BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Evaluasi 2.1.1 Pengertian Evaluasi Evaluasi memiliki arti yang lebih luas, yaitu penggunaan hasil penilaian untuk mengambil keputusan, seperti untuk menentukan kelulusan, penempatan, penjurusan, dan perbaikan program. Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Jadi, evaluasi mencakup penilaian sekaligus pengukuran, namun alat evaluasi sering disebut juga alat penilaian. Menurut Ralph Tyler dalam Tayibnapis (2000) menyatakan bahwa “evaluasi adalah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat di capai (p. 3).” Menurut Notoatmodjo, Soekidjo (2010) menyatakan bahwa: “Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat (p. 52).” Menurut Cizek (2000), menyatakan bahwa: “Evaluasi adalah suatu proses penentuan nilai atau harga dengan mempertimbangkan hasil observasi atau koleksi data yang diperoleh. Hal ini berarti untuk melakukan evaluasi harus diawali dengan kegiatan observasi maupun kegiatan lainnya yang akan menghasilkan data sebagai pertimbangan evaluasi tersebut (p. 16).” Sedangkan menurut Sunaryo (2004), menyatakan bahwa: “Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri (p. 27).” Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses dalam kegiatan observasi menggunakan kriteria yang telah disusun sendiri terhadap suatu objek yang akan menghasilkan data.
5 Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi Evaluasi merupakan bagian penting dari manajemen berdasarkan tujuan dan belajar dari pengalaman. Evaluasi juga bergantung pada pemeriksaan atau pengukuruan atau menilai yang harus dilakukan untuk mendapatkan informasi sehingga evaluasi dapat terlaksana. Menurut Tayibnapis, Farida Yusuf (2003) tujuan dari evaluasi adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Membuat kebijaksanaan dan keputusan. Menilai hasil yang dicapai para pelajar. Menilai kurikulum. Memberi kepercayaan kepda sekolah. Memonitori dana yang telah diberikan. Memperbaiki materi dan program pendidikan (p. 2).
Sedangkan menurut Notoatmodjo, Soekidjo (2010) menyatakan bahwa: “Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok sasaran. Survei ini juga berperan untuk mengukur jangkauan dan pencapaian jalur media, pesan serta penerimaan di kalangan khalayak sasaran (p. 177)”. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari evaluasi adalah pengambilan keputusan dalam mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok sasaran untuk mendapatkan informasi yang tepat.
Menurut Djiwandono, Sri Esti Wuryani (2002) fungsi evaluasi adalah: 1. Placement evalution adalah penilaian penempatan terhadap tingkah laku. 2. Formative evalution adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik, selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan. 3. Diagnostic evalution adalah mencari penyebab masalah agar dapat dirumuskan mendapatkan informasi yang tepat. 4. Summative evalution adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi yang telah dipelajari selama jangka waktu tertentu (p. 404)”. Sedangkan menurut menurut Crawford (2000) fungsi evaluasi adalah : 1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan. 2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap prilaku hasil. 3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan. 6 Universitas Sumatera Utara
4. untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan (p. 30). Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui yang telah ditetapkan dalam pengamatan terhadap suatu objek tertentu.
2.1.3 Teknik Evaluasi Dalam membuat sebuah keputusan yang merupakan tujuan akhir dari proses evaluasi diperlukan data yang akurat. Untuk memperoleh data yang akurat diperlukan teknik dan instrumen yang valid dan reliabel. Secara garis besar evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan teknik nontes (alternative test). Menurut Hisyam Zaini, dkk. dalam Qomari (2008), mengelompokkan tes sebagai berikut: a. Menurut bentuknya; secara umum terdapat dua bentuk tes, yaitu tes objektif dan tes subjektif. b. Menurut ragamnya; tes esai dapat diklasifikasi menjadi tes esai terbatas (restricted essay), dan tes esai bebas (extended essay) (p. 8). 2.1.4 Standar Evaluasi Suatu evaluasi yang dapat mencapai standar adalah evaluasi yang sifatnya ideal, artinya evaluasi memberikan dampak positif pada perkembangan pelaksanaan suatu program. Menurut Umar, Husein (2002) Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama yaitu : a. Utility (manfaat) Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan. b. Accurancy (akurat) Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan tinggi. c. Feasibility (layak) Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak (p. 40) Sedangkan menurut Joint, Commite dalam Tayibnapis (2000: 8) standar yang dipakai dalam evaluasi yaitu: a. Utility adalah bermanfaat dan praktis. b. Accurancy adalah secara teknik tepat. c. Feasibility adalah realistik dan teliti. d. Proppriety adalah dilakukan dengan legal dan etik (p. 8).
7 Universitas Sumatera Utara
Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa standar evaluasi yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang tepat yaitu utility, accurancy, feasibility, proppriety.
2.1.5 Model Evaluasi Model evaluasi sangat penting dipakai sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan agar strategi yang sudah dirnacang memperoleh informasi yang akurat. Menurut Tayibnapis, Farida Yusuf (2000) Ada beberapa model yang dapat dicapai dalam melakukan evaluasi yaitu: 1. Model Evaluasi CIPP Pendekatan yang beroerientasi pada pemegang keputusan untuk menolong administrator membuat keputusan . Model evaluasi ini terdiri atas: a. Contect Evaluating to serve panning decition. Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program b. Input evaluation, structuring decition. Evaluasi ini menolong mengatur keputusan,menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan. Bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. c. Proses evaluating, to serve implementation decition. Evaluasi proses untuk membatu mengimplementasikna keputusan, sampai sejauh mana rencana telah diterapkan. d.Product evaluation, to serve recycling decition. Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. 2. Evalusi Model UCLA Model UCLA lima macam evaluasi yaitu a. Sistem assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi sistem b. Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program. c. Program implementasikan , yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan d. Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi. e. Program certification, yang memberikan informasi tentang nilai atau guna program.
8 Universitas Sumatera Utara
3. Model Brinkerhoff. Model Brinkerhoff menemukakan tiga golongan evaluasi yaitu: a. Fixed vs Emergent Evaluation Design. Desain dikembangkan berdasarkan tujuan program disertai seperangkat pertanyaan yang akan dijawab oleh informasi yang akan diperoleh dari sumber-sumber tertentu. b. Formatif vs Sumatif Evaluation. Evaluasi Formatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaiki proyek, kurikulum, atau lokakarya. c. Experimental atau quasi eksperimental Design vs Natural/Unobtusivase Inquiry. Apakah evaluasi akan melibatkan intervensi ke dalam kegiatan program / moncoba, memanipulasi kondisi, orang diperlakukan, variable dipengaruhi dan sebagainya atau hanya diamati. 4.Model Stake atau model Countenance Analisis proses evaluasi yang dikemukakannya membawa dampak yang cukup besar dalam bidang ini dan melatakkan dasar yang sederhana namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi (p. 14-21). Menurut Umar, Husein (2002), Ada beberapa model yang dapat dicapai dalam melakukan evaluasi yaitu : 1. Sistem assessment Yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi suatu sistem. Evaluasi dengan menggunakan model ini dapat menghasilkan informasi mengenai posisi terakhir dari sauatu elemen program yang tengah diselesaikan. 2. Program planning Yaitu evalusi yang membantu pemilihan aktivitas-aktivitas dalam program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya. 3. Program implementation Yaitu evaluasi yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang telah direncanakan. 4. Program Improvement Yaitu evaluasi orang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisispasi masalahmasalah yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan. 5. Program Certification Yaitu evaluasi yang memberikan informasi mengenai nilai atau manfaat program (p. 41-42). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model-model evaluasi memiliki perbedaan dalam funsinya
tetapi secara umum model-model tersebut
9 Universitas Sumatera Utara
memiliki persamaan yaitu mengumpulkan data atau informasi obyek yang dievaluasi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2.1.6 Pendekatan-pendekatan terhadap Evaluasi Adanya pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam melakukan dalam evaluasi karena dengan adanya pendekatan objek tersebut jelas didapatkan dalam memperoleh informasi yang tepat. Menurut Tayibnapis, Farida Yusuf (2000), ada beberapa pendekatan umum dalam melakukan evaluasi yaitu:
1. Pendekatan Experimental Evaluasi yang berorintasi pada penggunaan experimental science dalam program evaluasi. Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik. 2. Pendekatan yang berorientasi pada Tujuan Cara yang paling logis untuk merencanakan suatu program yaitu merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus dan membentuk kegiatan program untuk mencapai tujuan. 3. Pendekatan yang berfokus kepada Keputusan Pedekatan evaluasi yang berfokus pada keputusan, menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola program dalam menjalankan tugasnya. 4. Pendekatan yang berorientasi kepada Pemakai Mengukur sampai sejauh mana tujuan program telah dicapai, tapi hasilnya tidak seperti mereka harapkan. 5. Pendekatan yang Responsif Evaluasi responsif percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu yang mencari pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandangan dari semua orang yang terlibat, yang berminta, dan yang berkepentingan dengan program. 6. Evaluasi bebas Tujuan Evaluasi yang berorientasi pada tujuan, tujuan berlaku melewati hasil penting yang langsung berhubungan dengan tujuan (p. 23-34 ).
10 Universitas Sumatera Utara
2.2 Pemanfatan Sumber Daya Informasi Elektronik Kata pemanfaatan berasal dari kata “manfaat” yang berarti guna, faedah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) menyebutkan bahwa pemanfaatan mengandung arti yaitu “proses, cara dan perbuatan memanfaatkan sesuatu untuk kepentingan sendiri (p. 711)”. Sumberdaya informasi elektronik merupakan sarana media dan mendukung
pelayanan perpustakaan dalam pencarian informasi dalam memenuhi kebutuhan pengguna dalam kegunaannya dalam penelusuran baik kegunaannya berbasis kreasi maupun edukasi. Dengan kata lain, pemanfaatan koleksi dalam format elektronik adalah proses, cara dan perbuatan memanfaatkan koleksi dalam format elektronik yang paling sering dilakukan oleh pengguna adalah men-download. Hal ini dilakukan oleh pengguna apabila menemukan informasi yang relevan berdasarkan kebutuhan informasinya dalam format elektronik biasanya pengguna akan men-download informasi tersebut untuk kemudian disimpan ke dalam media penyimpanan seperti flash disk, hard disk, CD ROM dan lainnya. Dengan melakukan download, pengguna memiliki kesempatan untuk melihat ulang rekaman informasi yang telah ia simpan dalam media penyimpanan tersebut. Dengan menggunakan mesin printer, hampir sebagian besar pengguna memilih untuk mencetak informasi elektronik yang mereka peroleh. Cara seperti ini dilakukan untuk memudahkan pengguna dalam membaca informasi elektronik yang telah diperolehnya. Cara lain yang biasa dipergunakan oleh sebagian pengguna dalam memanfaatkan sumber daya informasi elektronik yaitu membaca informasi di layar komputer. Hal ini dilakukan oleh pengguna yang memiliki cukup waktu luang untuk membaca informasi tersebut. Biasanya informasi yang hanya dibaca di layar komputer adalah informasi yang kurang atau tidak penting untuk dimiliki (Hasugian, 2005: 14). Ada kalanya suatu informasi yang ditampilkan dalam format elektronik tidak dapat di-download atau dicetak oleh pengguna sehingga pengguna hanya dapat mencatat informasi dari dokumen elektronik yang ditampilkan pada secarik kertas atau buku catatan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memanfaatkan koleksi dalam format elektronik pengguna akan men-download informasi yang relevan yang tepat dengan kebutuhan yang dicari, membaca informasi di layar komputer, dan mencatat
11 Universitas Sumatera Utara
informasi dari dokumen elektronik yang ditampilkan pada secarik kertas atau buku catatan dan mencetak (printing). Dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 4 menyebutkan bahwa Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:
a. mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia; b. mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat; meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik; c. membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; d. dan memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi. 2.3 Frekuensi Pemanfaatan Sumber Daya Informasi Elektornik Frekuensi pemanfaatan sumber daya informasi elektronik maksudnya proses, tindakan yang dilakukan dalam memanfaatkan sumber daya informasi elektronik yang digunakan. Informasi yang digunakan sudah memiliki nilai guna. Setiap pengguna perpustakaan memiliki frekuensi dalam memanfaatkan sumber daya informasi elektronik yang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada kebutuhan informasi, waktu dan kesempatan yang mereka miliki. Oleh karena itu, frekuensi pemanfaatan sumber daya informasi elektronik merupakan indikator untuk mengetahui sejauh mana pengguna memanfaatkan sumber daya informasi elektronik pada perpustakaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) menyebutkan bahwa frekuensi mengandung arti yaitu “kekerapan (p. 245)”. Frekuensi pemanfaatan koleksi berarti memiliki makna kekerapan penggunaan koleksi oleh pengguna dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Semakin sering suatu koleksi perpustakaan digunakan, hal itu menandakan bahwa informasi yang tersedia dalam koleksi tersebut benar-benar bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Ketersediaan koleksi elektronik
pada perpustakaan perguruan tinggi juga
mempengaruhi tingkat kunjungan pengguna ke sebuah perpustakaan tergantung
12 Universitas Sumatera Utara
bagaimana perpustakaan mampu memberikan informasi yang relevan kepada penggunanya. Semakin baik perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi penggunanya maka semakin sering pengguna tersebut datang ke perpustakaan karena mereka merasa informasi yang mereka butuhkan tersedia pada perpustakaan tersebut.
2.4 Sumber Daya Informasi Elektronik Ketersedian sumberdaya informasi merupakan faktor penting dalam sevitas akademik yang mendukung sarana edukasi, penelitian masyarakat perguruan tinggi. Akan tetapi bila kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya informasi tersebut tidak dimiliki maka sumberdaya informasi akan menjadi sesuatu tidak berdaya. Untuk itulah literasi informasi menjadi sesuatu yang urgen. Menurut Hasugian (2009) “Urgensi literasi informasi tidak hanya mahasiswa melainkan untuk seluruh sivitas akademika termasuk dosen, laboran, dan staf lainnya. Maka untuk literasi perilaku pencarian informasi semakin berkembang dalam pencariannya dari media tercetak berubah ke media elektronik dalam pencariannya (p. 202). Setiap sistem terautomasi membutuhkan suatu informasi yang tersimpan yang dapat digunakan untuk masukan atau keluaran. Sumberdaya informasi terbesar yang terdapat di suatu perpustakaan adalah koleksi perpustakaan. Data bibliografis, indeks, abstrak dan catalog adalah juga sebagai sumber daya jika digunakan sebagai masukan kedalam suatu sistem. Database atau file yang digunakan sebagai sumber daya oleh sistem termasuk file peminjam, file transaksi, file pemasok (supplier) bahan pustaka, file anggaran. Perkembangan zaman terjadi perubahan dalam pengelolaan sumber daya informasi di perpustakaan. Berbagai sumber daya informasi berbasis kertas (paper-based) yang selama ini menjadi primadona perpustakaan tradisional sekarang telah banyak tersedia dalam format elektronik (Hasugian, 2008: 12). Brophy dkk (2000) menyatakan bahwa: “Sumber daya informasi elektronik adalah “every document in electronic form which needs special equipment to be used. Electronic resources include digital documents, electronic serials, databases, patents in electronic form and networked audiovisual documents (p. 5)”.
13 Universitas Sumatera Utara
Pendapat di atas dapat diartikan bahwa sumber daya informasi elektronik adalah setiap dokumen dalam bentuk elektronik yang membutuhkan peralatan khusus untuk menggunakannya yang meliputi dokumen digital, terbitan berseri elektronik, database (pangkalan data), hak paten dalam format elektronik dan dokumen jaringan kerja audiovisual. Menurut Yusuf, Pawit M (2010) bahwa yang termasuk sumber daya informasi elektronik yaitu : 1. Koleksi Media Elektornik Yang dimaksudkan di sini ialah jenis koleksi yang bukan hasil cetakan, melainkan dari teknologi elektronik. Di samping merupakan produk-produk teknologi elektronik karena memang segala proses berjalannnya memerlukan arus listrik yang terkenal sering dijadikan sebagai media komunikasi dan pendidikan di dunia pendidikan dan instruksional, ialah media pandang dengar (audiovisual). Koleksi media pandang dengar di sini dimaksudkan segala bahan koleksi perpustakaan yang cara memanfaatkannya menggunakan unsur pandang dan dengar. Memang ada yang penggunaanya dengan cara pandang dengar saja seperti mikrofis dan mikrorider, dan juga pemanfaatannya hanya menggunakan unsur dengar saja seperti audio dan radio. Bebrapa contoh yang tergolong jenis media pandang dengar, baik yang hanya menggunakan unsure dengar saja, pandang saja, atau gabungan keduanya: a. Audirecord: termasuk rekaman suara jenis seperti piring-piringan hitam, pita suara (tape), dan kawat suara (wire). b. Microform: termasuk aperature card (kartu berlubang), microfilm, mikrofis dan mikrorider. c. Videorecord: termasuk video cassette dan videodisc. d. Picture: termasuk fotokopi, lukisan asli, reproduksi lukisan yang dicetak, reproduksi lukisan dengan tangan, seni grafis. 2. Komputer Kemampuan komputer yaitu menyimpan, mengolah, dan kemudian mengeluarkannya kembali sejumlah data yang sangat besar itulah yang mirip dengan proses kegiatan yang ada di perpustakaan. Semua kegiatan penelusuran informasi di perpustakaan, dapat memanfaatkan jasa komputer sehingga kegiatan pelayanannya berlangsung dengan lebih cepat. Kehadiran komputer di perpustakaan yang telah lebih maju seperti perpustakaanperpustakaan perguruan tinggi tertentu dan sejumlah perpustakaan khusus, sangat besar gunanya, terutama untuk menunjang kelancaran pelayanan dengan menggunakan sistem jaringan informasi antara perpustakaan. Informasi yang dapat disimpan dalam komputer bias bermacam-macam, bergantung pada kehendak penyimpanannya. Dari informasi biasa hingga 14 Universitas Sumatera Utara
kepada informasi ilmiah yang rumit-rumit yang banyak dibutuhkan oleh dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Kumpulan informasi dalam jumlah yang sangat besar di simpan dalam komputer, diatur sedemikian rupa sehingga dapat diperluas atau dikembangkan cakupannya, diubah, diperbahurui, dan dikeluarkan (dipanggil) kembali dalam waktu yang singkat, di dunia informasi dan perpustakaan database. Secara konvensional dapat membedakan programprogram (softwere komputer) dalam kelompok seperti : a. program pengolahan kata (word processor) b. program pengolahan data (database) 3. Koleksi Media Internet dan Penelusuran Informasi Keberadaan internet di perpustakaan sangat diperlukan meskipun internet bukan berupa media yang dapat dipegang secara langsung seperti halnya media komunikasi yang dikelola sebuah perpustakaan, namun dalam internet tersimpan informasi dan sumber-sumber informasi yang relatif tak terbatas. Informasi yang berkembang tiap waktu, bahkan sekarang lebih dari satu biliun halaman web yang ada di internet. Sebagai media global, internet praktis membuka hampir semua jenis informasi yang pernah direkam, baik informasi yang berbasis teks, gambar, grafis, table ataupun jenis informasi digital lainnya. Jenis informasi yang disajikan ole sebuah perpustakaan melalui intenet dalam bentuk indeks situs. Disebut indeks, sebab fungsinya masih diperlukan pencarian lebih lanjut terhadap subjek-subjek atau topic yang relevan. Beberapa nama mesin pencarian informasi (search egine) yang telah terkenal dan sangat membantu ketika sedang browsing atau surfing di internet antara lain: Google, AltaVista, Yahoo!, dan Lycos. Di dunia perpustakaan secara manual, logika pencarian informasi dikenal dengan indexing (pengindeksaan) dank arena yang dicari ialah subjek, maka dikenal dengan nama pengindeksaan subjek (p. 195). Dari penjelasan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sumberdaya informasi elektronik merupakan sarana media dan mendukung pelayanan perpustakaan dalam pencarian informasi dalam memenuhi kebutuhan pengguna dalam kegunaannya dalam penelusuran baik kegunaannya berbasis kreasi maupun edukasi.
15 Universitas Sumatera Utara
2.5 E-Journal Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perpustakaan perguruan tinggi sebagai badan pengelola informasi dituntut untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan yang sedang terjadi. Pengguna perpustakaan dalam hal ini sivitas akademika sebagai subjek pencari informasi sangat membutuhkan akan penerimaan informasi secara cepat, hemat waktu, biaya serta tenaga. Pada era teknologi informasi ini koleksi tercetak pada perpustakaan tidak cukup untuk menjawab tantangan akan perkembangan zaman. Jurnal elektronik merupakan bagian dari koleksi terbitan berseri dimana memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan jurnal tercetak. Hal ini menyebabkan pengguna lebih memilih menggunakan jurnal elektronik dibandingkan jurnal tercetak, selain hemat waktu juga bisa menghemat biaya dan tenaga, sesuai dengan pendapat Tresnawan (2005) yang menyatakan bahwa: “Dibandingkan dengan jurnal tercetak jurnal elektronik memiliki beberapa kelebihan, diantaranya dari segi kemuktahiran. Jurnal elektronik sering kali sudah terbit sebelum jurnal cetak diterbitkan sehingga dalam kecepatan penerimaan informasi jauh lebih menguntungkan (p. 2)”. Menurut Surjono (2009) “E-Journal adalah publikasi dalam format elektronik dan mempunyai ISSN (International Standard Serial Number) (p. 1)”. Pemanfaatan jurnal elektronik membutuhkan keterampilan penelusuran elektronis, mengunduh (download) artikel, navigasi di dalam halaman artikel maupun antar artikel, sampai mencetak artikel. Selain itu terkadang hasil penelusuran tidak memunculkan teks lengkap (fulltex). Bahkan ada kalanya beberapa artikel tidak dapat diunduh secara keseluruhan.
Perpustakaan dalam hal ini tentunya perlu meyediakan koleksi selain koleksi tercetak yang sudah ada demi memenuhi tuntutan perkembangan IPTEK yang sedang terjadi itu salah satunya dengan menyediakan koleksi elektronik. Tresnawan (2004) menyatakan bahwa “Salah satu sumber informasi di internet untuk pengembangan layanan perpustakaan adalah jurnal elektronik (e-journal) (p. 1)”. Dengan adanya koleksi elektronik diharapkan perpustakaan dapat menyediakan informasi sesuai dengan kriteria informasi yang di butuhkan oleh sivitas akademika yaitu cepat, hemat waktu, biaya serta tenaga.
16 Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya telah diketahui bahwa jurnal elektronik merupakan jurnal yang berbentuk digital/tidak tercetak atau sering kita kenal dengan jurnal online, sebagaimana para pakar berikut mendefinisikan tentang jurnal elektronik, antara lain : Tresnawan dalam artikelnya Jurnal elektonik (2001), menyebutkan bahwa “Jurnal elektronik adalah terbitan serial seperti bentuk tercetak tetapi bentuk elektronik, biasanya terdiri dari tiga format, yaitu teks, teks dan grafik, serta full image (dalam bentuk pdf) (p. 1) ”. Adapun menurut LIPI (2005), “Jurnal elektronik (E-journal) adalah sarana berbasis web untuk mengelola sebuah jurnal ilmiah maupun non ilmiah. Sarana ini disediakan sebagai wadah bagi pengelola, penulis dan pembaca karya-karya ilmiah (p. 1)”. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jurnal elektronik adalah jurnal yang berbentuk digital yang informasinya dapat diakses dengan menggunakan internet sehingga informasi yang dicari pengguna lebih mudah mendapatkannya.
2.5.1 E-Journal Westlaw International Westlaw dibangun pertama kali oleh West Publishing, sebuah perusahaan informasi terbesar yang bermarkas di Eagan, Minnesota, USA sejak tahun 1992; West diakuisisi oleh Thomson Corporation di tahun 1996. Beberapa yang berhubungan dengan bisnis hukum Thomson di luar Amerika Serikat memiliki situs Westlaw mereka sendiri, dan isi internasional Westlaw adalah tersedia di www.westlawinternational.com. Misalnya, Westlaw Kanada dari Carswell mencakup ringkasan Kanada dan KeyCite Kanada, dan Westlaw Inggris menyediakan informasi dari laporan hukum Manis & Maxwell. Dirancang untuk mendukung kebutuhan global yang semakin meningkat dari masyarakat hukum dan bisnis dunia, Westlaw Internasional memberikan konten dari sumber internasional terkenal dan terpercaya melalui terbaru dan paling cerdas teknologi online.
17 Universitas Sumatera Utara
Menurut Pengaribuan, Sakirin (2011), menyatakan bahwa : “Westlaw adalah sebuah alat penelusuran literatur hukum yang didokumentasikan banyak negara di dunia. Westlaw mengklaim memiliki koleksi paling komprehensif dari konten hukum. Ia memelihara puluhan ribu database yang mencakup dokumen-dokumen pengadilan, risalah, dan undang-undang, review dan ulasan-ulasan hukum dalam jurnal internasional (p. 1)”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa E-Journal Westlaw International adalah alat penelusuran literatur hukum yang memiliki banyak puluhan ribuan database dokumen yang mengenai hukum.
2.6 Strategi Penelusuran E-journal Westlaw International Ketika pengguna informasi membutuhkan informasi yang cepat dan tepat, pengguna informasi harus melakukan strategi penelusuran informasi, yang salah satunya yaitu menelusur dengan memasukkan keyword ke dalam search engine yang telah tersedia. Dikaitkan dengan kegiatan perpustakaan perlunya strategi penelusuran informasi. Menurut Winarti (2002), mengatakan bahwa “penelusuran elektronik meggunakan kata-kata kunci dan sistem pengopersiannya sudah diciptakan didalamnya, antara lain dengan sistem Boolean Logic yaitu and, or, not, serta truncation (p. 24)”. Dalam memanfaatkan teknologi internet ini pengguna (user) diharapkan memiliki pengetahuan atau keterampilan dalam menelusur informasi serta mengetahui strategi penelusuran agar dalam penelusuran bisa lebih efektif dan efisien. Menurut Hasugian (2009), “Temu balik informasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan dan memasok informasi bagi pemakai sebagai jawaban atas permintaan atau berdarkan kebutuhan pemakai (p. 53)”. Sedangkan menurut Ishak (2011), ada empat tujuan mengapa kita melakukan strategi penelusuran yaitu: 1. Untuk mendapatkan jumlah temuan relevan yang diinginkan 2. Untuk menghindari hasil temuan yang tidak relevan
18 Universitas Sumatera Utara
3. Untuk menghindari jumlah temuan yang terlalu besar 4. Untuk menghindari jumlah temuan yang terlalu kecil atau tidak ditemukan (p. 2) Beberapa strategi penulusuran sumber daya informasi elektronik yaitu : a. Search Engine Sistem temu balik informasi pada sebuah perpustakan dikenal dengan istilah katalog. Dimana katalog merupakan daftar koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan yang menunjukkan secara lengkap dimana koleksi tersebut di tempatkan. Pada pencarian informasi di internet, pengguna dapat menggunakan fasilitas search engine. Menurut Fairuz (2007), “Mengatakan dengan mengetikkan kata kunci atau pencarian informasi atau yang sering disebut dengan keyword sesuai dengan informasi yang sedang dicari, akan ditampilkan sebuah link yang akan mengarahkan pengguna kepada situs yang ada hubungannya dengan keyword yang dimasukkan. Search engine saat ini sangat beragam, seperti misalnya search engine yang terkenal adalah Google, Yahoo, Altavista, Lycos dan lain-lain (p. 68)”. b.Temu Balik Informasi Dalam memasukkan kata kunci (keyword) pengguna dapat memanfaatkan operator Boolean. Menurut Ishak (2011) Ada beberapa fungsi operator Boolean yang dapat dimanfaatkan dalam menggunakan search engine:
1. Boolean AND Digunakan untuk mempersempit batasan penelusuran.Penelusuran menghasilkan dokumen yang hanya mengandung kedua kata/keyword (A dan B). 2. Boolean OR Digunakan untuk memperluas batasan penelusuran. Penelusuran menghasilkan dokumen yang mengandung kata/keyword A atau B. 3. Boolean NOT Digunakan untuk mempersempit batasan penelusuran dengan tujuan menghindari diperolehnya hasil penelusuran yang bias.Penelusuran menghasilkan kata/keyword A dan bukan kata/keyword B. Biasanya digunakan kalau kata/keyword memiliki lebih dari 1 (satu) arti/definisi (p. 6). Ada cara lain yang dapat digunakan pengguna dalam operator Boolean lainnya, seperti tanda kurung [( )], titik koma [;] dan tanda petik [“”] untuk dikombinasikan secara bersama-sama atau terpisah saat mengisi subyek pencarian didalam kotak pencarian search engine.
19 Universitas Sumatera Utara
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi penulusuran sumber daya informasi elektronik digunakan untuk memudahkan pengguna dalam mencari informasi yang relevan dengan menggunakan search egine dan boleean.
2.7 Evaluasi Pemanfaatan E-journal Westlaw International Evaluasi pemanfaatan E-journal Westlaw International merupakan penilaian kepuasaan pengguna dalam memanfaatakan sumber daya informasi elektronik. Prosesnya dimulai dengan pemilihan informasi dan evaluasi informasi. Sturges dan Chimsen dalam Batubara, Maya Fajri
(2011) mengemukakan tiga
persyaratan untuk mengevaluasi ulang informasi: (1) Bahan informasi harus dikumpulkan dan diorganisir secara efisien (2) Harus ada kapasitas untuk menganalisis bahan informasi dan membuat paket pengemasan informasi baru (3) Informasi baru harus disebarluaskan secara bebas (p. 7). Menurut uraian di atas dapat dijelaskan bahwa evaluasi E-journal Westlaw
International suatu penilaian terhadap bahan informasi yang dkumpulkan, diorganisir secara efisein dan informasi yang disebarluaskan baru.
Menurut para pakat di atas, yang dimaksud dengan pemanfaatan e-journal westlaw internatioal adalah proses, cara dan perbuatan dalam memanfaatkan jenis koleksi elektronik oleh pengguna dengan indikator (1) frekuensi pemanfaatan; (2) tujuan pemanfaatan (3)cara men-download; (4) Strategi Penulusuran Informasi.
2.8 Kebutuhan Informasi Setiap manusia butuh akan informasi, dimana dengan adanya informasi menjadikan manusia itu sendiri kaya akan pengetahuan baik itu bersifat ilmiah maupun sosial. Sehingga manusia memiliki pengetahuan dan wawasan dalam mendukung setiap kegiatan dan aktifitas yang dilakukan setiap harinya. Perpustakaan merupakam sebagai alat media menyediakan informasi maka untuk itu perpustakaan memberikan pelayanan kepada pengguna dalam memenuhi kebutuhan dalam pencarian informasi. 20 Universitas Sumatera Utara
Menurut Miranda and Tarapanoff (2008), “Information need is defined as a state or process started when one perceives that there is a gap between the information and knowledge available to solve a problem and the actual solution of the problem (1)”. Miranda dan Tarapanoff mendefinisikan kebutuhan informasi sebagai sebuah keadaan atau proses yang diawali ketika seseorang mulai merasa informasi dan pengetahuan yang dimilikinya masih belum cukup (kurang), informasi juga dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah untuk menentukan solusi apa yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Jayadi, Ahmad (2009: 10), yang mengutip Zipperer menyatakan bahwa: “Kebutuhan informasi adalah kesenjangan dalam dalam memahami sesuatu, yaitu ketika seseorang mengalami situasi di mana mereka harus membuat keputusan, menjawab pertanyaan, menempatkan fakta-fakta, memecahkan masalah atau memahami sesuatu (p. 10)”. Sedangkan menurut Chowdhury dalam Ishak (2006), mengatakan bahwa kebutuhan informasi merupakan suatu konsep yang samar. Kebutuhan informasi muncul ketika seseorang menyadari pengetahuan yang ada padanya tidak cukup untuk mengatasi permasalahan tentang subjek tertentu. Selanjutnya Chowdhury menyatakan sifat-sifat kebutuhan informasi antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Mempunyai Konsep Yang Relatif Berubah Pada Periode Tertentu Berbeda Antara Satu Orang Dengan Orang Lain Dipengaruhi Oleh Lingkungan Sulit Diukur Secara Kuantitas Sulit Diekspresikan Seringkali Berubah Setelah Seseorang Menerima Informasi Lain (p. 93). Sedangkan menurut Wilson yang dikutip oleh Harisanty (2009), “Kebutuhan informasi adalah sebuah pengalaman subjektif yang hanya terjadi pada pikiran orang yang sedang dalam kondisi membutuhkan dan tidak bisa secara langsung diakses oleh para pengamat (p. 3)”. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi adalah
sebuah keadaan atau proses yang diawali ketika seseorang mulai merasa informasi 21 Universitas Sumatera Utara
dan pengetahuan yang dimilikinya masih belum cukup mengenai suatu subjek terterntu yang ingin diketahui guna menambah pengetahuan.
2.8.1 Jenis Kebutuhan Informasi Rasa ingin tahu seseorang dalam mencari informasi tentang subjek tertentu dalam tuntutan kebutuhan akan informasi. Dengan adanya informasi akan menambah pengetahuan dan wawasan bagi pengguna sehingga dapat memudahkan pengguna dalam melaksanakan kegiatan yang dilakukan misalnya dalam pekerjaan, penelitian dan pendidikan. Menurut Guha dalam Saepudin (2009) ada empat jenis kebutuhan terhadap informasi: 1. Current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna informasi yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi dengan sistem informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan antara pengguna dan sistem informasi. 2. Everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna yang sifatnya spesifik dan cepat. Informasi yang dibutuhkan pengguna merupakan informasi yang rutin dihadapi oleh pengguna. 3. Exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna akan informasi yang mendalam, pengguna informasi mempunyai ketergantungan yang tinggi pada informasi yang dibutuhkan dan relevan, spesifik, dan lengkap. 4. Catching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna akan informasi yang ringkas, tetapi juga lengkap khususnya mengenai perkembangan terakhir suatu subyek yang diperlukan dan hal-hal yang sifatnya relevan (p. 1). Sedangakan Menurut Kosasih (2009) jenis informasi dikelompokan menjadi: a. Informasi mutakhir yang erat kaitanya dengan bidang masing-masing adalah informasi yang mengikuti perkembangan bidang dan minat masingmasing. b. Informasi yang kaitannya dengan kegiatan sehari-hari adalah informasi yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari sebagai alat pembuktian kebenaran sumber. c. Informasi yang relevansinya dengan tugas survey dan penelitian adalah informasi yang dipergunakan sebagai bahan penulisan karya ilmiah (p. 9)
22 Universitas Sumatera Utara
Pendapat lain dikemukakan oleh Katz, Gurevitch, dan Haas dalam Yusup, Pawit M (2009) kebutuhan informasi terdiri dari: 1. Kebutuhan kognitif. Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan, dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Hal ini memang benar bahwa orang menurut pandangan psikologi kognitif mempunyai kecenderungan untuk mengerti dan mengausai lingkungannya. Di samping itu, kebutuhan ini juga dapat memberikan kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang. 2. Kebutuhan afektif. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik, sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan. Orang membeli radio, televisi, menonton film, dan membaca buku-buku bacaan ringan dengan tujuan untuk mencari hiburan. 3. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs). Kebutuhan ini sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri. 4. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs). Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman, dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain. 5. Kebutuhan berkhayal (escapist needs). Kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan (diversion) (p. 338-339) Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis kebutuhan informasi timbul dengan adanya kebutuhan pengguna dalam mencari informasi dimana informasi yang dicari juga dipengaruhi oleh lingkungan, psikolog, hasrat seseorang dalam mencari hiburan.
2.8.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Informasi sangat dibutuhkan setiap manusia untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Lingam dalam Astuti (2008) secara terperinci, Crawford menyatakan bahwa kebutuhan informasi tergantung pada:
23 Universitas Sumatera Utara
1. Aktifitas pekerjaannya (work activity). 2. Bidang pekerjaanya yang disukai (discipline/field/area of interest). 3. Ketersediaan fasilitas ( availability of facalities). 4. Kedudukanya sebagai seseorang individu (hierarchical positin of individuals). 5.Faktor motivasi terhadap kebutuhan informasi (motivation factors for information needs). 6. Keperluaan untuk membuat keputusan (need to make decision). 7. Keperluaan untuk mencari ide baru (need to seek new ideas). 8. Keperluaan untuk memvaliditasi/kebenaran (need to validate the correct ones). 9.Keperluan untuk membuat kontribusi profesional (need to make profesional contributions). 10.Keperluan untuk membuat prioritas penemuan, dan sebagainya (need to establish priority fo discovery (p. 17).
Sedangkan Menurut menurut Sulistyo-Basuki (2004) menyatakan bahwa kebutuhan informasi ditentukan oleh: 1. Kisaran informasi yang tersedia 2. Pengguna informasi yang akan digunakan 3. Latar belakang, motivasi, orientasi profesional dan karakteristik masing-masing pemakai 4. Sistem sosial, ekonomi dan politik tempat pemakai berada 5. Konsekuensi pengguna informasi (p. 396). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan informasi adalah adanya aktifitas pekerjaan, latar belakang motivasi dan karakteristik masing-masing pemakai dalam mencari informasi. Berdasarkan bebarapa teori di atas yang dimaksud dengan kebutuhan informasi adalah sebuah keadaan atau proses yang diawali ketika seseorang mulai merasa informasi dan pengetahuan yang dimilikinya masih belum cukup (kurang), mengenai suatu subjek terterntu yang ingin diketahui guna menambah pengetahuan dengan indikator : (1) Current need approach artinya pendekatan terhadap kebutuhan pengguna informasi yang sifatnya mutakhir; (2)Everyday need approach artinya pendekatan terhadap kebutuhan pengguna informasi yang setiap hari. (3)Exhaustic need approach artinya pendekatan terhadap kebutuhan pengguna informasi yang relevan, spesifik, dan lengkap; (4) Catching-up need approach artinya pendekatan terhadap kebutuhan pengguna informasi yang ringkas,mutakhir, dan relevan.
24 Universitas Sumatera Utara