perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Permainan Bulutangkis
a. Karakteristik Permainan Bulutangkis Bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang termasuk dalam kategori permainan. Bulutangkis sering pula dikenal dengan nama badminton. Permainan bulutangkis dilakukan dengan menggunakan alat khusus, yaitu net, raket dan shuttlecock. Shuttlecock yang digunakan dalam pertandingan resmi harus terbuat dari bulu angsa yang berwarna putih. Lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan lawan. Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttelcock dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Dalam pelaksanaan permainan bulutangkis dibutuhkan keterampilan gerak yang baik. Permainan bulutangkis dilakukan dengan gerakan memukul menggunakan raket, gerakan berdiri, melangkah, berlari, gerakan menggeser, gerakan meloncat, gerakan badan ke berbagai arah dari posisi diam dan lainn sebagainya. Dari semua gerakan itu terangkai dalam satu pola gerak yang
menghasilkan
suatu
kesatuan
gerak
pemain
bulutangkis
untuk
menyelesaikan tugas. Menurut Herman Subardjah (1999/2000: 14) bahwa, ”Dilihat dari rumpun gerak dan jenis keterampilan bulutangkis seluruh gerakan yang ada dalam bulutangkis bersumber pada tiga keterampilan dasar yaitu lokomotor, non lokomotor dan manipulatif”. commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Gerak lokomotor ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan anggota badan, dalam proses perpindahan tempat atau titik berat badan dari satu bidang tumpu ke bidang tumpu lainnya. Gerakan lokomotor dalam permainan bulutangkis seperti gerakan langkah pengambilan bola atau penempatan posisi bola tertentu, gerakan melompat saat memukul bola tinggi. Gerakan non lokomotor adalah gerakan yang dilakukan di tempat, dan hal ini merupakan sikap dasar dalam permainan bulutangkis. Sikap dasar ini berupa kuda-kuda yaitu kedua kaki sedikit dibengkokkan, namun kedua kaki dibuka dengan jarak yang enak. Maksudnya gerakan tetap labil, meskipun pada saat memukul sangat dianjurkan agar pemain benar-benar bertumpu pada bidang tumpu. Permainan di depan net tampak nyata memerlukan akurasi yang didukung oleh sikap dasar yang baik karena ada kaitannya dengan posisi permukaan raket yang diupayakan segera menyambut shuttlecock sebelum jatuh ke lantai. Gerakan manipulatif dapat dilaksanakan apabila seorang pemain mampu menggunakan anggota badannya dengan koordinasi yang baik. Gerakan manipulatif berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket merupakan keterampilan yang dominan dalam permainan bulutangkis. Antisipasi dan koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat penting dalam permainan bulutangkis. Karakteristik permainan bulutangkis ini sangat penting untuk dipahami dan dimengerti oleh pembina maupun pelatih. Hal ini karena tugas pembina atau pelatih
adalah
merencanakan
tugas-tugas
ajar
(tugas
latihan)
dengan
memperhatikan struktur gerak dan jenis keterampilan dasar. Tata urut tugas gerak perlu diperhatikan, karena makin kuat dasar kemampuan gerak (ability) seseorang, maka ia akan terampil untuk melaksanakan tugas-tugas gerak dalam suatu cabang olahraga termasuk permainan bulutangkis.
b. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis Menurut Sudjarwo (1995: 40) menyatakan bahwa: Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam melakukan gerakan suatu cabang olahraga”. Teknik juga merupakan commit to user suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam suatu cabang olahraga. Pengusaaan teknik dasar dalam permainan bulutangkis merupakan salah satu unsur yang turut menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental. Dalam permainan bulutangkis teknik dasar harus dipelajari lebih dahulu guna mengembangkan mutu permainan bulutangkis dimainkan oleh dua regu ataupun ada juga perorangan. Mengingat permainan bulutangkis ada yang beregu, maka kerjasama antar pemain mutlak diperlukan sifat toleransi antar kawan serta saling percaya dan saling mengisi kekurangan dalam regu. Atlet, untuk dapat berprestasi semaksimal mungkin, maka suatu tim harus menguasai teknik dasar pemain bulutangkis supaya strategi yang diterapkan oleh pelatih akan berjalan disekitar pertandingan. Salah satu teknik yang harus dikuasai adalah teknik pukulan dalam olahraga bulutangkis yang harus dikuasai oleh para pemain antara lain : 1. Teknik Memegang Raket Menurut Tohar (1992: 34) menyatakan, “Di dalam permainan bulutangkis ada beberapa macam cara memegang raket, ialah : 1) Pegangan geblok kasur atau pegangan Amerika. Cara memegang raket : letakkan raket di lantai secara mendatar, kemudian ambillah dan peganglah sehingga bagian tangan antara ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan yang lebar.
Gambar 1 : Pegangan Geblok Kasur(Tohar, 1992: 34) 2) Pegangan Kampak atau pegangan Inggris. Cara memegang raket miring di atas lantai, kemudian raket letakan commit to user tangan antara ibu jari dan jari diangkat pegangannya, sehingga bagian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan raket yang kecil atau sempit.
Gambar 2 : Pegangan Inggris atau Kampak(Tohar, 1992: 36) 3) Pegangan gabungan atau pegangan berjabat tangan. Pegangan jenis ini juga disebut Shakehand grip atau pegangan berjabat tangan. Caranya adalah memegang raket seperti orang yang berjabat tangan. Caranya hampir sama dengan pegangan Inggris, tetapi setelah raket dimiringkan tangkai dipegang dengan cara ibu jari melekat pada bagian dalam yang kecil sedang jari-jari lain melekat pada bagian dalam yang lebar.
Gambar 3 : Pegangan Jabat Tangan (Tohar, 1992: 37)
4) Pegangan Backhand. Cara memegang raket, letakkan raket miring di atas lantai kemudian ambil dan peganglah pada pegangannya. Letak ibu jari menempel pada bagian pegangan raket yang lebar, jari telunjuk letaknya berada di bawah pegangan pada bagian yang kecil. Kemudian raket diputar sedikit ke kanan sehingga letak raket bagian belakang menghadap ke depan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Gambar 4 : Pegangan Backhand(Tohar, 1992: 38)
2) Kerja Kaki (Footwork) Kerja kaki memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan bulutangkis. James Poole (2005: 51) menyatakan, ”Tujuan dari footwork yang baik adalah supaya pemain dapat bergerak seefisien mungkin ke segala bagian dari lapangan”. Menurut Herman Subardjah (1999/2000: 27) “Footwork adalah gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam melakukan gerakan memukul shuttlecock sesuai dengan posisinya”. Untuk memperoleh footwork yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Aristanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik melangkah (footwork) dalam permainan bulutangkis yaitu “(1) Menentukan saat yang tepat untuk bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat kapan harus berbuat dan memukul bola dengan tenang, (2) Tetap memiliki keseimbangan badan pada saat melakukan pukulan”. Prinsip dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan kanan (right hended) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/akhir atau setiap melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, jika hendak memukul shuttlecock yang berada di lapangan bagian depan atau samping badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian pula jika hendak memukul shuttlecock di belakang, posisi kaki kanan berada di belakang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
3. Teknik Memukul Bola Memukul
bola
(shuttlecock)
merupakan
ciri
dalam
permainan
bulutangkis. Prinsip teknik memukul bola dalam permainan bulutagnkis adalah untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Tohar (1992: 67) menyatakan, ”teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lawan”. Dapat dikatakan bahwa seorang pebulutangkis yang terampil apabila memiliki keterampilan melakukan pukulan yang baik. Hal yang mendasar dan harus dikuasai agar terampil melakukan pukulan dalam permainan bulutangkis adalah menguasai teknik memukul yang benar dan didukung kemampuan kondisi fisik yang baik. Menurut Tohar (1992: 67) jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai oleh pemain bulutangkis antara lain “ Pukulan service, Pukulan lob, Pukulan dropshot, Pukulan smash, Pukulan drive, Pengembalian servis”. Pendapat lain dikemukakan Icuk Sugiarto (1993: 39) bahwa, ”macam-macam pukulan dalam permainan bulutangkis terutama adalah service, lob, smash, dropshot, drive dan netting”. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik pukulan yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis meliputi service, lob, drive, dropshot, smash, netting dan pengembalian servis. Jenis-jenis pukulan dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand, kecuali pukulan servis tinggi yang sulit dilakukan dengan pukulan backhand. 1) Pukulan Servis Tohar (1992: 40) menyatakan bahwa, Pukulan servis adalah “Pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lawan secara diagonal dan bertujuan sebagai pembuka permainan yang merupakan salah satu pukulan yang penting dalam permainan bulutangkis”. Servis merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai, karena hanya pemain yang melakukan servis yang dapat mengendalikan jalannya permainan, misalnya sebagai strategi awal serangan. Icuk Sugiarto (2002: 31) menyatakan aturancommit toservis user pada saat perkenaan adalah: aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
1) 2) 3) 4) 5)
Bola maksimum berada sebatas pinggang. Mulai dari pergelangan, kepala raket harus condong ke bawah. Kaki tidak menyentuh garis. Kedua kaki berhubungan dengan lantai. Tidak ada gerakan pura-pura. Kecepatan raket dapat diperlambat atau dipercepat tetapi gerakan harus berkelanjutan tanpa adanya istirahat.
Ada tiga macam jenis servis yang biasa dilakukan oleh pemain bulutangkis ialah servis, panjang, servis pendek dan servis tanggung. Servis panjang adalah servis yang yang mengarahkan bola tinggi dan jauh. “Bola diusahakan jatuh sedekat mungkin dengan garis belakang, dengan demikian bola lebih sulit untuk diperkirakan dan dipukul, sehingga semua pengembalian lawan kurang efektif” (Tony Grice, 2002:25). Servis pendek dilakukan rendah adalah paling sering digunakan dalam partai ganda, karena lapangan untuk ganda lebih pendek, tetapi lebih lebar dari pada partai tunggal. “Servis ini dapat dilakukan baik dengan forehand atau pun dengan backhand.” (Tony Grice, 2002:25). Servis
tanggung
sebenarnya
hanya
variasi
saja
dari
servis
pendek.Dilakukan dengan drive dan flick. “Servis ini merupakan alternatif yang baik dan membuat lawan hanya memiliki sedikit waktu untuk bertindak” (Tony Grice, 2002:25). 2) Pukulan Lob (Clear) Pukuan clear biasanya dilakukan dengan tinggi dan panjang. Gunanya untuk mendapatkan waktu untuk kembali ke posisi bagian tengah lapangan. Pukulan ini merupakan strategi yang digunakan khususnya untuk pemain tunggal. Pukulan clear yang bersifat bertahan merupakan pengembalian yang tinggi yang hampir sama dengan pukulan lob dalam tenis. Clear dapat dilakukan dengan pukulan overhand atau underhand, baik dari sisi forehand ataupunbackhand untuk memaksa lawan bergerak mundur ke arah sisi belakang lapangannya. Kegunaan utama dari pukulan clear adalah untuk membuat bola menjauh dari lawan dan membuatnya bergerak dengan cepat. Dengan mengarahkan bola ke belakang lawan atau dengan membuat dia bergerak lebih cepat dari yang dia commit waktu to userdan membuatnya cepat lelah. Jika inginkan, akan membuat dia kekurangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
melakukan clear dengan benar maka lawan harus bergegas melakukan pukulan balasan dengan akurat dan efektif. Pukulan clear yang bersifat menyerang merupakan clear yang cepat dan mendatar, yang berguna untuk menempatkan bola ke belakang lawan dan menyebabkan lawan melakukan pengembalian yang lemah. Tony Grice(2002: 41) menyatakan bahwa, “Pukulan clear yang bersifat bertahan memiliki lintasan yang tinggi dan panjang”.
3) Pukulan Drive Drive adalah pukulan datar yang mengarahkan bola dengan lintasan horisontal melintasi net. Baik drive forehand ataupun backhand mengarahkan bola dengan ketinggian yang cukup untuk melakukan clear pada bola dengan jalur yang datar atau sedikit menurun. Gerakan memukul hampir bersama dengan gerakan memukul dari samping dan biasanya dilakukan dari bagian samping lapangan. Pukulan drive memberi kesempatan untuk melatih foot work karena pukulan ini biasanya dilakukan pada ketinggian antara bahu dan lutut kesebelah arah kiri atau kanan lapangan. Dengan demikian Tony Grice(2002: 97) mengemukakan, “pukulan ini menekankan pada pencapaian bola dengan menyeret atau menggelincirkan kaki pada posisi memukul” Drive adalah pukulan pengembalian yang aman akan memaksa lawan mengembalikan bola tinggi. Tony Grice(2002: 97)berpendapat bahwa, “Jika pukulan kurang keras, pengembalian bola lebih mirip dengan pukulan push (mendorong bola) atau drive dari bagian tengah lapangan” Sasaran utama drive adalah untuk mengarahkan bola melintasi net dengan cepat. Tony Grice(2002: 97) menyatakan, “Arah bola harus dijauhkan dari lawan agar lawan terpaksa bergerak lebih cepat, dengan hanya mempunyai sedikit waktu dan pengembalian kerah atas”.
4) Pukulan Drop (Dropshot) Pukulan drop shot adalah pukulan rendah dan pelan, tepat di atas net sehingga bola langsung jatuh ke lantai. Bola dipukul di depan tubuh dengan jarak commit dan to user lebih jauh dari pukulan clear overhead, permukaan raket dimiringkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
mengarahkan lebih ke bawah. Larinya bola lebih seperti diblok atau ditahan dari pada dipukul. Ciri yang paling penting dari pukulan drop overhead yang baik adalah gerakan tipuan. Jika gerakan dapat menipu lawan pukulan mungkin tidak dikembalikan sama sekali. Tony Grice (2002: 74)mengemukakan bahwa ciri yang paling merugikan dari “pukulan drop adalah bolanya lambat sehingga memberikan banyak waktu pada lawan”. Nilai dari pukulan drop adalah terletak pada kombinasi pukulan ini dengan clear untuk membuat lawan sibuk dan memaksanya untuk mempertahankan seluruh lapangan. Tony Grice (2002:71) menyebutkan bahwa untuk menjadikan pukulan ini efektif “pukulan drop haruslah akurat agar lawan terpaksa menutupi bagian lapangannya seluas mungkin”. Nilai dari pukulan drop adalah terletak pada kombinasi pukulan ini dengan clear untuk membuat lawan sibuk dan memaksanya untuk mempertahankan seluruh lapangan.
5) Pukulan Smash Pukulan Smash adalah pukulan yang cepat, diarahkan ke bawah dengan kuat dan tajam untuk mengembalikan bola pendek yang dipukul ke atas. Pukulan smash hanya dapat dilakukan dari posisi overhead. Bola dipukul dengan kuat tetapi harus diatur tempo dan keseimbanganya sebelum mencoba mempercepat kecepatan smash. Ciri yang paling penting dari pukulan smash overhead yang baik selain kecepatan adalah sudut raket yang mengarah ke bawah. Bola dipukul di depan tubuh lebih jauh dari pukulan clear atau drop. Permukaan raket diarahkan untuk mengarahkan bola lebih ke bawah. Tony Grice (2002 : 85) mengemukakan, “Jika smash dilakukan cukup tajam, pukulan tersebut mungkin tidak dapat dikembalikan”. Arti penting dari pukulan smash adalah pukulan ini hanya memberikan sedikit waktu pada lawan untuk bersiap-siap atau mengembalikan setiap bola pendek yang telah mereka pukul ke atas. Pukulan smash digunakan secara ekstensif dalam partai ganda. Tony Grice (2002: 85) menyatakan bahwa, “Semakin tajam sudut yang dibuat semakin sedikit waktu yang dimiliki lawan untuk bereaksi. Selain itu semakin akurat pukulan smash, user semakin luas lapangan yang haruscommit ditutupitolawan”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
6) Pukulan Netting Pukulan netting atau jaring adalah salah satu jenis pukulan yang cukup sulit dalam permainan bulutangkis, karena permainan netting ini banyak memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling. Faktor tenaga dalam permainan nettting hampir tidak diperlukan sama sekali. Pukulan dilakukan dengan tenang dan pasti. Dalam permainan net, bola harus diambil sewaktu bola masih di atas. Apabila bola diambil setelah berada di bawah, tempo permainan akan menjadi lambat dan hal ini memberi kesempatan lawan lebih siap untuk maju. Bola harus serendah mungkin dengan bibir jaring, hal ini mempertinggi target kesulitan lawan memukul kembali bola, terutama untuk menerobosnya. Icuk Sugiarto (2002: 68) menyatakan “Tujuan penempatan bolayang jatuh dekat net adalah agar lawan kesulitan untuk mengembalikan bola, karena jatuhnya bola dekat dengan net, maka pengembalian bola lawan kemungkinan tanggung”.
4. Pola – Pola Pukulan Penguasaan
pola-pola
pukulan
penting
untuk
mengembangkan
permainan dan memperoleh kemenangan dalam permainan bulutangkis. Icuk Sugiarto (2002: 39) mengemukakan, “Pola latihan teknik pukulan adalah pukulan yang dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan yang dilakukan dengan cara berulang-ulang sehingga menjadi bentuk/pola teknik pukulan yang dapat dimainkan secara harmonis dan terpadu”. Pola pukulan pada dasarnya merupakan rangkaian dari beberapa pukulan yang dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu. Untuk dapat mengalahkan lawan dengan mudah, seorang pemain harus memiliki kemampuan memukul bola dengan baik dan ditunjang dengan penguasaan pola pukulan yang baik pula. Kemenangan dalam suatu pertandingan bulutangkis sangat sulit diperoleh jika hanya mengandalkan kemampuan memukul bola dengan baik, tanpa disertai dengan penguasaan pola-pola pukulan yang baik. Menurut Saiful Aristanto (1992: 30) pola pukulan yang dapat dikembangkan dalam permainan diantaranya yaitu: 1) Pola pukulan panjang-tajam-lurus (lob-chop-lurus) 2) Pola pukulan panjang-pendek (lob-dropshot) commit to user 3) Pola pukulan panjang-smash (lob-smash)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
4) 5) 6) 7)
Pola pukulan panjang-tajam-jaring (lob-chop-net) Pola pukulan panjang-smash-jaring (lob-smash-net) Pola pukulan panjang-pendek-jaring (lob-dropshot-net) Pola pukulan panjang-tajam-smash(lob-chop-smash)
Pola-pola pukulan yang dapat dikembangkan oleh mahasiswa banyak sekali jenisnya dan bervariasi. Selain dengan pola-pola tersebut mahasiswa dapat pula mengembangkan dengan pola yang lain. Namun pola pukulan yang dikembangkan harus memperhitungkan efisiensi dan efektifitas gerakan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar permainan bulutangkis merupakan faktor yang mendasar yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap mahasiswa agar mampu bermain bulutangkis dengan baik dan terampil.
2. Belajar dan Pembelajaran
a.
Pengertian Belajar dan Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Menurut Aunurrahman (menguti simpulan Abdilah) yang menyimpulkan pendapat dari beberapa ahli pendidikan bahwa “Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu” (2010:35). Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi yang baik dan positif, menjadi siswa yang commit to user memiliki sikap , kebiasaan dan tingkah laku yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Berikut ini adalah beberapa kelompok teori yang memberikan pandangan khusus tentang belajar diantaranya: 1) Behaviorisme Para penganut teori behaviorisme meyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian didalam lingkungannya yang memberikan pengalaman-pengalaman tertentu. Behaviorisme menekankan pada apa yang dapat dilihat, yaitu tingkah laku dan kurang memperhatikan apa yag terjadi dalam pikiran karena tidak dapat dilihat. Ciri yang paling mendasar dari aliran behaviorisme adalah bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi adalah berdasarkan paradigma S-R (stimulus Respons), yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu terhadap sesuatu yang datang dari luar. 2) Kognitivisme Kognitivisme merupakan salah satu teori belajar yang dalam berbagai pembahasan juga sering disebut model kognitif atau model perseptual. Pada teori belajar kognitivisme, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Piaget mengemukakan perkembangan intelektual melalui empat tahapan-tahapan, yaitu: (a) tahap sensori motor (0,0 – 2,0 tahun), (b) tahap pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun), (c) tahap operasional konkret (7,0 – 11,0 tahun), dan (d) tahap operasional (11,0 – ke atas). Pengetahuan dibangun dalam pikiran. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya.Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk,
yaitu
pengetahuan
fisik,
pengetahuan
logika-matematika,
dan
pengetahuan sosial. 3) Teori Belajar Psikologi Sosial Pandangan psikologi sosial secara mendasar mengungkapkan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses alami. Semua orang mempunyai keinginan untuk belajar tanpa dapat dibendung oleh orang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan tujuan yang mendasari motivator penting untuk proses belajarnya. Pada teori belajar psikologi sosial, proses belajar jarang sekali merupakan proses yang terjadi dalam keadaan menyendiri, akan tetapi commit to user melalui interaksi-interaksi. Proses belajar yang mengikut sertakan emosi dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
perasaan peserta didik ternyata mampu memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan hanya memanipulasi stimuli dari luar. 4) Teori Belajar Gagne Teori belajar yang disusun Gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme yang berpangkal pada teori pengolahan informasi. Menurut Gagne cara berpikir seseorang tergantung pada; (a) keterampilan yang apa yang telah dimilikinya, (b) keterampilan serta hirarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas. Lebih lanjut menurut Gagne, belajar tidak merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah, akan tetapi hanya akan terjadi dengan adanya kondisi-kondisi tertentu, yaitu; (a) kondisi internal, antara lain menyangkut kesiapan peserta didik dan sesuatu yang telah dipelajari, (b) eksternal, merupakan situasi belajar yang secara sengaja diatur oleh pendidik dengan tujuan memperlancar proses belajar.
b. Prinsip-prinsip Belajar Mengingat beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan
prinsip-prinsip
belajar
dalam
proses
pembelajaran
menurut
Aunurrahman (mengutip simpulan Davies) adalah sebagai berikut: 1) Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya 2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. 3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement) 4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. 5) Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.(2010:113) c.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar dicapai apabila terjadi perubahan yang lebih baik, baik ranah
afektif, kognitif dan psikomotorik.Namun untuk mencapai hasil belajar yang commit to user optimal banyak faktor yang mempengaruhinya. Nana Sudjana (2005: 39)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
menyatakan, “Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaknik, faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan”. Hal senada dikemukakan M. Sobry Sutikno (2009: 14) bahwa, Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar yaitu: 1) Faktor dari dalam diri individu (internal) a) Faktor jasmaniah, yaitu faktor kesehatan, faktor cacat tubuh. b) Faktor
psikologis,
yaitu
intelegensi,
motif
(daya
penggerak/pendorong), minat, emosi dan bakat. c) Faktor kelelahan, baik kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. 2) Faktor ekternal: a) Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, hubungan antar keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga. b) Faktor sekolah: kurikulum, keadaan gedung, waktu sekolah, alat pelajaran, metode pembelajaran, hubungan antara guru dengan siswa, hubungan antara siswa dengan siswa. c) Faktor masyarakat. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Hasil belajar akan menjadi lebih baik apabila faktor internal dan eksternal dapat terpenuhi dengan baik pula. Lebih lanjut M. Sobry Sutikno (2009: 25) menyatakan, Sebagai tolok ukur keberhasilan proses belajar indikator-indikatornya sebagai berikut: 1) Penguasaan materi pelajaran yang telah diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun secara kelompok. 2) Perilaku yang disebutkan dalam tujuan pembelajaran khusus dapat commit user maupun secara kelompok. dicapai oleh siswa, baik secaratoindividu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, indikator dari hasil belajar yaitu, siswa menguasai materi pelajaran yang diterimanya dan mencapai prestasi yang tinggi, baik secara idnividu maupun kelompok.Selain itu, perilaku yang ditampilkan siswa baik secara individu maupun kelompok menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Belajar Keterampilan
a.
Hakikat Belajar Keterampilan Belajar keterampilan merupakan belajar pola-pola gerak keterampilan
tubuh. Proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola gerak yang dipelajari. Intensitas keterlibatan unsur domain kemampuan yang paling tinggi adalah domain psikomotor yang berarti juga termasuk domain fisik. Di dalam belajar gerak bukan berarti domain kognitif dan domain afektif tidak terlibat di dalamnya. Semua unsur kemampuan individu terlibat di dalam belajar gerak, hanya saja intensitas keterlibatannya berbeda-beda. Intensitas keterlibatan domain kognitif dan domain afektif relatif lebih kecil dibandingkan keterlibatan domain psikomotor. Keterlibatan domain psikomotor tercermin dalam responrespon muskular yang diekspresikan dalam gerak-gerakan tubuh secara keseluruhan atau bagian-bagian tubuh. Berkaitan dengan belajar gerak, Sugiyanto (1996: 27) menyatakan, “Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh”. Menurut Rusli Lutan (1988: 102) bahwa, “Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil”. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, belajar gerak (motorik) merupakan perubahan perilaku motorik berupa keterampilan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Upaya menguasai keterampilan gerak diperlukan proses belajar yaitu proses belajar gerak. Wahjoedi (1999: 119) dalam commit to user keterampilan gerak hanya dapat Jurnal Iptek Olahraga menyatakan, “Penguasaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
diperoleh melalui pelaksanaan gerak dengan program pembelajaran yang terencana, sistematis dan berkelanjutan”. Dalam pelaksanaan belajar gerak harus direncanakan dengan baik, disusun secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pembelajaran yang baik, terencana dan terus menerus, maka siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tujuan belajar gerak adalah, siswa memiliki keterampilan gerak sesuai dengan yang diharapkan. Agar tujuan latihan dapat tercapai secara optimal, maka dibutuhkan kondisi belajar gerak yang efektif. Upaya menguasai keterampilan gerak kondisi belajar gerak yang efektif. Menurut Dwi Hatmisari Ambarukmi (2010: 66) bahwa, Kondisi Belajar Gerak adalah suatu prasyarat agar terjadi proses belajar gerak. Kondisi belajar gerak yang perlu diciptakan oleh pelatih meliputi 4 kondisi, yaitu: 1) Pemberian instruksi verbal (penjelasan). 2) Pemberian instruksi visual (demonstrasi gerakan). 3) Pemberian kesempatan praktik gerak keterampilan. 4) Pemberian umpan balik. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kondisi belajar gerak terdiri empat bagian yaitu pemberian penjelasan, contoh atau demonstrasi, kesempatan melakukan gerakan keterampilan yang dipelajari dan umpan balik dari pelatih dan siswa. Melalui empat tahap tersebut diharapkan keterampilan yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik. Rusli Lutan & Adang Suherman (2000: 56) menyatakan, “Ada tiga indikator gerak terampil yaitu: (1) efektif artinya sesuai dengan produk yang diinginkan dengan kata lain product oriented, (2) efisien artinya sesuai dengan proses yang seharusnya dilakukan dengan kata lain process oriented, dan (3) adaptif artinya sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dimana gerak tersebut dilakukan”. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, keterampilan yang dipelajari telah dikuasai siswa apabila gerakannya lebih efektif, yaitu sesuai dengan keterampilan yang diharapkan. Efisien, yaitu sesuai dengan proses yang harus dilakukan dan adaptif, yaitu sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dimana gerak tersebut dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
1. Tahap Belajar Keterampilan Proses dalam belajar keterampilan melalui beberapa tahapan. Dwi Hatmisari Ambarukmi (2007: 68) menyatakan, "Ketika seorang atlet mempelajari keterampilan gerak baru, ia kan melalui proses belajar yang meliputi 3 fase belajar, yaitu (1) fase awal (fase kognitif), (2) fase menengah (fase asosiatif), (3) fase akhir (fase otonom)”.
a) Fase Awal (Fase Kognitif) Pada fase ini mahasiswa berusaha mengetahui dan memahami ide atau konsep gerakan keterampilan yang dipelajari. Siswa berusaha mengerti gerakan yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan. Berdasarkan pengertian yang diperoleh, dipikirkannya membentuk rencana gerak dan urutan rangkaian gerakan yang dilakukan. Untuk membentuk rencana gerak dan membentuk pengertian yang benar diperlukan contoh yang benar. Dwi Hatmisari Ambarukmi (2007: 69) menyatakan: Langkah-langkah memperkenalkan suatu keterampilan baru kepada siswa yaitu: (a) Sebutkan nama keterampilan yang dipelajari. (b) Demosntrasikan gerakan keterampilan 2 atau 3 kali agar atlit dapat menangkap ide atau konsep gerakan. (c) Tunjukkan 2 atau 3 bagian kunci dari gerakan untuk menjadi fokus perhatian atlit. (d) Demonstrasikan lagi gerakan beberapa kali agar atlet dapat melihat kembali dan dapat mencari bagian kunci yang telah ditunjukkan. (e) Segera mungkin setelah memperhatikan demostrasi gerakan, atlit diberi kesempatan mempraktikkan gerakan. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam pembelajaran
keterampilan
pukulan
bulutangkis,
pengajar
menyebutkan nama keterampilan yang dipelajari, memberikan contoh gerakan
keterampilan
yang
dipelajari,
memberi
penekanan
keterampilan pukulan yang dipelajari, bila perlu diberikan contoh beberapa kali agar para mahasiswa commit to user paham dan mengetahui kunci
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
gerakan yang benar dan para mahasiswa kemudian diberikan kesempatan untuk melakukan gerakan keterampilan yang dipelajari dengan pengawasan dari pengajar.
b) Fase Menengah (Fase Asosiatif) Pada fase menengah atau fase asosiatif para mahasiswa mulai mendapatkan rasa gerakan, keterampilan gerak menjadi lebih lancar dan timing atau pengaturan tempo gerakan menjadi lebih baik. Mahasiswa dapat menghubung-hubungan bagian-bagian keterampilan dan mengembangkan ritme atau irama gerakan keterampilan dan yang lebih sesuai. Pada fase menengah atau asosiatif, para mahasiswa mampu merasakan berbagai gerakan keterampilan pukulan bulutangkisyang benar, gerakan menjadi lebih lancar, mampu mengembangkan ritme atau irama gerakan keterampilan pukulan bulutangkismenjadi lebih baik. Pada fase menengah atau asosiatif gerakan keterampilan pukulan bulutanngkis tidak lagi dikontrol secara visual, tetapi menggunakan mekanisme kontrol internal persepsi kinestetik atau rasa gerak bersamaan dengan proses visual. Pada fase menengah atau asosiatif seorang pengajar dapat mengarahkan perhatian mahasiswa pada aspek-aspek peningkatan kualitas keterampilan pukulan bulutangkis dengan cara memberikan umpan balik pada saat mahasiswa melakukan praktik berulang-ulang. Pemberian umpan balik dari pengajar jangan sampai mengganggu perhatian mahasiswa ketika sedang melakukan gerakan keterampilan pukulan bulutangkis.
c) Fase Akhir (Fase Otonom) Fase akhir (fase otonom) gerakan menjadi otomatis. Para mahasiswa menjadi mampu menyelesaikan gerakan keterampilan commit to userpada kontrol perhatian langsung pukulan bulutangkis tanpa terpaku
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
pada gerakannya. Gerakan keterampilan pukulan bulutangkisdapat diselesaikan tanpa kontrol secara sadar, tetapi tetap dapat melakukan perubahan gerakan jika memang diperlukan. Gerakan keterampilan pukulan bulutangkisdapat dilakukan lebih cepat dan lebih lambat sesuai dengan kebutuhan dan situasi.
b. Hukum-Hukum Belajar Keterampilan Dalam pelaksanaan proses belajar gerak, ada beberapa hukum-hukum belajar motorik yang harus dipahami dan dimengerti oleh seorang pelatih. Hukum-hukum belajar motorik tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilan tujuan proses belajar mengajar keterampilan. Menurut Thorndike bahwa, “Hukum-hukum belajar gerak dibedakan menjadi 3 yaitu, (1) hukum kesiapan, (2) hukum latihan dan (3) hukum pengaruh” (Sugiyanto & Kristiyanto, 1998: 2-3). Hukum kesiapan (law of readines) merupakan tahap kesiapan, dimana dalam pelaksanaan belajar keterampilan siswa harus betul-betul siap untuk menerimanya. Lebih lanjut Sugiyanto & Kristiyanto (1998:2) menyatakan "Hukum kesiapan (law of readinees) menyatakan bahwa belajar akan berlangsung sangat efektif jika pelaku belajar berada dalam suatu kesiapan untuk memberikan respons". Hal ini artinya, latihan keterampilan pukulan bulutangkis akan berlangsung efektif bila mahasiswa yang bersangkutan telah siap untuk menyesuaikan diri dengan stimulus dan telah siap untuk memberikan respon. Dengan kata lain, para mahasiswa akan belajar keterampilan pukulan bulutangkis dengan cepat dan efektif apabila telah siap dan telah ada kebutuhan untuk hal tersebut. Proses belajar akan berjalan lancar jika materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa. Hukum latihan (law exercise) merupakan tahap pengulangan gerakan yang dipelajari. Mengulang-ulang respon tertentu sampai beberapa kali akan memperkuat koneksi antara stimulus dan respon. Sugiyanto & Kristiyanto (1998: 3) menyatakan, “Hukum latihan mengandung dua hal yaitu (1) Law of use yang menyatakan bahwa hubungan stimulus respon menguat kalau ada latihan (2) Law commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
of disuse yang menyatakan bahwa hubungan stimulus respon melemah kalau latihan dihentikan”. Hukum pengaruh (law of effect) menyatakan, penguatan atau melemahnya suatu koneksi merupakan akibat dari proses yang dilakukan. Hubungan stimulus respon menguat bila muncul respon disertai oleh keadaan menyenangkan atau memuaskan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan latihan keterampilan pukulan bulutangkis hendaknya materi latihan yang disajikan dapat mendatangkan kesenangan sehingga menimbulkan motivasi latihan yang tinggi pada para mahasiswa. Keadaan yang demikian akan membuat mahasiswa lebih aktif melakukan gerakan keterampilan pukulan bulutangkis dan mampu melakukannya secara berulang-ulang sehingga akan memberi pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan keterampilan pukulan bulutangkis menjadi lebih baik.
4. Metode Pembelajaran
a.
Pengertian Metode Pembelajaran Pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai apabila mahasiswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik.
Hasil
belajar
seseorang
ditentukan
oleh
berbagai
faktor
yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang yaitu, kemampuan guru (profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi mahasiswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pembelajaran. Berkaitan dengan metode pembelajaran Nana Sudjana (2005: 76) useryang dipergunakan guru dalam bahwa, “Metode pembelajaran commit ialah to cara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan M. Sobry Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”. Berdasarkan pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan, metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan. Adapun tujuan proses pembelajaran menurut Benny A. Pribadi (2009: 11) adalah, “Agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik dan sistemik”. Metode pembelajaran pada prinsipnya bertujuan agar agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karenanya, metode pembelajaran hendaknya dapat menumbuhkan kegiatan belajar pada diri siswa. Menurut Sunardi (2002: 366) bahwa: Secara umum dapat dilihat bahwa metode mengajar dapat mengarahkan perhatian siswa terhahadap hakikat belajar yang spesifik, membangkitkan motivasi untuk belajar, memberikan umpan balik dengan segera, memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju sesuai dengan kemampuandan kecepatannya sendiri, dapat mengembangkan dan membina sikap positif terhadap diri sendiri, guru, materi pelajaran serta proses pendidikan pada umumnya. Pendapat tersebut menunjukkan, penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang pengajar akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan metode pembelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motivasi belajar para mahaiswa, sehingga akan mendukung pencapaian hasil belajar lebih optimal.
b. Macam-Macam Metode Pembelajaran Mengajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih daripada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan, atau ketangkasan. Seperti dikemukakan commit to user Slameto (1995:97) bahwa, “Kegiatan mengajar meliputi penyampaian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
pengetahuan, menularkan sikap, kecakapan atau keterampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar”. Untuk menyajikan seperangkat kegiatan pembelajaran dibutuhkan cara yang baik dan tepat. Dalam penyajian materi pelajaran dapat digunakan dengan metode pembelajaran yang tepat. Nana Sudjana (2005: 76) menyatakan, “Ketepatan penggunaan metode pembelajaran tersebut sangat bergantung pada tujuan, isi proses belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar”. Metode pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu alat untuk menciptakan proses mengajar belajar. Dalam menerapkan metode pembelajaran harus memperhatijan tujuan yang hendak dicapai, isi dari materi pelajaran dan kegiatan yang akan diberikan kepada siswa dalam pembelajaran tersebut. Pemberian atau penerapan metode pembelajaran yang tepat, maka dapat menumbuhkan berbagai kegiatan belajar siswa yang berhubungan dengan kegiatan mengajar guru. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami dan menguasai berbagai macam metode pembelajaran, agar dalam pelaksanaan pembelajaran diperoleh hasil yang maksimal. Nana Sudjana (2005: 77-89) mengkalsifikasikan jenis-jenis metode pembelajaran terdiri 14 macam yaitu: “Metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode tugas belajar dan resistasi, metode kerja kelompok, metode demonstrasi dan eksperimen, metode sosio drama (roleplaying), metode problem solving, metode sistem regu (team teching), metode karyawisata (field trip), metode resource person (manusia sumber), metode survai masyarakat dan metode simulasi”. Dari keempat belas metode pembelajaran tersebut dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran menurut kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka seorang pendidik harus cermat dan tepat dalam menerapkan metode pembelajaran.
c.
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
dalam
Pemilihan
Metode
Pembelajaran Penerapan metode pembelajaran yang baik dan tepat sangat penting to user dalamkegiatan pembelajaran agarcommit diperoleh hasil belajar yang optimal. Namun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
demikian setiap metode pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kelemahan, sehinggaguru dalam menerapkan mtode pembelajaran harus diperhatikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. M. Sobry Sutikno (2009: 90) menyatakan: Pada prinsipnya tidak satu pun metode pembelajaran yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Karena setiap metode pembelajaran pasti memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Karena itu, guru tidak boleh sembarangan memilih serta menggunakan metode pembelajaran. Pendapat tersebut menunjukkan, setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran harus diperhatikan beberapafaktor. Lebih lanjut M. Sobry Sutikno (2009: 91) menyatakan, beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran antara lain: 1) Tujuan yang hendak dicapai Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, tujuan menjadi pedoman arah dan sekaligus sebagai suasana yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Kepastian proses pembelajaran berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pembelajaran. Semakin jelas dan operasional tujuan yang akan dicapai, maka semakin mudah menentukan metode mencapainya, dan sebaliknya. 2) Materi pelajaran Materi pelajaran ialah sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk bisa dipelajri dan dikuasai oleh siswa. 3) Siswa Siswa sebagai subyek belajar memiliki karakteristik yang berbedabeda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga dan harapan terhadap masa depannya. Perbedaan anak dari aspek psikologis seperti sifat pendiam, super aktif, tertutup, terbuka, periang, pemurung bahkan ada yang menunjukkan prilaku-prilaku yang sulit untuk dikenal. Semua perbedaan tadi akan berpengaruh terhadap penentuan metode pembelajaran. Perbedaan-perbedaan inilah yang wajib dikelola, diorganisir guru, untuk mencapai proses pembelajaran yang optimal. Apabila guru tidak memiliki kecermatan dan keterampilan dalam mengelola perbedaan-perbedaan potensi siswa, maka proses pembelajaran sulit mencapai tujuan. Guru harus menyadari bahwa perbedaan potensi bawaan siswa merupakan kekuatan maha hebat untuk mengorganisasi pembelajaran yang ideal. Keragaman merupakan keserasian yang harmonis dan dinamis. commit to user 4) Situasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi. Pada waktuwaktu tertentu guru perlu melakukan proses pembelajaran di luar kelas atau di alam terbuka. 5) Fasilitas Fasilitas mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Oleh karena itu, ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan metode yang tepat, seperti tidak adanya laboratorium untuk praktek, jelas kurang mendukung penggunaan metode demonstrasi atau eksperimen. 6) Guru Setiap guru memiliki kepribadian, performance sytle, kebiasaan dan pengalaman membelajarkan yang berbeda-beda. Kompetensi pembelajaran biasanya dipengaruhi pula oleh latar belakang pendidikan. Guru yang berlatar belakang pendidikan keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih metode yang tepat dalam menerapkannya. Sedangkan guru yang latar belakangnya pendidikannya kurang relevan, sekalipun tepat dalam menentukan metode pembelajaran, namun seringkali mengalami hambatan dalam penerapannya. Jadi, untuk menjadi seorang guru pada intinya harus memiliki jiwa profesional agar dalam menyampaikan materui pelajaran bisa berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pendapat tersebut menunjukkan, dalam pemilihan dan penerapan metode pembelajaran ada enam aspek yang harus diperhatikan yaitu, tujuan yang hendak dicapai, materi pelajaran, siswa, situasi, fasilitas dan pendidik. Agar metode pembelajaran yang diterapkan memperoleh hasil yang optimal, maka aspek-aspek tersebut harus diperhatikan.
5. Metode Audio Visual Untuk Meningkatkan Keterampilan Pemain Bulutangkis
a.
Pengertian Metode Audio Visual Menurut Azhar Arsyad (2011: 30-31) menyatakan bahwa teknologi audio visual adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesanpesan audio dan visual. Arief S Sadiman (2002: 49) menjelaskan bahwa media audio visual merupakan media pembelajaran yang disajikan melalui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
unsur-unsur lambang auditif (suara) dan lambang-lambang visual (gambar) serta gerak. Azhar Arsyad (2011: 30) juga berpendapat bahwa, pengajaran melalui audio visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film dan video. Jadi pengajaran melalui audio visual adalah penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung pada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, metode audio visual adalah suatu pendekatan latihan yang dapat membantu pemain mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah dengan alat bantu mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual yang memperlihatkan gambar bergerak dan suara secara bersama-sama saat menyampaikan informasi atau pesan.
b. Pelaksanaan Metode Audio Visual untuk Meningkatkan Keterampilan Pemain Bulutangkis Metode audio visual pada dasarnya merupakan suatu strategi latihan teknik dasar yang bertujuan agar pemain dapat menampilkan gerakan dengan teknik yang benar, sehingga pukulannya menjadi lebih baik. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diterapkan strategi latihan yang baik dan efektif untuk mengembangkan penguasaan teknik dasar yang lebih baik. Ciriciri utama metode audio visual menurut Azhar Arsyad (2011: 31) menyatakan sebagai berikut: 1. Mereka bersifat linear 2. Mereka menyajikan visual yang dinamis. 3. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya. 4. Mereka merupakan gagasan real, atau gagasan abstrak. 5. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif. 6. Umumnya mereka berorientasi commit to pada user guru dengan tingkat pelibatan interaksi murid yang rendah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Pelaksanaan metode audio visual untuk meningkatkan kemampuan lob pemain bulutangkis yaitu, pelatih memberikan latihan dimana penyampaian materi dengan menggunakan alat bantu media audio visual berupa video yang di dalamnya terdapat informasi berupa gambar bergerak dengan suara.
c.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Audio Visual untuk Meningkatkan Keterampilan Pemain Bulutangkis Ditinjau pelaksanaan metode audio visual untuk meningkatkan kemampuan lob pemain bulutangkis dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan metode audio visual untuk meningkatkan keterampilan pemain bulutangkis antara lain: 1.
Materi yang disampaikan memperlihatkan suatu peristiwa teknik pukulan secara berkesinambungan, menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan berulang-ulang.
2.
Para pemain mampu melihat serta mengkoreksi teknik gerakan dengan baik. Kelemahan metode audio visual untuk meningkatkan keterampilan
pemain bulutangkis antara lain: 1.
Memerlukan biaya yang mahal.
2.
Pada saat penyampaian materi, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua pemain mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui tayangan tersebut.
6. Metode Konvensional untuk Meningkatkan Keterampilan Pemain Bulutangkis
a.
Pengertian Metode Konvensional Metode konvensional merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru, jadi guru memegang peranan commit utama to userdalam menentukan isi dan proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
belajar termasuk dalam menilai kemajuan siswa (Oemar Hamalik, 1990). Sedangkan menurut Roestiyah N.K. (1998), “Pembelajaran konvensional adalah cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah Guruan ialah cara mengajar dengan ceramah”. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, metode konvensional merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru dan telah lama dijalankan dalam sejarah Guruan ialah cara mengajar dengan ceramah. Metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Karena menggunakan metode tersebut maka siswa kurang terlihat aktif dalam proses belajar. Pembelajaran konvensional sudah lama digunakan oleh generasi sebelumnya sehingga sering disebut dengan pembelajaran yang tradisional. Adapun pembelajaran konvensional memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Pembelajaran berpusat pada guru 2. Terjadi passive learning 3. Interaksi di antara siswa kurang 4. Tidak ada kelompok-kelompok kooperatif 5. Penilaian bersifat sporadis 6. Lebih mengutamakan hafalan 7. Sumber belajar banyak berupa informasi verbal yang didapat dari buku 8. Mengutamakan hasil daripada proses.
b. Pelaksanaan Metode Konvensional untuk Meningkatkan Keterampilan Pemain Bulutangkis Pelaksanaan metode konvensional pada prinsipnya sama dengan metode audio visual. Letak perbedaannya pada alat atau strategi digunakan
yaitu
dengan
metode
konvensional.
yang
Menurut
Fasaebila.blogspot.com, pelaksanaan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, commit to user sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Fasaebila.blogspot.com juga menjelaskan bahwa, “kelas dengan pembelajaran secara biasa mempunyai ciri-ciri sebagai pembelajaran secara klasikal, para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu”. Berdasarkan
hal
tersebut,
metode
konvensional
merupakan
pembelajaran klasikal, para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Penyampaian materi latihan, pelatih lebih menggunakan modus telling (pemberian informasi), ketimbang modus demonstrating (memperagakan) dan doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung). Materi disampaikan secara lisan atau ceramah.
c.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Konvensional untuk Meningkatkan Keterampilan Pemain Bulutangkis Ditinjau pelaksanaan metode konvensional untuk meningkatkan keterampilan pemain bulutangkis dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan
metode konvensional untuk meningkatkan
keterampilan pemain bulutangkis antara lain: 1.
Pelaksanaannya tidak membutuhkan biaya yang besar dan penyampaian informasi cepat
2.
Membangkitkan minat akan informasi dan Mengajari pemain yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Kelemahan metode konvensional untuk meningkatkan keterampilan
pemain bulutangkis antara lain: 3.
Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar pemain tetap tertarik dengan apa yang dipelajari sehingga keaktifan pemain rendah
4.
Interaksi antara pelatih dan pemain tidak optimal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
B. Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut: BULUTANGKIS
Hasil Belajar Keterampilan Pukulan Bulutangkis
METODE PEMBELAJARAN Audio Visual
Konvensional
Hasil Belajar Konvensional
Hasil Belajar Audio Visual
Dibandingkan
Kesimpulan Gambar 5. Kerangka Pemikiran Berdasarkan konseptual kerangka berpikir tersebut menggambarkan bahwa, keterampilan pukulan bulutangkis dapat ditingkatkan dengan latihan kecepatan dan latihan ketepatan. Pendekatan kecepatan dan ketepatan dapat mempengaruhi terhadap keterampilan pukulan dalam permainan bulutangkis. Dari kedua latihan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula terhadap peningkatan keterampilan pukulan dalam permainan bulutangkis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
C. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1.
Ada pengaruh antara konvensional dan audio visual terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bulutangkis pada atlet sekolah bulutangkis Sari Bumi Tanker Solo tahun 2014.
2.
Metode Audio Visual lebih baik pengaruhnya daripada metode Konvensional terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bulutangkis pada atlet sekolah bulutangkis Sari Bumi Tanker Solo tahun 2014.
commit to user