BAB II KAJIAN TEORITIS A. Program Paket B 1.
Konsep Program Paket B Dalam buku petunjuk teknik program kejar paket B
(1994:1) dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan program Paket B adalah salah satu program pendidikan yang diselenggarakan melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah, dan dikembangkan setara dengan sekolah lanjutan pertama. Program Paket B dilaksanakan terkait pula dengan usaha pemberantasan buta huruf di Indonesia yang terus digalakkan oleh pemerintah.
Program tersebut selain untuk
pemberantasan buta huruf di Indonesia juga untuk membantu para orang tua dari masyarakat ekonomi lemah yang tidak dapat mengikut sertakan anak-anak mereka pada pendidikan formal. Program Kejar Paket B merupakan salah satu program kegiatan membelajarkan warga belajar masyarakat, juga merupakan salah satu wujud kepedulian pemerintah terhadap pendidikan Nasional yang diselenggarakan khusunya menampung masyarakat Kecamatanil yang kurang mampu dan tidak memiliki kesempatan mengikuti pendidikan formal karena faktor ekonomi. Salah satu masalah besar yang selalu muncul ditengah masyarakat berkenaan dengan kerisauan orang terhadap program Paket B adalah proses pembelajaran hanya dilaksanakan dalam jangka waktu 2-3 hari per minggu dan dalam kesehariannya hanya berlangsung 1-2 jam. Bagaimana bisa dengan waktu pembelajaran yang semacam ini program paket B disetarakan dengan SMP yang 7
programnya dilaksanakan selam 6 hari per minggu dengan waktu belajar 6-7 jam setiap hari. Lebih dari itu pembelajaran disekolah formal tersebut berjalan dengan insentif, disiplin, inovatif, bahkan masih ditambah dengan berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler, itu saja belum menjamin penuh warga belajar berhasil secara optimal dalam menempuh ujian akhir nasional. Selain jam pembelajaran yang sangat pendek, sarana prasarana yang belum begitu layak menjadi faktor efektifnya proses pembelajaran Paket B. Namun demikian adanya jaminan kesetaraan ijasanya, timbul spekulasi di kalangan para siswa atau siapapun termasuk yang gagal ujian nasional SLTP untuk serta merta masuk ke program Paket B. Mereka merasa dengan memasuki program Paket B pasti mendapatkan ijasah. Akibatnya timbul nuansa kekurangseriusan siswa SLTP baik mengikuti pelajaran sehari–hari maupun dalam mengikuti Ujian Nasional. Oleh karena itu masyarakat memberi sorotan terhadap program program non formal seperti paket B.
Masyarakat menilai
efisiensi pembelajaran di program Paket B dalam kegiatan pembelajarannya yang seperti tatap muka 20%, tutorial minimal 30% dan mandiri maksimal 50% dari 25 orang warga belajar. Proses belajar Paket B adalah proses pembelajaran yang lebih mengarah pada belajar mandiri warga belajar, bukan proses pembelajaran bersama tutor. Karena itu diharapkan para warga belajar betul-betul menggunakan kesempatan belajar sendiri. Dengan demikian pada saat bertemu dengan tutor di tempat pembelajaran, diharapkan warga belajar tinggal melakukan pendalamanpendalaman terhadap materi-materi yang tidak bisa atau masih sulit untuk
dipelajarinya sendiri. Dengan sistim belajar yang semacam ini, diharapkan jam belajar siswa program paket B dan siswa SMP tidak jauh berbeda, soal intensitas kegiatan belajar dan pembelajaran, bagaimanapun juga antara program paket B dan SMP tersebut tidak sama. Dari Latar blakang kehidupan warga belajar SMP dan program peket B juga berbeda. Siswa sekolah formal sebahagian besar tidak dihadapkan pada kendala ekonomi yang demikian parah yang sampai membuatnya tidak bisa masuk sekolah, tetapi tidak demikian dengan warga belajar Program Paket
B. Siswa sekolah formal
sebagian besar juga tidak
dihadapkan pada masalah-masalah sosial yang membuatnya tidak bisa hidup dengan tenang, teratur, damai, membanggakan seperti kegencangan keluarga, ketidak pedulian dan ketiadaan kasih saying orang tua, ketidakpastian hidup dan lain-lain, tetapi berbeda halnya dengan warga belajar pada program paket B. Situasi dan kondisi kehidupan yang berbeda tersebut benar-benar membedakan kondisi kejiwaan siswa yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan mental yang menjadi prasyarat untuk keberlangsungan proses belajar yang efektif. Kondisi inilah yang mengharuskan perbedaan pola penyelenggaraan pendidikan pada program paket B dibandingkan dengan SMP pada sekolah formal. Meskipun demikian, program paket B dituntut untuk berorientasi pada pemenuhan kebutuhan praktis warga belajar terkait dengan segi-segi sosial dan ekonomi
melalui
pengaitan
program
tersebut
dengan
pendidikan
Kecamatanakapan hidup (life skills). Karenanya pada program peket B terintegrasi program keterampilan atau Kecamatanakapan hidup. 2. Dasar Penyelenggaraan Program Paket B
a. Landasan Hukum Landasan hukum penyelenggaraan program kesetaraan atau program paket B adalah : 1. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistim Pendidkan Nasional (lembaran Negara tahun 2003 nomor 78, tambahan lembaran Negara 4301). 2. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang sistim pendidikan Nasional
(lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2005 nomor 41,
tambahan lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4496). 3. Intruksi Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang gerakan Nasional Percepatan Wajib Belajar Sembilan tahun dan pemberantasan buta Aksara. 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 14 tahun 2007 tentang standar isi untuk Program paket B. 5. Kesepakatan Bersama Dekdiknas dengan Departemen Agama no. 19/E/207 dan no. 2 tahun 2007 tentang Program Pendidikan Luar Sekolah di lembaga keagamaan. 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 3 tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidkan Kesetaraan Program Paket B b. Tujuan Depdiknas (2008) menemukan suatu model penyelenggaraan paket B dapat memberikan pedoman untuk dijadikan acuan bagi penyelenggara dan tutor Pendidikan kesetaraan Paket B serta unsur tersebut. penyusunan model ini adalah :
Secara rinci tujuan
1. Untuk menemukan sistim organisasi dan manajemen penyelenggaraan paket B. 2. Untuk menemukan perencanaan penyelenggaraan paket B. 3. Untuk menemukan model rekruitmen warga belajar dan nara sumber pada penyelenggaraan paket B. 4. Untuk menemukan sarana dan prasarana penyelenggaraan paket B. 5. Untuk menemukan model evaluasi dan model kemitraan penyelenggaraan program paket B. 6. Untuk menemukan model pengelolaan dan model kompetensi serta kurikulum pembelajaran. 7. Untuk
menemukan
model
materi
pembelajaran
dan
model
proses
pembelajaran paket B. 8. Untuk menemukan model evaluasi hasil pembelajaran dan tidak lanjut penyelenggaraan Paket B 2.
Standar Proses Penyelenggaraan Program Paket B
Standar Penyelenggaraan Program Paket B berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 3 tahun 2008 tanggal 15 januari 2008 yang diuraikan sebagai berikut: Perencanaan
proses
pembelajaran
meliputi
silabus
dan
rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, alokasi waktu, metode pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Perencanaan proses pembelajaran 1) Silabus Silabus sebagai acuan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pendidikan kesetaraan Program Paket B, memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu sesuai dengan jenis layanan pembelajaran, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan nonformal penyelenggara pendidikan kesetaraan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI), serta Kurikulum pendidikan kesetaraan 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar warga belajar dalam upaya mencapai KD. Setiap pendidik berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi warga belajar untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik dan psikologis, serta lingkungan warga belajar. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam aktivitas pembelajaran. Pendidik merancang penggalan RPP untuk setiap aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan penjadualan di satuan pendidikan. Komponen RPP adalah:
a) Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran meliputi: satuan pendidikan, kelas/kelompok belajar, semester/tingkatan, program, mata pelajaran atau tema pelajaran, dan jumlah aktivitas pembelajaran. b) Standar kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal warga belajar
yang
menggambarkan
penguasaan
pengetahuan,
sikap,
dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. c) Kompetensi dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai warga belajar dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. d) Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. e)
Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh warga belajar sesuai dengan kompetensi dasar.
f)
Materi pembelajaran
Materi pembelajaran adalah salah satu unsur penting dari elemen-eleman yang terdapat dalam proses pembelajaran. Materi pembelajaran harus dipandang sebagai sagala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa untuk memfasilitasi belajar atau memberikan pengalaman yang berharga kepada siswa bagaimana menggunakan bahasa sasaran sesuai dengan konteksnya, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak sebagai bahan pelajaran. Guru dapat menggunakan materi dari buku, koran, majalah, kaset, video sebagai bahan pembelajaran. Harmer mengatakan bahwa ada tiga tahap yang disarankan dalam menilai sebuah materi ajar yang baik buat siswa. Pertama, untuk menilai materi ajar, seorang guru harus membuat catatan seberapa jauh aktifitas serta materi pelajaran yang ada di dalam buku tersebut bisa memberikan keberhasilan kepada siswa, untuk itu guru tentu saja harus membuat sejenis catatan Kecamatanil tentang apa yang dikerjakan siswa pada setiap unit pembelajaran. Kedua, setiap guru harus berdiskusi dengan rekan sejawatnya untuk membahas apabila materi yang ada di dalam buku ajar tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Ketiga, guru bisa mendapatkan umpan balik dari siswa setelah siswa diberikan materi ajar dari buku teks yang dipergunakan (Jeremy Harmer :1986: 218-219). Sementara itu Winkel mengatakan bahwa pemilihan materi ajar yang baik untuk warga apabila seorang tutor hendaknya bisa menilai bila sebuah materi pelajaran tersebut baik atau tidak sesuai dengan kriteria sebagai berikut: (1) materi atau bahan ajar harus relevan terhadap tujuan
instruksional, materi tersebut harus bisa menunjukkan jenis perilaku yang dituntut dari warga, baik dalam bentuk kognitif, afektif serta psikomotorik. Lalu materi tersebut harus mampu menguasai tujuan instruksional berdasarkan aspek isinya; (2) tingkat kesulitan materi ajar harus sesuai dengan
kemampuan
siswa;
(3)
materi
ajar
hendaknya
mampu
membangkitkan motivasi siswa karena isinya yang relevan dengan pengalaman hidup sehari-hari; (4) materi ajar hendaknya mampu melibatkan diri warga secara aktif, karena kegiatan pembelajaran yang tercantum di dalamnya; (5) materi ajar harus disesuaikan dengan prosedur pembelajaran didaktis terutama strategi pembelajaran yang sesuai dengan warga; (6) materi ajar yang baik biasanya sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia (W.S.Winkel:1991: 330-333).
g)
Alokasi waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
h) Metode pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar warga belajar
mencapai
kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi warga belajar,
serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. i)
Kegiatan pembelajaran
a) Pendahuluan Pendahuluan
merupakan
kegiatan
awal
dalam
suatu
pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian wargta belajar terlibat aktif dalam proses pembelajaran. b) Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi warga belajar untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis warga belajar. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. c) Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian diri dan refleksi, umpan balik, serta tindak lanjut. 10. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi. 11. Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. 3. Sistem Pembelajaran Paket B. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 1. Pembelajaran Tatap Muka a. Kegiatan pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik: 1) menyiapkan kondisi pembelajaran agar warga belajar terlibat baik secara psikis maupun fisik sehingga siap mengikuti proses pembelajaran, 2) mencatat kehadiran warga belajar, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran atau SK dan KD yang akan dicapai, 4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus, 5) Mengajukan pertanyaan berkenaan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki warga belajar untuk mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari. b. Kegiatan inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi warga belajar untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis warga belajar. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik warga belajar dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 1) Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, pendidik: a) membimbing warga belajar untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan topik/tema yang akan dipelajari, b) melibatkan warga belajar mencari informasi yang luas dan mendalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dari berbagai sumber belajar dengan memanfaatkan alam dan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar (alam takambang jadi guru), c) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, d) memfasilitasi terjadinya interaksi antar warga belajar serta antara warga belajar dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, e) melibatkan warga belajar secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, f) Memfasilitasi warga belajar melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. 2) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, pendidik: a) membiasakan warga belajar membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna, b) memfasilitasi warga belajar melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis, c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, memecahkan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut, d) memfasilitasi warga belajar dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, e) memfasilitasi warga belajar berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, f) memfasilitasi warga belajar membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok, g) memfasilitasi warga belajar untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok, h) Memfasilitasi warga belajar melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan. 3) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, pendidik: a) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan warga belajar, b) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi warga belajar melalui berbagai sumber,
c) memfasilitasi
warga
belajar
melakukan
refleksi
untuk
memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan, d) memfasilitasi warga belajar untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar, e) berfungsi sebagai nara sumber, pembimbing dan fasilitator dalam: (1) menjawab pertanyaan warga belajar yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa baku dan benar, (2) memberi acuan agar warga belajar dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi, (3) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh, (4) memberikan motivasi kepada warga belajar yang kurang atau belum berpartisipasi aktif, (5) membantu mencari solusi dan membimbing warga belajar dalam menghadapi permasalahannya, f) memberi peluang dan waktu yang cukup bagi setiap warga belajar dalam kegiatan tutorial untuk menguasai materi pembelajaran. c. Kegiatan penutup Dalam kegiatan penutup, pendidik: 1) bersama-sama dengan warga belajar membuat rangkuman/ kesimpulan pelajaran, 2) bersama warga belajar melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 3) melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan,
4) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, 5) melakukan perencanaan kegiatan tindak lanjut melalui pembelajaran remedial, program pengayaan, layanan konseling, atau memberikan tugas terstruktur baik secara individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar warga belajar, 6) memotivasi warga belajar untuk mendalami materi pembelajaran melalui kegiatan belajar mandiri, 7) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
2. Kegiatan Tutorial a. Kegiatan pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik: 1) menyiapkan kondisi pembelajaran agar warga belajar terlibat baik secara psikis maupun fisik sehingga siap mengikuti proses pembelajaran, 2) mencatat kehadiran warga belajar, 3) Menyampaikan tujuan tutorial. b. Kegiatan inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi warga belajar untuk berpartsipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis warga belajar. Kegiatan inti menggunakan
metode yang disesuaikan dengan karakteristik warga belajar dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan inti, pendidik: 1) mengidentifikasi materi-materi yang sulit bagi warga belajar, 2) bersama warga belajar membahas materi, 3) memberikan latihan sesuai dengan tingkat kesulitan yang dialami setiap warga belajar, 4) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, 5) memfasilitasi terjadinya interaksi antar warga belajar serta antara warga belajar dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, 6) melibatkan warga belajar secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, 7) Memberikan balikan dan penguatan. c. Kegiatan penutup Dalam kegiatan penutup, pendidik: 1) bersama-sama dengan warga belajar membuat rangkuman/ kesimpulan pelajaran, 2) bersama warga belajar melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 3) melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 4) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, 5) memotivasi warga belajar untuk mendalami materi pembelajaran melalui kegiatan belajar mandiri,
6) melakukan kegiatan tindak lanjut melalui layanan konseling, dan/atau memberikan tugas terstruktur baik secara individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar warga belajar, 7) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan tutorial berikutnya.
3. Penilaian Hasil Pembelajaran Penilaian dilakukan oleh pendidik terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi warga belajar, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dalam bentuk tertulis atau lisan, dan nontes dalam bentuk pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran. Penilaian hasil belajar untuk memperoleh ijazah Program Paket B, dilakukan setelah warga belajar mencapai SKK yang disyaratkan. 4. Pengawasan Proses Pembelajaran A. Pemantauan 1) Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
2) Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi. 3) Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
B. Supervisi 1) Supervisi
proses
pembelajaran
dilakukan
pada
tahap
perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. 2) Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi. 3) Kegiatan supervisi dilakukan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. C. Evaluasi 1) Evaluasi
proses pembelajaran dilakukan untuk
menentukan kualitas
pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. 2) Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: a. membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dengan standar proses pendidikan kesetaraan, b. Mengidentifikasi kinerja pendidik dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi warga belajar.
c. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja pendidik dalam proses pembelajaran. d. Kegiatan evaluasi dilakukan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. D. Pelaporan Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan. E. Tindak lanjut 1) Penguatan dan penghargaan diberikan kepada pendidik yang telah memenuhi standar. 2) Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada pendidik yang belum memenuhi standar. 3) Pendidik diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut. B.
Efektifitas Pembelajaran Paket B 1. Konsep Efektifitas Efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa efektifitas
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya (http://id.wikipedia.org/wiki/efektifitas_pengertian). Dalam kaitannya dengan efektifitas di SKB Kecamatan Sumalata, diterapkan beberapa aturan
Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input “. Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. 2. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi efektifitas Pembelajaran Paket B 1. Faktor Internal a) Faktor Lingkungan fisik Kelas Pembelajaran dalam kelas dilandasi oleh adanya interaksi tutor dengan warga belajar dalam konteks (hubungan) kelas, maka faktor fisik yang mempengaruhi pembelajaran didalm kelas mencakup tutor, warga belajar dan ruang kelas. Kondisi fisik tutor antara lain adalah penampilannya rapi, sehat, dan bersemangat dan harus percaya diri. Selain kondisi fisik tutor juga yang dapat menghambat tutor dalam pembelajaran di dalam kelas adalah kendisi fisik ruang kelas yang mencakup keamanan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan kegiatan ataupun aktifitas pembelajaran 1) Motivasi Belajar Motivasi belajar sangat penting bagi warga belajar, untuk dapat memberi motivasi dalam melaksanakan aktivitas guna mencapai tujuan yang dicapai.
Motivasi pada warga belajar adalah pembangkit, pemberi kekuatan dan pemberi arah pada tingkah laku yang diinginkan. Berdasarkan uraian tersbut secara inplisit terkandung makna bahwa motovasi mempunyai beberapa unsur pokok yaitu: a) Bersifat menggerakkan, yang berarti menimbulkan kekuatan dalam diri individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam konteks pembelajaran maka motivasi dapat menimbulkan dorongan/ kekuatan kepada warga belajar untuk belajar. b) Motivasi mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku yang menjadi suatu oriontasi sebuah tujuan. c) Motivasi untuk menjaga dan menopang tingkah laku, sehingga lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan dan kekuatan individu. 2) Minat Belajar Dapat dipahami bahwa minat merupakan unsur sangat penting dalam proses pembelajaran antara lain : a) Minat orang tua untuk menyekolahkan anak atau persepsi orang
tua yang
sadar akan pentingnya pendidikan. b) Minat warga untuk bersekolah dalam tingkat prestasi warga saat sekolah. c) Persaingan yang sangat ketat merupakan ajang kehidupan yang sangat berat bagi meereka yang tidak memiliki dasar pengetahuan, keterampilan praktis dan kemampuan dasar yang dapat dijadikan pijakan untuk menjalani hidup dan kehidupan lebih baik. Dalam hal ini pendidikan memberi kontribusi dan
jalan keluar yang sangat besar bagi penyiapan dan peningkatan sumber daya manusia yang senantiasa bersaing dalam berbagi situasi. d) Tersedianya berbagai fasilitas yang menyenangkan dalam hal ini sarana dan prasarana.Oleh sebab itu yang sangat terpenting harus diperhatikan adalah mengusahakan agar hal yang disajikan seabagai pengalaman belajar itu mmenarik minat warga belajar. b) Faktor Sosial Dan Phisikologi Sebagaiman
telah diungkapkan bahwa kelas merupakan masyarakat
Kecamatanil tempat warga belajar. Kualitas interaksi sosialnya antara hubungan tutor dengan warga belajar juga dapat menghambat proses pembelajaran. Winzen, 1995 (dalam winatapura, 1999, 21) bahwa ; “ iklim psiko sosial kelas berpengaruh terhadap hasil belajar, konsep diri, rasa harga diri dan sikap warga belajar terhadap ruangan belajar. Iklim psiko sosial ruangan belajar berkenaan dengan hubungan sosial pribadi antara tutor dengan warga belajar dan antara sesama warga belajar. Hubungan yang harmonis antara tutor dengan warga belajar serta antara sesama warga belajar agar dapat menciptakan iklim psiko sosial
kelas yang sehat yang efektif bagi
berlangsungnya proses pembelajaran.” Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki tutor demi tercapainya iklim psiko sosial kelas yang efektif bagi kelangsungan proses pembelajaran yaitu: (1) disukai oleh warga belajar. (2) memilki persepsi yang realistik tentang dirinya warga belajar. (3) akrab dengan warga belajar dalam batas
hubungan tutor dengan warga belajar. ( 4) bersikap positif terhadap pertanyaan / respon warga belajar. (5) sabar, teguh dan tegas.
2. Faktor Eksternal a) Faktor Ekonomi Kendisi sosial ekonomi keluarga adalah merupakan peranan sangat penting terhadap pembelajaran aktivitas belajar warga, sebab kekurangan biaya dapat berpeluang mendapat hambatan dalam mengikuti pendidkan karena ketidak sanggupan orang tua dalam memenuhi kebutuhan sekolah dan keperluan warga dalam proses pembelajaran akhirnya kehadiran warga sangat rendah. Warga belajar memiliki tugas utama dalam memberi kebutuhan nafkah keluarga, mereka hanya belajar kalau waktu mengijinkan. b) Faktor Lingkunagan Keluarga Di dalam pergaulan kita sehari-hari pelaksanaan pembelajaran di luar sekolah lebih banyak dari pada linkungan keluarga maupun masyarakat. Oleh karena itu proses pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik apabila: 1). sarana rumah tempat tinggal warga belajar terasa tenang dan tentram sehingga warga dapat memusatkan perhatiannya pada kegiatan proses pembelajaran. 2) Rumah tangga kacau/broken home, sering kali juga dapat membuat warga belajar terganggu konsentrasinya. 3) orang tua terlalu sibuk dengan urusan-urusan luar sehingga mengabaikan tugas untuk membimbing dan mendidik anak, maka anak akan mencari tempat pelariannya.
c) Faktor Lingkungan Masyarakat Warga belajar merupakan satuan kelompok makhluk hidup yang membutuhkan interaksi kondusif yang akan menunjang kegiatan proses pembelajaran pada warga. Itu sendiri. Kesadaran belajar sangat dipengaruhi oleh budaya yang berkembang di masyarakat
dan
aktivitas
warga
di
lingkungannya.
Budaya
lebih
mementingkan usaha yang mendatangkan pendapatan daripada mengenyam pendidikan yang hal ini berdapak pada animo masyarakat dalam proses pembelajaran di paket B. Suasana sosial yang kondusif memungkinkan warga dapat belajar dan mengembangkan potensi dirinya. Dalam hal ini orang tua dan tutor memiliki tugas dan peran dalam pengarahkan pergaulan warga belajar dalam lingkungan masyarakat. C.
Peran PLS dalam Pembelajaran program Paket B Pembelajaran pada program paket B sudah diakui sebagai salah satu
upaya yang diarahkan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkemampuan
untuk
menumbuhkembangkan
motivasi
berkreasi
yang
diwujudkan dalam bentuk karya yang bermanfaat untuk dirinya sendiri, keluarga bangsa dan Negara yang dilandasi oleh sikap pengetahuan dan keterampilan serta budi pekerti yang luhur. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistim Pendidikan Nasinal memberi pengakuan terhadap penyelenggaraan Program Pendidikan non formal
sebagai dari sistim Pendidikan Nasional yakni mendorong terciptanya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Proses Pembelajaran program pendidikan non formal lebih mengedepankan prinsip demokratis dan fleksibilitas yang memberikan kesempatan dan kebebasan bagi masyarakat untuk menentukan kegiatan belajar yang diyakini sebagai kebutuhan belajar yang sangat diperlukan (community based education), baik dalam rangka peningkatan kualifikasi pendidikan maupun untuk menemukan solusi terhadap masalah tertentu melalui program pendidikan yang relevan. Pendidikan keterampilan dan program lainya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kendisi sosial ekonomi masyarakat sasaran, terutama dari kelompok masyarakat dengan kendisi ekonomi kurang menguntungkan untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan yang bermanfaat
sesuai dengan
kebutuhan yang didukung dengan ijasah, sertifikat ataupun bentuk surat keterangan
Pendidikan dan pelatihan yang lainnya yang disesuaikan dengan
karakteristik program, kebijakan pemerintah dan peraturan yang berlaku. Program Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang dijalankan oleh Dinas Pendidikan Nasional Indonesia, justru sangat menyentuh kebutuhan dasar dari masyarakat. Karena pendidkan formal saat ini, dengan sekian banyaknya bidang studi yang dibebani dan sekian banyak permasalahan yang dihadapi terutama ekonomi yang sangat rentan belakagan ini. Selain itu jika berbicara tentang PLS maka
sama
halnya
membicarakan
tentang
masyarakat
dan
yang
menyelenggarakan program tersebut baik pemerintah dan penyelenggara sehingga sinergi antara dua bagian dapat menunjang program ini. Ada baiknya berbicara
persoalan harus dipahami secara baik sehingga dalam konteks apapun setiap pembicaraan dan setiap hal yang disosialisakan kepada masyarakat itu seharusnya sudah dipelajari secara baik dan sudah diteliti dilapangan keadaannya seperti apa.