat sedikit. 4) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. 5) Lebih sedikit ide yang muncul 6) Jika ada perselisihan tidak ada penengah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi Ngalimun (2014) berpendapat bahwa artikulasi adalah model pembelajaran dengan langkah-langkah: penyampaian kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan untuk hasil diskusinya, guru membimbing untuk menyimpulkan. Langkah-langkah model pembelajaran artikulasi secara lebih rinci dijelaskan oleh Huda (2013:270) sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai. 2) Guru menyajikan materi. 3) Guru membentuk kelompok berpasangan dua orang untuk menentukan daya serap siswa. 4) Guru menugaskan salah satu siswa dari pasangan untuk menceritakan materi yang baru disampaikan guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan kecil, kemudian keduanya berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya. 5) Guru menugaskan siswa secara bergiliran/diacak untuk menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya hingga sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya. 6) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa. Suprijono (2013) berpendapat bahwa model pembelajaran artikulasi terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai. 2) Guru menjelaskan materi pelajaran. 3) Siswa dibentuk menjadi kelompok berpasangan untuk mengetahui daya serap siswa. 4) Menugaskan salah satu siswa dari anggota kelompok menyampaikan materi yang baru diterima sedangkan pasangannya mendengarkan dan membuat catatan kecil, kemudian berganti peran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 5) Menugasakan siswa secara acak menyampaikan hasil diskusi dengan kelompoknya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil diskusinya. 6) Guru mengulangi materi yang belum dipahami siswa. 7) Penutup/kesimpulan. Dalam penelitian ini, model pembelajaran artikulasi yang diterapkan dalam proses pembelajaran terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan kompetensi atau tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2. Guru menyajikan materi dengan bantuan media. 3. Guru membentuk siswa menjadi kelompok berpasangan. 4. Guru
menugaskan
siswa
secara
bergiliran/diacak
untuk
menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya hingga sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya. 5. Siswa
yang
tidak/belum
mendapat
giliran
untuk
presentasi,
menanggapi atau mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang sedang presentasi. 6. Guru mengulangi atau/menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa. 7. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan. 6.
Hakikat Media Pembelajaran a.
Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah berarti perantara atau penghubung. Miarso dalam Munir (2009) mengartikan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan guna merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa untuk belajar. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa media merupakan alat untuk mengantarkan pesan antara pemberi pesan kepada penerima pesan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 “Media pembelajaran adalah semua bahan dan alat fisik yang mungkin digunakan untuk mengimplementasikan pengajaran dan memfasilitasi prestasi siswa terhadap sasaran atau tujuan pengajaran” (Indriana, 2011:16). Pengertian media pembelajaran menurut Anitah (2009) adalah segala sesuatu yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap. Selain itu, Musfiqon (2011:28) mendefinisikan media pembelajaran “sebagai perantara antara guru dan siswa dalam memahami mata pelajaran agar lebih efektif dan efisien”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat penyampaian pesan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mencapai sasaran atau tujuan pembelajaran. b. Jenis-jenis Media Pembelajaran Secara umum media dapat dibedakan menjadi media visual, media audio, media audio visual dan multimedia. Media visual merupakan media yang dapat dihayati melalui penglihatan, seperti: media grafis, bahan cetak, gambar diam, poster, ilustrasi, karikatur, dan lainlain. Media audio merupakan media untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima melalui indera pendengaran. Contoh media audio antara lain: radio, alat perekam pita magnetik, laboratorium bahasa, telepon. Media audio visual merupakan media yang memungkinkan seseorang dapat melihat sekaligus mendengarkan sesuatu
yang
divisualisasikan. Contoh dari media audio visual adalah televisi dan slide suara. Sementara itu multimedia berkenaan dengan penggunaan berbagai media secara terpadu. Musfiqon (2012) meninjuau jenis media pembelajaran menjadi jenis media ditinjau dari tampilan dan jenis media ditinjau dari penggunaan. Jenis media pembelajaran ditinjau dari tampilan dibagi menjadi: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 1) Media Visual Media jenis visual dapat digunakan untuk menggambarkan dan memperjelas materi pembelajaran melalui gambar, tulisan, serta bentuk visual lain. Media visual juga disebut media pandang, karena media tersebut dapat dihayati dengan menggunakan penglihatan (Anitah, 2009). Media visual menurut Musfiqon (2012) bisa berupa gambar representatif, diagram, peta dan grafik. 2) Media Audio Penggunaan
media
audio
menekankan
pada
aspek
pendengaran. Musfiqon (2012) menjelaskan bahwa keterampilan yang dapat dicapai melalui penggunaan media audio antara lain: a) Memfokuskan perhatian dan mempertahankan perhatian; b) Mengikuti pengarahan; c) Melatih daya analitis; d) Menentukan arti dari konteks; e) Dapat memilah informasi yang relevan dan informasi yang tidak relevan; f)
Merangkum, mengemukakan kembali, atau mengingat kembali informasi.
3) Media Kinestetik Media kinestetik adalah media yang penggunaan dan pemanfaatannya membutuhkan sentuhan antara guru dan siswa atau perlu
perasaan
mendalam
agar
pesan
pembelajaran
dapat
tersampaikan dengan baik (Musfiqon, 2012). Jenis media yang dapat dikategorikan ke dalam media kinestetik adalah dramatisasi, demonstrasi, permainan dan simulasi, karya wisata, perkemahan sekolah dan survei masyarakat. Melalui media kinestetik siswa dapat mempelajari sesuatu dengan praktik, mengamati langsung atau terlibat langsung dalam lingkungan yang dipelajari. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 Jenis media pembelajaran ditinjau dari penggunaan dibagi menjadi: 1) Media Proyeksi Media proyeksi merupakan media yang dapat diproyeksikan pada layar menggunakan suatu alat untuk memproyeksikannya. Yang termasuk ke dalam media proyeksi antara lain proyektor transparasi/over head proyektor (OHP), film, film bingkai (slide), film rangkai, proyektor tidak tembus pandang. Dengan demikian media proyeksi ini sangat bergantung pada proyektor untuk menyampaikan pesan kepada penerima pesan. 2) Media Nonproyeksi Media nonproyeksi adalah media yang penggunaannya tidak
memerlukan
alat
bantu
proyektor.
Musfiqon
(2012)
menjelasakan jenis media nonproyeksi antara lain wallsheets (peta, diagram, poster), buku cetak dan papan tulis. Media jenis ini merupakan media yang sering digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mangajar. 7.
Hakikat Media Pembelajaran Animasi Powtoon Media animasi digolongkan ke dalam jenis multimedia karena berusaha membuat gambar mati menjadi seolah-olah hidup dengan cara memadukan berbagai jenis media. Animasi berasal dari bahasa latin yaitu anima yang berarti jiwa, hidup, semangat. Selain itu animasi juga berasal dari kata animation yang berasal dari kata dasar to anime di dalam kamus Indonesia Inggris berarti menghidupkan. “Secara umum animasi merupakan suatu kegiatan
menghidupkan, menggerakkan benda
mati”
(Munir,
2012:317). Vaughan dalam Binanto (2010) mendeskripsikan animasi adalah upaya untuk membuat gambar statis menjadi hidup. Schnotz & Lowe dalam Munir (2012) animasi adalah penggambaran dinamis yang dapat digunakan untuk mengubah proses pembelajaran menjadi jelas bagi siswa. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan commitmedia to useryang berupa penggambaran suatu bahwa media animasi merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 gambar mati menjadi hidup agar pesan yang disampaikan lebih dapat dipahami oleh para pengguna animasi tersebut. Media animasi yang diterapkan dalam pembelajaran akan membuat siswa mampu melihat gambaran mengenai materi yang disampaikan dan membantu menguatkan konsep materi yang telah diterima. Munir (2012) menjelaskan beberapa fungsi animasi dalam presentasi, yaitu: a. Menarik perhatian dengan adanya pergerakan dan suara yang selaras. b. Memperindah tampilan presentasi. c. Memudahkan susunan presentasi. d. Mempermudah penggambaran dari suatu materi. e. Media iklan, animasi dibangun sedemikian rupa agar penonton tertarik untuk membeli atau memiliki atau mengikuti hal yang disampaikan dalam alur cerita dari animasi tersebut. f. Media ilmu pengetahuan, animasi memiliki kemampuan untuk dapat menjelaskan sesuatu yang rumit hanya dengan gambar atau kata-kata saja. g. Media bantu, animasi digunakan sebagai perangkat penuntun atau petunjuk dalam melakukan sesuatu. h. Media pelengkap, animasi digunakan sebagai pelengkap atau hiasan dalam suatu tampilan yang digunakan untuk mempercantik atau menarik pada objek yang ditampilkan. Patmore dalam Binanto (2012) menjelaskan beberapa jenis animasi, yaitu: a. Stop Motion, teknik animasi ini akan membuat obyek seakan bergerak karena mempunyai banyak frame yang dijalankan secara berurutan. b. Cell animation, merupakan gambar berurutan pada banyak halaman yang dijalankan. c. Time-Lapse, setiap frame akan di-capture dengan kecepatan yang lebih rendah daripada kecepatan ketika frame dimainkan, contohnya adalah gerakan bunga yang terlihat ketika mekar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 d. Claymation, teknik ini memperlihatkan bagian yang dianimasikan, baik itu karakter atau latar belakang merupakan suatu benda yang dapat diubahubah bentuknya. e. Cut-out Animation, teknik ini digunakan untuk memproduksi animasi menggunakan karakter, properti, dan background dari potongan material seperti kertas, karton, atau foto. f. Puppet Animation, dalam puppet animation, boneka akan menjadi aktor utamanya sehingga animasi jenis ini membutuhkan banyak boneka. Binanto (2010) menyebutkan jenis animasi lain yaitu animasi komputer, yakni seni membuat gambar bergerak dengan menggunakan komputer. Animasi komputer terus berkembang dengan cepat. Bahkan kini banyak penyedia program untuk pembuatan animasi sehingga proses pembuatan animasi menjadi lebih mudah. Para penyedia program animasi terus mengembangkan programnya agar setiap orang mampu mebuat animasi sederhana yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal. Salah satu penyedia program pembuatan animasi adalah powtoon. powtoon merupakan software online yang dapat digunakan untuk membuat presentasi animasi maupun video animasi. Software ini menyediakan tool untuk mengembangkan animated clips maupun animated presentasios untuk website, pertemuan kantor, promosi penjualan, media pembelajaran dan lain sebagainya. Setiap orang dapat membuat animasi yang menakjubkan secara cepat dengan powtoon tanpa membutuhkan biaya maupun kemampuan profesional dalam bidang animasi. 8.
Hakikat Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, mengolah data menjadi laporan, dan melaporkan hasilnya kepada para pengambil keputusan (Yusuf, 2001). Sementara itu Yusuf (2001) mengartikan akuntansi keuangan adalah akuntansi yang memiliki tujuan utama membuat laporan keuangan bagi pihak luar. Horngien, Harrison & Bamber (2005) mendefinisikan akuntansi keuangan sebagai cabang dari akuntansi yang commit user memfokuskan informasi untuk pihakto di luar perusahaan. Warren & Reeve
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 (2005) berpendapat bahwa akuntansi keuangan bertujuan untuk melaporkan kondisi keuangan dari sebuah bisnis pada periode waktu tertentu dan melaporkan perubahan kondisi keuangan dari bisnis antar periode waktu. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi keuangan merupakan cabang dari akuntansi yang memfokuskan pada pembuatan laporan keuangan yang berisi kondisi dan perubahan keuangan perusahaan pada periode waktu tertentu bagi pihak luar agar pihak luar dapat menggambil keputusan yang tepat. Akuntansi keuangan merupakan mata pelajaran produktif yakni mata pelajaran yang menjadi ciri khas kejuruan. Mata pelajaran ini berfungsi membekali siswa agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Oleh karena itu, untuk kegiatan belajar mengajar mata pelajaran akuntansi keuangan diberikan alokasi waktu atau jam pelajaran yang cukup lama. Di SMK Negeri I Surakarta, alokasi waktu untuk mata pelajaran akuntansi keuangan adalah dua kali pertemuan dalam satu minggu. Setiap pertemuan selama tiga jam pelajaran yang setiap jam pelajarannya berdurasi 45 menit. Materi yang digunakan berbeda untuk setiap siklus dalam penelitian tindakan kelas. Pada siklus I materi yang digunakan adalah metode penilaian persediaan pada sistem periodik sedangkan untuk siklus II menggunakan materi metode penilaian persediaan pada sistem perpetual. Meskipun materi yang digunakan dalam setiap siklus berbeda, namun kedua materi ini memiliki karakteristik dan tingkat kesulitan yang hampir sama. a.
Sistem Pencatatan Persediaan Periodik Dalam sistem pencatatan persediaan periodik, jumlah dan nilai persediaan hanya akan diketahui pada akhir periode. Harti (2011) menjelaskan perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan periodik adalah sebagai berikut: 1) Tidak ada pencatatan pada akhir persediaan. 2) Beban angkut pembelian akan dicatat di sisi debet pada akun Beban Angkut Pembelian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 3) Pembelian barang dagang secara tunai dicatat di sisi debet pada akun Pembelian dan sisi kredit pada akun Kas atau Utang Dagang 4) Retur dan potongan pembelian akan dicatat di sisi kredit ke akun Retur dan Potongan Pembelian. 5) Potongan tunai pembelian akan dicatat di sisi kredit ke akun Potongan Tunai Pembelian. 6) Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan dihitung pada akhir periode setelah melakukan perhitungan fisik dari penilaian persediaan akhir. b. Perhitungan Nilai Persediaan Barang Dagang melalui Kartu Persediaan dengan Sistem Periodik Harti (2011) menjelaskan perhitungan nilai persediaan barang dagang dengan sistem fisik/periodik dapat dilakukan dengan beberapa metode sebagai berikut: 1) Metode Identifikasi Khusus, yakni setiap barang yang masuk (dibeli) diberi identifikasi khusus yang menunjukkan harga satuan sesuai faktur yang diterima. 2) Metode rata-rata sederhana Dengan metode ini harga rata-rata per satuan barang terlebih dahulu dihitung dengan cara: total harga per satuan setiap transaksi pembelian jumlah transaksi pembelian termasuk persediaan awal periode Kemudian nilai persediaan barang diperoleh dari: harga rata-rata per satuan barang dikali dengan sisa barang. 3) Metode rata-rata tertimbang Dengan metode ini, harga persatuan dihitung dengan cara: Jumlah harga pembelian barang yang tersedia untuk dijual jumlah barang yang tersedia Nilai persediaan akhir periode adalah hasil kali kuantitas persediaan dengan harga rata-rata per satuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 4) Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)/ First in First Out (FIFO), yakni barang yang terlebih dahulu masuk (dibeli) dianggap yang lebih dahulu keluar (dijual). 5) Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) /Last in First Out (LIFO), yakni barang yang terakhir masuk (dibeli) dianggap barang yang lebih dulu keluar (dijual). c.
Kartu Persediaan Barang Dagang Pada metode periodik kartu persediaan barang dagang sifatnya hanya berfungsi sebagai tempat mencatat persediaan awal periode dari barang yang dibeli dan hanya menginformasikan harga pokok barang yang disediakan untuk dijual. Berikut adalah data persediaan barang dagang yang terjadi pada UD Membahana periode Desember 2014 dengan nama barang air mineral B. 1 Des
Persediaan 100 dus @ Rp 44.000,00
6 Des
Faktur No. 17 dari PT Danon untuk pembelian 150 dus @ Rp 44.000,00
9 Des
Faktur No. 29 dari PT Segar untuk pembelian 100 dus @ Rp 44.500,00
16 Des
Faktur No. 41 dari PT Danon untuk pembelian 150 dus @ Rp 44.500,00
23 Des
Faktur No. 57 dari PT Segar untuk pembelian 150 dus @ Rp 44.000,00
28 Des
Faktur No. 63 dari PT Danon untuk pembelian 100 dus @ Rp 44.500,00
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 Catatan mutasi barang air mineral B pada Bulan Desember 2014 dalam kartu persediaan adalah sebagai berikut: Nama barang: Air mineral B
Kartu Persediaan UD Membahana Tgl diterima
No. Kode Satuan
No Bukti
Dibeli dari
F.17 F.29 F.41 F.57 F.63
PT Danon PT Segar PT Danon PT Segar PT Danon
: N.022 : karton (dus)
Jml satuan
Harga satuan (Rp)
Jumlah harga (Rp)
Jml harga perd barang (Rp)
100 150 100 100 150 100
44.000,00 44.000,00 44.500,00 44.500,00 44.000,00 44.500,00
4.400.000,00 6.600.000,00 4.450.000,00 4.450.000,00 6.600.000,00 4.450.000,00
4.400.000,00 11.000.000,00 15.450.000,00 19.900.000,00 26.500.000,00 30.950.000,00
30.950.000,00
108.200.000,00
2014 Des 1 6 9 12 23 28
Total
700
d. Laporan Persediaan Barang Dagang Laporan persediaan barang dagang dibuat secara periodik untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas persediaan
barang
dagang.
Laporan
persediaan
barang
dagang
merupakan ikhtisar dari kartu persediaan barang dagang karena dalam laporan ini memuat berbagai jenis persediaan barang dagang beserta informasi saldo awal, mutasi persediaan, dan saldo akhir persediaan. Format laporan persediaan barang dagang disesuaikan dengan kepentingan dan informasi yang diperlukan oleh perusahaan. Berikut contoh format laporan persediaan barang dagang. LAPORAN PERSEDIAAN BARANG Bulan No
e.
Kode Nama Persediaan Mutasi Barang Barang Awal Keluar
Pesediaan Masuk Akhir
Sistem Pencatatan Persediaan Perpetual Pencatatan persediaan perpetual (terus-menerus) merupakan perhitungan jumlah dan nilai persediaan yang dilakukan secara terusmenerus setiap kali terjadi transaksi yang berkaitan dengan persediaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 barang dagang. Dengan sistem perpetual, jumlah persediaan barang dagang dapat diketahui setiap saat. Perlakuan akuntansi menurut
(Harti, 2011) untuk sistem
pencatatan persediaan perpetual adalah sebagai berikut: 1) Pembelian barang dagang dicatat di sisi debit pada akun Persediaan. 2) Beban angkut pembelian dicatat di sisi kredit pada akun Persediaan. 3) Retur pembelian akan dicatat di sisi kredit ke akun Persediaan. 4) Potongan pembelian akan dicatat di sisi kredit ke akun Persediaan. 5) Harga pokok penjualan diakui bersamaan dengan pengakuan penjualan dan akun Persediaan akan dicatat di sisi kredit. 6) Akun Persediaan adalah akun pengendali yang didukung dengan buku besar pembantu untuk setiap jenis persediaan f.
Perhitungan Nilai Persediaan Barang Dagang melalui Kartu Persediaan dengan Sistem Perpetual Menurut Harti (2011) perhitungan nilai persediaan barang dagang dengan sistem perpetual dapat dilakukan dengan metode berikut: 1) Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)/ First In First Out (FIFO) Nilai persediaan akhir barang dagang dihitung dengan mengasumsikan barang yang masuk pertama adalah barang yang dijual lebih dulu dan kekurangannya mengambil barang yang masuk berikutnya. 2) Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)/ Last In First Out (LIFO) Nilai persediaan akhir barang dagang dihitung dengan anggapan barang yang terakhir masuk yang lebih dulu dijual dan kekurangannya mengambil barang yang sudah masuk sebelumnya. 3) Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average Method) Setiap terjadi transaksi pembelian harus dihitung harga beli rata-rata tiap satuan, commit sehingga to harga user barang dagang tiap satuan selalu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 berubah-ubah. Harga rata-rata tiap satuan sebagai dasar untuk menghitung nilai persediaan akhir barang dagang. 9.
Hakikat Prestasi Belajar a.
Pengertian dan Fungsi Prestasi Belajar Salah satu indikator yang dijadikan acuan untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan adalah prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. “Prestasi belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima
pelajaran
atau
setelah
mempelajari
sesuatu”
(Hamalik, 2013:45). Sedangkan Mulyasa (2014:189) mengartikan bahwa “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar yang berupa perubahan-perubahan perilaku dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotor.” Sementara itu Purwanto (2013) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan perilaku siswa yang diakibatkan oleh proses belajar. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan sikap dan tingkah laku siswa atau keberhasilan yang dicapai setelah mengalami proses pembelajaran atau mempelajari sesuatu. Arifin (2012) menjelaskan fungsi prestasi belajar sebagai berikut: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) siswa. b. Indikator Prestasi Belajar Untuk
melihat keberhasilan dari kegiatan belajar atau commit user belajar siswa yakni perubahan pembelajaran dapat dilihat dari to prestasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 tingkah laku baik kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam memahami perubahan aspek kognitif dan psikomotor dapat dilihat dari hasil tes siswa. Sementara itu untuk melihat perubahan aspek afektif terkadang tidak dapat dilihat secara langsung karena dalam aspek afektif terdapat perubahan yang bersifat intangible. Oleh karena itu untuk mempermudah dalam memahami prestasi belajar ketiga aspek tersebut perlu dibuat indikator yang jelas dari setiap aspek belajar. 1) Ranah kognitif Ranah kognitif menurut Bloom dkk dalam Aunurrahman (2012) terdiri dari enam jenis perilaku yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. a) Pengetahuan (knowledge), meliputi kemampuan siswa dalam mengingat hal-hal yang pernah dipelajari. b) Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan dalam menangkap inti pokok dan makna dari hal-hal yang dipelajari. c) Penerapan (application), mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata atau baru. d) Analisis (analysis), yakni kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga dapat memahami struktur secara keseluruhan. e) Sintesis (synthesis), mencakup kemampuan membentuk atau menciptakan pola baru. f) Evaluasi
(evaluation),
mencakup
kemampuan
membentuk
pendapat atau menanggapi sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Arikunto (2013) membagi ranah kognitif menjadi kategorikategori sebagai berikut: a) Mengenal (recognition), kategori ini merupakan kategori yang paling rendah tingkatannya. Siswa hanya diminta untuk memilih satu dari dua atau lebih jawaban atau mengingat kembali faktafakta yang sederhana. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 b) Pemahaman (comprehension), dalam kategori ini siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. c) Penerapan/aplikasi
(application),
siswa
dituntut
memiliki
kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstraksi tertentu secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar. d) Analisis (analysis), siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep dasar. e) Sintesis (synthesis), siswa diminta untuk menggabungkan atau menyusun kembali
hal-hal
yang spesifik agar dapat
mengembangkan suatu struktur baru. f) Evaluasi
(evaluation),
kategori
ini
dimaksudkan
untuk
mengetahui sejauh mana siswa mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus yang diajukan oleh penyusun soal. Pada penelitian ini aspek kognitif siswa yang akan ditingkatkan adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis.
Mulyasa
(2014)
berpendapat
bahwa
pada
jenjang
pendidikan menengah atas siswa perlu menguasai tingkat kognitif pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis sedangkan tingkat kognitif sintesis dan evaluasi diterapkan untuk pendidikan tinggi. Sementara itu, keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa keseluruhan pada kelas tersebut (Mulyasa, 2014). 2) Ranah afektif Ranah afektif menurut Krathwohl & Bloom dkk dalam Aunurrahman (2012) terdiri dari tujuh perilaku yaitu penerimaan, partisipasi,
penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan user afektif merupakan ranah yang pembentukan pola commit hidup. to Ranah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 berkaitan dengan karakter, sikap dan perilaku siswa. Agar ranah afektif tersebut mudah untuk dinilai maka perlu dijabarkan ke dalam perilaku-perilaku yang dapat ditunjukkan siswa. Sudjana (2014) menyebutkan ranah afektif siswa dapat ditunjukkan dengan sikap siswa pada waktu belajar di sekolah dan sikap siswa setelah pelajaran selesai. Sikap siswa pada waktu belajar di sekolah dapat dilihat dari: a) Kemauannnya untuk menerima pelajaran dari guru. Sikap ini ditunjukkan dengan siswa segera memasuki kelas pada waktu dan segera mempersiapkan kebutuhan belajar. b) Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru. c) Keinginan untuk mendengarkan dan mencatat uraian guru. d) Penghargaan siswa terhadap guru yang meliputi sikap sopan, ramah dan hormat kepada guru pada saat guru menjelaskan pelajaran. e) Hasrat untuk bertanya kepada guru. Sikap siswa setelah pelajaran selesai dapat dilihat dari: a) Kemauan mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut yang ditunjukkan dengan belajar lebih lanjut atau meminta informasi kepada guru tentang buku yang harus dipelajari atau segera membentuk kelompok untuk diskusi dan mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru dengan baik . b) Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran. c) Senang terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikannya. Mulyasa (2014) menyebutkan bahwa keberhasilan atau prestasi belajar dari ranah afektif dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan berhasil dan berkualitas apabila minimal 75% siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sementara itu, dari segi hasil, proses pembentukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 kompetensi dan karakter dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan tingkah laku positif siswa minimal 75%. Indikator yang digunakan untuk prestasi belajar aspek afektif difokuskan pada beberapa indikator sebagai berikut: a) Menerima pelajaran dari guru. b) Memperhatikan pelajaran yang dijelaskan oleh guru. c) Memberikan penghargaan terhadap guru. d) Mengajukan pertanyaan kepada guru atau siswa lain pada saat diskusi. e) Mempelajari bahan lebih lanjut. 3) Ranah psikomotor Menurut Simpson dalam Aunurrahman (2012) ranah psikomotor terdiri dari tujuh perilaku atau kemampuan motorik, yaitu: a) Persepsi, yang mencakup kemampuan mendeskripsikan sesuatu secara khusus dan menyadari adanya perbedaan sesuatu tersebut. b) Kesiapan, mencakup kemampuan menyiapkan diri dalam suatu keadaan. c) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai dengan contoh. d) Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan tanpa contoh. e) Gerakan kompleks, mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari langkah yang kompleks. f) Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak dengan persyaratan khusus yang berlaku. g) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola-pola gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Leighbody dalam Haryati (2010) menjelaskan bahwa aspek commit to user Pertama, kelengkapan jawaban keterampilan sebaiknya mencakup:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 siswa. Kedua, kemampuan siswa menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urutan pekerjaan. Ketiga, kecepatan siswa dalam mengerjakan
tugas
yang
diberikan
kepadanya.
Keempat,
kemampuan siswa dalam membaca gambar atau simbol. Kelima, keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan ukuran yang telah ditentukan. Indikator ranah psikomotor ini akan berbeda untuk setiap mata pelajaran. Dari hasil diskusi dengan guru mata pelajaran, ditetapkan indikator ranah psikomotor dalam penelitian tidakan kelas ini meliputi: kemampuan siswa dalam menggunakan lembar praktik, kemampuan siswa dalam menganalisis soal tes dan menyusun urutan pekerjaan (dalam hal ini adalah urutan dalam menyusun catatan keuangan maupun laporan keuangan untuk persediaan barang dagang), kecepatan siswa dalam mengerjakan tes, keserasian bentuk laporan atau catatan keuangan lain dengan yang diharapkan. c.
Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar Tingkat keberhasilan belajar/prestasi belajar siswa dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi. Syah (2013) memperkenalkan dua pendekatan dalam mengevaluasi atau menilai tingkat prestasi belajar, yakni norm referenced assessment dan criterion referenced assessment. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kedua pendekatan tersebut: 1) Penilaian Acuan Norma (Norm Referenced Assessment) Dalam penilaian menggunakan pendekatan PAN (Penilaian Acuan
Norma),
prestasi
belajar
siswa
diukur
dengan
cara
membandingkannya dengan prestasi yang dicapai teman-teman sekelasnya atau sekelompoknya. Pemberian skor untuk siswa merujuk pada hasil perbandingan antara skor yang diperoleh teman-teman sekelasnya dengan skornya sendiri. Dengan demikian pendekatan ini bertujuan untuk melihat kedudukan masing-masing siswa dalam kelompoknya atau kelasnya. commit to userReferenced Assessment) 2) Penilaian Acuan Kriteria (Criterion
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 Pada pendekatan ini, nilai atau keberhasilan dari seorang siswa bukan berdasarkan perbandingan dengan nilai yang dicapai teman sekelompoknya melainkan ditentukan oleh penguasaannya atas materi pelajaran tertentu hingga batas yang sesuai dengan tujuan instruksional. Batas yang dimaksud ditentukan dengan menetapkan kriteria-kriteria sebagai patokan yang mutlak. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan pendekatan ini diperlukan adanya kriteria atau indikator yang menggambarkan tingkat pencapaian prestasi belajar. Pendekatan PAK (Penialain Acuan Kriteia) biasanya diterapkan dalam sistem belajar tuntas. Pressley & McCormick dalam Syah (2013:221) menjelaskan bahwa “dalam sistem belajar tuntas, seorang siswa baru dapat dinyatakan lulus dalam evaluasi suatu mata pelajaran apabila ia telah menguasai seluruh materi secara merata dan mendalam dengan nilai minimal 80.” Dalam penelitian tindakan kelas ini, pendekatan yang digunakan untuk evaluasi prestasi belajar adalah pendekatan PAK. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini nilai prestasi belajar seorang siswa tidak berdasarkan perbandingan dengan teman-teman dikelasnya tetapi berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. KKM untuk mata pelajaran akuntansi keuangan sebesar 80 sehingga siswa yang memperoleh nilai di bawah 80 dinyatakan belum behasil. 10. Penelitian yang Relevan a.
Penelitian dilakukan oleh Leluhur (2014) menyimpulkan bahwa Pembelajaran dengan menggunakan Model Artikulasi dan evaluasi bentuk Multiple Choice dapat meningkatkan prestasi hasil belajar yang sangat signifikan dibanding dengan pembelajaran sebelum dilakukan tindakan. Penialaian kognitif meningkat dari pratindakan sebesar 20,58%; siklus I sebesar 79,41% dan siklus II sebesar 91%. Hasil penilaian psikomotor juga meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada commit to user A sebanyak 15 siswa, grade B siklus I siswa yang mendapat grade
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 sebanyak 15 siswa, grade C sebanyak 3 siswa dan grade D sebanyak 1 siswa. Hasil ini meningkat pada siklus II yakni siswa yang mendapat grade A sebanyak 29 siswa, grade B sebanyak 3 siswa dan grade C sebanyak 2 siswa. Sementara itu hasil penilaian afektif pada siklus I adalah siswa yang memperoleh grade A sebanyak 13 siswa, grade B sebanyak 20 siswa, grade C sebanyak I siswa. Hasil tersebut meningkat pada siklus II yakni siswa yang memperoleh grade A sebanyak 26 siswa dan siswa yang memperoleh grade B sebanyak 8 siswa. Persamaan dengan penelitian relevan adalah model pembelajaran dan tujuan penelitian sedangkan perbedaannya adalah bentuk evaluasi, media pembelajaran, subyek, dan tempat penelitian. b.
Penelitian yang dilakukan oleh Erliawati (2014) menyimpulkan bahwa media pembelajaran animasi interaktif sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran pada materi depresiasi dan akumulasi depresiasi aset tetap. Hasil penelitian menghasilkan presentase kelayakan media (87%) dengan kategori sangat layak. Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa respon siswa terhadap media pembelajaran animasi interaktif sangat baik dengan presentase sebesar (89%). Persamaan penelitian ini dengan penelitian relevan adalah mata pelajaran dan media yang digunakan. Perbedaannya adalah pada jenis penelitian, pada penelitian relevan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan sedangkan penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas.
c.
Penelitian dilakukan oleh Safriani (2012) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran artikulasi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dikelas XII IS 2 SMA Swasta Prayatna Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran artikulasi dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran akuntansi. Dari hasil analisis diperoleh data pretest sebagai hasil belajar awal belajar siswa dengan 23,68% (9 orang) yang tuntas dengan nilai rata-rata 61,32. Data postest I rata-rata nilai 66,55 dengan 39,47% (15 commit to user Data postest siklus II rata-rata orang) siswa yang memenuhi ketuntasan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 nilai hasil belajar siswa 80,95 dengan 86,84% (33 orang) siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Dengan demikian terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari postest siklus I ke siklus II sebesar 47,37%. Persamaan penelitian relevan dengan penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan sedangkan perbedaannya adalah media, subyek penelitian dan tempat penelitian. d.
Penelitian yang dilakukan oleh Zhang (2012) menyimpulkan bahwa animasi kartun dapat meningkatkan efisiensi pembelajaran, membantu siswa memahami materi untuk jangka panjang, dan meningkatkan ketertarikan siswa pada mata pelajaran ekonomi. Hasil penelitian yang melibatkan 17 responden dari guru dengan latar belakang pendidikan ekonomi, guru tanpa latar belakang pendidikan ekonomi, siswa baru, siswa kelas internasional dan siswa dengan keterbatasan fisik maupun mental memperoleh feedback positif yang kuat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian relevan adalah media yang digunakan. Perbedaannya adalah pada jenis penelitian, pada penelitian relevan jenis penelitiannya adalah penelitian dan pengembangan sedangkan penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas.
B. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal prestasi belajar siswa (kognitif, afektif dan psikomotor) kelas XI AK 2 SMK Negeri I Surakarta pada mata pelajaran Akuntansi Keuangan rendah. Berdasarkan data hasil ulangan harian siswa, tingkat prestasi kognitif dan psikomotor menunjukkan rata-rata kelas yang rendah dan banyak siswa yang tidak mencapai batas KKM. Sementara itu prestasi aspek afektif dari observasi dan tugas siswa juga menunjukkan prestasi belajar yang rendah. Dari hasil pengamatan, hal ini disebabkan karena model pembelajaran guru kurang terarah sehingga siswa kurang dapat berkonsentrasi dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Siswa cenderung kurang terlibat aktif dan kurang dalam pembelajaran. Saat guru menyampaikan materi di depan, siswa yang di commititu to karena user guru beranggapan bahwa siswa belakang asyik berbicara sendiri. Selain
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 telah dapat memahami materi tetapi kenyataannya siswa belum memahami materi. Melihat permasalahan tersebut, maka pemecahan masalah yang dapat diambil adalah melalui kegiatan belajar mengajar yang lebih terarah dan dapat meningkatkan ketertarikan siswa sehingga siswa menjadi lebih memperhatikan penjelasan guru dan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini yang perlu diperbaiki adalah proses pembelajaran yang berlangsung dengan menerapkan model dan media pembelajaran yang sesuai. Berdasarkan kajian teori, model pembelajaran yang digunakan adalah model artikulasi dengan bantuan media animasi powtoon. Model pembelajaran artikulasi menekankan pada pembelajaran individu dan kelompok, yang diharapkan proses pembelajaran tidak berjalan satu arah tetapi terdapat timbal balik antara guru dan siswa. Sementara itu, peran media pembelajaran animasi powtoon adalah sebagai alat bantu yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran dan memberi kemudahan pada siswa dalam memahami kompetensi pembelajaran yang harus dikuasai. Kondisi akhir setelah dilakukan pembelajaran dengan model artikulasi dan media animasi powtoon adalah prestasi belajar siswa meningkat. Berdasarkan kajian teori, hal ini karena model pembelajaran artikulasi merupakan model yang menuntut siswa aktif, melatih kesiapan siswa, melatih daya serap pemahaman dari orang lain dan meningkatkan partisipasi siswa. Dengan bantuan media animasi powtoon pembelajaran menjadi lebih menarik dan menjadi lebih jelas bagi siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 Dalam penelitian ini kerangka berpikir dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut : Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Prestasi belajar siswa (kognitif, afektif dan psikomotor) rendah karena model pembelajaran guru kurang terarah sehingga siswa kurang memperhatikan dan tidak terlibat aktif.
Guru menerapkan model pembelajaran artikulasi dan media animasi powtoon dalam proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa (kognitif, afektif dan psikomotor) meningkat dengan penerapan pembelajaran artikulasi dan media animasi powtoon karena model artikulasi menuntut siswa aktif, melatih kesiapan siswa, melatih daya
serap pemahaman dari orang lain dan meningkatkan partisipasi siswa. Gambar 2.1. Alur Kerangka Berfikir C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu “penerapan model pembelajaran artikulasi dengan media animasi powtoon dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi keuangan siswa kelas XI AK 2 SMK Negeri I Surakarta tahun ajaran 2014/2015”.
commit to user