BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Futsal.
A. Pengertian Futsal Kata futsal berarti sepakbola ruangan. Kata futsal berasal dari kata ”Fut” yang diambil dari kata Futbol atau Futebol, yang dalam bahasa Spanyol dan Portugal berarti sepakbola. Dan ”Sal” yang diambil dari kata Sala atau Salao yang berarti di dalam ruangan. Permainan futsal relatif sama dengan sepakbola pada umumnya, hanya ada sedikit perbedaan diantara keduanya. Menurut Lukimanto Yudianto (2009:54) ” Futsal adalah permainan jenis sepakbola yang dimainkan oleh 10 orang (masing-masing 5 orang ), serta menggunakan bola lebih kecil dan lebih berat daripada yang digunakan dalam sepakbola. Gawang yang digunakan dalam futsal juga lebih kecil”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1042), ”Sepakbola adalah olahraga permainan beregu, dilapangan menggunakan bola sepak terdiri dari dua kelompok yang masin-masing terdiri dari 11 pemain berlangsung selama 2x45 menit, kemenangan ditentukan oleh gol yang masuk ke gawang lawan”. Berdasar pendapat diatas, diketahui ada bebrapa perbedaan diantara sepakbola dan futsal. Berikut yang membedakan diantara futsal dan sepakbola menurut John D. Tenang (2008:24), Tabel. 1. Perbedaan futsal dan sepakbola : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sepakbola Lingkaran bola 68-70 cm 11 pemain 3x pergantian pemain Throw in (lemparan kedalam) Wasit & 2 asisten (linesman) Waktu berjalan (running clock) 2 x 45 menit Tidak ada time out Tendangan gawang
Futsal Lingkaran boal 62-68 cm 5 pemain Tidak ada batas Kick in (tendangan kedalam) Wasit dan 2 asisten serta pencatat waktu 6. Stopped clock (dioperasikan oleh pencatat waktu) 7. 2x 20 menit 1. 2. 3. 4. 5.
10. Tidak ada batas waktu untuk memulai kembali pertandingan 11. Berlaku aturan offside 12. Kiper diberiwaktu 6 detik melakuakan tendangan gawang 13. Tak ada batas pelanggaran 14. Pemain yang diganjar kartu merah tidak bisa digantikan pemain lain 15. Sepak pojok diarea korner 16. Tak ada batasan melakukan back pass ke kiper 17. Kontak fisik diperbolehkan
8. Sekali time out tiap babak 9. Lemparan gawang 10. 4 menit untuk memulai lagi pertandingan 11. Tidak berlaku offside 12. Kiper diberi 4 detik untuk melakukan lemparan gawang 13. Ada batasan lima kali pelanggaran 14. Pemain yang diganjar kartu merah bisa dgantikan pemain lain setelahg 2 menit atau lawan mencetak gol 15. Sepak pojok di sedut korner 16. Hanya sekali melakukan back pass ke kiper 17. Kontak fisik dilarang
Berdasarkan pengertian dan perbedaan diatas dapat disimpulkan futsal adalah cabang olahraga permainan yang dimainkan oleh dua regu didalam ruangan menggunakan bola futsal yang masing-masing regu terdiri dari 5 orang. Permainan ini dimainkan dua babak, setaip babak selama 2 x 20 menit dengan waktu istirahat tidak boleh lebih dari 15 menit dan mempunyai waktu time out 1 x 1 menit disetiap babak,yang dipimpin oleh 2 wasit dan dibantu oleh 1 asisten serta 1 pencatat waktu dan disetiap pelanggaran ada sangsinya. Oleh karena itu pemain diharapkan memelihara sportivitas. Tim atau regu yang paling banyak memasukan bola ke gawang lawan adalah pemenangnya.
B. Sarana dan prasarana futsal a) Lapangan 1) Ukuran minimal 25 x 15 meter dan maksimal 42 x 25 meter (untuk pertandingan internasional ukuran minimal 38 x 18 meter dan maksimal 42 x 25 meter)
Gambar 1. Lapangan futsal 1 (Sumber:John D. Tenang (2008:27)
2) Lebar garis pembatas 8 cm 3) Titik tengah pada garis tengah lapangan dan tingkaran pada titik tengah beradius 3 meter 4) Seperempat lingkaran dengan radius 6 meter ditari sebagai pusat diluar dari masing-masing tiang gawang 5) Garis penghubung diatas garis seperempat lingkaran memiliki panjang 3,16 meter sejajar dengan garis gawang 6) Titik penalti dari tengah garis gawang digambarkan 6 meter 7) Titik penalti kedua dari titik tengah garis gawang 10 meter 8) Seperempat lingkaran sudut lapangan beradius 25 cm 9) Zona pergantian pemain dengan panjang 5 meter terletak didepan tempat duduk pemain cadangan
Gambar 2. Lapangan futsal 2 (Sumber:John D. Tenang (2008:28)
b) Gawang 1) Ukuran gawang futsal lebar tiang 3 meter dan tinggi tiang 2 meter 2) Kedua tiang gawang dan palang memiliki lebar dan dalam yang sama yakni 80 cm
Gambar 3. Gawang futsal (Sumber:John D. Tenang (2008:30)
c) Bola 1) Bola harus berbentuk bulat 2) Terbuat dari kulit atau bahan lain 3) Minimum diameter keliling 62 cm dan maksimum 64 cm 4) Berat bola pada saat pertandingan dimulai dari minimum 400 gr dan maksimum 440 gr 5) Tekanannya sam dengan 0,4-0,6 atmosfir (400-600 g/cm3)
Gambar 4. Bola futsal (Sumber : Quality.fifa.com)
C. Sejarah futsal Ada versi sejarah yang menyatakan bahwa permainan serupa pernah dimainkan di Kanada pada tahun 1854, secara resmi FIFA menyatakan bahwa futsal diciptakan di Montevideo, Uruguay pada tahun 1930, oleh Juan Carlos Ceriani seorang pelatih sepak bola asal Argentina. Ceriani yang melatih timnas sepakbola Portugal sedang mempersiapkan timnya untuk menghadapi Piala Dunia yang pertama kali. Ceriani merasa terganggu dengan cuaca Montevideo yang sedang diguyur hujan. Karena kendala itu latian timnya tidak berjalan dengan maksimal. Ceriani pun mempunyai ide untuk memindahkan latihan di dalam ruangan. Pada awalnya permainan ini berjalan dengan peraturan sepakbola secara umum tapi Ceriani mengubah sedikit peraturannya dengan mengurangi jumlah pemain untuk menyesuaikan luas lapangan dengan menjadi 5 pemain di setiap tim. Inilah yang mendasari permainan futsal. Dianggap menarik dan lalu permainan ini berkembang baik di Montevideo. Keunikan dari futsal mendapatkan perhatian lebih oleh Brazil,lalu negara tersebut menyangkal bahwa penemu futsal adalah Ceriani. Mereka sering memainkan permainan yang serupa dijalanan dan tentunya tanpa peraturan yang jelas. Adanya perbedaan peraturan di Brazil maka pemuka futsal mengalami kesulitan untuk mengembangkan permainan ini. Pada tahun 1935 para pemuka futsal melakukan pertemuan untuk menentukan aturan yang jelas tentang
peraturan peraminan futsal. Lalu lahirlah peraturan futsal untuk pertama kalinya pada tahun 1936 dan baru dibakukan pada tahun 1954. Turnamen futsal pertama kali adakan pada tahun 1965 di Sao Paulo, Brazil yang mempertemukan negara Amerika Selatan. Paraguay sebagai negara yang menjuarai turnamen tersebut dengan menumbangkan tuan rumah Brazil. Seiring berjalannya waktub permainan ini berkembang dan diterima secara cepat di dataran Eropa. Uni Soviet misalnya, negara ini pada masanya sering melakukan permainan ini pada saat musim dingin karena sebagian besar lapangan sepakbola pada musim tersebut tertutup salju. Dan di Inggris peraminan ini sering dimodifikasi dengan perubahan jumlah pemain enam lawan enam dilapangan rumput antar klub Premier League. Perkembangan futsal yang pesat di Amerika dan Eropa maka pada tahun 1974 di Sao Paulo, Brazil terbentuklah FIFUSA (The Federation Internationale de Futebol de Salao). Dan pada era 80-an futsal meluas ke seluruh dunia. Akhirnya pada tahun 1989 FIFA memutuskan mengambil alih futsal dan menciptakan peraturan baru yang berbeda dengan peraturan versi FIFUSA. Dengan adanya perbedaan ini dan pengambilalihan futsal oleh FIFA membuat keberadaan FIFUSA menjadi seperti tidak ada. Sehingga pada era sekarang lebih mengenal aturan yang dibuat FIFA.
2. Teknik Dasar Bermain Futsal Ditinjau dari pelaksanaan pemainan futsal, bahwa permainan futsal membutuhkan skill dan teknik pengusaan bola yang matang. John D. Tenang (2008; 68) menyatakan ” Setelah mematangkan latihan fisik, pelatih mengajarkan teknik penguasaan bola seperti mengontrol, menendang, mengumpan, dan menyundul”. Latihan fisik didahulukan sebelum latihan skill dan teknik seperti kecepatan dalam berlari, endurance, dan keseimbangan (speed balance). Hal ini sangat berpengaruh terhadap akselerasi dan pergerakan dengan atau tanpa bola. Menurut Sukatamsi (1984 ; 34) menjabarkan tentang teknik tanpa bola dan teknik dengan bola sebagai berikut a) Teknik tanpa bola
Teknik tanpa bola yaitu semua gerakan-gerakan tanpa bola terdiri dari : 1. Lari cepat dan mengubah arah 2. Melompat atau meloncat 3. Gerak tipu tanpa bola yaitu gerak tipu dengan badan waktu 4. Gerakan-gerakan khusus untuk penjaga gawang b) Teknik dengan bola Teknik dengan bola yaitu semua gerakan-gerakan dengan bola terdiri dari : 1. Menendang bola 2. Menerima bola a. Menghentikan bola b. Mengontrol bola 3. Menggiring bola 4. Menyundul bola 5. Gerak tipu dengan bola 6. Merampas atau merebut bola 7. Teknik-teknik khusus penjaga gawang Menurut urutan, terlebih dahulu anak didik diajarkan teknik dasar dengan teliti, kemudian teknik bermain sesuai dengan tujuan. Menurut Justinus Lhaksana (2012:29) ada beberapa teknik dasar yang perlu dikuasai dalam futsal yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.
Teknik dasar Mengumpan (passing) Teknik dasar Menahan bola (conntrol) Teknik dasar Mengumpan lambung (chipping) Teknik dasar Menggiring bola (dribbling) Teknik dasar Menembak (shooting)
Pada prinsipnya unsur teknik tanpa dan dengan bola memiliki peranan yang penting dalam pelaksanaan permainan futsal. Kedua teknik tersebut harus dimiliki oleh seorang pemain futsal dan mampu diperagakan dan dikombinasikan didalam situasi permaina yang sesuai kebutuhan dan situasi yang dihadapi. Futsal adalah olahraga beregu. Kolektivitas yang tinggi sangat berpengaruh terhadap hasil pertandingan. Untuk mendapatkan kerjasama tim yang baik dibutuhkan pemain yang mampu menguasai teknik-teknik dasar permainan yang baik dan terampil dalam melaksanakannya. Semakin baik tingkat penguasaan kemampuan teknik dasar bermain futsal semakin cermat dan cepat pula kerja sama kolektif akan tercapai.
Cara menguasai teknik-teknik dasar futsal seseorang harus melakukan dengan prinsip-prinsip gerakan teknik yang benar, cermat, sistematis yang dilakukan berulang-ulang, terus-menerus, dan berkelanjutan, sehingga kerjasama yang baik antara sekumpulan saraf otot, untuk membentuk gerakan yang harmonis, sehingga menghasilkan otomatisasi gerakan. Keterampilan teknik gerakan tanpa bola dan gerakan dengan bola, setiap pemain dapat dengan mudah memerintah bola dan memerintah badan atau anggota badan sendriri dalam semua situasi permainan. Permainan futsal adalah permainan cepat dengan waktu yang relatif pendek, serta memiliki ruang gerak yang sempit. Kunci pokok dalam permainan futsal yaitu pada ball feeling. Artinya, bagaimana menggunakan perasaan saat menyentuh dengan kaki. Penggunaan kaki memang harus terampil seperti tangan. Dengan begitu bola dapat dimainkan dengan leluasa. Skill dan teknik memang menjadi bagian dalam permainan futsal setiap pemain dituntut memilikinya. Pembentukan skill dan teknik olahraga pada umumnya banyak berhubungan tindakan yang menyangkut gerakan-gerakan koordinasi otot. Koordinasi gerakan dipengaruhi fungsi saraf dan diperoleh dari hasil belajar. Oleh karena itu, untuk memperoleh tingkat keterampilan yang tinggi diperlukan belajar dalam jangka waktu yang tertentu agar fungsi sisten saraf dapat terkoordinasi yang baik dengan sempurna menuju pada otomatisasi gerakan. Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:127) ”latihan teknik adalah latihan yang khusus dimaksudkan untuk membentuk dan mengembangkan kebiasaankebiasaan motorik dan neuromuskular”. Indikator penguasaan keterampilan atau kemampuan bermain futsal, apabila masing-masing siswa menguasai dam mampu berbagai teknik dasar futsal tersebut. Dalam proses belajar selanjutmya, siswa agar selalu mempelajari dan mempraktekkan berulang-ulang bagaimana mengolah dan mempermainkan agar menumbuhkan naluri terhadap gerak bola. Menurut John D. Tenang (2008 : 68-86) teknik-teknik memainkan bola dalam permainan futsal ada beberapa macam seperti ”mengontrol dan menggiring bola, menendang bola, mengoper bola (passing), shooting, menyundul (heading)”, setiap pemain dituntut menguasainya. Tanpa memiliki teknik yang baik,
penguasaan bola akan sulit dilakukan. Untuk dapat meningkatakan tentunya harus didahului dengan latihan yang rutin dan serius.
3. Passing controlling dalam permainan futsal A. Passing dalam permainan futsal a. Definisi passing Futsal merupakan suatu permainan yang mengutamakan mengumpan pendek atau istilahnya passing game. Oleh karena itu, seorang pemain harus menguasai teknik mengoper atau mengumpan bola yang lebih dikenal dengan istilah passing secara benar. Robert Koger (2005:19) menyatakan ”mengoper berarti memindahkan bola dari anda ke pemain lain, dengan cara menendangnya”. Danny Mielke (2007 : 19), menyatakan ”Passing adalah seni memindahkan momentum bola dari satu pemain ke pemain lain”. Menurut definisi diatas dapat disimpulkan bahwa passing adalah mengumpan atau mengoper bola ke teman. Passing yang dilakukan dengan baik sangat diandalkan ketika bermain futsal, karena dengan passing yang terukur dengan sempurna akan memudahkan rekan kita untuk menerima bola tersebut. Maka sebaliknya bola yang ditendang dengan asal-asalan akan memudahkan pihak lawan untuk merebut dan menguasai bola. Disinilah pentingnya seorang pemain harus benar-benar mengukur kecepatan dan kekuatan ketika hendak mengoper bola. b. Passing Dalam Permainan Futsal Passing dilakukan dengan cara menendang bola. Menurut Sukatamsi (1984:47), ada macam-macam tendangan atas dasar kaki bagian mana dari kaki yang digunakan untuk menendang bola yaitu ”Kaki bagian dalam, kura-kura kaki bagaian luar, kura-kura kaki penuh, ujung kaki, kuara-kura kaki sebelah dalam, dan tumit (jarang digunakan)”. Bagian-bagian kaki yang dapat digunakan untuk menendang bola harus dimanfaatkan secara optimal.Oleh karena itu, dalam melakukan tendangan harus diperhitungkan dengan cermat bagian kaki yang mana yang harus dipakai untuk menendang bola agar menghasilkan tendangan yang baik dan benar.
Melakukan dalam passing futsal, teknik menendang yang digunakan menurut Justinus Lhaksana (2012:30) menyatakan, ”Gunakan kaki bagian dalam untuk melakukan passing”. Sukatamsi (1984:51) menjabarkan cara menendang bola dengan kaki bagian dalam sebagai berikut; 1) Letak kaki tumpu a) Diletakakan disamping bola dengan jarak kurang lebih 15 cm. b) Arah kaki tumpu sejajar dengan arah sasaran. c) Lutut ditekuk hingga lutut berada tegak lurus diatas ujung jari. 2) Kaki yang menendang a) Diangkat ke belakang dengan kai melintang tegak lurus arah sasaran, atau tegak lurus kaki tumpu. b) Diayunkan ke arah kaki bagian dalam tepat mengenai tengahtengah bola c) Dilanjutkan dengan gerakkan lanjutan kedepan
Gambar 5. Kaki yang menendang ( Sukatamsi,1984:52) 3) Sikap badan a) Karean kaki tumpu diletakakan disamping atau disamping dapan bola, badan bearada diatas bola. b) Pada waktu menendang bola, badan sedikit kesamping condong ke depan, kedua lengan terbuka ke samping badan untuk menjaga keseimbangan badan.
Gambar 6. operan kaki bagain dalam (Sumber:Joseph A. luxbacher)
4) Pandangan mata a) Pada waktu menendang bola, mata melihat bola dan ke arah sasaran. 5) Bagian bola yang ditendang. a) Bagian dalam kaki yang menendang tepat mengenai tenahtengah bola, bola bergulir datar di atas tanah.
Gambar 7. Bola yang ditendang (Sumber:Sukatamsi,1984:53) b) Bagian dalam kaki yang menendang dibawah tengah-tengah bola, bola akan naik atau melambung rendah. Sama halnya sepakbola, menendang bola merupakan teknik dengan bola yang paling dominan dilakukan dalam permainan futsal. Maka teknik menendang juga merupakan dasar dalam bermain futsal. Tim futsal yang baik adalah suatu tim yang semua pemainnya menguasai teknik menendang bola yang baik, dengan cepat, cermat, dan tepat sasaran. Seorang pemain yang tidak menguasai teknik menendang bola dengan baik, tidak akan mungkin menjadi pemain yang baik. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan passing dalam permainan futsal :
a) Tempatkan kaki tumpu disamping bola, bukan kaki yang melakukan passing. b) Gunakan kaki dalam untuk melakukan passing. c) Kunci atau kuatkan tumit agar saat bersentuhan dengan bola lebih kuat. d) Kaki dalam sdari atas diarahkan ke tengah bola (jantung) dan ditekan ke bawah agar bola tidak melambung. e) Teruskan dengan gerakan lanjut, yaitu setelah sentuhsan dengan bola saat melakukan passing, ayunkan kaki jangan dihentikan.
B. Controlling dalam permainan futsal Melakukan sentuhan pertama yang sempurna merupakan skill yang vital bagi pemain dalam mengontrol bola ketika menerima operan dari rekan. Ada beberapa cara mengontrol bola, yakni dengan kaki, dada, dan paha. Tekniknya berbeda ketika menerima bola datar dan bola lambung. Menurut John D. Tenang (2008; 69) jika menggunakan kaki, ada tiga cara yang harus dilakukan, yakni dengan menggunakan bagian alas sepatu (sole), sisi dalam sepatu (inside sole), dan sisi luar sepatu (outside sole). Teknik yang paling sering dilakukan untuk dalam mengontrol bola yang bergulir dan meluncur dengan kencang adalan dengan menggunakan sole atau bagian alas sepatu Menurut John D. Tenang (2008; 70) ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam mengontrol dengan bagian alas sepatu yaitu, 1) 2) 3) 4)
Beregerak ke arah depan dengan posisi dibelakang bola. Sebelum menyentuh bola, angkat kaki dan jaga keseimbangan. Jangan melangkahi bola, tapi mengapitnya. Hati-hati ketika mengangkat kaki karena bola mungkin akan terus menggelinding. 5) Kedua lengan harus dibuka guna membantu keseimbangan.
Gambar 8. Cara melakukan sole of the foot (Sumber: John D. Tenang (2008; 70) Tapi, ada juga yang menggunakan sisi dalam sepatu. Teknik ini digunakan dalam mengontrol bola datar. Menurut John D. Tenang (2008; 71) teknis melakukannya sebagai berikut: 1) Posisikan salah satu kaki tegak lurus dengan arah datangnya bola. 2) Kaki lain dilenturkan dan sedikit diangkat dengan posisi tepat di tengah bola. 3) Sentuh bola menggunakan sisi kaki bagian dalam antara jari kaki dan engkle, lalu memutar kaki ke belakang dengan posisi tetap di tanah untuk memberi sedikit dorongan terhadap bola.
Gambar 9. Cara melakukan inside sole of the foot (Sumber: John D. Tenang (2008; 71)
Cara lain adalah menggunakan sisi kaki bagian luar dengan membenturkan antara jari kaki dan engkle ke arah bola. Menurut John D. Tenang (2008; 72) Adapun yang perlu diperhatikan dalm melakukan teknik ini adalah, 1) Arahkan kaki ke bola yang sedang bergulir lalu mengangkat dan menurunkan kembali sehingga bola menyentuh bagian sisi luar sepatu. 2) Setelah memastikan bola sudah tersentuh, segera tarik kaki ke belakang untuk menahan bola agar tidak terus maju. Kemudian, ayunkan kaki menyilang dan tendang pelan bola dengan sisi luar sepatu.
Gambar 10. Cara melakukan outside sole of the foot (Sumber: John D. Tenang (2008; 72) Mengontrol bola atau menerima bola tidak hanya menggunakan kaki, tapi juga seluruh bagian tubuh, kecuali tangan bagi (selain kiper).
4. Pembelajaran A. Pembelajaran Gerak Menurut Schmidt (1991), “pembelajaran gerak adalah Suatu rangkaian proses yang berhubungan dengan latihan/ pengalaman yang mengarahkan pada terjadinya perubahan-perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil.” Dalam hal ini upaya meningkatkan keterampilan gerak tubuh secara keseluruhan dan upaya penguasaan pola-pola gerak keterampilan dalam kaitannya dengan konsep ruang, waktu dan gaya.
Menurut Sugiyanto (1994: 27) “pembelajaran gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh.” Proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola gerak yang dipelajari. Hasil ahkir dari belajar gerak adalah kemampuan melakukan pola-pola gerak keterampilan tubuh. Hasil akhir belajar gerak adalah kemampuan melakukan pola-pola gerak keterampilan tubuh, setiap tujuan pembelajaran gerak pada umumnya memiliki harapan dengan munculnya hasil tertentu, hasil tersebut biasanya adalah berupa penguasan keterampilan.
Penampilan
yang terampil merupakan
tujuan
ahkir
dari
pembelajaran gerak. Berdasarkan pengertian yang telah disampaikan para ahli diatas dapat disampailkan pengertian pembelajaran gerak adalah proses perubahan individu baik berupa perilaku gerak maupun respon yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. Terdapat analisis karakteristik pembelajaran gerak yang dipaparkan oleh Schmidt (1988), yang dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut: 1. Belajar sebagai proses; dalam psikologi kognitif dijelaskan, sebuah proses adalah seperangkat kejadian atau peristiwa yang berlangsung bersama, menghasilkan beberapa perilaku tertentu. Sama halnya dengan belajar keterampilan motorik, di dalamnya terlibat suatu proses yang menyumbang kepada perubahan dalam perilaku motorik sebagai hasil dari berlatih, karena itu fokus belajar motorik ialah perubahan yang terjadi pada organisme yang memungkinkannya untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan sebelum berlatih. 2. Belajar gerak adalah hasil langsung dari latihan; perilaku motorik berupa keterampilan dipahami sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Hal ini dipertegas dengan perubahan yang terjadi seperti faktor kematangan dan pertumbuhan. Faktor-faktor yang meyebabkan perubahan perilaku, meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar. Sama halnya dengan persoalan tersebut, peningkatan kemampuan fisik dapat menyebabkan peningkatan keterampilan seseorang dalam satu cabang olahraga, sehingga dapat dibuat kesimpulan yang salah bahwa perubahan itu karena belajar. 3. Belajar gerak tidak teramati secara langsung; proses yang terjadi di balik perubahan keterampilan itu mungkin sekali amat kompleks dalam sistem persyaratan, seperti bagaimana informasi sensoris diproses, diorganisasi, dan kemudian diolah langsung dan arena itu, hanya dapat ditafsirkan eksistensinya dari perubahan yang terjadi dalam keterampilan atau perilaku motorik.
4. Belajar gerak menghasilkan kapasitas untuk bereaksi (kebiasaan); pembahasan belajar motorik juga dapat ditinjau dari munculnya kapasbilitas untuk melakukan suatu tugas dengan terampil. Keterampilan tersebut dapat dipahami sebagai suatu perubahan dalam sistem pusat syaraf. Tujuan dari latihan adalah untuk memperkuat atau memantapkan jumlah perubahan yang terdapat pada kondisi internal. Kondisi internal ini sering disebut dalam istilah kebiasaan. 5. Belajar gerak relatif permanen; ciri lain dari belajar motorik adalah relatif permanen. Hasil belajar itu relatif bertahan hingga waktu relatif lama. Manakala seseorang belajar dan berlatih, maka ia tidak pernah sama dengan keadaan sebelumnya. Dan belajar menghasilkan perubahan relatif permanen. Persoalannya adalah seberapa lama keterampilan itu melekat? Memang sukar untuk menjawab, berapa lama hasil belajar itu akan melekat. Meskipun sukar ditetapkan secara kuantitatif, apakah selama 1 bulan, atau 2-5 hari, untuk kebutuhan analisis dapat menegaskan, belajar akan menghasilkan beberapa efek yang melekat. 6. Belajar gerak bisa menimbulkan efek negatif; kesan umum yang diperoleh bahwa belajar menimbulkan efek positif yaitu penyempurnaan keterampilan, atau penampilan gerak seseorang. Namun demikian, anggapan ini mengandung persoalan, karena apa yang disebut kemajuan atau penyempurnaan tidak terlepas dari persepsi si pengamat. Perubahan perilaku pada seseorang bisa jadi dianggap sebagai peningkatan bagi seorang pengamat, dan sebagai suatu kemunduran bagi yang lain. Misalnya saat latihan atau belajar salto ke belakang terjadi kurang tinggi dan putarannya terlampau banyak sehingga terjatuh terlentang akibatnya trauma. Kesan buruk masa lampau, kegagalan dalam suatu kegiatan, atau ketidakberhasilan melakukan satu jenis keterampilan dengan sempurna justru bukan berakibat negatif, tapi mendorong ke arah perubahan yang positif. 5. Hasil Belajar Menurut Sudjana (2008: 22), “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilikki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Supriyono (2010:5) menyatakan, “Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan”. Hasil belajar dapat diperoleh melalui suatu mekanisme berupa penilaian hasil belajar. Menurut Sudjana (2008: 3), “Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.” Hal ini dapat diartikan bahwa obyek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan instruksional
yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan dalam kegiatan penilaian. Mulyasa (2010 :63) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan pada akhir program pendidikan. Bahan-bahan yang diajukan meliputi seluruh materi standar, standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang telah diberikan, dengan penekanan pada bahan-bahan yang diberikan pada kelas tinggi. Mulyasa (2010 :64) juga menyatakan bahwa dalam penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat dilakukan terhadap program, proses, dan hasil belajar. Penilaian
program
bertujuan
untuk
menilai
efektivitas
program
yang
dilaksanakan, penilaian proses bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran; sedangkan penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar ialah suatu proses untuk memberikan nilai/ skor kepada siswa, untuk mengetahui hasil perolehan dari proses pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya. Penilaian ini oleh satuan pendidikan dilaksanakan pada akhir program, yang meliputi penilaian terhadap program, proses dan hasil belajar itu sendiri. Dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian hasil belajar yang menurut Hamdani (2011: 303) sebagai berikut: 1) Valid (sahih), yang berarti penilaian hasil belajar harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi dan standar kompetensi lulusan. 2) Obyektif, yang berarti hasil belajar siswa hendaknya tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosialekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional. 3) Transparan (terbuka,) yang berarti prosedur penilaian, kriteria penialian, dan dasar pengambilan keputusan terhadap hasil belajar siswa dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan. 4) Adil, yang berarti hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan siswa karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status social ekonomi, dan gender.
5) Terpadu, yang berarti penilaian hasil belajar merupakan suatu komponen yang tidak terpisah dari kegiatan pembelajaran. 6) Menyeluruh dan berkesinambungan, yang berarti penilaian hasil belajar mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan siswa. 7) Bermakna, yang berarti penilaian hasil belajar mudah dipahami, mempunyai arti, bermanfaat, dan dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak, terutama guru, siswa, orangtua, serta masyarakat. 8) Sistematis, yang berarti hasil belajar dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 9) Akuntabel, yang berarti penialian hasil belajar dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. 10) Beracuan kriteria, yang berarti penilaian hasil belajar didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. 6. Ektrakurikuler Sebagai sarana perkembangan prestasi dan pembinaan kesiswaan, sekolahsekolah mengadakan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Yang mana kegiatan ini sering bertujuanan untuk meningkatkan dan menunjang prestasi sekolah tersebut. Menurut A .P. Pandjaitan (1992:9), menjelaskan bahwa “Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa, Tempatnya bisa disekolah ataupun diluar sekolah dengan tujuan untuk lebih memperluas pengetahuan siswa“. Adapun kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler ialah: pramuka, kesenian, olahraga, dll. Kegiatan ini dilakukan secara berkala atau hanya dalam waktu-waktu tertentu. Selain itu dalam kegiatan-kegiatan sekolah terdapat materi pembnaan sekolah. Pembinaan kesiswaan ini bedasarkan terdapat pada Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 18 Oktober 1984 nomor 0461/U/1984 tentang Pembinaan Kesiswaan yang dikutip A .P. Pandjaitan (1992:9) meliputi : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Pembinaan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Pembinaan Kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila Pembinaan Pendahuluan bela Negara Pembinaan Kepribadian dan budi pekerti yang luhur Pembinaan Berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan Pembinaan Keterampilan dan kewirausahaan Pembinaan Kesegaran jasmani dan daya kreasi Pembinaan Persepsi, apresiasi, dan kreasi seni.
Adapun jenis-jenis kegiatan dalam rangka pembinaan kesiswaan yang terdapat disekolah: 1) Peningkatan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2) Usaha kesehatan sekolah (UKS). 3) Kewirausahaan dan koperasi sekolah 4) Wisata siswa 5) Olahraga dan kesenian Olahraga dan kesenian ini, dapat dilakukan oleh sekolah melalui kegiatan keolahragaan dan kesenian yang diadakan secara teratur. Hal itu akan dapat menumbuhkan dan meningkatkan kesegaran jasmani siswa, terutama kepercayaan diri sendiri akan lebih meningkat. Atau bisa dijadikan sarana pembinaan dan pencarian bibit atlit daerah dan mampu meningkatkan nama baik sekolah atas pencapaian prestasi yang diperoleh.
7. Pembelajaran passing controlling Menggunakan Massed Practice dan Distributed Practice.
A. Pembelajaran passing controlling Menggunakan Massed Practice. Pembelajaran dengan bentuk latihan massed practice dapat juga dikatakan latihan dengan sistem padat atau terus-menerus. Menurut Sugiyanto (1996:62), bahwa ”Massed practice adalah memperaktekkan kegiatan yang dipelajari secara terus-menerus tanpa waktu istirahat atau sangat pendek istirahatnya”. Dan sedangkan menurut Andi Suhendro (1999:35), “Massed practice adalah prinsip pengaturan giliran latihan dimana atlet melakukan gerakan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat”. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan latihan dengan massed practice merupakan latihan dengan terus-menerus dan dilakukan secara berkesinambungan tanpa diselingi istirahat atau diselingi dengan istirahat tetapi dengan periode yang pendek. a) Pelaksanaan Pembelajaran passing controlling Menggunakan Massed Practice
Metode massed practice merupakan bentuk latihan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi oleh istirahat atau diselingi dengan istirahat tetapi dengan periode yang pendek. Dalam hal ini Schmidt (1988:384), menyatakan bahwa “Massed practice dapat menggunakan periode istirahat tetapi hanya 5 detik”. Maka pelaksanaan dalam latihan ini siswa mlakukan passing futsal secara kontiyu dengan diselingi istirahat yang pendek yaitu 5 detik. Periode istirahat ini hanya digunakan untuk recovery. Recovery adalah pulih asal, yaitu memulihkan energi dalam tubuh sebelum melakukan latihan kembali. Menurut Rusell R.Pate, Bruce
Mc Clenaghan, dan Robert Rotella (1993:328) bahwa,” selama masa
pemulihan, harus turun sampai kira-kira 60% dari kecepatan jantung maksimum”. Manfaat dari recovery adalah mengisi kembali ATP-PC, mengembalikan denyut nadi menjadi normal, dan memulihkan kembali energi dalam tubuh. Selanjutnya latihan ditata sedemikian rupa agar siswa melakukan passing secara berulangulang dengan diselingi istirahat 5 detik sesuai dengan program latihan yang telah dijadwalkan. Dengan periode istirahat ini dan melakukan passing futsal secara berulang-ulang maka akan menimbulkan berupa daya ingat dalam jangka pendek pada seoarang siswa (short memory). Short memory ini berfungsi sebagi penyimpan informasi dalam waktu yang singkat sehingga memberikan umpan balik yang baik yang disebabkan memori yang kuat akan konsep gerak yang dipelajari. Keterangan pelaksanaan pembelajaran passing futsal dengan metode massed practice terlampir.
b) Kelebihan
dan
kekurangan
Pembelajaran
passing
controlling
Menggunakan Massed Practice. Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran passing controlling futsal yang telah diuraikan diatas, maka latihan tersebut dapat diidentifikasikan kelebihan dan kekurangannya.
Metode massed practice memilikikelebihan sebagai berikut: 1) Meningkatnya memori gerak sehingga memori gerakanyang dilakukan sebelumnya masih membekas dalam diri pemain dan dapat memperoleh
umpan balik untuk melakukan gerakan berikutnya. Hal ini memungkinkan terbentuknya pola gerakan dengan baik. 2) Latihan dapat dilakukan secara lebih maksimal karena waktu istirahat yang cukup pendek. 3) Dengan pengulangan gerakan passing controlling yang terus-menerus sehingga dapat meningkatkan gerakkan otomatisasi gerakkan passing controlling. 4) Dengan istirahat yang pendek, maka dapat meningkatkan pola gerakan keterampilan teknik dasar sekaligus membentuk daya tahan fisik yang lebih baik. Sedangkan kekurangan yang dimiliki pada pembelajaran passing controlling futsal dengan massed practice antara lain: 1) Siswa mudah kelelahan, hal ini disebabkan prinsip metode massed practice dilakukan dengan latihan yang kontiyu dan terus-menerus. 2) Pengontrolan dan perbaikan teknik gerakan sulit dikoreksi karena waktu istirahat yang sangat pendek atau bahkan hampir tidak ada waktu istirahatnya.
B. Pembelajaran passing controlling Menggunakan distributed practice. Pembelajaran passing futsal menggunakan distributed practice, menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1992:402) bahwa “Distributed practice merupakan pendekatan dalam latihan yang ditandai dengan daya pengaturan waktu untuk pratek dan diselang-selingi dengan waktu untuk istirahat”. Danmenurut Andi Suhendro (1999:358) “Metode distributed practice adalah prinsip pengaturan waktu latihan dengan waktu istirahat secara selang-seling”. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan latihan dengan distributed practice merupakan latihan keterampilan yang dilakukan secara berulang-ulang, dimana antar gerakan individu diselingi waktu istirahat yang cukup.
a) Pelaksanaan
Pembelajaran
passing
controlling
Menggunakan
distributed practice Bentuk latihan distributed practice juga dapat diterapkan dalam Pembelajaran passing. Distributed practice merupakan bentuk latihan yang mempertimbangkan waktu istirahat yang sama pentingnya dengan waktu untuk praktek (latihan). Dalam hal ini Schmidt (1988:384) bahwa “Periode istirahat distributed practice yaitu 30 detik”. Keadaan ini memeberikan kesempatan bentuk recovery atau pemulihan dan memungkinkan kondisi atlet untuk lebih berkonsentrasi dan lebih siap melakukan latihan berikutnya. Maka dalam latihan ini pemain melakukan garakan passing secara kontiyu, antar gerakkan diselingi waktu istirahat 30 detik, kemudian pelatih menata sedemikian rupa agar konsep dan latihan distributed practice terlaksana dengan baik dari segi waktu latihan dan waktu istirahat. Keterangan pelaksanaan pembelajaran passing controlling futsal dengan metode distributed practice terlampir.
b) Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Passing Menggunakan distributed practice. Seperti halnya massed practice metode distributed practice juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Berdasarkan pada pelaksaaan pembelajaranyang telah dijelaskan, maka dapat diidentifikasikan beberapa hal berupa kelebihan dan kekurangan dari metode distributed practice. Metode distributed practice memiliki kelebihan sebagai berikut diantaranya: 1) Dengan istirahat yang cukup,siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebih. Maka kondisi fisik siswa tidak terlalu terbebani dan cukup berkonsentrasi dalam melakukan gerakkan passing controlling futsal dengan baik. 2) Siswa akan lebih jelas menerima konsep gerakkan karena setiap kesalahan dengan segera cepat dibetulkan dengan memanfaatkan waktu istirahat yang cukup.
3) Perbaikan setiap kesalahan dalam gerakkan yang dilakukan akan lebih mudah sehingga penguasaan teknik passing controlling futsal akan lebih baik. Adapun kekurangan pembelajaran passing controlling futsal dengan distributed practice antara lain: 1) Dengan waktu istirahat yang relatif lama membuat pengulangan gerak menjadi lambat sehingga memungkinkan sulit terbentuknya gerak otomatisasi gerakkan passing controlling futsal. 2) Terabaikannya kondisi fisik, hal ini disebabkan latihan ini memprioritaskan pada peningkatan teknik
B. Kerangka Berpikir Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka dapat diajukan kerangka berpikir sebagai berikut: 1.
Perbedaan Pembelajaran Menggunakan Massed Practice dan Distributed Practice Terhadap Hasil Belajar Kemampuan passing controlling futsal
Kemampuan passing controlling merupakan teknik yang sangat penting dalam permainan futsal. Setiap pemain harus dapat melakukan dan menguasai teknik passing ini dengan baik. Untuk dapat melakukan passing dengan cepat dan tepat harus setiap pemain melaukan latihan dengan sistematis, teratur dan kontinyu dengan prinsip-prinsip latihan yang benar. Metode latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan passing controlling ini antara lain adalah menggunakan metode massed practice dan distributed practice. Latihan passing menggunakan metode massed practice adalah latihan yang dilakukan secara berulang-ulang dan kontinyu, tanpa waktu istirahat atau sangat pendek waktu istirahatnya. Latihan passing controlling menggunakan metode massed practice yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu melakukan passing controlling secara kontinyu, dengan diselingi istirahat yang pendek yaitu 5 detik. Periode istirahat ini hanya digunakan untuk recovery. Recovery adalah pulih asal, yaitu memulihkan energi dalam tubuh sebelum melakukan latihan kembali. Menurut Rusell R.Pate, Bruce
Mc Clenaghan, dan Robert Rotella
(1993:328) bahwa,” selama masa pemulihan, harus turun sampai kira-kira 60% dari kecepatan jantung maksimum”. Manfaat dari recovery adalah mengisi kembali ATP-PC, mengembalikan denyut nadi menjadi normal, dan memulihkan kembali energi dalam tubuh. Latihan dengan metode distributed practice adalah latihan yang dilakukan berulang-ulang, dimana antar ulangan diselingi waktu yang cukup. Pembelajaran menggunakan metode mased practice dan distributed practice memiliki karakteristik yang berbeda. Kedua bentuk latihan ini dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan passing. Menurut Sugiyanto (1996:62) Yang di maksud dengan massed practice (latihan secara terus menerus) menerangkan bahwa, “massed practice adalah mempraktekan kegiatan yang di pelajari secara terus menerus tanpa waktu istirahat atau sangat pendek waktu istirahatnya’’, sedangkan metode distributed practice menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1992:402) bahwa “Distributed practice merupakan pendekatan dalam latihan yang ditandai dengan daya pengaturan waktu untuk pratek dan diselang-selingi dengan waktu untuk istirahat”. Setiap jenis bentuk latihan tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Demikian juga latihan passing menggunakan metode massed practice dan distributed practice, tentu juga memiliki kekurangan dan kelebihan. Berdasarkan latihan yang telah diuraikan,
maka latihan ini dapat dianalisis mengenai
keuntungan dan kekurangannya. Latihan passing secara massed practice memiliki keuntungan dan kekurangan antara lain, pemberian istirahat yang pendek, memori melakukan gerakan terdahulu masih membekas dalam diri pemain , sehingga dapat memperoleh umpan balik untuk melakukan gerakan berikutnya. Hal ini dapat memungkinkan pembentukan pola gerakan yang lebih baik. Menggunakan Pola latihan yang terus menerus, maka dapat meningkatkan ketrampilan sekaligus daya tahan fisik. Sedangkan kelemahan latihan passing menggunakan metode massed practice adalah sebagai berikut, Dengan latihan yang terus –menerus dan kontinyu
akan
menyebabkan
kelelahan,
hal
ini
berpengaruh
terhadap
kesempurnaan gerakan yang dilakukan. Pengontrolan dan perbaikan terhadap teknik terhadap teknik gerakan sangat sulit dilakukan, sebab waktu istirahat sangat
pendek atau bahkan tanpa istirahat. Sedangkan Latihan passing dengan metode distributed practice memiliki kelebihan dan kelemahan antara lain, Dengan melakukan latihan ini pemain selalu mendapat istirahat yang cukup, maka kondisi fisik pemain tidak terlalu terbebani dan memiliki waktu yang cukup untuk berkonsentrasi untuk melakukan gerakan passing dengan teknik yang baik. Perbaikan terhadap pola gerakan yang dilakukan mudah.karena mudah memperbaiki pola gerakan, maka penguasaan terhadap teknik passing controlling futsal tersebut akan lebih baik. Adapun kelemahan latihan dengan menggunakan distributed practice antara lain, karena diselingi dengan waktu istirahat yang relatif lama, maka memori gerakan terdahulu sudah hilang, sehingga tidak dapat memperoleh umpan balik untuk memperbaiki gerakan selanjutnya. Latihan ini prioritasnya hanya khusus untuk peningkatan terhadap penguasaan teknik, sehingga kondisi fisiknya terabaikan. Berdasarkan
karakteristik,
kelebihan
dan
kelemahan
dari
metode
pembelajaran distributed practice dan massed practice tersebut maka terlihat adanya perbedaan diantara kedua metode. Sudah jelas bahwa, kedua bentuk latihan ini memiliki perbedaan. Berdasarkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut tentunya akan menimbulkan pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar kemampuan passing controlling futsal. Dengan demikian diduga bahwa, metode pembelajaran distributed practice dan massed practice memiliki perbedaan pengaruh terhadap kemampuan passing controlling futsal.
2. Pembelajaran yang Lebih Baik Pengaruhnya antara Pembelajaran Menggunakan Massed Practice dan Distributed Practice Terhadap Hasil Belajar Kemampuan passing controlling futsal.
Pada umumnya Metode pembelajaran massed practice baik digunakan untuk meningkatkan suatu teknik gerakan di karenakan keefektifitasan latihan yang baik, dengan menggunakan jangka istirahat yang pendek seorang pemain akan lebih mudah mengingat dan meningkatkan otomatisasi gerak dari gerakan yang sebelumnya dilakukan. Sedangkan metode pembelajaran distributed
practice, dalam pelaksanaannya diselingi dengan waktu istirahat yang relatif lama, maka memperlambat pengulangan latihan. Hal itu yang menyebabkan memori gerakan terdahulu mulai hilang, sehingga tidak dapat memperoleh umpan balik secara optimal dan menyebabkan sulit menimbulkan otomatisasi gerak passing controlling futsal dalam pengulangan gerak selanjutnya pada saat latihan. Bagi Siswa Ekstrakurikuler Futsal SMA Negeri 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015, penggunaan metode pembelajaran massed practice akan lebih efisien dilakukan karena dalam latihan ini latihan dilakukan secara efektif dan tidak menjenuhkan. Selain itu sistem kerja otak bagi siswa dengan metode massed practice bekerja dengan optimal karena didalam metode massed practice menggunakan sistem short memory yang secara singkat mencatat gerakan yang telah dilakukan. Sehingga umpan balik yang didapat saat melakukan latihan akan terkonsep secara mendalam. Adaptasi umpan balik dan short memory ini akan menghasilkan konsep perbaikan dan otomatisasi gerakan passing controlling futsal yang baik kedalam memori yang lebih kuat secara singkat. Oleh sebab itu pola gerakan passing akan lebih cepat tercapai dan sedangkan metode pembelajaran distributed practice bagi Siswa Ekstrakurikuler Futsal SMA Negeri 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015 akan kurang efisien karena seringnya waktu istirahat mengakibatkan lambatnya pengulangan saat melakukan latihan sehingga siswa dalam penguasaan teknik menjadi berkurang serta siswa akan bosan atau jenuh karena seringnya istirahat. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diduga terdapat pengaruh yang lebih baik antara metode pembelajaran massed practice dan metode pembelajaran distributed practice terhadap hasil belajar kemampuan passing controlling futsal.
C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1.
Ada Perbedaan Pembelajaran Menggunakan Massed Practice dan Distributed Practice Terhadap Hasil Belajar Kemampuan passing controlling
futsal Pada
Ekstrakurikuler Futsal SMA Negeri 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015.
Siswa
2.
Pembelajaran Menggunakan Massed Practice memiliki pengaruh lebih baik dan efektif daripada Distributed Practice Terhadap Hasil Belajar Kemampuan passing controlling
futsal Pada Siswa Ekstrakurikuler Futsal SMA Negeri 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015.