BAB II KERANGKA TEORITIS
2.1. Teori Tentang SWOT 2.1.1. Pengertian SWOT Analsis SWOT digunakan untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan. Dengan melihat kekuatan yang dimiliki serta mengembangkan kekuatan tersebut dapat dipastikan bahwa perusahaan akan lebih maju dibanding pesaing yang ada. Demikian juga dengan kelemahan yang dimiliki harus diperbaiki agar perusahaan bisa tetap eksis. Peluang yang ada harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh perusahaan agar volume penjualan dapat meningkat. Dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan haruslah dihadapi dengan mengembangkan strategi pemasaran yang baik. SWOT menurut Haksever (2000) adalah untuk menentukan tujuan usaha yang realistis, sesuai dengan kondisi perusahaan dan oleh karenanya diharapkan lebih mudah tercapai. SWOT adalah singkatan dari kata-kata Strength (kekuatan perusahaan) Weaknesses (kelemahan perusahaan), Opportunities (peluang bisnis) dan Threats (hambatan untuk mencapai tujuan). Apabila teknik swot analisis tersebut diterapkan dalam kasus menentukan tujuan strategi manajemen pemasaran dapat diutarakan sebelum menentukan tujuan-tujuan pemasaran yang ingin dicapai hendaknya perusahaan menganalisis :
7 Universitas Sumatera Utara
kekuatan dan kelemahan, peluang bisnis yang ada, berbagai macam hambatan yang mungkin timbul. Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Thearts yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang dan Ancaman dan faktor internal Kekuatan dan Kelemahan. Sedangkan Kotler (2008) mengemukakan bahwa analisis SWOT adalah evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disebut analisis SWOT. Teknik analisis SWOT yang digunakan adalah sebagai berikut : 6.1.2. Analisis Internal 1) Analisis Kekuatan (Strenght) Setiap
perusahaan
perlu
menilai
kekuatan
dan
kelemahannya
dibandingkan para pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor
seperti
teknologi,
sumber
daya
finansial,
kemampuan
kemanufakturan, kekuatan pemasaran, dan basis pelanggan yang dimiliki. Strenght (kekuatan) adalah keahlian dan kelebihan yang dimiliki oleh perusahaan pesaing. 2) Analisis Kelemahan (Weaknesses) Merupakan keadaan perusahaan dalam menghadapi pesaing mempunyai keterbatasan dan kekurangan serta kemampuan menguasai pasar, sumber daya serta keahlian. Jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam
8 Universitas Sumatera Utara
tubuh suatu satuan bisnis, yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau kurang diminta oleh para pengguna atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang kurang memadai. 6.1.3. Analisis Eksternal 1) Analisis Peluang (Opportunity) Setiap perusahaan memiliki sumber daya yang membedakan dirinya dari perusahaan lain. Peluang dan terobosan atau keunggulan bersaing tertentu dan beberapa peluang membutuhkan sejumlah besar modal untuk dapat dimanfaatkan. Dipihak lain, perusahaan-perusahaan baru bemunculan. Peluang pemasaran adalah suatu daerah kebutuhan pembeli di mana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan. 2) Analisis Ancaman (Threats) Ancaman adalah tantangan yang diperlihatkan atau diragukan oleh suatu kecenderungan atau suatu perkembangan yang tidak menguntungkan dalam lingkungan yang akan menyebabkan kemerosotan kedudukan perusahaan. Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis.
9 Universitas Sumatera Utara
Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun di masa depan. Dengan melakukan kedua analisis tersebut maka perusahaan dikenal dengan melakukan analisis SWOT. Diagram dari analisis SWOT dikemukakan oleh Rangkuti (2008) dapat dilihat pada Gambar 1. Berbagai Peluang 3. Mendukung strategi turn around
1. Mendukung strategi agresif
Kelemahan internal
3. Kekuatan eksternal
4. Mendukung strategi defensif
2. Mendukung strategi diversifikasi
Berbagai Ancaman Sumber : Rangkuti (2008)
Gambar 1. Diagram Analisis SWOT
Kuadran I :
Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif Growth oriented strategy)
Kuadran II :
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
10 Universitas Sumatera Utara
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar) Kuadran III :
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/ kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran ke III ini mirip dengan question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Misalnya, Apple menggunakan strategi peninjauan kembali teknologi yang dipergunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam industri micro computer
Kuadran IV :
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut
menghadapi
berbagai
ancaman
dan
kelemahan internal.
2.2. Teori Tentang Pemasaran dan Bauran Pemasaran 2.2.1. Pengertian dan Konsep Pemasaran Pemasaran dalam suatu perusahaan merupakan salah satu faktor penting yang
harus
diperhatikan
dan
dilaksanakan
oleh
perusahaan
karena
dengan pemasaran perusahaan dapat mengukur berhasil atau tidaknya dalam menjalankan usahanya dan dapat mengukur persaingan yang ada di pasar sehingga
bisa menentukan langkah yang harus diambil demi suksesnya
perusahaan tersebut. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler (2000) bahwa
11 Universitas Sumatera Utara
pemasaran
adalah
proses
perencanaan
dan
pelaksanaan
pemikiran,
penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individu dan organisasi. Selanjutnya Kotler (2000) menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok
mendapatkan
apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
2.2.2. Segmentasi, Targetting dan Positioning Pasar terdiri dari nasabah yang pada umumnya memiliki perbedaan keinginan, sumber daya, lokasi, perilaku maupun cara pembelian. Pasar yang heterogen akan menimbulkan kesulitan bagi perusahaan sebagai produsen dalam melayani dan memuaskan seluruh pasar. Untuk memenuhi keinginan pasar yang heterogen tersebut, perlu diberikan pelayanan yang sesuai kemampuan perusahaan dan diarahkan pada pasar sasaran yang dituju. Oleh karena itu, perusahaan mengelompokkan nasabah yang mempunyai sifat sejenis. Adapun pengertian segmentsi pasar itu sendiri menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : Menurut Bearden dalam Mangkunegara (2002)
“market segmentation
divides a market into subsets of customers who behave in the same way, have similar needs, or have similar characteristics that relate to purchase behaviour.” Sedangkan Kotler (2000) mengatakan “market segmentation is the process by which a market devided into distinct customer subsets of people with similar
12 Universitas Sumatera Utara
needs and characteristic that lead them to respon in similar ways to a particular product or service offering and strategics marketing program.” Kotler (2000) menyatakan bahwa “Target pasar adalah menyeleksi segmen-segmen dengan mempertimbangkan kombinasi faktor-faktor termasuk di dalamnya yaitu volume penjualan dan laba dari segmen yang potensial, serta persaingan penjualan pada segmen tersebut”. Sedangkan menurut Keegan dalam Suryani dkk (2001), “Target pasar adalah keinginan mengevaluasi dan membandingkan kelompok-kelompok yang telah diidentifikasi kemudian menyeleksi satu atau lebih dari berbagai segmen yang mempunyai prospek dan potensi tinggi.” Banyak definisi positioning diberikan oleh pakar pemasaran dengan versi dan model mereka masing-masing. Menurut Al Ries dan Jack Trout dalam Kotler dan Armstrong (2001), menyatakan bahwa “Positioning adalah menempatkan produk dan merek perusahaan di benak konsumen”. Kotler (2000) menyatakan bahwa positioning adalah “segala upaya untuk mendesain produk dan merek kita agar dapat menempati posisi yang unik di benak konsumen”. Hasil akhir positioning adalah terciptanya proposisi nilai yang pas, yang menjadi alasan bagi nasabah untuk membeli. Menurut Kertajaya (2005), mendefinisikan positioning sebagai “the strategy for leading your customer credibly”. Bahwa positioning sangat berkaitan dengan bagaimana produk dan merek perusahaan membangun kepercayaan, keyakinan kepada konsumen.
13 Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Para pemasar menggunakan
sejumlah
alat
untuk mendapatkan
tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran. Alat-alat itu membentuk suatu
bauran pemasaran.
Kotler
(2002)
menyatakan
bahwa
bauran
pemasaran adalah “seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus- menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran.”. Alat-alat dalam bauran pemasaran p r o d u k tersebut diklasifikasikan dalam 4 (empat) kelompok yang luas yang 4P dalam pemasaran yaitu : Produk (product), Harga (price), Tempat (place) atau distribusi, Promosi (promotion). a. Produk (Product) Menurut Tjiptono (1999) bahwa produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan tersebut meliputi barang fisik, jasa, orang atau pribadi, tempat, organisasi, dan ide. Kotler
(2000) menyatakan bahwa produk dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga kelompok menurut daya tahan dan wujudnya, yaitu sebagai berikut : 1. Barang yang tidak tahan lama (non durable goods) barang yang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. 2. Barang tahan lama (durable goods) barang tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya dapat digunakan berkali-kali. 3. Jasa (services) jasa bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan mudah habis. Akibatnya, jasa biasanya memerlukan lebih banyak
14 Universitas Sumatera Utara
pengendalian mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian. b. Harga (Price) Supaya dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat. Menurut Kotler (2000) b a h w a harga merupakan “jumlah yang harus konsumen bayarkan untuk mendapatkan produk tersebut”. Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lain) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan. Hal ini terlihat jelas pada persamaan berikut : Laba = Pendapatan Total – Biaya Total (Harga per Unit x Kuantitas yang terjual) – Biaya Total Tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas yang terjual. Selain itu secara tidak langsung harga juga mempengaruhi biaya, karena kuantitas yang terjual berpengaruh pada biaya
yang ditimbulkan dalam kaitannya
dengan efisiensi produksi. Oleh karena itu penetapan harga
mempengaruhi
pendapatan total dan biaya total, maka keputusan dan strategi penetapan harga memegang peranan penting dalam setiap perusahaan. Sedangkan dari sudut pandang konsumen, harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Menurut
Tjiptono (1999) bahwa nilai
dapat dinyatakan sebagai rasio antara manfaat yang dirasakan terhadap harga yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
15 Universitas Sumatera Utara
Manfaat yang dirasakan Nilai
= Harga
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, jika manfaat yang dirasakan konsumen meningkat maka nilainya akan meningkat pula, jika manfaat yang dirasakan konsumen menurun maka nilainya akan menurun pula. Menurut Tjiptono (1999) bahwa pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu : 1. Tujuan berorientasi pada laba 2. Tujuan berorientasi pada volume 3. Tujuan berorientasi pada citra perusahaan 4. Tujuan stabilisasi harga Selain itu menurut Tjiptono (1999) b a h w a harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi. 1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Pembeli dapat membandingkan harga dari berbagai macam alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki. 2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam „mendidik‟ konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. 16 Universitas Sumatera Utara
c. Promosi (Promotion) Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya. promosi adalah suatu bentuk
komunikasi
pemasaran.
Pada hakekatnya Menurut
Tjiptono
(1999) bahwa dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Menurut McCarthy dalam Kotler (2000) bahwa bauran promosi terdiri dari Promosi Penjualan, Periklanan, Tenaga Penjualan, Humas/Public Relation, dan Pemasaran Langsung, selanjutnya m e n u r u t
Swastha dan Handoko
d a l a m S u p r a n t o (2001) b a h w a bagian yang tajam dari instrumen pemasaran adalah pesan (Message) yang harus dikomunikasikan kepada calon pembeli melalui berbagai unsur yang terdapat dalam program promosi.. Bauran promosi berhubungan erat dengan komunikasi, di mana dalam promosi komunikasi berperan sebagai pemberi informasi dan membuat
konsumen
potensial menyadari atas keberadaan suatu produk, membujuk konsumen potensial agar berhasrat untuk masuk ke dalam hubungan pertukaran, menjadi pengingat pada produk, membedakan suatu produk dengan produk dari perusahaan lain.
17 Universitas Sumatera Utara
d. Tempat atau Saluran Distribusi (Place) Menurut Kotler (2000) b a h w a variabel tempat atau distribusi adalah berbagai
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
untuk
menjadikan
produk dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen di pasar sasaran. Sedangkan menurut Tjiptono (1999) bahwa distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaanya sesuai dengan yang diperlukan dan dapat disimpulkan bahwa proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu : a. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan. b. Memperlancar arus saluran pemasaran secara fisik dan non fisik.
2.3. Teori Tentang Pemasaran Jasa Biasanya setiap perkembangan bisnis jasa , didorong oleh perkembangan faktor-faktor tertentu atau karena perkembangan sektor jasa yang lain. Berikut ini beberapa faktor yang sering menjadi penentu berkembangnya sektor jasa tertentu. a. Waktu santai yang semakin banyak, atau waktu liburan sekolah dapat memunculkan banyak jenis jasa baru. Misalnya bisnis perjalanan wisata, pusat hiburan dan rekreasi, kursus dan pelatihan singkat, jasa TV kabel, Rumah produksi Sinetron, tempat peristirahatan, karaoke, dan lain lain. b. Persentase wanita yg memasuki angkatan kerja semakin besar, dapat memunculkan jenis jasa baru. Misalnya jasa penitipan anak, baby sitter, binatu, restoran siap santap.
18 Universitas Sumatera Utara
c. Tingkat harapan hidup semakin meningkat, dapat memunculkan jenis jasa baru. Misalnya jasa perawatan kesehatan dan konsultasi kesehatan. d. Produk yang dibutuhkan dan dihasilkan semakin
komplek, dapat
memunculkan jenis jasa baru. Misalnya Jasa instalasi, pelatihan, konsultasi, reparasi. e. Adanya peningkatan kompleksitas kehidupan, dapat memunculkan jenis jasa baru. Misalnya jasa pengacara, psikolog, ahli gizi, dokter pribadi, pelatih kebugaran, penasehat finansial. 2.3.1. Karakteristik dan Klasifikasi Jasa 2.3.1.1. Karakteristik Jasa Jasa memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dari barang, dan berdampak pada cara memasarkannya. Karakteristik tersebut meliputi : a. Intangibiliity Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu obyek, alat atau benda maka jasa adalah suatu
perbuatan, pengalaman, proses, kinerja
(performance). Oleh karena itu jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar,
atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Implikasi bagi
konsumen, ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi, dan merasakan resiko yang lebih besar dalam keputusan pembeliannya, karena : Terbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yg bisa dievaluasi sebelum pembelian dilakukan. Untnk barang, konsumen dapat menilai bentuknya, warna, modelnya sebelum membelinya. Namun untuk jasa, kualitas apa dan bagaimana yang akan diterima konsumen, umumnya tidak diketahui sebelum jasa tersebut dikonsumsi.
19 Universitas Sumatera Utara
Jasa biasanya mengandung unsur experience quality, adalah karakteristik yang dapat dinilai setelah pembelian, seperti kualitas, efisiensi dan kesopanan. Dan credence quality, adalah karakteristik yang sulit dinilai, bahkan setelah pembelian dilakukan. Misal, seseorang sulit menilai peningkatan kemampuan bahasa inggrisnya setelah mengikuti kursus pada periode tertentu. Intangibiliity/intangibilitas jasa: Adanya karakteristik Intangibiliity /intangibilitas pada jasa ini menyebabkan konsumen : Sulit mengevaluasi berbagai alternatif penawaran jasa Mempersepsikan tingkat resiko yang tinggi Menekankan pentingnya sumber informasi informal Menggunakan harga sebagai dasar penilaian kualitas. Melihat beberapa kesulitan yang akan dihadapi konsumen tersebut, manajemen perlu segera merespon dengan beberapa kebijakan seperti : Mereduksi kompleksitas jasa Kesulitan dalam memajang jasa dan mendiverensiasikan jasa inovasi jasa sukar dipatenkan Penekanan petunjuk fisik (tangible cues) Memfasilitasi rekomendasi dari mulut ke mulut Fokus pada kualitas jasa
20 Universitas Sumatera Utara
b. Inseparability Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa dijual lebih dulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. implikasi : Interaksi antara produsen dan konsumen merupakan faktor penting yang menentukan kepuasan konsumen Karena waktu terjadi proses produksi ada konsumen lain yang berada disitu, maka perilaku mereka akan mempengaruhi terhadap jasa yang diberikan. Perkembangan atau pertumbuhan jasa sulit diwujudkan Implikasi bagi penyedia jasa : Melatih agar staf dapat berinteraksi secara efektif Mencegah agar konsumen tidak mengganggu konsumen lain, misal antara perokok dengan yang tidak perokok Pertumbuhan dapat difasilitasi dengan pelatihan, fasilitas yg bisa melayani pelanggan yg lebih besar, bekerja lebih cepat c. Variability/heterogeneity Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non standardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut diproduksi. Variabilitas kualitas jasa tergantung : Kerjasama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa Moral/motivasi karyawan dalam melayani pelanggan
21 Universitas Sumatera Utara
Beban kerja perusahaan Pengurangan dampak variabilitas kualitas jasa melalui strategi : Berinvestasi dalam seleksi, motivasi, dan pelatihan karyawan agar karyawan mematuhi prosedur standar dan menangani permintaan yang unpredictable Melakukan service customization, artinya meningkatkan interaksi antara penyedia jasa dengan pelanggan sehingga jasa yang diberikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. d. Perishability Perishability berarti jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Bila permintaan bersifat konstan, kondisi tersebut tidak menyebabkan masalah. Namun kenyataanya permintaan terhadap jasa sangat fluktuasi. Kegagalan melayani pada permintaan puncak, akan menyebabkan ketidakpuasan pelanggan. Dalam manajemen permintaan alternatif yang bisa digunakan : Mengurangi permintaan pada periode permintaan puncak, dengan menerapkan differential pricing. Meningkatkan permintaan pada periode permintaan sepi, dengan cara menurunkan harga Menerapkan system antrian, sehingga pelanggan harus menunggu untuk dilayani e. Lack of ownership Pada pembelian barang konsumen memiliki hak penuh atas produk yang dibelinya. Pada pembelian jasa, pelanggan hanya memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu tertentu.
22 Universitas Sumatera Utara
2.3.1.2. Klasifikasi Jasa Jasa atas Dasar Segmen Pasar 1. Jasa yang ditujukan pada konsumen akhir Misal : taksi, asuransi jiwa, pendidikan, salon kecantikan, 2. Jasa yang ditujukan pada konsumen organisasional Misal : biro periklanan, jasa akuntansi dan perpajakan, konsultasi manajemen
Jasa atas Dasar Ketrampilan Penyedia Jasa 1. Professional Service Untuk bisa menyediakan jasa ini seseorang harus melalui pendidikan formal pada jenjang tartertu. Misal : konsultan manajemen, konsultan hukum, konsultan perpajakan, konsultan sistem informasi, pelayanan dan perawatan kesehatan, jasa arsitektur 2. Non-professional Service Untuk bisa menyediakan jasa ini seseorang tidak perlu melalui pendidikan formal tertentu. Misal : jasa sopir taksi, tukang parkir, pengantar surat, penjaga malam, keamanan, tukang ojek
Jasa Atas Dasar Tingkat Kontak Penyedia Jasa dengan Pelanggan 1. High Contact Service Yaitu jasa yang dikonsumsi dengan frekuensi yang tinggi atau memerlukan waktu yang lama untuk dapat menyelesaikan suatu jasa tertentu. Misal : universitas, bank, dokter
23 Universitas Sumatera Utara
2. Low Contact Service Yaitu jasa yang dikonsumsi dengan frekuensi yang rendah atau jasa ini jarang sekali digunakan. Misal : bioskop, jasa pos Jasa atas dasar Tingkat Keberwujudan 1. Rented goods service Konsumen menyewa dan menggunakan disepakati
selama
jangka
waktu
tertentu.
produk berdasar tarif yang Konsumen
hanya
dapat
menggunakan produk tersebut, karena pemilikannya tetap ada pada perusahaan yang menyewakan produk tersebut. Misal rental mobil, persewaan VCD/DVD, persewaan apartemen 2. Owned goods service Produknya konsumen direparasi, ditingkatkan kinerjanya dan dirawat oleh perusahaan jasa. Jenis jasa ini juga menyangkut perubahan bentuk pada produk yang dimiliki konsumen. Misal jasa reparasi, jasa pencucian mobil, perawatan taman,
pencucian pakaian
3. Non goods service Jasa personal bersifat intangible (tidak berbentuk produk fisik/tidak dapat diraba). Misal supir, dosen, tutor, baby sitter, pemandu wisata, penerjemah, ahli kecantikan Jasa atas dasar Sifat Tindakan Jasa 1.
Tangible action Jasa ini ditujukan kepada sasaran yang dapat dilihat atau diraba (tangible), seperti ditujukan kepada tubuh manusia dan ditujukan pada benda.
24 Universitas Sumatera Utara
a. Jasa ditujukan pada tubuh manusia o Perawatan kesehatan o Transportasi penumpang o Salon kecantikan o Klinik kebugaran o Jasa potong rambut b. Jasa ditujukan pada benda o Angkutan barang o perbaikan peralatan industri o jasa penjagaan o binatu o perawatan taman 2. Intangible action a. Jasa ditujukan pada pikiran manusia o pendidikan o penyiaran o jasa informasi o bioskop o siaran televisi o museum b. Jasa ditujukan pada aset terdidik berwujud o perbankan o jasa bantuan hukum o akuntansi
25 Universitas Sumatera Utara
o keamanan o asuransi
Jasa atas dasar Tujuan Organisasi Berdasarkan tujuan organisasi jasa dapat diklasifikasikan menjadi commercial service dan non profit cervice 1. Commercial service Yang termasuk jasa ini misalnya : a.Perumahan atau penginapan, meliputi penyewaan apartemen, hotel, motel, vila, losmen, cottage dan rumah b. Operasi rumah tangga, meliputi utilitas, perbaikan rumah, reparasi peralatan rumah, pertamanan, cleanning service c. Rekreasi dan hiburan d. Personal care seperti laundry, perawatan kecantikan e. Perawatan kesehatan, meliputi segala macam jasa medis dan kesehatan f. Pendidikan swasta g. Asuransi, perbankan dan lembaga finansial lainnya h. Transportasi, meliputi jasa angkutan orang dan angkutan barang i. Komunikasi j. Bisnis dan jasa profesional lainnya 2. Non profit cervice Adalah semua usaha jasa yang tujuan utamanya bukan mencari keuntungan, tapi untuk tujuan-tujuan tertentu seperti misi keagamaan, misi sosial.
26 Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Bauran Pemasaran Jasa Bank Rakyat Indonesia sebagai salah satu bank milik pemerintah yang sangat memperhatikan kepentingan dan kepercayaan konsumennya, melaksanakan program peningkatan bauran pemasaran jasa keuangan dengan tujuan akhir untuk menciptakan kepuasan konsumen. Konsep bauran pemasaran jasa pada hakekatnya sama dengan konsep bauran pemasaran barang. Dimana dalam kedua hal tersebut, pemasar harus mampu memilih dan menganalisis pasar sasarannya. Sehingga perumusan bauran pemasaran jasa yang dilakukan oleh perusahaan benar-benar mengacu kepada pasar sasaran. Dalam bauran pemasaran jasa penggunaan 4P (Product, Price, Place dan Promotion) kurang memadai, karena karakteristik jasa memiliki unsurunsur: intangibility (tidak berwujud), inseparability (tidak dapat dipisahkan), variability (beraneka ragam), perishability (mudah lenyap). Perlu dikemukakan bahwa "bauran pemasaran jasa adalah alat-alat pemasaran yang terdiri dari tujuh elemen yaitu product (service), price, place, promotion, people, physical evidence, dan process yang semua variabelvaribelnya dapat dikendalikan dan dimanipulasi oleh suatu organisasi untuk mencapai keunggulan bersaing (competitive advantage). Organisasi yang bergerak dibidang jasa (service) menggunakan bauran pemasaran jasa ini untuk membantu strategi mereka dalam mencapai nilai jasa/ konsumen yang tinggi menurut konsumen (customer value) yang akhirnya menentukan posisi persaingan (competitive position) pada pasar sasarannya." (Haksever, 2000).
27 Universitas Sumatera Utara
Adapun ketujuh unsur bauran pemasaran jasa tersebut dibagi atas bauran pemasaran konvensional dan non konvensional. Bauran pemasaran konvensional terdiri dari : a. Produk (Product); merupakan barang fisik, jasa ataupun kombinasi keduanya, yang ditawarkan kepada pasar sasaran. Produk merupakan elemen marketing mix yang pertama yang perlu kita ketahui, untuk dapat menyusun bauran pemasaran selanjutnya yang sesuai dengan jenis produk tersebut. b. Harga/tarif (Price); pelanggan
untuk
merupakan sejumlah uang yang harus dikeluarkan memperoleh
produk
hasil
perusahaan.
Dalam
mempertimbangkan harga harus diperhatikan tingkat permintaan produk, perkiraan biaya produksi, harga produk pesaing, situasi dan kondisi persaingan serta pasar sasaran. c. Tempat (Place); merupakan perencanaaan dan pelaksanaan program penyaluran produk melalui lokasi pelayanan yang tepat, sehingga produk berada pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat dengan jumlah yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Untuk produk industri manufaktur place diartikan sebagai saluran distribusi. Sedangkan untuk produk industri jasa place diartikan sebagai tempat pelayanan jasa/Lokasi pelayanan jasa yang digunakan dalam memasok jasa kepada pelanggan yang dituju merupakan keputusan kunci. Keputusan mengenai lokasi pelayanan yang akan digunakan melibatkan pertimbangan bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan berlangsung. d. Promosi (Promotion); merupakan kombinasi dari variabel-variabel periklanan, penjualan tatap muka, promosi penjualan, dan publisitas yang dilakukan
28 Universitas Sumatera Utara
perusahaan dalam upaya menginformasikan produk kepada para pelanggan (konsumen), sehingga para pelanggan (konsumen) termotivasi/terdorong untuk melakukan pembelian. Sedangkan bauran pemasaran non konvensional terdiri dari : a. Orang
(People);
adalah orang-orang
yang terlibat
langsung dalam
menjalankan segala aktifitas perusahaan, dan merupakan faktor yang memegang peranan penting bagi semua organisasi. Dalam perusahaan jasa unsur people ini bukan hanya memainkan peranan penting dalam bidang produksi atau operasional saja, tetapi juga dalam melakukan hubungan kontak langsung dengan konsumen. Perilaku orang-orang yang terlibat langsung ini sangat penting dalam mempengaruhi mutu jasa yang ditawarkan dan image perusahaan jasa yang bersangkutan. b. Sarana Fisik (Physical Evidence); merupakan suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan konsumen, untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan. Unsur-unsur yang termasuk di dalam physical evidence antara lain lingkungan phisik, dalam hal ini bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, penampilan karyawan dan lain sebagainya. Selain itu atmosfir dari perusahaan yang menunjang seperti visual, aroma, suara, tata ruang, dll. c. Proses (Process); mempunyai arti suatu upaya perusahaan, dalam menjalankan dan melaksanakan aktifitasnya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya. Untuk perusahaan jasa kerjasama antara marketing dan operasional sangat penting dalam elemen process ini, terutama dalam melayani segala kebutuhan dan keinginan pelanggan (konsumen) secara cepat dan tepat.
29 Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi Lovelock dan Wright (1999) mengelompokan jasa keuangan termasuk bank merupakan proses jasa yang berbasis orang (people processing) dan ditunjang oleh prasarana fisik (physical evidance), serta proses pelayanan (service process) yang umumnya disebut bauran pemasaran non convensional (non convensional marketing mix-3P). Karena itu bauran pemasaran untuk jasa keuangan yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Lovelock dan Wright, yaitu bauran pemasaran non convensional (people, physical evidance, dan process). Melalui perumusan bauran pemasaran non convensional yang berorientasi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen maka diharapkan akan mampu meningkatkan kepuasan konsumennya. Pada dasarnya Kepuasan konsumen merupakan fungsi kedekatan antara harapan konsumen (Consumer Expectation) dengan bauaran pemasaran non convensional konsumen (Perceived Performance) (2000 : 197).
yang dirasakan
seperti yang dikemukakan oleh Kotler
Hal ini dapat dijelaskan : bahwa kepuasan para konsumen (S)
merupakan fungsi dari kedekatan antara harapan para konsumen ( E ) dengan prestasi bauran pemasaran non konvensional yang dirasakan oleh para konsumen (P), seperti diformulasikan sebagai berikut : S = f ( E, P ) Apabila penanganan bauran pemasaran non konvensional pada bank tersebut dapat memenuhi harapan para pelanggan (nasabah), maka mereka akan merasa puas dan jika penanganan bauran pemasaran non konvensional berada di bawah tingkat yang diharapkan maka pelanggan (nasabah) akan merasa kurang puas.
30 Universitas Sumatera Utara
Melalui perumusan bauran pemasaran non convensional yang berorientasi kepada kebutuhan dan keinginan para pelanggan (nasabah) maka diharapkan akan mampu meningkatkan kepuasan konsumen tersebut di masa yang akan datang. Lovelock (1999) menyatakan bahwa “ customer satisfaction is a short term emotional reaction to a specific service performance”. Kepuasan konsumen merupakan luapan emosi jangka pendek dari konsumen dalam merespon kinerja jasa yang diberikan oleh penyedia jasa secara spesifik. Secara spesifik di sini dapat digaris bawahi, yaitu kinerja bauran pemasaran non convensional nya, sehingga semakin sesuai kinerja bauran pemasaran non convensional dengan harapan konsumen, maka konsumen akan merasakan kepuasan atas jasa yang diberikan. Sedangkan Heskett at.al dalam Supranto (2001) menyatakan terdapat hubungan antara kepuasan dengan nilai jasa (customer satisfaction linked to service value), semakin sesuai nilai jasa yang diharapkan konumen dengan nilai jasa yang dirasakan konsumen, maka konsumen semakin puas, sedangkan sesuai atau tidaknya nilai jasa dengan harapan konsumen tergantung pada pelaksanaan program bauran pemasaran non convensional bagi perusahaan jasa yang berorientasi pada kebutuhan dan keinginan pelanggan.
31 Universitas Sumatera Utara