BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendapatan a. Sumber Pendapatan Sesuai dengan akad – akad penyaluran pembiayaan di bank syariah, maka hasil penyaluran dana tersebut dapat memberikan pendapatan bank. Hal ini dikatakan sebagai sumber – sumber pendapatan bank syariah. Dengan demikian, sumber pendapatan bank syariah dapat diperoleh dari : a) Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah b) Keuntungan atas kontrak jual beli (al ba’i) c) Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik d) Fee dan biaya administrasi atas jasa – jasa lainnya.1 B. Tinjauan Tentang Tabungan Mudharabah a. Pengertian Tabungan Tabungan menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1992 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai dengan syarat – syarat yang telah ditentukan dan disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat penarikan lain yang sama dengan itu.2 Menurut N. Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi tabungan adalah simpanan masyarakat
1 2
Muhammad, Manajemen Bank Syariah,.............................., hal.276 Zainuddin Ali,Hukum Perbankan Syariah.............................,hal. 151
yang penarikannya dapat dilakukan oleh orang yang menabung sewaktu – waktu sesuai keinginan.3 b. Pengertian Mudharabah Mudharabah adalah suatu perkongsian antara dua pihak dimana pihak pertama (shahib al - mal) menyediakan dana, dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Keuntungan atas tanggung jawab pengelolaan usaha. Keuntungan dibagikan sesuai dengan ratio laba yang telah disepakati bersama secara advance, manakala rugi shahib al – mal akan kehilangan sebagian imbalan dari kerja keras dan keterampilan manajerial selama proyek berlangsung.4 Tabungan Mudharabah adalah simpanan pihak ketiga di bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai dengan perjanjian. Bank bertindak sebagai mudharib dan nasabah penyimpan dana sebagai shahibul al mal. Bank akan membagi keuntungan kepada shohibul al mal sesuai nisbah yang telah disetujui bersama. Pembagian keuntungan dapat dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo minimal yang mengendap selama periode tersebut.5 c. Mudharabah dalam Wacana Fiqh Mudharabah merupakan kontrak yang melibatkan antara dua kelompok, yaitu pemilik modal (investor) yang mempercayakan modalnya
3
-------------------,dalam http://dilihatya.com/2079/pengertian-tabungan-menurut-para-ahli, diakses tanggal 21 Januari 2015 4 Muhammad , Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah,(Yogyakarta:UII Press,2000), hal.13 5 Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo,Mengapa Memilih ..............., hal.46
kepada pengelola (mudharib) untuk digunakan dalam aktivitas perdagangan. Mudharib dalam hal ini memberikan kontribusi pekerjaan, waktu, dan mengelola usahanya sesuai dengan ketentuan yang dicapai dalam kontrak, salah satunya adalah untuk mencapai keuntungan (profit) yang dibagi antara pihak investor dan mudharib berdasarkan proporsi yang telah disetujui bersama. Namun apabila terjadi kerugian yang menanggung adalah pihak investor saja. Al - Qur’an tidak secara langsung menunjuk istilah mudharabah, melainkan melalui akar kata d-r-b yang diungkapkan sebanyak lima puluh delapan kali. Dari beberapa kata inilah yang kemudian mengilhami konsep mudharabah, meskipun tidak disangkal bahwa mudharabah merupakan sebuah perjalanan jauh yang bertujuan bisnis. Menurut Ibn Taimiyyah, landasan legal yang membicarakan tentang mudharabah berdasarkan laporan dari sahabat Nabi, akan tetapi hadist tersebut sanadnya tidak otentik sampai pada Nabi. Sedangkan Ibn Hazm (w. 456 H / 1064 M) mengatakan, bahwa tiap – tiap bagian dari fiqh berdasarkan pada al- Qur’an dan Sunnah kecuali mudharabah, di mana kita tidak menemukan dasar apapun tentangnya. Sarakhsi (w. 483 H / 1090 M) yang merupakan
ulama mazhab Hanafi
mengatakan,
mudharabah
diperbolehkan karena orang – orang membutuhkan kontrak ini. Adapun Ibn Rushd (w. 595 H / 1198 M) yang merupaan ulama mazhab Maliki, menghormatinya sebagai sebuah kesepakatan pribadi. Mudharabah tidak merujuk langsung pada al – Qur’an dan Sunnah, tapi berdasarkan kebiasaan
(tradisi) yang dipraktekkan oleh kaum muslimin, dan bentuk kerjasama perdagangan model ini tampak langsung terus disepanjang masa awal Islam sebagai
instrumen
utama
yang
mendukung
para
kafilah
untuk
mengembangkan jaringan perdagangan secara luas. Mudharabah umumnya digunakan sebagai pendukung dalam memperluas jaringan perdagangan. Karena dengan menerangkan prinsip mudharabah, dapat dilakukan transaksi jual beli dalam ruang lingkup yang luas (perdagangan antar daerah) maupun antar pedagang di daerah tersebut.6 d. Dasar Hukum Mudharabah Dasar hukum mudharabah adalah sebagai berikut: a) Q.S An - Nisa (4) Ayat 12: “...Maka mereka bersyarikat pada sepertiga......”7 b) Q.S Al – Muzammil Ayat 20: “Dan sebagian daripada mereka orang – orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian dari karunia Allah.... ” c) Hadis Riwayat Tabrani: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib,
jika memberikan dana
ke mitra usahanya secara
mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan menjalani lembah yang berbahaya atau membeli ternak. Jika menyalahi aturan tersebut , yang bersangkutan bertanggung jawab atas
6
Abdulah Saeed,Bank Islam dan Bunga: Studi Kritis Larangan Riba dan Interprestasi Kontemporer,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 91 - 92 7 Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo,Mengapa Memilih ..............., hal.40
dana tersebut, disampaikanlah syarta tersebut kepada Rasulullah, beliau membolehkannya ”(Maksud HR. Tabrani).8 d) Hadis Riwayat Abu Dawud: “dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. berkata: Aku pihak ketiga dari dua oarang yang bersyarikat selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya ”(HR. Abu Dawud)9 e. Jenis – Jenis Mudharabah Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis : mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah. a) Mudharabah Mutlaqah Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerja sama an tara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqh salafus saleh sering dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukan sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar. b) Mudharabah Muqayyadah Mudharabah muqayyadah atau disebut restricted mudharabah / specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha. 8 9
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah...................,hal.25 - 26 Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo,Mengapa Memilih ..............., hal.41
C. Tinjauan Tentang Pembiayaan Musyarakah a. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.10 Menurut Undang - Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 12, pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.11 b. Tujuan Pembiayaan Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk: a) Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya. b) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh 10
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking.................., hal. 681 Muhammad, Konstruksi Mudharabah ......................................., hal. 20
11
melakukan aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak yang minus dana, sehingga dapat tergulirkan. c) Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat usaha agar mampu meningkatkan daya produksinya. Sebab upaya produksi tidak akan dapat berjalan tanpa adanya dana. d) Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor – sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan kerja baru. e) Terjadi distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan masyarakat. Jika ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan. Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk: a) Upaya mengoptimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan
mampu
mencapai
laba
maksimal.
Untuk
dapat
menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup. b) Upaya meminimalkan resiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan
laba
maksimal,
maka
pengusaha
harus
mampu
meminimalkan resiko yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan. c) Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika, sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada, dan sumber daya modal tidak ada. Maka dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber – sumber daya ekonomi. d) Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.12 c. Fungsi Pembiayaan Sesuai dengan tujuan pembiayaan sebagaimana diatas, pembiayaan secara umum memiliki fungsi untuk: a) Meningkatkan Daya Guna Uang Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam presentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan
12
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking,.................., hal. 681- 682
produktivitas. Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas / memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi, perdagangan, maupun untuk usaha – usaha rehabilitasi ataupun memulai usaha baru. Secara mendasar melalui pembiayaan terdapat suatu usaha untuk peningkatan produktivitas secara menyeluruh. Dengan demikian, dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari para penyimpan uang) tidak idle (diam) dan disalurkan untuk usaha – usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha maupun kemanfaatan bagi masyarakat. b) Meningkatkan Daya Guna Barang 1. Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningka, misalnya peningkatan utility kelapa menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak kelapa / goreng, peningkatan dari padi menjadi beras, benang menjadi tekstil. 2. Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat. Seluruh barang – barang yang dipindahkan / dikirim dari suatu daerah ke daerah lain yang kemanfaatan barang itu lebih teras, pada dasarnya meningkatkan utility barang itu. c) Meningkatkan Peredaran Uang Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening – rekening koran pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan
sejenisnya seperti cek, dan bilyet giro. Melalui pembiayaan peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang karena pembiyaaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif apalagi secara kuantitatif. d) Menimbulkan Kegairahan Berusaha Setiap manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi, yaitu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha dengan dinamikanya akan selalu meningkat, akan tetapi peningkatan usha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuannya yang berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai kemampuan. Karena itu pulalah maka pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya. Bantuan pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank inilah yang kemudian digunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktivitasnya. e) Stabilitas Ekonomi Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah – langkah stabilisasi pada dasarnya diarahkan pada usaha – usahauntuk antara lain: 1. Pengendalian inflasi 2. Peningkatan ekspor 3. Rehabilitasi prasarana 4. Pemenuhan kebutuhan – kebutuhan pokok rakyat
Untuk menekan arus inflasi dan terlebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi maka pembiayaan bank memegang peranan yang penting. f) Sebagai Jembatan untuk Meningkatkan Pendapatan Nasional Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan lagi ke dalam struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus – menerus. Dengan pendapatan yang terus meningkat berarti pajak perusahaan pun akan terus bertambah. Di lain pihak pembiayaan yang disalurkan untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa negara. Apabila rata – rata pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal dan buruh/ karyawan mengalami peningkatan pendapatan, maka pendapatan negara via pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah dan penggunaan devisa untuk urusan konsumsi berkurang, sehingga secara langsung atapun tidak langsung melalui pembiayaan pendapatan nasional akan bertambah.13 d. Pengertian Musyarakah Musyarakah adalah suatu perkongsian antara dua pihak atau lebih dalam suatu proyek di mana masing – masing pihak berhak atas segala
13
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking,.................., hal. 683- 686
keuntungan dan bertanggungjawab akan segala kerugian yang terjadi sesuai dengan penyertaan masing – masing.14 Pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan oleh pihak pihak bank syariah untuk membiayai suatu proyek bersama antara nasabah dengan bank. Nasabah dapat mengajukan proposal kepada Bank Syariah untuk mendanai suatu proyek atau usaha tertentu dan kemudian akan disepakati berapa modal dari bank dan berapa modal dari nasabah serta akan ditentukan bagi hasilnya bagi masing – masing pihak berdasarkan presentase pendapatan atau keuntungan bersih dari proyek atau usaha tersebut sesuai dengan kesepakatan.15 e. Musyarakah dalam Wacana Fiqh Musyarakah (kerjasama) adalah bentuk kedua dari penerapan prinsip bagi hasil yang dipraktekkan dalam sistem perbankan Islam. Musharakah berasal dari kata sh- r –k yang digunakan dalam al – Qur’an sebanyak 170 kali, meskipun tidak satu pun dari bentuk tersebut yang secara jelas menunjukkan pengertian “kerjasama” dalam dunia bisnis. Meskipun demikian terdapat beberapa keterangan dari Nabi, para sahabat, dan ulama yang menyatakan keabsahan musharakah untuk dilaksanakan dalam dunia bisnis. Beberapa laporan menjelaskan, bahwa terdapat beberapa bentuk kerjasama yang dipraktekkan oleh komunitas muslim pada periode awal. Keterangan ini hanya menunjukkan tentang eksistensi dari bentuk kerjasama 14
Abdulah Saeed,Bank Islam dan Bunga.......................................,hal. 9 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah...................,hal.34
15
yang telah dipraktekkan, tidak ada indikasi yang menjelaskan lebih lanjut tentang terminologi, kondisi, ataupun konsep yang mungkin dijalankan dalam merealisasikan kerjasama tersebut. Penjelasan yang komprehensip tentang kontrak tersebut dapat diketahui dalam hukum Islam, melalui hasil ijtihat oleh para ulama dalam mengembangkan fiqh.Dalam fiqh, konsep musharakah digunakan dalam pengertian yang lebih luas daripada yang digunakan dalam perbankan Islam.16 f. Dasar Hukum Musyarakah a) Q.S Shaad Ayat 24: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang – orang yang bersyarikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian lain, kecuali orang – orang beriman dan mengerjakan amal shaleh ” b) Hadis Riwayat Abu Daud dan Hakim “Dari Abi Hurairah, katanya Rasulullah saw, bersabda: Sesungguhnyab Allah SWT berfirman: “ Aku pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat (berkongsi) selama salah satunya tidak mengkhianati yang lainnya” (Hadis Riwayat Abu Daud dan Hakim)17 g. Rukun Musyarakah a) Pelaku akad, yaitu para mitra usaha b) Objek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh) c) Shighah, yaitu ijab dan kabul18
16
Ibid.,, hal. 106 – 107 Ibid.,.hal. 35 18 Ascarya,Akad dan Produk Bank Syariah,........................hal. 52 17
h. Jenis – Jenis al – Musyarakah Secara garis besar Musyarakah dapat dibagi kepada Syarikah Amlak dan Syarikah Uqud. a). Syarikah Amlak berarti eksistensi suatu perkongsian tidak perlu kepada suatu kontrak membentuknya tetapi terjadi dengan sendirinya. Bentuk Syarikah Amlak ini terbagi kepada Amlak Jabr dan Amlak Ikhtiar. - Amlak Jabr Terjadinya suatu perkongsian secara otomatis dan paksa. Otomatis berarti tidak memerlukan kontrak untuk membentuknya. Paksa tidak ada alternatif untuk menolaknya. Hal ini terjadi dalam proses waris mewaris, manakala dua saudara atau lebih menerima warisan dari orang tua mereka. - Amlak Ikhtiar Terjadi suatu perkongsian secara otomatis tetapi bebas. Otomatis berarti tidak memerlukan kontrak untuk membentukknya. Bebas berarti adanya pilihan / option untuk menolak, contoh dari perkongsian ini dapat dilihat apabila 2 orang atau lebih mendapatkan hadiah atau wasiat bersama dari pihak ketiga. b). Syarikah Uqud berarti perkongsian yang terbentuk karena suatu kontrak. Syarikah ini sendiri terbagi menjadi 5 jenis: - Syarikah Inan, mempunyai karakter sebagai berikut: Besarnya penyetaan modal dari masing – masing anggota tidak harus identik.
Masing – masing anggota mempunyai hak penuh untuk aktif langsung dalam pengelolaan usaha, tetapi ia juga dapat menggugurkan hak tersebut dari dirinya. Pembagian keuntungan dapat didasarkan atas prosentase modal masing – masing, tetapi dapat pula atas dasar negosiasi. Hal ini diperkenankan karena adanya kemungkinan tambahan kerja, atau penanggung resiko dari salah satu pihak. Kerugian keuntungan bersama sesuai dengan besarnya penyertaan modal masing – masing. - Syarikah Mufawadhah Berbeda dengan syarikah Inan, syarikah Mufawadhah mengharuskan: Keidentikan penyertaan modal dari setiap anggota. Setiap anggota menjadi wakil dan kafil (guarantor) bagi pertner lainnya. Untuk itu keaktifan semua anggota dalam pengelolaan usaha menjadi suatu keharusan. Pembagian keuntungan dan kerugian didasarkan atas besarnya modal masing – masing. - Syarikah Wujuh, syarikah wujuh dinamakan demikian karena dalam Syarikah ini para anggota hanya mengandalkan Wujuh (wibawa dan nama baik) mereka dan unsur modal / dana sama sekali absen dari padanya. Pembagian untung rugi dilakukan secara negosiasi di antara para anggota.
- Syarikah Abdan, yaitu syarikah sekerja dimana dua orang atau lebih yang sama atau berdekatan bentuk kerjanya menerima pesanan dari pihak ketiga dan membagi keuntungan melalui negosiasi bersama.19 i. Skema Pembiayaan Musyarakah Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Musyarakah
CUSTOMER
Bank Syariah
Pemilik Dana dan Pengelola Usaha
Pemilik Dana Negosiasi dan akad
Dana Bagi Hasil
USAHA
Bagi Hasil
Sumber : Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi, 2010
D. Tinajauan Tentang Pola Perhitungan Bagi Hasil a. Pola Perhitungan Bagi Hasil untuk Dana Pihak Ketiga Dalam perkembangannya, teknik perhitungan bagi hasil untuk dana pihak ketiga dilakukan perubahan. Perkembangan teknik yang dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang lebih adil antara pihak bank dengan nasabah. Hal prinsip yang ada dalam cara perhitungan bagi hasil yang baru adalah pada aspek: bobot dan pengakuan dana pihakm ketiga yang diperhitungkan 19
Muhammad , Sistem dan Prosedur ....................................., hal. 10 – 13
bagi hasil sebesar Rp. 1000. Adapun pola perhitungan bagi hasilnya adalah sebagai berikut: Gambar 2.2
Pola Perhitungan Bagi Hasil
Penetapan Pendapatan Yang Akan Didistribusikan: Jenis dan Jumlah
Perhitungan Hasil Investasi Untuk Setiap Rp. 1000 Dana Nasabah
Di distribusikan Ke Tiap Nasabah
Diperoleh Pendapatan yang akan dibagihasilkan
Diperoleh Bagi Hasil per – Rp 1000 Dana Nasabah
Bagi Hasil Tiap Nasabah
Contoh Penerapan: Apabila bank syariah mampu mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) sebanyak Rp. 90.000.000. DPK yang dapat disalurkan pada pembiayaan sebanyak Rp. 85.500.000 (karena ada Giro Wadiah Minimum sebesar 5 %). Pembiayaan yang harus disalurkan ke masyarakat sebanyak Rp. 100.000.000. dari pembiayaan Rp. 100.000.000 diperoleh pendapatan sebesar Rp. 1.500.000. Nisbah bagi hasil 65% : 35% . Berapa pendapatan bagi hasil setiap Rp. 1000 dana nasabah ?
Tabel 2.1 Contoh Perhitungan Bagi Hasil Pengelolaan Dana DPK ( = Dana Nasabah dengan A
90.000.000
kontrak Mudharabah) DPK yang dapat disalurkan pada
B
85.500.000
C
100.000.000
pembiayaan (= DPK x(1- GWM)) Pembiayaan Yang Disalurkan
Dana Bank
14.500.000
Pendapatan
dari
Penyaluran
D
1.500.000
E
14,25
E
14,25
Saldo Rata – rata Harian Nasabah
F
1.000.000
Nisbah Nasabah
G
65,00
Porsi Bagi Hasil untuk Nasabah bulan
H
9262,5
Pembiayaan
Pendapatan bagi setiap Rp. 1000 DPK GWM = Simpanan Wajib pada Bank Indonesia sebesar 5%
B
1
E =-----x D x----- x 1000 C
A
Pendapatan Investasi untuk setiap Rp. 1000 DPK Mudharabah
ini E
G
H= --------- x F x -----1000
100
Dari hasil perhitungan di atas, ditemukan pendapatan nasabah untuk bulan ini dengan dananya sebesar Rp. 100.000.000, bagi hasilnya sebesar Rp. 9262,5.20 b. Perhitungan Bagi hasil Untuk Penempatan Dana Penempatan dana dapat dilakukan dalam bentuk pembiayaan berakad jual beli maupun syirkah. Berikut contoh kasus pembiayaan bagi hasil: 21 Seorang nasabah mengajukan pembiayaan untuk modal kerja dagang sebesar Rp. 100.000.000 selama 1 tahun, dengan perbandingan bagi hasil antara nasabahdan bank 60%: 40%. Bagaimana cara perhitungannya? Penyelesaian ini merupakan cara skenario pertama untuk penyelesaian
pembagian
keuntungan
atas
usaha
yang
dilakukan.
Penyelesaian atau pengembalian modal yang digunakan diberikan pada akhir perjanjian. Dengan demikian, angsuran pada akhir tahun adalah besar, yaitu: modal pinjaman ditambah dengan bagi hasil untuk bank. Tabel 2.2
Contoh Pola Perhitungan Bagi Hasil Penempatan Dana
Bulan
Laba Usaha
Bagian Bank
Bagian
40%
nasabah 60%
Cicilan Pokok
Setoran
1
6.000.000
2.400.000
3.600.000
2.400.000
2
7.000.000
2.800.000
4.200.000
2.800.000
3
4.000.000
1.600.000
2.400.000
1.600.000
4
4.500.000
1.800.000
2.700.000
1.800.000
20
Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil,......................, hal. 67 – 69 Ibid,.hal.84 - 85
21
5
5.000.000
2.000.000
3.000.000
2.000.000
6
5.500.000
2.200.000
3.300.000
2.200.000
7
6.000.000
2.400.000
3.600.000
2.400.000
8
5.400.000
2.160.000
3.240.000
2.160.000
9
9.000.000
3.600.000
5.400.000
3.600.000
10
5.700.000
2.280.000
3.420.000
2.280.000
11
4.700.000
1.880.000
2.820.000
1.880.000
12
3.500.000
1.400.000
2.100.000
100.000.000
1.400.000
Total
66.300.000
26.520.000
39.780.000
100.000.000
126.520.000
dari
0,40
0,60
dari
26,52
39,78
% hasil usaha %
modal
E. Tinjauan Tentang Manajemen Dana Bank Syariah a. Pengertian Manajemen Dana Manajemen dana bank syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing, dengan harapan bank yang bersangkutan tetap mampu memenuhi kriteria – kriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas. 22 Manajemen dana bank adalah sebagai suatu proses pengelolaan penghimpunan dana – dana masyarakat ke dalam bank dan pengalokasian dana – dana tersebut bagi kepentingan bank dan masyarakat pada umumnya serta pemupukannya secara optimal melalui penggerakan semua sumber
22
Ibid., hal. 43
daya yang tersedia demi mencapai tingkat rentabilitas yang memadai sesuai dengan batas ketentuan peraturan yang berlaku.23 b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Dana Bank Faktor – faktor yang memepengaruhi manajemen dana bank dapat dikelompokkan menjadi 5, antara lain: a) Kebijaksanaan – kebijaksanaan moneter b) Lingkungan perbankan c) Mobilisasi dana d) Pasar modal e) Hubungan peminjam dengan pemodal.24 c. Permasalahan – Permasalahan Manajemen Dana di Bank Syariah Pokok – pokok permasalahan manajemen dana bank pada umumnya dan bank syariah pada khususnya adalah: a) Berapa memperoleh dana dan dalam bentuk apa dengan biaya yang relatif murah b) Berapa jumlah dana yang dapat ditanamkan dan dalam bentuk apa untuk memperoleh pendapatan yang optimal c) Berapa besarnya deviden yang dibayarkan yang dapat memuaskan pemilik/ pendiri dan laba ditahan yang memadai untuk pertumbyhan Bank Syariah Dari permaslahan yang ada diatas, maka manajemen dana mempunyai tujuan sebagai berikut: 23
Ibid., hal. 42 Ibid., hal. 44
24
a) Memperoleh profit yang optimal b) Menyediakan aktiva cair dan kas yang memadai c) Menyimpan cadangan d) Mengelola kegiatan – kegiatan lembaga ekonomi dengan kebijakan yang pantas bagi seseorang yang bertindak sebagai pemelihara dana – dana orang lain e) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembiayaan.25 d. Sumber – Sumber Dana Bank Syariah Adapun sumber – sumber dana bank syariah yaitu terdiri dari: a) Modal inti (core capital) Modal ini yaitu dana modal sendiri yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya modal inti terdiri dari: 1. Modal yang disetor oleh para pemegang saham. 2. Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan untuk menutup timbulnya resiko kerugian di kemudian hari. 3. Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri (melalui Rapat Umum Pemegang Saham) diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank.
25
Ibid., hal. 48
b) Kuasi ekuitas (mudharabah account) Berdasarkan prinsip ini, dalam kedudukannya sebagai mudharib, bank menyediakan jasa bagi para investor berupa: 1. Rekening investasi umum, dimana bank menerima simpanan dari nasabah yang mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk investasi berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah. Bank dapat menerima simpanan tersebut untuk jangka waktu 1, 3, 6, 12, 24 bulan . 2. Rekening investasi khusus, di mana bank bertindak sebagai manajer investasi bagi nasabah institusi (pemerintahan atau lembaga keuangan lain) atau nasabah korporasi untuk menginvestasikan dana mereka pada unit – unit usaha atau proyek – proyek tertentu yang mereka setujui atau mereka kehendaki. Rekening ini dioperasikan berdasarkan prinsip mudharabah muqoyyadah. 3. Rekening Tabungan Mudharabah, prinsip mudharabah juga digunakan untuk jasa pengelolaan rekening tabungan. Salah satu syarat mudharabah adalah bahwa dana harus dalam bentuk uang, dalam jumlah tertentu dan diserahkan kepada mudharib. Oleh karena itu tabungan mudharabah tidak dapat ditarik sewaktu – waktu seperti tabungan wadiah. c) Titipan (wadiah) atau simpanan tanpa imbalan ( non remunerated deposit)
Selain bank menerima dana investasi, juga menerima dana titipan. Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan. Dana titipan wadiah ini dikembangkan dalam bentuk rekening giro wadiah dan rekening tabungan wadiah. 1. Rekening Giro Wadiah Dalam rekening giro wadiah, bank menggunakan prinsip wadiah yad dhamamah. Dana yang diterima dari penabung dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dan bank berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan tersebut dalam kegiatan komersial. Pemilik simpanan dapat menarik kembali simpanannya sewaktu – waktu, baik sebagian ataupun seluruhnya. Bank tidak boleh menjanjikan imbalan atau keuntungan atas rekening wadiah. Namun bank atas kehendaknya sendiri dapat memberikan bonus (hibah) kepada pemilik dana. 2. Rekening Tabungan Wadiah Prinsip wadiah yad dhamamah ini juga dipergunakan oleh bank dalam mengelola jasa tabungan, yaitu simpanan dari nasabah yang memerlukan jasa penitipan dana dengan tingkat keleluasaan tertentu untuk menariknya kembali. 26
26
Ibid., hal. 50 - 52
e. Penggunaan Dana Bank Syariah Alokasi penggunaan dana dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian penting dari aktiva bank, yaitu: a) Earning Assets (aktiva yang menghasilkan) Aktiva yang menghasilkan atau Earning Assets adalah aset bank yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Aset ini disalurkan dalam bentuk investasi yang terdiri dari: 1. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (Mudharabah) 2. Pembiayaan dengan prinsip penyertaan (Musyarakah) 3. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (Al Ba’i) 4. Pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah dan Ijarah wa Iqtina / Ijarah Muntahiya bi Tamlik) 5. Surat – surat berharga syariah dan investasi lainnya. b) Non Earning Assets (aktiva yang tidak menghasilkan) Aset bank yang tergolong tidak memberikan penghasilan atau Non Earning Assets terdiri dari: 1. Aktiva dalam bentuk tunai Aktiva dalam bentuk tunai terdiri atas uang tunai dalam vault, cadangan likuiditas yang harus dipelihara pada bank sentral, giro pada bank dan item – item tunai yang masih dalam proses penagihan. 2. Pinjaman (qard)
Pinjaman qard al hasan adalah merupakan salah satu kegiatan bank syariah dalam mewujudkan tanggung jawab sosialnya sesuai dengan ajaran Islam. Untuk kegiatan ini bank tidak memperoleh penghasilan karena bank dilarang untuk meminta imbalan apapun dari para penerima qard. 3. Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris Penanaman dana dalam bentuk ini juga tidak menghasilkan pendapatan bagi bank, tetapi merupakan kebutuhan bank untuk memfasilitasi pelaksanaan fungsi kegiatannya. Fasilitas ini terdiri dari bangunan gedung, kendaraan, dan peralatan lainnya yang dipakai oleh bank dalam rangka penyediaan layanan kepada nasabahnya. 27 F. Tinjauan Tentang Bank Syariah a. Pengertian Bank Syariah Bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu (a) bank, (b) syariah. Kata bank bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/ atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam.
27
Ibid., hal. 56 - 58
Penggabungan kedua kata dimaksud, menjadi “bank syariah” . Bank syariah adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam. Selain itu, bank syariah biasa disebut Islamic banking atau interest fee banking, yaitu suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem bunga (riba), spekulasi(maisir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan (gharar).28 Bank syariah menurut UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 pasal 1 yaitu bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan pada prinsip syariah.29Bank syariah atau bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip – prinsip syariah Islam. Bank ini tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan – ketentuan Al - Quran dan Hadis. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip – prinsip syariah Islam maksudnya adalah bank yang dalam operasinya itu mengikuti ketentuan – ketentuan
syariat Islam, khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalah secara Islam. Dalam tata cara bermuamalah itu dijauhi praktik – praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur- unsur riba, untuk diisi dengan kegiatan – kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan atau praktik- praktik usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah atau
28
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah,( Jakarta: Sinar Grafika, 2008),hal. 1 Undang – Undang Perbankan Syariah 2008 ...............,hal. 4
29
bentuk – bentuk usaha yang telah ada sebelumnya, tetapi tidak dilarang oleh beliau.30 b. Dasar Hukum Bank Syariah Akomodasi peraturan perundang – undangan Indonesia terhadap ruang gerak perbankan syariah terdapat pada beberapa peraturan perundang – undangan berikut ini, yaitu : 1. Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang – Undang N0. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 2. Undang – Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Sentral. Undang – undang ini memberi peluang bagi BI untuk menerapkan kebijakan moneter berdasarkan prinsip – prinsip syariah. 3. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/33/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Kedua peraturan perundang – undangan ini mengatur kelembagaan bank syariah yang meliputi pengaturan tata cara pendirian, kepemilikan, kepengurusan, dan kegiatan usaha bank. 4. Peraturan Bank Indonesia No. 2/7/PBI/2000 tanggal 23 Februari 2000 tentang Giro Wajib Minimum Peraturan Bank Indonesia No. 2/4/PBI/2000 tanggal 11 Februari tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 1/3/PBI/1999 tanggal 13 Agustus 1999 tentang
30
Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo,Mengapa Memilih..................,hal.33
Penyelenggaraan Kliring Lokal, Peraturan Bank Indonesia No. 2/9/PBI/2000 tanggal 23 Februari 2000 tentang Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah, dan Peraturan Bank Indonesia No. 2/9/PBI/2000 tanggal 23 Februari 2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.peraturan perundang – undangan tersebut mengatur tentang likuiditas dan instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip syariah. 5. Ketentuan – ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS) yang berkedudukan di Basel, Swiss yang dijadikan acuan oleh perbankan Indonesia untuk mengatur Pelaksanaan Prinsip Kehati – hatian (Prudential Banking Regulation). 6. Peraturan lainnya yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan lembaga lain senagai pendukung operasi bank syariah yang meliputi ketentuan berkaitan dengan pelaksanaan tugas bank sentral, ketentuan standar akuntansi dan audit, ketentuan pengaturan perselisihan perdata antara bank dengan nasabah (arbitrase muamalah), standardisasi fatwa produk bank syariah dan peraturan pendukung lainnya.31 c. Tujuan Bank syariah Bank syariah memiliki tujuan yang luas dibandingkan dengan bank konvensional, berkaitan dengan keberadaannya sebagai institusi komersial dan kewajiban moral yang disandangnya.Selain bertujuan meraih
31
Ibid.,hal. 35- 36
keuntungan sebagaimana layaknya bank konvensional pada umumnya, bank syariah juga bertujuan sebagai berikut: 1. Menyediakan
lembaga
keuangan
meningkatkan
kualitas
kehidupan
perbankan sosial
sebagai
ekonomi
sarana
masyarakat.
Pengumpulan modal dari masyarakat dan pemanfaatannya kepada masyarakat diharapkan dapat mengurangi kesenjangan sosial guna tercipta peningkatan pembangunan nasional yang semakin mantap. Metode bagi hasil akan membantu orang yang lemah permodalannya untuk bergabung dengan bank syariah untuk mengembangkan usahanya. Metode bagi hasil ini akan memunculkan usaha – usaha baru dan pengenbangan usaha yang telah ada sehingga dapat mengurangi pengangguran. 2. Meningkatkan
partisipasi
masyarakat
banyak
dalam
proses
pembangunan karena keengganan masyarakat untuk berhubungan dengan bank yang disebabkan oleh sikap menghindari bunga telah terjawab oleh bank syariah. Metode perbankan yang efisien dan adil akan menggalakkan usaha ekonomi kerakyatan. 3. Membentuk masyarakat agar berpikir secara ekonomis dan berperilaku bisnis untuk meningkatkan kualitas hidupnya. 4. Berusaha bahwa metode bagi hasil pada bank syariah dapat beroperasi, tumbuh, dan berkembang melebihi bank – bank dengan metode lain.32
32
Ibid.,hal. 36- 37
d. Falsafah Operasional Bank Syariah Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhaan Allah SWT untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat. Ole karena itu, setiap kegiatan lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama harus dihindari. a) Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya: 1. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara pasti keberhasilan suatu usaha. (Q.S Luqman ayat : 34) 2. Menghindari penggunaan sistem prosentasi untuk pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipat gandakan secara otomatis hutang / simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu.(Q.S Ali – Imran : 130) 3. Menghindari penggunaan sistem perdagangan atau penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas
maupun kualitas.( HR.
Muslim Bab Riba No. 1551 s/d 1567) 4. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka tambahan atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela. (HR. Muslim Bab Riba No. 1569 s/d 1572) b) Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan, Dengan mengacu pada Al – Quran surat al- Baqarah ayat 275 dan an- Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar sistem
bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dengan barang. Akibatnya pada kegiatan muamalah berlaku prinsip ada barang/ jasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong produksi barang/ jasa, mendorong kelancaran arus barang/ jasa, dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan inflasi.33 e. Produk – Produk Bank Syariah Dengan prosedur yang didasarkan Hukum Islam , maka bentuk – bentuk usaha dan pinjam meminjam uang harus mengikuti ketentuan dalam Al –Quran dan Hadis yang antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: a) Prinsip Simpanan Dalam prinsip simpanan dikenal dengan istilah Al – Wadiah, yang maknanya adalah perjanjian antara pemilik barang (termasuk uang), dimana
pihak
keselamatan
penyimpan
barang
yang
bersedia dititipkan
menyimpan kepadanya.
dan
menjaga
Prinsip
ini
dikembangkan dalam bentuk produk simpanan, yaitu: Giro Wadiah dan Tabungan Wadiah. b) Prinsip Bagi Hasil Dalam prinsip ini dikenal tiga istilah: (i) Musyarakah, perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih pemilik modal (uang atau barang) untuk membiayai suatu usaha. Keuntungan dari usaha tersebut 33
Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah,(Yogyakarta: BPFE, 2005), hal. 15 - 16
dibagi sesuai dengan perjanjian antara pihak – pihak tersebut, yang tidak harus sama dengan pangsa modal masing – masing pihak. Dalam hal kerugian dilakukan sesuai dengan pangsa modal masing – masing. (ii) Mudharabah, perjanjian antara pemilik modal (uang atau barang) dengan pengusaha. Dalam perjanjian ini pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek atau usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai dengan perjanjian. Pemilik modal tidak dibenarkan membuat usulan dan melakukan pengawasan. Apabila usaha yang diawasi mengalami kerugian, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung pemilik modal, kecuali kerugian itu terjadi karena penyelewengan atau penyalahgunaan penguasa. (iii) Muzara’ah, memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan tertentu (prosentase) dari hasil panen. Prinsip mudharabah dijadikan dasar pengembangan produk tabungan dan deposito. Sementara prinsip musyarakah dan muzara’ah digunakan sebagai dasar pengembangan produk pembiayaan. c) Prinsip Pengembangan Keuntungan Prinsip pengembangan keuntungan dapat disederhanakan jual beli, yaitu hak proses pemindahan barang atau aset dengan menggunakan uang sebagai media. Macam – macam dari jual beli adalah: (i) Al Musawamah, jual beli biasa dimana penjual memasang harga tanpa memberitahu si pembeli tentang berapa margin keuntungan yang
diambilnya. (ii) At Tauliyah, yaitu menjual dengan harga beli tanpa mengambil keuntungan sedikitpun, seolah si penjual menjadikan pembeli sebagai walinya (Tauliyah) atas barang atau aset. (iii) Al Murabahah, yaitu menjual dengan harga asal ditambah margin keuntungan yang telah disepakati. (iv) Al Muwadhaah, yaitu menjual dengan harga yang lebih rendah dari harga beli atau dengan kata lain Al Muwadhaah merupakan bentuk kebalikan dari Al Murabahah. (v) Al Muqayadhah, merupakan bentuk awal dari transaksi dimana barang ditukar dengan barang (barter). (vi) Al Mutlaq, yaitu bentuk jual beli biasa dimana barang ditukar dengan uang. (vii) Ash Sharf, adalah jual beli valuta asing dimana uang ditukar dengan uang (Money Exchange). (viii) Ba’i Bithaman Ajil, menjual dengan harga asal ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati dan dibayar secara kredit. (ix) Ba’i As – Salam, yaitu proses jual beli dimana pembayaran dilakukan secara advance manakala penyerahan barang dilakukan kemudian.
(x)
Ba’i
Al
Istishna,
yaitu
kontrak
order
yang
ditandatangani bersama antara pemesan dengan produsen untuk pembuatan suatu jenis barang tertentu. d) Prinsip Sewa (Ijarah) Prinsip Sewa (Ijarah) yaitu perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang memperbolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa sesuai dengan perjanjian kedua pihak. Setelah masa sewa berakhir maka barang akan
dikembalikan kepada pemilik. Ada tiga jenis ijarah, yaitu: (i) Ijarah Mutlaqah (leasing), proses sewa – menyewa yang biasa kita temui dalam kegiatan perekonomian sehari – hari. (ii) Ba’i Ut Ta’jiri, suatu kontrak sewa yang diakhiri dengan penjualan. Dalam kontrak ini pembayaran sewa telah diperhitungkan sedemikian rupa sehingga sebagian dari padanya merupakan pembelian terhadap barang secara berangsur. e) Prinsip Pengambilan Fee Prinsip pengambilan fee dibagi menjadi empat, yaitu: a). Al Kafalah / Guarante, yakni suatu jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua yang ditanggungnya. Jenis – jenis Kafalah adalah: (i) Kafalah bi An Nafs, jaminan dari sipenjamin (bank sebagai juridicalpersonality dapat memberikan jaminan untuk maksud – maksud tertentu), (ii) Kafalah bi Al Mal, jaminan pembayaran barang atau pelunasan utang, (iii) Kafalah bi Taslim, dilakukan untuk menjamin dikembalikannya barang sewaan pada masa akhir kontrak ( dapat dilakukan antar bank dengan leasing company terkait atas nama nasabah dengan mempergunakan depositnya di bank dan mengambil fee nya), (iv) Kafalah bi Munjazah, jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh kurun waktu tertentu atau dihubungkannya dengan maksud – maksud tertentu, (v)Kafalah Al Mualaqah merupakan penyederhanaan dari Kafalah Al munjanazah, dimana jaminan dibatasi oleh kurun
waktu dan tujuan-tujuan tertentu; b). Al Wakalah, perjanjian pemberian kuasa kepada pihak lain yang ditunjuk untuk mewakilinya dalam melaksanakan suatu tugas/kerja atas nama pembcri kuasa. Jenis AlWakalah ada tiga: (i)Wakalah Al Mutlaqah, mewakilkan secara mutlak tanpa batasan
waktu atau urusan – urusan tertentu, (ii)
Wakalah Al – Muqayyadah, dalam kontrak ini pihak pertama menunjuk pihak kedua sebagai wakilnya untuk bertindak atas namanya dalam urusan - urusan tertentu, (iii) Wakalah Al - Amah, bentuk Wakalah yang lebih luas dari Al – Muqayyadah tetapi lebih sederhana dan Al – Mutlaqah; c).Hiwalah, pengalihan kewajiban dari suatu pihak yang mcmpunyai kewajiban kepada pihak lain; d).Al jo’alah, suatu kontrak pihak pertama menjanjikan imbalan tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan usaha atau tugas.Prinsip ini dijadikan dasar pengembangan produk jasa layanan (ser-vices). f) Prinsip Biaya Administrasi Prinsip biaya administrasi (Al Qard Al - Hasan/ benevolent loan), yakni perjanjian pinjam meminjam uang atau barang dengan tujuan untuk membantu penerimaan pinjaman. Penerima pinjaman wajib mengembalikan hutangnya dalam jumlah yang sama dan apabila peminjam tidak mampu mengembalikan pada waktunya maka perninjam tidak boleh dikenai sanksi. Atas kerelaannya peminjam diperbolehkan memberikan imbalan kepada pemilik barang/ uang.34
34
Muhammad, Manajemen Dana ......................................................................., hal. 8 - 11
G. Kajian Penelitian Terdahulu Untuk mendukung penelitian ini, berikut dikemukakan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu: Kajian penelitian pertama yaitu dari Utami Tahun 2011 yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede” dengan rumusan masalah: 1.Bagaimana pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede? 2. Strategi apa yang dilakukan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede dalam meningkatkan pendapatannya ?. Hasil penelitiannya yaitu: 1.Berdasarkan data SPSS diketahui bahwa koefisien determinansi (R Square) atau koefisien penentunya sebesar 57,3% . sedangkan sisanya 42,7 % dapat dijelasakan oleh faktor lain . Persamaan regresinya yaitu Y= 2888000 + 0,058X artinya konstanta sebesar 2888000 yaitu apabila X = 0 atau tidak ada pembiayaan mudharabah maka pendapatan BMT Y sebesar 2888000. Koefisien regresi 0,058 menyatakan jika X atau pembiyaan mudharabah naik satu satuan, maka pendapatan BMT atau Y akan naik sebesar 0,058. Kemudian pengujian uji t dan uji f statistik, hasil angka kedua uji tersebut lebih kecil dibanding nilai signifikansi yaitu 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menyatakan bahwa variabel bebas yaitu pembiayaan mudharabah yang di uji secara terpisah maupun bersama mempunyai pengaruh terhadap variabel bebasnya yaitu pendapatan BMT, 2.Strategi dalam meningkatkan pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede yaitu pada kuantitas nilai pembiayaan, strategi fokus pembiayaan dan strategi selanjutnya
yaitu BMT harus berusaha untuk meminimalisir Non Perfoming Loan (NPL) atau pembiayaan bermasalah karenA akan berpengaruh pada pendapatan.35 Kajian penelitian terdahulu yang kedua dari Oktriani yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah dan Murabahah Terhadap Profitabilitas Studi Kasus di Bank Muamalat” dengan rumusan masalah : apakah pembiayanan musyarakah, mudharabah dan murabahah berpengaruh terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun secara simultan?. Hasil penelitiannya yaitu 1. setiap
Pembiayaan musyarakah, mudharabah,murabahah dan profitabilitas tahunnya
berfluktuatif
mengalami
kenaikan
dan
penurunan,
2.
Pembiayaan musyarakah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, 3. Pembiayaan mudharabah secara parsial tidak perpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, 4. Pembiayaan murabahah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, 5. Pembiayaan musyarakah, mudharabah dan murabahah berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas.36 Penelitian yang ketiga oleh M. Nur yang berjudul “Pengaruh Bagi Hasil Tabungan dan Pembiayaan Terhadap Jumlah Nasabah Baru Bank Muamalat Indonesia” dengan rumusan masalah: 1. Apakah bagi hasil tabungan nudharabah berpengaruh terhadap jumlah nasabah baru Bank Muamalat Indonesia Jayapura? 2. Apakah pembiayaan dengan skema mudharabah berpengaruh terhadap jumlah
35
Anita Mega Utami, “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede” dalam http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5098/1/ANITA%20MEGA%20UTAMIFSH.pdf, diakses 8 Januari 2015 36 Yesi Oktriani, “ Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah dan Murabahah Terhadap Profotabilitas Studi Kasus di Bank Muamalat” dalam http://blognyaekonomi.files.wordpress.com/2013/06/083403106.pdf, diakses 8 Januari 2015
nasabah baru Bank Muamalat Indonesia Jayapura ? 3. Apakah pembiayaan dengan skema musyarakah berpengaruh terhadap jumlah nasabah baru Bank Muamalat Indonesia Jayapura? 4. Apakah pembiayaan dengan skema murabahah berpengaruh terhadap jumlah nasabah baru Bank Muamalat Indonesia Jayapura. Hasil penelitiannya yaitu a).Secara simultan (serentak) bagi hasil tabungan mudharabah, pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah dan pembiayaan murabahah mempunyai pengaruh terhadap nasabah Bank Muamalat Indonesia Jayapura. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung 2,751 lebih besar dari F tabel yaitu sebesar 2,67 pada taraf 5%,
b).
Bagi hasil tabungan mudharabah
mempunyai pengaruh yang tidak positif (negatif) terhadap jumlah nasabah dengan t hitung 0,199 lebih kecil
dari t tabel 1,69 pada taraf 5%, c). Pembiayaan
mudharabah mempunyai pengaruh yang tidak positif (negatif) terhadap jumlah nasabah dengan t hitung 0,298 lebih kecil dari t tabel 1,69 pada taraf 5 %, d). Pembiayaan musyarakah mempunyai pengaruh yang tidak positif (negatif) terhadap jumlah nasabah dengan t hitung 0,505 lebih kecil dari t tabel 1,69 pada taraf 5%, e). Pembiayaan murabahah mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah nasabah dengan t hitung 2,846 lebih besar dari t tabel 1,69 pada taraf 5%.37 Kajian penelitian yang keempat oleh Andriansyah Tahun 2014 yang berjudul “ Analisis Pembiayaan Murabahah, Musyarakah dan Mudharabah Terhadap 37
Imam Syafei M. Nur “ Pengaruh Bagi Hasil Tabungan dan Pembiayaan Terhadap Jumlah Nasabah Baru Bank Muamalat Indonesia “dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?article=250775&val=6737&title=PENGARUH%20B AGI%20HASIL%20TABUNGAN%20DAN%20PEMBIAYAAN%20TERHADAP%20%20JUM LAH%20NASABAH%20BARU%20BANK%20MUAMALAT%20INDONESIA, diakses 8 Januari 2015.
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2008 – 2012” dengan rumusan masalah: 1. Apakah pembiayaan murabahah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas ?, 2. Apakah pembiayaan musyarakah berpengaruh signifikan
terhadap
profitabilitas?,
3.
Apakah
pembiayaan
mudharabah
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas?. hasil penelitiannya yaitu a). Pembiayaan murabahah berpengaruh positif terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia, b). Pembiayaan musyarakah berpengaruh positif terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia, c). Pembiayaan mudharabah berpengaruh negatif terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia.38 Penelitian yang kelima oleh Khoiriyah Tahun 2008 yang judul “Pengaruh Jumlah Dana Tabungan Mudharabah Terhadap Bagi Hasil Nasabah di Bank Syariah Mandiri” dengan rumusan masalah bagaimana besarnya pengaruh jumlah dana tabungan mudharabah terhadap bagi hasil nasabah di bank syariah mandiri?. Hasil penelitiannya yaitu dari analisis regresi linier berganda menghasilkan persamaan variabel X1 (jumlah dana tabungan mudharabah) Y = 1447,5 + 9.458 X1 +e. Sedangkan untuk X2(jumlah pembiayaan) Y = 9392,3 + 6.418 x2 +e. Dari persamaan tersebut pengaruh antara jumlah dana tabungan mudharabah dan jumlah pembiayaan masing – masing sebesar 9.458 juta dan 6.418 juta. Adapun hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sangat erat karena dari hasil pengujian (R2) masing – masing untuk variabel XI sebesar 0,81 (81%) dan untuk
38
Deni Andriansyah “Analisis Pembiayaan Murabahah, Musyarakah dan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2008 – 2012 ” dalam http://digilib.unila.ac.id/2547/, diakses 21 Januari 2015
variabel X2 sebesar 0,82 (82 %) sisanya dipengaruhi faktor lain selain yang diteliti oleh peneliti.39 Kajian penelitian yang keenam oleh Saifudien Tahun 2014 yang berjudul “PengaruhProdukPembiayaan Musyarakah Terhadap Profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Tulungagung” dengan runusan masalah 1. Apakah Produk Pembiayaan Musyarakah Berpengaruh secara Signifikan Terhadap Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Tulungagung?, 2. Berapakah Besarnya Persentase Pengaruh Produk Pembiayaan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Tulungagung?. Hasil penelitiannya yaitu Berdasarkan hasil pengujian statistik yang dilakukanbahwa adapengaruh positif dan signifikan dari Produk Pembiayaan Musyarakah terhadap Profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Tulungagung. Sedangkan berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh nilai Sig. sebesar 0,025 yang mana lebih kecil dari taraf signifikasi (α = 5%) 0,05 yang berarti menolak Ho dan menerima Ha maka Produk Pembiayaan Musyarakah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Tulungagung.Besarnya persentase Pengaruh Produk Pembiayaan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Tulungagung diperoleh dengan menggunakan Uji Koefisien Determinasi (R2) 39
Cik Khoiriyah ” Pengaruh Jumlah Dana Tabungan Mudharabah Terhadap Bagi Hasil Nasabah di Bank Syariah Mandiri” dalam http://eprints.umm.ac.id/7819/1/PENGARUH_JUMLAH_DANA_TABUNGAN_MUDHARABA HTERHADAP_BAGI_HASIL_NASABAHDI_BANK_SYARIAH_MANDIRI.pdf, diakses 21 Januari 2015
adalah 0,950, hal itu berarti bahwa variasi perubahan Profitabilitas (Y) dipengaruhi oleh perubahan Produk Pembiayaan Musyarakah (X) sebesar 95%. Jadi besarnya persentase pengaruh Produk Pembiayaan Musyarakah terhadap Profitabilitas adalah 95% sedangkan sisanya 5% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini.40 Penelitian yang ketujuh oleh Istifadah Tahun 2002 yang berjudul “Analisis Pengaruh Giro Wadiah, Deposito Mudharabah dan Tabungan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia ” dengan rumusan masalah : 1. Apakah giro wadiah berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia?, 2. Apakah deposito mudharabah berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia?, 3. Apakah tabungan mudharabah berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia?. Hasil penelitiannya yaitu menujukkan bahwa Tabungan Mudharabah berpengaruh signifikan dan dominan terhadap ROE dan BOPO. Sedangkan Giro wadiah dan Deposito Mudharabah ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE dan BOPO.41 Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu No
Penelitian
Variabel
Pendekatan
1
Utami
Dependen: Pembiayaan Mudharabah
Kuantitatif
Independen: Pendapatan
40
Tempat Penelitian BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede
Hasil Pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap pendapatan BMT sedangkan strategi yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan yaitu fokus pada
Achmad Saifudien, “PengaruhProdukPembiayaan Musyarakah Terhadap Profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Tulungagung”dalam http://repo.iaintulungagung.ac.id/198/, diakses 21 Januari 2015 41 Dewi Istifadah , “Analisis Pengaruh Giro Wadiah, Deposito Mudharabah dan Tabungan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia ” dalam http://digilib.unmuhjember.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=umj-1x-dewiistifa-1417, diakses 22 Januari 2015
2
Oktriani
Dependen: Profitabilitas
Kuantitatif
Bank Muamalat Indonesia
Kuantitatif
Bank Muamalat Indonesia
Kuantitatif
Bank Umum Syariah di
Independen: Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Murabahah
3
M. Nur
Dependen: Jumlah Nasabah Baru Independen: Bagi Hasil Tabungan dan Bagi Hasil Pembiayaan
4
Andriansyah
Dependen: Profitabilitas
kuantitas nilai pembiayaan serta strategi pembiayaan dan strategi selanjutnya yaitu BMT harus meminimalisir Non Performing Loan (NPL) karena akan berpengaruh pada pembiayaan. Pembiayaan musyarakah tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, Pembiayaan mudharabah tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, Pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap profitabilitas. Bagi hasil tabungan mudhrabah mempunyai pengaruh yang tidak positif terhadap jumlah nasabah,Pembiaya an mudharabah mempunyai pengaruh yang tidak positif terhadap jumlah nasabah,Pembiaya an musyarakah tidak mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah nasabah, Pembiayaan murabahah mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah nasabah Pembiayaan Murabahah
Indonesia Independen: Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Mudharabah
5
6
Khoiriyah
Saifudien
Dependen: Bagi Hasil Nasabah Independen: Jumlah dana tabungan mudharabah Dependen: Profitabilitas
Kuantitatif
Bank Syariah Mandiri
Kuantitatif
Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Tulungagung Perbankan Syariah di Indonesia
Independen: Pembiayaan musyarakah 7
Istifadah
Dependen: Profitabilitas
Kuantitatif
Independen: Giro Wadiah, Deposito Mudharabah, Tabungan Mudharabah
8
Eni Fitriana
Dependen : Pendapatan Independen : Tabungan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah
Kuantitatif
Bank Syariah Mandiri
mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas, Pembiayaan Musyarakah mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas, Pembiayaan Mudharabah mempunyai pengaruh negatif terhadap profitabilitas. Jumlah dana tabungan muidharabah berpengaruh terhadap bagi hasil nasabah Pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap profitabilitas
Tabungan mudharabah berpengaruh signifikan terhadap ROE dan BOPO, Giro Wadiah dan Deposito Mudharabah tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE dan BOPO. Tabungan mudharabah berpengaruh terhadap pendapatan, Pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap pendapatan.
H. Kerangka Konseptual Tabungan Mudharabah X1 Pendapatan Y
Pembiayaan Musyarakah X2
I. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.42 Hipotesis dalam penelitian ini yaitu : 1. Tabungan mudharabah berpengaruh terhadap pendapatan Bank Syariah Mandiri. 2. Pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap pendapatan Bank Syariah Mandiri. 3. Tabungan mudharabah dan pembiayaan musyarakah berpengaruh secara bersama – sama terhadap pendapatan Bank Syariah Mandiri.
42
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif,dan R & D,(Bandung : Alfabeta, 2011), hal. 64