4
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Desain Menurut nurcahyanie (2007), desain merupakan suatu proses yang dapat dikatakan seumur dengan keberadaan manusia di dunia. Hal ini, sering kali kita tidak sadari.
Akibatnya, sebagian dari kita berpendapat seakan-akan desain
baru dikenal sejak masa moderen. Selain itu ada juga kerancuan pendapat yang berkaitan dengan siapa yang akan berhak atas suatu desain. 2.1.1 Pengertian Desain Menurut Nurcahyanie, (2007) Istilah desain dalam ejaan bahasa indonesia, merupakan suatu istilah yang dituliskan berdasarkan bunyi pengucapan (pelafalan) kata design dalam bahasa inggris. Suku kata “de” dalam design dalam bahasa inggris, umumnya diucapkan seperti mengucapkan suku kata di dalam bahasa indonesia. Sedangkan suku kata “sign” pada kata “design” dalam bahasa inggris umumnya di ucapakan (dilafalkan) seperti mengucapkan suku-kata “sain” dalam bahasa indonesia, sesuai dengan bunyi pelafalannya. Istilah desain dalam ejaan bahasa indonesia, kelihatannya juga merupakan suatu istilah yang istilah yang dituliskan berdasarkan bunyi pengucapan (pelafalan) kata “design” dalam bahasa inggris, tetapi dengan sedikit perbedaan bunyi pengucapan (pelafalan), suku kata “de” pada kata “design” dalam bahasa inggris, yang dilafalkan dengan penekanan lebih banyak ke arah bunyi “e”, dari pada bunyi “i”. karenanya, kemudian penulisannya dalam bahasa indonesia menjadi “desain”.
5
bagaimanapun juga, kedua istilah ini, yaitu “desain” atau “design” bermakna sama, arti kedua istilah ini tidak dibedakan. untuk selanjutnya, dalam istilah yang setara dengan “desain”. Kata “mendesain” mempunyai pengertian secara umum setara dengan merancang, merencana, merancang bangun, atau merekayasa, yang setara dengan “to design” atau “designing” mempunyai makna melakukan kegiatan (aktivitas, proses) untuk menghasilkan suatu “desain” (Nurcahyanie, 2007). 2.1.2. Tahapan Desain Tahapan desain yang dimaksud adalah suatu proses aktivitas kegiatan yang akan dilakukan para ahli desain produk industri dari hasil studi, kemudian di tuang kedalam bentuk inovasi/ide-ide desain, dan dilanjutkan pada penjabaran penselarasan yang berhubungan dengan interaksi antara kegiatan terkait. aktivitas tersebut dibagi menjadi 5 (lima) tahapan yang terdiri dari : 1)
Studi banding/survey. Tujuan studi banding adalah untuk mendapatkan data-data tentang
keinginan pengguna (pasar) dalam suatu rancangan desain, terutama yang berkaitan tren atau arah suatu desain produk pada masa yang akan datang (misal : cita rasa, kenyamanan komponen estetika, operasional/keamanan, dan keselamatan, secara simbol–simbol status). Aktivitas studi banding ini juga dapat dilakukan dengan survei, yaitu dengan cara membagikan/menyebarkan kuesioner untuk pengguna/masyarakat yang berhubungan dengan produk yang akan ditawaran atau di pasarkan. 2)
Konsep desain. Setelah tahapan studi banding/survei selesai serta di tuangkan di dalam
design requirement, maka tahap berikutnya adalah konsep desain yang mengacu pada design requiemet.
6
Didalam tahapan ini dilakukan pendefenisian mengenai bentuk konfigurasi yang meliputi hal–hal berikut : 1) Panelisasi bentuk. 2) Integrasi komponen terikat. 3) Rendering dan styling 4) Fleksibilitas 5) Gambar 3 (tiga) dimensi Untuk mendukung terlaksanakannya konsep desain dan sebagai alat bantu presentasi, diperlukan pembuatan suatu model untuk lebih mendekatkan konsep tersebut pada bentuk yang nyata dan aktual. Pada tahap ini juga disebut fase conceptual design dan desigen requirement. 3) Pembuatan model. Pembuatan model dalam pengertian desain produk industri adalah untuk membantu beberapa hal yang berkaitan dengan konsep desain, diantaranya sebagai berikut : Sebagai sarana studi dasain/rancangan produk untuk mewujudkan suatu konsep desain yang mendekati ketepatan. 4)
Penampilan bentuk Alat pembandingan dengan produk yang sudah ada. Alat bantu presentasi
dokumentasi pihak marketing. Aktivitas pembuatan model selalu berkaitan dengan mock-up pada tahap (pembuatan model dan mock-up) juga disebut fase prelemenary design, yaitu menindak lanjuti desain konsep menjadi kegiatan yang lebih spesifik yang akan dimaksukkan menjadi tachnical desiption dan tahnical specificacion.
7
5)
Mock up Yang di maksud dengan mock-up adalah pembuatan atau penjabaran dari
gambar yang sudah dianggap frozen terakhir, menjadi suatu model dengan skala 1:1 (hal ini tergantung dari besaran rancangan produk yang akan dibuat). Mock-up dengan skala 1:1 dapat menggunakan jenis material yang lain (apa saja), asal tetap dapat mewakili/refresentatif. Mock-up juga bisa digunakan sebagai alat simulasi, khususnya dalam operasionalnya yang berkaitan dengan fit, from, dan fucktion. Bila suatu produk yang akan dibuat adalah produk yang bersifat dinamis (bergerak), maka mock-up tersebut akan lebih banyak membantu dalam menentukan lokasi dari suatu sistem lainnya agar tidak terjadi benturan/tabrakan diantara sistem-sistem yang ada. Mock-up ini juga sering disebut enginering mock-up. Untuk membuat mock-up skala 1:1 diperlukan suatu gambar teknik (produktion drawing) dengan presisi yang sangat tinggi sesuai dengan dimensi yang tertera dalam gambar. Mock-up juga digunakan dalam fase prelemenary design. Kegiatan fase prelemenary design biasanya meliputi hal-hal berikut : 1. Menjabarkan desain konsep menjadi desain sketsa. 2. Melakukan interaksi awal dengan grup awal yang berkaitan dengan produk rancangan. 3. Menganalisis permintaan pasar (atau pengguna untuk menentukan beberapa alternatif desain). 4. Melakukan analisis awal dan perhitungan kekuatan material maupun konfigurasinya.
8
5. Membuat spesifikation draft atau request for proposal untuk material atau part yang harus dipesan kepada perusahaan lain. Sales mokce up / prototipe Sales mock-up di buat untuk suatu produk yang mempunyai ukuran sangat besar dan biasanya mempunyai sifat yang bergerak atau dinamis, misalnya alat transportasi (motor, mobil, bus, kapal, dan pesawat) dengan skala 1:1. Untuk ukuran yang lebih kecil dari itu biasanya di buatkan sekaligus dengan propertinya dengan skala 1:1 dan hanya dalam jumlah tertentu, sebagai alat bantu bagian marketing dalam menawarkan atau menjual hasil produk kepada konsumen (costumer). Sales mock-up dapat dibuat dengan menggunakan material yang bukan sebenarnya asalkan cukup representatif untuk di presentasikan kepada konsumen (costumer) atau masyarakat. Untuk prototipe akan dibuat dengan material yang sebenarnya sesuai gambar atau sejenisnya yang mendapat persetujuan dari desainer untuk digunakan pada hal yang sama seperti sales mock-up. Pada tahap ini secara bersamaan juga masuk pada fase detail design dan fabrication assembly. Didalam fase detail design, dibuat gambar–gambar akhir (final drawings) dengan kegiatan di bawah ini. 1.
pembuatan gambar detail/production drawings.
2. Pembuatan dokumen analisa (misalnya, analisis kekuatan struktur dan material,analisis berat, warna, dan lain-lain).
3. Penentuan daftar material/bahan yang akan digunakan. 4. Gambar perencanaan tahapan/urutan kerja produksi (drawing tree).
9
Fase detail design biasanya sudah melewati masa interfase antara komponen terkait untuk menentukan lokasi dan juga selalu dikaitkan dengan sistem maintenance (perawatan), disamping pembuatan produksi dalam pembuatannya (Nurcahyanie, 2007).
2.2. Karawo Menurut Daulima (2009) bahwa istilah sulaman Kerawang berasal dari kata karawo”, terdiri atas kata ka = kakatiya (saling mengait), ra = tanteya (berantai) dan wo = wowoalo, yang artinya saling berkaitan dipinggiran lubang kain. Di daerah Gorontalo dikenal 2 (dua) jenis sulaman kerawang yaitu Kerawang Ikat dan Kerawang Manila, akan tetapi yang banyak ditemui di pasaran adalah Kerawang jenis Manila. Jenis kerawang Manila ini banyak digunakan untuk bahan busana. Kerawang Manila proses pengerjaannya dengan teknik mengisi benang sulam secara berulang-ulang sebanyak 5 (lima) kali sesuai dengan motif yang telah dibuat terlebih dahulu. Secara teknik pengerjaannya, Kerawang Manila lebih mudah pengerjaannya daripada Kerawang Ikat. Pada proses pengerjaan Kerawang Ikat dilakukan dengan cara mengikat bagin-bagian bahan yang telah diiris dan dicabut serat benangnya mengikuti motif yang telah dibuat. Saat ini sulaman Kerawang Ikat jarang ditemukan dipasaran, sebab Kerawang Ikat kurang diminati oleh masyarakat dan hanya cocok digunakan sebagai bahan tenun rumah tangga, seperti alas meja, sarung bantal, dan sarung kursi. Sebaliknya sulaman Kerawang Manila banyak ditemukan dipasaran, hal ini terlihat pada bahan tekstil yang akan dibuat busana, baik busana kerja maupun busana pesta.
10
Dalam pemilihan bahan, sulaman Kerawang berbeda dengan kerajinan Bordir. Kerajinan Bordir umunya dikerjakan dengan menggunakan mesin bordir, sehingga bahan yang digunakan dapat berasal dari semua jenis kain. Dilihat dari teknik tenunan, Kerawang yang hanya dapat dikerjakan pada jenis bahan tekstil tertentu yaitu pada tenunan tekstil silang polos yang hanya terdiri dari persilangan benang lungsir dan benang pakan. Menurut lasalewo,(2012) proses pembuatan/produksi kerajinan sulaman Kerawang secara deskriptif, dapat memberi gambaran yang objektif kepada masyarakat luas, mengingat kerajinan sulaman Kerawang merupakan ikon daerah Gorontalo dan memiliki daya tarik wisata. Perubahan nama kerawang menjadi karawo diusulkan oleh Bank Indonesia dan perubahan ini disepakati oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo (bank Indonesia, 2011). Kerajinan karawo adalah kerajinan menghias berbagai jenis kain dengan berbagai motif sulaman tembus pandang, dikerjakan pada kain dengan menggunakan benang polos maupun warna-warni. Proses pembuatan sulaman karawo ini yaitu dengan cara mengiris dan mencabut benang dari serat kain yang sudah jadi kemudian disulam dengan jarum dengan beraneka ragam benang sesuai pola/rancangan motif yang diinginkan menggunakan tangan (manual). Untuk membuat satu pola sulaman karawo diperlukan 3 orang dengan tugas berbeda. Orang pertama bertugas membuat pola dengan menggambar di atas kertas grafik. Orang kedua bertugas sebagai pengiris atau pengurai benang pada kain yang akan dibuat sulaman karawo sesuai pola yang dibuat. Orang ketiga bertugas sebagai penyulam kain yang sudah diurai benangnya.
11
Proses penyulaman berlangsung satu minggu sampai satu bulan tergantung motif dan jenis kain. Proses pembuatan dilakukan oleh perempuan atau ibu rumah tangga di desa-desa. Kerajinan kerawang ini merupakan kerajinan khas daerah Gorontalo yang sudah ada sejak lama namun kapan pertama kali berkembang tidak diketahui dengan jelas. Lima tahun terakhir Sulaman Karawo semakin populer karena jenis kain yang digunakan semakin beragam, warna-warna motif yang menarik dan desain motif yang lebih baik mengikuti selera konsumen untuk berbagai jenis busana. Kain karawo telah digunakan oleh berbagai kalangan di berbagai kesempatan seperti busana harian, busana kantor, acara-acara resmi dan pesta. Sulaman Karawo telah memperoleh hak paten dari pemerintah Indonesia. Dalam upaya melestarikan, membudayakan dan mengembangkan sulaman karawo, pada tanggal 17 Desember 2011 Bank Indonesia Cabang Gorontalo bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Gorontalo menyelenggarakan Festival Karawo 2011 (Bank Indonesia, 2011).
2.2.1. Tahapan Pembuatan Kerajinan Karawo Untuk
membuat
karawo,
ada
sembilan
langkah,
dimulai
dari
mempersiapkan peralatan sampai pada tahap pengemasan. Adapun tahapan pembuatan kerajinan karawo dapat dilihat pada flow chart berikut :
12
Persiapan peraltan dan bahan baku termasuk motif yang akan digunakan
Pengukuran dan pemotongan kain
Kegiatan mengiris serat kain
Kegiatan mencabut serat kain
Kegiatan menyulam karawo
Kegiatan mengikat serat-serat kain yang telah diiris, cabut dan sulam
Pemeriksaan hasil sulaman karawo
Mencuci dan menyetrika kin sulaman
Pengemasan
Gambar 2.1. Flow Chart Pembuatan Kerajinan Karawo (Sumber : Bank Indonesia, 2011)
13
2.2.2. Alat Dan Fungsi Peralatan dan fungsi untuk membuat kerajinan karawo dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.1. Peralatan Dan Fungsi No
Nama alat
Fungsi
1
Toko dan ruang usaha
Untuk kegiatan dan penjualan pemasaran
2
Lemari panjang dan rak
Tempat memajang produk
3
Meja
Tempat melayani konsumen
4
Kursi
Tempat duduk konsumen
5
Gunting
Untuk memotong bahan baku
6
Meteran
Mengukur ukuran kain
7
Pemindangan
8
Silet
Untuk mengiris serat kain
9
Jarum
Untuk menyulam kerawang
Wadah penyimpanan hasil
Penyimpanan hasil produksi sebelum
produksi
dikemas
10
11
Ember
Untuk merintangkan dan merantangkan kain pada saat di kerawang
Untuk mencuci hasil sulaman kerawang sebelum tahap pengemasan
Sumber : Bank Indonesia, 2011
2.3 Teknik Analisis Data 2.3.1
Pengertian QFD Menurut widodo (2004),
Quality Function Deployment (QFD) adalah
sebuah sistem untuk menerjemahkan keinginan konsumen kedalam kebutuhan perusahaan secara tepat ke setiap bagian dari riset dan pengembangan produk ke engineering dan manufactur lalu ke pemasaran dan distribusinya.
14
Quality Function Deployment (QFD) merupakan tindakan untuk mengetahui Voice dan Customer (pengguna), kemudian melalui pengembangan produk ke lantai produksi dan keluar ke daerah pemasaran. QFD tidak hanya sebagai alat kualitas tetapi lebih sebagai alat perencanaan untuk pengenalan produk baru dan melakukan perbaikan terhadap produk (Widodo, 2004).
2.3.2
Manfaat Quality Function Deployment (QFD) Ada
beberapa
manfaat
dari
penggunaan
QFD
sebagai
dasar
pengembangan produk. 1. Mengurangi dan mempercepat terjadinya perubahan. 2. Pengurangan waktu pengembangan. 3. Pengurangan masalah saat produksi. 4. Biaya produksi lebih rendah. 5. Pengurangan permasalahan dasar. 6. Menigkatkan kepuasan konsumen. 7. Transfer ilmu pengetahuan(Widodo, 2004). 2.3.3
Rumah Qualitas (House Of Quality) Penerapan metodologi QFD dalam proses perancangan produk diawali
dengan pembentukan matriks perancangan produk, atau sering disebut sebagai House Of Quality (HOQ). Gambar dibawah ini menunjukan bentuk umum matiks perencanaan produk atau rumah kualitas.
15
E. Technical Corelation (Korelasi Teknis) C. Technical Respons (Respon Tehnis) A. Costumer Need (Kebutuhan Pelanggan)
D. Relationship (Korelai) Akibat dari Respon Teknis Terhadap Kebutuhan Pelanggan
B. Plannig Matrikx (Matriks perencanaan)
Sumber : Nasution, 2005 F. Technical Matriks (Prioritas Respon Teknis, Gambar 2.1 House Of Quality (HOQ) Kompetitif Target Teknis)
Dalam gambar diatas digunakan simbol A hingga F yang menunjukan urutan pengisian bagian-bagina dari matriks perencanaan produk tersebut.
2.3.3.1 Bagian A (Pengisian sub matriks keinginan pelanggan ) Ruang pertama house of quality (HOQ) adalah kebutuhan /keinginan pelanggan (Costumer Needs Benefits). Menurut nasution, (2005) Fase ini menggunakan proses diagram afinitas dan kemudian disusun secara hirarki dengan tingkat kebutuhan paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi. Kebanyakan Tim pengembang mengumpulkan “suara pelanggan ” (Voice Of the Costumer) melalui interview/wawancara dan kemudian menyusun keinginan pelanggan kedalam kolom keinginan. Kegagalan dalam memaksimumkan keterlibatan pelanggan dalam fase ini, seiring menimbulkan salah
pengertian
antara
pelanggan
dan
tim
pengembang.
Ketika
tim
pengembang produk tidak mengerti keinginan-keinginan pelanggan dengan baik, maka aktivitas perencanaan produk berjalan lambat (nasution, 2005).
16
2.3.3.2 Bagian B (Pengisian Sub Matriks Perencanaan) Planning matriks merupakan bagian kedua dari House Of quality (HOQ) dan disebut sebagai tempat penentuan sasaran/tujuan produk, didasarkan pada interpreatasi tim terhadap data riset pasar. Penetapan sasaran/tujuan merupakan gabungan antara prioritas-prioritas kebutuhan pelanggan. Hal ini merupakan tahap penting dalam perencanaan produk. Matriks perencanaan biasanya terdiri dari tujuh tipe data yang berbeda, ketujuh data tersebut adalah : 1.
Kepentingan Kostumer (Importance to Costumer) Kolom
ini
merupakan tempat
untuk
merekam
bagaimana tingkat
kepentingan masing-masing kebutuhan bagi kostumer. Dalam beberapa buku QFD kolom ini diletakkan persis disebelah data kebutuhan kostumer. 2.
Performansi Kepuasan Kostumer untuk Produk yang ada pada saat ini (Costumer Statisfation Performace) Ini merupakan resepsi kostumer tentang seberapa baik produk yang ada saat ini dalam memenuhi kebutuhannya. Maksud dari produk yang ada pada
saat
ini
adalah
produk/jasa
yang
kita
rencanakan
untuk
dikembangkan. Metode umum yang digunakan dalam menaksir nilai ini adalah dengan menanyai kostumer, seberapa baik ia merasakan produk /jasa perusahaan dalam memenuhi setiap kebutuhan. 3.
Performansi Kepuasan Pesaing (Conpetitive Statification Perfoemace) Agar kompetitif, tim harus mengerti kompetitornya. Banyak tim yang tidak mempelajari pesaingnya dengan baik, karena memang lebih sulit untuk menjangkau kostumer pesaing dibandingkan menjangkau kostumernya sendiri.
17
QFD sendiri menyediakan rekaman kekuatan dan kelemahan pesaing dalam dua level kepentingan. Yang pertama pada Costumer Needs dan Conpetitive Statification Perfoemace, dan yang kedua adalah pada respon teknis (SQC) pada benchmarking. 4.
Sasaran (Goal) yang ingin dicapai dalam tim rasio perbaikan/peningkatan (Improvement Ratio). Pada kolom ini telah diputuskan apa level dari Costumer Perfoemace yang ingin dicapai guna memenuhi setiap kebutuhan kostumer. Goal ini biasanya dinyatakan dalam bentuk skala numerik yang sama dengan tingkat performansi. Penentuan rasio perbaikan/peningkatan dapat ditulis dalam rumus:
Rasio Perbaikan / Peningka tan 5.
Sasaran Tingkat Kepuasan
Titik penjualan (Sales Point) Data ini berisi informasi tentang kemampuan dalam menjual produk/jasa, didasarkan pada seberapa baik tiap kebutuhan kostumer terpenuhi. Nilai yang paling umum digunakan pada sales point adalah :
6.
1
= Tanpa titik penjualan
1,2
= Titik penjualan menengah
1,5
= Titik penjualan kuat
Bobot Baris Kolom ini berisi perhitungan nilai dari data keputusan yang diambil dari sub matriks perencanaan, yang memodelkan kepentingan keseluruhan bagi tim pengembangan untuk setiap keinginan kostumer berdasarkan pada tingkat kepentingan, rasio perbaikan/peningkatan dan titik penjualan
18
yang ditentukan oleh tim pengembangan. Bobot baris dapat ditulis dengan persamaan : Bobor Baris = Tingkat Perbaikan / Kepentingan x Rasio Peningkatan x Titik Penjualan
7.
Bobot Kolom Bobot dari kolom ini mencakup penilaian terhadap simbol korelasi antara keinginan pelanggan dengan respon teknis. Konsepnya adalah sebuah bobot dapat dihitung dari setiap kolom yang mewakili sebuah kombinasi dari tingkat kepentingan pelanggan dengan kekuatan dari korelasi keinginan pelanggan terhadap respon teknis. Perhitungannya adalah untuk tiap kotak kecil yang berisikan simbol, kekuatan simbol di kali dengan tingkat kepentingan dari setiap keinginan kostumer. Seterusnya hasil kali (simbol) perkolom di jumlahkan. Planning Matrikx berisi tiga tipe informasi : 1.
Data kualitatif pasar, yang menunjukan hubungan antara tingkat kepentingan
kebutuhan
dan
keinginan
pelanggan
dan
tingkat
kepuasan pelanggan dengan perusahaan dan tingkat persaingan. 2.
Penetapan tujuan/sasaran, untuk jenis produk/jasa baru.
3.
Perhitungan tingkat ranking (Rank Order) keinginan dan kebutuhan pelanggan.
Suatu alasan untuk mengisi planning matriks segera setelah Costumer needs/benefits selesai adalah karena costumer needs merupakan prioritas, tim QFD boleh memilih untuk membatasi analisa hanya untuk tingkat kebutuhan pelanggan yang tertinggi. Pertimbangan hal ini adalah mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan QFD. Jika planning matriks di tunda sampai beberapa waktu setelah bagian Relaitonship terisi, maka tim tidak akan dapat membuat batasan analisa, karena tidak mengetahui costumer needs mana yang
19
paling penting bagi mereka. Tetapi beberapa praktisi mengerjakan tehnical responses dan bahkan menentukan Relationship sebelum mengerjakan planning matriks. Keuntungan dari cara ini adalah tim akan lebih familiar dengan kebutuhan pelanggan.
2.3.3.3 Bagian C (Pengisian Submatriks Respon teknis) : Bagian ketiga dari house of quality (HOQ) adalah technical response, merupakan gambaran produk atau jasa yang dikembangkan. Biasanya gambaran tersebut diturunkan costumer needs dibagian pertama house of quality (HOQ). Terdapat beberapa informasi yang di dapat technical response, alternative yang paling umum adalah : 1. Top-level solution-independent measurement or matrics. 2. Product or sevice feature requerement (kebutuhan produk atau jasa). 3. Product or service feature or capabilities (kemampuan atau fungsi produk atau jasa). Informasi apapun yang di pilih, disebut subtitute quality chracteristic (SOQ). Jika costumer needs/Benefits mewakili suara pelanggan (voice of the costumer) maka SQC mewakili suara pengembang (voice of defelover). Dengan menempatkan kedua suara tersebut di kiri dan diatas matriks maka akan dievaluasi hubungan keduanya secara sistematis. SQC dapat disusun secara hirarki melalui proses diagram Afinitas (Afinity Diagrams), diikuti dengan proses diagram pohon (tree diagrams). Proses hierarki memberikan beberapa kebebasan kepada tim untuk menyusun analisis mereka pada tingkat tinggi atau rendah denga detail melalui pemilihan tingkat hirarki primer, sekunder, atau tersier.
20
2.3.3.4 Bagian D (Pengisian Submatriks Korelasi) : Bagian keempat Houseof Quality (HOQ) adalah Relathionship, merupakan bagian terbesar dari matriks dan menjadi bagian terbesar dari bagian pekerjaan. Pada fase ini menggunakan metode Matriks Prioritas (The Priority Matrikx). Untuk setiap sela dalam relationship, tim memberikan nilai yang menunjukan keberadaannya terhadap SQC (kolom atas)
dihubungkan dengan costumer
needs (dibaris sebelah kiri). Nilai ini menunjukan kepuasan pelanggan (Nasution, 2005). Adapun simbol-simbol yang akan digunakan yaitu :
Hubungan Kuat Hubungan Menengah Hubungan Lemah
Hubungan kuat jika keinginan teknis tertentu merupakan interprestasi langsung suatu keinginan konsumen sedang hubungan sedang dan lemah umumnya dari hubungan keinginan konsumen dengan kebutuhan teknis yang bukan dari interprestasi langsungnya. Cara pengisian adalah dengan melakukan interpretasi hubungan antara whats dan how’s, jika terdapat hubungan maka diisi dengan simbol yang sesuai dan jika tidak terdapat hubungan maka dikosongkan. Nilai-nilai hubungan tersebut antara lain: hubungan kuat bernilai 9, hubungan menengah bernilai 3 dan hubungan lemah bernilai 1 .
21
2.3.3.5 Bagian E (Pengisian Sub matriks korelasi teknis) Bagian kelima dari house of quality (HOQ) adalah technical corelation, matriks membentuknya menyerupai atap (roof). Matriks ini digunakan untuk membantu tim QFD dalam menentukan desain yang mengalami botle neck dan menentukan kunci komunikasi diantara desainer. Selain itu juga menunjukkan korelasi antara persyaratan teknis yang satu dengan persyaratan-persyaratan tekniks lain yang terdapat dalam matriks (Nasution, 2005). Matriks korelasi adalah sebuah tabel segitiga yang sering dipadukan dengan how’s adalah arti bahwa matriks korelasi menjelaskan hubungan antara item how. Matriks
hubungan
menggunakan
simbol-simbol
untuk
menjelaskan
hubungan yang terjadi. Ada beberapa tipe yang umumnya digunakan dalam menjelaskan hubungan tersebut, antara lain : Strong Positive Positive Negative Strong Negative
2.3.3.6 Bagian F (Pengisian Sub Matriks teknis) Bagian ini berisi tiga jenis data, yaitu : 1.
Technical Response Priorities,
urutan tingkat kepentingan (ranking)
persyaratan teknis. 2.
Competitive techical Benchmarks, informasi hasil perbandingan kinerja persyaratan teknis produk yang dihasilkan oleh perusahaan terhadap kinerja produk pesaing.
22
3.
Target Technical, target kinerja persyaratan teknis untuk produk atau jasa baru yang akan dikembangkan. Diagram
berikut
menunjukkan
satu
kemungkinan
konfigurasi
atas
sekumpulan matriks yang saling berhubungan dan juga menggambarkan sebuah teknik QFD standar untuk membawa informasi dari satu matriks ke matriks lainnya. Diagram tersebut dimulai dari HOQ. Pada bagian kiri matriks ditempatkan What’s
yang menunjukkan sasaran yang
hendak dicapai.
Kebanyakan what’s adalah kebutuhan pelanggan (voice of the customer), tetapi sasaran tim pengembang juga dapat diwakili pada what’s. Sebagian dari proses QFD, tim QFD memberi prioritas what’s melalui pembuatan sekumpulan pertimbangan yang didasarkan pada data riset pasar. Terdapat banyak teknik yang berbeda untuk menentukan prioritas tersebut. Prioritas atau pembobotan ditempatkan disebelah kiri matriks. Selanjutnya tim QFD menempatkan How’s dibagian atas matriks dan merupakan respons yang potensial terhadap what’s. Umumnya how’s adalah teknik pengukuran performansi atas produk atau jasa yang diusulkan. Berdasarkan pada bobot dan target keinginan pelanggan tersebut adalah suatu hasil dari proses HOQ (Nasution, 2005).