BAB II DASAR TEORI A. PENGERTIAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) Abad 21 adalah abad pengetahuan yang akan berdampak pada perubahan paradigma pendidikan dan aspek-aspek kehidupan manusia (Trilling & Hood 1999). Trilling & Hood menyatakan sebagai berikut: Abad pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Abad pengetahuan merupakan suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era dengan spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan lapangan kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh perkembangan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai budaya. Dampaknya adalah perubahan cara pandang manusia terhadap manusia, cara pandang terhadap pendidikan, perubahan peran orang tua/guru/dosen, serta perubahan pola hubungan antar mereka. Perhatian utama pendidikan di abad 21 adalah untuk mempersiapkan hidup dan kerja bagi masyarakat. Hal yang menjadi pertimbangan adalah perubahann arah dan sudut pandang yang lebih luas mengenai peran utama pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat yang berbasis pengetahuan. (Trilling & Hood, 1999: 5 -18)
Reformasi
Sekolah
adalah
sebuah
jawaban
terhadap kebutuhan yang dirasakan untuk merubah sistem pendidikan dari model sistem industri yang 19
"teacher centered"/berpusat pada guru dalam mendidik anak-anak, ke sistem pembelajaran yang berpusat kepada siswa/student centered, sistem pembelajan yang berbasis pada pemecahan masalah, dan sistem pembelajaran yang berbasis pada pemahaman. (Fullan & Hargreaves, 1991). bahwa
reformasi
Johnson (1998) menyatakan
sekolah
juga
didasarkan
pada
kebutuhan untuk merubah profesi guru dari isolasi "peti telur" ke suasana yang lebih kolaboratif dan berbagi,
salah
satu
yang
akan
mendukung
dan
mendorong guru dalam menghadapi tuntutan adalah dengan meningkatkan profesi mereka (Johnson, 1998 ). Adanya perubahan paradigma pendidikan di sekolah dan pembelajaran memerlukan perubahan peran guru dalam pembelajaran dan peningkatan profesionalisme guru. Metode untuk mencapai perubahan otonomi pendidikan dan peningkatan profesionalisme guru ini adalah melalui pengembangan profesional. (Fullan & Hargeaves, 1991). Relevansi pendidikan
antara
menuntut
perubahan adanya
paradigma
perubahan
dan
peningkatan profesionalisme guru dinyatakan oleh Fullan 1995 (dalam Amalia 2011) yang menyatakan bahwa
tuntutan
pengembangan
profesional
dikarenakan adanya perubahan yang bersifat dinamis 20
dan kompleks. Fullan 1995 (dalam Amalia 2011) mendifinisikan pengembangan profesional adalah "total akumulasi pembelajaran yang diperoleh dan dialami guru dalam lingkungan belajar yang menarik baik formal maupun informal
dalam kondisi perubahan
yang kompleks dan dinamik" (Fullan, 1995). Hari
(1999)
pengembangan
lebih
profesional
menekankan lebih
diarahkan
bahwa pada
pribadi guru sebagai agen perubahan. Hari (1999) mendefinisikan istilah pengembangan profesional ini sebagai berikut: "Proses dimana, guru mereview, memperbaharui dan memperluas komitmen moral mereka sebagai agen perubahan baik secara individu maupun dengan orang lain untuk tujuan mengajar, dimana mereka memperoleh dan mengembangkan pengetahuan kritis, keterampilan, perencanaan dan berlatih dengan anak-anak, orang muda dan rekan melalui setiap fase kehidupan mengajar mereka”
Definisi pengembangan
Hari
(1999),
kompetensi
menyiratkan dan
bahwa
peningkatan
profesional guru menjadi sangat penting tidak hanya untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar tetapi juga untuk guru itu sendiri sebagai agen perubahan. Guru perlu untuk memperkuat basis pengetahuan untuk mencapai tugas dan tanggung jawab mereka terhadap pendidikan, terutama dalam 21
memenuhi tuntutan dan kebutuhan pendidikan di abad pengetahuan. Baedhowi
(2010)
lebih
menekankan
pada
pentingnya lembaga sekolah dan tugas guru dalam menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkualitas pada abad pengetahuan. Baedhowi (2010) menyatakan sebagai berikut: Institusi pendidikan formal mengemban tugas penting untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia berkualitas di masa depan. Di lingkungan pendidikan persekolahan (education as schooling) ini, guru profesional memegang kunci utama bagi peningkatan mutu SDM masa depan itu. Guru merupakan tenaga profesional yang melakukan tugas pokok dan fungsi meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik sebagai aset manusia Indonesia masa depan.
Untuk UNESCO
mencapai
menetapkan
pendidikan dasar-dasar
di
era
global,
yang
harus
dijadikan pijakan bagi semua bangsa. Dalam uraian yang bertajuk Learning Treasure Within (1996) UNESCO menetapkan The Four Pillars (empat pilar pendidikan) sebagai landasan pendidikan di era global sebagai berikut: 1) learning to know, yaitu pembelajaran tidak hanya sekedar mempelajari materi pembelajaran tetapi yang lebih penting adalah mengenal cara memahami dan mengkomunikasikannya. 2) learning to do, pembelajaran dengan menumbuhkan semangat kreatifitas, produktivitas, ketangguhan, menguasai kompetensi secara profesional, dan siap menghadapi situasi yang senantiasa berubah. 3) learning to be, pembelajaran yang bertujuan pada
22
pengembangan potensi diri yang meliputi kemandirian, kemampuan bernalar, imajinasi, keadaran estetik, disiplin, dan tanggung jawab. 4) learning to live together, pembelajaran yang bertujuan pada pemahaman hidup selaras, dan seimbang dengan mengormati nilai spiritual dan kebhinekaan.
Beberapa kebijakan yang digariskan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan mutu guru khususnya, antara lain adalah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14
tahun
2005
mengarahkan
tentang
pada
Guru
peningkatan
dan
Dosen
yng
kompetensi
dan
profesionalisme guru. Hal ini mengingatkan guru yang harus
dimiliki
mengarahkan
karakteristik peserta
didik
tertentu,
yang
dapat
pada
empat
pilar
pendidikan. Dalam kaitan ini karakter guru yang diperlukan adalah: 1) memahami profesi guru sebagai panggilan hidup sejati (genuineness). 2) selama proses pembelajaran mengupayakan positive reward, sehingga siswa mampu melakukan self-reward. 3) sikap guru tidak hanya simpatik , tetapi juga haru berempatik. 4) menyadari bahwa sebagai guru di era global hendaknya memiliki “ability to be a learner (long life learning)” dan bukan hanya berprofesi yang ambivalen (Widayati, 2002). Pengembangan profesionalitas dan kompetensi guru dapat dilakukan melalui kegiatan pre-service and 23
in-service training secara bersama-sama dalam satu wadah/organisasi profesi. Dengan kata lain bahwa wadah atau organisasi ini dapat dimanfaatkan oleh masing-masing anggotanya dalam mencapai tujuan pengembangan profesionalitas guru secara bersama. Rogoff
(1994)
dalam
Coburn
dan
Stein
(2004)
menyatakan bahwa: In contrast to conventional views of learning as an individual of pschychological process, social-cultural theorists argue that learning as individual participate, in the social and cultural activities of their communities
Menurut Rogoff (1994), bahwa pembelajaran bagi seorang guru dapat dilaksanakan dalam komunitas kelompok
atau
organisasi
dengan
memberikan
kesempatan kepada setiap guru untuk berpartisipasi dalam
setiap
kegiatan
kelompok
atau
organisasi
tersebut. Dengan adanya partisipasi dan aktivitas guru dalam kelompok tersebut diharapkan profesionalitas dan kompetensi guru dapat berkembang. Pengembangan profesional juga dapat dilakukan melalui kerjasama pengembangan dalam kelompok seperti yang disampaikan Glatorn (1987) dalam Aberg (2006), An encouraging development in instructional development is the wide spread interest in peer-centered options such as cooperative development. (Glathorn, 24
1987). Lebih lanjut Glathorn (1987) dalam Aberg (2006) menjelaskan
yang
dimaksud
dengan
cooperative
professional development “A process by which small team of theacher work together, using a variety of method and structures, for their own professional growth. (Glatthorn, 1987) Berkenaan dengan dampak yang diharapkan dengan
adanya
peningkatan
kompetensi
dan
profesionalitas guru, Stevenson dan Stingler (1992) dalam Danim (2000) menyatakan sebagai berikut: Professional have longer and more specialized training greater freedom to organize their time, greater personal responsibility for directing their own work, and respect that come from uniqueness and quality of their contribution
Berdasarkan pendapat Stevenson dan Stingler seperti
tersebut
di
atas,
dapat
diambil
suatu
pemahaman bahwa pengembangan profesionalitas guru akan berkontibusi terhadap kualitas dan tanggung jawab
guru
peningkatan
dalam mutu
menunjang
pendidikan.
keberhasilan
Hal
ini
sangat
dimungkinkan apabila seorang guru tersebut dapat mengikuti
dan
terlibat
dalam
kegiatan
organisasi
profesi seperti KKG. Pemerintah telah melakukan langkah-langkah strategis
dalam
kerangka
peningkatan
kualifikasi, 25
kompetensi, dan profesionalisme bagi guru. Langkahlangkah
strategis
yang
diambil
adalah
melalui
Peningkatan Kualifikasi Akademik (PKA) Guru Berbasis Kelompok Kerja Guru (KKG). (Baedhowi, 2010). Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 079/C/K/I/93 menjelaskan bahwa KKG
sebagai
salah
satu
sistem
pembinaan
profesionalisme guru merupakan wadah pengembangan sistem pembinaan profesional guru (SPP-Guru) yang dibentuk
oleh
meningkatkan
pemerintah kemampuan
terutama
untuk
profesional
dalam
melaksanakan dan mengelola pembelajaran di Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah di tingkat gugus atau kecamatan
yang
terdiri
dari
beberapa
guru
dari
beberapa sekolah. Sistem pembinaan profesional guru (SPP-Guru) ini menekankan bantuan pelayanan profesi berdasarkan kebutuhan guru dilapangan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. (Dikdasmen, 1993) Pengertian Kelompok Kerja Guru (KKG) menurut Direktorat Profesi Pendidik (2010) adalah wadah kegiatan profesional bagi guru SD/MI/SDLB di tingkat kecamatan yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah. (Direktorat Profesi Pendidik, 2010)
26
Lembaga Kalimantan
Penjaminan
Timur
(LPMP)
Mutu
Pendidikan
memberikan
beberapa
definisi tentang Kelompok Kerja Guru yaitu: a. KKG adalah Suatu forum atau wadah profesional guru (kelas/mata pelajaran) yang berada pada suatu wilayah Kabupaten/ Kota/ Kecamatan/ sanggar/ gugus sekolah, yang prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan dari, oleh dan untuk guru dari semua sekolah. b. KKG adalah Suatu organisasi nonstruktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hirarkis dengan lembaga lain.
Pengertian
lain
yang
menyangkut
fungsi
organisasi bahwa KKG merupakan lembaga/organisasi dimana
sistem
pembinaan
profesional
guru
dilaksanakan dikelola dengan baik dan dikembangkan terus
pertumbuhannya
sehingga
berfungsi
secara
efektif. KKG sebagai sebuah organisasi yang lebih menekankan pada pendekatan tujuan bahwa KKG berorientasi kepada peningkatan kualitas pengetahuan, penguasaan materi, teknik mengajar, interaksi guru dengan siswa, metode mengajar dan lain-lain yang berfokus pada kegiatan belajar mengajar (KBM) yang aktif. Dilihat dari segi manfaatnya, KKG adalah wadah pembinaan profesional yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan
berbagai
demonstrasi,
atraksi
dan
simulasi dalam pembelajaran (Julia, 1998). Sedangkan menurut (Wahyudin, 1995) KKG merupakan wadah profesional guru yang aktif, kompak dan akrab. Di 27
dalam
wadah
ini
para
guru
dapat
membahas
permasalahan dari mereka dan untuk mereka. Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa Kelompok Kerja Guru adalah sebuah forum/ organisasi atau perkumpulan guruguru
sekolah
pembinaan
dan
dasar
yang
mempunyai
pengembangan
serta
kegiatan pemberian
informasi–informasi di bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas dan profesionalitas pribadi guru dalam proses belajar mengajar guna menyesuaikan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.
B. UPAYA PENGEMBANGAN KKG KKG
sebagai
wadah
pembinaan
dan
pengembangan kompetennsi dan profesionalitas guru diharapkan bahwa upaya pengembangan KKG dapat mendukung secara optimal peningkatan kemampuan profesionalitas guru. Menurut Katz (1972) dalam Stroot dkk (2008) dalam Developmental Stage of Teacher mengidentifikasikan
empat
tahapan
pengembangan
guru. Empat tahapan dalam pengembangan tersebut meliputi survival, consolidation, renewal, dan maturity.
28
Pada tahap survival guru masih membutuhkan bimbingan
secara
khusus
tentang
pengetahuan,
konsep, dan ketrampilan mengajar. Guru pada tahap consolidation sudah bisa berkonsultasi dan bertukar pikiran dengan rekan-rekan guru lain, serta bisa berperan sebagai fasilitator
dalam bidang keahlian
yang sama. Dalam tahap renewal guru sudah memiliki kemampuan mengajar dan berusaha untuk terus meningkatkan
kemampuan
kualitas
pembelajaran
mereka dengan menambah dan mencoba metodemetode pembelajaran yang baru kepada siswa.
Pada
tahap maturity (kematangan) guru lebih menekankan pada penggalian ide-ide baru mengenai peran dan filosofi,
serta
perubahan
dampak
sekolah
pembelajaran
maupun
terhadap
masyarakat
demi
memperdalam dan memantapkan kembali kompetensi dan keyakinannya sebagai guru. Keempat tahap pengembangan guru tersebut hendaknya dapat dijadikan dasar pengembangan KKG, sehingga tujuan KKG sebagai wadah pembinaan dan pengembangan peningkatan
guru
mutu
dapat
kompetensi
menjamin dan
adanya
profesionalitas
anggotanya. Landasan hukum tentang tujuan dan misi utama kehadiran Kelompok Kerja Guru sebagaimana amanat 29
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 079/C/K/I/93 tentang pedoman pelaksanaan
sistem
pembinaan
profesional
guru
melalui pembentukan gugus sekolah di sekolah dasar. Pertama, gugus sekolah dasar dapat dimanfaatkan sebagai prasarana pembinaan kemampuan profesional tenaga kependidikan, sehingga mereka menjadi betulbetul mampu melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pendidik. Kedua, gugus sekolah dapat dimanfaatkan sebagai wahana penyebaran informasi dan inovasi dalam bidang pendidikan bagi tenaga kependidikan, sehingga mereka selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan. Ketiga, gugus sekolah dasar dapat difungsikan sebagai wahana menumbuhkan semangat kerjasama dan kompetisi dikalangan
anggota
gugus
mutu
pendidikan.
meningkatkan sekolah
dasar
penyemaian
dapat
jiwa
menumbuhkan
dalam
Keempat,
gugus
sebagai
wadah
difungsikan
persatuan
rasa
sekolah
percaya
dan diri
kesatuan
serta
guru
dalam
menyelesaikan tugas. Kelima, gugus sekolah dasar dijadikan wadah koordinasi peningkatan partisipasi masyarakat. Berdasarkan teori Katz dan landasan hukum KKG di atas, maka dapat dipahami bahwa misi dan 30
tujuan KKG adalah untuk melaksanakan pembinaan profesionalisme guru secara berkelanjutan. Untuk itu, upaya
pengembangannya
pembinaan
KKG
profesional
sebagai
guru
diarahkan
wadah pada
peningkatan kompetensi profesional guru. Kompetensi Profesional Guru Kompetensi
profesional
menunjuk
pada
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
stuktur
dan
metodologi
keilmuannya.
Kompetensi profesional bagi seorang pendidik adalah kemampuan
untuk
melaksanakan
pendidikan,
pengajaran dan pelatihan yang efektif dan efisien, serta mampu
memotivasi
potensinya
dalam
siswa
untuk
kerangka
mengoptimalkan
pencapaian
standar
pendidikan yang ditetapkan. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No
16
Tahun
2007
tentang
Standar
Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, bahwa Kompetensi profesional
yaitu kemampuan
yang
harus dimiliki
oleh guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi: 31
(1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Usman (2004) dalam Sagala (2009) menjelaskan bahwa kompetensi profesional meliputi (1) penguasaan terhadap landasan kependidikan dalam kompetensi ini termasuk
(a)
memahami
tujuan
pendidikan,
(b)
mengetahui fungsi sekolah di masyarakat, (c) mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan; (2) menguasai bahan pengajaran, artinya guru harus memahami dengan
baik
materi
pelajaran
yang
diajarkan.
Penguasaan terhadap materi pokok yang ada pada kurikulum maupun bahan pengayaan; (3) kemampuan menyusun kemampuan
program
pengajaran,
menetapkan
mencakup
kompetensi
belajar,
mengembangkan bahan pelajaran dan mengembangkan strategi
pembelajaran;
perangkat
penilaian
(4) hasil
kemampuan belajar
menyusun
dan
proses
pembelajaran. (Usman, 2004) KKG sebagai wadah pembinaan profesional bagi para
guru
merupakan
menjadi salah
sangat
satu
penting
komponen
karena
guru
pendidikan
di 32
sekolah yang memiliki peran penting dan strategis. Guru
memiliki
tugas
dan
peran
bukan
hanya
memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era global. Tugas guru adalah memberdayakan dan membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan keterampilan.
C. TUJUAN KKG Tujuan KKG yang dikeluarkan oleh Direktorat Profesi Pendidik Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (Ditjen PMPTK 2008) diantaranya: (1) Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal, khususnya penguasaan substansi materi pembelajaran, penyusunan silabus, penyusunan bahan-bahan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, memaksimalkan pemakaian sarana/prasarana belajar, memanfaatkan sumber belajar; (2) Memberi kesempatan kepada anggota kelompok kerja atau musyawarah kerja untuk berbagi pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik; (3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta mengadopsi pendekatan pembaharuan dalam pembelajaran yang lebih profesional bagi peserta kelompok kerja atau musyawarah kerja;
33
(4) Memberdayakan dan membantu anggota kelompok kerja dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di sekolah; (5) Mengubah budaya kerja anggota kelompok kerja atau musyawarah kerja (meningkatkan pengetahuan, kompetensi dan kinerja) dan mengembangkan profesionalisme guru melalui kegiatan-kegiatan pengembangan profesionalisme di tingkat KKG; (6) Meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran yang tercermin dari peningkatan hasil belajar peserta didik; (7) Meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatankegiatan di tingkat KKG.
Dari hal tersebut jelas bahwa arah dari KKG adalah
mewujudkan
profesionalisme
guru
melalui
berbagai kegiatan yang ada di dalamnya melalui pendekatan tujuan individu dalam kelompok.
Secara
garis besar bahwa KKG merupakan wadah kegiatan guru
yang
pada
dasarnya
bertujuan
menanggapi
perkembangan iptek yang menuntut penyesuaian dan pengembangan
profesional
guru.
Secara
teknis
kegiatan dari para guru dalam wadah ini adalah berkomunikasi,
berkonsultasi,
dan
saling
berbagi
informasi serta pengalaman. Sopyan (2010) menyatakan bahwa KKG memiliki fungsi dan manfaat. Fungsi KKG diantaranya sebagai berikut: (1) memfasilitasi kegiatan yang dilakukan di pusat kegiatan guru berdasarkan masalah dan kesulitan yang dihadapi guru,
34
(2) memberikan bantuan profesional kepada para guru kelas dan mata pelajaran di sekolah, (3) meningkatkan pemahaman, keilmuan, keterampilan serta pengembangan sikap profesional berdasarkan kekeluargaan dan saling mengisi (sharing), (4) meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan (Pakem). Sedangkan manfaat KKG diantaranya sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualitas dan kemampuan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : a. Diskusi tentang satuan pelajaran. b. Diskusi tentang substansi meteri pelajaran. c. Diskusi pelaksanaan proses belajar mengajar termasuk evaluasi pengajaran. d. Melaksanakan observasi aktivitas rekan sejawat di kelas. e. Mengembangkan evaluasi penampilan guru oleh peserta didik. f. Mengkaji hasil evaluasi penampilan guru oleh peserta didik sebagai feedback bagi anggota kelompok. 2. Meningkatkan penguasaan dan pengembangan keilmuan, khususnya bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : a. Kajian jurnal dan buku baru. b. Mengikuti jalur pendidikan formal yang lebih tinggi. c. Mengikuti seminar-seminar dan penataran-penataran. d. Menyampaikan pengalaman penataran dan seminar kepada anggota kelompok. e. Melaksanakan penelitian. 3. Meningkatkan kemampuan untuk mengkomunikasikan masalah akademis. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain: a. Menulis artikel. b. Menyusun laporan penelitian. c. Menyusun makalah. d.Menyusun laporan dan review buku. http://www.pikiranrakyat.com/ Wawan Sopyan)
Berdasarkan pendapat diatas, bahwa tujuan fungsi,
dan
manfaat
KKG
adalah
meningkatkan
kompetensi dan profesionalitas guru, baik kompetensi pengetahuan
pembelajaran,
proses
pembelajaran, 35
pengembangan
keilmuan
dan
pengembangan
kemampuan akademik serta memfasilitasi kegiatan yang berpusat pada pemecahan masalah pembelajaran dan peningkatan kompetensi maupun profesi guru.
D. KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI MELALUI KKG PAB Kegiatan pengembangan kompetensi dan profesi guru, pada dasarnya merupakan suatu bagian yang integral
dari
manajemen
dalam
upaya
untuk
meningkatkan kualitas guru dalam mengembangkan pengetahuan
dan
keterampilan
sehingga
pada
gilirannya diharapkan para guru dapat memperoleh keunggulan
kompetitif
dan
dapat
memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya kepada peserta didik maupun kepada masyarakat. Dalam hal ini kegiatan pengembangan
kompetensi
dan
profesional
guru
menjadi penting karena dengan meningkatnya kualitas dan kompetensi guru secara individu diharapkan akan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas serta
kompetensi
lulusan
peserta
didik.
Usaha
meningkatkan kompetensi dan profesioanlisme guru dapat dirancang melalui program pelatihan (training) baik dalam bentuk on the job training maupun inservice training. Program ini tidak hanya pada 36
wilayah
prinsip-prinsip
pendidikan
(pengajaran),
melainkan juga pada wilayah teknis pragmatis dan aktivitas pengajaran sehari-hari. Artinya, bahwa dalam hal ini guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya melalui belajar, membaca, serta memburu ilmu-ilmu pendidikan yang setiap saat berkembang untuk kemudian diterapkan dalam pelaksanaan pengajaran sehari-hari. Kegiatan
pengembangan
kompetensi
dan
profesionalisme guru seperti yang tertuang dalam standar program pengembangan kkg bertujuan untuk memberikan wawasan kepada guru tentang kebijakankebijakan
pendidikan
dan
pengembangan
profesionalisme guru serta program yang bertujuan untuk
meningkatkan
kualitas
kompetensi
dan
profesionalisme guru. Dalam Penilaian Kinerja Guru (PKG) disebutkan bahwa pengembangan keprofesian guru mencakup kegiatan sebagai berikut: 1. Pengembangan Diri: Pengembangan meningkatkan kompetensi
diri
adalah
profesionalisme yang
sesuai
diri
upaya agar
dengan
untuk memiliki
peraturan
perundangan agar mampu melaksanakan tugas pokok dan
kewajibannya
dalam
pembelajaran
termasuk 37
tugas-tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah. Kegiatan pengembangan diri terdiri dari diklat fungsional
dan
pengembangan
kurikulum
serta
kegiatan kolektif guru. a. Diklat Fungsional Diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan dan latihan yang bertujuan untuk mencapai standar kompetensi profesi yang ditetapkan dengan
atau
tujuan
kegiatan
pendidikan
meningkatkan
dan
latihan
keprofesian
untuk
memiliki kompetensi di atas standar kompetensi profesi dalam kurun waktu tertentu. Diklat fungsional adalah pendidikan
dan
pelatihan
guru
yang
disesuaikan
dengan tugas pokok dan fungsi serta peran dan tanggung
jawab
guru
dalam
penyelenggaraan
pendidikan di lembaga sekolah maupun lingkungan masyarakat
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan
kompetensi dan profesionalitas guru. Pendidikan dan pelatihan
yang
dimaksud
adalah
pelatihan
yang
mengacu pada kompetensi yang akan dicapai dan diperlukan oleh peserta didik sehingga isi atau materi pelatihan merupakan gabungan bidang-bidang ilmu atau
sumber
diperlukan
bahan untuk
profesionalitas
guru
pelatihan
yang
mencapai atau
yang
secara
utuh
kompetensi
dan
dikenal
dengan 38
pelatihan
terintegrasi
berbasis
kompetensi.
Materi
tersebut bisa gabungan antara materi pokok yang langsung mengarah pada profesionalitas guru dan materi penunjang
tentang wawasan kependidikan
secara umum, kebijakan tentang pendidikan, jabatan fungsional dan jenjang karir, serta kode etik yang mengarah pada pembentukan etos kerja guru. Pengembangan kurikulum sebagai salah satu materi
pokok
dipahami
dalam
bahwa
pelatihan
dalam
terintegrasi
pendidikan
dan
harus latihan
tersebut guru dibekali dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan terutama yang berkaitan dengan pemahaman proses
kurikulum
belajar
dan
mengajar.
penerapaanya
Pendidikan
dan
dalam latihan
mengenai pengembangan kurikulum itu tidak hanya meliputi konsep dan pendekatannya, melainkan juga menyangkut penjabaran dan implementasi kurikulum yang menggambarkan keterkaitan antara peningkatan kualitas pembelajaran itu sendiri, proses pembelajaran, tujuan
pembelajaran,
keterkaitan
dengan
isi,
kejelasan
social
teori
budaya,
belajar,
teknologi,
ketersediaan fasilitas, peran guru dan peserta didik serta
evaluasi
dan
umpan
balik.
Implementasi
kurikulum itu kemudian dapat dituangkan dalam bentuk program pengajaran dan persiapan mengajar 39
harian,
pelaksanaan
kegiatan
belajar
mengajar,
penilaian hasil belajar peserta didik, serta pembuatan media pembelajaran secara sederhana. Dengan adanya berbagai penataran dan latihan tersebut, para guru sangat
terbantu
terutama
pengetahuan
menyangkut
mengajar,
mulai
dan
pengelolaan
dari
wawasannya
proses
perencanaan
belajar
pengajaran,
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, sampai pada penilaian hasil belajar peserta didik. b. Kegiatan Kolektif Guru Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau kegiatan bersama yang bertujuan untuk mencapai standar atau diatas standar kompetensi profesi yang telah
ditetapkan.
dimaksudkan
Kegiatan
adalah
kolektif
kegiatan
guru
yang
pengembangan
kompetensi dan profesioanalitas guru yang dilakukan secara bersama untuk saling berbagi pengalaman dan pemecahan
masalah
pembelajaran disesuaikan
melalui dengan
masing-masing, Kegiatan
yang
dalam
upaya-upaya karakteristik
kondisi
kolektif
terjadi
guru
sekolah,
kreatif
mata dan
mencakup
proses yang
pelajaran
lingkungan. seninar
dan
lokakarya, diskusi panel atau bentuk pertemuan ilmiah lain yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru. 40
Kegiatan kolektif guru juga merupakan media atau ajang kompetisi antar guru dalam menampilkan guruguru yang berprestasi dalam berbagai bidang, seperti dalam
penggunaan
metode
pembelajaran,
hasil
penelitian, dan penulisan karya ilmiah. Kegiatan pertemuan ilmiah seperti kuliah umum atau presentasi ilmiah yang bertujuan menyajikan berbagai informasi dan inovasi terbaru dalam bidang pendidikian memberikan makna penting bagi guru untuk menjaga kemutakhiran hal-hal yang berkaitan dengan
profesi
kontribusi
guru.
yang
kompetensi
berharga
dan
melaksanakan
Hal
ini
akan
dalam
mengembangkan
profesionalitas
tugas
dan
memberikan guru
dalam
tanggungjawabnya.
Pemberian kesempatan kepada guru untuk memimpin atau menjadi presenter dalam penyampaian makalah, kegiatan diskusi kelompok kecil, pameran ilmiah, pertemuan untuk bertukar pikiran atau ide-ide baru dapat
menjaga
wawasan
yang
memperoleh membuat
keaktifan
pikiran
memungkinkan
informasi perencanaan
yang
dan
guru
untuk
diperlukan
untuk
membuka terus
sekaligus
medapatkannya.
Sehingga dengan demikian diharapkan guru akan semakin
termotivasi
untuk
mengembangkan
kompetensi dan profesionalitasnya.( Sa’ud, 2009) 41
c. Lesson Study Kegiatan bagaimana
Lesson
Study
mengembangkan
menekankan dan
pada
mendorong
peningkatan kompetensi dan professional guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui forum teman sejawat. Pihak yang paling mungkin dilibatkan adalah teman sesama guru karena merekalah yang dianggap lebih dapat memahami bagaimana situasi dan posisi guru dalam pembelajaran. Melalui kegiatan Lesson Study, para guru akan diarahkan pada kegiatan pengembangan kompetensi guru yang lebih operasional dan nyata. Kegiatan Lesson Study mengajak guru untuk
mengembangkan
model
pembelajaran
yang
didahului dengan identifikasi masalah yang sering ditemukan pada saat melaksanakan pembelajaran, membuat skala prioritas masalah mana yang akan dibahas dan diselesaikan bersama. Masalah akan dipecahkan melalui penyusunan model pembelajaran yang
mudah untuk dilaksanakan, mudah untuk
mendapatkan
media
pembelajarannya,
membuat
peserta didik aktif, dan berupaya untuk memperbaiki cara mengelola penguatan konsep setelah kegiatan percobaan metode penugasan. Diharapkan dalam
kegiatan
ini
guru
dapat
selama
mengembangkan
kompetensi dan profesionalitasnya dalam melakukan 42
berbagai
macam
pengelolaan
pembelajaran,
penguasaan konsep dan materi pembelajaran, serta kemampuan kemampuan memahami peserta didik secara merata dan menyeluruh.(Anon, 2006) 2. Publikasi Ilmiah Publikasi Ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah
dipublikasikan
kepada
masyarakat
sebagai
bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah terdiri dari presentasi pada forum ilmiah (seminar, lokakarya, dan diskusi ilmiah), penulisan karya ilmiah dan penelitian. a. Presentasi pada forum ilmiah (seminar, lokakarya, dan diskusi ilmiah) Penyampaian
makalah
dalam
forum
ilmiah
seperti seminar, lokakarya dan diskusi ilmiah akan memberikan
kesempatan
kepada
guru
untuk
berinteraksi dengan guru yang lain secara ilmiah. Penyampaian suatu konsep gagasan atau ide ide yang berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dalam bidang pengajaran merupakan sarana yang tepat bagi guru untuk
mengembangkan
kemampuan
kompetensi 43
pedagogic dan profesional khususnya tentang strategi berkomunikasi yang efektif, empatik dan santun dalam bentuk lisan maupun tulisan dalam suasana dialogis dan interaktif. b. Penulisan Karya Ilmiah dan Penerbitan Jurnal Membaca dan menulis jurnal atau makalah ilmiah
adalah
dilakukan
salah
untuk
satu
kegiatan
pengembangan
yang
kompetensi
dapat dan
profesi. Karena kunci pengembangan pengetahuan dan teknologi terutama yang menyangkut kompetensi dan profesioanlitas guru terletak pada aktivitas membaca. Dengan
membaca
karya
ilmiah
yang
terdapat
diberbagai pusat sumber belajar seperti perpustakaan, internet, dan sebagainya dapat mengarahkan pada konsep-konsep dan gagasanatau pandangan baru. Oleh karena itu, dengan membaca dan memahami banyak journal dan makalah ilmiah dalam bidang pendidikan yang terkait dengan profesi guru, maka guru dengan sendirinya
dapat
mengembangkan
dirinya.
Selanjutnya
dengan
profesionalitas meningkatnya
pengetahuan seiring dengan bertambahnya konsepkonsep gagasan dan pengalaman baru tersebut, guru akan dapat membangun konsep gagasan inovatif dan pengalaman yang baru dengan menyusun karya ilmiah tentang pembelajaran,
keterampilan khusus dalam 44
pembelajaran, pembelajaran
menciptakan yang
pengembangan
alatatau
merupakan
profesional
bentuk
guru
media kontribusi
yang
sangat
bermanfaat bagi guru yang bersangkutan maupun orang lain.(Sa’ud, 2009) c. Penelitian Ilmiah Penelitian ilmiah dalam bidang pendidikan yang terkait dengan konteks pengembangan kompetensi dan profesional guru lebih difokuskan pada permasalahan yang
berkaitan
dengan
pengelolaan
pembelajaran.
Penelitian ilmiah ini bertujuan melahirkan inovasi dalam bidang teknologi pembelajaran yang mencakup proses, sumber, maupun system pembelajaran yang berdampak langsung pada praktek pembelajaran yang dilakukan. Dalam kaitan dengan proses pembelajaran, penelitian
ilmiah
yang
mungkin
dapat
dilakukan
adalah kajian yang berhubungan dengan penerapan rancangan pembelajaran melalui pengembangan dan pemanfaatan media, rancangan evaluasi dan penilaian pembelajaran
melalui
penerapan
teknik-teknik
penilaian, dan penyajian atau penyampaian materi melalui penerapan model-model pembelajaran guna menunjang
keefektifan
pengelolaan
kelas
dalam dan
penggunaan pencapaian
media, tujuan
pembelajaran. (Sa’ud, 2006) 45
E. HASIL KAJIAN PENELITIAN KKG Penelitian yang dilakukan oleh Suwarno pada tahun 2009 tentang Peranan Pusat Kegiatan Guru (PKG) SD dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru pada Pembelajaran IPS Sejarah (Studi kasus PKG di Kabupaten Kudus) tesis. Pelaksanaan kegiatan penigkatan profesionalisme guru pada pembelajaran IPS Sejarah di Pusat Kegiatan Guru (PKG) SD tersebut mempunyai manfaat yang sangat penting bagi para guru yang jarang atau tidak pernah mengikuti penataran dan seminar, begitu juga bagi para guru baru atau yang pengalaman kerjanya baru sedikit, bahkan para guru senior yang jarang mendapatkan sosialisasi kurikulum. Dimana para guru biasanya masih banyak mengalami kesulitan-kesulitan dalam melaksanakan tugasnya, baik dalam pembuatan administrasi maupun dalam penguasaan materi yang akan disampaikan kepada para siswanya. Demikian pula bagi para guru yang mengajar IPS Sejarah dengan latar belakang pendidikan yang beragam, bukan berasal dari ilmu pendidikan sejarah, mengalami banyak kesulitan dan untuk itulah kegiatan PKG SD sangat dibutuhkan, karena dengan mengikuti kegiatan peningkatan profesionalisme guru SD pada pembelajaran IPS Sejarah, para guru bisa menguasai dan mengetahui materi apa yang akan dan harus diajarkan kepada peserta didiknya, serta dapat mempergunakan media dan sumber pembelajaran yang tepat kepada para siswanya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pusat Kegiatan Guru (PKG) SD mempunyai peranan yang cukup penting dalam peningkatan profesionalisme guru pada pembelajaran IPS Sejarah pada khususnya dan peningkatan kualitas pembelajaran pada umumnya di UPT Pendidikan Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, walaupun dalam pelaksanaanya kurang optimal. Peranan Pusat Kegiatan Guru (PKG) menjadi cukup penting dalam peningkatan profesionalisme guru pada pembelajaran IPS Sejarah, karena dalam kegiatan tersebut para guru telah dilatih
46
tentang inovasi pembelajaran IPS Sejarah, dan dididik berbagai kegiatan seperti membuat program tahunan, program semester, silabus, analisis materi pelajaran, criteria ketuntasan minimal, rencana pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelaharan, membuat alat evaluasi, sistim penilaian, perbaikan dan pengayaan. Disamping hal tersebut dengan mengikuti kegiatan PKG SD ini, para guru bisa mendapatkan pengetahuan baru melalui para pengawas TK/SD/SDLB, pemandu mata pelajaran maupun informasi pembelajaran IPS Sejarah dari para tutor.
Pusat Kegiatan Guru (PKG) SD mempunyai peranan
yang
cukup
penting
dalam
peningkatan
profesionalisme dan peningkatan kualitas pembelajaran bagi guru mata pelajaran apabila dalam kegiatan tersebut guru dilatih bidang kegiatan yang menunjang tugas-tugas profesionalitas guru maupun informasi penunjang
pembelajaran
dan
pendalaman
materi
pembelajaran dari para tutor maupun guru pemandu. Penelitian Wulandari
pada
yang tahun
dilakukan 2008
oleh
tentang
Fitrianti Pembinaan
Profesional Melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) di Gugus Ki Hajar Dewantara UPTD Pendidikan Dasar Tegowano Grobongan (tesis). 1. Organisasi KKG Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tegowanu Grobogan Kegiatan pengorganisasian yang dilakukan adalah penyusunan struktur organisasi, penentuan personil, penjelasan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing pengurus. 2. Kerja organisasi KKG di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tegowanu Grobogan
47
Pada dasarnya kerja KKG dipengaruhi oleh tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Ketiga hal tersebut menjadikan kerja KKG lebih hidup dan memberikan manfaat bagi anggota secara keseluruhan. Anggota dihadapkan pada pola pikir yang terstruktur dan terencana, sehingga akan meningkatkan kualitas bagi anggota. 3. Pengambilan keputusan program pembinaan profesional guru di gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tegowanu Grobogan Ada beberapa faktor dalam pengambilan keputusan: (a) melihat jauh ke depan, (b) dapat memahami masalah, (c) bertanggung jawab atas apa yang terjadi, (d) ikut partisipasi, (e) menambah input pengetahuan, (f) menekankan perubahan arah dan inovasi, (g) supervisi terhadap keputusan pembelajaran.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kegiatan KKG dengan struktur organisasi yang jelas, pengelolaan organisasi KKG yang terstruktur dengan baik yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, serta pengambilan keputusan mengenai program pembinaan profesional yang tepat bagi guru akan memberikan dampak positif dalam membimbing dan meningkatkan kualitas pola pikir yang terstruktur dan terencana pada anggotanya, sehingga akan mempengaruhi juga pada peningkatan kualitasnya. Penelitian yang dilakukan oleh Trimo pada tahun 2006 tentang Studi Kasus Pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) di Gugus Inti I Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal Tahun 2006/2007 (tesis). Berdasarkan informasi dan data yang terkumpul diperoleh simpulan bahwa pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG)
48
di Gugus Inti I Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, belum dilaksanakan secara efektif. Hal tersebut terlihat dalam proses pembelajaran KKG yang cenderung pasif dan terpusat pada pemandu. Penyusunan program kegiatan KKG sudah mengungkap dan memenuhi kebutuhan guru, dalam mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga guru-guru mampu menguasai kompetensi personal, profesional, dan kemasyarakatan. Namun demikian pelaksanaan program kegiatan KKG belum dapat terlaksana sesuai dengan harapan, karena ada benturan kepentingan dinas sehingga penyelesaian program kegiatan tidak bisa tepat waktu. Tingkat kedisiplinan guru dalam mengikuti KKG belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Hal ini dapat terlihat dari kedatangan guru dalam kegiatan KKG yang lebih lambat dari jadwal dimulainya pelaksanaan KKG. Pemandu/tutor dalam KKG di Gugus Inti I Cabang Dinas P dan K Kaliwungu sudah mumpuni dalam penguasaan materi, namun dalam penyajiannya kurang mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif. Hal ini ditandai suasana proses pembelajaran yang kurang menarik, dan berpusat pada pemandu.
Penelitian
ini
menggambarkan
realita
pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai wadah pembinaan profesionalisme guru di lapangan yang
menunjukkan
bahwa
penyususnan
program
kegiatan sudah sesuai dengan prosedur dalam arti bahwa program yang disusun sudah sesuai dengan kebutuhan guru. Dalam pelaksanaan perlu adanya sinkronisasi dalam hal sistim pembinaan peningkatan profesionalisme guru antara stickholder dalam hal ini dinas pendidikan dengan benturan
kepentingan.
KKG supaya tidak terjadi Dalam
penelitian
ini
juga
menggambarkan masih perlu adanya pemahaman yang lebih jelas dari para pemendu tentang peran dan 49
fungsinya
dalam
pembinaan
profesionalisme
guru
melalui wadah KKG. Penelitian yang dilakukan oleh Mijahamuddin Alwi pada tahun 2009 “Peran Kelompok Kerja Guru (KKG) dalam Meningkatkan Profesional Guru sains Sekolah Dasar Kecamatan Seberang Ulu Palembang”. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Peran Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai wadah pembinaan professional guru, Peran Kelompok Kerja Guru (KKG) dalam meningkatkan profesionalisme guru sains. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah , observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitiannya adalah ketua KKG, Kepala Sekolah, Guru dan Siswa. Teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini, digunakan langkah pengujian diantaranya, melakukan observasi yang seksama, triangulasi, dan kecukupan referensi. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa peran KKG sebagai salah satu wadah dalam pembinaan profesional guru dilaksanakan satu kali dalam seminggu yang mayoritas peserta hadir sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam melaksanakan perannya KKG berperan aktif dalam menanggapi dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh guru yang ada dibawah gugus 3 dan peserta cukup berpartisipasi dan aktif dalam mengikuti kegiatan dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran yang mereka hadapi. selain itu aspek peran KKG dalam meningkatkan profesionalisme guru sains yang ada digugus 3 dan menjadi fokus utama dalam kegiatan KKG ini adalah aspek-aspek yang bekaitan langsung dengan peningkatan mutu pembelajaran seperti, aspek penguasaan kurikulum, penguasaan materi, penggunaan alat peraga, penggunaan metoda dan teknik evaluasi. Sedangkan aspek yang menyangkut pembinaan kepribadian guru seperti disiplin dalam arti luas dan komitmen terhadap tugas tidak terlalu menjadi fokus utama dalam kegiatan KKG.
50
http://pps.uny.ac.id/index.php?pilih=pustaka&mod=yes&ak si=lihat&id=39
Peran KKG sebagai wadah pembinaan profesional guru telah dilaksanakan, terutama dalam menanggapi dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
guru
peningkatan kurikulum,
dalam
kegiatan
mutu penguasaan
pembelajaran,
pembelajaran, materi,
aspek
penguasaan
penggunaan
alat
peraga, penggunaan metode dan teknik evaluasi. Fokus kegiatan yang menyangkut pembinaan keperibadian maupun social yang mennyangkut kedisiplinan dan komitmen terhadap tugas perlu dirumuskan dalam program kegiatan KKG. Penelitian yang dilakukan oleh Wantoro
(2007)
tentang Peran Gugus Rajawali Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes, Sebagai Wadah Pengembangan Guru Profesional. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) peran Gugus Rajawali dalam pelaksanaan KKG dan KKKS sangat efektif sebagai upaya pengembangan guru profesional, (2) peran Gugus Rajawali sebagai tempat penataran dan pelatihan Guru berjalan dengan baik dengan menerapkan beberapa sistem, (3) peran Gugus Rajawali sebagai tempat pembinaan guru oleh atasan dilakukan secara rutin dan terprogram dengan baik, (4) peran Gugus Rajawali sebagai tempat studi banding bagi pengembangan guru profesional, sangat efektif bagi guru-guru untuk menimba ilmu dan pengalaman untuk pengembangan profesionalisme guru. http//pps.unnes.ac.id/pps1/files/abstrak/mp/64.%20Want oro.pdf)
51
Gugus profesional
Sekolah guru
pelaksanaan
sebagai
melalui
sistim
KKG
pembinaannya
pembinaan
sebagai
telah
wadah
dikasanakan
terutama dalam kegiatan diklat, pengawasan, dan studi banding. Belum semua KKG yang ada menjalankan perannya sebagai
wadah pelaksaan pembinaan
profesionalisme guru secara efektif. Dari
kajian
Kelompok
Kerja
penelitian Guru
mengenai
dalam
Peranan
Meningkatkan
Profesionalisme Guru seperti yang disampaikan di atas, menunjukkan
bahwa
peran
KKG
sebagai
wadah
pembinaan profesionalisme guru keefektifannya masih sangat bervariatif.
52