BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Evaluasi Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Echols dan Shadily (2000, 220). 2.1.1 Pengertian Evaluasi Beberapa pengertian evaluasi yang dikemukakan oleh para ahli : Menurut Arikunto (2004, 1) “Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.”
Menurut Umar (2002, 36) Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh. Menurut Crawford (2000 : 13) “Evaluasi atau penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui/menguji apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan.” Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan tidak berbeda, walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran
6 Universitas Sumatera Utara
bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai. Evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan. Jadi, pengukuran itu merupakan proses mengukur yang berfungsi sebagai alat evaluasi. Dari kegiatan pengukuran ini proses evaluasi dimulai. Kasim (1993, 18). 2.1.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu, demikian juga dengan evaluasi. Menurut Crawford (2000, 30) ada beberapa tujuan dan atau fungsi evaluasi yaitu: 1) Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan. 2) Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil. 3) Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan. 4) Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan. Selain itu, adapun tujuan dari evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen. Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana program tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang berjalan tidak akan dapat dilihat efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan baru sehubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah
akan
melanjutkan,
memperbaiki
atau
menghentikan
sebuah
program.Arikunto (2002, 13). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dan fungsi dari evaluasi adalah untuk melihat sejauh mana suatu kegiatan atau program yang telah ditetapkan dapat mencapai hasil yang diharapkan. 2.1.3 Alat Penilaian Evaluasi Secara garis besar alat penilaian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes dan non-tes. Alat yang berupa non-tes dapat berupa :
7 Universitas Sumatera Utara
1. 2. 3.
Skala bertingkat untuk mengukur sikap, pendapat, keyakinan, dan nilai, Wawancara, dan Pengamatan. Penggunaan ala-alat evaluasi tergantung pada apa yang akan di evaluasi. Umar (2002 : 45). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa alat penilaian evaluasi
merupakan alat yang akan digunakan dalam melakukan kegiatan evaluasi. Dengan
menggunakan
alat
penilaian
evaluasi
tersebut,
peneliti
dapat
mengumpulkan semua data dan informasi yang akurat dan tepat. Alat penilaian informasi disesuaikan dengan apa yang akan di evaluasi. 2.1.4 Prosedur Evaluasi Proses suatu evaluasi memiliki tahapan-tahapan sendiri, menurut Umar (2002, 38) salah satu tahapan evaluasi yang sifatnya umum digunakan yaitu “Menentukan apa yang akan dievaluasi, merancang kegiatan evaluasi, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, pelaporan hasil evaluasi dan tindak lanjut hasil evaluasi”. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan suatu kegiatan evaluasi membutuhkan suatu prosedur. Prosedur tersebut akan membantu peneliti agar kegiatan evaluasi dilakukan dengan baik dan benar sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan. 2.1.5 Standar Evaluasi Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama yaitu: a. b. c.
Utility (manfaat), Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan. Accuracy (akurat), Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat tingkat ketepatan tinggi. Feasibility (layak), Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak. Umar (2002, 40). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengevaluasi suatu
kegiatan tertentu maka dibutuhkan standar yang akan memberikan dampak positif pada perkembangan pelaksanaan suatu program.
8 Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Model Evaluasi Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli evaluasi. Ada beberapa model yang dapat dicapai dalam melakukan evaluasi yaitu: a) System Assessment yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi suatu sistem. Evaluasi dengan menggunakan model ini dapat menghasilkan informasi mengenai posisi terakhir dari suatu elemen program yang tengah diselesaikan. b) Program Planning yaitu evaluasi yang membantu pemilihan aktivitas-aktivitas dalam program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya. c) Program Implementation yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program berkerja, bagaimana mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan. Umar (2002, 41). Dari pernyataann di atas dapat disimpulkan bahwa model-model evaluasi tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui apakah suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai hasil yang diharapkan. Selain itu, model-model
evaluasi
tersebut
memiliki
kesamaan
yaitu
sama-sama
mengumpulkan data dan informasi dalam pelaksanaannya. 2.2 Koleksi Koleksi merupakan salah satu unsur pokok yang harus ada di perpustakaan. Koleksi merupakan inti dari perpustakaan, koleksi tersebut diolah dan dilayankan kepada penguna prpustakaan. perpustakaan dapat dinilai baik atau tidak dengan mengetahui tingkat pemanfaatan koleksi yang ada di perpustakaan tersebut. 2.2.1 Pengertian Koleksi Perpustakaan Menurut Darmono (2001, 60) “Koleksi adalah sekumpulan rekaman informasi dalam berbagai bentuk tercetak (buku, majalah, surat kabar) dan bentuk tidak tercetak (bentuk mikro, bahan audio visual, peta)”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan adalah setiap karya yang berisi tentang informasi-informasi yang sangat bermanfaat baik dalam bentuk buku ataupun non buku yang disimpan di perpustakaan dan dilayankan kepada pengguna perpustakaan tersebut. Koleksi yang dimiliki perpustakaan memiliki fungsi sebagaimana yang
9 Universitas Sumatera Utara
dinyatakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2004, 30) bahwa fungsi koleksi adalah: a.
b.
c.
d.
Fungsi pendidikan Untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan mengadakan bahan pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis dan tingkat program yang ada. Fungsi penelitian Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan menyediakan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan mutakhir. Fungsi referensi Fungsi ini melengkapi fungsi yang di atas dengan menyediakan bahan bahan referensi dari berbagai bidang dan alat-alat bibliografis yang diperlukan untuk menelusur informasi. Fungsi umum Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan pusat informasi bagi masyarakat disekitarnya, fungsi ini berhubungan dengan program pengabdian masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia yang lain. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan
harus memiliki fungsi pendidikan, fungsi penelitian, fungsi referensi dan fungsi umum. Dengan memiliki setiap fungsi tersebut maka pemanfaatan perpustakaan dapat meningkat dan kebutuhan informasi pengguna perpustakaan dapat terpenuhi dengan baik. 2.2.2 Kebijakan Pengembangan Koleksi Pengertian kebijakan dalam wikipedia adalah “rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak”. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya suatu hukum yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan. Berdasarkan pada pengertian kebijkan di atas maka disimpulkan bahwa kebijakan koleksi adalah rangkaian konsep yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan koleksi di perpustakaan.
10 Universitas Sumatera Utara
Kebijakan koleksi meliputi kegiatan memilih dan mengadakan bahan pustaka yang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pustakawan bersama-sama dengan pengguna perpustakaan, maksud adanya kebijakan ini yaitu sebagai perencanaan untuk mengembangkan bahan pustaka demi tercapainya perpustakaan yang berkualitas sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Pengembangan koleksi perlu merujuk pada prinsip-prinsip pengembangan koleksi yaitu sebagai berikut: 1) Relevansi Artinya aktivitas pemilihan dan pengadaan terkait dengan program pendidikan yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Berorientasi kepada pemakai dengan demikian kepentingan pengguna menjadi acuan dalam pemilihan dan pengadaan bahan pustaka. 2) Kelengkapan Koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari buku teks yang langsung dipakai untuk mata pelajaran yang diberikan tetapi juga menyangkut bidang ilmu yang berkaitan erat dengan program yang ada didalam kurikulum. Semua komponen koleksi mendapatkan perhatian yang wajar sesuai dengan tingkat prioritas yang ditentukan. 3) Kemutakhiran Disamping memperhatikan masalah kelengkapan, kemutakhiran sumber informasi harus di upayakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kemutakhiran bahan pustaka dapat dilihat dari tahun terbit.jika bahan pustaka diterbitkan pada tahun terakhir, maka dilihat dari kemutakhiran dapat dikatakan mutakhir. 4) Kerjasama Unsur-unsur yang terkait dalam pembinaan koleksi harus ada kerjasama yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pembinaan koleksi berjalan eektif dan efisien. Kerjasama ini melibatkan semua komponen yang terlibat dalam pembinaan koleksi seperti kepala perpustakaan, petugas perpustakaan atau pustakawan, guru serta pihak yang mengadakan pembelian. Darmono (2001, 49) Dari pernyataan di atas dapat disimpukaan bahwa untuk membuat suatu kebijakan pengembangan koleksi perlu melakukan suatu pertimbangan agar kebijakan tersebut dapat meningkatkan pemanfaatan koleksi oleh pengguna. 2.2.3 Jenis Koleksi Bahan pustaka mencakup karya cetak atau karya grafis seperti buku, majalah, surat kabar, disertasi dan laporan. Karya noncetak atau karya rekam seperti piringan hitam, rekaman audio, kaset dan video. Bentuk mikro seperti mikrofilm, mikrofis dan microopaque serta, karya dalam bentuk elektronik
11 Universitas Sumatera Utara
seperti disket, pita magnetik, dan kelongsong elektronik (catridge) yang diasosiasikan dengan komputer. Berikut dijelaskan secara garis besar jenis bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi perpustakaan.Yulia (1993, 3). 1) Karya cetak merupakan hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, seperti: a. Buku, bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan yang paling umum terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar dari UNESCO tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku diantaranya buku fiksi, buku teks, dan buku rujukan. b. Terbitan berseri, bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus dengan jangka waktu terbit tertentu. Yang termasuk dalam bahan pustaka ini adalah harian (surat kabar), majalah (mingguan, bulanan dan lainnya), laporan yang terbit dengan jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, triwulanan dan sebagainya. 2) Karya noncetak merupakan hasil pikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku dan majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar, dan sebagainya. Istilah lain yang dipakai untuk bahan pustaka ini adalah bahan buku nonbook, ataupun bahan pandang dengar. Yang termasuk dalam jenis bahan pustaka ini adalah: a. Rekaman suara, yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa Inggris yang dikombinasikan dengan pita kaset. b. Gambar hidup dan rekaman video. Yang termasuk dalam bentuk ini adalah film dan kaset video. Kegunaannya selain yang bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. Misalnya untuk pendidikan pemakai untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan perpustakaan. c. Bahan grafika. Ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung (misalnya lukisan, bagan, foto, gambar teknik dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (misalnya transparansi dan filmstrip). d. Kartografi. Yang termasuk dalam jenis ini adalah peta, atlas, bola dunia, foto udara dan sebagainya. 3) Bentuk mikro merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan microreader. Ada 3 macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu: a. Mikrofilm, bentuk mikro dalam gulungan film. Ada beberapa ukuran film yaitu 16 mm dan 35 mm. b. Mikrofis. Bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm x 148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm. c. Microopaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak ke dalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya. Ukurannya sebesar mikrofis.
12 Universitas Sumatera Utara
4) Karya dalam bentuk elektronik. Dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan ke dalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM player, dan sebagainya.Yulia (1993, 4). Sedangkan menurut Darmono (2001, 53) menyatakan yang termasuk jenis koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut: 1.
2. 3.
4. 5. 6.
Buku merupakan koleksi yang paling umum dihimpun oleh perpustakaan. Yang termasuk kedalam jenis buku yaitu buku teks, buku penunjang, buku-buku jenis fiksi serta buku bergambar dan buku populer yang berisi pengetahuan umum dan populer. Koleksi referensi. Isi buku referensi tidak mendalam dan kadang-kadang hanya memuat informasi tertentu saja. Contoh: kamus, ensiklopedia, almanak, direktori dan buku tahunan. Sumber geografi. Jenis koleksi ini berisi informasi tentang, hutan, daerah, iklim, cuaca, ketinggian tempat, bahan tambang, hasil pertanian daerah tertentu, laut, gunung, gurun dan lainnya. Bentuk sumber geografi pada umumnya adalah peta, atlas, globe. Jenis serial (terbitan berkala). Pada umumnya terbitan berkala berupa majalah dan koran yang diperlukan sebagai koleksi perpustakaan karena keduanya berisi berita aktual yang meliputi berbagai aspek kehidupan manusia. Bahan mikro merupakan koleksi perpustakaan yang merupakan alih media dari buku kedalm bentuk mikro seperti mikrofilm dan mikrofice. Audio Visual merupakan koeksi perpustakaan yang memuat informasi yang dapat ditangkap secara bersamaan oleh indra mata dan telinga. Contoh: video, kaset, peringan hitam, VCD, slide dan film. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis koleksi di
perpustakaan tidak hanya terbatas pada buku namun ada juga yang non buku. Jenis koleksi tersebut memiliki informasi-informasi yang beragam dan sangat bermanfaat bagi pengguna perpustakaan dalam memenuhi setiap kebutuhan informasi yang diperlukannya. 2.2.4 Pemilihan Bahan Pustaka Dalam melakukan pengadaan bahan pustaka, perpustakaan harus melakukan pemilihan buku yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Siregar (2002, 10) bahwa pemilihan buku adalah proses mengkaji kebutuhan bahan pustaka yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan serta menetapkan judul dan subyek bahan pustaka yang perlu diadakan, setelah meneliti judul-judul bahan pustaka melalui katalog penerbit dan usul dari pengguna perpustakaan.
13 Universitas Sumatera Utara
Dalam melaksanakan pemilihan bahan pustaka ada pihak-pihak yang dilibatkan. Menurut Siregar (2002, 12) Pihak-pihak yang dilibatkan dalam pemilihan bahan pustaka adalah : a) Putakawan Pustakawan memegang peranan yang penting dalam pemilihan pustaka dan pengembangan bahan pustaka. b) Subyek spesialis/pakar Dalam pemilihan bahan pustaka, subyek spesialis/pakar mempunyai peranan yang penting karena mereka adalah ahli dalam bidang yang ditekuninya, sebagaimana disebutkan dalam kamus bahasa Indonesia (1996, 960) bahwa spesialis adalah orang-orang yang ahli dalam suatu bidang ilmu atau keterampilan. c) Bagian sirkulasi Keikutsertaan bagian sirkulasi dalam pemilihan bahan pustaka adalah karena bagian ini dapat memberi informasi tentang bahan pustaka yang banyak digunakan dan dicari oleh pengguna, sehingga dapat dipikirkan pembelian/penambahan jumlah eksemplar jika jumlah bahan pustaka tersebut dianggap kurang. d) Bagian pengadaan Bagian pengadaan memegang peranan penting dalam pemilihan bahan pustaka karena bagian ini bertugas melaksanakan administrasi pemilihan bahan pustaka seperti mencatat semua permintaan yang datang dari pihak-pihak yang dilibatkan dalam pemilihan buku. e) Pengguna Pengguna merupakan orang-orang yang memanfaatkan koleksi perpustakaan. Sedangkan menurut Yulia (1993, 75) pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan pemilihan bahan pustaka adalah : 1. 2. 3.
4. 5.
Pada perpustakan sekolah, pihak yang berwenang melakukan pemilihan bahan pustaka adalah kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah, serta guru, pelajar boleh saja memberikan saran. Pada perpustakaan umum pihak yang berwenang adalah dewan penasehat, penyantun perpustakaan dan tokoh masyarakat. Pada perpustakaan perguruan tinggi, pihak yang berwenang melakukan pemilihan adalah pimpinan universitas, pimpinan fakultas, dosen, staf dan mahasiswa menyarankan dan harus dipertimbangkan kesesuaiannya dengan kebutuhan. Pada perpustakaan khusus, pihak yang berwenang melakukan pemilihan adalah pimpinan institusi dimana perpustakaan tesebut bernaung. Pada akhirnya, pustakawanlah yang berwenang apabila bahan pustaka tersebut dipilih atau tidak, karena pustakawanlah yang mengetahui apakah bahan pustaka tersebut cocok atau tidak serta dana yang tersedia. Dari pernyataan di atas maka dapat diketahui bahwa setiap perpustakaan
memiliki pihak-pihak pemilihan bahan pustaka yang berbeda-beda sesuai dengan
14 Universitas Sumatera Utara
peraturan perpustakaan itu sendiri. Namun, pustakawan merupakan pihak yang paling tahu mengenai bahan pustaka yang dibutuhkan oleh masyarakat pengguna. Menurut Sulistyo-Basuki (2001, 429) untuk dapat melakukan pemilihan bahan pustaka, pihak-pihak yang berhubungan harus memiliki pengetahuan seperti : 1) Menguasai sarana bibliografi yang tersedia, paham akan dunia penerbitan, khususnya mengenai penerbit spesialisasi para penerbit, kelemahan mereka, standar hasil terbitan yang ada selama ini dan keunggulan suatu penerbit. 2) Mengetahui latar belakang para pemakai perpustakaan misalnya siapa saja yang menjadi anggota, minat dan penelitian yang sedang dan telah dilakukan berapa banyak mereka menggunakan perpustakaan dan mengapa ada kelompok pengguna bahan pustaka yang satu berbeda dengan pengguna perpustakan lain. 3) Mengetahui kebutuhan para anggota. 4) Personil pemilihan buku harus bersifat netral serta harus menguasai informasi dan akal sehat dalam pemilihan. 5) Pengetahuan mendalam mengenai koleksi perpustakaan. 6) Mengetahui buku melalui proses membuka buka buku ataupun melalui proses membaca. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa seorang pustakawan harus memiliki pengetahuan-pengetahuan tersebut agar kegiatan pemilihan bahan pustaka dapat terlaksana dengan baik. Dalam pelaksanaan pemilihan buku perlu diingat prinsip-prinsip pemilihan buku yang telah ditetapkan oleh perpustakaan. Adapun prinsip-prinsip dalam melakukan pemilihan buku menurut Siregar (2002, 11) adalah sebagai berikut : a. b.
c.
d.
Relevansi atau kesesuaian Perpustakaan hendaknya mengusahakan agar koleksi perpustakaan relevan dengan fungsi dan tujuan perpustakaan serta tujuan dari lembaga induknya. Orientasi kepada pengguna Dalam pengadaan koleksi hendaknya mengutamakan kepentingan pengguna perpustakaan, sehingga kebutuhan pengguna terpenuhi dan tingkat keterpakaian koleksi dapat ditingkatkan. Unsur kelengkapan Pengadaan koleksi hendaknya dilakukan dengan berpedoman kepada kelengkapan koleksi yang dibutuhkan oleh pengguna, bukan berpedoman kepada jumlah eksemplar bahan pustaka. Unsur kemutakhiran
15 Universitas Sumatera Utara
e.
f.
Perpustakaan harus berusaha untuk menyediakan sumber-sumber informasi yang paling mutakhir, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Unsur kerjasama dengan berbagai pihak Perpustakaan sebaiknya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti pakar ilmu pengetahuan, pengguna dalam melaksanakan pemilihan bahan pustaka agar relevansi koleksi dengan kebutuhan pengguna dapat terpenuhi. Menggunakan alat bantu pemilihan Untuk memudahkan dan untuk mengetahui informasi buku secara lengkap, hendaknya pemilihan bahan pustaka dilakukan dengan menggunakan alat bantu pemilihan bahan pustaka seperti katalog. Dari pernyataan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam melakukan pemilihan bahan pustaka dibutuhkan prinsip-prinsip yang mendukung pelaksanaannya agar bahan pustaka sesuai dengan kebutuhan pengguna. 2.2.5 Pengadaan Koleksi Pengadaan bahan pustaka merupakan salah satu dari kegiatan pelayanan teknis pada suatu perpustakaan dalam usaha untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui kegiatan pengadaan bahan pustaka tersebut, perpustakaan berusaha menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Beberapa pengertian pengadaan koleksi menurut para ahli: Menurut Darmono (2001, 57) Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkaian dari kebijakan pengembangan koleksi perpustakaan. Dalam kegiatan pengadaan bahan pustaka perpustakaan terikat dan sekaligus dipandu oleh rambu-rambu yang tertuang dalam kebijakan pengembangan koleksi. Koleksi mana yang menjadi proritas pengadaan sudah ditentukan dalam kebijakan pengembangan koleksi. Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki (2001, 27) Pengadaan bahan pustaka merupakan konsep yang mengacu pada prosedur sesudah kegiatan pemilihan untuk memperoleh dokumen, yang digunakan untuk mengembangkan dan membina koleksi atau himpunan dokumen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan informasi serta mencapai sasaran unit informasi. Dari uraian pengertian pengadaan bahan pustaka yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengadaan bahan pustaka merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka
16 Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh perpustakaan. Secara umum pengadaan bahan pustaka di lingkungan perpustakaan mencakup tiga kegiatan utama yaitu : a. b. c.
Pemilihan atau seleksi bahan pustaka Pengadaan bahan pustaka melalui pembelian, tukar menukar, penerimaan hadiah dan penerbitan sendiri oleh perpustakaan. Inventarisasi bahan yang telah diadakan serta statistik pengadaan bahan pustaka. Pemilihan atau seleksi bahan pustaka perpustakaan harus berpedoman
terhadap prinsip-prinsip seleksi. Prinsip seleksi merupakan salah satu acuan yang digunakan perpustakaan untuk mengisi koleksi perpustakaannya. Beberapa prinsip dasar dalam pemilihan koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut: 1) Semua bahan pustaka harus dipilih secara cermat, disesuaikan dengan keperluan pemakai dan menurut skala prioritas yang telah ditetapkan. 2) Pengadaan bahan pustaka didasarkan atas peraturan tertulis yang merupakan kebijakan pengembangan koleksi yang disahkan oleh penanggung jawab lembaga dimana perpustakaan bernaung. 3) Keputusan terakhir untuk melaksanakan pengadaan adalah ditangan pustakawan karena dialah yang lebih mengetahui keadaan koleksi, prioritas pengadaan dan terutama anggaran yang tersedia. Darmono (2001, 59) Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengadaan bahan pustaka tidak hanya diperoleh dengan cara pembelian saja namun dapat melalui hadiah yang diberikan oleh instansi atau sebagainya, melalui tukar menukar dengan perpustakaan lainnya dan juga melalui buku titipan selain itu pemilihan bahan pustaka berpengaruh kuat terhadap pengadaan koleksi perpustakaan. Menurut Nasution (2006, 174) Hal-hal yang harus ditetapkan berkaitan dengan pengadaan koleksi adalah sebagai berikut : 1.
2.
Menyusun rencana operasional pengadaan bahan pustaka yang meliputi : a. Perumusan kebijakan tentang koleksi mencakup pedoman, peraturan, penekanan (stressing), penyediaan anggaran. b. Mempelajari peta dan kondisi masyarakat pemakai. c. Presentasi bidang-bidang pengetahuan bahan pustaka yang akan diadakan. d. Seleksi, dengan berpedoman kepada atau bersumber pada katalog terbitan, brosur dan selebaran, bibliografi, daftara tambahan (accesion list), permintaan pemakai, perkembangan penerbitan, perkembangan informasi dan lain-lain. Menghimpun alat seleksi bahan pustaka. Kegiatan ini adalah mengumpulkan semua sumber informasi literatur yang akan dipergunakan dalam proses penyeleksian dan penentuan bahan pustaka yang akan diadakan.
17 Universitas Sumatera Utara
3.
4.
5. 6.
Sumber-sumber informasi ini seperti : katalog penerbit, bibliografi, buletin, abstrak, brosur terbitan baru dan lain-lain. Sumber informasi yang juga sangat diperlukan adalah yang memuat gambaran tentang buku, harga dan toko buku yang menyediakan. Sumber seleksi lainnya yaitu saran-saran dari pengunjung serta berpedoman kepada koleksi yang sudah ada, baik untuk menambah judul bahan pustaka maupun jumlah eksempar untuk judul-judul yang sangat dibutuhkan. Survei minat pemakai. Kegiatan ini pada dasarnya membuat instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data serta memuat laporan hasil survei untuk mengetahui bidang atau subjek yang diminati pemakai, jenis pustaka yang diperlukan termasuk jenis layanan yang dikehendakinya. Surveii minat pemakai dapat dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan pemakai potensial yang rajin menggunakan perpustakaan, atau menyediakan formulir isian yang disediakan untuk pengunjung perpustakaan. Mereka dipersilahkan untuk menulis keinginan dan kebutuhan koleksi bahan pustaka dengan informasi yang lengkap, seperti pengarang, judul, penerbit, dan tahun terbit. Survei bahan pustaka. Kegiatan mengamati langsung keberadaan bahan pustaka di penerbit, toko buku, pameran dan perpustakaan lainnya untuk mengetahui : a. Buku apa saja yang ada. b. Buku yang sudah lama namun tetap penting dimiliki perpustakaan. c. Hal-hal lain seperti bentuk fisik buku, perbandingan harga dan data bibliografis lainnya. d. Perkembangan penerbitan, baik terbitan baru, edisi revisi, cetak ulang, terjemahan, saduran dan lain sebagainya. Membuat dan menyusun desiderata. Kegiatan ini adalah membuat deskripsi bahan pustaka dalam bentuk kartu atau daftar dan disusun menurut aturan tertentu untuk digunakan sebagai seleksi bahan pustaka untuk pengadaan. Menyeleksi bahan pustaka dengan menggunakan daftar desiderata, laporan hasil survei minat pemakai dan laporan hasil survei maka diadakan penyeleksian bahan pustaka yang dilakukan oleh perpustakaan untuk satu periode tahun anggaran atau pengadaan secara insidentil untuk terbitan yang sedang “in” manakala tersedia anggaran sehingga dapat segera disajikan kepada pengunjung sesegera mungkin. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkann bahwa untuk melakukan
pengadaan bahan pustaka perlu dilakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu agar pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan baik dan benar. 2.2.6 Penyiangan dan Cacah Ulang (Stock Opname) Penyiangan dan cacah ulang merupakan salah satu kegiatan yang perlu dilakukan di perpustakaan untuk melestarikan dan menjaga koleksi perpustakaan.
18 Universitas Sumatera Utara
Menurut Nasution (2006, 177) untuk mengetahui sejauh mana pemakaian bahan pustaka oleh pengunjung dan bagaimana pemeliharaan atau perawatannya maka perlu dilakukan evaluasi dan pengecekan serta penyiangan yang dilakukan secara teratur periodik jangka waktu tertentu misalnya satu tahun. Menurut Yulia (1993, 198) Penyiangan adalah suatu praktek mengeluarkan bahan pustaka dari koleksi yang copynya berlebihan dan koleksi yang jarang digunakan serta koleksi yang informasinya kurang tepat dan kurang relevan untuk kurikulum yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa kegiatan penyiangan perlu dilakukan secara teratur sesuai dengan peraturan perpustakaan agar setiap koleksi perpustakaan benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh pengguna. Selain itu pustakawan juga harus mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan untuk melaksanakan kegiatan penyiangan tersebut. Berikut merupakan kriteria-kriteria penyiangan : 1) Sebaiknya perpustakaan memiliki peraturan tertulis tentang penyiangan dengan demikian ada pegangan dalam melaksanakan penyiangan dari waktu ke waktu. 2) Hendaknya perpustakaan meminta bantuan dari para spesialis subjek dari bahan pustaka yang disiangi, untuk bersama-sama menentukan apa yang perlu dikeluarkan dari koleksi perpustakaan serta apa yang harus dilakukan terhadap hasil penyiangan itu. 3) Pedoman untuk penyiangan koleksi yaitu: a. Subjek tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pengguna perpustakaan. b. Bahan pustaka yang sudah usang isinya. c. Edisi terbaru sudah ada sehingga yang lama dapat dikeluarkan dari koleksi. d. Bahan pustaka yang sudah terlalu rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi. e. Bahan pustaka yang isinya tidak lengkap lagi dan tidak dapat diusahakan gantinya. f. Bahan pustaka yang jumlah copynya terlalu banyak, tetapi frekuensi pemakaiannya rendah. g. Bahan pustaka terlarang.Yulia (1993, 199). Dari pernyataan yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa pemeliharaan dan pelestarian bahan pustaka tidak hanya mencakup tentang kegiatan penyiangan saja, namun dengan menerapkan peraturan-peraturan di perpustakaan juga dapat menjadi salah satu cara untuk melakukan pemeliharaan dan pelestarian bahan pustaka. Seperti yang diketahui bahwa salah satu faktor
19 Universitas Sumatera Utara
dari kerusakan bahan pustaka yaitu manusia yang merupakan pengguna perpustakaan itu sendiri. Berikut merupakan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membuat peraturan perpustakaan.Sulistyo-Basuki (1993, 281). a) Jumlah dan jenis pemakai beserta persyaratannya. Misalnya harus memiliki tanda pengenal, mengisi formulir, membayar dan sebagainya. Pada perpustakaan perguruan tinggi dibuatkan ketentuan khusus untuk pengajar dan mahasiswa. Bila jumlah anggota kecil sedangkan koleksi cukup besar maka perpustakaan dapat memperbanyak jumlah buku yang dipinjam. b) Jenis bahan pustaka yang boleh serta tidak boleh dipinjam. Misalnya buku referensi, tesis, serta buku langka yang tidak boleh dipinjam bahkan banyak perpustakaan mengeluarkan ketentuan tambahan seperti banyak perpustakaan perguruan tinggi melarang pembuatan fotokopi skripsi. Pada perpustakaan lain, penggunaan buku langka harus disertai dengan petugas perpustakaan. c) Jenis perpustakaan. Misalnya pada perpustakaan nasional, buku hanya boleh dibaca ditempat dan tidak boleh dipinjam. Pada perpustakaan khusus yang merupakan bagian dari lembaga penelitian, peminjaman untuk para peneliti lebih luwes artinya boleh meminjam lebih banyak dari anggota lain yang bukan peneliti. d) Fasilitas yang tersedia. Bila majalah tidak boleh dibawa pulang, harus tersedia alat fotocopi. Bila jumlah kursi yang tersedia kurang memadai, diusahakan agar jumlah buku yang boleh dipinjam lebih banyak. Dalam fasilitas, biasanya disebutkan kemudahan yang ada, misalnya jumlah kursi, alat baca mikrofilm, fotocopi, telepon umum dan sebagainya. e) Jenis jasa yang diberikan seperti pengawetan, reprografi, pinjam antar perpustakaan, jasa bibliografis, penelusuraninformasi dan sebagainya. f) Filosofi kepustakawanan yang dapat diterima oleh pemakai. Cacah ulang atau Stock opname menurut Yulia (1993, 167) secara harfiah merupakan “suatu kegiatan penghitungan kembali koleksi bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan. Kegiatan ini biasanya memerlukan waktu beberapa hari, yang dilakukan paling tidak setiap tahun pada perpustakaan-perpustakaan kecil dan 2-3 tahun sekali untuk perpustakaan-perpustakaan besar”. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyusutan atau pengurangan terhadap koleksi perpustakaan antara lain : a. b. c.
Kerusakan karena dipakai, dipinjam, dibaca dan sudah tak dapat diperbaiki lagi. Dipinjam tetapi tidak dikembalikan. Hilang.
20 Universitas Sumatera Utara
d. e.
Dikeluarkan dari jajaran atau disiangi (selfing) karena sudah kadaluwarsa, tidak dipakai lagi. Diganti dengan edisi baru dan lain-lain. Jumlah penyusutan koleksi untuk setiap perpustakaan berbeda-beda. Hal
ini tergantung kepada beberapa faktor seperti sistem pengamanan, cara pemeliharaan dan perawatan, kualitas kertas dan penjilid, jumlah pengunjung yang memanfaatkan perpustakaan dan pengaruh cuaca atau kelembaban udara di ruang koleksi. Adapun kegiatan stock opname yang dilakukan di perpustakaan bertujuan untuk: a) Mengetahui dengan tepat profil koleksi bahan pustaka yang ada di suatu perpustakaan. b) Mengetahui jumlah buku (judul/eksemplar) koleksi bahan pustaka menurut golongan klasifikasi dengan tepat. c) Menyediakan jajaran katalog yang tersusun rapi yang mencerminkan kondisi koleksi bahan pustaka. d) Mengetahui dengan tepat buku-buku yang tidak ada katalognya. e) Mengetahui dengan tepat buku-buku yang dinyatakan hilang. f) Mengetahui dengan tepat kondisi buku, apakah dalam keadaan rusak atau tidak lengkap. Menurut Sulistyo-Basuki (1991) yang dikutip oleh Yulia (1993, 168) dalam melaksanakan kegiatan stock opname terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan antara lain) : a. b. c. d. e. f. g. h.
Daftar pengadaan (accession list) Daftar/register berisi nomor induk Lembar lepas berisi nomor induk Kartu uji (check card) Menghitung buku Stock opname berdasarkan sampel atau contoh Dengan bantuan komputer Sheft list Dari pernyataan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa utuk
melakukan kegiatan stock opname diperlukan metode-metode yang mendukung pelaksanaan kegiatn
tersebut. Metode-metode tersebut
akan membantu
berjalannya kegiatan stock opname dengan baik dan benar.
21 Universitas Sumatera Utara
2.2.7 Sumber Informasi Elektronik Perpustakaan tidak hanya menyediakan sumber informasi tercetak namun sumber informasi elektronik juga. Selain dapat diakses dengan mudah, sumber informasi elektronik juga selalu memberikan informasi-informasi yang terbaru. Penggunaan internet di suatu perpustakaan dapat dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, penyediaan akses yaitu penyediaan sarana dan prasarana dimana pustakawan dan pengguna perpustakaan dapat menggunakan internet, dalam hal ini, perpustakaan menyediakan sejumlah komputer sebagai terminal yang terhubung ke internet, penyediaan layanan akses ini bertujuan untuk memungkinkan civitas akademika dapat memperoleh informasi yang bersumber dari web, yang diperlukan untuk mendukung kegiatan proses belajar-mengajar dan penelitian. Kedua, publikasi elektronik yaitu kegiatan untuk mempublikasikan berbagai informasi tentang dan oleh perpustakaan. Dalam hal ini, perpustakaan memiliki dan memelihara sendiri suatu situs web. Penerbitan web bertujuan untuk mempublikasikan berbagai informasi tentang perpustakaan dan kegiatannya. Kegiatan ini pada dasarnya sama dengan publikasi berbagai selebaran, brosur, pamflet panduan perpustakaan, daftar perolehan baru, katalog dalam berbagai jenis dan sebagainya. Dalam hal ini perpustakaan bertindak sebagai penerbit. Siregar (2004, 64). Sumber informasi elektronik lainnya yang dapat diakses dari perpustakaan yaitu database atau pangkalan data. Berikut merupakan pengertian database menurut para ahli. Menurut Hartono (1999, 711) Database adalah kumpulan dari data yang saling berhubungan satu sama lainnya, tersimpan diperangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Database merupakan salah satu komponen yang penting dalam sistem informasi bagi para pemakainya. Sistem basis data adalah suatu sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sedangkan, menurut Fathansyah (2002, 2) Database atau basis data terdiri atas 2 kata, yaitu basis dan data. Basis kurang lebih dapat diartikan sebagai markas atau gudang, tempat bersarang/ berkumpul sedangkan data adalah representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia (pegawai, siswa, pembeli, pelanggan), barang, hewan, peristiwa, konsep, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi, atau kombinasinya.
22 Universitas Sumatera Utara
Basis data sendiri dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang seperti : 1. 2. 3.
Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Kumpulan file/tabel/arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan elektronik. Berdasarkan pada pengertian database yang dikemukakan oleh para ahli di
atas maka disimpulkan bahwa database adalah kumpulan data-data yang tersimpan dalam perangkat keras komputer yang saling berhubungan dan dapat diakses dengan mudah oleh penggunanya. Dari sumber informasi elektronik yang bersumber dari internet dan database dapat diperoleh informasi berupa karya-karya digital, yaitu : a) Jurnal elektronik merupakan sekumpulan artikel dari berbagai sumber, biasanya jurnal Ilmiah, majalah, surat kabar yang dikumpulkan dalam satu database dan dapat diakses secara online, dan umumnya harus dilanggan. Isinya ada yang berbentuk abstrak dan teks penuh (fulltext). Alasan perpustakaan berlangganan e-journal adalah: paradigma baru perpustakaan, tuntutan pengguna, keterbatasan ruangan perpustakaan, keuntungan file elektronik. b) e-book merupakan sebuah bentuk buku elektronik yang dapat dibuka dengan menggunakan komputer. E-book ini berupa file dengan format bermacam-macam, ada yang berupa pdf (portable document format) yang dapat dibuka dengan program acrobat reader atau sejenisnya. Ada juga yang dengan bentuk format html, yang dapat dibuka dengan browsing atau internet eksplorer secara offline. Ada juga yang berbentuk format exe. Pemanfaatan database merupakan suatu proses dan perbuatan pengguna dalam hal memanfaatkan informasi pada database untuk memenuhi kebutuhan. Informasi ilmiah yang terdapat dalam database cukup berperan dalam berbagai bidang kajian ilmu, yang selalu memerlukan data mutakhir dan akurat. Database banyak dimanfaatkan dalam hal penelitian, studi kasus, pembuatan bahan ajar, penyusunan tugas akhir, karya ilmiah, tesis, serta disertasi yang menuntut suatu data akurat mengenai temuan-temuan baru. Biasanya informasi yang diperoleh dari hasil penelusuran dapat di download, dicetak/hanya dibaca di monitor. Pada
23 Universitas Sumatera Utara
dasarnya pengguna dapat secara bebas memperlakukan informasi yang di dapatnya melalui penelusuran dari internet. Hasugian (2005, 14). 2.3 SNI 7330 : 2009 (Standar Nasional Indonesia Perpustakaan Perguruan Tinggi) Standar Nasional Indonesia (SNI) Perpustakaan Perguruan Tinggi dimaksudkan untuk menyediakan acuan tentang manajemen perpustakaan yang berlaku pada perpustakaan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang meliputi universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, politeknik dan perguruan tinggi lainnya yang sederajat. Standar ini disusun oleh Panitian Teknis 01-01, Perpustakaan dan Kepustakaan. Berikut merupakan indikator-indikator yang terdapat dalam SNI 7330 : 2009 khususnya dalam bidang koleksi perpustakaan : 1. 2.
3.
Kebijakan koleksi Perpustakaan perguruan tinggi menyediakan bahan bacaan wajib dan bahan bacaan pengaya. Jenis koleksi Perpustakaan mengembangkan koleksinya disesuaikan dengan kegiatan dharma perguruan tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi menyediakan: a) Materi perpustakaan pendukung dharma perguruan tinggi. Perpustakaan menyediakan materi perpustakaan dengan tidak memandang format maupun media guna mendukung kegiatan pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat serta kegiatan dharma lainnya yang sesuai dengan program lembaga induknya. b) Materi perpustakaan inti (koleksi bahan ajar) Perpustakaan perguruan tinggi menyediakan bahan bacaan mata kuliah yang ditawarkan di perguruan tinggi. Masing-masing judul bahan bacaan tersebut di sediakan tiga eksemplar untuk tiap seratus mahasiswa, di mana satu eksemplar untuk pinjaman jangka pendek dan dua eksemplar lainnya untuk pinjaman jangka panjang. c) Terbitan pemerintah Perpustakaan menyediakan terbitan pemerintah daerah dan pusat. d) Terbitan perguruan tinggi Perpustakaan menyediakan terbitan perguruan tinggi yang bersangkutan, termasuk terbitan lembaga penelitian, karya akhir mahasiswa, karya pengajar, serta karya yang berkaitan dengan perguruan tinggi tersebut. e) Terbitan badan internasional Perpustakaan menyediakan terbitan badan internasional. f) Materi perpustakaan referensi Perpustakaan menyediakan bahan referensi. Majalah ilmiah Perpustakaan melanggan sekurang-kurangnya satu judul majalah ilmiah untuk setiap program studi yang diselenggarakan perguruan tinggi pada
24 Universitas Sumatera Utara
4. 5. 6.
7.
program diploma serta sarjana, dan dua judul untuk program pascasarjana. Penambahan koleksi Penambahan koleksi sekurang-kurangnya 2% dari jumlah judul atau minimal dua ratus judul per tahun dipilih mana yang paling besar. Cacah ulang Cacah ulang sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali dalam tiga tahun. Penyiangan Perpustakaan melakukan penyiangan terhadap materi perpustakaan yang rusak serta tidak dapat diperbaiki dan tidak dapat dikonversi ke format lain, materi yang tersedia dalam jumlah yang besar. Pelaksanaannya disesuaikan dengan kebijakan pengembangan koleksi dan aturan yang berlaku. Materi perpustakaan elektronik Perpustakaan menyediakan akses sumber informasi elektronik termasuk internet, dan pangkalan data. Standar Nasional Indonesia khususnya untuk Perpustakaan Perguruan
Tinggi tersebut dapat menjadi pedoman bagi semua Perpustakaan Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta untuk meningkatkan atau mengembangkan koleksi perpustakaannya agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan tersebut. Hal ini tentunya akan meningkatkan kualitas dari suatu perpustakaan dan tentunya akan mempengaruhi kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang merupakan dharma perguruan tinggi.
25 Universitas Sumatera Utara