perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Integrasi
a. Pengertian Integrasi Menurut Susanto, Integrasi adalah ”Salah satu proses dan hasil kehidupan sosial, dan merupakan alat yang bertujuan untuk membentuk suatu kesatuan kebudayaan yang homogen”. (Emiliana dkk, 1997:4) Sedangkan menurut Suryaman integrasi adalah “Sebagai pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan dalam suatu sistem sosial, dan adanya keteraturan dan saling ketergantungan tingkah laku yang terkoordinasi dalam suatu kelompok sosial”. (Emiliana dkk, 1997:4) Menurut Widjaja integrasi diartikan sebagai keserasian satuan-satuan yang terdapat dalam suatu sistem (bukan penyeragaman tetapi hubungan satuan-satuan yang sedemikian rupa sehingga tidak merugikan masing-masing satuan) dimana yang baik saling mendukung dan saling menguntungkan, dan masing-masing masih tetap memiliki identitasnya sendiri. (Emiliana dkk, 1997:4) Menurut Howard Wrigins Integrasi berarti “Penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa”. ( Winarno, 2006:10) Myron Weiner membedakan 5 tipe integrasi yaitu : “integrasi nasional, integrasi wilayah, integrasi nilai, integrasi elit-massa, dan integrasi tingkah laku (tindakan integratif)”. (Winarno, 2006:10) Sementara itu menurut Sjamsuddin konsep integrasi dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu: dimensi proses dan dimensi hasil. Dari dimensi proses, integrasi merupakan usaha pengendalian antar kelompok agar dapat menghindarkan konflik antara satu dengan yang lainya. Atau dengan kata lain, integrasi merupakan commit toupaya user untuk menjembatani perbedaanperbedaan yang dilahirkan oleh faktor-faktor teritorial termasuk kultur
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
dengan mengurangi kesenjangan-kesenjangan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor tersebut. Dan dari dimensi hasil, integrasi merupakan tingkat keserasian antar kelompok pada suatu waktu tertentu. Atau dengan kata lain integrasi merupakan suatu kondisi dimana konflik antar etnik sangat kecil dan kerja sama antar etnik sangat kuat. (Emiliana dkk, 1997:5) Lain halnya dengan Ogburn dan Ninkoff, integrasi sosial merupakan “Suatu ikatan sosial berdasarkan pada nilai dan norma yang disepakati bersama dan memberi tuntunan tentang bagaimana individu berperilaku”. (Suminar dkk, 2003:3) Menurut Onwuka “The word integration suggests a process of structural linkage between two or more parts of a system or systems. Its essence can be discerned from the functionalist view of society”. ( Segun oshewolo, 2011:3) Artinya bahwa kata integrasi menunjukkan proses keterkaitan struktural antara dua atau lebih bagian dari sistem atau sistem . Esensinya dapat dilihat dari pandangan fungsionalis masyarakat. Menurut Anele captures the functionalist perspectives thus functionalism sees human society as a social system comprising subunits or interdependent parts. These sub-units are interdependent on each other and are functionally interrelated. What this means is that every phenomenon found in the society performs useful functions towards the survival of the entire system or society. It equally means that the sub-units of the society otherwise referred to as social institutions – the family, religion, polity, economy, education, technology; are integrated and interdependent and all perform useful functions towards the survival and stability of the society. ( Segun oshewolo, 2011:3) Pernyataan di atas berarti perspektif fungsionalis mempunyai pandangan bahwa fungsionalisme melihat masyarakat manusia sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari sub-unit atau bagian saling tergantung. Ini subunit yang saling bergantung satu sama lain dan secara fungsional saling terkait. Apa artinya ini adalah bahwa setiap fenomena yang ditemukan di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
masyarakat melakukan fungsi yang berguna untuk keberlangsungan hidup seluruh sistem atau masyarakat. Ini sama artinya bahwa sub-unit masyarakat lain disebut sebagai institusi sosial - keluarga, agama, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, yang terintegrasi dan saling tergantung dan semua melakukan fungsi yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan stabilitas masyarakat. Menurut Ojukwu, Federalism and integration are two concepts that are interwined.This is because federalism, which is adjusdged to be an integrative mechanism, seeks to promote unity and harmony among diverse ethnic groups in plural polity. It therefore implies that the existence of ethnic diversities and cleavages engenders the need for integrative efforts. Notabaly, a major problem facing new states, particulary developing new ones , with numerous cultural, linguistic and social diversities, is that of national integration (Ibaba Samuel Ibaba,2009:7). Artinya bahwa federalisme dan integrasi adalah dua konsep yang saling terkait. Ini adalah karena federalisme, yang diputuskan menjadi mekanisme integratif, berusaha untuk
meningkatkan persatuan dan
kerukunan antar kelompok etnis dalam pemerintahan plural. Oleh karena itu menyiratkan bahwa keberadaan keragaman etnis dan yang menimbulkan perpecahan perlu upaya integratif. Khususnya, masalah utama yang dihadapi negara-negara baru, khususnya mengembangkan yang baru, dengan keragaman budaya, linguistik dan sosial, merupakan integrasi nasional. Dari beberapa pengertian di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pengertian integrasi adalah penyatuan unsur-unsur yang terdiri dari perbedaan suku, ras, kebudayaan, agama, serta kepercayaan untuk membentuk suatu kesatuan kebudayaan yang homogen dan pengendalian terhadap konflik dalam suatu sistem sosial.
b. Faktor-faktor pendorong dan penghambat integrasi Faktor pendorong integrasi menurut Ogburn dan Ninkoff adalah: 1) Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan commit to user satu sama lain;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
2) Tercapai semacam konsensus mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial 3) Norma-norma cukup lama konsisten dan tidak berubah-ubah. (Suminar dkk,2003 :3) Faktor pendorong integrasi menurut Sunyoto Usman adalah : 1) Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental yang dapat dijadikan rujukan bersama. 2) Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki croos cutting affiliation sehingga menghasilkan croos cutting loyality. 3) Masyarakat berada diatas saling ketergantungan diantara unit-unit sosial yang terhimpun didalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. (Winarno,2006 :10) Menurut Hendropuspito faktor pendorong integrasi adalah: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Pembinaan kesadaran nasional. Perwujudan keadilan sosial dan prinsip sub-solidaritas. Pengawasan sosial yang intensif. Tekanan dari luar. Bahasa kesatuan. Lambang kesatuan. ( Emiliana dkk ,1997:5) Susanto melihat bahwa “Integrasi antar kelompok hanya akan
terwujud apabila anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan satu sama lain, tercapai semacam konsensus mengenai normanorma atau nilai-nilai”. (Emiliana dkk , 1997:5) Suryaman mengemukakan bahwa “Terwujudnya integrasi antar kelompok sangat dipengaruhi oleh faktor komunikasi, solidaritas kelompok, faktor budaya dan agama serta daya tampung sosial”. (Emiliana dkk ,1997:5) Menurut Koenjaraningrat faktor yang mendorong integrasi, yaitu “Bersumber dari kerja sama secara sosial, ekonomi, dan politik serta usaha hidup berdampingan”. (Emiliana dkk, 1997:5) Sementara itu, Suseno mengemukakan bahwa: Mudah tidaknya tercapai integrasi sangat tergantung dari apa yang disebut sebagai “rukun”, yang artinya berada dalam keadaan selaras, tenang, dan tenteram, tanpa ada perselisihan dan pertentangan, bersatu, saling membantu sama lainya, menghilangkan ketegangan dalam masyarkat atau menyingkirkan unsur-unsur yang dapat menimbulkan perselisihan dantokeresahan. (Emiliana dkk, 1997:5) commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Sedangkan faktor penghambat integrasi menurut O’Brien, Schrag dan Martin antara lain: 1) Ketidaksesuaian anggota kelompok mengenai tujuan kehidupan sosial kemasyarakatan yang telah disepakati. 2) Norma dan nilai sosial yang ada sudah tidak mampu lagi membantu anggota masyarakat dadalam mencapai tujuan individu dan kelompok. 3) Norma dan nilai kelompok yang telah disepakati anggota kelompok bertentangan satu sama lainnya. 4) Sanksi sudah menjadi lemah bahkan tidak dilaksanakan dengan konsekuen. 5) Tindakan anggota masyarakat telah bertentangan dengan norma dan nilai kelompok. (Suminar dkk, 2003:3) Koenjaraningrat
mengemukakan
bahwa
“Faktor-faktor
yang
menghambat integrasi adalah: 1) 2) 3) 4) 5) c.
Konflik yang ditimbulkan oleh beberapa sumber antara lain perbedaan sumber penghidupan atau mata pencaharian. Adanya pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari suku bangsa lain. Adanya fanatisme. Adanya dominasi dari salah satu suku bangsa. Adanya permusuhan antar suku secara adat. (Emilina, 1997:5)
Unsur-unsur Integrasi Menurut Roucek bahwa unsur-unsur terpenting dalam pengintegrasian dan solidaritas kelompok antara lain kemargaan; perkawinan; persamaan agama; persamaan bahasa dan adat; kesamaan tanah; wilayah; tanggung jawab atas pekerjaan sama; tanggung jawab dalam mempertahankan eksistensi; ekonomi; ikatan lembaga yang sama; pertahanan bersama; kerjasama/bantuan bersama; dan pengalaman, tindakan dan kehidupan bersama. (Suminar dkk ,2003:4) Sedangkan menurut
Hendropuspito bahwa “Unsur-unsur yang
menghambat integrasi terdiri dari perbedaan suku dan ras, kebudayaan, agama, serta kepercayaan, daerahisme, dan masalah mayoritas dan minoritas”. (Emiliana dkk, 1997:5) Selain itu, dalam mencakup ciri-ciri kebudayaan, masyarakat dan kepribadian secara sistematis-konseptual, Parsons tidak membuang waktu dengan menyajikan prasyarat fungsional unsur-unsur dasar aksi. Prasyarat commit to user itu tidak hanya berkaitan dengan masalah-masalah internal unsur-unsur aksi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
akan tetapi juga mengenai artikulasi satu dengan lainya. Menurut Parsons agar terjadi integrasi, prasyarat yang harus dipenuhi adalah: “ a) Suatu sistem sosial harus mempunyai peran masing-masing/ harus menempatkan posisinya sendiri-sendiri. b) Suatu sistem sosial harus menghindari kepentingan sendiri yang dapat
menimbulkan perpecahan/ konflik”.
(Soerjono Soekanto, 1986:33-34) 2. a.
Tinjauan Tentang Masyarakat
Pengertian Masyarakat Menurut Sri wiyarti (1997:22) pengertian masyarakat mempunyai dua arti ialah dalam arti konkrit ialah setiap kesatuan sosial, segenap kesatuan siosial yang terdiri atas himpunan atau kesatuan–kesatuan sosial yang terdiri atas himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, karena ada hubungan diantara mereka. Hubungan tersebut bersifat timbal balik, misalnya tolong menolong. Dalam arti abstrak ialah negara, gereja, suku bangsa, masyarakat dan hidup bermasyarakat adalah dua hal yang berlainan, meskipun kedua hal yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Menurut Koentjaraningrat masyarakat adalah “ Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas yang sama”. (Awan Mutakin, 2004:25) Menurut Harsoyo yang dimaksud masyarakat adalah “Setiap kelompok manusia yang lama hidup dan bekerjasama sehingga mereka itu mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas –batas tertentu”. (Ardinarto, 2007:36) Hasan Sadilly berpendapat bahwa pengertian masyarakat adalah “Golongan besar atau kecil terdiri atas beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain.” (Awan Mutakin, 2004:25) Sedangkan
Menurut
Hendropuspito
(1991:75)
memberikan
pengertian bahwa masyarakat adalah “Kesatuan yang tetap dari orang-orang yang hidup di daerah dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
berdasarkan kebudayaan yang sama untuk mencapai kepentingan yang sama pula”. Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama dalam suatu tempat tertentu dan saling mengadakan hubungan antar satu orang dengan yang lainya dan bekerja sama dalam kelompokkelompok berdasarkan kebudayaan yang sama untuk mencapai kepentingan yang sama pula. b.
Ciri-ciri Masyarakat Secara lebih lanjut Hendropuspito (1991:75-78) menjelaskan ciri-ciri masyarakat adalah sebagai berikut : “ 1) Memiliki wilayah yang sama dengan batas-batas geografis yang jelas. 2) Ada kesatuan penduduk. 3) Terdiri dari kelompok-kelompok yang mempunyai fungsi yang berbeda. 4) Mengemban fungsi umum. 5) Memiliki kebudayaan yang sama”. Sedangkan ciri-ciri masyarakat menurut Astrid S. Susanto (1999:15) adalah sebagai berikut: 1) Adanya sejumlah orang. 2) Tinggal dalam suatu daerah tertentu dalam ikatan geografis yang sama. 3) Mengadakan atau mempunyai hubungan yang membentuk suatu sistem hubungan antar manusia. 4) Mereka aktif terikat karena memiliki kepentingan bersama. 5) Mempunyai tujuan bersama dan bekerjasama. 6) Mengadakan ikatan atau kesatuan berdasarkan unsur-unsur yang sebelumnya. 7) Berdasarkan pengalaman ini akhirnya tercipta solidaritas persamaan membagi secara bersama. 8) Sadar akan independensi satu sama lain. 9) Berdasarkan sistem yang terbentuk maka dengan sendirinya membentuk norma-norma. 10) Berdasarkan unsur-unsur diatas akhirnya membentuk kebudayaan bersama melalui hubungan antar manusia. Sedangkan karakteristik masyarakat ideal adalah sebagai berikut :
“ Ruang publik yang bebas, demokratisasi, toleransi, pluralisme, keadilan sosial, partisipasi
sosial,
dan
www.crayonpedia.org/mw/)
supremasi hukum”. commit to user
(Ira
Merdeka,
2010,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan informasi kepada publik. 2) Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi sehingga mewujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari orang lain. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi yang meliputi : a) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) b) Pers yang bebas c) Supremasi hukum d) Perguruan Tinggi e) Partai poilitik 3) Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain. 4) Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. 5) Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang proporsional antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap lingkungannya. 6) Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi commit to user penguasa/pihak lain, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang bertanggungjawab. 7) Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali. c.
Pembagian Masyarakat Menurut
Abu Ahmadi (1984:83) dipandang dari terbentuknya
masyarakat dapat di bagi menjadi: 1) Masyarakat paksaan misalnya: negara, masyarakat tawanan dan lainlain. 2) Masyarakat merdeka yang dapat di bedakan menjadi: a) Masyarakat natur yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya seperti gerombolan dan suku, yang bertalian karena hubungan daerah atau keturunan dan biasanya masih sederhana sekali keberadaannya. b) Masyarakat kultur yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan, misalnya: koperasi, kongsi, perekonomian, gereja dan sebagainya. Menurut Berger membedakan dua jenis masyarakat yaitu: 1)
2)
Masyarakat kuno (gemeinscaft) adalah suatu masyarakat yang memiliki kebudayaan masih sederhana. Masyarakat ini memiliki sifat integrasi yang tinggi dan bersatu atau homogen dalam suatu keteraturan beragama serta memiliki peralatan hidup dan komunikasi yang masih sederhana. Jenis masyarakat ini lebih menonjolkan sifat kekeluargaan dan keterikatan sosial yang ditandai dengan suatu keakraban. Masyarakat modern (gesellscaft) adalah masyarakat yang telah mengalami proses segmentasi atau pluralisasi atau deferensiasi. Masyarakat modern ini terbagi ke dalam bentuk segmen-segmen masyarakat yang saling berhubungan dalam rangka mempertahankan hidup dan kehidupanaya. Sikap hidup pada masyarakat modern lebih menonjolkan sikap hidup individual, sehingga nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat termasuk nilai-nilai pengikat dari para anggota masyarakat sebagai kolektifitas sering terabaikan. Hal ini Nampak pada masyarakat yang tinggal di kota terutama kota besar yang disebut sebagai masyarakat kota lebih mementingkan dirinya daripada kepentingan orang lain. (Darsono, 2004:42) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
3.
Tinjauan Tentang Kelompok
a. Pengertian Kelompok Menurut Andersen dan Parker, “Kelompok adalah kesatuan dari dua atau lebih individu yang mengalami interaksi psikologis satu sama lain”. (Sri Wiyarti, 2007:36) Menurut Dr. P.Y. Bouman, “Kelompok atau golongan pada umumnya adalah kesatuan-kesatuan sosial yang dikuasai oleh perasaan persatuan”. (Sri Wiyarti, 2007:38) Menurut Cartwright & Zander (1971:20), Kelompok adalah agregat sosial dimana anggota-anggotanya yang saling tergantung, dan setidaktidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain. Kelompok adalah suatu kolektif yang terdiri atas berbagai organisme dimana eksistensi semua anggota sangat penting untuk memuaskan berbagai kebutuhan individu. Artinya, kelompok merupakan suatu alat untuk mendapatkan berbagai kebutuhan individu. Individu menjadi milik kelompok karena mereka mendapatkan berbagai kepuasan ssebaik mungkin melalui organisasi yang tidak dengan mudah mereka dapatkan melalui cara lainnya (Ichwan Muis, 2010, http://ichwanmuis.com). Sedangkan
menurut
Wekley dan
Yulk
mengemukakan
bahwa
“Kelompok merupakan suatu kumpulan orang yang berinteraksi satu sama lain secara teratur dalam suatu periode tertentu, dan merasakan adanya ketergantungan diantara mereka dalam rangka mencapai satu atau lebih tujuan bersama” (Ichwan Muis, 2010, http://ichwanmuis.com). Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa kelompok adalah kesatuan dari dua atau lebih individu atau kesatuankesatuan sosial yang mengalalami interaksi dan dikuasai oleh perasaan persatuan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Kelompok Apabila kelompok telah terbentuk, maka dengan sendirinya diusahakan mempertahankan dirinya/hidupnya.
Menurut
Sri Wiyarti
(2007:38-39)
kelangsungan hidup dari tiap-tiap kelompok sosial tersebut dipengaruhi oleh to user beberapa faktor, yaitu: “faktor commit psikologis dan faktor sosial”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1)
Faktor psikologis meliputi : a) Tiap-tiap anggota takut dicela oleh anggota lainya. b) Bahwa
tiap-tiap
anggota
memerlukan
perasaan
aman
dan
membutuhkan perlindungan dari kelompoknya. 2)
Faktor Sosial meliputi : a) Adanya norma kelompok. b) Jumlah atau banyaknya koordinasi antara anggota kelompok menentukan berlangsungnya kelompok. c) Kelompok sebagai tempat perwujudan dari kebutuhan.
c.
Macam-Macam Kelompok Sosial Menurut Sri Wiyarti (2007:39-41) masyarakat terdiri atas macammacam kesatuan sosial, karena itu dapat dibedakan kedalam beberapa jenis atas dasar berbagai ukuran. Ukuran yang dipakai bermacam-macam, yaitu : “ masyarakat diukur dari sudut besar kecilnya jumlah anggota dari tiap-tiap kelompok, masyarakat ditinjau dari derajat interaksi sosial dalam kelompok tersebut, ditinjau dari sudut kepentingan dan wilayah, ditinjau dari sudut berlangsungnya suatu kepentingan, dan ditinjau dari sudut derajat organisasinya”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Masyarakat diukur dari sudut besar kecilnya jumlah anggota dari tiap-tiap kelompok kesatuan sosial. Menurut George Simmel, “Bahwa besar kecilnya jumlah anggota dalam kesatuan sosial itu akan mempengaruhi interaksi sosial dalam kelompok tersebut”. Penelitiannya dimulai dari kelompok-kelompok yang terkecil yang terdiri atas satu orang sebagai fokus hubungan sosial, yang dinamakan :”monad”. Kemudian penelitian dikembangkan ke kelompok yang terdiri atas dua sebagai fokus hubungan sosial, yang dinamakan : “daye”, dan ke kelompok yang terdiri atas tiga orang, yang disebut : “triad”, dan kelompok commit tokecil user lainnya. Penelitiannya kemudian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
diteruskan dengan memperbandingkan dengan kelompok –kelompok yang besar. Analisa tersebut, dikembangkan lebih jauh oleh Leopold van Wiese dan Howard Becker. 2) Masyarakat ditinjau dari derajat intetraksi sosial dalam kelompok tersebut. Ditinjau dari sudut derajat interaksi sosial dalam kelompok dapat dibedakan, ada kelompok yang derajat interaksi soaialnya erat sekali, ada yang kurang erat. Yang erat hubunganya diantaraya ialah: keluarga, rukun tetangga masyarakat desa dan lain-lain. Mereka satu sama lain saling kenal mengenal. Adapun mereka yang kurang erat hubunganya ,misalnya: kelompok-kalompok sosial di kota-kota besar, perserikatanperserikatan dan negara 3) Ditinjau dari sudut kepentingan dan wilayah Ketentuan yang terbentuk karena wilayah yang sama, misalnya community
(masyarakat
setempat)
biasanya
tidak
mempunyai
kepentingan yang tertentu yang bersifat khusus,tetapi para anggotanya sadar bahwa mereka adalah merupakan suatu ketentuan sosial. Lain halnya suatu kesatuan sosial yang dibentuk karena adanya kepentingan tertentu, misalnya asociation (perserikatan). Disini mereka sedikitnya sadar akan adanya kepentingan-kepentingan bersama. 4) Ditinjau dari sudut berlangsungnya suatu kepentingan Kadang-kadang suatu keturunan yang sama tidak selalu hidup bersama-sama terus melainkan akan memisah untuk mendirikan keluarga baru dan selanjutnya mencari penghidupan sendiri. Ditinjau dari sudut kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidup ini, keturunan merupakan suatu kesatuan sosial yang lain dengan kesatuan sosial yang kepentingan sosialnya relatif lebih tetap misalnya, community. 5) Ditinjau dari sudut derajat organisasiya Kelompok-kelompok sosial itu ada yang mempunyai organisasi yang tinggi , tetapi ada juga kelompok sosial yang organisasinya sangat user sederhana atau hampircommit tidak toterorganisir dengan baik atau dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
dikatakan mempunyai derajat organisasi yang rendah. Kelompok sosial yang mempunyai derajat organisasi yang tinggi, misalnya negara segala perangkatnya. Sedangkan yang derajat organisasinya rendah, misalnya kerumunan orang-orang di jalan, di pasar. 4. Tinjauan Tentang Muhammadiyah a. Pengertian Muhammadiyah Muhammadiyah didirikan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah atau 18 Nopember 1912 Miladiyah, oleh almarhum KHA. Dahlan, yang disusun dengan majlis-majlis (bagian-bagian)nya, mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan ”Syura” yang dipimpin oleh hikmah kebijakkan dalam permusyawaratan atau muktamar . Menurut Hamdan Hambali (2006:8) Muhammadiyah adalah suatu organisasi merupakan alat perjuangan untuk mencapai suatu cita-cita. Muhammdiyah didirikan diatas (berlandaskan) dan untuk mewujudkan pokok pikiran yang merupakan prinsip-prinsip/ pendirian- pendirian bagi kehidupan dan perjuangan. Pokok pikiran / prisip / pendirian yang dimaksud itu adalah hak nilai hidup Muhammadiyah secara ideologis. Menurut Hamdan Hambali (2006:31) Muhammadiyah adalah suatu organisasi yang bersifat sebagai Gerakan, ialah yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang antara lain adalah : 1) 2) 3) 4) 5)
Muhammdiyah adalah sebagai subjek / pemimpin dan masyarakat semuanya adalah objek yang dipimpinnya. Lincah ( dinamis ), maju (progresif), selalu di muka dan militan. Revolusioner. Mempunyai pimpinan yang kuat, cakap, tegas, dan berwibawa. Mempunyai organisasi yang susunannya lengkap dan selalu tepat / up to date. Menurut Hamdan Hambali (2006:39) “Muhammadiyah adalah suatu
persyarikatan yang merupakan “Gerakan Islam”, maksud gerakanya adalah “Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar” yang ditujukan kepada dua bidang, perseorangan dan masyarakat”. Menurut Hamdan Hambali (2004:46) “Muhammadiyah adalah commit to user gerakan berasas islam, bercita-cita dan berkerja untuk terwujudnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah dimuka bumi”.
b. Fungsi dan Misi Muhammadiyah Menurut Hamdan Hambali (2006:55) fungsi dan misi Muhammadiyah adalah sebagai berikut: 1)
2)
3)
Berdasarkan keyakianan dan cita-cita hidup yang bersumberkan ajaran Islam yang murni, Muhammdiyah menyadari kewajibannya, berjuang dan mengajak segenap golongan dan bangsa Indonesia untuk mengatur dan membangun tanah air dan Negara Republik Indonesia, sehingga merupakan masyarakat dan negara yang adil dan makmur, sejahtera bahagia, materiil dan spirituiil yang diridhoi Allah SWT. Mengingat perkembangan sejarah keyataan bangsa Indonesia sampai saat ini, semua yang ingin dilaksanakan dicapai oleh Muhammadiyah daripada keyakianan dan cita-cita hidupnya, bukanlah hal yang baru dan hakekatnya adalah sesuatu yang wajar. Sedang pola perjuangan Muhammadiyah dalam melaksanakan dan mencapai keyakinan dan cita-cita hidupnya dalam masyarakat Negara Republik Indonesia, Muhammdiyah menggunakan dakwah islam dan amar ma’ruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya, sebagai jalan satu-satunya.
c. Sifat Muhammadiyah Menurut Hamdan Hambali (2006:41-42) Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifat-sifatnya yaitu: “ 1) Menciptakan perdamaian dan kesejahteraan. 2) Memperluas persaudaraan umat islam. 3) Pengetahuan yang luas mengenai ajaran islam. 4) Agamis dan kemasyarakatan. 5) Mentaati segala peraturan hukum yang berlaku. 6) Mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. 7) Cinta damai dalam bermasyarakat. 8) Kerjasama dan membela kepentingan sesama umat islam. 9) Bersama-sama membangun negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah. 10) Bersifat adil serta korektif kedalam dan keluar dengan bijaksana”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
d. Pokok-Pokok Ajaran Muhammadiyah Menurut
Abdul
Munir
(2000:53-55)
pokok-pokok
ajaran
Muhammadiyah yaitu: ” bidang kepercayaan, bidang ibadah (ritual), bidang sosial dan politik”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1)
Bidang Kepercayaan Kepercayaan tentang Tuhan atau akidah tauhid dapat dirangkum sebagai berikut: a) Hanya Tuhan yang kuasa menentukan nasib manusia dan meminta pertolongan. b) Manusia harus bekrja keras mencari rizki dan menyerahkan hasilnya pada kehendak Allah yang mutlak sebagai rahasia Tuhan dan maksudnya tidak bisa diketahui. c) Tidak percaya pada kekuatan dan kekeramatan kuburan siapa atau apapun. d) Tidak ada hari keramat baik atau buruk. e) Memahami ajaran islam dari buku tarjih atau langsung dari Al Qur’an dan Hadits dengan akal. f) Tidak menganggap Al Qur’an sebagai benda keramat.
2)
Bidang ibadah (Ritual) Ajaran bidang ini meliputi: a) Tidak slametan dan tahlilan. b) Ziarah kubur untuk mengingat akhirat bukan minta berkah. c) Tidak memakai sorban atau peci haji. d) Kedekatan pada Tuhan adalah kunci nasib dan segala persoalan hidup. e) Menyembelih kambing aqiqah sesudah anak lahir. f) Membaca zikir sesudah sholat wajib sendiri-sendiri tanpa suara keras. g) Segera sholat jamaah di rumah, mushola, atau masjid. h) Tidak menyelenggarakan upacara pertunangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
i) Memisahkan tempat duduk pria dan wanita dalam rapat, pengajian, dan lainya. j) 3)
Tidak makan minum dalam pesta dengan cara berdiri.
Bidang sosial dan politik Ajaran yang disebut muamalat atau ibadah umum ini meliputi: a) Tidak mematuhi ulama atau kiai dengan mencium tangan, tidak mematuhi kecuali ajaran islam. b) Tidak membawa sajadah bergambar dan tasbih atau mengharuskan memakai peci dalam sholat. c) Memelihara kebersihan pekerjaan secara halal. d) Rumahnya bersih dari hiasan yang melanggar hukum islam seperti foto bintang film. e) Disiplin mengikuti kegiatan pengajian, rapat, dan kegiatan organisasi. f) Mengucap salam ketika bertemu sesama muslim. g) Hidup dan berpakaian sederhana, tetapi senang membantu orang lain. h) Pesta perkawinan secara sederhana, tanpa kesenian apapun. i) Menyekolahkan anak ke sekolah Muhammadiyah atau negeri. j)
Tidak memakai cincin (bagi pria) apalagi emas.
k) Hanya mendukung partai islam atau organisasi politik sesuai jiwa ajaran islam. l) Aktif dalam politik untuk dakwah mengajak masuk islam bagi yang belum islam dan memurnikannya bagi yang sudah masuk islam. e. Perkembangan Muhammadiyah Perkembangan internal Muhammadiyah dalam menghadapi tantangan dunia luar tampaknya menunjukkkan dinamika tersendiri ditubuh organisasi ini. Pada periode awal sejak kepemimpinan Kyai Dahlan (tahun 1912-1923) sampai pada era kepemimpinan Kyai Ibrahim, Kyai Hisyam, Kyai Mas Mansyur, dan Ki Bagus Hadikusuma (tahun 1942-1953) Muhammadiyah menunjukkan dinamika selain dalam membangun tatanan gerakan yang commit to user fundamental (meletakkan dasar faham keagamaan, pendidikan, dan sosial-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
kemasyarakatan) juga terlibat dalam proses menghadapi perjuangan kemerdekaan pada masa penjajahan dan awal kemerdekaan. Pada era Orde Baru dinamika Muhammadiyah juga menunjukkan hal yang menarik. Tahun 1968 dalam muktamar ke-37 di Yogjakarta Muhammadiyah merumuskan langkah menjadikan (memperbarui) gerakannya yang meliputi aspek ideologi, khitah perjuangan, gerakan dan cita-cita hidup Muhammadiyah. Muhammadiyah pada masa kepemimpinan Kyai AR. Fakhrudin cukup mengalami perkembangan yang positif terutama dalam konsolidasi organisasi, pertumbuhan kuantitatif amal usaha, dan membangun hubungan yang baik dengan pemerintah serta berbagai pihak yang ternyata untuk kepentingan kemajuan Muhammadiyah sendiri. Pada muktamar ke-43 tahun 1995 di Aceh M. Amin Rais terpilih sebagai ketua PP Muhammadiyah untuk periode 1995-2000. Kehadiran DR. Amien Rais dalam memimpin Muhammadiyah menunjukkan dinamika yang cukup tinggi. Muhammadiyah mengembangkan diri selain dalam amal usaha sebagaimana selama ini menjadi andalan, juga dalam gerakan pemikiran dan belakangan dalam dinamika politik nasional. Dalam dinamika politik bahkan Muhammadiyah mampu mengangkat peran Muhammadiyah secara lebih artikulatif dengan mengangkat isu soal suksesi kepemimpinan nasional pada tahun 1993 tentang persoalan bangsa dan Negara. Langkah dinamik Amien Rais adalah mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) pada tanggal 23 Mei 1998, dan mengundurkan diri dari ketua PP Muhammadiyah. Dari pemaparan di
muka tampak bahwa
dinamika gerakan
Muhammadiyah sepanjang sejarah menunjukkan keragaman yang menarik, dengan tetap
menjadikan dirinya berada dalam koridor sebagai gerakan
sosial-keagamaan sebagai gerakan Dakwah Islam.
5. Tinjauan Tentang NU a. Pengertian NU Islam tradisional Indonesia, yang terorganisir kedalam NU sejak tahun to user 1926, merupakan fenomenacommit yang unik di dunia Islam. NU didirikan di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926, bertepatan dengan tanggal 26 Rajab 1344 H oleh para ulama yang pada umumnya menjadi pengasuh pondok pesantren. Kelahiran NU merupakan muara dari rangkaian kegiatan yang mempunyai mata rantai hubungan dengan berbagai keadaan, peristiwa yang dialami bangsa Indonesia sebelumnya, dengan latar belakang tradisi keagamaan, masalah sosial politik, dan kultural yang terjalin dalam suatu keterkaitan. Para ulama pada umumnya telah memiliki jamaah (komunitas warga yang menjadi anggota kelompoknya) dengan ikatan hubungan yang akrab, yang terbentuk dalam pola hubungan santri-kiai, terutama pada masyarakat di lingkungan pondok pesantrenya. Pola hubungan santri-santrikiai telah mampu mewarnai mewarnai, bahkan membentuk subkultur tradisional Islam tersendiri di Indonesia. Oleh karena itu, kehadiran NU dapat dipandang sebagai upaya untuk mewadahi, melembagakan, mengembangkan langkah kegiatan serta gerakan para ulama yang telah dilakukan dan berlangsung sebelumnya. Para ulama pondok pesantren yang tergabung dalam NU secara umum dapat dikatakan memiliki kesamaan wawasan pandangan dan tradisi keagamaan yang berlandaskan paham ahl al-sunnah wal aljama’ah. Menurut Ibralim Anis, Nahdlatul Ulama bisa diartikan kebangkitan ulama. Kata Al-Nahdlah secara etimologis berarti kemampuan kekuatan dan loncatan atau terobosan dalam mengupayakan kemajuan masyarakat atau lainya dan secara epistemologi dapat didefinisikan menerima segala aktivitas kemajuan yang berperadaban lama dari sisi yang lebih baru disertai kemampuan melakukan rekonstruksi dan reformasi (Rozikin Daman, 2001:43). Menurut Ellyasa (1994:1) “NU sendiri sesungguhnya merupakan suatu perhimpunan ulama fiqh (para ulama yang berpengetahuan luas dalam yurisprudensi Islam) dan ulama tarekat suf’i”. . Menurut Anderson NU pada hakekatnya merupakan suatu organisasi keagamaan yang tidak memiliki gagasan apapun tentang intergrasi regional, nasionalisasi industri dan kebijaksanaan luar negeri, namun paling terhadap isu-isu keagamaan murni dan sangat berhasil dalam membela kelompok inti inner core mereka sendiri (Ellyasa, 1994:3). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
b. Prinsip-Prinsip Ajaran NU : Menurut Rozikin Daman (2001:54-82) prinsip-prinsip yang memberikan nuansa spesifik pada NU adalah: “ paham ahl al-sunnah wa al-jama’ah, paham teologi asy’ariyah dan maturudiyah, paham mahdzhab, ajaran tasawuf, paham keulamaan, dan tradisi pesantren dan masyarakat pedesaan Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Paham Ahl al-sunnah wa al-jamaah’ah. Dalam pandangan NU (secara eksplisit) faham al-sunnah wa al-jama’ah dapat dirumuskan sebagai pandangan yang berpegang teguh kepada tradisi pemikiran dan menggunakan jalan pendekatan al-madzhab sebagai berikut : a) Dalam bidang hukum islam, menganut ajaran-ajaran dari salah satu Imam Madzhab Empat yang dalam praktek para kiai adalah penganut kuat Madzhab Syafi’i. b) Dalam soal-soal tauhid, menganut ajaran-ajaran Imam Abu Hasan alasy’aru dan Imam Abu Mansur al Maturidi. c) Dalam bidang tasawuf menganut dasar-dasar ajaran Imam Abu Qosim al Junaid. 2) Paham Teologi Asy’ariyah dan Maturudiyah Menurut Murtadha Al-Zabidi bahwa apabila disebut ahl al- sunnah wa aljama’ah dalam teologi maka yang dimaksud adalah penganut Asya’ari dan Maturidi. Dengan demikian apabila NU menganut teologi ahl alsunnah wa aljama’ah, maka yang dimaksud adalah NU mengikuti pemikiran Imam Asy’ari dan Imam Maturidi. Ciri khas dari teologi ahl alsunnah wa aljama’ah adalah : a) Mengutamakan Al-quran dan Sunnah (Hadits), disamping juga mempergunakan akal, oleh karena itu paham ini lebih mendahulukan dalil naqli daripada dalil aqli. b) Akal diperlukan dan bertugas untuk memberikan argumentasi rasional dari dalil naqli tersebut, sehingga berusaha menjaga keseimbangan commit user dalam penggunaan antara rasiotodan nas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
c) Tidak mudah mengkafirkan atau memusyrikkan orang yang berbuat dosa, atau karena sesuatu sebab belum dapat melaksanakan aqidah dengan murni, setelah berusaha sekuat mungkin. 3) Paham Madzhab Dalam memahami persoalan-persoalan hukum fiqh NU mengikuti salah satu madzhad empat, terutama mengikuti madzhab Syafi’i yang dikenal ajaranya yang moderat. 4) Ajaran Tasawuf NU sebagai penganut paham ahl al-sunnah wa al-jama’ah adalah penganut dan penghayat tasawuf. NU menyelaraskan antara tasawuf, terutama Al-Junaid Al Baghdadi dan Al Ghazali dengan tauhid Asy’ariyah dan Maturidiyah serta hukum fiqh sesuai dengan salah satu madzhab sunni yang empat. 5) Paham Keulamaan Gelar ulama atau kiai merupakan pengakuan dari masyarakat atas kepribadiannya secara utuh sebagai panutan umat. Melalui otoritas yang dimiliki, para ulama menjadi tempat bergantung masyarakat sekitarnya untuk mendapatkan jalan keluar bagi persoalan-persoalan yang mereka alami bukan hanya dalam masalah kerohanaian atau keagamaan melainkan juga masalah-masalah di luar keagamaan. 6) Tradisi Pesantren Dan Masyarakat Pedesaan Sejak awal berdirinya hingga sekarang basis kekuatan NU bertumpu pada pesantren dan masyarakat pedesaan dengan berbagai aspek tradisi yang terlekat dan menjadi cirinya, sehingga NU disebut sebagai organisasinya pesantren dan masyarakat pedesaan yang kemudian lebih dikenal sebagai organisasi Islam tradisional. Upaya dalam rangka melestarikan tradisi pesantren adalah membangun solidaritas dan kerja sama antara pesantren, antara lain melalui pengembangan tradisi: a) Keluarga terdekat (nasab maupun persemendaan) untuk menjadi commit to user penerus atau penggantinya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
b) Jaringan aliansi perkawinan antar keluarga kiai. c) Transmisi pengetahuan secara berantai dan berkesinambungan dari kiai kepada santri, adakalanya dengan pemberian restu dan kewenangan (ijazah) kepada santrinya untuk mengajar kitab ilmu tertentu. d) Pendirian pesantren baru oleh keturunannya atau santrinya atas restu dan izin kyai. c. Pedoman Perilaku Warga NU Menurut Rozikin Daman (2001:75) pedoman perilaku warga NU, baik sebagai pedoman tingkah laku perorangan maupun organisasi, yaitu: 1) 2) 3) 4)
Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma ajaran islam. Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Menjunjung tinggi sifat keikhlasan, berkhidmat, dan berjuang. Menjunjung tinggi persaudaraan (al ukhuwwah), persatuan (al ittihad) serta kasih mengasihi. 5) Meluhurkan kemuliaan moral (al akhlak al karimah), dan menjunjung tinggi kejujuran (al sidqu) dalam berfikir, bersikap, dan bertindak. 6) Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa, dan Negara. 7) Menjunjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi, sebagai bagian dari ibadah kepada AllahSWT. 8) Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya. 9) Selalu siap menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa manfaat bagi kemaslahatan manusia. 10) Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu, dan mempercepat perkembangan masyarakat. d. Perkembangan NU NU didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 oleh para ulama yang pada umumnya menjadi pengasuh pondok pesantren. NU merupakan organisasi sosial keagamaan seperti halnya Muhammadiyah, tertua dan terbesar ke-2 di Indonesia. Pada dua dasawarsa pertama setelah pendiriannya, kegiatan NU lebih terfokus pada usaha pembinaan keagamaan sesuai dengan aliran paham
yang diyakininya, disamping
membina
masyarakat dalam bidang pendidikan, sosial, dan perekonomian. NU telah mampu menunjukkan kemampuan mempertahankan gerakan dan peranannya commit to user dalam era sejarahnya yang panjang. NU yang dikenal dan diidentifikasikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
sebagai organisasi sayap tradisional Islam dengan berbasis masyarakat pesantren dan pedesaan telah memberikan sumbangan pada perkembangan budaya dan peradaban Islam di Indonesia kepada kehidupan masyarakatnya. NU sebagai organisasi sosial keagamaan mendasarkan gerak perjuangannya pada paham keagamaan yang berakar pada tradisi pemikiran ahl al-sunnah wa al jama’ah yang mereka identifikasikan sebagai kelompok modern. Perilaku dan sikap politik NU sering berubah dengan melakukan reposisi (pergeseran peran posisi) dalam percaturan politik. Sebagai contoh, pada tahun 1952 NU keluar dari Masyumi dan tampil sebagai partai politik yang berdiri sendiri. Tahun 1973 berfusi dengan PPP kemudian tahun 1984 keluar dari PPP dan menyatakan menanggalkan kegiatan politik dengan konsep kembali ke khitah 1926, gerakan kebudayaannya. Kemudian PBNU mendeklarasikan berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa sebagai wadah aspirasi warga NU.
6. Tinjauan Perbedaan antara NU dan Muhammadiyah Menurut
Abdul
Munir
(2000:53-55)
bahwa
perbedaan
antara
Muhammadiyah dan NU dapat dibedakan melalui beberapa perihal yaitu: “ 1) Kepercayaan, 2) Ibadah, 3) Sosial dan politik”. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini: Tabel 1 : Perbedaan antara NU dan Muhammadiyah No. 1.
Perihal Kepercayaan
NU a) Allah minta
tempat
Muhammadiyah me- a) Hanya Allah tempat meminta
pertolongan
pertolongan.
dengan perantara. b) Percaya pada kekua- b) Tidak percaya pada kekuatan tan ( kelebihan ke-
dan
kekeramatan
mampuan seorang siapa atau apa pun. commit to user
kuburan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
wali ” karomah”. c) Memahami Islam
ajaran c) Memahami ajaran Islam dari
dari
buku
buku tarjih atau langsung dari
tarjih atau langsung
Al Qur’an dan Al Hadits
dari Al Qur’an dan
dengan akal
Al Hadits dengan akal serta pedekatan budaya lokal. 2.
Ibadah
a) Slametan
dan a) Tidak slametan dan tahlilan.
tahlilan. b) Membaca
dzikir b) Membaca dzikir sesudah salat
sesudah salat wajib
wajib sendiri-sendiri tanpa
sendiri-sendiri deng-
suara keras.
an suara keras. c) Melaksanakan amal c) Hanya melaksanakan amal ibadah yang sudah
ibadah
yang
sudah
ada
ada tutunan dalam
tutunan dalam Al Quran dan
Al Quran dan Al
Al Hadits.
Hadits serta ijtihad dari guru atau ulama mereka. 3.
Sosial dan politik
a) Mematuhi atau
kiai
ulama a) Tidak mematuhi ulama atau dengan
mencium tangan.
kiai tangan,
dengan
mencium
tidak
mematuhi
kecuali ajaran islam. b) Tidak harus anak ke b) Menyekolahkan sekolah negeri.
NU
atau
sekolah
anak
ke
Muhammadiyah
atau negeri.
c) Aktif dalam dakwah c) Aktif commit to user
dalam
dakwah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
mengajak islam
masuk
bagi
belum
yang dan
mematuhi Islam
ajaran
bagi
mengajak masuk islam bagi yang
belum
memurnikan
bagi
dan yang
sudah masuk islam.
yang
sudah masuk islam dengan pendekatan budaya lokal.
B. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir adalah merupakan rambu-rambu pikiran berdasarkan teori yang relevan. Penelitian membutuhkan kerangka guna mempermudah tujuan penelitian yang hendak dicapai. Kerangka teori mencakup pokok-pokok pikiran yang menggambarkan sudut permasalahan yang diajukan penulis dalam penelitian ini adalah tentang integrasi masyarakat antara kelompok NU dan Muhammadiyah di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Integrasi adalah penyatuan unsur-unsur yang terdiri dari perbedaan suku, ras, kebudayaan, agama, serta kepercayaan untuk membentuk suatu kesatuan kebudayaan yang homogen dan pengendalian terhadap konflik dalam suatu sistem sosial. Indonesia adalah negara Berbhineka Tunggal Ika yang berarti walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Indonesia terdiri berbagai macam suku, ras, adat istiadat, kebudayaan, serta agama. Dengan keanekaragaman tersebut Indonesia
bisa
dikatakan
negara
yang
majemuk.
Kemajemukan
dan
keanekaragaman tersebut dapat menjadi salah satu faktor terjadinya konflik yang mengancam integrasi masyarakat. Adapun faktor yang mendorong integrasi, yaitu bersumber dari kerja sama secara sosial, ekonomi, dan politik serta usaha hidup berdampingan. Selain itu, mudah tidaknya tercapai integrasi sangat tergantung dari apa yang disebut sebagai “rukun”, yang artinya berada dalam keadaan selaras, tenang, dan tenteram, tanpa commit to user ada perselisihan dan pertentangan, bersatu, saling membantu sama lainya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
menghilangkan ketegangan dalam masyarkat atau menyingkirkan unsur-unsur yang dapat menimbulkan perselisihan dan keresahan. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat integrasi diantaranya, konflik yang ditimbulkan oleh beberapa sumber antara lain perbedaan sumber penghidupan atau mata pencaharian, adanya pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari suku bangsa lain, adanya fanatisme, adanya dominasi dari salah satu suku bangsa, dan adanya permusuhan antar suku secara adat. Adapun solusi untuk meningkatkan integrasi antara kelompok NU dan Muhammadiyah di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen yaitu, dengan menghargai perbedaan yang ada, rasa toleransi diantara kedua kelompok tersebut, dan komunikasi yang baik diantara kedua kelompok tersebut. Adapun skema dari pemikiran di atas adalah sebagi berikut:
MASYARAKAT
NAHDATUL ULAMA
MUHAMMADIYAH
INTEGRASI
FAKTOR PENDORONG
FAKTOR PENGHAMBAT
INTEGRASI MASYARAKAT
SOLUSI
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi atau tempat penelitian merupakan tempat di mana dilakukannya penelitian, sehingga peneliti memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini akan dilakukan di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Alasan atau pertimbangan penulis mengambil lokasi tersebut karena di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran memiliki permasalahan tentang integrasi masyarakat antara kelompok Muhammadiyah dan NU. Sehingga di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen peneliti akan memperoleh data yang dibutuhkan. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan dalam sebelas bulan, yang dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan Nopember 2012. Berikut ini gambar lokasi waktu kegiatan penelitian yang penulis lakukan: Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian No
Jenis Kegiatan
Tahun 2012 Feb Maret - MeiApril
1
Pengajuan Judul
2
Penyusunan
Juni
Proposal 3
Ijin Penelitian
4
Pengumpulan Data
5
Analisis Data
6
Laporan Penelitian
commit to user
30
Juli
Agust Sept- NopOkt
Des
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
B. Bentuk Dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian Dalam penelitian ini bentuk yang digunakan adalah bentuk deskriptif kualitatif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat, pencatatan, dokumen maupun arsip yang gemlike arti yang sangat lebih dari sekedar angka atau frekuensi. Data yang diungkap bersifat kualitatif, sebab tidak menggambarkan angka atau jumlah yang memiliki perbandingan. Data tersebut berupa keterangan, pendapat, konsep, atau tanggapan maupun respon yang berhubungan dengan obyek. Penelitian kualitatif datanya bersifat kualitas dalam bentuk verbal, yakni berwujud kata-kata serta merupakan suatu penelitian yang menekankan pada masalah proses serta makna, sehingga bentuk penelitian kualitatif yang baik adalah kualitatif deskriptif. 2. Strategi Penelitian Strategi penelitian yang digunakan adalah strategi penelitian tunggal terpancang. Mengenai model ini HB. Sutopo menjelaskan sebagai berikut: “Bentuk penelitian terpancang (embeded research) yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan tujuan dan minat penelitiannya sebelum peneliti ke lapangan studinya” (HB. Sutopo, 2002: 41-42). Untuk itu maksud dari strategi tunggal terpancang dalam penelitian ini, mengandung pengertian sebagai berikut: tunggal artinya hanya ada satu lokasi yaitu di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Sedang terpancang artinya hanya pada tujuan untuk mengetahui integrasi masyarakat antara kelompok Muhammadiyah dan NU di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
C. Sumber Data Menurut HB. Sutopo (2002: 50-54) menyatakan bahwa “Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda, beragam gambar dan rekaman, dokumen atau arsip”. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menggunakan sumber data berupa informan, tempat, dan peristiwa, serta dokumen. Lebih lanjut penjelasannya sebagai berikut: 1. Informan Informan adalah orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang akan dikaji serta mengetahui secara mendalam tentang data-data yang diperlukan, sehingga akan diperoleh informasi tentang permasalahan yang akan dikaji. Jenis sumber data ini dalam penelitian pada umumnya dikenal sebagai responden. Manusia sebagai sumber data perlu dipahami, bahwa mereka terdiri dan beragam individu dan memiliki beragam posisi. Oleh karena itu di dalam memilih siapa yang akan menjadi informan, peneliti wajib memahami posisi dengan beragam peran serta yang ada sehingga dapat diperoleh informasi pernyataan maupun katakata yang diperoleh dari informan yang disebut data primer atau sering disebut sebagai informan kunci (key informan). Adapun informan dalam penelitian ini adalah: a.
Kepala Desa Sidodadi atau yang mewakili
b.
Pihak Muhammadiyah
c.
Pihak NU
d.
Warga Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. ( dapat dilihat di lampiran 1) 2. Tempat dan Peristiwa Tempat dan peristiwa yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan
penelitian merupakan salah satu sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis mengambil tempat di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Sedangkan peristiwa yang dimaksud adalah integrasi masyarakat antara kelompok Muhammadiyah dan kelompok NU. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
3. Dokumen Menurut
Soegiyono
(2010:329)
menyatakan
bahwa
“Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu”. Sedangkan menurut Lexy J. Moleong (2008:216) menyatakan bahwa “Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film”. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan dengan cara mempelajari buku-buku, laporan-laporan, peraturan, arsip-arsip ataupun dokumen lainnya yang relevan dengan permasalahan penelitian.
D. Teknik Sampling (cuplikan) Dalam penelitian kualitatif sampel akan ditunjukkan oleh peneliti dengan mempertimbangkan bahwa sampel itu mengenai dengan masalah yang diteliti, jujur, dapat dipercaya, dan datanya bersifat obyektif. Sehingga dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang biasa digunakan adalah purposive sampling. Menurut Goetz & Le Compte “Purposive sampling yaitu teknik mendapatkan
sampel
dengan
memilih
individu-individu
yang
dianggap
mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data”. (HB. Sutopo, 2002:185) Jadi dalam metode ini beberapa objek penelitian dipilih, kemudian dari yang terpilih tersebut dijadikan sumber data yang akan mengungkap permasalahan yang telah dirumuskan. Dengan kata lain metode pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik informan kunci (key informan) yaitu peneliti mengambil orang-orang kunci untuk dijadikan sumber data. Maka penulis menggunakan sampel Kelompok Muhammadiyah dan Kelompok NU di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Untuk pengambilan sampel dari warga masyarakat, peneliti mendasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto (2007:95) yang mengemukakan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 hingga 150 orang, dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan angket, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Akan tetapi apabila peneliti menggunakan teknik wawancara (interview) atau pengamatan (observasi), jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik pengambilan sampel sesuai dengan kemampuan peneliti. E. Teknik Pengumpulan Data Menurut Goetz & Le Comte dalam HB. Sutopo (2002:58) “Adapun strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua cara yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang berupa interaktif dan non interaktif”. Metode interaktif meliputi wawancara mendalam, observer yang berperan dalam beberapa tingkatan. Sedangkan yang non interaktif meliputi mencatat atau mengumpulkan dokumen atau arsip dan juga observasi tak berperan. Untuk memperoleh dan menyusun data penelitian, penulis menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Wawancara Mendalam Wawancara merupakan suatu teknik untuk mendekati sumber informasi dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secra sistematis dan berdasarkan kepada tujuan penelitian. HB. Sutopo mengemukakan: Wawancara di dalam penelitian kualitatif pada umumnya dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended, dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak formal terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam (HB. Sutopo, 2002: 59). Maka dari itu Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth interviewing), karena dengan wawancara mendalam peneliti akan memperoleh data daripara informan, dengan maksud agar dapat mengungkap permasalahan yang akan diteliti melalui pertanyaaan atau sikap, baik melalui nada bicara, mimik, ataupun sorot matanya. Pada penelitian ini penulis melaksanakan teknik wawancara dengan commit to user mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan masalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
yang ingin dibahas kepada narasumber tentang integrasi masyarakat antara Kelompok NU dan Muhammadiyah di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Wawancara ini dilakukan berdasarkan pedoman wawancara (lihat lampiran 1), dan hasil wawancara serta foto-foto kegiatan wawancara bisa dilihat di lampiran 2 dan lampiran 3. 2. Observasi Menurut HB. Sutopo (2002:64) bahwa observasi adalah “menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat, atau lokasi dan benda, serta rekaman gambar”. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi langsung nonpartisipatif atau tidak berperan, di mana dalam kegiatan pengumpulan data kehadiran peneliti tidak diketahui oleh orang atau subyek yang diamati. Peneliti dalam hal ini bermain di luar sistem. Teknik observasi yang digunakan adalah pengamatan langsung terhadap integrasi masyarakat di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. 3. Analisis Dokumen “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu”. (Soegiyono, 2010: 329). Sedangkan
Suharsimi
Arikunto
(2006:158)
menyatakan
bahwa
“Dokumen artinya barang-barang tertulis”. Menurut HB. Sutopo (2002:54) mengemukakan bahwa “Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu”. Oleh karena itu dokumen dan arsip bukan hanya menjadi sumber data yang penting bagi penelitian kesejarahan, tetapi juga dalam penelitian kualitatif pada umumnya. Jadi analisis dokumen ini dapat dikaji melalui arsip-arsip yang relevan serta benda-benda fisik lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Dokumen dan record digunakan untuk keperluan penelitian, menurut Guba dan Lincoln alasan menggunakan dokumen dan record adalah : Merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong; Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian; Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks; Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan; Keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan teknik kajian isi; Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. (Lexy J. Moleong ,2008:217) Menurut Krippendorff (1991:63) menyatakan bahwa “Analisis Isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya”. Menurut Krippendorff (1991:63) menyatakan bahwa “Rangkaian disain analisis isi meliputi pembentukan data, reduksi data, penarikan inferensi, dan penganalisisan yang membantu analisis isi melakukan validasi langsung, pengujian kesesuaian hasilnya dengan metode-metode lain”.
F. Validitas Data Suatu penelitian untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka validitas datanya dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Trianggulasi Pengertian
trianggulasi
menurut
Lexy
J.
Moleong
(2008:330)
berpendapat bahwa “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan datanya memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu”. Menurut HB. Sutopo (2002:78-82) menyebutkan bahwa ada 4 macam trianggulasi yaitu: “trianggulasi data, trianggulasi metode, trianggulasi peneliti, dan trianggulasi teori”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
a. Trianggulasi Data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. b. Trianggulasi Metode, jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seseorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. c. Trianggulasi Peneliti, hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai
bagian
tertentu
atau
keseluruhannya
bisa
diuji
validitasnya dari beberapa peneliti. d. Trianggulasi Teori, trianggulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Tahap ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa data yang diperoleh sesuai dengan realitas di lokasi penelitian, untuk menjamin validitas data ini digunakan teknik trianggulasi data. Trianggulasi data dengan maksud menguji keabsahan data yang dilakukan peneliti dengan mengambil data yang sama dari sumber yang berbeda seperti Kelompok Muhammadiyah dan Kelompok NU di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Hasil trianggulasi data lihat lampiran 4 dan 5.
G. Analisis Data Menurut Lexy J. Moelong (2008:280) “Analisis Data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”. Sedangkan Soegiyono (2010:335) menyatakan bahwa : Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan commit yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan to user sehingga dapat mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Menurut Mattew B. Miles & A. Michael Huberman (1992:16) menyatakan bahwa “Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus”. Adapun alur kegiatan dalam proses analisa ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data Kegiatan ini digunakan untuk memperoleh informasi yang berupa kalimatkalimatyang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumen. Data yang diperoleh masih berupa data yang mentah yang tidak teratur, sehingga diperlukan analisis agar data menjadi teratur. 2. Reduksi Data Merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka
macam
cara
melalui
seleksi,
ringkasan
atau
uraian
singkat,
menggolongkannya dalam suatu pola yang lebih luas. 3. Penyajian Data Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian kualitatif berupa teks yang bersifat naratif. 4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Kesimpulan akhir akan diperoleh dengan menguji kebenaran, kekokohan, dan kecocokan data yakni yang merupakan validitasnya. Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam proses analisis data yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan, dimana komponen yang satu merupakan langkah menuju komponen yang lain. Untuk lebih jelasnya proses analisis tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut ini: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
I Pengumpulan Data
2 Reduksi Data
3 Sajian Data
4 Verifikasi/pengambilan Kesimpulan Gambar 2. Analisis Data Model Interaktif (HB. Sutopo, 2002: 96) H. Prosedur Penelitian Kegiatan penelitian ini direncanakan melalaui beberapa tahapan, yaitu “(1) persiapan, (2) pengumpulan data, (3) analisis data, dan (4) penyusunan laporan penelitian” (HB. Sutopo, 2002: 187-190). Untuk lebih jelasnya, masing-masing akan diuraikan sebagai berikut: 1. Persiapan a.
Mengurus perijinan penelitian.
b.
Menyusun protokol penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan data dan menyusun jadwal kegiatan penelitian. 2. Pengumpulan Data
a.
Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi, wawancara mendalam, dan mencatat serta mengumpulkan dokumen yang ada.
b.
Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul.
c.
Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan. 3. Analisis Data
a.
Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai proposal penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
b.
Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian dicross checkkan dengan temuan di lapangan.
c.
Setelah dapat data yang sesuai intensitas kebutuhan maka dilakukan proses verifikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan dengan orang yang dianggap lebih ahli.
d.
Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian. 4. Penyusunan Laporan Penelitian
a.
Penyusunan laporan awal.
b.
Review laporan: pertemuan diadakan dengan mengundang kurang lebih 2 orang yang cukup memahami penelitian untuk mendiskusikan laporan yang telah disusun sementara.
c.
Perbaikan laporan sesuai dengan rekomendasi hasil diskusi.
d.
Penyusunan laporan akhir.
commit to user