BAB II KELOMPOK KERJA GURU (KKG) PAI DAN KREATIVITAS MENGAJAR GURU PAI
A. Kelompok Kerja Guru (KKG) PAI 1. Pengertian, Latar Belakang berdirinya KKG, dan Dasar Pelaksanaan KKG Dalam proses belajar mengajar, guru dituntut untuk menjadi guru yang kreatif. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menciptakan guru yang kreatif dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah adalah pembentukan Kelompok Kerja Guru. Menurut Dirjen Dikdasmen, Kelompok Kerja Guru adalah kelompok
kerja
yang
berorientasi
kepada
peningkatan
kualitas
pengetahuan, penguasaan materi, teknik mengajar, interaksi guru murid, metode mengajar, dan lain-lain yang berfokus pada penciptaan kegiatan belajar mengajar yang aktif.1 Menurut Sudaryo, Kelompok Kerja Guru adalah wadah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta untuk membina hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional antar sesama guru PAI yang bertugas pada Sekolah Dasar dan tergabung dalam Organisasi Gugus Sekolah dengan memanfaatkan potensi atau kemampuan yang ada
1
Surat Edaran bersama Dirjen Dikdasmen Dekdikbud dan Dirjen Binbage Islam Depag RI Nomer 2712 / C / U / 1994 dan Nomer E / HM . 01 / ED /40 / 1994 tangal 09 mei 1994 tentang Pedoman Pelaksanaan KKG – PAI pada Sekolah Dasar, hal. 1
20
21
pada masing-masing Guru sehingga mereka dapat melaksanakan tugas, fungsi dan perananya secara maksimal.2 Kesimpulan dari pengertian tersebut bahwa Kelompok Kerja Guru adalah ajang perkumpulan guru-guru PAI untuk membahas masalahmasalh yang dihadapi guru PAI dalam proses belajar mengajar serta untuk meningkatkan kualitas guru dalam mengajar. Adapun yang melatarbelakangi berdirinya Kelompok Kerja Guru (KKG) adalah sebagai berikut : a.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa Guru Pendidikan Agama Islam kualifikasi keguruannya beraneka ragam sehingga penampilannya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sangat bervariasi.
b.
Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman modern dan industrialis yang pesat membawa tantangan tersendiri terhadap kehidupan beragam dan menuntut Guru Pendidikan Agama Islam untuk mampu berperan menampilan nilainilai agama yang dinamis dan mendorong serta mengarahkan kemajuan-kemajuan itu.
c.
Pengaturan bagi angka kredit jabatan fungsional Guru Pendidikan Agama Islam untuk lebih meningkatkan profesionalitas berkarya dan berprestasi di dalam melaksanakan tugas sehari-hari di sekolah.
2
Sudaryo, Gugus Sekolah Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan SD, majalah KRIDA Edisi No. 217 tahun XXI Juli 1995, hal. 9.
22
d.
Kenyataan bahwa hasil-hasil Penataran Guru Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan selama ini perlu ditunjang oleh kegiatan yang dilaksanakan dalam kerja Guru Pendidikan Agama Islam terutama hal Kegiatan Belajar Mengajar atau pengelolaan kelas.
e.
Keadaan geografis indonesia jumlah sekolah dan guru pendidikan agama Islam yang besar menuntut sistem komunikasi dan pembinaan sosial guru pendidikan agama islam yang lebih efektif dan efesien.3 Yang menjadi dasar dari pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG )
adalah : a.
Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1993 tentang GBHN
b.
Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional Pasal 31 ayat 4 yang berbunyi : “Setia tenaga kependidikan berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa”
c.
Peraturan pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan pasal 5 ayat1 yang berbunyi: “Tenaga Kependidikan pada pendidikan pra sekolah, jenjang pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah wajib memiliki kemampuan mengajar yang dinyatakan dengan ijazah yang diperoleh dari Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan”
d.
Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 84 Tahun 1993 tanggal 24 Desember 1993 tentang Jabatan Fungsional Gurudan Angka Krediitnya.
3
Surat Edaran Bersama Dirjen Dikdasmes Depdikbud, op. cit, hal. 2
23
e.
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Menteri Agama RI Nomor 0198 / U / 1985 dan Nomor 38 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama di Sekolah/kursus di lingkungan Pembinaan Dirjen Dikdasmen Depdikbud bab IV Pasal 8 yang berbunyi : Pembinaan dan Pengawasan Materi Pendidikan Agama dilakukan oleh Departemen Agama atau Instansi Agama yang bersangkutan. Pembinaan, Pengawasan dan Penialaian teknis edukatif tenaga kependidikan dilakukan oleh Departemen Agama bekerjasama dengan Departemen Pendidikan Kebudayaan.
f.
Surat Edaran Dirjen Binbage Islam Nomor E II/1/PP.00.11/Az/Ed/ 1461/1993
Tentang
Pedoman
Kebijakan
Teknis
Pembinaan
Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum. g.
Surat Edaran Bersama Dirjen Dikdasmen Debdikbud dan Dirjen Binbage Islam Depag RI Nomor 2712/C/U/1994 dan Nomor E/ HM.01/ED/40/1994 Tanggal 09 Mei 1994 Tentang Pedoman Pelaksanaan KKG PAI pada Sekolah Dasar.
2.
Fungsi dan Tujuan Kelompok Kerja Guru (KKG) Kelompok Kerja Guru merupakan kegiatan yang terencana dengan fungsi dan tujuan yang cukup jelas. Kelompok Kerja Guru (KKG) merupakan sebuah organisasi profesional yang mempunyai fungsi dan tujuan untuk meningkatkan kualitas kompetensi mengajar Guru PAI.
24
a.
Fungsi Kelompok Kerja Guru (KKG) Kelompok Kerja Guru (KKG) Pendidikan Agama Islam sebagai forum konsultasi antar sesama Guru Pendidikan Agama Islam untuk membahas setiap kemajuan dan mencari alternatif pemecahan permasalahan yang terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran di Sekolah Dasar.4
b.
Tujuan Kelompok Kerja Guru (KKG) adalah : 1) Sebagai wadah kerjasama dalam upaya peningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar. 2) Meningkatkan rasa kebersamaan dan tanggung jawab sebagai guru Pendidikan Agama Islam yang bertujuan menanamkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT. 3) Untuk menumbhkan dan meningkatkan semangat kompetetif di kalangan anggota gugus dalam rangka maju bersama untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar. 4) Sebagai
wadah
penyebaran
inovasi
khususnya
di
bidang
Pendidikan secara umum. 5) Menampung segala permasalahan yang dialami oleh Guru Pendidikan Agama Islam serta mencari cara penyelesaiannya sesuai dengan karakteristik pelajaran Pendidikan Agama Islam, Guru Pendidikan Agama Islam, Sekolah dan Lingkungan.
4
http://tomohonkota.go.id/web/index.php/berita/1-latest-news/1087-kegiatan-kelompokkerja-guru-kkg-sd
25
6) Membantu Guru Pendidikan Agama Islam dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam. 7) Meningkatkan kemampuan berkarya dan berprestasi dalam pelaksanaan angka kredit bagi jabatan fungsional Guru Pendidikan Agama Islam. 3.
Tugas dan Tanggung Jawab Kelompok Kerja Guru (KKG) Tugas dan Taggung Jawab secara umum adalah : a.
memberikan motivasi kepada Guru-guru Pendidikan Agama Islam agar mengikuti kegiatan yang diselenggarakan di Pusat Kegiatan Guru (KKG) atau tempat lain.
b.
Meningkatkan kreativitas dan pengetahuan Guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan potensi atau kemampuan yang ada pada masingmasing guru untuk membina sesamanya sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu Pendidikan Agama Islam.
c.
Menunjang pemenuhan kebutuhan Guru Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, khususnya yang menyangkut materi atau bahan pengajaran Pendidikan Agama Islam.
d.
Memberikan pelayanan konsultatif dalam mengatasi permasalahan Guru Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan belajara mengajar.
e.
Menyebarkan informasi tentang segala kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam.
26
f.
Merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan hasil kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) Pendidikan Agama Islam serta menetapkan tindak lanjut.5 Tugas dan Tanggung Jawab Kelompok Kerja Guru (KKG) di tingkat
Kecamatan Wonokerto adalah : 1. Mengkoordinasikan
Kegiatan
Kelompok
Kerja
Guru
(KKG)
Pendidikan Agama Islam (PAI) tingkat kecamatan. 2. Menyebarkan hasil penataran atau pelatihan kerja tingkat pusat maupun tingkat Kabupaten atau kodya ke tingkat sanggar. 3. Menampung saran-saran dan pendapat dari sanggar. 4. Melaporkan kepada kasi Pendidikan Agama Islam / Kasi Binbage Islam dengan tembusan kepada Kasi Pendidikan Dasar mengenai pelaksanaan program dan kegiatannya baik yang sudah dan yang sedang maupun yang akan dilaksanakan. 4.
Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) Bentuk Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) tingkat kecamatan terdiri dari: a.
Pertemuan rutin KKG KKG PAI Kecamatan Wonokerto mengadakan pertemuan rutin setia satu mingu sekali, yaitu hari Sabtu di SDN 01 Bebel Kecamatan Wonokerto. Kegiatan ini dilaksanakan dengan alokasi waktu 3 jam, yaitu dari pukul 10.30 s/d 12.30 WIB.
5
Surat Edaran Bersama Dirjen Dikdasmen Depdikbud, op. cit, hal. 4
27
b.
Mengadakan kegiatan lomba-lomba Kegiatan lomba-lomba yang diadakan oleh KKG PAI Kecamatan Wonokerto, biasanya diselenggarakan setiap akhir semester. Dan lomba-lomba yang diadakan seperti loba cerdas cermat, lomba pidato, kaligrafi arab, MTQ, dan lain-lain.
c.
Pembahasan tentang perangakat pembelajaran: Penjabaran dalam topik-topik program semester, Penyusunan rencana semester, Penyusunan rencana harian/satuan pelajaran.
d.
Pembahasan tentang alat dan media. Jenis-jenis alat dan media yang perlu dipakai dalam PAI, penyediaan alat dan media, cara penggunaan alat dan media PAI.
e.
Pembahasan tentang evaluasi PAI Sistem evaluasi, Teknik evaluasi, Cara menyusun soal.
B. Kreativitas Mengajar 1.
Pengertian,
Ciri-ciri
Guru
Kreatif,
dan
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhinya Kreativitas merupakan hal
yang sangat penting dalam
pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari
28
bahwa kreativitas merupakan sesuatu yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu.6 Menurut Pupuh Fathurrohman, kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Menurut Amabile yang dikutip dari bukunya Pupuh Fathurrohman mengartikan kreativitas sebagai produksi suatu respon atau karya yang baru dan sesuai dengan tugas yang dihadapi.7 Menurut Siswanto Masruri, Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir atau bertindak sesuatu yang sifatnya baru atau tidak biasa. Bisa seluruhnya baru atau hanya sebagian saja yang bersifat baru.8 Menurut Gibb yang dikutip dari bukunya E. Mulyasa menyimpulkan bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri dan pengawasan, yang tidak terlalu ketat. Tetapi nampaknya sulit untuk dilakukan namun paling tidak guru dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif.9 Menurut David Cambell, Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatanya baru, berguna, dan dapat dimengerti. Adapun penjelasannya sebagai berikut : 6
E. Mulyasa, menjadi guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 51 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2007), hal.138 8 Siswanto Masruri, Kualitas Pribadi dan Ketrampilan Supervisi, (Jakarta: Panji Mas, 2002), hal. 24 9 E. Mulyasa, Menjadi Guru yang Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 165 7
29
a. Baru: Inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan b. Berguna: lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik. c. Dapat dimengerti: hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat dilain waktu, peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tidak dapat diramalkan, tak dapat diulangi, mungkin baru dan berguna, tetapi lebih merupakan hasil keberuntungan.10 Jadi kreativitas dalam mengajar adalah proses atau efektivitas yang dikerjakan oleh seorang pendidik yang menghendaki untuk terjadinya suatu perubahan-perubahan dalam proses belajar mengajar sehingga
mudah
diterima
oleh
peserta
didik
dan
membantu
meningkatkan kecerdasan kognitif siswa. Menurut Guilford, yang dikutip dalam bukunya Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutikno, Untuk dapat mengidentifikasi karakter guru yang kreatif atau tidak maka ada beberapa ada beberapa ciri yang dapat dijadikan indikator yaitu sebagai berikut: 1. Kelancaran berfikir yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berfikir yang ditekankan adalah kuantitas, bukan kualitas. 10
David Cambell, Developing Creativity, Mengembangkan Kreativitas, (Terj) Maman Achdist, (Yogyakarta : Kanisius, 1986), hal. 11
30
2. Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk memproduksikan sejumlah ide, jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda dan mampu menggunakan bemacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. 3. Elaborasi, yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. 4. Keaslian, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang unusual, atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli. 5. Respek, rasa hormat yang senantiasa ditumbuhkan di depan anak didik akan dapat memicu dan memacu mereka untuk lebih cepat tidak sekedar memahami pelajaran, namun juga pemahaman yang menyeluruh tentang berbagai hal yang dipelajarinya. 6. Cekatan, anak-anak berkarakter dinamis, aktif, eksploratif, dan penuh inisiatif. 7. Inspiratif, meskipun ada panduan kurikulum yang mengharuskan semua peserta didik mengikutinya, guru harus menemukan banyak ide dari hal-hal baru yang positif di luar kurikulum.11 Kemudian menurut San (dalam Riyanto, 2002) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:
11
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, op. cit, hal. 138-139
31
a.
Hasrat keingintahuan yang cukup besar.
b.
Bersikap terbuka terhadap pengalam baru.
c.
Panjang atau banyak akal
d.
Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti.
e.
Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan
f.
Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
g.
Berpikir fleksibel.
h.
Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak
i.
Kemampuan membuat analisis dan sintesis
j.
Memiliki semangat bertanya serta meneliti
k.
Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.
l.
Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.12 Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas guru dalam
mengajar, yaitu sebagai berikut : 1.
Penguasaan Materi Penguasaan materi bagi guru merupakan hal yang sangat menentukan, khususnya dalam proses belajar mengajar yang melibatkan guru mata pelajaran. Pengembangan kualitas guru perlu suatu proses yang komplek dan melibatkan bebagai faktor yang terkait. Oleh karena itu dalam proses pelaksanaannya tidak hanya menuntut ketrampilan teknis dari para ahli terhadap pengembangan
12
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana 2010), hal. 226
32
kompetensi guru, tetapi harus pula dipahami berbagai faktor yang mempengaruhinya.13 Jadi untuk menjadi guru yang kreatif dan profesional dituntut
untuk
benar-benar
menguasai
materi
yang
akan
disampaikan kepada peserta didik. 2.
Penggunaan Metode yang Efektif Guru harus menggunakan metode mengajar yang menarik dan
menghindari
penggunaan
metode
mengajar
yang
membosankan karena dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua peserta didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap peserta didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.14 3.
Pemanfaatan Media Mamfaat penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, terutama untuk tingkat SD. Sebab pada masa ini siswa masih berfikir konkret, belum mampu berfikir abstrak. Kehadiran media membantu mereka dalam memahami
13
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional,op.cit., hal. 4 Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Jain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2006), hal. 77 14
33
konsep tertentu, yang tidak mampu dijelaskan dengan bahasa, ketidakmampuan guru menjelaskan sesuatu bahan itulah dapat diwakili oleh peranan media. 4.
Variasi dalam mengajar Bila
guru
dalam
proses
belajar
mengajar
tidak
menggunakan variasi maka akan membosankan siswa sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswa. Ketrampilan dalam proses belajar mengajar meliputi 3 aspek, yaitu: variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi guru dan siswa.15 2. Metode dan Strategi Pembelajaran a. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan pengajar
atau
pengalaman
instruktur
baru,
untuk
menggali
menyajikan pengalaman
informasi peserta
atau
belajar,
menampilkan untuk kerja peserta belajar dan lain-lain.16 Menurut Thoifuri yang dikutip dalam bukunya Zaenal Mustakim, mendefinisikan metode pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru alam menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara
15
Syaiful Bahri Djamarah, op,.cit, hal. 160 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 65 16
34
tepat berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil ang maksimal.17 Menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Metode Pembelajaran adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian salah satu ketrampilan guru yang memegang peranan penting dalam pengajaran adalah ketrampilan pemilihan metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi
sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara
optimal.18 Menurut Syiful Bahri Djamarah dkk (1995) yang dikutip dalam bukunya Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, metode memiliki kedudukan: 1. Sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam Kegiatan Belajar Mengajar. 2. Menyiasati perbedaan individual anak didik 3. Untuk mencapai tujuan pembelajaran.19 Adapun menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno mengatakan bahwa pemilihan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
17
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Yogyakarta: Gama Media, 2009),
hal. 113 18 19
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, op. cit, hal.55 Ibid., hal. 55
35
1. Tujuan yang hendak dicapai Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Setia guru hendaknya memperhatikan tujuan pembelajaran. Karakteristik tujuan yang akan dicapai sangat mempengaruhi penentuan metode. 2. Matrei pelajaran Materi pelajaran ialah sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk bisa dipelajari dan kuasai oleh peserta didik. 3. Peserta didik Peserta
didik
sebagai
subjek
belajar
memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi situasi sosial, lingkungan keluarga, dan harapan terhadap masa depannya. Perbedaan peserta didik dari aspek psikologis seprti sifat pendiam, super aktif, tertutup, terbuka, periang pemurung, bahkan ada yang menunjukkan prilakuprilaku yang sulit untuk dikenal. Semua perbedaan tadi akan berpengaruh terhadap penentuan metode pembelajaran. 4. Situasi Situasi kegiatan belajar mengajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi oleh karena itu, pada waktu tertentu guru
36
melakukan proses pembelajaran di luar kelas atau di dalam terbuka. 5. Fasilitas Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Oleh karena itu, ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan metode yang tepat, seperti tidak adanya laboratorium untuk pratik, jelas kurang mendukung penggunaan metode eksperimen atau demonstrasi. Jadi fasilitas sangatlah penting guna berjalannya proses pembelajaran yang efektif 6. Pendidik Setiap
orang
memiliki
kepribadian,
kebiasaan,
pengalaman yang berbeda-beda. Kompetensi mengajar biasanya dipengaruhi pula oleh latar belakang pendidikan. Guru yang berlatar belakang pendidikan keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih metode dan tepat dalam menerapkannya, sedangkan guru yang latar belakang pendidikannya kurang relevan, sekalipun tepat dalam menentukan metode namun sering mengalami hambatan dalam penerapannya. Jadi untuk menjadi seorang
guru
pada
intinya
harus
memiliki
jiwa
yang
profesional.20 Adapun macam-macam jumlah metode mengajar mulai yang
20
paling
tradisional
sampai
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, op. cit, hal. 60
yang
paling
modern,
37
sesungguhnya banyak dan hampir tidak dapat dihitung dengan jari-jari tangan. Berikut ini beberapa metode yang dapat dterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah: a. Metode Tradisonal 1) Metode ceramah Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaian informasi dan pengetahuan secara lisan kepada peserta didik yang pada umumna mengikuti secara pasif. Metode ceramah lazim pula disebut metode kuliah ataupun pidato, metode ini adalah sebuah cara yang melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah. Aktivitas siswa dalam pengajaran yang menggunakan metode ini hanya menyimak sambil sesekali mencatat. Metode
ini
hanya
cocok
digunakan
untuk
menyampaikan informasi, kalau bahan itu cukup diingat sebentar, untuk memberi pengantar dan untuk menyampaikan materi yang berkenaan dengn pengertian-pengertian atau konsep-konsep. 2) Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
38
Metode ini dimaksudkan untuk merangsang untuk berfikir dan membimbing peserta didik dalam mencapai kebenaran. 3) Metode diskusi Salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing
mengajukan
argumentasinya
untuk
memperkuat pendapatnya. Tujuan penggunaan metode ini ialah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam. 4) Metode bercerita Al-Qur’an dan Hadits banyak mereduksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah malaikat, para nabi, ulama terkemuka pada zaman dahulu dan sebagainya. Dalam kisah itu tersimpan nilai-nilai pedagogis religius yang memungkinkan anak didik mampu meresapinya. 5) Metode demonstrasi Demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan tentang suatu cara melakukan sesutu metode demonstrasi. 6) Metode penugasan Metode penugasan tidak sama denga istilah pekerjaan rumah, tapi jauh lebih luas. Tugas dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainya. Metode
39
penugasan untuk merangsang anak aktif belajar baik secara individual atau kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat dikerjakan
secara
individual
maupun
secara
komunal
(kelompok). 7) Metode praktek Dimaksudkan supaya penyindik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti diperagakan, dengan harapan anak didik menjadi jelas dan mudah
sekaligus
dapat
mempraktekkan
materi
yang
dimaksud. 8) Metode pengetikan dan pemberian motivasi Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan sesuatu kegiatan mencapai tujuan. Misalnya kebutuhan seseorang akan makanan untuk menuntut seseorang terdorong untuk bekerja. Kebutuhan akan pengakuan sosial mendorong seseorang untuk melakukan berbagai upaya kegiatan sosial. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga tersebut para ahli memberikan istilah yang berbeda, seperti desakan atau drive, motif atau motive, kebutuhan atau need dan keinginan atau wish.
40
9) Metode pemberian ampunan dan bimbingan Metode ini dilakukan dalam rangka memberikan kesempatan kepada anak didik untuk memperbaiki tingkah lakunya dan mengembangkan dirinya. b. Metode modern 1. Metode Karyawisata Metode karyawisata adalah metode dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak keluar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang mengandung sejarah, hal ini bukan rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalalam pelajaranya dengan melihat langsung atau kenyataan. Karena itu dikatakan teknik karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat yang bersejarah untuk mempelajari atau meneliti sesuatu, seperti meninjau peninggalan sejarah di Mesir atau Indonesia sendiri, metode ini dilakukan dengan waktu yang singkat dan ada pula waktu yang panjang. 2. Metode Tutorial Metode tutorial ini diberikan dengan bantuan tutor. Setelah siswa diberikan bahan ajar, kemudian siswa diminta untuk mempelajari bahan ajar tersebut. Pada bagian yang dirasakan sulit, siswa dapat bertanya pada tutor.
41
3. Metode Kerja Sama Metode kerja sama ialah upaya saling membantu antara dua orang atau lebih, antara individu dengan kelompok lainya dalam melaksanakan tugas atau menyelesaikan problema yang dihadapi dan menggarap berbagai program yang bersifat prospektif, guna mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan bersama. 4. Metode pemecahan masalah (problem solving) Metode
pemecahan
masalah
merupakan
cara
memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didk untuk memperhatikan, menelaah dan berfikir tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk memecahkan masalah. 5. Metode proyek Metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. 6. Metode sosiodrama Metode sosiodrama ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Metode sosiodrama anak didik dibina
42
agar terampil mendramatisasikan atau mengekspresikan sesuatu yang dihayati, ketika sosiodrma berlangsung. 7. Metode bermain peran Metode bermain peran ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan dilakukan oleh anak didik. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakuakan
oleh
anak
didik
dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. 8. Metode eksperimen Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Jadi, Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajara akan menjadi kendala dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode semata-mata berdasarkan kehendak guru dan bukan atas dasar kebutuhan siswa atau karakter situasi kelas. Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran.
43
b. Srategi Belajar Mengajar. Strategi
pembelajaran
merupakan
siasag
guru
dalam
mengefektifkan, mengefisiensikan serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran.21 Menurut Kozna (1989) yang dikutip dalam bukunya Hamzah B Uno, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.22 Menurut Gerlach dan Ely (1980) yang dikuti dalam bukunya Hamzah B Uno, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.23 Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi belajar mengajar adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar. 21
Yatim Riyanto, op. cit., hal. 132 Hamzah B. Uno, op. cit., hal. 1 23 Ibid., hal. 1 22
44
Secara Umum, dalam strategi pembelajaran ada tiga tahap pokok yang harus diperhatikan dan diterapkan, yaitu sebagai berikut: 1. Tahap Pemula (pra-Instruksional), adalah tahapan persiapan guru sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Dalam tahapan ini kegiatan yang dapat dilakukan guru, antara lain: a. Memeriksa kehadiran siswa. b. Pretest (menanyakan materi sebelumnya). c. Apersepsi (mengulas kembali secara singkat materi sebelumnya) 2. Tahap Pengajaran (Instruksional), yaitu langkah-langkah yang dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Tahap ini merupakan tahapan inti dalam proses pembelajaran, guru menyajikan materi pelajaran yang telah disiapkan, kegiatan yang dilakukan guru antara lain: a. Menjelaskan tujuan pengajaran sisiwa. b. Menulis pokok-pokok materi yang akan dibahas. c. Membahas pokok-pokok materi yang akan ditulis. d. Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi. 3.
Tahap penilaian dan tindak lanjut (evaluasi), ialah penilaian atas hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dan tindak lanjutnya. Setelah melalui tahap Instruksional, langkah selanjutnya yang ditempuh guru mengadakan penilaian
45
keberhasilan belajar siswa dengan melakukan posttest, kegiatan yang dapat dilakukan guru adalah: a. Mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang telah dibahas. b. Mengulas kembali materi yang belum dikuasai siswa. c. Memeberikan tugas atau pekerjaan rumah pada siswa. d. Menginformasikan pokok materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.24 Menurut Aqib (2002) yang dikutip dalam bukunya Yatim Riyanto Aqib (2002) mengelompokan jenis strategi pembelajaran berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yaitu: 1. Atas dasar pertimbangan proses pengelolaan pesan. a. Strategi deduktif. Materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang umum ke yang bersifat khusus atau bagianbagian. Bagian-bagian itu dapat berupa sifat, atribut, atau ciri-ciri b. Strategi induktif. Dengan strategi induktif, materi untuk bahan pelajaran diolah mulai dari khusus ke yang umum, generalisasi, atau umum. 2. Atas dasar pertimbangan pihak pengelola pesan a. Strategi ekspositorik. Dengan strategi ekspositorik, guru yang mencari dan mengolah bahan pelajaran yang
24
Yatim Riyanto, op. cit., hal. 133
46
kemudian
menyampaikannya
kepada
siswa.
Strategi
ekspositorik dapat digunakan dalam mengajarkan berbagai materi pelajaran, kecuali yang sifatnya pemecahan masalah. b. Strategi heuristis. Dengan strategi heuristis, bahan atau materi pelajaran diolah oleh siswa. Siswa yang aktif mencari dan mengolah bahan atau materi pelajaran. Guru sebagai fasilitator untuk memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan. 3. Atas dasar pertimbangan pengaturan guru a. Strategi seorang guru. Seorang guru mengajar kepada sejumlah siswa. b. Strategi pengajaran beregu (team teaching). Dengan pengajaran beregu dua orang atau lebih guru mengajar sejumlah siswa. Pengajaran beregu dapat digunakan dalam mengajarkan salah satu mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topik tertentu. 4. Atas dasar pertimbangan jumlah siswa a. Strategi kalsikal b. Strategi kelompok kecil c. Strategi individu d. Atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa e. Strategi tatap muka
47
f. Strategi pengajaran melalui media. Guru tidak langsung kontak dengan siswa, tetapi melalui media. Siswa berinteraksi dengan media.25 Hubungan antara metode dan strategi pembelajaran dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan srtategi pembelajaran, dan perumusan tujuan yang kemudian diimplimentasikan ke dalam berbagai metode yang relevan selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Ketrampilan Variasi Mengajar Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki kebosanan dalam hidupnya. Sesutu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Demikian juga dalam proses belajar dan mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan variasi dalam mengajar. Tujuan Penggunaan Variasi terutama ditunjukkan kepada peserta didik, yaitu sebagai berikut : a. Meningkatkan dan memelihara perhatian peserta didik terhadap relevensi proses belajar mengajar.
25
Yatim Riyanto, op.cit., hal.136-137
48
b. Memberi kesempatan berfungsinya motivasi dan asa ingin tahu melalui eksplorasi dan penyelidikan terhadap situasi yang baru. c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah melalui penyajian gaya mengajar yang bersemangat dan antusias, sehinga meningkatkan iklim belajar siswa. d. Memberi pilihan dan fasilitas dalam belajar individual. e. Mendorong anak didik untuk belajar dengan melibatkannya dalam berbagai pengalaman yang menarik pada berbagai tingkat kognitif.26 Ketrampilan proses belajar mengajar meliputi 3 aspek, yaitu: variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi guru dan siswa. a. Variasi Gaya Mengajar Variasi dalam mengajar ini adalah sebagai berikut : 1) Variasi Suara Suara guru dapat bervariasi dalam; intonasi, nada, volume, dan kecepatan. Guru dapat mendramatisasi suatu peristiwa dengan menunjukkan hal-hal yang dianggap penting, berbicara secara pelan dengan seorang anak didik, atau berbicara secara tajam dengan anak didik yang kurang perhatian.
26
Syaifu Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2000 ), hal. 125
49
2) Penekanan Untuk memfokuskan perhatian anak didik pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan “penekanan secara verbal”. 3) Pemberian Waktu Untuk menarik perhatian anak didik dapat dilakukan dengan mengubah suasana menjadi sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan/diam, dari akhir bagian pelajaran ke bagian berikutnya. Pemberian waktu dapat diberikan setelah guru mengajukan beberapa pertanyaan, untuk mengubahnya menjadi pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya setelah keadaan memungkinkan. Bagi anak didik pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap. 4) Kontak Pandang Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas menatap mata setiap anak didik untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Guru dapat membantu anak didik dengan menggunakan matanya menyampaikan informasi dan dengan pandangannya dapat menarik perhatian anak didik.
50
5) Gerakan Anggota Badan Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja, tetapi juga menolong menyampaikan arti pembicaraan. 6) Pindah Posisi perpindahan Posisi guru dalam ruangan kelas dapat membantu
menarik
perhatian
anak
didik
dan
dapat
meningkatkan kepribadian guru. Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau di antara anak didik dari belakang ke samping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang penting dalam perubahan posisi ialah harus ada tujuannya dan tidak sekedar mondar mandir yang mengganggu. b. Variasi Media dan Bahan Ajaran Tiap anak memiliki kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demekian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih senang membaca, ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap anak didik dapat dikurangi.
51
Menurut
Saiful
Bahri
Djamarah,
ada
tiga
variasi
penggunaan media dan bahan ajar, yaitu sebagai berikut : 1) Variasi Media Pandang Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi, seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film, dan lain-lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut akan memiliki keuntungan, antara lain : a. Membantu secara konkret konsep berfikir dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat. b. Menaraik perhatian anak didik pada tingkat yang tinggi. c. Membuat hasil belajar lebih permanen. d. Menyajikan pengalaman riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak didik. e. Mengembangkan cara berfikir berkesinambungan, seprti halnya pada film. 2) Variasi Media Dengar Pada umumnya suara guru adalah alat utama dalam komunikasi.
Variasi
dalam
penggunaan
media
dengar
memerlukan kombinasi dengan media pandang dan media taktil. Sejumlah media dengar yang dapat dipakai untuk itu di antaranya ialah pembicaraan anak didik rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, bahkan
52
rekaman suara ikan lumba-lumba, yang semuanya itu dapat memiliki relevansi dengan pelajaran. 3) Variasi Media Taktil. Variasi Media Taktil adalah penggunaan media yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akan melibatkan anak didik dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan dan dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil. 4) Variasi Interaksi Guru dengan Murid Variasi dalam pola interaksi antara guru dan anak didik memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub, yaitu : a. Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru. b. Anak didik mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di mana guru berbicara kepada anak didik.27 4. Pengelolaan Kelas Menurut Suharsimi Arikunto, yang dikutip dalam bukunya Pupuh Fathurrohaman, berpendapat bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal.28
27
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit, hal. 126-130 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, op. cit., hal. 103
28
53
Menurut Made Perdata, yang dikutip dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah, mengatakan pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas.29 Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Mutu pembelajaran akan tercapai, jika tercapainya tujuan pembelajaran. Karakter kelas yang dihasilkan karena adnya proses pengelolaan kelas yang baik akan memiliki sekurang-kurangnya tiga ciri, yaitu: a.
Speed, artinya anak dapat belajara dalam percepatan proses dan progress, sehingga membutuhkan waktu yang relatif singkat.
b.
Simple, artinya organisasi kelas dan materi menjadi sederhana, mudah dicerna dan situasi kelas kondusif.
c.
Self-confidence, artinya anak dapat belajar dengan penuh rasa percaya diri atau menganggap dirinya mampu mengikuti pelajaran dan belajar berprestasi.30 Penataan Ruang kelas agar kelas menjadi elegan hingga tingkat
kebersihan kelas, tentu semuanya berbicara. Hal ini dapat kita hidupkan dengan cara sebagai berikut: 1. Nilai sebuah halaman sekolah Pada waktu istirahat sekolah, banyak anak yang nongkrong di jalan dengan melihat segala sesutu yang bukan dalam setting edukatif.
29
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hal. 172 Pupuh Fahurrohman dan M. Sobry Sutikno, op. cit., hal 104
30
54
Sebaiknya sekolah menyiapkan alat-alat permainan dan sejumlah jenis permainan yang bisa dinikmati anak pada waktu istirahat. 2. Ruang kelas Ruang kelas bukan penjara kreativitas belajar, tetapi dapur kreativitas yang terus mengalirkan inspirasi pemikiran-pemikiran brilian. Dari kelas pula proses mencetak para generasi muda yang handal. Maka optimalkan sebuah ruang itu adalah sebuah kewajiban khusus bagi belajar. Menciptakan
suasana
belajar
yang
menggairahkan,
perlu
memperhatikan pengaturan ruang kelas. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak didik duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa. Dalam pengauran ruang belajar, hal-hal yang perlu diperhatikan: - Ukuran dan bentuk kelas - Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik - Jumlah anak didik dalam kelas - Jumlah anak didik dalam setiap kelompok - Jumlah kelompok dalam kelas31 3. Bangku belajar Bangku merupakan fasilitas interaksi belajar terdekat dengan siswa, karena itu perlu ditata rapih agar dapat memberi kesegaran berpikir. Tempat duduk mempengaruhi anak didik dalam belajar, bila
31
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hal.174
55
tempat duduk bagus, tidak terlalu rendah, dan tidak terlalu besar, tidak berat, dan sesuai dengan postur tubuh anak didik maka anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang. Bentuk dan ukuran tempat duduk yang digunakan sekarang bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk dapat diduduki oleh beberapa orang anak didik, ada pula yang hanya dapat diduduki oleh dua orang anak didik. Sebaiknya tempat duduk anak didik itu tidak berukuran terlalu besar agar mudah diubah-ubah formasinya sesuai keinginan.32 4. Hiasan dinding Dinding merupakan pajangan pesan yang setiap hari bisa diubah, diganti sesuai pesan yang ingin dsampaikan. Apabila tiap hari pada dinding sekolah dipasang satu pembendaharaan kata atau pesan moral, anak dapat belajar banyak dari yang sedikit, cara mudah dan harga murah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi guru yang kreatif tidaklah mudah, guru harus menguasai metode dan strategi pembelajaran, ketrampilan variasi, dan pengelolaan kelas. Jika guru sudah menguasai dan bisa memilih metode dan strategi pembelajaran, ketrampilan variasi serta pengelolaan kelas yang tepat dalam belajar mengajar, maka guru akan dikatakan sebagai guru yang kreatif
32
Ibid., hal. 175