SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
BAB II PENGEMBANGAN KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (PKPBI) BAGI PESERTA DIDIK TUNARUNGU
Penyusun:
TIM PENGEMBANG SUMBER BELAJAR PLB-FIP- UNESA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
BAB II PENGEMBANGAN KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (PKPBI) BAGI PESERTA DIDIK TUNARUNGU A. PENDAHULUAN Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan terkait pengembangan komunikasi persepsi bunyi dan irama. serta menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 1. Kompetensi Inti Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 2. Kompetensi Dasar (KD)/Kelompok Kompetensi Dasar (KKD). a. Menguasai konsep dan prinsip, teknik, dan prosedural dalam pembelajaran PKPBI bagi peserta didik tunarungu b. Menguasai materi dan aplikasi pembelajaran PKPBI c. Menguasai pendekatan, model dan metode pembelajaran PKPBI d. Menguasai aplikasi strategi pembelajaran komunikasi PKPBI
B. MATERI 1. Konsep, prinsip, teknik, dan prosedural dalam pembelajaran PKPBI bagi peserta didik tunarungu Ketunarunguan berdampak pada keterbatasan mempersepsi bunyi, terutama bunyi bahasa. Oleh karena itu dampak terberat yang dirasakan oleh seorang tunarungu adalah kemiskinan dalam berbahasa. Konsep penyelenggaraan pendidikan khusus menitikberatkan pada kemampuan peserta didik yang masih memungkinkan dapat dikembangkan.
Hal ini
mengisyaratkan bahwa seberat apa pun ketunarunguan peserta didik, mereka perlu diberi layanan program kebutuhan khusus untuk meningkatkan kemampuan mempersepsi bunyi. 1
Pengembangan Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (PKPBI) merupakan bentuk layanan program kebutuhan khusus peserta didik tunarungu. Program layanan ini wajib diberikan kepada peserta didik pada satuan pendidikan TKLB sampai SMPLB dan bersifat fakultatif bagi peserta didik SMALB. Melalui layanan PKPBI diharapkan peserta didik dapat mendeteksi, mendiskriminasikan, dan mengidentifikasi bunyi yang pada akhirnya dapat diaplikasikan dalam dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan PKPBI terutama untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan bahasa peserta didik tunarungu. Namun pada tataran praktis, tidak sedikit guru yang terjebak
dalam
pengertian
layanan
PKPBI
secara
sempit
sehingga
pada
pelaksanaannya lebih menitikberatkan pada pengenalan sifat-sifat bunyi. Selayaknya setiap sifat bunyi yang diperkenalkan dikaitkan dengan bahasa. Jika hal ini dilakukan, maka peserta didik akan menganalogikan bahwa bunyi yang keras itu seperti suara orang yang berteriak dan bunyi yang lemah itu seperti suara orang yang berbisik. a. Konsep dalam pembelajaran PKPBI bagi peserta didik tunarungu Pengembangan Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama ialah pembinaan komunikasi dan penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja, sehingga kemampuan komunikasi dan mempersepsi bunyi melalui pendengaran dan perasaan vibrasi yang masih dimiliki peserta didik tunarungu dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk berintegrasi dengan dunia sekelilingnya yang penuh dengan bunyi. Pembinaan secara sengaja yang dimaksud adalah pembinaan dilakukan secara terprogram. Artinya setelah dilakukan identifikasi dan asesmen, guru menyusun perencanaan program, menetapkan tujuan, metode pelaksanaan, alokasi waktu, dan penilaian. Bagi orang dengar, bunyi ditangkap melalui indera pendengaran, namun getarannya dapat dirasakan pula pada kulit dan bagian tubuh lain. Melalui PKPBI, diharapkan peserta didik tunarungu pun mengalami hal yang sama. Peserta didik yang masih memiliki sisa pendengaran, dapat dioptimalkan agar dapat mendeteksi,
mendiskriminasikan,
dan
mengidentifikasi
bunyi
melalui
pendengaran. Peserta didik yang memiliki sedikit sisa pendengaran, dapat merasakan vibrasi bunyi tersebut melalui bagian tubuh lainnya. Oleh karena itu, pelaksanaan PKPBI harus mengupayakan terjadinya suatu kesatuan yang utuh 2
antara kemampuan untuk menangkap gelombang bunyi melalui vibrasi dan/atau sisa pendengaran yang masih dimiliki peserta didik. Peserta didik tidak dituntut untuk mendengar dalam arti sesungguhnya tetapi dilatih untuk mempersepsi bunyi. Hal ini sesuai dengan tujuan umum program PKPBI yaitu untuk meningkatkan kepekaan kemampuan mempersepsi bunyi dan perasaan vibrasi sehingga peserta didik tunarungu dapat melakukan kontak dengan dunia. Terdapat dua arah pengembangan program PKPBI, yaitu pengembangan komunikasi dan pengembangan persepsi bunyi dan irama. Pengembangan komunikasi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi sebagai kebutuhan dasar manusia. Menurut Iwing dalam Samuel A. Kirk (1989), komunikasi adalah penyampaian informasi melalui bicara dan bahasa, tekanan, kecepatan, intonasi, kualitas suara, pendengaran dan pemahaman, ekspresi muka dan gerak isyarat tangan. Mengacu pada definisi komunikasi tersebut, maka keterampilan komunikasi yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam oleh peserta didik tunarungu dalam berinteraksi dengan lingkungannya dapat berupa komunikasi oral, manual (isyarat), atau gabungan keduanya (komunikasi total). Pengembangan
persepsi
bunyi dan
irama
menitikberatkan
pada
pengembangan kemampuan peserta didik dalam mempersepsi bunyi. Pemilihan istilah “persepsi” digunakan karena peserta didik tunarungu mengenal bunyi bukan karena mendengar, tetapi karena pengamatan bunyi melalui rabaan getaran,vibrasi pada organ bicara atau rongga dada serta memanfaatkan dria lain yang
masih
berfungsi
sehingga
dapat
mendeteksi,
mendiskriminasi,
mengidentifikasi, dan memahami (komprehensi) bunyi. Peserta didik tunarungu memiliki kemampuan untuk mempersepsi gelombang suara atau bunyi melalui rasa vibrasi dan dan/atau sisa pendengaran sebagai satu kesatuan yang utuh. b. Prinsip pembelajaran PKPBI bagi peserta didik tunarungu Prinsip umum dalam pembelajaran PKPBI dimaksudkan sebagai kerangka pikir dan tindakan yang dapat dijadikan petunjuk umum bagi guru dalam mengajarkan PKPBI. Prinsip-prinsip umum PKPBI ini dapat dipahami juga sebagai kaidah umum yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengoptimalkan 3
keberhasilan program pembelajaran PKPBI bagi peserta didik tunarungu. Bambang Nugroho (2002: 16), mengemukakan ada 6 prinsip umum yang harus diperhatikan oleh guru dalam membelajarkan PKPBI, yakni: (1) peserta didik tunarungu harus secara terus-menerus dimasukkan ke dalam dunia bunyi; (2) PKPBI hendaknya diberikan sedini mungkin (sisa pendengaran perlu diberi rangsangan bunyi secara terus-menerus dan teratur); (3) memperhatikan prinsip-prinsip umpan balik (prinsip cibernetik) dalam dunia bunyi: irama, bunyi, gerak; (4) hendaknya digunakan pendekatan multisensory; (5) PKPBI dilaksanakan secara sistematis, teratur, berkesinambungan, terprogram baik materinya maupun jumlah waktu yang dibutuhkan; dan (6) PKPBI merupakan bagian integral dari proses pemerolehan bahasa peserta didik tunarungu. Untuk memberikan gambaran secara detail tentang ke-enam prinsip umum dalam pembelajaran PKPBI sebagaimana dijelaskan di atas, berikut dipaparkan uraian detail tentang ke-enam prinsip umum dimaksud. 1) Peserta didik tunarungu harus secara terus menerus dimasukkan ke dalam dunia bunyi. Prinsip ini memberikan pesan kepada guru-guru yang mengajar peserta didik tunarungu, termasuk dalam membelajaran PKPBI, bahwa seberat apapun taraf
ketulian,
tetap
secara
edukatif
guru
harus
mengajarkan,
memperkenalkan, dan mengajak peserta didik tunarungu tentang bunyibunyian. Prinsip ini memberikan penekanan bahwa kehilangan pendengaran pada peserta didik tunarungu, bukan berarti mereka tertutup untuk belajar mengenali berbagai bunyi, bahkan semaksimal mungkin guru harus terus memotivasi peserta didik tunarungu untuk menyadari bahwa di dunia ini ada yang namanya bunyi-bunyian. Makna yang terkandung dari kata “membawa peserta didik tunarungu ke dalam dunia bunyi” sangatlah fundamental dalam pembelajaran PKPBI. Hal tersebut mengandung makna bahwa dalam membelajarkan PKPBI, guru tidak terbatas pada upaya mengenalkan bunyi-bunyian, akan tetapi peserta didik tunarungu harus dibiasakan memiliki kesadaran, konsep, kepekaan— semaksimal mungkin dengan sisa pendengaran—tentang bunyi-bunyian yang 4
ada di sekitar peserta didik tunarungu. Misalnya ketika guru memukul meja, memindahkan meja dan kursi, memukul lonceng, menium terompet, membunyikan gitar, katakan kepada peserta didik tunarungu bahwa benda dan tindakan itu mengandung unsur bunyi-bunyian. 2) PKPBI hendaknya diberikan sedini mungkin (sisa pendengaran perlu diberi rangsangan bunyi secara terus–menerus dan teratur). Pembelajaran PKPBI akan memberikan hasil maksimal bagi optimalisasi sisa pendengaran dan komunikasi verbal pada peserta didik tunarungu, bila diberikan sedini mungkin. Melatih sisa pendengaran dengan diberikan rangsakan bunyi secara terus menerus dan teratur, akan membantu peserta didik tunarungu untuk menyadari bahwa di lingkungan sekitar ada yang namanya bunyi dan diharapkan mereka merasakan adanya bunyi tersebut. Hasil yang akan diperoleh peserta didik tunarungu jika mereka dilatih sejak usia dini akan mengantarkan mereka untuk terbiasa dengan bunyibunyian yang ditangkapnya, meskipun itu dalam batas yang minimal. Hal yang positif bagi perkembangan peserta didik tunarungu apabila dalam diri mereka tertanam konsep bahwa di dunia ini ada bunyi, dan mereka sampai dapat merasakan bunyi mulai dari tahap deteksi, diskrimintasi, identifikasi, dan komprehensif. 3) Memperhatikan prinsip-prinsip umpan balik (prinsip cibernetik) dalam dunia bunyi: irama, bunyi, gerak. Mengajarkan bunyi-bunyian pada peserta didik tunarungu akan efektif apabila guru membangun pola timbal balik antara bunyi yang dirasakan oleh peserta didik tunarungu. Pola timbal balik ini dalam tahap yang lebih tinggi akan mengantarkan pada pemahaman dan kesadaran peserta didik tunarungu untuk merasakan adanya irama, bunyi, dan gerak. Misalnya ketika peserta didik tunarungu merasakan adanya getaran bunyi, maka guru tidak cukup mengatakan bagus, pintar, tetapi melalui pengalaman bunyi yang dirasakan oleh peserta didik tunarungu, guru mengembangkannya ke dalam irama, dan gerak. Dengan pola umpan balik (cibernetik), penghayatan peserta didik tunarungu tentang bunyi-bunyi yang dirasakan akan terpadu dengan konsep 5
irama dan gerak. Peserta didik tunarungu akan memahami bahwa bunyi itu ada gradasi dan ada pola yang dapat dipadukan ke dalam gerak dan irama. 4) Hendaknya digunakan Pendekatan Multisensory. Mengajarkan PKPBI pada peserta didik tunarungu akan efektif jika guru memanfaatkan indera-indera lainnya secara terpadu dalam mengajarkan bunyi dan komunikasi. Misalnya ketika guru mengajarkan peserta didik tunarungu untuk mendeteksi bunyi, maka sebaiknya guru tidak hanya memanfaatkan sisa indera pendengaran saja, akan tetapi guru dapat menggunakan indera penglihatan, penciuman, kinestetik. Dengan pola pendekatan multisensory ini, peserta didik tunarungu akan terbantu dalam mengenali bunyi-bunyian secara komprehensif. 5) PKPBI
dilaksanakan
secara
sistematis,
teratur,
berkesinambungan,
terprogram baik materinya maupun jumlah waktu yang dibutuhkan. Melaksanakan pembelajaran PKPBI harus ditata secara sistematis, teratur, berkesinambungan, dan terprogram. Hal ini mengingat bahwa membelajarkan bunyi dan persepsi pada peserta didik tunarungu tidak dapat dilaksanakan secara acak. Mengajarkan PKPBI pada peserta didik tunarungu harus dimulai dari deteksi bunyi, diskriminasi bunyi, identifikasi bunyi, sampai pada komprehensif bunyi. Begitu juga dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam pembelajaran PKPBI harus disesuaikan dengan sifat dan kedalaman materi yang akan disampaikan. Semakin komplek materi yang disampaikan, maka semakin banyak waktu yang digunakan dalam pembelajaran. 6) PKPBI merupakan bagian integral dari proses pemerolehan bahasa peserta didik tunarungu. Membelajarkan PKPBI pada akhirnya tidak hanya sebatas mengenalkan bunyi dan persepsi saja, akan tetapi pembelajaran PKPBI yang dilaksanakan secara terus menerus dan terpadu, merupakan proses pemerolehan bahasa pada peserta didik tunarungu. Dalam konteks ini, harus dipahami oleh para guru bahwa pemerolehan bahasa pada peserta didik tunarungu memiliki keunikan dibandingkan dengan siswa reguler lainnya. Pemerolehan bahasa pada peserta didik tunarungu terhambat secara signifikan, karena saluran 6
untuk memperoleh berbagai informasi, simbol melalui pendengaran terhambat. Oleh karena itu mengajarkan PKPBI harus terpadu dengan proses pengembangan bahasa pada peserta didik tunarungu. Dalam pandangan lainya, dikemukakan oleh Hermanto (2010: 16-17), yang membagi prinsip-prisip pembelajaran PKPBI dikelompokan ke dalam prinsip tradisional dan prinsip modern. Prinsip-prinsip tradisional dalam pembelajaran PKPBI meliputi pandanganpandangan sebagai berikut: 1) Semua peserta didik tunarungu (bila tdk ada kelainan tambahan), dapat menghayati bunyi melalui sisa pendengaran maupun bagian tubuh lainnya, maka BKPBI justru diperuntukan bagi ATR yang tergolong tuli lebih 90 dB 2) Agar menjadi sadar bunyi, maka perlu dilibatkan serta dibina kemampuan vibrasi atau getaran dlm tubuh mereka terutama pada tahap awal latihan, getaran ini akan menggugah kesadaran anak akan bunyi atau suara. 3) Agar BPBI lebih berhasil maka perlu diupayakan agar ATR mempunyai hubungan dengan bunyi maka perlu pengunaan ABD yang berfungsi secara kontinu. 4) Latihan BKPBI harus mengupayakan terjadinya satu kesatuan yang utuh antara kemampuan anak tuli untuk menangkap gelombang bunyi/suara lewat vibrasi dan sisa pendengaran. Jadi ATR tidak dituntut “mendengar” melainkan mempersepsikan bunyi. 5) Dasar pelaksanaan BKPBI adalah umpan balik atau sibernetik 6) Penyadaran terhadap bunyi harus dilakukan sedini mungkin. 7) Latihan penyadaran bunyi perlu dilakukan secara bermakna. 8) Setelah ATR sadar bunyi/mampu mendeteksi maka dapat dimulai latihan diskriminasi/membedakan antar sumber bunyi & sifat bunyi. 9) Latihan hrs dilakukan secara sistematis, teratur dan berkesinambungan. 10) Bagi yg berat maka diperlukan pendekatan multisensoris.
Sedangkan prinsip-prinsip modern dalam pembelajaran PKPBI meliputi pandangan-pandangan sebagai berikut: 7
1) PKPBI atau latihan mendengar dapat dipandang sebagai satu seri latihan yang terstruktur yang ditata dari yang sederhana sampai yang kompleks meliputi deteksi, diskriminasi, pengenalan dan pemahaman wicara. Khusus peserta didik tunarungu berat, latihan keterampilan deteksi bunyi terlebih dahulu sebelum latihan diskriminasi, pengenalan dan pemahaman. 2) Latihan mendengar perlu dikaitkan secara erat dengan perkembangan kognitif, bahasa, dan motorik anak. 3) Latihan pendengaran perlu mempertimbangan kebutuhan perorangan setiap anak (kognitif, bahasa, atau tingkat ketunarunguan). Untuk itu silabinya juga harus mengarah pada individual. 4) Latihan mendengar perlu dibedakan dari pengalaman mendengar. (sedang dan berat) 5) Latihan mendengar bisa mencakup deteksi, diskriminasi, pengenalan, pemahaman dan menikmati bunyi non bahasa. 6) Perlu didukung kondisi akustik yang optimal, yaitu penggunaan Alat Bantu Dengar (ABD) yang kuat dan sesuai. 7) Peserta didik tunarungu berat terutama yang memiliki sisa pendengaran yang rentang frekuensinya terbatas tidak seslalu akan mampu menyimak bahasa lisan melalui pengalaman dan latihan mendengar. 8) Agar keterampilan menyimak berkembang maka guru, orang tua menyediakan lingkungan
yang
memungkinkan
terjadinya pengalaman
dan
latihan
mendengar. c. Teknik, dan Prosedural dalam Pembelajaran PKPBI bagi Peserta Didik Tunarungu Hambatan sensori pendengaran tidak hanya berdampak pada kurangnya/tidak berkembangnya kemampuan bicara, namun dampak yang paling besar adalah terbatasnya kemampuan berbahasa (Van Uden, 1977). Sejalan dengan hal tersebut , Leigh (1994) dalam Bunawan,L. (2004) mengemukakan bahwa masalah utama anak dengan hambatan sensori pendengaran bukan terletak pada tidak dikuasainya suatu sarana komunikasi lisan melainkan akibat hal tersebut terhadap perkembangan kemampuan berbahasa secara keseluruhan. 8
Masalah utama peserta didik tunarungu adalah tidak atau kurang mampu memahami lambang dan aturan bahasa. Secara lebih spesifik, mereka tidak mengenal atau mengerti lambang/kode atau nama benda-benda, peristiwa kegiatan, dan perasaan serta tidak memahami aturan/sistem/tata bahasa. Keadaan ini terutama dialami anak yang mengalami ketulian sejak lahir atau usia dini (tuli pra bahasa). Terhambatnya perkembangan bicara dan bahasa, menyebabkan anak dengan gangguan pendengaran mengalami hambatan dalam berkomunikasi secara verbal, baik secara ekspresif (bicara) maupun reseptif (memahami pembicaraan orang lain). Keadaan tersebut menyebabkan anak dengan gangguan pendengaran mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan lingkungan orang mendengar yang lazim menggunakan bahasa verbal sebagai alat komunikasi. Terhambatnya kemampuan berkomunikasi yang dialami peserta didik tunarungu, berimplikasi pada kebutuhan khusus mereka untuk mengembangkan komunikasinya yang merupakan dasar untuk mengembangkan potensi lainnya. Pada dasarnya setiap peserta didik tunarungu dapat dikembangkan kemampuannya melalui berbagai layanan khusus dan fasilitas khusus yang sesuai dengan kebutuhannya. Layanan khusus tersebut antara lain adalah layanan bina komunikasi, persepsi bunyi, dan irama. Di samping itu, untuk mengoptimalkan sisa pendengaran yang masih ada, mereka membutuhkan fasilitas khusus, yaitu sistem amplifikasi pendengaran. Dalam upaya mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa pada peserta didik tunarungu, dilakukan melalui pembelajaran PKPBI. Implementasi pembelajaran PKPBI tersebut, harus dilaksanakan secara prosedural. Dalam hal ini, maka mengajarkan PKPBI, harus mengikuti prosedur pembelajaran yang dilaksanakan dalam 4 tahapan sebagai berikut: (1) deteksi bunyi musik/irama; (2) diskriminasi bunyi musik/irama; (3) identifikasi bunyi musik/irama; dan (4) komprehensi bunyi musik/irama.
a. Deteksi Bunyi Musik/Irama Tujuan dari deteksi bunyi, yaitu anak menyadari adanya bunyi-bunyian latar belakang, bunyi suara manusia, dan bunyi suara binatang secara terprogram. 9
Program ini merupakan program pertama yang perlu dilatihkan pada anak dengan hambatan sensori pendengaran. Program ini merupakan latihan untuk memberi respon yang berbeda terhadap ada/tidak adanya bunyi, atau kesadaran akan bunyi yang menyangkut daya kepekaan (sensitivitas) atau kesadaran terhadap bunyi. Bunyi yang dilatihkan meliputi bunyi latar belakang, bunyi alat musik dan bunyi bahasa. Berikut disajikan kegiatan pembelajaran untuk melatih deteksi bunyi/irama pada peserta didik tunarungu. a) Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi serta melakukan pengecekan ABM (bila menggunakan) kemudian dilanjutkan dengan percakapan, dimana hasil percakapan itu digunakan sebagai titik tolak respon untuk materi yang akan dilaksanakan pada saat itu. b) Siswa memperhatikan dan mendengarkan bunyi yang diperdengarkan guru dengan memanfaatkan semua inderanya (penglihatan, vibrasi, pendengaran) secara klasikal maupun kelompok, kemudian siswa mereaksi ada atau tidak ada bunyi yang diperdengarkan guru dengan memberikan respon berupa: gerakan, membunyikan, mengucapkan kata, menuliskan kata, atau bermain peran. Kegiatan ini dilanjutkan dengan mereaksi bunyi menggunakan indera pendengaran saja. c) Guru melakukan pengamatan dari reaksi yang dilakukan siswa. Kegiatan pembelajaran deteksi bunyi dalam pembelajaran PKPBI dapat dipahami sebagai langkah awal dalam melatih kepekaan peserta didik tunarungu terhadap bunyi-bunyian. Pembelajaran atau latihan deteksi bunyi pada peserta didik tunarungu, terkadang anak dihadapkan pada kejenuhan. Kondisi ini dimungkinkan rasa frustasi dari peserta didik tunarungu yang begitu sulit untuk mendeteksi bunyibunyian yang diperkenalkan oleh guru. Dalam menghadapi kondisi seperti ini, guru yang mengajarkan deteksi bunyi pada peserta didik tunarungu harus menggunakan berbagai daya upaya, baik dalam hal penggunaan metode pembelajaran secara variasi, penggunaan alat peraga secara menarik, penggunaan media pembelajaran secara optimal, atau bahkan guru memadukan penggunaan 10
alat peraga dan media pembelajaran dalam permainan yang menarik minat peserta didik tunarungu dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, alam kegiatan lainnya, guru dapat mengkombinasikan kegiatan mendeteksi bunyi melalui permainan yang relevan dengan kegiatan deteksi bunyi. Dalam kegiatan lainnya, latihan mendeteksi bunyi pada peserta didik tunarungu dapat dilakukan melalui permainan tanpa menggunakan alat peraga. Permainan tanpa menggunakan alat peraga dalam latihan deteksi bunyi, dapat dilakukan oleh guru dengan memodifikasi gerak dan irama. Penggunaan metode pembelajaran ini apabila diikuti dengan baik oleh peserta didik tunarungu, sebenarnya memiliki fungsi ganda. Pertama, anak menjadi tertarik untuk mengikuti pembelajaran deteksi bunyi secara menyenangkan, tidak jenuh, dan aktif dalam pembelajaran. Kedua, memiliki fungsi untuk melatih keterampilan dasar dalam melakukan gerak dan irama sebagai dasar dalam membentuk harmonisasi antara bunyi dengan gerakan irama. Supaya gerakan irama yang dilakukan dalam latihan deteksi bunyi dapat diikuti oleh anak dengan menyenangkan dan memiliki fungsi edukatif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, guru harus terampil dalam memilih dan menggunakan berbagai gerakan yang harus dilakukan oleh peserta didik tunarungu. Berikut disajikan gambar latihan deteksi bunyi melalui metode bermain gerak dan irama tanpa menggunakan alat peraga. b. Diskriminasi Bunyi Musik/Irama Tujuan dari diskriminasi bunyi yaitu anak dapat membedakan dua macam sumber bunyi atau lebih yang berbeda timbrenya secara terprogram. Program ini mencakup latihan untuk membedakan bunyi, baik itu bunyi alat musik maupun bunyi bahasa. Oleh karena itu, dalam prosedur pembelajaran diskriminasi bunyi musik/irama, guru dapat menggunakan prinsip kontras, misalnya melatih peserta didik tunarungu untuk mendengarkan bunyi dengan nada yang tinggi dengan nada yang rendah. Latihan membedakan bunyi mencakup: 1) Membedakan dua macam sumber bunyi 2) Membedakan dua sifat bunyi (panjang-pendek, tinggi- rendah, keras – lemah, serta cepat – lambatnya bunyi). 11
3) Membedakan macam-macam birama (2/4,3/4, atau 4/4). 4) Membedakan bunyi –bunyi yang dapat dihitung 5) Membedakan macam-macam irama musik. 6) Membedakan suara manusia, dan sebagainya. 7) Dalam latihan diskriminasi bunyi tersebut, perlu menerapkan prinsip kekontrasan, yang artinya melatih anak untuk membedakan bunyi yang memiliki perbedaan yang besar menuju perbedaan yang semakin kecil. Berikut disajikan kegiatan pembelajaran PKPBI untuk melatih peserta didik tunarungu dalam mendiskriminasi bunyi-bunyian. 1) Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi serta melakukan pengecekan ABM (bila menggunakan) kemudian dilanjutkan dengan percakapan, sebagai titik tolak respon untuk materi yang akan dilaksanakan pada saat itu. 2) Siswa memperhatikan dan mendengarkan bunyi yang diperdengarkan guru dengan memanfaatkan semua inderanya (penglihatan, vibrasi, pendengaran) secara klasikal maupun kelompok, kemudian siswa membedakan bunyi gong dan tambur yang diperdengarkan guru dengan memberikan respon berupa: gerakan , membunyikan, mengucapkan kata, menuliskan kata, atau bermain peran. Kegiatan ini dilanjutkan dengan mereaksi bunyi menggunakan indera pendengaran saja. 3) Guru melakukan pengamatan dari reaksi yang dilakukan siswa. 4) Berikut disajikan gambar kegiatan pembelajaran PKPBI dalam latihan mendiskriminasikan bunyi. c. Identifikasi Bunyi Musik/Irama Tujuan dari identifikasi bunyi yaitu anak dapat menyebutkan ciri–ciri dari bunyi-bunyi tertentu dan mampu mengenali bunyi-bunyi yang diperdengarkan baik melalui alat musik atau melalui suara manusia secara terprogram. Bunyibunyi yang diidentifikasi antara lain: 1) Bunyi alam seperti: hujan, gemercik air, halilintar, dan sebagainya. 2) Bunyi Binatang, seperti: burung berkicau, anjing menjalak, ayam berkokok, dan sebagainya.
12
3) Bunyi yang dihasilkan oleh peralatan, seperti: bunyi bedug, lonceng, bel, bunyi kendaran, klakson, dan sebagainya. 4) Bunyi alat musik, seperti: gong, tambur, suling, terompet, piano/harmonika, rebana, dan sebagainya. 5) Bunyi yang dibuat oleh manusia, seperti : tertawa, terikan, batuk, serta bunyi bahasa (suku kata, kelompok kata atau kalimat). Untuk membantu peserta didik tunarungu mengenal bunyi, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu: 1) Anak perlu diberi berbagai kesempatan untuk menemukan hubungan/asosiasi antara penghayatan bunyi melalui pendengaran dengan penghayatan melalui modalitas/ indera lain yang sebelumnya telah membentuk persepsinya terhadap berbagai rangsangan luar, yaitu modalitas motorik, perabaan, dan penglihatan. 2) Dalam berinteraksi dengan anak, setiap kali terjadi suatu bunyi yang mendadak, mengarahkan perhatian anak terhadap bunyi tersebut. Tanyakan pada anak bunyi apa yang ia dengar. Apabila anak tersebut belum bisa menjawabnya, berikan jawabannya dan tunjukan dari mana bunyi tersebut berasal. Berikut
disajikan
contoh
kegiatan
pembelajaran
PKPBI
dalam
melatih
mengidentifikasi bunyi-bunyian, pada peserta didik tunarungu. 1) Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi serta melakukan pengecekan ABM (bila menggunakan) kemudian dilanjutkan dengan percakapan sebagai titik tolak respon untuk materi yang akan dilaksanakan pada saat itu. 2) Siswa memperhatikan dan mendengarkan bunyi yang diperdengarkan guru dengan memanfaatkan sisa pendengarannya secara klasikal maupun individual, yang diperdengarkan guru dengan memberikan respon berupa: menyebutkan ciri-ciri, menyebut nama alat musik, membunyikan, menuliskan nama alat musik, atau bermain peran. Kegiatan ini dilanjutkan dengan mereaksi bunyi menggunakan indera pendengaran saja. 3) Guru melakukan pengamatan dari reaksi yang dilakukan siswa.
13
4) Berikut disajikan contoh gambar dalam kegiatan latihan mengidentifikasi bunyi kelompok alat musik gong dan drum pada peserta didik tunarungu. d. Komprehensi (Pemahaman) Bunyi Musik/Irama Tujuan dari komprehensi bunyi yaitu anak dapat memahami dan melakukan perintah sesuai bunyi yang diperdengarkan. Latihan memahami bunyi bahasa merupakan latihan untuk menangkap arti atau makna dari bunyi yang diamati berdasarkan pengalaman dan memberi respon yang menunjukkan pemahaman. Untuk menuju ke tahap pemahaman ini, dianjurkan hanya jika anak pada tahap identifikasi telah dapat mengidentifikasi lebih dari 50% materi/stimulus yang disajikan dalam tes identifikasi. Materi latihan pemahaman diambil dari perbendaharaan bahasa yang telah dimiliki oleh anak dan disajikan dalam bentuk: pertanyaan yang harus dijawab anak; perintah yang harus dilaksanakan; serta tugas yang bersifat kognitif (menyebutkan lawan kata, menjawab ya/tidak atau betul/salah terhadap pertanyaan/pernyataan yang diberikan). Berikut
disajikan
kegiatan dalam
pembelajaran
PKPBI pada
tahap
komprehensi bunyi-bunyian pada peserta didik tunarungu. 1) Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi serta melakukan pengecekan ABM (Bila menggunakan) kemudian dilanjutkan dengan percakapan sebagai titik tolak respon untuk materi yang akan dilatihkan pada saat itu. 2) Siswa memperhatikan dan mendengarkan bunyi yang diperdengarkan guru dengan memanfaatkan sisa pendengarannya secara klasikal maupun kelompok, kemudian siswa memahami bunyi lonceng dan petir yang diperdengarkan guru dengan memberikan respon berupa: menyebutkan nama bunyi, mengucapkan kalimat, dan bermain peran. 3) Guru melakukan pengamatan dari reaksi yang dilakukan siswa. 4) Dalam latihan komprehensi, guru dapat mengembangkan kegiatan secara variasi dengan tujuan untuk mengembangkan pemahaman perintah yang terkait dengan simbol bunyi. Berikut disajikan kegiatan lainnya dalam latihan komprehensi dalam pembelajaran PKPBI pada peserta didik tunarungu. 14
1) Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi dan melakukan pengecekan ABM kemudian dilanjutkan percakapan sederhana untuk mendapatkan materi yang akan dilatihkan. 2) Guru menyajikan pertanyaan atau perintah dengan menggunakan satu indera pendengaran menggunakan kata ganti tanya apa, siapa, berapa, dimana, mengapa, bagaimana, dan beberapa perintah spontan yang dilakukan siswa sehari-hari, contoh: Apa warna bajumu?
Siswa menjawab pertanyaan secara spontan.
Siswa melakukan perintah guru secara spontan.
Guru mengamati respon siswa dan menuliskan di lembar pengamatan.
3) Diakhir kegiatan guru membuat catatan hasil latihan. 2. Materi dan Aplikasi Pembelajaran PKPBI Sesuai dengan tahapan proses mendengar manusia, maka materi program pengembangan kemampuan persepsi bunyi dan irama bagi peserta didik tunarungu meliputi: a. Tahap deteksi bunyi yaitu kemampuan menyadari ada dan tidak ada bunyi. b. Tahap diskriminasi bunyi yaitu kemampuan membedakan bunyi c. Tahap identifikasi bunyi yaitu kemampuan mengenal bunyi d. Tahap komprehensi bunyi yaitu kemampuan memahami bunyi Ruang lingkup bunyi yang digunakan sebagai stimulus/rangsangan bunyi dalam pengembangan kemampuan persepsi bunyi pada peserta didik tunarungu meliputi penghayatan bunyi yang paling primitif hingga bunyi yang tertinggi yaitu: a. taraf penghayatan bunyi-bunyi latar belakang yang ada di sekitar b. taraf penghayatan bunyi sebagai isyarat atau tanda, dan c. taraf penghayatan bunyi sebagai lambang yaitu bunyi bahasa atau percakapan yang terjadi saat ada interaksi antar manusia Ruang lingkup respon/reaksi peserta didik terhadap bunyi yang didengar dilakukan secara verbal maupun non verbal, yaitu dalam bentuk: a. Gerak bebas, gerak dasar, gerak berirama, gerak tari b. Gambar lambang bunyi, sumber bunyi, lambang bilangan 15
c. Menunjukan pias-pias kata, atau kelompok kata d. Melakukan perintah yang didengar. e. Bermain peran f. Tulisan nama bunyi, nama bilangan, nama sumber bunyi g. Ucapan nama sifat bunyi, nama sumber bunyi h. Menirukan membuat bunyi /memainkan alat musik i.
Mengucapkan kata, kelompok kata, atau kalimat yang didengarnya
j.
Menjawab pertanyaan yang didengar.
Mekanisme pelaksanaan pengembangan komunikasi, persepsi bunyi dan irama dilaksanakan secara terprogram dan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik
tunarungu. Prosedur pelaksanaan layanan program PKPBI dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. Persiapan 1) Penyusunan Program Layanan 2) Penyusunan Materi Program Pengembangan/Layanan 3) Penyiapan Media Layanan b. Pelaksanaan Pelaksanaan program pengembangan PKPBI dilakukan sesuai dengan skenario pelaksanaan pengembangan yang telah ditetapkan dalam rencana program. Kegiatan pelaksanaan dapat dilaksanakan secara individual, kelompok dan atau klasikal, hal ini disesuaikan dengan karakteristik kebutuhan belajar peseta didik. 1) Pendahuluan Kegiatan
pendahuluan
bertujuan
untuk
menciptakan
suasana
awal
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Pada kegiatan ini guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut. a) Tegur sapa b) Pengecekan kehadiran peserta didik. c) Pengecekan alat bantu dengar. d) Pengkondisian kelas yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pelaksanaan program pengembangan dengan baik. 2) Inti 16
a) Kegiatan inti dalam pelaksanaan PKPBI merupakan suatu proses pembentukan kemampuan/pengalaman peserta didik secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu untuk mencapai tujuan program pengembangan yang telah ditentukan. b) Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh peserta didik dengan bantuan dari guru melalui langkah-langkah kegiatan. c) Dilakukan secara individual dan/atau sekelompok kecil peserta didik yang memiliki permasalahan yang sama. d) Pelaksanaan PKPBI berbasis aktivitas yaitu peserta didik mencari tahu/memiliki keterampilan tertentu dengan melakukan sesuatu. 3) Penutup a) Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip/ keterampilan/ perilaku/ tindakan yang telah dikonstruk oleh peserta didik. Validasi dapat dilakukan dengan mengindentifikasi kebenaran konsep, hukum atau prinsip/ keterampilan/ perilaku/ tindakan
yang telah dikonstruk oleh
siswa. b) Kedua, pengayaan materi pengembangan yang dikuasai peserta didik. c. Penilaian Penilaian dilakukan guru dengan melakukan pengamatan dengan prosedur sebagai berikut: 1) Guru memilih salah satu respon yang harus dilakukan anak untuk evaluasi. 2) Siswa mereaksi bunyi yang diperdengarkan guru secara acak. 3) Guru mengamati dan mencatat respon anak pada lembar pengamatan.
d. Tindak Lanjut 1) Pengembangan Komunikasi NO. 1.
KOMPETENSI
INDIKATOR
Pengucapan fonem - Mampu
mengucapkan - Mampu mengucapkan vocal depan 17
NO.
KOMPETENSI vocal
INDIKATOR - Mampu mengucapkan vocal tengah - Mampu mengucapkan vocal belakang - Mampu mengucapkan vocal rangkap (diftong)
- Mampu konsonan
mengucapkan - Mampu mengucapkan konsonan /b/ pada kata ibu, boneka, dan bedak - Mampu mengucapkan konsonan /p/ pada awal, tengah dan akhir kata (pita, tutup, dan topi) - Mampu mengucapkan konsonan /m/ pada awal, tengah dan akhir kata (mata, kemarin, asam) - Mampu mengucapkan konsonan /f/ pada awal, tengah dan akhir kata ( fajar, kafan, arif) - Mampu mengucapkan konsonan /v/ pada awal, tengah kata (variasi, motivasi) - Mampu mengucapkan konsonan /w/ pada awal, tengah dan akhir kata (warna, bawang, bapaw) - Mampu mengucapkan konsonan /t/ pada awal, tengah dan akhir kata (topi, pintu, pahat) - Mampu mengucapkan konsonan /d/ pada awal, tengah dan akhir kata (dasi, dadu, padi) - Mampu mengucapkan konsonan /n/ pada awal, tengah dan akhir kata (nama, nanas, sampan) - Mampu mengucapkan konsonan /s/ pada awal, tengah dan akhir kata (sabun, susu, panas) - Mampu mengucapkan konsonan /z/ pada awal, tengah kata (ijazah, lazim) - Mampu mengucapkan konsonan /l/ pada awal, tengah dan akhir kata (lampu, lilin, halal) - Mampu mengucapkan konsonan /r/ pada awal, tengah dan akhir kata (rambut, marah, petir) - Mampu mengucapkan konsonan /y/ pada awal, tengah kata (saya, papaya,) - Mampu mengucapkan konsonan /sy/ pada awal,
18
NO.
KOMPETENSI
INDIKATOR tengah dan akhir kata (syarat, masyarakat) - Mampu mengucapkan konsonan /k/ pada awal, tengah dan akhir kata,(kera, kaki, katak) - Mampu mengucapkan konsonan /g/ pada awal, tengah dan akhir kata, (gajah, lagu, bedug) - Mampu mengucapkan konsonan /ng/ pada awal, tengah dan akhir kata,(ngarai, mangga, gudang) - Mampu mengucapkan konsonan /c/ pada awal, tengah kata,(cacing, baca), - Mampu mengucapkan konsonan /j/ pada awal, tengah dan akhir kata (jalan, baju, bajaj) - Mampu mengucapkan konsonan /ny/ pada awal, tengah kata,(nyanyi, menyalin) - Mampu mengucapkan konsonan /h/ pada awal, tengah dan akhir kata,(harimau, bahu, puyuh)
2.
- Pengucapan kata
- Mampu mengucapkan kata benda - Mampu mengucapkan kata sifat - Mampu mengucapkan kata kerja - Mampu mengucapkan kata ganti - Mampu mengucapkan kata keterangan - Mampu mengucapkan kata bilangan - Mampu mengucapkan kata sandang - Mampu mengucapkan kata depan - Mampu mengucapkan kata sambung - Mampu mengucapkan kata seru
- Pengucapan kata dengan - mampu mengucapkan kata dengan tekanan lemah tekanan kata
- mampu mengucapkan kata dengan tekanan keras - mampu mengucapkan kata dengan tekanan menurut situasi
3.
- Pengucapan kalimat,
- Mampu mengucapkan kalimat ajakan - Mampu mengucapkan kalimat larangan - Mampu mengucapkan kalimat permintaan
19
NO.
KOMPETENSI
INDIKATOR - Mampu mengucapkan kalimat perintah biasa - Mampu mengucapkan kalimat tanya dengan kata tanya apa - Mampu mengucapkan kalimat dengan kata tanya siapa - Mampu mengucapkan kalimat dengan kata tanya kapan - Mampu mengucapkan kalimat dengan kata tanya mengapa - Mampu mengucapkan kalimat dengan kata tanya bagaimana - Mampu mengucapkan kalimat dengan kata tanya yang mana.
- Pengucapan tekanan dan - Mampu mengucapkan kalimat dengan tekanan dan intonasi kalimat
intonasi kalimat berita - Mampu mengucapkan kalimat dengan tekanan dan intonasi kalimat perintah - Mampu mengucapkan kalimat dengan tekanan dan intonasi kalimat tanya
4.
- Komunikasi langsung
- Mampu berkomunikasi timbal balik dengan orang lain - Mampu mengungkapkan keinginannya secara lisan - Mampu menjawab pertanyaan secara lisan - Mampu mengungkapkan gagasan secara lisan.
2. Kompetensi dan Indikator Pengembangan Persepsi Bunyi dan Irama NO
KOMPETENSI Bunyi - Mampu bunyi dengan
INDIKATOR - Memberikan,reaksi ucapan, gerak, tulisan,
mendeteksi latar
belakang kekerasan
90dB atau lebih dengan
- menggambar lambang bunyi,memainkan sumber bunyi, dan bermain peran bila mendengar bunyi benda secara tiba tiba - Memberikan reaksi ada atau tidak ada bunyi benda
20
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR
ABM atau tidak.
yang diperdengarkan secara langsung. - Memberikan reaksi ada atau tidak ada bunyi alam disekitar yang terdengar secara langsung. - Memberikan reaksi ada atau tidak ada bunyi birama dasar yang diperdengarkan secara langsung. - Memberikan reaksi ada atau tidak ada bunyi musik disekitar yang terdengar secara langsung. - Memberikan reaksi ada atau tidak ada bunyi musik secara langsung. - Memberikan reaksi ada atau tidak ada suara binatang di lingkungan sekitar yang terdengar secara tiba-tiba. - Menyadari ada atau tidak ada suara rekaman binatang di lingkungan sekitar secara langsung. - Menyadari ada atau tidak ada suara manusia di lingkungan sekitar yang terdengar secara tiba-tiba. - Menyadari ada atau tidak ada suara
manusia di
lingkungan yang diperdengarkan secara langsung. - Mampu
- Membedakan 2 bunyi benda yang diperdengarkan
mendiskriminasi bunyi latar
yang
dideteksi
sudah dengan
secara langsung . - Memberikan reaksi ucapan, gerak, tulisan, gambar, membuat
bunyi,
bermain
peran,
menjawab
kekerasan 90 dB atau
pertanyaan ( bahasa ) bila mendengar 2 bunyi benda
lebih
secara langsung
menggunakan atau tidak
dengan ABM
- Membedakan 2 bunyi alam
yang diperdengarkan
lewat rekaman - Membedakan 2 bunyi musik yang diperdengarkan lewat rekaman - Membedakan 2 suara binatang yang diperdengarkan lewat rekaman - Membedakan 2 suara manusia yang diperdengarkan lewat rekaman
21
NO
KOMPETENSI - Mampu bunyi
INDIKATOR
mendeteksi sebagai
dengan
sinyal
kekerasan
90dB
- Menyadari ada atau tidak ada bunyi benda - Mengucapkan ada atau tidak ada bunyi benda - Bergerak bila ada atau tidak ada bunyi benda
atau
lebih
- Menuliskan ada atau tidak ada bunyi benda
menggunakan
ABM
- Memainkan sumber bunyi bila ada atau tidak ada
atau
tanpa
menggunakan yang
ABM
diperdengarkan
bunyi benda - Bermain peran bila mendengar ada atau tidak ada bunyi benda
secara langsung atau
- Menyadari ada atau tidak ada bunyi alam
rekaman.
- Mengucapkan ada atau tidak ada bunyi alam - Bergerak bila ada atau tidak ada bunyi alam - Menuliskan ada atau tidak ada bunyi alam - Memainkan sumber bunyi bila ada atau tidak ada bunyi alam - Bermain peran bila mendengar ada atau tidak ada bunyi alam - Menyadari ada atau tidak ada jumlah bunyi - Mengucapkan ada atau tidak ada jumlah bunyi - Bergerak bila ada atau tidak ada jumlah bunyi - Menuliskan ada atau tidak ada jumlah bunyi - Memainkan sumber bunyi bila ada atau tidak ada jumlah bunyi - Bermain peran bila mendengar ada atau tidak ada jumlah bunyi - Menyadari ada atau tidak ada arah bunyi - Mengucapkan ada atau tidak ada arah bunyi - Bergerak bila ada atau tidak ada arah bunyi - Menuliskan ada atau tidak ada arah bunyi - Memainkan sumber bunyi bila ada atau tidak ada arah bunyi - Bermain peran bila mendengar ada atau tidak ada arah buny 22
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR - Menyadari ada atau tidak ada bunyi birama dasar. - Mengucapkan ada atau tidak ada birama dasar - Bergerak bila ada atau tidak ada birama dasar - Menuliskan ada atau tidak ada birama dasar - Memainkan sumber bunyi bila ada atau tidak ada birama dasar - Bermain peran bila mendengar ada atau tidak ada birama dasar - Menyadari ada atau tidak ada bunyi musik - Mengucapkan ada atau tidak ada bunyi musik - Bergerak bila ada atau tidak ada bunyi musik - Menuliskan ada atau tidak ada bunyi musik - Memainkan sumber bunyi bila ada atau tidak ada bunyi musik - Bermain peran bila mendengar ada atau tidak ada bunyi musik - Menyadari ada atau tidak ada suara binatang. - Mengucapkan ada atau tidak ada suara binatang - Bergerak bila ada atau tidak ada suara binatang - Menuliskan ada atau tidak ada suara binatang - Memainkan sumber bunyi bila ada atau tidak ada suara binatang - Bermain peran bila mendengar ada atau tidak ada suara binatang - Menyadari ada atau tidak ada suara manusia - Mengucapkan ada atau tidak ada suara manusia - Bergerak bila ada atau tidak ada suara manusia - Menuliskan ada atau tidak ada suara manusia - Memainkan sumber bunyi bila ada atau tidak ada suara manusia - Bermain peran bila mendengar ada atau tidak ada suara manusia 23
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR
- Mampu
- Membedakan 2 bunyi benda, alam,irama dasar,
mendiskriminasi bunyi
musik, binatang,dan suara manusia
sebagai
frekwensi, timbre, dan durasi,
sinyal yang
yang berbeda
sudah dideteksi dengan
- Mengucapkan kata bila mendengar 2 bunyi benda,
kekerasan 90dB atau
alam,irama dasar, musik, binatang,dan suara manusia
lebih
yang berbeda frekwensi, timbre, dan durasi
ABM
menggunakan atau
tidak.
- Bergerak bila mendengar 2 bunyi benda, alam,irama
Diperdengarkan secara
dasar, musik, binatang,dan suara manusia
langsung atau berupa
berbeda frekwensi, timbre, dan durasi
rekaman.
yang
- Menuliskan kata 2 bunyi benda, alam,irama dasar, musik, binatang,dan suara manusia
yang berbeda
frekwensi, timbre, dan durasi - Memainkan sumber bunyi 2 bunyi benda, alam,irama dasar, musik, binatang,dan suara manusia
yang
berbeda frekwensi, timbre, dan durasi - Bermain peran bila mendengar
2 bunyi benda,
alam,irama dasar, musik, binatang,dan suara manusia yang berbeda frekwensi, timbre, dan durasi - Membedakan 2 bunyi benda, alam, musik, binatang dan suara manusia
yang berbeda frekwensi dan
timbre. - Mengucapkan kata bila mendengar 2 bunyi benda, alam, musik, binatang dan suara manusia
yang
berbeda frekwensi dan timbre. - Bergerak bila mendengar 2 bunyi benda, alam, musik, binatang dan suara manusia yang berbeda frekwensi dan timbre. - Menuliskan bila mendengar 2 bunyi benda, alam, musik, binatang dan suara manusia
yang berbeda
frekwensi dan timbre. - Memainkan sumber bunyi bila mendengar 2 bunyi benda, alam, musik, binatang dan suara manusia 24
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR yang berbeda frekwensi dan timbre. - Melakukan permainan bila mendengar 2 bunyi benda, alam, musik, binatang dan suara manusia
yang
berbeda frekwensi dan timbre - Membedakan 2 benda,alam,
musik,binatang dan
suara manusia sebagai sinyal yang berbeda timbre. - Mengucapkan kata 2 benda,alam,
musik,binatang
dan suara manusia sebagai sinyal
yang berbeda
timbre. - bergerak
bila
mendengar
2
benda,alam,
musik,binatang dan suara manusia sebagai sinyal yang berbeda timbre - menunjukkan tulisan bila mendengar 2 benda,alam, musik,binatang dan suara manusia sebagai sinyal yang berbeda timbre - Memainkan benda,alam,
sumber
bunyi
bila
mendengar
2
musik,binatang dan suara manusia
sebagai sinyal yang berbeda timbre - Melakukan permaian bila mendengar 2 benda,alam, musik,binatang dan suara manusia sebagai sinyal yang berbeda timbre - Membedakan 2 benda,alam, binatang , dan suara manusia sebagai sinyal yang berbeda frekwensi - Mengucapkan kata 2 benda,alam, - binatang dan suara manusia sebagai sinyal yang berbeda frekwensi - Bergerak bila mendengar 2 benda,alam, - binatang dan suara manusia sebagai sinyal yang berbeda frekwensi - menulis bila mendengar 2 benda,alam, - binatang dan suara manusia sebagai sinyal yang berbeda frekwensi 25
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR - memainkan
sumber
bunyi
bila
mendengar
2
benda,alam, binatang dan suara manusia sebagai sinyal yang berbeda frekwensi - Bermain bila mendengar 2 benda,alam,binatang dan suara manusia sebagai sinyal yang berbeda frekwensi - Membedakan
sifat
bunyi,cepat-lamba,
panjang-
pendek, keras lemah dan tinggi- rendah. - Mengucapkan bunyi sifat yang didengar - Bergarak bila mendengar bunyi yang didengar. - Menulis bunyi sifat yang didengar - Memainkan sumber bunyi sifat yang didengar - Melakukan permainan bila mendengar bunyi sifat - Membedakan jumlah bunyi - Mengucapkan jumlah bunyi yang didengar - Bergerak sesuai jumlah yang didengar - Menuliskan jumlah bunyi yang didengar - Memainkan sumber bunyi sesuai jumlah bunyi yang didengar. - Melakukan permainan jumlah bunyi yang didengar - Membedakan arah bunyi - Mengucapkan arah bunyi - Mununjukan tulisan arah bunyi - Bergerak sesuai arah bunyi - Memainkan sumber bunyi sesuai arah bunyi - Bermain sesuai arah bunyi - Mampu
- Mengenal bunyi benda sebagai sinyal
mengidentifikasi bunyi sebagai pernah
sinyal
yang
dideskriminasi
yang
diperdengarkan secara langsung melalui rekaman. - Mengucapkan kembali bunyi benda sebagai sinyal - Bergerak bila mendengar bunyi benda sebagai sinyal
dengan kekerasan 90db
- Menunjukkan tulisan bunyi benda sebagai sinyal.
atau
- Memainkan sumber bunyi bila mendengar bunyi
lebih
26
NO
KOMPETENSI menggunakan atau tidak.
INDIKATOR ABM
benda sebagai sinyal - Bermain peran bila mendengar bunyi benda sebagai sinyal. - Mengenal
bunyi
alam
sebagai
sinyal
yang
diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengucapkan kata bila menbengar bunyi alam sebagai sinyal - Menunjukkan tulisan bunyi alam sebagai sinyal. - Memainkan sumber bunyi bila mendengar bunyi alam. - Bermain peran bila mendengar bunyi alam sebagai sinyal - Mengenal
jumlah
bunyi
sebagai
sinyal
yang
diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengucapkan jumlah bilangan bila mendengarbunyi sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Bergerak bila mendengar jumlah bunyi sebagai sinyal yang
diperdengarkan
secara
langsung
melalui
rekaman - Menuliskan bilangan jika mendengar jumlah bunyi sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Memainkan sumber bunyi bila mendengar jumlah bunyi sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Bermain peran bila mendengar jumlah bunyi sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengenal
arah
bunyi
sebagai
sinyal
yang
diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengucapkan arah bila mendengar bunyi sebagai 27
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Bergerak bila mendengar arah bunyi sebagai sinyal yang
diperdengarkan
secara
langsung
melalui
rekaman - Menunjukkan tulisan arah bunyi sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Memainkan sumber bunyi dari berbagai arah sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Bermain peran bila mendengar bunyi dari berbagai arah
sebagai sinyal yang diperdengarkan secara
langsung melalui rekaman - Mengenal bunyi irama dasar sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengucapkan kata bunyi irama dasar sebagai sinyal yang
diperdengarkan
secara
langsung
melalui
rekaman - Bergerak bila mendengar bunyi irama dasar sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Menuliskan kata bunyi irama dasar sebagai sinyal yang
diperdengarkan
secara
langsung
melalui
rekaman - Memainkan sumber bunyi irama dasar sebagai sinyal yang
diperdengarkan
secara
langsung
melalui
rekaman - Bermain peran bila mendengar bunyi irama dasar sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengenal
bunyi
musik
sebagai
sinyal
yang
diperdengarkan secara langsung melalui rekaman 28
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR - Mengucapkan kata bila mendengar bunyi musik sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Bergerak bila mendengar bunyi musik sebagai sinyal yang
diperdengarkan
secara
langsung
melalui
rekaman - Menuliskan kata bila mendengar bunyi musik sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Membunyikan sumber bunyi bila mendengar bunyi musik sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Bermain peran bila mendengar bunyi musik sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengenal suara binatang sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengucapkan kata bila mendengar suara binatang sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Bergerak bila mendengar suara binatang sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Menunjukkan tulisan kata bila mendengar suara binatang sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Memainkan sumber bunyi bila mendengar suara binatang sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Bermain peran bila mendengar suara binatang sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman 29
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR - Mengenal
suara
manusia
sebagai
sinyal
yang
diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengucapkan kata bila mendengar suara manusia sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Bergerak bila mendengar suara manusia sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Menunjukkan tulisan kata bila mendengar suara manusia sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Memainkan sumber bunyi
bila mendengar suara
manusia sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Bermain peran bila mendengar suara manusia sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mampu
- Memahami bunyi benda sebagai sinyal
mengkomprehensi bunyi
sebagai
yang
sinyal pernah
diidetifikasikan dengan kekerasan 90db atau lebih
menggunakan
ABM atau tidak
yang
diperdengarkan secara langsung melalui rekaman. - Mengucapkan kata yang akan dilakukan anak - Melakukan sesuai yang didengar anak - Memahami
bunyi
alam
sebagai
sinyal
yang
diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengucapkan kata yang akan dilakukan - Melakukan sesuai yang didengar - Memahami
jumlah
bunyi
sebagai
sinyal
yang
diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengucapkan kata yang akan dilakukan - Melakukan sesuai yang didengar - Memahami
arah
bunyi
sebagai
sinyal
yang
diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengucapkan kata yang akan dilakukan 30
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR - Melakukan sesuai yang didengar - Memahami bunyi irama dasar sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengucapkan kata yang akan dilakukan - Melakukan sesuai yang didengar - Memahami
bunyi
musik
sebagai
sinyal
yang
diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengucapkan kata yang akan dilakukan - Melakukan sesuai yang didengar - Memahami suara binatang sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengucapkan kata yang akan dilakukan - Melakukan sesuai yang didengar - Memahami suara manusia sebagai sinyal yang diperdengarkan secara langsung melalui rekaman - Mengucapkan kata yang akan dilakukan - Melakukan sesuai yang didengar 2.
Bahasa
- Menyadari ada atau tidak ada suara fonem. - Mengucapkan ada atau tidak ada suara fonen
- Mampu
memdeteksi
bunyi bahasa dengan kekerasan 90dB atau lebih
menggunakan
ABM
atau
tidak
diperdengarkan secara langsung.
- Mengerakkankan ada atau tidak ada suara fonen - Menunjukkan tulisan ada atau tidak ada suara fonen - Menyadari ada atau tidak ada suara panggilan nama orang - Mengucapkan ada/tidak ada suara panggilan nama orang. - Menunjukkan tulisan ada atau tidak ada - Suara panggilan nama orang - Bergerak bila ada atau tidak ada suara panggilan nama orang - Menyadari ada atau tidak ada suara nama hari, bulan, - Menucapkan ada atau tidak ada suara nama hari,bulan. 31
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR - Menunjukkan tulisan ada atau tidak ada - Suara nama hari,bulan - Bergerak bila ada atau tidak ada suara nama nari,bulan - Menyadari ada atau tidak suara nama bilangan - Menucapkan ada atau tidak ada suara nama bilangan. - Menunjukkan tulisan ada atau tidak ada - Suara nama bilangan - Bergerak bila ada atau tidak ada suara nama bilanagan - Menyadari ada atau tidak ada suara kelompok kata. - Menucapkan ada atau tidak ada suara kelampok kata. - Menunjukkan tulisan ada atau tidak ada - Suara kelompok kata - Bergerak bila ada atau tidak ada suara kelompok kata - Menyadari ada tidak ada suara kalimat. - Menucapkan ada atau tidak ada suara kalimat - Menunjukkan tulisan ada atau tidak ada - Suara kalimat - Bergerak bila ada atau tidak ada suara kalimat
- Mampu
- Membedakan unsur suprasegmental bunyi bahasa
mendiskriminasi bunyi
dengan memberikan respon panjang-pendek,tinggi-
bahasa
rendah, keras-lemah,cepat-lambat
dengan
kekerasan 90dB lebih menggunakan
ABM
atau
tidak
diperdengarkan secara langsung.
- Mengucapkan panjang pendek,tinggi rendah,keras lemah,cepat lambat - Bergerak
sesuai
bunyi
panjang
pendek,tinggi
rendah,keras lemah,cepat lambat - Menunjukkan
tulisan
panjang
pendek,tinggi
rendah,keras lemah,cepat lambat - Membuat bunyi panjang pendek,tinggi rendah,keras lemah,cepat lambat - Bermain peran sesuai bunyi panjang pendek,tinggi 32
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR rendah,keras lemah,cepat lambat - Membedakan jumlah suku kata - Menunjukan kartu bilangaan 1,4 - Bergerak sesuai jumlah suku kata - Menuliskan sesuai jumlah suku kata - Membuat bunyi sesuai jumlah suku kata - Bermain peran sesuai jumlah suku kata - Membedakan dua kata yang
kontras pada aspek
bersuara- tak bersuara,daerah artikulasi dan cara artikulasi. - Menunjukkan tulisan dua kata yang kontras - Mengucapan dua kata yang kontras - Menuliskan dua kata yang kontras - Membuat bunyi sesuai dua kata yang kontras - Bermain peran sesuai bunyi dua kata yang kontras - Membedakan 2 kata yang mengandung konsonan getar dengan semua konsonan - Menunjukkan tulisan konsonan getar - Menunjukkan tulisan semua konsonan. - Mengucapkan konsonan getar. - Mengucpkan semua konsonan . - Membedakan 2 kata yang mengandung
konsonan
sengau dan letup. - Menunjukkan tulisan konsonan letup. - Menunjukkan tulisan konsonan geser - Mengucapkan konsonan letup. - Mengucapkan konsonan geser. - Menunjukkan konsonsn geser. Membedakan 2 kata yang mengandung konsonan letup dengan geser. - Menunjukkan tulisan konsonan letup. - Menunjukkan tulisan konsonan geser. - Mengucapkan konsonan letup 33
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR - Menunjukkan konsonsn geser.
- Mampu
- Mengenal konsonan pada kata tertentu yang di
mengidentifikasi bunyi bahasa
yang
pernah
didengar - Mengucapkan kembali konsonan pada kata tertentu
dideskriminasi dengan
- Mengenal kata benda
kekerasan 90db atau
- Menunjukkan gambar benda sesuai kata yang
lebih
menggunakan
ABM
atau
meggunakan
tanpa ABM
diperdengarkan secara langsung
didengar - Menuliskan kata benda - Mengucapkan kembali kata benda - Mengenal kata ganti dengan memberikan respon menunjuk tulisan - Mengucapkan kata ganti yang didengar - Menunjukan kata ganti dengan tulisan - Menuliskan kata ganti yang didengar - Mengenal kata kerja - Menunjukkan gambar ilustrasi sesuai perintah - Mengucapkan kata perintah - Menirukan kata perintah - Mengenal kata keterangan dengan memberikan respon melengkapi kalimat dengan kata yang tepat - Dapat
mengucapkan
kata
melengkapi
kalimat
keterangan - Menuliskan kata keterangan - Mengenal kelompok kata dengan memberikan respon menyebutkan lawan kata - Dapat menyebutkan lawan kata - Mengenal kalimat tanya dengan memberikan respon menunjuk tulisan jawaban - Menunjuk tulisan jawaban dari pertanyaan yang ditanyakan - Menyebutkan jawaban 34
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR
- Mampu
- Memahami kalimat tanya dengan memberikan respon
mengkomprehensi bunyi bahasa
menjawab pertanyaan yang
- Menjawab pertanyaan dengan kata tanya siapa
pernah diidetifikasikan
- Menjawab pertanyaan dengan kata tanya apa
dengan kekerasan 90db
- Menjawab pertanyaan dengan kata Tanya berapa
atau
lebih
- Menjawab pertanyaan dengan kata Tanya kapan
menggunakan
ABM
- Menjawab pertanyaan dengan kata
atau tidak
- tanya dimana - Memahami
kalimat perintah dengan memberikan
respon melakukan tugas/perintah - Melakukan tugas yang diperintahkan - Memahami kalimat berita dengan memberikan respon pernyataan sanggahan salah, tidak, atau belum - Dapat memberikan pernyataan salah - Dapat memberikan pernytaan tidak - Dapat memberikan peryataan belum - Memahami kalimat berita dengan memberikan respon pernyataan setuju betul, ya,atau sudah - Memberikan peryataan betul - Memberikan peryataan ya - Memberikan peryataan sudah
3. Pendekatan, model dan metode pembelajaran PKPBI Pelaksanaan layanan program PKPBI dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan multisensory, yaitu melalui taktil dan kinestetik. Sementara metode yang digunakan dapat berupa role play maupun permainan. Pengembangan
kemampuan
komunikasi
persepsi
bunyi dan
irama
dalam
pelaksanaannya dapat dilakukan sebagaimana berikut berikut ini: a. Reguler, yaitu program dilaksanakan sesuai jadwal yang telah disusun.
35
b. Terpadu, yaitu program dilaksanakan dengan cara diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang lain. c. Prioritas, yaitu program dilaksanakan secara khusus kepada peserta didik yang mengalami masalah tertentu dan memerlukan penanganan secara cepat. Pelaksanaan layanan program PKPBI pada peserta didik tunarungu harus menggunakan
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
kebutuhan peserta didik (student centered approach). Ini berarti bahwa apapun yang akan dilakukan terhadap peserta didik tunarungu dalam kontek layanan program PKPBI harus didasarkan kepada kepentingan dan kebutuhan peserta didik tunarungu. Mengingat sangat pentingnya layanan program PKPBI pada peserta didik tunarungu dan banyaknya waktu yang dibutuhkan, maka perlu menggunakan berbagai strategi sebagai: a. Pembelajaran terpadu, artinya sebagian materi pengembangan BKPBI masuk kedalam mata pelajaran untuk dikembangkan. b. Pembelajaran
tersendiri,
artinya
guru
penanggung
jawab
keterampilan
kekhususan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran secara langsung dan tersendiri, yang disesuaikan dengan umur perkembangan dan kebutuhannya. c.
Pembelajaran prioritas, yaitu strategi ini dilaksanakan karena alasan tertentu yang ada pada tunarungu, misalnya karena peserta didik akan segera masuk di sekolah inklusi atau alasan kebutuhan yang mendesak maka perlu diprioritaskan untuk dilakukan pembelajaran secara individual sampai kebutuhannya terpenuhi.
4. Aplikasi Strategi Pembelajaran Komunikasi PKPBI a. Asesmen Asesmen adalah suatu proses yang sistematis dan komprehensif di dalam menggali permasalahan sehingga diketahui tentang : 1) apa yang sudah dikuasai, 2) apa yang belum dikuasai, dan 3) apa yang dibutuhkan oleh peserta didik. Pelaksanaan asesmen awal dilakukan secara menyeluruh. Artinya mencakup semua dimensi yang dapat menggambarkan profil peserta didik. Dimensi yang dimaksud antara lain: 1) Kognisi (berpikir, memahami, pemecahan masalah) 2) Bahasa (kemampuan ekspresif dan reseptif) 36
3) Perhatian (tekun, detail) 4) Perilaku adaptif dan kontrol diri/emosi (impulsif, temperamen, giliran, toleransi terhadap frustasi) 5) Koordinasi motorik (kasar/halus, koordinasi antara mata dan anggota tubuh, pendengaran
dengan
anggota
tubuh,
misal
melompat,
meloncat,
melempar/menangkap, menggambar, menyusun) 6) Sensorik (kemampuan panca indera menangkap stimulus) 7) Interaksi sosial (memulai percakapan, permainan kelompok) 8) Kemandirian (mengenakan pakaian, makan, mencuci tangan-kaki, dll). Setelah dilakukan asesmen awal, guru melakukan asesmen lanjutan sesuai kebutuhan. Misalnya guru PKPBI melakukan asesmen lanjutan yang dapat memberikan gambaran tentang komunikasi, sensorik, dan koordinasi motorik. Pelaksanaan asesmen PKPBI adalah mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungan dengan peserta didik, terutama informasi tentang kemampuan komunikasi dan daya dengar. Materi asesmen sekurang-kurangnya mencakup halhal berikut ini: 1) Profil peserta didik dalam pengucapan fonem/kata/kalimat; 2) Profil peserta didik dalam mengikuti berbagai konteks percakapan; 3) Gambaran audiogram dari peserta didik; 4) Data tentang alat bantu dengar (ABD) yang digunakan peserta didik; 5) Penguasaan terhadap pemahaman bunyi (deteksi, deskrimininasi, identifikasi, dan komprehensi bunyi); 6) Penguasaan terhadap penghayatan bunyi (bunyi latar, bunyi sinyal, bunyi bahasa atau percakapan). b. Penetapan Prioritas Program Layanan Kebutuhan Khusus Penetapan prioritas program pengembanga/layanan PKPBI didasrkan pada: A=Audiens yaitu siapa yang akan mencapai tujuan; B = Behavior adalah prilaku yang harus ditunjukkan/ dibutuhkan, C = Condition pada saat kondisi apa perilaku itu ditampilkan/ditunjukkan oleh
(audiens) dan D = Degree (derajat) merupakan
kriteria bahwa tingkah laku yang ditampilan (performance behavior) menerangkan telah berhasil menguasai pengetahuan dan keterampilan dan diajarkan. Penetapan 37
prioritas dapat disusun berdasarkan pada kemampuan klasikal maupun individual, sehingga penetapan prioritas dapat dilakukan secara klasikal dan individual. c. Penyusunan Program Layanan Kebutuhan Khusus Penyusunan program pengembangan/layanan PKPBI diawali dengan perhitungan minggu efektif. Setelah diketahui jumlah minggu efektif disusun program tahunan, kemudian program semester. Alokasi waktu program pengembangan/layanan PKPBI pada satuan pendidikan SDLB 4 jam pelajaran perminggu, SMPLB 3 jam pelajaran perminggu, dan SMALB disesuaikan dengan kebutuhan dengan alokasi waktu setara 2 jam pelajaran perminggu. Dalam menyusun program tahunan program kebutuhan khusus, komponen yang harus ada sebagai berikut. o Identitas (nama sekolah, satuan pendidikan, jenis ketunaan, kelas, dan tahun pelajaran) o Format isian (bidang pengembangan, kompetensi, alokasi waktu, dan indikator pencapaian kompetensi).
PROGRAM TAHUNAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA Nama Sekolah
: ………………………………………......
Satuan Pendidikan
: ………………………………………......
Jenis Ketunaan
: ......................................................
Kelas
: ….……………………………………......
Tahun Ajaran No Bidang Pengembangan
: .………………………………………...... Kompetensi Indikator Pencapaian Kompetensi
Alokasi Waktu
1 2 3 4 5 6 7 38
No
Bidang Pengembangan
Kompetensi
Indikator Pencapaian Kompetensi
Alokasi Waktu
8 9 10 Selain memahami format program tahunan, hal lain yang harus dipahami oleh guru dalam menyusun program tahunan, sebagai berikut. o Memahami struktur kurikulum untuk setiap tingkatan kelas pada satuan pendidikan (SDLB, SMPLB, dan SMALB). o Memahami alokasi waktu pelaksanaan progam pengembangan/layanan PKPBI dalam satu minggu setiap tingkatan kelas pada satuan pendidikan (SDLB, SMPLB, dan SMALB). NB. Disarankan peserta PPG juga membaca Buku Program Pengembangan Kekhususan untuk Peserta Didik Tunarungu. Kemendikbud (2014,) Direktorat PPKLK ,Jakarta.
C. REFERENSI Bambang Nugroho. (2002). Bina Persepsi Bunyi dan Irama. Jakarta: UNJ. Boothroyd, Arthur (1982), Hearing Impairments in Young children, Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New York Bunawan, Lani dan C. Susila Yuwati (2000), Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu, Yayasan Santi Rama, Jakarta Kemendikbud.(2014),Buku Guru Program Pengembangan Kekhususan BKPBI untuk Peserta Didik Ttunarungu,Direktorat PPKLK,Jakarta Moores, Donald F. (2001), Educating The Deaf, Psychology, Principles and Practices, Houghton Mifflin Company, Boston , New York Murni, W., dkk. (2010). Program Khusus SLB Bagian Tunarungu. Jakarta: Depdiknas. Uden, Van (1977), A World of Language for Deaf Children; basic Principles A Maternal Reflective Metod, Swetz&Zeitlinger, Amsterdam&Lisse, Holland
39