BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar, Pembelajaran dan Bermain A.Teori–Teori Belajar Teori merupakan perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa–peristiwa tertentu dalam lingkungan. Toeri diartikan sebagai hubungan kausalitas dari proposisi-prosisi. Menurut Agus Suprijono (2013:15), fungsi teori dalam konteks belajar adalah : 1) Memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi belajar; 2) Memberi rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan pengajaran; 3) Mendiagnosis masalah–masalah dalam kegiatan belajar mengajar; 4) Mengkaji kejadian belajar dalam diri seseorang; dan 5) Mengkaji faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar. Beberapa teori belajar antara lain : a. Teori Perilaku. Penerapan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan tidak serta-merta dapat dilakukan jika peserta didik belum memiliki stock of knowledge atau prior knowledge dari hal yang sedang dipelajarinya. Teori perilaku berakar pada pemikiran behaviorisme. Dalam perspektif behaviorisme pembelajaran diartikan sebagai proses pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balas (respons). Pembelajaran merupakan proses pelaziman (pembiasaan). Hasil pembelajaran yang diharapkan adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan. Teori perilaku sering disebut stimulus-respons (S-R) psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Ciri teori perilaku adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil; menekankan lingkungan; mementingkan pembentukan reaksi atau respons; menekankan pentingnya latihan; mementingkan mekanisme hasil belajar; dan mementingkan peranan kemampuan. Hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Agus Suprijono (2013 : 16-17). Menurut Edward Lee Thorndike (dalam Agus Suprijono, 2013:20), menyatakan bahwa “belajar merupakan
6
7 peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respons“. Teori belajar ini disebut teori connectionism. b. Teori belajar kognitif. Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampaklebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Paul Suparno (dalam Agus Suprijono, 2013: 2223). Perkembangan kognitif yang digambarkan Piaget merupakan proses adaptasi intelektual. Adaptasi ini merupakan proses yang melibatkan skemata, asimilasi, akomodasi, dan equilibration. c. Teori Konstruktivisme. Agus Suprijono
(2013 : 29-30) “Seiring upaya perbaikan kualitas
pembelajaran ke arah pembelajaran organis, filsafat konstruktivisme kian populer di bidang pendidikan. Pemikiran filsafat konstruktivisme mengenai hakikat pengetahuan memberikan sumbangan terhadap usaha mendekontruksi pembelajaran mekanis”. Gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut : 1) Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. 3) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang. Menurut peneliti dari ketiga teori belajar diatas yang sesuai dengan pembelajaran penjas adalah teori belajar perilaku karena dalam teori belajar perilaku terdapat beberapa unsur yang menurut peneliti sesuai dengan pembelajaran penjas seperti menekankan lingkungan; mementingkan pembentukan reaksi atau respons; menekankan pentingnya latihan; mementingkan mekanisme hasil belajar; dan mementingkan peranan kemampuan. Hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
8 B. Tujuan Belajar Menurut Oemar Hamalik (2008:73), “tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap baru yang diharapkan tercapai siswa”. Tujuan belajar sendiri merupakan suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya suatu proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah cara yang akurat untuk menentukan hasil pembelajaran. C. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang dalam mempelajari sesuatu yang baru yang dapat berupa nilai atau kemampuan. Didalam sebuah pembelajaran terjadi kegiatan timbal balik antara guru dan peserta didik yang saling mempengaruhi satu sama lain. Maka dari itu guru harus mengupayakan untuk menyusun program pebelajaran secara sistematis sehingga perhatian siswa terhadap mata pelajarannya dapat meningkat. Menurut Syaiful Sagala (2010:61) bahwa, “pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan konsep komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleeh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2006:7) mendefinisikan bahwa,”belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar yang dilami siswa itu sendiri”. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut penulis mengambil inti dari pembelajaran adalah suatu proses belajar dimana aktivitas yang terdapat didalamnya berupa interaksi belajar mengajar antara siswa dan guru dalam suasana edukatif yang dilalukan dengan penuh kesadaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. D. Tujuan Pembelajaran Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat
9 ditetapkan apa yang hendak di capai, dan dikembangkan dan diapresiasi. Berdasarkan mata ajaran yang ada didalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat terukur. Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Di dalamnya terkandung tujuan yang menjadi target pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman belajar. Merumuskan tujuan pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2008:76) menyatakan bahwa dalam menentukan tujuan pembelajaran kita harus mengambil suatu rumusan tujuan dan menetukan tingkah laku siswa yang spesifik yang mengacu ke tujuan tersebut, suatu yujuan seyogianya memenuhi kriteria sebagai sebagia berikut: 1) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar. 2) Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan diamati. 3) Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dihendaki. E. Unsur-unsur Pembelajaran Adapun unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran adalah unsur-unsur yang dapat berubah atau diupayakan guru dalam mengefektifkan dan mengefisienkan pelaksanaan pembelajaran. Unsur-unsur dinamis pembelajaran yaitu: 1) Bahan Ajar Guru memiliki peranan yang penting dalam pemilihan dan penetapan bahan pelajaran. Pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan yaitu: Apakah isi bahan pelajaran sesuai dengan sasaran belajar? Jika tidak sesuai, adakah bahan pengganti yang sederajat dengan program? Bagaimana tingkatan kesukaran bahan belajar bagi siswa? Jika bahan pelajaran tergolong sukar, maka guru perlu “menganalisis atau merevisi sesuai dengan kemampuan siswa”. Apakah isi bahan pelajaran tersebut menuntut digunakan strategi pembelajaran tertentu? Apakah evaluasi hasil belajar sesuai dengan bahan pelajaran tersebut? Kemampuan ranah-ranah manakah yang dikandung oleh bahan pelajaran? 2) Suasana Belajar Beberapa pertimbangan penting bagi guru dalam rangka menciptakan suasana belajar adalah: Apakah gedung sekolah dan kampus sekolah membuat kenyamanan belajar? Apakah suasana pergaulan antar orang tua siswa, pegawai-pegawai bersifat akrab dan tertib? Apakah siswa memiliki ruang belajar di rumah? Apakah siswa memiliki group yang cenderung merusak tertib pergaulan?
10 3) Media dan Sumber Belajar Guru sebagai perancang dan pengguna media dan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan: Apakah media dan sumber belajar tersebut bermanfaat untuk mencapai sasaran belajar? Apakah pembelajar dapat mendesain dan memproduksi media dan sumber belajar sesuai dengan bahan pelajaran yang diajarkan? Apakah isi pengetahuan yang ada di surat kabar, majalah, televisi, museum, kantor-kantor, dan sejenisnya dapat dimanfaatkan untuk pokok bahasan tertentu? Apakah isi pengetahuan di laboratorium, observatorium, perpustakaan umum, ada yang bermanfaat bagi pokok bahasan tertentu? Jika ya, maka guru dapat memprogram pembelajaran di tempat tersebut. 4) Guru Sebagai Subyek Pembelajaran Guru memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran yaitu: Membuat desain pembelajaran secara tertulis, lengkap dan menyeluruh. Meningkatkan diri untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian yang utuh. Bertindak sebagai guru yang mendidik Meningkatkan profesionalisme keguruan. Dalam berhadapan dengan siswa, guru berperan sebagai fasilitator belajar, pembimbing belajar, dan pemberi balikan belajar. Dengan memahami tujuan pembelajaran dan unsur-unsur dalam pembelajaran diharapkan guru lebih meningkatkan kemampuannya sebagai pengajar berupa kemampuan memilih metode mengajar yang efektif serta mendesain media pembelajaran yang menarik dan efisien. F. Ciri Belajar dan Pembelajaran 1. Ciri belajar Aunurrahman (2009:48) menyatakan, bahwa ”definisi belajar mencakup tiga unsur, yaitu: (1) belajar adalah perubahan tingkah laku, (2) perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman, (3) perubahan tingkah laku tersebut relatif permanen atau tetap ada untuk waktu yang cukup lama”. Pendapat yang telah dikemukakan oleh tokoh tersebut sejalan dengan pernyataan Syaiful Sagala (2010:53) tentang ciri-ciri perubahan yang spesifik setiap perilaku belajar bahwa: a) Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya. b) Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual. c) Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses belajar. d) Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku secara integral. e) Belajar adalah proses interaksi. f) Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada kompleks.
11 Pendapat lain tentang ciri-ciri perubahan perilaku belajar dikemukakan oleh Agus Suprijono (2012: 4) yaitu: a) b) c) d) e) f)
Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup. Positif atau berakumulasi. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any relatively permanent change in an organism’s behavioral reperoire that occurs as a result of experience. g) Bertujuan dan terarah. h) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. Dari pembahasan diatas disimpulkan bahwa ciri khas belajar terletak pada perubahan perilaku yang relatif tetap dalam diri siswa yang mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Perubahan tersebut merupakan hasil latihan, pengalaman dan pengembangan dimana hasilnya dapat diamati selama periode waktu tertentu. 2). Ciri pembelajaran Menurut Oemar Hamalik (2008:65) ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, ialah: a) Rencana, ialah ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus. b) Kesaling ketergantungan (interdependence), antaraunsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran. c) Tujuan, sistem pembelajaran tertentu yang hendak di capai. G. Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan Agus Suprijono (2013 : 5) Identifikasi wujud perubahan perilaku dan pribadi sebagai hasil belajar dapat bersifat fungsional-struktural, material-substansial, dan behavioral. Bloom (dalam Agus Suprijono, 2013 : 6-7) Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), aplication (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan
12 hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding
(memberikan
respons),
valuing
(nilai),
organization
(organisasi),
characterization (karakterisasi)). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2013 : 7) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja“. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentasi atau terpisah, melainkan komprehensif. Merujuk pemikiran Gagne (dalam Agus Suprijono, 2013 : 5–6), hasil belajar berupa : 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah mupun penerapan aturan. 2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasikan, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. 3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-niai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Hasil belajar menurut peneliti disini adalah mencakup semua kegiatan belajar mengajar dari segi afektiv, kognitif, dan psikomotor yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, kemudian dari semua aspek tersebut dirata-rata dan menjadi nilai akhir dari proses pembelajaran tersebut.
13 H. Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran. Agus Suprijono (2013:46) menyatakan bahwa, “model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan pembelajaran dan menentukan perangkat pembelajaran yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan siswa. I. Pengertian Bermain Bermain adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa memikirkan hasil akhir, yang dilakukan secara sepontan tanpa paksaan orang lain. Melalui bermain kita akan mengenal berbagai macam hal, juga bisa melatih keberanian serta menumbuhkan kepercayaan diri. Baik mempergunakan alat maupun tidak. Menurut Filsuf Johan Huizinga, (dalam Pendidikan rekreasi 2010 : 18) “Bermain sering mengacu pada pengertian bebas, bahagia, dan ekspresi alamidari setiap manusia”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001 (dalam Pendidikan rekreasi 2010 : 18) adalah suatu untuk bersenang – senng atau berbuat sesuatu untuk bersenang – senang saja. J. Manfaat/Pengaruh Bermain Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999), dalam bukunya Child Development (dalam Pendidikan rekreasi 201 :31), manfaat yang diperoleh dari aktivitas bermain, meliputu: 1) Perkembangan Fisik 2) Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuh. 3) Dorongan Berkomunikasi 4) Agar dapat bermain baik dengan anak ain, anak harus belajar berkomunikasi, dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya, merek harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain. 5) Sumber Belajar
14 6) Bermain memberikan kesempatan untuk mempelajari berbagai hal, melalui buku, televisi. Atau menjelajah lingkungan yang tidak diperoleh anak dirumah dan sekolahan. 2. Model Cooperative Learning A. Pengertian Model Cooperative Learning Slavin 1995 (dalam Isjoni 2007 : 17) “cooperative learning merupakan dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya.” Pembelajaran kooperatif adalah “konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau dilahirkan oleh guru”. Agus Suprijono (2013 : 54). Dukungan teori Vygotsky (dalam Agus Suprijono 2013 : 56) Pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosisl. Cooperative Learning muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Menurut Slavin, 1995 (dalam Isjoni 2007 : 15) menyatakan bahwa, “Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar”. Sedangkan Anita Lie, 2000 (dalam Isjoni 2007 : 16) menyebutkan bahwa, “cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur”. Lebih jauh dikatakan cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6 orang saja. Sunal dan Haas, 1993 (dalam Isjoni, 2007: 45), mengemukakan bahwa “cooperative learning merupakan pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama berlangsungnya proses pembelajaran”. Melalui cooperative
15 learning siswa bukan hanya dapat dilatih mengenai sikap keunggulan individual yang tergantung pada keunggulan kelompok, melainkan jua semangat serta keterampilan kooperatif, yang merupakan bagian dari kemampuan relasi sosial di dalam kelompok yang menghimpun berbagai individu. Dengan berkelompok siswa mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mempraktekkan sikap dan perilaku yang berpastisipasi pada situasi sosial yang bermakna bagi mereka. Selanjutnya Ibrahim et al, 2000 (dalam Isjoni, 2007: 46), mengibaratkan bahwa “cooperative learning bagaikan dua orang yang memikul balok, balok akan dapat dipikul bersama-sama jika kedua orang tersebut berhasil memikulnya”. Tujuan kelompok akan tercapai apabila semua anggota kelompok mencapai tujuannya secara bersama-sama. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa cooperative learning adalah model pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa dalam suatu kelompok, bekerjasama dengan rekan sebaya, dan saling memberi dukungan serta evaluasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan. Bahkan menurut Lie, 2002 (dalam Isjoni 2007 : 45) banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching ) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. Ini berarti keberhasilan dalam belajar bukan semata – mata harus diperoleh dari guru saja, melainkan dapat juga dilakukan melalui teman lain, yaitu teman sebaya. B. Ciri – Ciri dan Langkah Cooperative Learning Pembelajaran kooperatif tidak sama sekedar belajar dalam kelompok, ada unsur-unsur yang membedakan dengan yang lain. Menurut Agus Suprijono (2013 : 58) “Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan” : 1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti, fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama. 2) Pengetahuan nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. Terdapat enam langkah utama atau tahapan dalam pelajaran yang menggunakan cooperative learning :
16 Tabel 1. Sintak model pembelajaran Cooperative Learning Fase
Tingkah Laku Guru
Fase – 1 Menyampaikan tujuan dan Menjelaskan mempersiapkan
tujuan
pembelajaran
dan
peserta mempersiapkan peserta didik siap belajar.
didik Fase – 2
Mempresentasikan informasi kepada peserta
Menyajikan informasi
didik secara verbal. Memberi penjelasan kepada peserta didik
Fase – 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam tim-tim belajar Fase – 4 Membantu kerja tim dan belajar
efisien. Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugas.
berbagai materi pembelajaran atau kelompok-
Mengevaluasi
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase – 6
atau penghargaan
membantu kelompok melakukan transisi yang
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai
Fase – 5
Memberikan
tentang tatacara pembentukan tim belajar dan
pengakuan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.
C. Model Cooperative Learning Tipe STAD Student Team Achievment Division (STAD), Tipe ini dikembangkan Slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatife yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimaal. Pada proses pembelajarannya, tipe STAD menurut Slavin 1995 (dalam Isjoni, 2007 : 51) melalui
17 lima tahapan yaitu 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap penghitungan skor perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan. Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. D. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Kebaikan dan Kelemahan Model Pembelajaran cooperative learning tipe STAD Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan cooperative learning. diakses pada 20 Maret 2015 Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21) cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut, Kelebihan: 1) Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku. 2) Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya. 3) Strategi cooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda etnis. Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning mempunyai kekurangan sebagai berikut: 1) Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet. 2) Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas. 3) Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.
18 Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya. Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif metode STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik. 3. Pendidikan Jasmani A. Pengertian Pendidikan Jasmani Sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang RI Nomor II Tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan Nasional bahwa tujuan pendidikan termasuk pendidikan jasmani di Indonesia adalah pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Ia merupakan salah satu dari ubsistem-subsistem pendidikan. “Pendidikan jasmani dapat didiefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerak fisik.”Choli Toho dan Lutan Rusli (2001 : 2) “Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pertumbuhan watak.” Engkos Kosasih ( 1994:2)
19 Menurut peneliti pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran yang menekankan pada gerak jasmani, fisik, dan gerak otot yang dilakukan secara sadar guna mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembelajaran. 4. Bermain Bolavoli A. Pengertian Bolavoli “Permainan bolavoli adalah permainan beregu dimana melibatkan lebih dari satu orang pemain misalnya voli pantai terdiri dari dari dua orang pemain tiap regu, bolavoli tipe Internasional tiap regu terdiri dari enam pemain”. Bachtiar, dkk. (2002 : 1.16), “Bolavoli adalah permainan yang dilakukan oleh dua regu, yang masing – masing terdiri atas enam orang. Bola dimainkan diudara dengan melewati net, setiap regu hannya bisa memainkan bola tiga kali pukulan”. Munasifah (2009 : 3). Menurut penulis, Bolavoli adalah permainan beregu yng dimainkan dua regu yang masing – masing regu terdiri dari enam pemain. Yang bertujuan memperoleh nilai dengan servis sebagai awalan permainan. B. Teknik Dasar Bermain Bolavoli Teknik adalah suatu proses melahirkan suatu keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik-baiknya untuk melakukan tugas yang pasti dalam permainan bolavoli. Sunnardi (2011:16). “Dalam mempertinggi kecakapan bermain bolavoli, teknik erat sekali hubungannya dengan kemampuan gerak kondisi fisik, taktik dan mental. Tktik dasar bolavoli harus betul-betul dipelajari terlebih dahulu guna dapat mengembangkan mutu bermain bolavoli.” Suharno ( 1974:11). “Teknik dasar bolavoli harus betul-betul dikuasai terlebih dahulu guna dapat mengembangkan mutu prestasi permainan bolavoli. Penguasaan teknik dasar bolavoli merupakan salah satu unsur yang ikut menentukan menang atau kalahnya suatu regu dalam suatu pertandingan”.
20 C. Cara Bermain Bolavoli “Sebelum melakukan suatu permainan hendaknya mengerti cara atau gerak dasar permainan tersebut. Bolavoli merupakan permainan beregu yang setiap regunya terdiri atas enam orang dengan jenis kelamin yang sama. Kemampuan individu atau perorangan yang tinggi akan memudahkan untuk menggalang suatu kerja sama yang memberikan hasil akhir yang bermutu dan baik”. Munasifah (2009:12-13) Dalam permainan bolavoli kita harus menguasai 3 masalah yang sangat penting sebagai berikut: 1) Teknik penguasaan bola 2) Teknik permainan 3) Taktik permainan D. Teknik Penguasaan Bolavoli Menurut Munasifah (2009:13 – 25). Dalam permainan bolavoli ada beberapa teknik dasar yang harus dikuasai oleh setiap pemain antara lain sebagai berikut: 1. Service (Pukulan pertama) Suatu upaya memasukkan bola ke daerah lawan dengan cara memukul bola menggunakan satu lengan atau lengan oleh pemain baris belakang yang dilakukan di daerah server . Beberapa servis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a) Sewrvis bawah (underhand service) Servis dilakukan dari arah bawah. Tangan yang akan memukul bolaharus lurus dan kencang. Siku jangan sampai bengkok sampai bola terpukul lepas. Sedang tinggi bolayang akan dilepaskan oleh tangan kiridisesuaikan oleh kebutuhan kita.
Gambar 1. Servis bawah
21 b) Servis gaya menyamping (Side hand service) Tangan yang akan memukul harus lurus dan tingginya sama dengan bahu kita.
Gambar 2. Servis gaya menyamping c) Servis dari depan (Front service) Tangan yang akan memukul bola harus lururs sewaktu menyentuh bola. Jauh dan dekat berdirinya si pemukul hendaknya disesuaikan dengan kondisi masing – masing si pemukul. Akan lebih efektif kalau kita dapat memukul bola dengan keras dan menukik kebawah atau bergelombang.
Gambar 3. Servis dari depan d) Servis dengan smash (Smash service) Bola dilempar tinggi sesuai dengan tinggi lompatan dan jangkauan tangan kita. Tangan tetap lururs untuk memungkinkan kerasnya pukulan.
22
Gambar 4. Smash service 2. Cara Mengoper Bola Dalam permainan bolavoli, kita mengenal dua macam cara mengoper bola, yaitu: a) Mengoper bola dengan tangan dari bawah (kedua tangan dirapatkan) disebut juga bugger. Cara ini selain digunakan untuk mengoper bola juga dapat digunakan untuk menerima bola serta mengambil bola yang datangnya rendah.
Gambar 5. Passing Bawah Hal yang perlu diperhatikan adalah pentingnya menerima servis dengan cara tangan dari bawah atau dengan istilah passing bawah. Sebab tanpa dapat menerima servis dengan baik dan mengarahkan bola kearah pengumpan (toaser), angka tidak akan diraih. b) Mengoper bola dengan menggunakan jari – jari tangan Cara mengoper bola dengan baik dan benar:
23 1) Jari – jari tanagn jangan melengkung/bengkok, harus lurus karena jari – jari akan lebih mudah melenting dan tidak kaku. Bagian yang menyentuh bola adalah bagian yang biasanya kita sebut bagian telapak jari, bukan ujung jari. 2) Penempatan jari- jemari sedemikian rupa sehingga bola akan disentuh merata oleh kesepuluh jari kita (separuh bulatan). 3) Ibu jari dan telunjuk kedua belah tangan kita membentuk segitiga. Ini adalah posisi yang baik, jangan segi empat.
Gambar 6. Passing atas kedepan
Gambar 7. Passing atas kebelakang 4) Tenaga menolak/mendorong dilakukan oleh ibu jari, dan sedikit jari tengah, sedangkan dua jari sisanya (jari manis dan kelingking) untuk mengarahkan yang benar. 5) Kedudukan jari – jemari kita berada tepat dimuka wajah adan titik sentuh bola harus tepat pula dimuka wajah kita. 3. Cara Melakukan Smesh (Spike) Dalam melakukan smesh sebaiknya kita melompat setinggi mungkin. Oleh karena itu, latihlah melompat sebanyak mungkin. Spike adalah pukulan yang utama dalam menyerang untuk mencapai kemenangan. Dalam melakukan spike diperlukan
24 jangkauan dan lompatan yang tinggi juga dipengaruhi otot yang mendukung. Latihan dasar yang harus dilakukan dalam melakukan smesh adalah: a) Telapak tangan terbuka seperti akan menampar, jari – jari harus rapat. b) Sebelum menyentuh bola, siku dilengkungkan sedangkan waktu menyentuh bola harus lurus, siku berada diatas pundak dan telapak tangan jauh dibelakang badan, jangan disamping. c) Waktu telapak tangan menyentuh bola, posisi telapak tangan didepan papan sedikit. d) Dari kedudukan semula ketitik kita akan melakukan smesh, usahakan jangan terlalu jauh, sehingga kita tidak banyak melangkah. e) Langkah terakhir sebelum melompat, harus cepat dan kuat. Jika kita melakukan smash tangan kanan kaki kiri melangkah pertama dan sebaliknya. f) Kedudukan tangan sewaktu akan melompatberada sejauh mungkin dibelakang badan. g) Kebanyakan smesh dilakukan dengan posisi badan agak miring ke kiri (bagi yang memukul dengan tangan kanan) dan sebaliknya. h) Badan menghadap arah bola yang akan dipukul dan tangan terayun sejajar i) dengan garis lurus badan, tidak boleh menyimpang pada lebar badan.
Gambar 8. Smash
25 E. Tekhnik Bermain Bolavoli 1. Server Suatu upaya memasukkan bola ke daerah lawan dengan cara memukul bola menggunakan satu lengan atau lengan oleh pemain baris belakang yang dilakukan di daerah server . 2. Passing Passing adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam suatu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagi langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan. Passing ada dua macam: a) Passing Bawah Menurut Kosasih,1992:38 (dalam Sunardi 2013 : 24) Pelaksanakan passing bawah dilakukan di depan badan setinggi perut bawah. Cara-cara pelaksanaan : 1) Sikap pemulaan: Badan dalam sikap setimbang labil, lengan diulurkan kedepan bawah, siku tidak ditekuk (sudut anatara lengan denagn badan kira-kira 45 derajat). Kosasih, 1992:38 (dalam Sunardi 2013 : 24) 2) Menurut Beutelstahi 2007:17 (dalam Sunardi 2013 : 24). Kaki yang satu di depan kai yang lain, kedua kaki dengan jarak kira-kira selebar kedua paha. Kedua lutut ditekuk sedikit, sehingga tubh bagian atas membungkuk sedikit ke depan, kedua lengan ditekuk sedikit di depan tubuh. 3) Sikap akhir: Setelah perkenaan bola, gerakan dilanjutkan dengan langkah kaki kedepan, selanjutnya ambil sikap permulaan. Pandangan mengikuti arah bola. Kemudian segera mengambil posisi berikutnya, mempersiapkan diri menerima pukulan musuh. b) Passing Atas Passing atas ialah operan yang dilakukan pada saat bola setinggi bahu atau lebih tinggi, sedangkan passing ialah operan bola keada teman seregunya untuk dimainkan dalam lapangan sendiri. Yang dimaksudkan denagn set-up ialah usaha seorang pemain dengan teknik tertentu menyajikan umpan kepada temannya agar dapat melakukan serangan (spike). Pelaksanaan teknik passing atas dilakukan bila datangnya bola setinggi bahu ke atas.
26 3. Spike Spike adalah pukulan yang utama dalam menyerang untuk mencapai kemenangan. Dalam melakukan spike diperlukan jangkauan dan lompatan yang tinggi juga dipengaruhi otot yang mendukung. 4. Block Suatu upaya dari pemain dekatnet (garis depan) untuk menutup segala arah datangnya bola yang berasal dari daerah lawan dengan cara melompat dan meraih ketinggian jangkauan yang ebih tinggi diatas net F. Pembelajaran Bermain Bolavoli dengan Model Cooperative Learning – STAD STAD ini merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan metode yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Keterampilan gerak terutama pada olahraga voli, model cooperative learning dapat membantu proses belajar siswa terutama dalam melakukan passing bawah bola voli. (Isjoni, 2010:51-53). Dalam pelaksanaan cooperatie learning terdapat beberapa tahapan antara lain : 1) Tahap penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari, dalam penelitian ini adalah materi passing bawah bola voli. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi. Dalam mengembangkan materipembelajaran ditekankan pada hal hal : a) mengembangkan materi pelajaran, b) menekankan bahwa belajar adalah memahami makna (dalam penjas diartikan sebagai memahami teknik dasar), c) memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa, d) memberikan penjelasan mengapa jawaban tersebut benar atau salah, e) beralih pada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami permasalahan dari materi yang ada mengenai teknik-teknik dasar passing bawah yang sudah diberikan. 2) Tahap kerja kelompok, pada tahap ini siswa diberi tugas untuk berlatih secara kelompok. Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penjelasan dan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi passing bawah bola voli. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok. 3) Tahap tes individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai mengenai materi passing bawah bola voli yang telah diajarkan.
27 Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok. 4) Tahap perhitungan skor perkembangan individu, Berdasarkan skor awal, dalam penelitian ini didasarkan pada nilai evaluasi hasil belajar semester 1. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai kemampuannya. 5) Pemberian penghargaan, diberikan berdasarkan skor yang diperoleh masingmasing individu dalam suatu kelompok yang berbentuk nilai. Sedangkan skor kelompok yang sendiri akan dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super. Sistematika tahapan yang harus dilalui pada pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD antara lain : 1) Tahap penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari, dalam penelitian ini adalah materi tentang passing bawah bola voli.
Dilanjutkan
dengan
memberikan
persepsi.
Dalam
mengembangkan
materipembelajaran ditekankan pada hal hal : a) mengembangkan materi pelajaran, b) menekankan bahwa belajar adalah memahami makna (dalam penjas diartikan sebagai memahami teknik dasar), c) memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa, d) memberikan penjelasan mengapa jawaban tersebut benar atau salah, e) beralih pada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami permasalahan dari materi yang ada mengenai teknik-teknik dasar passing bawah bola voli yang sudah diberikan. 2) Tahap kerja kelompok, pada tahap ini siswa diberi tugas untuk berlatih secara kelompok. Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penjelasan dan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi passing bawah bola voli. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok. 3) Tahap tes individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai mengenai materi passing bawah bola voli yang telah diajarkan. Skor
28 perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok. 4) Tahap perhitungan skor perkembangan individu, Berdasarkan skor awal, dalam penelitian ini didasarkan pada nilai evaluasi hasil belajar semester 1. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai kemampuannya. 5) Pemberian penghargaan, diberikan berdasarkan skor yang diperoleh masing-masing individu dalam suatu kelompok yang berbentuk nilai. Sedangkan skor kelompok yang sendiri akan dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super. Membentuk kelompok kooperatif, dengan menentukan kelompok dan diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat berdasarkan kemampuan hasil belajar mata pelajaran penjaskes, yaitu : 1) Guru dan peneliti mengadakan observasi pengambilan data awal. 2) Kemudian setelah mendapatkan hasil belajar siswa dalam passing bawah bola voli, dibuat rangking dari yang tinggi, sedang, dan rendah. 3) Untuk satu kelompok terdiri dari : 25% dari siswa dengan kemampuan yang mempunyai rata-rata tinggi dikelasnya, 50% dengan kemampuan sedang, dan 25% dengan kemampuan rendah. Suatu model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Kelemahan cooperative learning model Student Team Achievement Divisions kelemahan, antara lain : 1) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
29 2) Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. 3) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. 4) Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. B. Kerangka Berpikir Pembelajaran pendidikan jasmani yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran pendidikan jasmani yaitu pada model atau cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran kurang direspon baik oleh siswa, siswa merasa jenuh karena setiap pembelajaran hanya di komando serta di beri bola untuk melakukan latihan sendiri, sehingga siswa kurang aktif dan interaktif, baik dengan siswa yang lain maupun dengan guru. Permasalahan tesebut muncul dalam pembelajaran bolavoli di SMK Muhammadiyah 2 Muntilan pada siswa kelas X TKJ kurang maksimalnya pembelajaran bolavoli dikarenakan belum adanya desain pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan kepada siswa seharusnya bertujuan memacu keaktivan dan kerjasama siswa dengan rekan sebaya agar siswa mudah untuk memahami
dan
lebih
bersemangat
untuk
meningkatkan
kemampuan
dan
keterampilannya dalam bermain bolavoli. Salah satu model yang digunakan adalah cooperative learning tipe STAD. Pada model pembelajaran ini terdapat saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri, interaksi personal, serta keahlian dalam bekerjasama dalam kelompok. Dengan penggunaan model ini, siswa dapat lebih aktif dengan saling membantu antar teman untuk memahami materi, saling memberi motivasi atau dorongan, dan evaluasi.
30 Maka untuk memaksimalkan pembelajaran bolavoli, harus digunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Diantara model pembelajaran, yang sesuai dengan situasi tersebut adalah model cooperative learning dengan tipe Student Team Achievement Divisions yang dianggap paling konsisten memberikan pengaruh positif, agar siswa memiliki tanggung jawab secara individual maupun kelompok dan bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta berperan aktif memberikan dorongan atau motivasi serta evaluasi pada rekan sebaya khususnya pada materi bolavoli. Sehingga dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD, diharapkan dalam pembelajaran bermain bolavoli dapat dilakukan secara maksimal. Berkaitan dengan permasalahan dalam penelitiani ini, alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini secara skematis sebagai berikut
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
siswa masih sulit di kondisikan pada pembelajaran bolavoli khususnya passing bawah dan atas
Menerapkan Model cooperative learning tipe STAD pada pembelajaran
Melalui model cooperative learning, siswa akan lebih mudah dikoordinasikan dan mudah memahami materi passing bawah dan atas bolavoli sehingga hasil pembelajaran bisa maksimal.
Siswa : - Jenuh hanya berlatih sendiri. - Siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan bertindak semaunya sendiri. - Hasil belajar penjas rendah - Kualitas gerak passing bawah bola voli yang dilakukan siswa kurang memuaskan - Sarpras yang masih kurang
Siklus I : guru dan peneliti menyusun bentuk pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar passing bawahdan atas bol voli, melalui model cooperative learning tipe STAD Siklus II : upaya perbaikan dari tindakan silkus I sehingga meningkatkan hasil belajar passing bawahdan atas bolavoli, melalui model cooperative learning tipe STAD
Gambar 9. Alur Kerangka Berpikir