perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1.
Koperasi
a. Pengertian Koperasi Salah satu bentuk kerja sama dalam lapangan perekonomian adalah kooperasi. Kerja sama dalam koperasi dilaksanakan berdasarkan prinsip saling membutuhkan dan kesamaan kebutuhan diantara beberapa orang. Orang-orang secara bersama mengupayakan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik yang terkait dengan keperluan pribadi maupun perusahaan. Untuk mencapai tujuan itu, suatu kerja sama yang berlangsung secara terus menerus. Koperasi berasal dari kata “co” yang berarti bersama serta “operation” yang berarti bekerja. Jadi, secara leksikologis koperasi adalah suatu perkumpulan kerja sama yang beranggotakan orang-orang maupun badan dimana ia memberikan kebebasan untuk keluar masuk sebagai anggota. Menurut Undang-Undang Koperasi Nomor 12 pada tahun 1967 (Pandji dan Djoko 2002:2). Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Pengertian koperasi menurut Undang-undang Koperasi No. 25 tahun 1992 adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan (Pandji dan Djoko 2002:2). Perbedaannya adalah UU No. 25/1992 pernyataan “yang berwatak sosial” secara definitif ditiadakan dan yang kedua menyangkut asas yang digunakan. Namun, tidak berarti koperasi kehilangan “watak sosial”nya, karena sesungguhnya commit to user koperasi diharapkan dapat menjadi suatu organisasi ekonomi yang mantap, 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 demokratis, otonom, partisipatif dan berwatak sosial (Pandji dan Djoko 2002:2). Beberapa ahli memberikan definisi mengenai koperasi: Muhammad Hatta (Edilius dan Sudarson, dikutip dari Subandi:2013) Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan. ILO (Edilius dan Sudarson, dikutip dari Subandi.2013: 25) Koperasi ialah kumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis, masingmasing memberikan sumbangan yang setara terhadap yang diperlukan, dan bersedia menanggung resiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan. Mladenata
di
dalam
bukunya
Histoire
Desdactrines
Cooperative
mengemukakan bahwa koperasi terdiri atas produsen-produsen yang bergabung secara sukarela untuk mencapai tujuan bersama, dengan saling bertukar jasa secara kolektif dan menanggung resiko bersama dengan mengerjakan sumber-sumber yang disumbangkan oleh anggota (Subandi.2013:25). Prof. R.S. Soeriaatmadja dalam kuliahnya pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia memberikan definisi. “Koperasi ialah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak memandang haluan agama dan politik secara sukarela masuk, untuk sekadar memenuhi kebutuhan bersama yang berifat kebendaan atas tanggungan bersama”. (dalam Subandi.2013:25) Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat dirangkum bahwa koperasi adalah suatu badan atau organisasi yang terdiri dari orang-orang yang memiliki kepedulian sosial terhadap sesama dan memiliki satu tujuan yaitu menyejahterakan sesama anggota dan
bersedia mengambil resiko bersama agar tercapainya tujuan yang
diharapkan. Koperasi bisa juga didirikan oleh perorangan atau badan hukum yang melandaskan kegiatannya pada asas gotong royong dan kekeluargaan guna mencapai tujuan bersama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 b. Tujuan Koperasi Tujuan koperasi berdasarkan Pasal 3 Undang- Undang RI Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian adalah memajukan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, fungsi dan peran koperasi adalah: 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. 2. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. Dua macam fungsi dan peran koperasi ini disebut efek koperasi dari kegiatan usaha koperasi yang tidak terdapat dalam perusahaan bukan koperasi (Rosmiati, 2012:68). Berdasarkan teori di atas dapat diketahui bahwa koperasi memiliki tujuan yang tercantum dalam undang-undang untuk menyejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Tujuan lain juga untuk mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi. Melihat situasi ekonomi saat ini koperasi dapat lebih berperan aktif menggapai tujuannya untuk mempertinggi kualitas kehidupan manusia dengan bekerjasama membangkitkan pengembangan usaha kecil dan menengah terutama untuk menyongsong pasar bebas yang akan segera berlangsung. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa koperasi tidak hanya meningkatkan kesejahteraan ekonomi tetapi juga dapat melindungi produk dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk asing.
c. Landasan dan Azas Koperasi Landasan dan azas sangat diperlukan untuk melandasi terbentuknya sebuah lembaga. Sebagai soko guru perekonomian nasional landasan dan azas koperasi perlu dipatuhi dan dilaksanakan dengan semestinya agar tujuan yang sudah tercantum akan tercapai dengan baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 Landasan yang berlaku bagi koperasi menurut UU No.12/1967 terbagi atas: 1. Landasan Idiil bagi Koperasi Indonesia adalah Pancasila yang memuat secara implisit maupun eksplisit tujuan besar mengapa negara ini dibangun. Landasan koperasi dalam pancasila terdapat pada sila kelima “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Keadilan sosial serta kesejahteraan adalah sesuatu hal yang benar-benar ingin diwujudkan. 2. Landasan Struktural merupakan tempat berpijak koperasi dalam struktur kehidupan masyarakat yang diatur dalam Undang-undang Dasar 1945. 3. Landasan Mental Koperasi Indonesia adalah kesetiakawanan dan kesadaran pribadi. Rasa setiakawan serta kegotongroyongan telah menjadi sifat masyarakat Indonesia sejak dahulu, hal ini yang harus tetap dipertahankan dengan adanya koperasi, setia kawan dan gotongroyong akan selalu terjaga. Azas Koperasi atau dalam bahasa Inggris disebutkan Cooperative Principles ini berasal dari bahasa Latin: Pricium yang berarti basis atau landasan dan dapat mempunyai
beberapa
pengertian
yaitu
sebagai
cita-cita
utama
atau
kekuatan/peraturan dari organisasi. Undang-undang No.12/1967 mengatakan bahwa azas koperasi adalah kekeluargaan dan kegotong royongan. Prof. Henzler dari Jerman (dalam Pandji.2002) membagi azas-azas koperasi dalam azas struktural (structural principles) dan azas fungsional (functional principles). Democratic control, termasuk dalam azas struktural sedangkan azas yang berkaitan dengan masalah manajemen, kebijaksanaan harga, pemberian kredit, menetukan metode dan standar dari prosedur operasi adalah azas fungsional. Azas struktural berlaku sama untuk semua jenis koperasi, sedangkan azas fungsional bisa berbeda pada beberapa jenis koperasi. Berdasarkan di atas dapat dirangkum bahwa azas koperasi adalah gotong royong dan kekeluargaan, sedangkan landasan koperasi merupakan pancasila dan juga UUD 1945. Apabila azas dan landasan koperasi ini tertanam di hati para pelaku koperasi tentu akan menjadikan koperasi sebagai badan usaha yang sangat baik untuk diterapkan di Indonesia yang akan mensejahterakan anggotanya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 d. Prinsip-prinsip Koperasi Prinsip koperasi menurut International Cooperative Alliance (ICA) yang ditetapkan pada tahun 1930, sebagai berikut: 1. Keanggotaan bersifat terbuka 2. Pengawasan secara demokratis 3. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota didasarkan atas tingkat atau proporsi partisipasinya dalam koperasi 4. Adanya bunga uang yang terbatas atas modal 5. Tidak membedakan politik dan agama anggota 6. Tata niaga dilaksanakan secara tunai 7. Menyelenggarakan pendidikan bagi para aggotanya. Prinsip-prinsip menurut ICA tidak bersifat mutlak tanpa pengecualian, namun penerapannya disesuaikan dengan kondisi nyata masing-masing negara. Berdasarkan perkembangan koperasi prinsip-prinsip koperasi Indonesia mengacu pada apa yang dirumuskan oleh ICA. Prinsip koperasi menurut Bung Hatta (1983) dalam Latief (2001) adalah: 1. 2. 3. 4.
Digerakkan oleh masyarakat sendiri dalam kesamaan tujuan Difokuskan kepada kepentingan anggota Kemandirian Koperasi harus didukung okeh anggotanya Sedangkan prinsip koperasi yang berlaku di Indonesia berdasarkan UU Koperasi UU Koperasi No.25/1992 pasal 5, sebagai berikut: 1. Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis 3. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal 5. Kemandirian Penyelenggaraan pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar koperasi merupakan prinsip koperasi yang penting dalam meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan anggota dan memperkuat solidaritas dalam mewujudkan tujuan koperasi. Kerjasama dimaksud dapat dilakukan antar koperasi di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 2. Koperasi Sekolah a. Pengertian Koperasi Sekolah Koperasi
sekolah
merupakan
wadah
kegiatan
ekonomi siswa
di
sekolah. Koperasi sekolah adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri atas siswa-siswa sekolah seperti siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan sekolah-sekolah yang sederajat dengannya. Koperasi sekolah didirikan berdasarkan surat
keputusan Menteri
638/SKPT/Men/1974, Pendirian
koperasi
Tenaga
Kerja,
tentang Ketentuan sekolah
Transmigrasi,
Pokok
berbeda dengan
Pendirian jenis
dan Koperasi
No.
Koperasi Sekolah. koperasi
lainnya.
Pendirian koperasi sekolah tidak disahkan sebagai badan hukum, sehingga koperasi sekolah tidak berbadan hukum. Koperasi sekolah dikatakan tidak berbadan hukum karena anggota-anggotanya belum dewasa. Sedangkan untuk memperoleh status badan hukum salah satu syaratnya adalah anggota-anggota yang bersangkutan harus sudah dewasa dalam arti cakap hukum dan mampu melakukan tindakan hukum (Haira.2012). Perbedaan koperasi sekolah dengan koperasi-koperasi yang lain, berikut ini ciri khas koperasi sekolah. a. Tidak berbadan hukum namun diakui sebagai koperasi. b. Anggotanya terdiri atas siswa SD, SMP, SMA, SMK, atau sekolah sederajat dengannya. c. Jangka waktu keanggotaan terbatas selama anggotanya tersebut menjadi siswa sekolah yang bersangkutan. d. Diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan teori tersebut dapat dirangkum bahwa koperasi sekolah adalah koperasi yang ada di lingkungan sekolah dan tidak harus berbadan hukum dengan anggotanya adalah warga sekolah itu sendiri dengan waktu menjadi anggota selama peserta didik tercatat menjadi siswa. Koperasi sekolah dari sisi kelembagaan belum dapat dikatakan sebagai commit to user perkoperasian, seperti “anggota koperasi yang sebenarnya. Ketentuanketentuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 koperasi adalah orang yang mampu melakukan tindakan hukum” tentu belum dapat dipenuhi oleh para siswa. Mereka pada umumnya masih muda, dengan umur antara 6-18 tahun. Karena itu, koperasi sekolah belum dapat diterbitkan badan hukum koperasi. Berdasarkan data statistik perkoperasian, koperasi sekolah belum dicatat atau didaftar.
b. Manfaat dan Tujuan Koperasi Sekolah Koperasi sekolah sebagai wadah kegiatan ekonomi siswa diharapkan mampu memajukan kesejahteraan siswa. Oleh karena itu, koperasi sekolah dalam menjalankan usahanya terutama untuk kepentingan pendidikan dan memenuhi kebutuhan para anggotanya. Menurut SK bersama Departemen Transmigrasi dan Koperasi dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tujuan pembentukan Koperasi sekolah adalah: 1. Mendidik, menanamkan, dan memelihara suatu kesadaran hidup bergotongroyong dan setia kawan di antara para murid. 2. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa. 3. Memelihara dan meningkatkan mutu pengetahuan dan keterampilan di bidang perkoperasian. 4. Menanamkan dan memupuk rasa tanggung jawab dan disiplin dalam hidup bergotong royong di dalam masyarakat. 5. Memelihara hubungan baik dan saling pengertian yang mendalam diantara sesama anggota koperasi sekolah. 6. Menanamkan rasa harga diri, kesamaan derajat, dan menumbuhkan jiwa demokrasi serta membangkitkan sikap berani mengemukakan pendapat. 7. Sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan alat-alat sekolah. h. Sebagai sarana untuk belajar menerapkan prinsip-prinsip ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. (Nurbudiyani. 2013: 57) Berkaitan dengan tujuan-tujuan di atas, maka kegiatan koperasi sekolah berikut ini. 1. Mewajibkan dan menggiatkan anggota koperasi sekolah untuk menyimpan dan menabung secara teratur. 2. Menambah pengetahuan koperasi. 3. Mengusahakan alat-alat tulis dan buku-buku pelajaran. 4. Mengusahakan pakaian seragam.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 5. Mengusahakan simpan pinjam. 6. Mengusahakan kebutuhan sehari-hari para siswa. Koperasi sekolah dapat memberikan manfaat bagi siswa yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Dapat digunakan sebagai sarana belajar berorganisasi, menjalankan usaha untuk kesejahteraan anggota Memenuhi segala kebutuhan alat-alat pelajaran Membentuk sikap mental yang baik, berdisiplin dan jujur di kalangan siswa Melatih siswa untuk menabung Memperoleh bagian Sisa Hasil Usaha (SHU) Melatih jiwa wirausaha di kalangan siswa Menumbuhkan kompetensi siswa terhadap pemahaman sikap dan keterampilan berkoperasi untuk bekal hidup di masyarakat Bagi pengurus memberi pengalaman untuk memimpin dan mengendalikan organisasi dan bisnis. (Nurbudiyani.2013: 58) Berdasarkan masalah yang terjadi di lapangan, banyak dari koperasi sekolah
yang belum memenuhi tujuan dan manfaat yang telah dipaparkan. Banyak dari SMA di kota Surakarta belum mempercayakan siswa untuk memimpin membangun koperasi. Masih banyak koperasi sekolah yang pengelolaannya dikendalikan oleh guru tanpa melibatkan siswa meskipun pada dasarnya guru ingin membelajarkan mengenai koperasi kepada siswa sebagai bekal di masa depan. Dengan memaksimalkan pengadaan koperasi dan disesuaikan dengan manfaat dan tujuan, koperasi sekolah kelak akan mampu menyejahterakan warga sekolah.
3. Peranan Koperasi a. Peranan Koperasi bagi Masyarakat Pengertian Peranan Menurut Soekanto (dalam Pertiwi et al. 2013), peranan adalah aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang dan karena kedudukan itu ia melakukan suatu tindakan atau gerak perubahan dinamis dimana dari usaha itu diharapkan akan tercipta suatu keadaan atau hasil yang diinginkan. Tindakan tersebut dijalankan dengan memanfaatkan kewenangan, kekuasaan serta fasilitas yang dimiliki karena kedudukannya. Menurut Siagian dalam Pertiwi et al (2013: 78) menyatakan bahwa peranan penting pemerintah terlibat dalam lima wujud utama, yaitu: 1. Selaku stabilisator, peran pemerintah sebagai stabilitator sangat penting dan harus dimainkan secara efektif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 2. Selaku inovator, pemerintah sebagai keseluruhan harus menjadi sumber dari halhal baru. 3. Selaku modernisator, pemerintah bertugas untuk menggiring masyarakat ke arah kehidupan yang modern. 4. Selaku pelopor, pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi seluruh masyarakat. 5. Selaku pelaksana sendiri, pemerintah masih dituntut untuk berperan sebagai pelaksana sendiri berbagai kegiatan. Perekonomian rakyat yang kecil-kecil terutama di pedesaan hendaklah mengambil bentuk koperasi dan mulai mengupayakan usaha yang kecil-kecil terlebih dahulu. Saat ini bentuk koperasi yang dibangun di desa dikenal Koperasi Unit Desa (KUD). Kerjasama dan tolong menolong yang menjadi pembawaan koperasi akan memberikan jaminan bagi kedudukan dan perkembangan koperasi. Berdasarkan bentuk koperasi yang kecil tersebut, yang masing-masing dilaksanakan dengan usaha yang teratur dan solidaritas perekonomian yang tinggi, maka usaha koperasi kecil tersebut akan berangsur-angsur meningkat memasuki medan perekonomian pertengahan. Selanjutnya perekonomian rakyat yang teratur tersebut dengan organisasi koperasinya akan dapat memasuki medan perekonomian yang lebih besar, seperti koperasi yang dilahirkan dan dikembangkan oleh organisasi koperasi di Swedia, Denmark, dan Jerman (Hatta,1987:259).
b. Peranan Koperasi dalam Pendidikan Berdasarkan pengertian, azas dan landasan koperasi, koperasi harus dijadikan sebagai bagian dari pendidikan rakyat, untuk memperkuat ekonomi dan moral. Koperasi dapat mendidik keinsyafan ekonomi dan moral karena koperasi berdasar atas dua sendi yang satu sama lain saling memperkuat. Sendi yang mendasari moral adalah solidaritas setia kawan dan individualitas keinsafan akan harga diri sendiri. Hanya di dalam koperasi sendi solidaritas dan sendi individualitas dapat berkembang dalam hubungan yang harmonis, dengan menghidupkan dan memupuk kedua sendi tersebut, yaitu solidaritas dan individualitas, maka koperasi senantiasa mendidik dalam rasa tanggung jawab sosial. Solidaritas sudah ada dalam jiwa rakyat Indonesia, rasa saling tolong menolong, sifat gotong royong yang sudah mengakar di kehidupan masyarakat commitIndonesia. to user Indonesia terutama di pedesaan-pedesaan Solidaritas ini memang akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 mampu memelihara persekutuan dalam masyarakat yang relatif statis, tetapi hanya dengan solidaritas kurang dapat mendorong kemajuan ke arah yang lebih optimal. Solidaritas hanya dapat memelihara koperasi sosial, tetapi tidak dapat menghidupkan koperasi ekonomi untuk mempertinggi derajat penghidupan dan kemakmuran. Oleh karena itu koperasi ekonomi memerlukan individualitas selain solidaritas tersebut. Sendi individualitas ini tidak dapat timbul dengan sendirinya, melainkan harus dipupuk lewat jalur pendidikan dan asuhan. Pola pendidikan dan asuhan ini dilakukan sehari-hari dalam koperasi dan memerlukan waktu yang lama. Individualitas tidak sama dengan individualisme. Faham individualisme adalah faham atau filsafat hidup yang mendahulukan kepentingan orang per orang dibanding masyarakat. Individualitas adalah sifat pada seseorang yang insyaf akan harga dirinya, yang percaya kepada dirinya sendiri. Kepercayaan kepada diri sendiri ini penting karena akan menimbulkan keyakinan dan perasaan sanggup untuk memperbaiki nasib sendiri dengan usaha dan kekuatan sendiri. Individualitas menjadikan seorang anggota koperasi sebagai pejuang yang ulet dan pembela yang gigih untuk koperasinya. Seiring dengan koperasi yang bergerak maju, akan berdampak terhadap kenaikan dan kemajuan dirinya (Rosmiati, Widya 2012: 70). Berdasarkan pengertian tersebut dapat dirangkum bahwa koperasi tergabung atas solidaritas dan individualitas sebagai dua sendi yang saling memperkuat, saling mengisi, dan saling mengawasi agar selalu dalam jalur tujuan koperasi. Koperasi mendidik seseorang mengemukakan kepentingan bersama dalam mengejar kepentingan sendiri, mendidik seseorang bekerja untuk kepentingan bersama, dengan tidak menekan kepentingan individu sekedar menjadi alat dari organisasi koperasi. Oleh karenanya koperasi tidak saja mendahulukan kepentingan perorangan, tetapi juga tidak mengejar kepentingan organisasi koperasi. Jadi walaupun koperasi merupakan suatu organisasi untuk membela anggota-anggotanya, tetapi juga untuk kepentingan umum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 c. Peranan Koperasi Sekolah Koperasi sekolah dikelola oleh para siswa di bawah bimbingan kepala sekolah dan guru, terutama guru bidang studi ekonomi. Keberadaan koperasi sekolah tentunya memiliki peranan penting bagi masyarakat sekolah yang bersangkutan, terutama bagi siswa. Berikut ini beberapa peran dari koperasi sekolah (Haira,2012:12). 1. Menunjang pendidikan sekolah ke arah kegiatan-kegiatan praktis guna mencapai kebutuhan ekonomis di kalangan siswa. 2. Mengembangkan rasa tanggung jawab, disiplin, setia kawan dan jiwa demokratis pada siswa. 3. Sebagai tempat memperdalam pengetahuan berkoperasi. 4. Sebagai tempat untuk melatih keterampilan berkoperasi seperti praktik pembukuan atau akuntansi, praktik administrasi, praktik tata niaga, dan lain-lain. 5. Memenuhi kebutuhan ekonomi para siswa, misalnya penyediaan alat tulis menulis, baju, seragam, makanan, dan sebagainya. Berdasarkan pemaparan tersebut sudah diketahui bahwa koperasi sekolah memiliki peranan yang sangat baik dalam menunjang aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Seperti halnya, materi pembelajaran ekonomi peserta didik telah melihat langsung sumber ekonomi yang ada di sekolahnya dan juga untuk materi akuntansi para peserta didik dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang mereka terima dalam kejadian yang mereka temui. Hal ini sangat bermanfaat untuk mempersiapkan peserta didik khususnya jenjang SMA dimana usia peserta didik sedang mengalami masa transisi menuju kedewasaan dengan sarana ini pihak sekolah diharapkan dapat membantu peserta didik untuk menyongsong masa depan mereka setelah mereka lulus. Peserta didik untuk kalangan SMA di Surakarta mayoritas sudah memiliki pengetahuan dan keberanian yang sangat baik, banyak diantara peserta didik yang mampu berfikir kritis mengenai fenomena yang terjadi di sekitar mereka dan juga mereka mampu memecahkan persoalan menurut sudut pandang mereka sendiri. Hal ini tentu tidak boleh diabaikan, mengingat generasi inilah yang kelak akan membangun negeri. Kemampuan yang sudah dilmiliki peserta didik ini pendidik diharapkan mampu mengembangkancommit potensitoyang userada.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 Beberapa waktu yang lalu pernah diselenggarakan lomba koperasi di daerah Jogjakarta dimana para peserta didik harus menghias koperasi sekolah dan juga harus melengkapai data-data yang berhubungan dengan keberlangsungan koperasi sekolah mereka. Kegiatan ini patut ditiru dan dikembangkan untuk menyukseskan peran koperasi sekolah. 4. Pembelajaran Koperasi dan Pengembangan Model Pembelajaran Koperasi a. Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behaviour through experiencing) (Oemar Hamalik 2009:27). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Adapun penafsiran lain mengenai belajar yang menyatakan, bahwa belajar suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. (Oemar Hamalik 2009:28): “Pengertian ini menitik beratkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. Di dalam interaksi ini terjadi serangkaian pengalamanpengalaman belajar. William Burton dalam buku Oemar Hamalik mengemukakan bahwa: A good learning situation consist of a rich and varies series of learning experiences unified arounds vigorous purpose and carried on in interaction with a rich, varied and propocative environment”. Pengertian pembelajaran menurut Slameto (2000:94) adalah guru yang menyampaikan atau menyajikan pelajaran dikelas disebut mengajar, akan tetapi belajar bukan hanya menyajikan pelajaran melainkan guru juga memberikan bimbingan kepada siswa agar tercapai tujuan yang diinginkan. Selain itu, mengajar juga merupakan suatu teknik dari guru dalam memberikan bimbingan kearah yang lebih baik agar terjadi perubahan bagi tingkah laku pada siswa. Pembelajaran merupakan usaha guru untuk membuat siswa belajar. Menurut Arsyad (2002:29) “Proses pembelajaran dilakukan dengan mempertemukan siswa dengan berbagai sumber belajar yangcommit dapat berupa to userorang, benda, isi pelajaran, media
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 pembelajaran metode pembelajaran, metode pembelajaran dan lingkungan belajar siswa”. Pendapat di atas menjelaskan bahwa mengajar adalah suatu proses aktivitas menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan untuk menanamkan ilmu pengetahuan, membmbing, memberi motivasi, mengubah atau mengembangkan kemampuan atau keterampilan seseorang dengan menggunakan cara yang paling singkat dan tepat bagi guru dan siswa.
b. Model Pembelajaran National Science Board dalam “Research and Development Essential Foundation for U.S Competitiveness in A Global Aconomy” (2008: Endnotes) sebagaimana dikutip oleh Putra (2012: 70) menguraikan: Pengembangan didefinisikan sebagai aplikasi sistematis dari pengetahuan atau pemahaman, diarahkan pada produksi bahan yang bermanfaat, perangkat, dan sistem atau metode, termasuk desain, pengembangan dan peningkatan prioritas serta proses baru untuk memenuhi persyaratan tertentu. Lebih lanjut Putra (2012:67) menyatakan bahwa pengembangan mengacu pada penelitian yang sistematis yang dilakukan untuk mencapai salah satu dari tiga tujuan, yaitu: pertama mengejar pengetahuan kreatif juga meningkatkan pemahaman manusia secara menyeluruh (penelitian dasar); kedua dilakukan untuk memenuhi tujuan tertentu atau kebutuhan (penelitian terapan); atau ketiga bertujuan mengarahkan pada aplikasi praktis atau spesifik, desain, atau proses (perkembangan). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan merupakan proses untuk membuat produk baru dengan mengembangkan produk yang sudah ada. Produk yang dihasilkan diharapkan dapat memperbaiki produk sebelumnya agar menjadi lebih baik. Model Menurut Syaiful Sagala dalam Nurbudiyani (2013:58), model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan, adapun pembelajaran adalah mem- belajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar. Menurut Joyce, & Weil dalam Nurbudiyani (2013:58), model memiliki banyak fungsi mulai perencanaan pelajaran, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 kurikulum sampai desain materi instruksionalnya. Sedangkan model pembelajaran itu sendiri adalah suatu desain atau pola dalam melakukan proses belajar mengajar. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam melaksanakan aktivitas mengajar. Ketika pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut model pembelajaran. Menurut Anitah (2012) model pembelajaran pada dasaranya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru dalam kelas. Penjelasan lain bahwa model pembelajaran adalah bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, teknik pembelajaran (dalam Subur 2013:67). Menilik dari pengertian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis gabungan antara strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran yang terangkai menjadi satu kesatuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Model yang baik menurut Joice and Weil dalam Subur (2013), yaitu: memiliki unsur-unsur tematik (1) sintakmatik, (2) sistem sosial, (3) prinsip reaksi, (4) sistem pendukung dan (5) dampak intruksional pengiring. Sintakmatik adalah tahap kegiatan dalam proses pembelajaran. Sintakmatik terlihat dalam RPP yang terdiri dari pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Sistem sosial adalah situasi dan aturanaturan yang berlaku dalam model. Sistem sosial dimaksudkan adalah hubungan antar siswa, siswa dengan guru. Dalam konsep tersebut guru menerapkan konsep scientific dengan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Prinsip reaksi adalah pola kegiatan
yang
menggambarkan
bagaimana
seharusnya
guru
melihat
dan
memperlakukan para pelajar serta cara guru memberikan respon terhadap siswa. Sistem pendukung adalah hasil lainnya yang diperoleh dari suatu proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami siswa tanpa pengarahan dari guru. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Model pembelajaran memiliki 3 ciri, yaitu: 1. Tujuan: model pembelajaran dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan memperoleh pemahaman mendalam tentang bentuk spesifik materi. 2. Fase: mengajar mencakup serangkaian langkah yang sering disebut fase. Bertujuan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik. 3. Fondasi: model mengajar didukung teori dan penelitian tentang pembelajaran dan motivasi. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Tujuan:
Fase:
Fondasi:
Model menciptakan pemaham mendalam tentang materi dan pemikiran kritis
Model mengikuti serangkaian langkah yang dianjurkan
Model didukung teori dan penelitian
Gambar 1. Ciri Model Pembelajaran menurut Kauchak (2006:7) Berdasarkan pemaparan di atas sesuai dengan materi yang akan diangkat oleh peneliti yaitu koperasi sekolah sebagai basis pengembangan model pembelajaran koperasi. Pada penelitian ini peneliti akan membuat model pembelajaran baru guna merangsang pengalaman dan proses berfikir kritis siswa. Model yang diciptakan berasal dari teori yang mendukung dan akan diuji oleh tim ahli. Ada sepuluh langkah desain pembelajaran menurut Dick & Carrey (1990:30) yaitu : Mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran, melaksanakan analisis pengajaran, mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa, merumuskan tujuan performan, mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, mengembangkan strategi pengajaran, mengembangkan dan memilih material pengajaran, mendesain dan melakukan evaluasi formatif, merevisi bahan pembelajaran dan mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif”. Sepuluh langkah yang tersusun tersebut, dapat dilihat pada gambar 2. commit to user
Revisi Instruction
Conduct Instructional Analysis
Identify Instructional Goal (s)
Write Performance Objectivas
Develop CriterionReferenced Test Item
Identify Entry Behaviors, Characteristics
Develop Instructional Strategy
Develop and Select Instructional Material
Design and Conduct Formative Eavluation
Develop and Conduct Summative Evaluation
Gambar 2. Model desain pembelajaran Dick & Carrey (Sumber : Dick & Carrey, 1990:30) 23
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Model pengembangan desain instruksional yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem terhadap komponen-komponen dasar desain pembelajaran yang meliputi analisis pengembangan, implementasi dan evaluasi. Komponen sekaligus merupakan langkah-langkah utama dari model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey (1990) terdiri atas mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran, melaksanakan analisis pengajaran, mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa, merumuskan tujuan performan, mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, mengembangkan strategi pengajaran, mengembangkan dan memilih material pengajaran, mendesain dan melakukan evaluasi formatif, merevisi bahan pembelajaran dan mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif. Adapun penjelasan sepuluh langkah itu sebagai berikut. a. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran idealnya diperoleh dari analisa kebutuhan yang benar benar mengindikasikan adanya suatu masalah yang pemecahannya adalah dengan memberikan pembelajaran. Sasaran akhir dari suatu pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran umum, oleh karena itu dalam merancang pembelajaran
harus
memperhatikan
secara
mendalam
rumusan
tujuan
pembelajaran umum yang akan ditentukan. b. Melakukan Analisis Pembelajaran Tujuan
utama
analisis
pembelajaran
adalah
mengidentifikasi
pengetahuan dan keterampilan yang harus ada pada pembelajaran. Karena proses ini relatif kompleks, analisis pembelajaran terhadap tujuan pembelajaran umum dapat dilakukan melalui dua tahap yaitu menggolongkan pernyataan tujuan umum menurut jenis kapabilitas belajar dan melakukan analisa lanjutan untuk mengidentifikasi keterampilan bawahan. Pembelajaran keterampilan psikomotor biasanya memerlukan perpaduan keterampilan intelektual dan ketrampilan motorik.
Langkah pertama untuk analisa dilakukan dengan menerapkan
prosedur analisis hierarki. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Menganalisis Karakteristik Siswa dan Konteks Pembelajaran Setelah melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ini adalah analisis terhadap karakteristik siswa yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan atau paralel. Analisis konteks meliputi kondisikondisi terkait dengan keterampilan yang dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan aktual yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar, dan sikap terhadap aktivitas belajar. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu perancang program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. d. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus Perumusan tujuan khusus pembelajaran merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai siswa setelah mereka selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu : 1) Menentukan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh siswa
setelah menempuh proses pembelajaran. 2) Kondisi yang diperlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari pengetahuan yang telah dipelajari. 3) Indikator yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh proses pembelajaran. Kriteria yang relevan tersebut dapat berupa kecermatan, waktu, kesesuaian dengan prosedur, kuantitas atau kualitas hasil. e. Mengembangkan Instrumen Penilaian Berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan instrumen evaluasicommit yang akan digunakan adalah instrumen harus to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat mengukur performa siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Beberapa tujuan pembelajaran tidak bisa diukur dengan tes obyektif tetapi harus diukur unjuk kerja dengan pengamatan penilai. Membuat instrumen penilaian ini harus dilakukan pemberian skor untuk tiap langkah yang dilakukan oleh pebelajar. Tes acuan patokan disusun secara langsung untuk mengukur tingkah laku yang digambarkan dalam tujuan. Ada empat jenis tes acuan patokan: 1) Tes perilaku awal atau entry behavior test. Tes ini diberikan sebelum mulai pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui apakah pebelajar telah menguasai ketrampilan yang menjadi prasyarat bagi pembelajaran. 2) Tes pendahuluan atau pre test, adalah tes acuan patokan yang diperlukan untuk
mengetahui
profil
pebelajar
sehubungan
dengan
analisis
pembelajaran. 3) Latihan adalah tes yang bertujuan untuk membuat pebelajar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Latihan bisa membuat pebelajar mengulang kembali pengetahuan dan ketrampilan baru sekaligus menilai tingkat pemahaman dan ketrampilannya sendiri. Pembelajar menggunakan hasil latihan untuk memberikan umpan balik dan memonitor kecepatan pembelajaran. 4) Post test adalah tes acuan patokan yang mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan hasil belajar yang dilakukan siswa. Meskipun begitu, tujuan awal post test adalah untuk mengidentifikasi bagian pembelajaran yang tidak berhasil. f. Mengembangkan Strategi Pembelajaran Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, perancang program pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi yang digunakan disebut
strategi pembelajaran atau
instructional strategy. Sesuai pernyataan Gagne yang dikutip Dick dan Carey commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(1990:162) konsep strategi adalah, “the events of instruction”. Dick and Carey mengelompokkan kegiatan itu dalam lima komponen yaitu : 1) Aktivitas pra pembelajaran 2) Penyajian materi atau isi 3) Partisipasi pebelajar 4) Penilaian 5) Aktifitas lanjutan Salah satu komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah latihan dengan umpan balik. Pengembangan desain harus memberikan aktivitas yang relevan dengan tujuan disertai dengan umpan balik atau informasi tentang unjuk kerja mereka. Sedangkan untuk kegiatan lanjutan, pengembangan desain meninjau lagi strategi secara keseluruhan untuk menentukan berhasilnya proses belajar. g. Mengembangkan dan Memilih Materi Ajar Bahan ajar memuat isi yang akan digunakan pembelajar untuk mencapai tujuan.
Termasuk didalamnya adalah tujuan khusus dan tujuan umum dan
semua yang mendukung terjadinya proses belajar dalam diri pebelajar. Bahan ajar juga berisi informasi yang akan digunakan pebelajar untuk memandu kemajuan mereka selama pembelajaran.
Semua bahan ajar juga harus
dilengkapi dengan tes obyektif atau pengukuran kemampuan pebelajar. Termasuk didalamnya adalah soal pretest dan posttest. Selain bahan ajar, diperlukan juga petunjuk penggunaan bagi pembelajar dan pebelajar. h. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Formatif Tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draf paket pembelajaran. Meskipun tujuan utamanya adalah mendapat data dari pebelajar tetapi tinjauan dari orang lain yang juga ahli merupakan hal yang penting. Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk mengembangkan commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produk atau program pembelajaran, yaitu Evaluasi perorangan, Evaluasi kelompok kecil dan Evaluasi lapangan. Evaluasi perorangan merupakan tahap pertama dalam menerapkan evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan melalui kontak langsung dengan minimal tiga orang calon pengguna program untuk memperoleh masukan tentang kesalahan kesalahan yang tampak dalam bahan ajar dan memperoleh petunjuk awal daya guna bahan ajar dan reaksi pembelajar pada isi bahan ajar. Untuk tahap ini dipilih satu orang pembelajar yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, satu orang berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan dibawah rata-rata. Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan mengujicobakan program terhadap kelompok kecil calon pengguna. Evaluasi ini dilakukan untuk menentukan efektivitas perubahan yang telah dibuat setelah evaluasi perorangan dan mengidentifikasi masalah yang mungkin masih ada. Pada langkah ini, pebelajar bisa menggunakan bahan ajar tanpa interaksi langsung dengan pengembang. Evaluasi lapangan adalah uji coba program terhadap sekelompok besar calon pengguna program sebelum program tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya. i. Melakukan Revisi Terhadap Program Pembelajaran Langkah akhir dari proses desain pengembangan adalah melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahankelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
j. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey. Evaluasi sumatif dilakukan dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong ke dalam proses desain sistem pembelajaran. Kesepuluh langkah desain yang dikemukakan di atas merupakan sebuah prosedur yang menggunakan pendekatan sistem dalam mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah dalam desain sistem pembelajaran ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Output yang dihasilkan dari suatu langkah akan digunakan sebagai input bagi langkah-langkah selanjutnya. Dick & Carey (1990) menerangkan tentang pembelajaran yang implementasi dan evaluasi pembelajaran yang mengedepankan pada analisis langkah – langkah pembelajaran. Penyusun pembelajaran bisa secara rinci menyusun konsep pembelajaran secara lengkap mulai dari tujuan pembelajaran, karaektirisrik pembelajaran, karakteristik peserta didik sampai evaluasi pembelajaran. Berkembangnya berbagai jenis model pembelajaran pada prinsipnya didasarinya tentang keberagaman siswa, baik dilihat dari perbedaan kemampuan, modalitas belajar, motivasi, minat dan beberapadimensi psikologis lainnya. Pengembangan model pembelajaran tidak terlepas dari pemahaman guru terhadap karakteristik peserta didik dan juga tujuan belajar yang ingin dicapai, kondisi kelas maupun sarana yang tersedia (Aunurrahman, 2012:141).
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa model pembelajaran menurut Lapp, Bender, Ellenwood dan John dalam Aunurrahman, 2012:147: 1. The Classical Model, pendidik lebih menitikberatkan peranannya dalam pemberian informasi melalui materi pelajaran yang disampaikan. 2. The Tecnological Model, lebih menitikberatkan peranan pendidik sebaai tranmisi informasi, lebih dititikberatkan untuk mencapai kompetensi individual peserta didik. 3. The Personalize Model, proses pembelajaran dikembangkan dengan memperhatikan minat, pengalaman, dan perkembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi-potensi individualitasnya 4. The Intaction Model, menitikberatkan pola independensi atara peserta didik dan pendidik sehingga tercipta komunikasi dialogis di dalam proses pembelajaran. Joyce, Weil dan Calhoun (2000) dalam Aunurrahman, 2012:147 mendeskripsikan empat kategori model mengajar, apabila dituangkan dalam bentuk tabel seperti berikut: Tabel 1. Model-Model Pembelajaran Berdasarkan Joyce, Weil dan Calhoun
inquiry Model
The Social
Families The Information
The
The Behavioral
Family
Processing
Personal
System Family
Family
Family
1. Partners in Learning 1.1. Positive interdepe ndence 1.2. Structura l Inquiry 2. Group investigation 3. Role playing 4. Jurisprudentia l
1. Intruductive thinking
directive
(classification
teaching
oriented) 2. Concept attainment
2. Enhancin
1. Mastery learning 2. Direct instruction
g self
3. Simulation
esteem
4. Social
3. Mnemonics
learning
(memory
5. Programmed
assists) 4. Advance organizers 5. Scientific inquiry 6. Inqury training 7. Synetics
Sumber : Aunurrahman (2012:147)
1. Non
commit to user
Schedule (task performance reinforcement )
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendidikan berkoperasi menjadi penting sebagai dasar untuk mencerdaskan dan menyadarkan masyarakat betapa pentingnya peran koperasi. Materi-materi tentang pembelajaran koperasi telah disampaikan di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah. Pembelajaran koperasi di perguruan tinggi menjadi lebih spesifik lagi, diharapkan akan mengamalkan pengetahuannya tentang koperasi dalam masyarakat dengan cara menjadi anggota ataupun mendirikan koperasi. Peran pendidikan dalam menciptakan keunggulan kompetitif koperasi didasari oleh pemikiran leverage bahwa sumber daya manusia sebagai human capital (Employee capability x Employee commitment) yang akan memicu dinamika organisasi. Kapabilitas (distinctive capabilities) atau sering disebut sebagai kompetensi, dan komitmen SDM sebagai fungsi dari human capital yang diletakkan sebagai leverage untuk membangun keunggulan kompetitif, untuk bersaing di lingkungan bisnis yang kompetitif. Human capital inilah yang akan membangun proses internal organisasi dalam menciptakan pelayanan untuk membangkitkan partisipasi anggota. Penguatan partisipasi anggota berpotensi menghasilkan nilai tambah baik bagi user maupun owner yang berlipat ganda. Sekaligus menciptakan organizational capital yang akan menghasilkan efisiensi biaya yang signifikan serta manfaat (shareholder value) dalam jangka panjang. Dengan demikian, pendidikan dan pelatihan perkoperasian merupakan upaya untuk meningkatkan kompetensi dan komitmen
SDM
koperasi
(wirakoperasi)
yang
mutlak
diperlukan
dalam
pengembangan koperasi dalam jangka panjang. Pemahaman yang utuh terhadap koperasi dari anggota sebagai dampak kinerja pendidikan dan latihan, serta kinerja manajerial yang profesional sebagai hasil pendidikan manajemen, sangat berpotensi menciptakan kepercayaan anggota. Mereka juga bersedia bergabung dengan koperasi dalam jangka panjang, serta menyesuaikan sikap dan perilakunya dengan strategi yang diterapkan koperasi. Manfaat-manfaat inilah yang akan menjadi daya saing koperasi yang tidak mudah diikuti oleh pesaingnya. Kompetensi dan komitmen dapat dikaji pada berbagai tingkatan organisasi koperasi (Indrawan.2012: 6). commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini mengacu pada beberapa hasil penelitian, yaitu diantaranya penelitian oleh Yona Perwitasari, Sri Witurachmi, Elvia Ivada. Peranan Bidang Usaha Koperasi dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggota pada Koperasi Karyawan PT. Indoacidatama (KOKARINDO) Tahun 2007-2011 (2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya-upaya untuk mengembangkan bidang usaha Koperasi Karyawan PT. Indo Acidatama (KOKARINDO) adalah melakukan kepercayaan
inovasi- inovasi dan membuat rencana produk baru, mengedepankan anggota,
adanya
kebijakan
perusahaan
untuk
bermitra
dengan
KOKARINDO ini, (2) Kinerja keuangan Koperasi Karyawan PT. Indo Acidatama dihitung dengan analisis rasio keuangan likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Dari perhitungan terhadap beberapa bidangusaha di koperasi ini, menunjukkan bahwa semua bidang usaha koperasi ini memiliki kinerja yang baik dan mampu menghasilkan keuntungan bersih guna meningkatkan kesejahteraan bagi anggotanya, (3) Faktor pendukung pelaksanaan bidang usaha Koperasi Karyawan PT. Indo Acidatama adalah: kepercayaan dari anggota koperasi, modal yang besar yang dimiliki oleh koperasi ini, tersedianya sarana dan prasarana yang baik. Adapun cara mengoptimalkan faktor pendukung tersebut adalah sistem informasi terbuka, permodalan digunakan untuk menaikkan plaffon pinjaman yang disesuaikan dengan pendapatan karyawan, dan sarana prasarana dipakai dengan baik, (4) Kendala
yang dialami koperasi ini adalah
pemotongan gaji, pembatasan plafon pinjaman, dan hal-hal yang bersifat koordinasi antara pengurus koperasi, (5) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah, anggota akan melakukan hal-hal seperti: pembukaan usaha baru, tidak meminjam lagi, meminta pihak pengurus untuk memperpanjang angsuran agar terasa lebih ringan sedangkan pengurus, melakukan usaha seperti: menegakkan aturan yang ada, melakukan rapat koordinasi secara rutin setiap bulannya. Artikel ini memberikan gambaran mengenai koperasi dan peranan koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Hasil temuan dalam artikel ini sesuai dengan hasil observasi awal yang telah dilakukan bahwa koperasi memiliki peranan commit to user dalam upaya mennyejahterakan anggota
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
Penelitian oleh Wiedy Murtini (2005). Anggota Sebagai Basis Pengembangan Sumber daya Manusia Koperasi yang Berkualitas. Hasil penelitian ini adalah menghasilkan strategi yang dipakai untuk mengembangkan sumberdaya manusia koperasi yang berkualitas, dalam hal ini anggota sebagai basis pengembangannya adalah pendekatan terpadu. Pendekatan terpadu ini dilaksanakan dengan memadukan pendekatan perilaku (behavioral approach) atau pendekatan psikologi (pshycholgical approach), pendekatan pendidikan (educational approach) dan pendekatan budaya (cultural approach) yang diharapkan mampu memotivasi dan memobilisasi anggota secara aktif. Artikel ini memberikan gambaran mengenai penelitian R&D sekaligus memperkuat teori mengenai koperasi. Hasil temuan berupa strategi berupa pendekatan terpadu dalam meningkatkan sumberdaya anggota memberikan masukan peneliti untuk merancang model pembelajaran koperasi. Penelitian oleh Ambar Pertiwi, Andi Gani, Abdullah Said (2012). Peranan Dinas Koperasi dan UMKM dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Kota Malang. Hasil dari penelitian ini adalah pemberdayaan yang dilakukan belum maksimal dan merata karena data jumlah UKM belum valid dengan faktor pendukung dan penghambatnya. Saran yang diberikan adalah Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang melakukan pendataan terhadap semua UKM yang ada di Malang. Peranan Dinas Koperasi dan UMKM dalam pemberdayaan usaha kecil bisa dengan: (1) Melakukan pelatihan kewirausahaan dan koperasi, (2) Pemberian modal, (3) Membantu kegiatan pemasaran dalam pameran Paguyuban yang ada di Malang dirubah menjadi koperasi untuk memperkuat UKM yang telah ada. Artikel ini memberikan sumbangsi teori mengenai koperasi. Hasil temuan dapat dijadikan acuan untuk menggali informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran koperasi di sekolah. Penelitian oleh Ayi Suherman (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Outdoor Education Pendidikan Jasmani Berbasis Kompetensi Di Sekolah Dasar. Hasil penelitiannya adalah: (1) Menghasilkan model pembelajaran Outdoor Education pada Pendidikan Jasmani. (2) Model pembelajaran outdoor education telah berhasil commit to user meningkatkan kemampuan belajar siswa baik pengetahuan, tindakan, penampilan,
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebisaan maupun perilaku, (3) Model pembelajaran outdoor education dapat menggunakan fasilitas belajar yang sederhana dan dimodifikasi disesuaikan dengan lingkungan sekolah. Artikel ini memberikan sumbangsi teori mengenai penelitian R&D dalam mengembangkan model pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan berlajar siswa. Penelitian oleh Rahma Sari, M. Shaifuddin, M. Ismail Sriyanto (2012). Peningkatan
Pemahaman
Konsep
Koperasi
Dengan
Menggunakan
Metode
Pembelajaran Crossword Puzzle. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Crossword Puzzle dapat meningkatkan pemahaman konsep koperasi pada siswa kelas IV SDN Premulung No. 94 Laweyan Surakarta tahun ajaran 2012/2013 dengan perbandingan nilai: (1) Pra siklus nilai terendah sebesar 10, nilai tertinggi sebesar 75, nilai rata-rata 56,79 dan ketuntasan klasikan sebesar 33,3%. (2) Siklus I nilai terendah sebesar 25,5, nilai tertinggi sebesar 91,5, nilai rata-rata 66,18 dan ketuntasan klasikan sebesar 61,54%. (3) Siklus II nilai terendah 46,25, nilai tertinggi 100, nilai rata-rata 83,62 Ketuntasan klasikal 87,18%. Hasil temuan menunjukan bahwa penggunaan metode pembelajaran yang inovatif dapat meningkatkan pemahaman konsep koperasi pada siswa. Penggunaan metode pembelajaran yang mendukung asumsi bahwa dengan pembelajaran koperasi yang di kembangkan juga akan meningkatkan pemahaman siswa mengenai koperasi. Penelitian oleh R. Patel, R.J. Mitchell and K. Warwick (2005). Intelligent Agents And Distributed Models For Cooperative Task. Penelitian ini menghasilkan metode lain yang telah berhasil diterapkan untuk mendukung pembelajaran kolaboratif pemecahan masalah. Penelitian ini menghasilkan pengembangan struktur automata yang digunakan sebagai model tugas dan setiap anggota kelompok untuk memproses automata ini. Sistem yang dihasilkan menunjukan keberhasilan analisis dan permodelan untuk memberikan tugas berdasarkan kenyataan merupakan solusi untuk situasi kerjasama yang kompleks. Memberikan gambaran mengenai penelitian R&D dalam mengembangkan sebuah model pembelajaran yang melibatkan siswa. Penelitian oleh Lucia M. Flevares and Jamie R. Schiff (2013). Engaging Young Learners In Integration Through Mathematical Modeling: Asking Big Questions, commit to user Finding Answers, And Doing Big Thinking. Hasil penelitian adalah menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
sebuah model pembelajaran untuk menunjangan daya pikir peserta didik dan untuk memecahkan masalah di usia dini. Hasil temuan diharapkan dapat memperkuat hasil penelitian bahwa dengan penerapan model pembelajaran yang dikembangkan dapat menunjang daya pikir siswa untuk memecahkan permasalahan mengenai koperasi sekolah. Penelitian oleh Peter Lau, Theresa Kwong, King Chong and Eva Wong (2014). Developing Students’ Teamwork Skills In A Cooperative Learning Project. Hasil penelitian menunjukan dengan belajar secara berkelompok dan melakukan pekerjaan bersama-sama dapat meningkatkan interaksi antar sesama dan menekan sifat saling bersaing di antara peserta didik. Hasil temuan ini sesuai dengan penelitian yang akan dijalani rencananya akan membuat sebuah model pembelajaran dimana ada tugas berupa observasi lapangan dengan mengunjungi koperasi sekolah mereka secara berkelompok yang diharapkan akan bekerja secara tim. Penelitian oleh Keith Wood (2013). A Design For Teacher Education Based On A Systematic Framework Of Variation To Link Teaching With Learners Ways Of Experiencing The Object Of Learning. Hasil penelitian menggunakan desain mengajar yang mengacu pada keadaan nyata sebagai bukti agar dapat meningkatkan perkembangan pola pikir peserta didik dan hal ini terbukti efektif. Penggunaan keadaan nyata (koperasi sekolah) sebagai sarana kegiatan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan perkembangan pola pikir siswa. Penelitian oleh Mahendra Wijaya (2004). Pengembangan Potensi Ekonomi Rakyat Melalui Gerakan Koperasi Dalam Menghadapi Otonomi Daerah. Hasil penelitian berupa: (1) Sasaran operasional pengembangan koperasi, (2) Kebijakan pokok pengembangan koperasi menuju koperasi yang berbasis kewirausahaan. Memberikan sumbangsi teori berupa pengetahuan mengenai koperasi. Penelitian oleh Rukayah, Herman J. Waluyo, St. Y. Slamet, Andayani (2014). The Development of Children’s Literature Learning Model with the Cooperative Learning Approach in Primary School. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) guru Sekolah Dasar memerlukan pedoman commit tobagi user pelaksanaan pembelajaran sastra
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
anak di Sekolah Dasar; (2) pendekatan kooperatif dapat meningkatkan kompetensi sastra siswa; (3) hasil sastra anak-anak belajar dengan pendekatan pembelajaran kooperatif lebih baik daripada sastra anak-anak belajar dengan konvensional satu; dan (4) model pembelajaran sastra anak-anak dengan pendekatan pembelajaran kooperatif di Sekolah Dasar dan buku "Pedoman Pelaksanaan Sastra Anak Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar" baik-diterima para pemangku kepentingan. Memberikan gambaran mengenai penelitian R&D dan hasil temuan diharapkan dapat memperkuat hasil penelitian bahwa model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan kompetensi siswa Penelitian oleh Joseph F. Guenthner (2012). The Development of United Potato Growers Cooperatives . Hasil penelitian berupa, upaya pengembangan koperasi kentang dengan memaksimalkan persediaan dan pengaturan harga. Memberikan gambaran mengenai pengembangan koperasi. Agung Winarno (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Internalisasi Nilai-Nilai Kewirausahaan pada Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Malang. Model internalisasi sebagai alternatif dalam pembelajaran, perlu diakukan uji coba berulang kali guna menguji tingkat efektivitasnya pada pengem- bangan nilai-nilai itu termasuk variasi model yang dapat diterapkan guru Panduan guru tentang penerapan model yang mencakup penentuan masing-masing kompetensi, langkah-langkah pembelajaran, serta bahan ajar yang sesuai, sangat diperlukan dalam pengembangan model pembelajaran internalisasi nilai-nilai kewirausahaan. Memberikan gambaran mengenai pengembangan koperasi. Penelitian oleh Nyoman Subratha (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Dan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Vii C Smp Negeri 1 Sukasada. Hasil analisis menunjukan, bahwa (1) penerapan model pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah dapat meningkatkan kualitas intraksi siswa dalam pembelajaran fisika dan (2) penerapan model pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah dapat meningkatkan capaian kompetensi dasar fisika siswa. Memberikan gambaran mengenai penelitian R&D dan hasil temuan diharapkan dapat memperkuat hasil penelitian bahwa model pembelajaran commit to usersiswa. yang dikembangkan dapat meningkatkan kompetensi
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penelitian oleh Mary Soto (2014). A Self-Study Of Teacher Educator Practice: Strategies And Activities To Use With Authentic Texts. Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon guru dan guru tahun pertama menemukan strategi menarik dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pengalaman sebagai pembelajaran kepada siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon guru dan guru tahun pertama menemukan strategi menarik dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pengalaman sebagai pembelajaran kepada siswa. Penelitian oleh Tatyana Kleyn and Jan Valle (2014). Modeling Collaborative Teaching In Teacher Education: Preparing Pre-Service Teachers To Teach All Students. Hasil penelitian berupa: (1) menyediakan model mengajar dengan pengalaman dan perspektif menjadi mahasiswa, (2) memberikan kandidat pra-layanan dengan akses berkelanjutan ke keahlian
selama mengajar sehingga siswa mereka memiliki
pengalaman, (3) terlibat pra-layanan dengan guru dalam percakapan kritis tentang identifikasi dan menolak kekurangan konstruksi dari kedua siswa bilingual muncul dan siswa penyandang cacat; (4) terlibat dalam studi-diri praktek mengajar dalam konteks kolaboratif ini; (5) mempertimbangkan seberapa baik program kami masing-masing saat ini mempersiapkan pra-layanan guru. Hasil temuan berupa kesadaran yang tumbuh dari kegiatan lapangan berperan bagi perancangan model pembelajaran koperasi berbasis koperasi sekolah yang akan menggunakan koperasi sekolah sebagai sarana pembelajaran. Penelitian oleh Jose Victor Lineros, MBA dan Maria Hinojosa, EdD (2012). Theories of Learning and Student Development. Hasil penelitiannya adalah 3 teori belajar: (1) pengkondisian klasik tergantung pada instruktur untuk menyajikan stimulus untuk membuat kondisi baru, (2) pengkondisian operan lebih banyak digunakan dalam pendidikan modern karena mengambil isyarat dari siswa serta mengelola hukuman dan penghargaan, (3) teori pemrosesan informasi menyerupai pemikiran evolusi pada perkembangan siswa dalam hal mencoba untuk menyesuaikan informasi pengiriman ke penerima. Perbedaan latar belakang, budaya dan pengalaman siswa menjadi faktor dalam kemampuan siswa untuk mensintesis informasi baru. Memberikan pemasukan teori mengenai pembelajaran. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penelitian oleh Mursid, Eko Wahyu Nugrahadi, Sahat Siagian (2014). ModelBased Learning Entrepreneurship Development Efforts In The Formation Of Character. Hasil penelitian adalah (1) mengembangkan sebuah model pembelajaran dengan berbasis kewirausahaan dalam upaya pembentukan karakter, (2) model pembelajaran meliputi latihan untuk membuat sebuah proyek, (3) pembentukan karakter kewirausahaan dengan kegiatan diskusi dan brainstorming. Memberikan gambaran mengenai penelitian R&D dan hasil temuan diharapkan dapat memperkuat hasil penelitian bahwa model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan kompetensi siswa. Penelitian oleh Sally Alsford (2012). An educational development student forum: working partnerships with students. Hasil penelitian mengenai kegiatan pembelajaran dengan keterlibatan siswa dalam pelaksanaan percobaan dan juga melakukan observasi lapangan. Memberikan gambaran mengenai penelitian yang mengembangkan model pembelajaran berbasis koperasi akan melibatkan peserta didik dalam kegiatan mengobservasi keadaan. Penelitian oleh Minda Morren Lo´ pez and Lori Czop Assaf (2014). Developing Deeper Understandings Of Diversity: Service Learning And Field Experiences Combine For Generative Learning Of Bilingual/Esl Preservice Teachers. (1) Menemukan kemampuan guru untuk mengembangkan kesadaran siswa melalui pengalaman mereka. (2) Memberikan bacaan dan juga bekerjasama dengan guru untuk memecahkan masalah serta menciptakan pelajaran secara khusus memenuhi kebutuhan siswa. (3) Guru mengembangkan pengetahuan generatif tentang cara untuk mendukung penulisan dan menyadari pengalaman dan keyakinan sendiri. Hasil temuan berupa kesadaran yang tumbuh dari kegiatan lapangan berperan bagi perancangan model pembelajaran koperasi berbasis koperasi sekolah yang akan menggunakan koperasi sekolah sebagai sarana pembelajaran.
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berfikir Setiap sekolah mengharapkan bahwa setiap peserta didik yang bersekolah tersebut akan berhasil. Sehingga, sekolah terus menerus melakukan pengembangan dengan menambah sarana dan fasilitas penunjang kegiatan pembelajaran. Contohnya: laboratorium, perpustakaan, koperasi, dll. Tetapi dalam kenyataannya sarana tersebut hanya dipergunakan hanya beberapa kali saja. Banyak kondisi laboratorium yang ada di sekolah menjadi berdebu dan sulit dibersihkan karena terlalu lama tidak dimanfaatkan. Koperasi sekolah yang ada di lingkungan sekolah yang seharusnya bisa menjadi sumber belajar yang baik, hanya digunakan peserta didik untuk memenuhi kebutuhan sekolah. Menurut Nasution (dalam Pathurrahman & Sutikno.2007:16) sumber belajar dapat berasal dari masyarakat dan kebudayaannya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan anak didik. Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat dimanapun seperti di sekolah, pusat kota, pedesaan, benda mati, lingkungan, toko, dan sebagainya. Pemanfaatan sumbersumber pengajaran tersebut tergantung pada kreatifitas guru, waktu, biaya serta kebijakan-kebijakan lainnya Pemanfaatan sumber belajar yang ada harus diimbangi oleh kreativitas guru dalam mengolah materi dan sumber-sumber yang ada dengan model pembelajaran yang menarik. Kegiatan ini untuk menstimulus daya pikir peserta didik dan juga menciptakan pengalaman baru bagi peserta didik. Saat ini sudah beberapa guru menerapkan model pembelajaran, namun sayangnya banyak diantara peserta didik yang hanya mengingat modelnya saja. Koperasi yang ada di sekolah mayoritas masih dipegang dan dikendaikan oleh guru. Siswa belum dilibatkan dalam pengurusannya, sehingga tingkat kesadaran dan rasa memiliki terhadap koperasi yang ada di sekolah belum berkembang. Koperasi sekolah memang belum mempunyai peranan sebesar koperasi yang sudah maju, tetapi dapat menjadi simulasi awal untuk mempersiapkan mental siswa dalam menyambut perkembangan ekonomi dunia. Sekaligus sebagai bahan pemikiran bagi siswa di masa yang akan datang untuk bergabung menjadi anggota koperasi atau mendirikan koperasi. Tujuan inilah yang menjadi landasan peneliti untuk meneliti mengenai commit to user koperasi sekolah sebagai basis pengembangan model pembelajaran koperasi. Model
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang diciptakan diharapkan dapat diterapkan di semua sekolah menengah atas di kota Surakarta, karena setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. (Pasal 5 (1), UU Sisdiknas No.20/2003). Hal ini dikarenakan observasi awal yang dilakukan guru belum memaksimalkan pengadaan koperasi sekolah sebagai sumber belajar dan model pembelajaran masih berpusat di kelas. Serta kepengurusan koperasi sekolah masih dikendalikan oleh guru sepenuhnya,
meskipun
menurut
pembina
koperasi
di
beberapa
sekolah
mengharapkan siswa dapat ikut berperan di kepengurusan koperasi. Model yang dipakai dengan melibatkan siswa sebagai pelaku utamanya merupakan faktor penting dalam pengembangan model pembelajaran. Tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian pengembangan ini adalah:1) menganalisis kebutuhan yang ada di lapangan. 2) merancang prototype model pembelajaran yang akan dikembangakan. 3) menyusun silabus, rpp dan evaluasi dan bahan ajar, 4) rancangan yang telah disusun akan di validasi oleh tim ahli apabila dinyatakan layak dilanjutkan ke tahap uji coba terbatas bila dinyatakan tidak, maka harus direvisi. 5) uji coba terbatas yang dilakukan dinilai oleh pengguna apabila bila dinyatakan layak maka dilanjutkan ke tahap selanjutnya, 6) uji coba lebih luas dilakukan pada skala yang lebih besar, apabila tahapan ini dinyatakan valid, maka model pembelajaran koperasi berbasis koperasi sekolah dapat menjadi model empirik yang dapat digunakan.
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hal tersebut skema perubahan model yang direncanakan dapat digambarkan sebagai berikut: Pembelajaran koperasi
1. Kegiatan masih berpusat di kelas 2. Fasilitas koperasi sekolah yang ada belum dioptimalkan
Perlunya model pembelajaran dengan mengoptimalkan fasilitas koperasi sekolah yang ada
Pengembangan rancangan model pembelajaran berbasis koperasi sekolah
1. Model Pembelajaran Berbasis Koperasi Sekolah 2. Rancangan Program Pembelajaran 3. Buku Pedoman Pelaksanaan
Layak
Expert judgment dan FGD
Revisi
Layak
Uji Coba Terbatas
Revisi
Layak
Uji Coba Luas
Revisi
Model Empirik Pembelajaran Berbasis Koperasi Sekolah
Gambar 3. Skema Kerangka Pikir Model Pembelajaran Berbasis Koperasi Sekolah commit to user