BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai berikut, “konsep /konsep/ n 1 rancangan atau buram surat dsb; 2 ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung dua—yang berbeda; 3 gambaran mental dari objek , proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Defenisi ke-3 adalah yang tepat untuk memberi gambaran wujud dan guna konsep. Jadi, konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti, karena menentukan penetapan variabel. Dengan kata lain, konsep
digunakan
sebagai
kerangka
atau
pijakan
untuk
menjelaskan,
mengungkapkan, menggambarkan, atau pun memaparkan suatu objek atau topik pembahasan. Dalam hal ini, konsep yang dimaksud adalah gambaran dari objek berupa novel berjudul Wajah Sebuah Vagina yang akan dibahas dalam tulisan ilmiah yang berjudul Wajah Sebuah Vagina Karya Naning Pranoto : Ketidakadilan dan Kekerasan Terhadap Perempuan. Dari pengertian di atas maka tulisan ilmiah ini akan melibatkan beberapa konsep yang akan menjadi dasar pembahasan pada bab selanjutnya, yaitu : 1. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender, antara lain : a. Stereotipe b. Marginalisasi c. Kekerasan
Universitas Sumatera Utara
d. Subordinasi dalam pekerjaan Dari ketidakadilan gender tersebut, maka muncullah berbagai jenis kekerasan terhadap perempuan. 2. Berdasarkan situs terjadinya, kekerasan terhadap perempuan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : A. Kekerasan yang terjadi pada arena domestik atau hubungan intim personal yaitu bentuk kekerasan yang pelaku dan korbannya memiliki hubungan keluarga atau hubungan kedekatan yang lain, misalnya penganiayaan yang dilakukan suami terhadap istri dan penganiayaan terhadap pacar. Jenis-jenis kekerasan tersebut antara lain : a. Kekerasan seksual b. Kekerasan fisik c. Kekerasan emosional d. Kekerasan dalam bentuk pelacuran B. Kekerasan dalam arena publik yaitu bentuk kekerasan yang terjadi di luar hubungan keluarga atau hubungan personal lain. Jenis-jenis kekerasan tersebut antara lain : a. Kekerasan seksual b. Kekerasan fisik
2.2 Landasan Teori Penelitian ini didasarkan pada dua teori sekaligus, yaitu struktural dan feminis. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk memahaminya maka sebuah karya sastra tersebut perlu dianalisis dan dalam menganalisis sebuah karya sastra tidak terlepas dari pendekatan struktural.
Universitas Sumatera Utara
Lebih lanjut Teeuw (dalam Pradopo 2001 : 55) mengatakan bahwa “pendekatan struktural digunakan karena dalam memenuhi sebuah cerita diperlukan analisis struktural sebab pendekatan struktural merupakan tugas prioritas dalam penelitian karya sastra”. Selanjutnya Teeuw (1984 : 50) mengemukakan ada empat pendekatan terhadap karya sastra, yaitu : (1) Pendekatan mimetik yang menganggap karya sastra sebagai tiruan alam (kehidupan); (2) pendekatan pragmatik yang menganggap karya sastra itu adalah alat untuk mencapai tujuan tertentu; (3) pendekatan ekspresif yang menganggap karya sastra sebagai ekspresi perasaan, pikiran, dan pengalaman sastrawan (penyair); (4) pendekatan objektif yang menganggap karya sastra sebagai suatu yang otonom terlepas dari alam sekitarnya, pembaca, dan pengarang. Maka, yang penting dalam kritik ini adalah karya sastra itu sendiri, yang dianalisis khusus unsur intrinsiknya.
Sesuai dengan pendapat-pendapat di atas, analisis struktural dijadikan sebagai tugas pokok dalam pengkajian sebuah karya sastra. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diterapkan pendekatan objektif (pendekatan struktural) yang menganggap karya sastra sebagai suatu yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalin. Salah satu hasil karya sastra yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling memiliki hubungan dalam membentuk jalinan cerita secara koheren adalah novel. Dalam menganalisis novel berdasarkan analisis struktural yang dianalisis adalah segi struktural penceritaannya. Analisis struktural karya sastra, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan bagaimana keadaan
Universitas Sumatera Utara
peristiwa-peristiwa, plot, penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Dengan demikian akan dapat diketahui bagaimana fungsi-fungsi setiap unsur-unsur tersebut dalam menunjang makna keseluruhannya dan bagaimana hubungan antar unsur tersebut sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu. Dari uraian tersebut, maka analisis yang dilakukan pada novel Wajah Sebuah Vagina adalah analisis terhadap alur, latar, penokohan, dan tema. Pada dasarnya unsur-unsur intrinsik dalam teori struktural dapat memberikan gambaran mengenai cerita pada sebuah karya sastra dalam hal ini adalah novel, namun model analisis yang hanya berdasarkan struktur mengandung kelemahan, yaitu (1) melepaskan karya sastra dari latar belakang sejarahnya, dan (2) mengasingkan karya sastra dari relevansi sosial budayanya. Bagaimanapun juga, sebuah karya sastra tidak mungkin dipisahkan sama sekali dari latar belakang sosial budaya dan latar belakang kesejarahannya. Melepaskan karya sastra dari latar belakang sosial budaya dan kesejarahannya, akan menyebabkan karya itu menjadi kurang bermakna atau paling tidak maknanya menjadi amat terbatas, atau bahkan makna menjadi sulit ditafsirkan. Hal itu berarti karya sastra akan menjadi kurang bermanfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu, analisis struktural sebaiknya dilengkapi dengan analisis yang lain, yang dalam hal ini adalah feminisme. Sebelum membahas mengenai masalah feminisme, terlebih dahulu harus dipahami konsep seks dan konsep gender. Menurut Fakih (1997 7-9): Konsep seks atau jenis kelamin merupakan pensyifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu, sedangkan konsep gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, irasional, jantan, perkasa.
Universitas Sumatera Utara
Ciri-ciri atau sifat dari perempuan dan laki-laki tersebut sesungguhnya dapat dipertukarkan dari waktu ke waktu dan dari temat ke tempat yang lain. Namun melalui proses yang panjang perbedaan gender ini dianggap masyarakat sebagai ketentuan Tuhan dan tidak dapat diubah lagi. Padahal gender dan seks berbeda, jika seks merupakan ketentuan dari Tuhan yang tidak dapat diubah lagi maka gender dibentuk dan dikonstruksikan secara sosial atau kultural, melalui ajaran agama maupun negara. Oleh karena perbedaan gender tersebutlah maka ketidakadilan pada perempuan pun muncul salah satunya adalah ketidakadilan dalam bentuk kekerasan. Dari penjelasan tersebut maka feminisme muncul sebagai sebuah upaya perlawanan atas berbagai upaya kontrol laki-laki, seperti pemilihan jenis pekerjaan yang oleh laki-laki dianggap cocok dengan perempuan, mengontrol daya produktif perempuan, mengontrol atas seksualitas perempuan, mengontrol gerak perempuan untuk mengendalikan seksualitas, produksi, dan reproduksi para lelaki, mengontrol harta milik dan sumber daya ekonomi lain dengan sistem pewarisan dari laki-laki ke laki-laki. Secara etimologis feminis berasal dari kata ‘femme’ (woman) yang berarti perempuan (tunggal) yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. Feminisme menurut Goefe (dalam Sugihastuti dan Itsna 2000 : 37) ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial; atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan. Akibat banyaknya ketimpangan ataupun ketidakadilan yang diarahkan pada perempuan, maka semakin banyak pulalah aliran dari feminisme yang muncul, antara lain feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme sosialis, dan feminisme marxis. Dalam menganalisis karya sastra Wajah Sebuah Vagina karya Naning Pranoto ini,
Universitas Sumatera Utara
maka analisis aliran feminisme yang dipandang tepat dikaitkan dengan permasalahan yang akan dibahas adalah feminisme radikal. Bhasin (dalan Sugihastuti dan Itsna 2007 : 97) “feminisme radikal menganggap bahwa perbedaan gender bisa dijelaskan melalui perbedaan biologis atau psikologis antara laki-laki dan perempuan”. Menurut aliran ini, kekuasaan laki-laki atas kaum perempuan, yang didasarkan pada pemilikan dan kontrol kaum laki-laki atas kapasitas reproduktif perempuan telah menyebabkan penindasan pada perempuan. hal ini mengakibatkan ketergantungan perempuan secara fisik maupun psikologis kepada laki-laki. Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Dengan kata lain, bahwa penindasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh laki-laki berakar pada jenis kelmin dari laki-laki itu sendiri beserta ideologi patriarkinya. Dengan demikian, kaum laki-laki secara biologis maupun politis adalah bagian dari permasalahan kekerasan terhadap perempuan. Dari hal tersebut, aliran ini menganggap bahwa penguasaan fisik perempuan oleh laki-laki, seperti hubungan seksual adalah bentuk penindasan terhadap perempuan.
2.3 Tinjauan Pustaka Novel Wajah Sebuah Vagina merupakan novel yang memiliki kelebihan dan cukup kontroversi sehingga novel ini menarik untuk diresensi serta diulas dalam forum diskusi. Sepanjang penelusuran penulis, novel Wajah Sebuah Vagina belum pernah diteliti oleh mahasiswa di Departemen Sastra Indonesia, Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Namun penelitian dengan menggunakan Teori Feminisme, pada objek yang berbeda pernah dilakukan oleh mahasiswi Departemen Sastra Indonesia, Universitas Sumatera Utara, dengan judul Novel Memburu Matahari Karya Nadjib Kartapat: Analisis Feminisme. Skripsi tersebut disusun oleh Tety Warliani yang membahas tentang emansipasi perempuan dengan menggunakan teori feminis –sosialis atau teori feminis Marxis. Teori ini meneliti tentang tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas-kelas masyarakat. Feminis Marxis ini menganggap bahwa ketertinggalan yang dialami oleh perempuan disebabkan karena struktur sosial, politik, dan ekonomi. Aliran ini ingin menganjurkan pada perempuan untuk mengembangkan potensi atau kemampuan yang dimiliki demi kemajuan dirinya. Sedangkan di lain tempat novel ini sudah pernah dibahas oleh Esai Arie MP Tamba dalam forum diskusi di internet. Dalam forum tersebut Esai membahas mengenai hubungan intertekstual antara kesadaran feminisme Helena Cixous dengan teks-teks novel Wajah Sebuah Vagina karya Naning Pranoto yang secara tendensius ingin memperjuangkan keadilan atau nilai kesejajaran gender bagi wanita. Perjuangan ini menurut Esai, sangat unik dipresentasikan oleh Naning dan tidak sebagaimana lazimnya ditingkat ketimpangan sosial atau ketidaksemena-menaan psikologis melainkan disoroti melalui tataran biologis filosofis dengan mengedarkan dan juga membenturkan berbagai pemaknaan atas keberadaan organ wanita, yaitu vagina (http://www.rayakultura.net). Novel Wajah Sebuah Vagina juga pernah diteliti oleh Heri Aprilianto mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang dengan judul penelitian Tokoh Utama Wanita dalam Pandangan Gender pada Novel Wajah Sebuah Vagina Karya Naning Pranoto.
Universitas Sumatera Utara
Heri meneliti novel tersebut dengan menggunakan teori struktural yaitu menganalisis perwatakan tokoh utama wanita yaitu Mira, dari perwatakan tokoh tersebut Heri kemudian menganalisis jenis-jenis gender yang ada pada tokoh utama tersebut (http://digilib.unnes.ac.id). Sedangkan penulis sendiri meneliti novel Wajah Sebuah Vagina karya Naning Pranoto dengan judul Wajah Sebuah Vagina Karya Naning Pranoto : Ketidakadilan dan Kekerasan Terhadap Perempuan. Penulis meneliti novel tersebut dengan menggunakan teori struktural dan teori feminisme radikal yakni teori yang membahas tentang perbedaan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan perbedaan biologis atau psikologis serta sistem patriarki yang dibentuk oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara