Bab II Kerangka Teoritis Konsep dikemukakan
dan
definisi
agar
tidak
konsep terjadi
perlu kerancuan
untuk dan
memperjelas makna konsep yang akan dapat menjadi dasar
dalam
melakukan
penelitian,
sehingga
dapat
merumuskan karakteristik yang memadai secara teoritis untuk dapat diterapkan pada satu obyek tertentu.
2.1 Konsep dan Definisi Konsep 2.1.1 Kinerja Pegawai Pengertian kinerja menurut Mangkunegara (2001) kinerja dapat didefinisikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Bernardin dalam Novitasari (2003) mengatakan, bahwa terdapat enam kriteria yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kinerja secara individu. a. Kualitas Tingkat
dimana
mendekati
hasil
sempurna
aktivitas dalam
arti
yang
dilakukan
menyelesaikan
beberapa cara ideal dan penampilan aktivitas ataupun
8
memenuhi
tujuan
yang
diharapkan
dari
suatu
aktivitas. b. Kuantitas Jumlah yang dihasilkan, dinyatakan dalam istilah sejumlah unit atau jumlah siklus aktivitas pekerjaan yang dapat diselesaikan. c. Ketepatan waktu Tingkat suatu
aktivitas
waktu
yang diinginkan dilihat dari sudut
awal
koordinasi
yang
yang
dengan
diselesaikan
hasil
output
pada
serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. d. Efektivitas Tingkat
penggunaan
dimaksimalkan keuntungan
sumber
dengan
dan
daya
maksud
mengurangi
organisasi
menghasilkan
kerugian
setiap
penggunaan sumber daya. e. Kemandirian Tingkat dimana seorang karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa minta bantuan, bimbingan dan pengawasan. f. Komitmen kerja Tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan
perusahaan
dan
terhadap perusahaan.
9
tanggung
jawab
kerja
Berdasarkan
paparan
tersebut
di
atas
dapat
disimpulkan, bahwa kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dicapai pegawai dalam pelaksanaan suatu pekerjaan
yang
kuantitas
maupun
berfokus
pada
diberikan
kepadanya
kualitas
tujuan
melalui
yang
hendak
baik
secara
prosedur
yang
dicapai
serta
terpenuhinya standard pelaksanaan.
2.1.2
Motivasi Motivasi (Winardi, 2000) adalah keinginan yang
terdapat pada seorang individu yang merangsang untuk melakukan tindakan. Lebih lanjut dijelaskan
Wursanto
dalam Isnan (2005) Motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu. Dalam melaksanakan kegiatan, manusia tentu saja didorong oleh sesuatu dalam jiwanya, sehingga manusia
tersebut
berkehendak
untuk
melakukan
kegiatan yang dimaksud. Kehendak yang mendorong terjadinya suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia disebut motif. Motivasi mendorong
seseorang untuk
bekerja dan melaksanakan kegiatan yang spesifik. Untuk memahami masalah motivasi tersebut dapat ditelusuri dengan memahami asal kata motivasi itu sendiri sebagai langkah awal, motivasi berasal dari bahasa latin movere yang sama dengan to move yang berarti mendorong atau menggerakkannya
artinya
merupakan 10
upaya
yang
dilakukan untuk memunculkan sesuatu dari dalam diri individu,
dorongan
melakukan
kepada
sesuatu
diharapkan. Motivasi
guna
orang
lain
mencapai
timbul
dalam diri seseorang yang
agar
mau
tujuan
yang
disebabkan adanya motif
merangsang orang tersebut
untuk melakukan sesuatu yang bisa mempengaruhi tujuan yang ingin dicapai. Motivasi sumber
dalam
daya
manajemen
manusia
ditunjukan
umumnya
dan
pada
bawahan
khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi
karena
menyebabkan,
menyalurkan,
dan
mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Memberikan
motivasi
kepada
pimpinannya merupakan proses motivasi
kerja, sehingga
pegawai
kegiatan
oleh
pemberian
pegawai
tersebut
berkemampuan untuk pelaksanaan pekerjaan dengan penuh
tanggung
jawab.
Tanggung
jawab
adalah
kewajiban bawahan untuk melaksanakan tugas sebaik mungkin yang diberikan oleh atasan, dan inti dari tanggung jawab adalah kewajiban (Siagian, 2001).
11
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa motivasi pada dasarnya adalah proses yang menentukan seberapa banyak usaha yang akan dicurahkan untuk melaksanakan pekerjaan. Dorongan untuk bekerja ini sangat menentukan bagi tercapainya suatu tujuan, maka manusia harus dapat menumbuhkan motivasi kerja yang setinggi-tingginya bagi para karyawan.
2.1.3 Disiplin Kerja Disiplin
kerja
merupakan
fungsi
operatif
manajemen karyawan yang terpenting karena tanpa disiplin yang baik dari pegawai, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Siagian (2002) mengatakan
kedisiplinan
adalah
“kesadaran
dan
kesediaan seorang mentaati semua peraturan dan norma – norma sosial yang berlaku”. Selanjutnya Davis dalam Mangkunegara diartikan
(2001)
sebagai
mengatakan
pelaksana
“Disiplin
manajemen
kerja untuk
memperteguh pedoman – pedoman organisasi”. Lebih lanjut menurut
Hasibuan (2003) “ Kedisiplinan adalah
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
perusahaan dan norma- norma sosial yang
berlaku”. Menurut Sinungan (2008) ” Disiplin yaitu sebagai sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat 12
berupa ketaatan
(obedience) terhadap peraturan –
peraturan atau ketentuan yang ditetapkan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu”. Heidjrachman dan Husnan (2002) mengungkapkan “Disiplin adalah setiap perseorangan dan juga kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap perintah”. Menurut
Davis
manajemen
(2002)
untuk
“Disiplin
memberikan
adalah semangat
tindakan kepada
pelaksanaan standar organisasi, ini adalah pelatihan yang mengarah pada upaya membenarkan dan melibatkan pengetahuan-pengetahuan sikap dan perilaku pegawai, sehingga ada kemauan pada diri pegawai untuk menuju pada kerjasama dan prestasi yang lebih baik”. Handoko (2000) mengatakan, bahwa ada tiga tipe kegiatan kedisiplinan, yaitu : (1) Disiplin preventip yaitu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standard dan aturan, sehingga penyelewengan – penyelewengan dapat dicegah. (2) Disiplin korektip yaitu kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan – aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran – pelanggaran lebih lanjut. (3) Disiplin progresip yaitu memberikan hukuman
–
hukuman
yang
lebih
berat
pelanggaran – pelanggaran yang berulang.
13
terhadap
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa disiplin adalah suatu kegiatan manajemen untuk menegakkan peraturan organisasi atau disiplin bisa diartikan
sebagai
kesediaan
seseorang
yang
timbul
dengan kesadaran sendiri untuk mengikuti peraturan – peraturan yang berlaku dalam organisasi. Lebih lanjut dapat dijelaskan pula, bahwa disiplin kerja merupakan sikap ketaatan dan kesetiaan seseorang atau sekelompok orang terhadap peraturan baik tertulis mataupun tidak tertulis yang tercermin dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan pada suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Disiplin dalam suatu kegiatan apapun sangat dibutuhkan karena dengan disiplin, apa yang menjadi tujuan organisasi akan lebih mudah dicapai.
2.2 Pengembangan Hipotesis 2.2.1 Hubungan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai Motivasi sumber
dalam
daya
manajemen
manusia
ditujukkan
umumnya
dan
pada
bawahan
khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi
karena
menyebabkan,
menyalurkan,
dan
mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat 14
dan antusias mencapai hasil yang optimal. Menurut Terry dan Rue dalam Suharto dan Budi cahyono (2005) mengatakan, bahwa motivasi adalah “….getting a person to exert a high degree of effort ….” Yang artinya adalah “motivasi
membuat
seseorang
untuk
bekerja
lebih
Prasetyo
dan
berprestasi”. Penelitian Wahyuddin
yang
(2003)
dilakukan
menunjukkan,
oleh
bahwa
motivasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, dan dalam penelitian motivasi
merupakan
ini
faktor
juga
menyatakan
dominan
yang
mempengaruhi kinerja pegawai. Penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2005) tentang pengaruh stress kerja terhadap motivasi kerja dan kinerja karyawan PT. H.M. Sampoerna Tbk Surabaya yang
hasilnya
menunjukkan,
bahwa
motivasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan menyimpulkan,
paparan
bahwa
motivasi
tersebut kerja
dapat
mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai dan hipotesis yang penulis ajukan sebagai berikut : H1 : Motivasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai. 15
2.2.2 Hubungan
Disiplin
Kerja
terhadap
Kinerja
Pegawai Disiplin diartikan sebagai kesediaan seseorang yang timbul
dengan
kesadaran
peraturan-peratuan
yang
sendiri berlaku
untuk
mengikuti
dalam
organisasi
(Davis,2002). Kedisiplinan adalah salah satu faktor yang penting dalam suatu organisasi. Dikatakan sebagai faktor yang penting
karena disiplin akan mempengaruhi kinerja
pegawai
dalam
organisasi.
Semakin
tinggi
disiplin
pegawai, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapai. Disiplin merupakan cerminan besarnya tanggung jawab seseorang dalam melakukan tugas – tugas yang diberikan kepadanya. Mereka
menghasilkan jumlah dan kualitas
pekerjaan yang memuaskan dan mengikuti cara kerja oleh perusahaan dan menyelesaikan
yang ditentukan
dengan sangat baik (Hasibuan, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Narmodo (2008) dengan
studi
kasus
kinerja
pegawai
di
badan
kepegawaian daerah Kabupaten Wonogiri menunjukkan, bahwa motivasi dan disiplin mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Disiplin mempunyai
pengaruh
paling
dominan
dibandingkan
dengan faktor lain. Penelitian tentang
yang
pengaruh
dilakukan disiplin 16
oleh
kerja,
Ubaldo pelatihan
(2010) dan
pengembangan pegawai, dan kompensasi terhadap kinerja non akademik di Universidade nacional Timor Lorosa’e (UNTL) yang menunjukkan, bahwa ada pengaruh positif dan signifikan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai. Sedangkan pelatihan dan pegembangan pegawai, dan kompensasi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan menyimpulkan,
paparan
bahwa
disiplin
tersebut kerja
dapat
mempunyai
pengaruh yang positif terhadap kinerja pegawai dan hipotesis yang penulis ajukan sebagai berikut : H2 : Disiplin kerja berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai.
2.3 Pengembangan Model Berdasarkan penjelasan hubungan antara variabel motivasi dan disiplin kerja dengan variabel kinerja pegawai di atas, maka penulis merumuskan model penelitian sebagai berikut : Motivasi
H1
Kinerja Pegawai Disiplin Kerja
H2
Gambar : 2.1. Model Penelitian
17