SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
BAB VI PENGEMBANGAN PRIBADI DAN SOSIAL BAGI PESERTA DIDIK TUNALARAS
Penyusun:
TIM PENGEMBANG SUMBER BELAJAR PLB-FIP- UNESA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
BAB VI PENGEMBANGAN PRIBADI DAN SOSIAL BAGI PESERTA DIDIK TUNALARAS A. PENDAHULUAN Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan terkait pengembangan pribadi dan social bagi peserta didik tunalaras. serta menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 1. Kompetensi Inti Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 2. Kompetensi Dasar (KD)/Kelompok Kompetensi Dasar (KKD). a. menguasai konsep pengembangan pribadi dan sosial sebagai sarana pemenuhan kebutuhan dasar peserta didik tunalaras b. menguasai prinsip, teknik dan prosedural pembelajaran pengembangan pribadi dan sosial peserta didik tunalaras c. menguasai prosedur, teknik, dan prosedural pembelajaran bina pribadi dan sosial d. menguasai materi bina pribadi dan sosial untuk pengembangan diri
B. Materi 1. Konsep Pengembangan Pribadi Dan Social Bagi Peserta Didik Tunalaras a. Konsep Hambatan Emosi Dan Social (Anak Tunalaras)
Di masyarkata kita bayak istilah untuk memberikan label kepada anak tunalaras. Istilah yang digunakan biasanya tergantung pada sudut pandang keilmuan yang mereka geluti. Misalnya, guru menyebut anak sulit diatur, anak sukar, anak nakal. Pedagog menyebutnya anak tunalaras. Dalam literatur asing banyak istilah yang mengupas tentang pendidikan dan psikoterapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi dan sosial, banyak ditemukan istilah yang bermakna sama dengan istilah anak tunalaras, seperti: serious emotional disturbance children, emotional conflict children, emotional disturbance 1
children, emotional handicap children, emotional impairment children, behavior disorder children, behavior handicap children, behavior impairment children, severebehavior children, social and emotional children, dan sebaginya. Menurut Samuel A. Kirk bahwa anak tunalaras adalah mereka yang terganggu perkembangan emosi, menunjukkan adanya konflik dan tekanan batin, menunjukkan kecemasan, penderita neurotis atau bertingkahlaku psikotis. Dengan terganggunya aspek emosi dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain atau lingkungannya. Anak tunalaras adalah suatu tingkahlaku yang tidak sesuai dengan cultur permissive atau menurut norma keluarga, sekolah dan masyarakat luas. Sedangkan menurut Nelson (1981), seorang anak dikatakan tunalaras apabila tigkahlaku mereka menyimpang dari ukuran menurut norma, usia, jenis kelamin, dilakukan dengan frekwensi dan intensitas relatif tinggi, serta dalam waktu relatif lama. Maud A.Merril, seorang anak digolongkan tunalaras apabila tingkahlaku mereka ada kecenderungan-kecenderungan anti social yang memuncak dan menimbulkan
gangguan-gangguan,
sehingga
yang
berwajib
terpaksa
mengambil tindakan dengan jalan menangkap dan mengasingkannya. Ibrahim Husien, mejelaskan bahwa anak-anak menjadi delinquent apabila tingkahlakunya menyeret dia ke dalam daerah hukum. Dan menurut Romli Atmasasmita, delinquency adalah suatu tindakan atau perbuatan yeng dilakukan oleh seorang anak yang dianggap bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku disuatu negara dan oleh masyarakat itu sendiri dirasakan dan ditafsirkan sebagai perbuatan tercela. b.
Klasifikasi dan Karakteristik
Dalam konteks ini, yang dimaksud klasifikasi adalah pengelompokan ketunalarasan berdasarkan jenis dan tingkat penyimpangan prilaku yang dialami anak. Sedangkan karakteristik dimaksudkan yaitu ciri-ciri khusus yang pada umumnya disandang oleh anak tunalaras, baik dalam aspek kognitif, emosi, sosial, kemampuan akademik, maupun kepribadiannya.
2
Pengklasifikasian anak tunalaras tidak mudah, hal ini karena belum adanya batasan/ konsep yang jelas. Tetap bukan berarti tidak mungkin dilakukan, nyatanya banyak para ahli yang berupaya untuk membuatnya. Samuel A. Kirk membuat klasifikasi anak tunalaras melalui proses pengamatan
gejala-gejala
tingkah
lakunya,
secara
garis
besar
ia
mengelompokan menjadi tiga katagori yaitu: 1) Socially Maladjusted Children Socially maladjusted children yaitu kelompok anak yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Kelompok anak ini menunjukkan tingkahlaku yang tidak sesuai dengan ukuran “cultural permissive” atau norma-norma masyarakat dan kebudayaan yang berlaku, baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat. 2) Delinquency Delinquency adalah tingkah laku anak atau remja yang melanggar normanorma hukum tertulis atau merupakan salah satu bentuk penyesuaian anak yang salah, tidak sesuai dengan tuntutan dan harapan lingkungan masyarakat 3) Emotionally Disturbed Children Emotionally disturbed children yaitu kelompok anak yang terganggu atau terhambat perkembangan emosinya, dengan menunjukan adanya gejala ketegangan atau konflik batin, menunjukan kecemasan, penderita neurotis atau bertingkahlaku psikotis. Beberapa tingkah laku dari anak ini dapat dikatagorikan sebagai tingkahlaku socially maladjusted. Apabila tingkah laku tersebut sudah merugikan dan mengganggu kehidupan orang lain, seperti mencuri, mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat, dan sebagainya. Sedangakan beberapa ahli lain yakni Quay mengelompokkan anak tunalaras menjadi empat kelompok, yaitu : 1) Conduct Disorder/Unsocialized Aggression Kelompok anak yang tidak mampu untuk mengendalikan diri. Jenis prilaku yang sering nampak pada anak-anak tersebut seperti berkelahi, pemarah, 3
tidak patuh, merusak barang/benda orang lain, mencari perhatian, sombong, hiperaktif, tidak jujur, bicara kasar, iri hati, tidak bertanggung jawaab, mudah beralih perhatian, kejam dsb. 2) Socialized Aggresion Prilaku agresi yang dilakukan secara kelompok, seperti tawuran, mencuri secara berkelompok, menjadi anggota suatu gang, bolos, dan keluar rumah sampai larut malam. 3) Anxiety Withdrawal/Personality Problem Jenis gangguan berupa kecemasan, dan kekhawatiran yang tidak jelas, tidak beralasan atau karakter pribadi yang membatasi diri sehingga menganggu pencapaian hubungan harmonis dengan orang lain. Prilaku yang menonjol pada
kelompok
ini
seperti:
cemas,
pemalu,
sedih,
mudah
tersinggung/sensitive, rendah diri, kurang percaya diri, mudah bingung, sering menangis tanpa alasan, dan tertutup. 4) Immaturity/Inadequacy Yaitu kelompok anak yang menunjukkan sikap dan prilaku tidak dewasa. Prilaku yang sering nampak diantaranya: kurang dapat berkonsentrasi, perhatian singkat, sering melamun, gerak motorik kaku, pasif/ kurang inisiatif, mudah dipengaruhi, sering mengalami kegagalan, dan ceroboh dalam segala hal. Dari empat pendapat yang diuraikan di atas, klasifikasi anak tunalaras dapat disimpulkan, bahwa: Anak tunalaras menurut bentuknya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu anak tunalaras yang mengalami gangguan emosi dan anak tunalaras
yang
mengalami
penyimpangan
sosial.
Menurut
tingkat
penyimpangannya dikelompokkan menjadi anak tunalaras taraf sedang, taraf berat, dan taraf sangat berat. Setiap bentuk dan tingkat ketunalarasan memiliki karakteristik secara umum yang disandang anak tunalaras dan karakteristik khusus yang disandang setiap jenis dan tingkat ketunalarasan. Baik dalam aspek social, emosi kognitif, prestasi akademik maupun kepribadian.
4
Klasifikasi dan karakteristik tersebut penting dipahami oleh mahasiswa sebagai calon pendidik anak tunalaras karena akan membantu kelancaran dalam menyusun program dan pelayanan pendidikannya. 2. Konsep Teori Pengembangan Pribadi Anak Tunalaras
Shepherd (2010) mengatakan bahwa anak dengan gangguan perilaku mengalami hambatan keterampilan sosial sehingga mereka sering ditolak baik oleh guru ataupun sebaya, gagal dalam menjalankan tugas sekolah, dan tidak mampu bersosialisasi dengan baik. US. Department of Education (dalam Sheperd, 2010) menyebut karakteristik gangguan perilaku dalam hubungannya dengan interaksi sosial, sebagai berikut : a. ketidakmampuan untuk membangun atau menjaga hubungan interpersonal dengan sebaya dan guru, dan b. perilaku atau perasaan yang tidak sesuai dengan situasi di sekitar. Menurut teori perspective taking Selman, anak yang rendah keterampilan sosialnya dan berperilaku agresif mengalami kesulitan membayangkan pikiran dan perasaan orang lain, mereka selalu memperlakukan orang lain dengan buruk tanpa rasa bersalah dan tanpa menyadari pandangan orang lain akan perilakunya (Berk, 2006). Anak dengan gangguan perilaku mengalami kesulitan berempati, mengidentifikasi perilaku yang benar dalam hubungan interpersonal dan sosial, dan sulit berinisiatif melakukan kontak sosial sesuai perkembangan usianya (Shepherd, 2010, Cohen & Strayer dalam Burke dkk., 2002). Kesulitan keterampilan sosial pada anak dengan gangguan perilaku berbeda dengan anak normal pada umumnya. Teori perspective taking Selman menyatakan bahwa pada rentang usia 7-14 tahun, anak seharusnya mampu menilai dirinya dari sudut pandang orang lain, mampu memahami situasi atau mengatasi masalah dari perspektif lingkungannya, dan mampu menghubungkan pikiran dan perilakunya pada sistem sosial yang lebih luas (Berk, 2006). 3. Konsep Teori Pengembangan Sosial Anak Tunalaras
Proses menjalin hubungan dengan lingkungan sosial memerlukan suatu kemampuan yang disebut keterampilan sosial. Keterampilan sosial secara umum diartikan sebagai
5
perilaku yang membantu seseorang untuk berhubungan sosial dengan lingkungan (Gresham dalam Shepherd, 2010; Maag, 2006). Sedangkan keterampilan sosial meliputi beberapa perilaku dan kemampuan yang berhubungan dengan konteks sosial. Constantino, dalam Mazurik-Charles & Stefanou (2010) menyebutkan aspek-aspek dalam keterampilan sosial dalam the Social Responsiveness Scales meliputi: a. kesadaran sosial atau kemauan untuk memahami harapan lingkungan. b. kognisi sosial atau kemampuan untuk menginterpretasikan harapan lingkungan dan berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan. c. kemampuan berkomunikasi sosial; dan d. motivasi untuk terlibat dalam interaksi sosial-interpersonal. Adapun Gresham & Elliot; Guerrero & Jones, Marlowe, dan Yüksel dalam Samanci (2010) menyebutkan bahwa kemampuan individu yang menggambarkan keterampilan sosial meliputi kemampuan berkomunikasi, memahami orang lain, bertindak sesuai dengan lingkungan sosialnya, berteman, berperilaku yang diterima lingkungan, mengekpresikan diri sendiri, mampu menghadapi problem, dan menciptakan hubungan yang baik dengan lingkungan. Gilay dkk. (dalam Gulay, Akman,& Kargi, 2009) menyebutkan manfaat keterampilan sosial dalam kehidupan anak di sekolah, yakni mendukung keterampilan komunikasi, keberhasilan akademik, adaptasi di sekolah, hubungan pertemanan, dan mendukung lingkungan pembelajaran yang positif.Keterampilan sosial yang diperlukan anak untuk kesiapan sekolah yakni keterampilan komunikasi sederhana, berbagi ide, perilaku patuh pada peraturan dan mengikuti arahan, dan kemampuan menyusun target dan membuat keputusan. Walker & Mc.Connell (dalam Merrell, 2001) menyebutkan tiga kategori perilaku yang menjadi indikator keterampilan sosial yang mendukung kegiatan pembelajaran pada anak usia sekolah dasar, yaitu: a. Teacher-Preferred Social Behavior yang meliputi perilaku sosial dasar dalam interaksi sosial umum (kontak dan komunikasi, simpati dan empati, kompromi dan 6
kerjasama), dan perilaku mengatasi masalah (merespon gangguan dan masalah dan mengatasi dorongan perilaku agresi). b. Peer-Preferred Social Behavior, meliputi perilaku sosial interaksi berteman di luar pembelajaran, meliputi penerimaan teman terhadap anak, perilaku interaksi berteman, adaptasi, perilaku membantu, inisiatif, dan kemampuan menunjukkan bakat positif. c. School
Adjustment
Behavior
atau
penyesuaian
diri
terhadap
aktivitas
pembelajaran, meliputi kemampuan manajemen waktu, mengikuti arahan pembelajaran, kemampuan berkarya, dan respon terhadap pembelajaran. 4. Kompetensi dan Indikator Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial
Kompetensi dikembangkan secara fleksibel, dalam penerapan disesuaikan dengan kondisi kemampuan anak, artinya dalam pelaksanaan tidak tergantung pada jenjang pendidikan dan tingkat kelas, melainkan berorientasi pada kebutuhan anak. KOMPETENSI DAN INDIKATOR
KOMPETENSI
INDIKATOR
1. Jujur a. Memahami perilaku jujur
Menjelaskan arti kejujuran dengan benar Menyebutkan 3 contoh perilaku jujur Berperilaku Jujur dalam berbelanja
b. Mengimplementasikan perilaku
jujur
kehidupan sehari-hari
dalam
Berperilaku jujur dalam berbicara Berperilaku jujur dalam melaksanakan tugas Berperilaku jujur dalam membagi Berperilaku jujur dalam menyampaikan pesan Tidak menyontek saat ulangan
7
2. Tanggung Jawab a.
Memahami arti tanggung
Menjelaskan arti tanggung jawab
jawab
Menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diterima Menyadari perbuatan yang telah dilakukan
b. Mengimplementasikan perilaku tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari
Menepati janji Menggunakan fasilitas umum dengan baik Memelihara fasilitas umun dengan baik Menjaga ketertiban lingkungan dengan baik Memiliki sikap tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari Melaksanakan tugas secara teratur Melaksanakan tugas tanpa disuruh
3. Disiplin a. Memahami arti kedisiplinan
Menjelaskan arti kedisiplinan Menyebutkan contoh kegiatan penanaman disiplin Menjelaskan manfaat disiplin dalam kehidupan sehari hari
b. Mengimplementasikan kedisiplinan dalam lehidupan sehari-hari
Menerapkan disiplin dalam memanfatkan waktu Menerapkan disiplin dalam melaksanakan ibadah Memiliki sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari
8
Memiliki catatan kegiatan Hadir tepat waktu di setiap kegiatan 4. Sopan-santun a. Memahami sopan santun
Menjelaskan arti sopan santun Mengidentifikasi ciri –ciri perlaku sopan santun Menyebutkan contoh sopan santun yang berlaku di keluarga, sekolah dan masyarakat
b. Mengimplementasikan sikap sopan dan santun dalam kehidupan sehari-hari
Bersikap sopan dan santun dalam mengemukakan pendapat Bersikap sopan dan santun dalam menerima pendapat Berpakaian sopan di setiap penampilan Berperilaku sopan dalam berlalulintas Berperilaku sopan dan santun sesuai dengan aturan yang berlaku di keluarga, sekolah dan masyarakat Menghargai orang lain
5. Norma dan Aturan a. Memahami norma dan aturan
Menjelaskan arti norma dan aturan Mengidentifikasi norma dan aturan yang berlaku di keluarga, sekolah dan masyarakat
b. Mengimplementasikan norma dan aturan dalam kehidupan sehari-hari
Mematuhi norma dan aturan yang berlaku di keluarga Mematuhi norma dan aturan yang berlaku di sekolah 9
Mematuhi norma yang berlaku di masyarakat 6. Kerja Sama a. Memahami arti kerja sama
Mendefinisikan arti kerja sama Menyebutkan 3 contoh kerja sama dalam kehidupan sehari-hari
b. Mengimplementasikan kerja
Bekerja sama dengan orang lain
sama dalam kehidupan sehari-
Bekerja sama dengan kelompok lain
hari
Bekerja sama dalam menyelesaikan tugas Memiliki sikap gotong royong
7. Kepemimpinan a. Memahami arti kepemimpinan
Mendefinisikan arti pemimpin Menyebutkan 5 nama pemimpin idola
b. Mengimplementasikan sikap
Mempraktikan cara bicara pemimpin
kepemimpinan dalam
idola dalam kehidupan sehari-hari
kehidupan sehari-hari
Mempraktikan menjadi pimpinan di lingkungan sekolah
8. Percaya diri a. Mampu memahami sikap percaya diri
Menjelaskan arti sikap percaya diri Memberi 3 contoh sikap percaya diri dalam penampilan di depan umum
b. Mengimplementasikan sikap percaya diri dalam kehidupan sehari-hari
Memiliki rasa percaya diri saat berbicara di depan umum Memiliki rasa percaya diri saat tampil di depan umum Memiliki keberanian untuk berbicara di depan orang banyak
10
Memiliki keberanian untuk mengambil keputusan 9. Penguasaan diri a. Mampu memahami arti penguasaan diri
Menjelaskan arti penguasaan diri Menyebutkan 3 ciri orang yang memiliki sikap percaya diri
b. Mengidentifikasi sikap penguasaan diri
Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penguasaan diri
c. Mengimplementasikan sikap penguasaan diri dalam kehidupan sehari-hari
Dapat menguasai diri saat mengemukakan pendapat Dapat menguasai diri saat mengambil keputusan Dapat menguasai diri dari pengaruh lingkungan
10. Penyalahgunaan narkoba a. Memahami pengetahuan tentang dampak dan akibat
Menjelaskan dampak dan akibat penyalahgunaan narkoba
penyalahgunaan narkoba
b. Mengidentifikasi dampak penyalahgunaan narkoba
Menyebutkan 3 contoh jenis narkoba Menyebutkan 3 dampak penyalahgunaan narkoba
c. Mengimplementasikan dampak penyalahgunaan narkoba dalam kehidupan sehari-hari
Menyebutkan 3 cara menghindarkan diri dari penyalahgunaan narkoba Menyebutkan resiko terhadap dirinya bila menggunakan narkoba Menyebutkan resiko yang diterima
11
dari masyarakat terhadap dirinya bila menyalahgunakan narkoba Menghindarkan diri dariperbuatan penyalahgunaan narkoba
5. Prinsip Dasar Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial
Prinsip dasar pelaksanaan program pengembangan perilaku pribadi dan sosial bagi anak tunalaras antara lain a.
Prinsip assesmen. Dalam pelaksanakan program pengembangan perilaku pribadi dan sosial bagi peserta didik tunalaras harus berdasar kepada assesmen, karena dengan assesmen guru dapat menentukan perlakuan atau treatmen, memilih kemampuan apa yang harus diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki atau mengubah perilaku pribadi dan sosial mereka.
b. Prinsip Individual. Penyimpangan tingkah laku pribadi dan sosial pada peserta didik
tunalaras
mempunyai tingkat yang berbeda dari segi kualitas, dan tingkat penyimpangan. Oleh karena antara peserta didik satu dengan yang lain mempunyai masalah yang berlainan, sehingga dalam memberikan pelayanan pembinaan yang dilakukan bersifat indifidual c.
Prinsip Partisipasi Pelaksanaan program pengembangan perilaku pribadi dan sosial memerlukan partisipasi dari berbagai unsur yang kompeten maka guru / pembina hendaknya dapat memberi motivasi peserta didik dalam memecahkan masalah perilaku, pribadi, dan sosial mereka d. Prinsip Kerahasiaan Pada pelaksanaan program pengembangan perilaku pribadi dan sosial, guru wajib merahasiakan segala permasalahan anak didik, kecuali kepada kawan sejawat dan seprofesi serta orang tua dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi anak didik. e. Prinsip Menerima 12
Program pengembangan perilaku pribadi dan sosial dilaksanakan dengan sikap menerima sepenuhnya, tentang kondisi dan permasalahan yang dialami peserta didik, oleh karena itu guru wajib menerima secara wajar, ramah, simpati dan memberikan layanan pembinaan yang bertanggung jawab. f. Prinsip Disiplin Disiplin pada peserta didik yang mengalami kelainan emosi dan tingkah laku sangat diperlukan dan wajib ditanamkan.
Karena dengan disiplin, secara
bertahab akan mengubah dan mengarahkan kepada keseimbangan tingkah laku dan emosi. Oleh karena guru harus tegas dan tepat dalam bertindak, selain itu kewibawaan dan ketulusan hati masih sangat diperlukan dalam hal ini. g. Prinsip Kasih Sayang Pelaksanaan program pengembangan perilaku pribadi dan sosial diberikan dengan prinsip kasih sayang. Kasih sayang merupakan sikap utama pelayanan pembinaan bagi peserta didik tunalaras. Oleh karena itu guru harus berusaha memberi layanan pembinaan kepada peserta didik tunalaras dengan kasih sayang 6. Rambu-rambu Pelaksanaan Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial
Rambu-rambu pelaksanaan program pengembangan perilaku pribadi dan sosial bagi peserta didik tunalaras adalah sebagai berikut: a. Pengembangan perilaku pribadi dan sosial dibuat tidak berdasarkan jenjang dan tingkatan kelas; b. Pengembangan perilaku pribadi dan sosial bukan merupakan mata pelajaran; c. Metoda, alat pembelajaran, strategi, dan evaluasi diserahkan sepenuhnya kepada guru, dengan memperhatikan tingkat ketunalarasan serta kebutuhan peserta didik d. Proses pelayanan dilaksanakan dengan mengutamakan aspek sikap, motorik dan psikomotor, serta pengetahuan e. Penguasaan kemampuan dan indikator tidak harus dilakukan secara berurutan, tetapi guru diberi wewenang untuk memilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. 13
7. Mengembangkan Keterampilan Sosial Empati
Empati adalah sebuah sikap yang dimiliki seseorang, yang membuat seseorang tersebut mampu memahami perasaan orang lain sekaligus perasaan yang dimilikinya bergabung atau menyatu dengan perasaan orang lain (Hernowo, 2005:11). Psikolog Michael Nichols dari Albany Medical Collage berkata bahwa empati mempunyai dua bahan yang penting, yakni pengertian akan perasaan orang lain tersebut. Ditambah penerimaan akan perilaku yang ditampakan oleh orang lain yang sedang menghadapi suatu tekanan dalam hidupnya atau kebahagian yang menggelora. Sehingga orang lain berempati atas perihal yang terjadi pada dirinya. Dalam buku Social Psychology karangan Robert A Baron dinyatakan: empati adalah kemampuan seseorang untuk bereaksi terhadap emosi negatif atau positif orang lain seolah-olah emosi itu dialami sendiri (Eko June,2008).Seorang anak terkadang menunjukkan bentuk primitif dari sikap empati, misalnya dengan menangis saat melihat ibunya sedang menangis memikirkan sesuatu yang tidak langsung ia rasakan. Begitupun dengan orang dewasa, apalagi wanita yang cendrung lebih peka perasaannya ketimbang lelaki. Melihat konsep di atas, maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa empati adalah sebuah perasaan dimana seseorang mengerti dan menerima perasaan orang lain. Karena itu, seseorang tersebut akan cendrung melakukan sesuatu untuk orang lain itu, walau dengan hal sekecil apa pun yang bisa ia perbuat. Ada sebuah penelitian yang menyatakan juga bahwa rasa empati pada anak berhubungan erat dengan pola asuh ibu dan stimulasi yang diberikan oleh ibu sebelum usia lima tahun ke atas. Membina keterampilan empati: a.
Mulai dari diri sendiri. Merekam perasaan kita dengan menuliskannya dan berbagi pada peserta didik kita.
b. Mengajari mereka menjadi pendengar cerita yang baik, masalah dan perasaan orang lain maka perasaan kita akan semakin kaya dan pada akhirnya bisa semakin tau cara memahami masalah dan perasaan orang lain tersebut. c.
Kalah kejadian sama saya. Coba untuk membayangkan apa yang bakal kita rasakan kalau mengalami satu perasaan atau kondisi yang sedang dialami orang lain. 14
Dengan begitu akan muncul emosi yang sama baik positif maupun negatif entah itu marah, sedih, gembira. Memposisikan diri kita dalam posisi orang lain. d. Memperlihatkan pada anak bahwa kita ber-empati . 1) Beri tahu apa akibatnya. Coba pikirkan perilaku dan perkataan kita ke orang lain sebelum kita melakukannya atau mengucapkannya. Apakah akan menyakitinya, apakah cukup bijak dll. 2) Adil, jangan menyuruh orang lain melakukan sesuatu yang kita sendiri malas atau tidak melakukannya. Misal menyuruh orang lain untuk berjualan door to door padahal kita sendiri malas melakukannya, maka jangan menyuruh seperti itu. 3) Kasih bantuan. Beri aksi nyata dengan menanyakan apa yang bisa kita lakukan untuk membantu seseorang. Jika tidak bisa memberikan apa yang diminta cari alternatif lain atau menanyakan apakah ada orang lain yang juga bisa ikut membantu. Marilah kita asah selalu rasa empati kita. Bukan bermaksud riya bahwa kita telah memilikinya dan kita berjiwa sok sosial namun siapa tau suatu saat kitalah yang mengalami posisi yang sama sulitnya dan tanpa disangka karena kita sudah berempati maka akan ada yang berempati balik tanpa kita harapkan. 8. Mengembangkan Kemandirian
Kemandirian berasal dari kata dasar mandiri yang sering orang mengatakan berdiri di atas kaki sendiri, merupakan kemampuan seorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukanya. Selain itu dalam Studi Kasus Hambatan Psikologis Dependensi terhadap Orangtua, Musdalifah mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk melakukan segala sesuatu bagi diri sendiri. Secara singkat dapat dipahami bahwa kemandirian mengandung pengertian: a. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya. b. Mampu mengambil keputusan dan berinisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. c. Memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas- tugasnya. 15
d. Bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. Rober (dalam Santrock) mengatakan bahwa kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana seseorang relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat, dan kenyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut seorang remaja diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Jadi kemandirian adalah suatu sikap yang dihasilkan secara kumulatif selama perkembangan seorang anak, dimana individu akan terus belajar untuk menghadapi berbagai situasi di lingkungannya, sehingga pada akhirnya individu tersebut akan mampu bertindak dan berpikir sendiri. Agar anak dapat mandiri, dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan disekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Peran orangtua dan respon dari lingkungan sangat diperlukan bagi anak sebagai “penguat” bagi setiap perilakunya. Apa saja yang bias kita lakukan untuk mereka? Diantaranya adalah: a.
Melatih anak berani berjalan sendiri tanpa ditemani, dan atau orang tua melihat dari jauh.
b. Membiasakan anak mempunyai catatan, atau hapal alamat dan nomor telepon yang mudah dihubungi. c.
Melatih anak mengenal lingkungan tempat tinggal.
d. Melatih anak agar tak mudah mempercayai orang yang baru dikenal e.
Melatih anak mengerjakan pekerjaannya.
f.
Sebagai orang tua, hendaknya sedini mungkin mendeteksi kebohongan anak, dan berilah pengertian dan pemahaman bahwa ia tidak sepatutnya berkata yang tidak sesuai dengan faktanya. Beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan orang tua terkait dengan ini misalnya.
9. Mengembangkan Kejujuran
Jujur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah tulus, tidak culas, lurus hati. Sedangkan jujur menurut Al Quran adalah Shidq, yang mempunyai makna dasar “kuat”. Orang yang shidq (benar / jujur) adalah orang yang kuat, karena itu dia berani menyatakan kebenaran walau sepahit apa pun.
16
Namun menurut Albert Hendra Wijaya, jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran". Secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan harafiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau lainnya. Dengan demikian kejujuran ini bisa kita definisikan sebagai sikap yang berlandaskan pada kebenaran dan keobjektifan dalam menilai, menerima, memperjuangkan dan mengakui sesuatu perbuatan. 10. Prosedur Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial
Program Pengembangan
perilaku pribadi dan sosial dilaksanakan secara
terprogram dan sesuai dengan usia peserta didik tunalaras. Prosedur pelaksanaannya seperti pada bagan di bawah ini.
17
11. Pelaksanaan Program Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial (Diadopsi dari Kemendikbud, 2014)
a.
Jujur 1) Indikator a)
Menjelaskan arti kejujuran dengan benar
b)
Menyebutkan 3 contoh perilaku jujur
c)
Dapat berperilaku jujur dalam berbelanja
d)
Dapat berperilaku jujur dalam berbicara
e)
Dapat berperilaku jujur dalam melaksanakan tugas
f)
Dapat berperilaku jujur dalam membagi
g)
Berperilaku jujur dalam menyampaikan pesan
h)
Tidak menyontek saat ulangan
2) Langkah-langkah Pelaksanaan Program a) Membawa peserta didik pada kegiatan yang menampilkan perbuatan kejujuran,
berupa kegiatan sehari-hari yang dapat dilaksanakan di
rumah atau di sekolah misalnya : (1) berbelanja, peserta didik diberi tugas untuk berbelanja atau membeli sesuatu yang ada pengembalian uang. (2) diberi tugas untuk menyelesaikan satu pekerjaan (3) membagi sesuatu (makanan, uang, atau benda lain) kepada teman dengan adil (4) menyampaikan pesan atau
informasi kepada seseorang atau
kelompok b) Bersama-sama
membuat
daftar
tugas
kegiatan–kegiatan
yang
memerlukan kejujuran c) Anak diberi waktu untuk berdiskusi tentang daftar tugas yang telah disusun, untuk mengidentifikasi perbuatan yang berkaitan dengan contoh perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari d) Melakukan pengecekan atas tugas yang telah disusun dan didiskusikan
b. Tanggung Jawab 18
1) Indikator a) Menjelaskan arti tanggung jawab b) Menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diterima c) Menyadari perbuatan yang telah dilakukan d) Menepati janji e) Menggunakan fasilitas umum dengan baik f) Memelihara fasilitas umun dengan baik g) Menjaga ketertiban lingkungan dengan baik h) Memiliki sikap tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari i) Melaksanakan tugas secara teratur j) Melaksanakan tugas tanpa disuruh
2. Langkah-langkah Pelaksanaan Program. a) Memberi tugas kepada peserta didik pekerjaan di sekolah atau rumah tangga yang harus diselesaikan dengan batasan waktu b) Berdiskusi tentang arti dan pengertian tanggung jawab, yang dikaitkan dengan kehidupan sehari – hari c)
Memberi contoh tentang kegiatan-kegiatan yang dapat menahan amarah dan mengendalikan emosi
d) Berdiskusi dengan anak tentang contoh kegiatan yang berkaitan dengan pembagian tugas yang harus dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari, yang dilaksanakan di rumah, di sekolah dan di lingkungan sekitar misalnya : pekerjaan kerumah tanggaan, pemeliharaan milik pribadi, kebersihan pribadi, membersihkan kelas dan selalu membuat catatan atas pekerjaan yang sudah dilakukan atau yang belum dilaksanakan c. Disiplin 1)
Indikator a) Menjelaskan arti kedisiplinan b) Menyebutkan contoh kegiatan penanaman disiplin c) Menjelaskan manfaat disiplin dalam kehidupan sehari hari 19
d) Menerapkan disiplin dalam memanfatkan waktu e) Menerapkan disiplin dalam melaksanakan ibadah f)
Memiliki sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari
g) Memiliki catatan kegiatan h) Hadir tepat waktu di setiap kegiatan 2) Langkah-langkah Pelaksanaan Program a) Melakukan apel/baris sebelum masuk kelas melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, dan setelah selesai melaksanakan kegiatan belajar
mengajar b) Mengecek, menegur dan memberi sangsi kepada pesrta didik apabila tidak mengenakan seragam dan kelengkapan yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah c)
Membuat jadwal kegiatan sehari-hari di sekolah maupun di rumah, (waktu belajar, bermain, waktu melaksanakan kegiatan keluarga), dll
d) Mengarahkan peserta didik untuk beribadah sehari-hari dengan tepat waktu sesuai kepercayaan yang dianutnya e)
Melaksanakan upacara bendera setiap hari senin dan hari besar di sekolah
d. Sopan Santun 1) Indikator a) Menjelaskan arti sopan santun b) Mengidentifikasi ciri –ciri perlaku sopan santun c) Menyebutkan contoh sopan santun yang berlaku di keluarga, sekolah dan masyarakat d) Bersikap sopan dan santun dalam mengemukakan pendapat e) Bersikap sopan dan santun dalam menerima pendapat f) Berpakaian sopan di setiap penampilan g) Berperilaku sopan dalam berlalulintas h) Berperilaku sopan dan santun sesuai dengan aturan yang berlaku di keluarga, sekolah dan masyarakat i) Menghargai orang lain 20
2) Langkah-langkah Pelaksanaan Program a) Berdiskusi tentang pengertian sopan santun, cara bersopan- santun di keluarga, sekolah dan masyarakat b)
Menghargai dan mendengar pendapat orang lain
c)
Memberi contoh cara berpakaian yang
wajar sesuai dengan
kebutuhan dan situasi, yang tidak terlepas dari adap dan sopan santun serta cara berpakaian d) Bermain peran sebagai : (1)
anak dan orang tua
(2)
anak dengan orang yang lebih tua
(3)
tamu dengan tuan rumah
(4)
guru dengan peserta didik
e) Berdiskusi mengenai sopan santun berlalu-lintas f)
Mengenalkan rambu-rambu lalu-lintas beserta artinya
g) Berdiskusi
tentang
sopan-santun
berlalu-lintas
dan
bahaya
pelanggarannya bagi diri sendiri dan orang lain h) Memberi arahan kepada peserta didik secara terus menerus untuk selalu sopan dalam tindakan dan menghargai orang lain i)
Memberi contoh cara menghargai orang lain, selalu mengucapkan kalimat terima kasih setiap mendapatkan sesuatu dari orang lain, mengucapkan kata tolong untuk meminta bantuan orang lain
e. Norma dan Aturan 1) Indikator a) Menjelaskan arti norma dan aturan b) Mengidentifikasi norma dan aturan yang berlaku di keluarga, sekolah dan masyarakat c)
Mematuhi norma dan aturan yang berlaku di keluarga
d) Mematuhi norma dan aturan yang berlaku di sekolah e) Mematuhi norma yang berlaku di masyarakat 2) Langkah-langkah Pelaksanaan Program
21
a) Mengenalkan aturan dan norma-norma yang berlaku di rumah, sekolah, dan masyarakat b) Berdiskusi tentang norma dan aturan yang berlaku di rumah, sekolah, dan masyarakat, dilanjutkan menginventaris norma dan aturan yang ada dan berlaku di keluarga, sekolah dan masyarakat, peserta didik bertugas membuat laporan darinhasil diskusi c) Mencatat norma dan peraturan yang pernah dilaksanakan dan yang pernah dilanggar di rumah, sekolah dan masyarakat d) Menceritakan akibat pelanggaran
norma dan aturan yang pernah
dilakukan, di rumah, sekolah dan di masyarakat e) Menceritakan sangsi apakah yang pernah didapatkan akibat dari pelanggaran norma dan aturan yang dilakukan f) Bersama-sama secara berkelompok peserta didik membuat solusi dan janji
agar
tidak
terulang
perbuatan-perbuatan
yang
pernah
dilanggarnya g) Mencatat/membuat jurnal harian kegiatan-kegiatan yang melanggar, dan yang tidak melanggar norma dan aturan di rumah, sekolah dan masyarakat h) Membuat kesepakatan akan selalu mematuhi noma dan aturan yang berlaku i) Guru harus selalu mengecek dan memantau semua tugas yang diberikan kepada peserta didik f.
Kerja Sama 1) Indiaktor a) Mendefinisikan arti kerja sama b) Menyebutkan 3 contoh kerja sama dalam kehidupan sehari-hari c)
Dapat bekerja sama dengan individu lain
d) Dapat bekerja sama dengan kelompok lain e) Bekerja sama dalam menyelesaikan tugas f) 2)
Memiliki sikap gotong royong
Langkah-langkah Pelaksanaan Program 22
a) Berdiskusi mengenai arti kebersamaan. b) Guru memberi pengertian bahwa pekerjaan yang berat akan menjadi ringan bila dikerjakan bersama-sama c) Menyelesaiakan tugas secara kelompok misalnya : (1) memelihara tanaman (2) membersihkan kelas (3) membersihkan lingkungan (4) merawat hewan peliharaan (5) mengerjakan tugas kelompok salah satu mata pelajaran (6) mengerjakan PR, dan belajar kelompok (7) permainan olah raga beregu (8) membantu pekerjaan rumah tangga : merapikan kamar, mencuci piring, mengepel, memasak, mencuci pakaian, seterika pakaian (9) mengikuti kerja bakti di masing-masing lingkungan rumah (10) Mengarahkan peserta didik bagaimana cara yang baik bekerja sama dalam kelompok d) Memberi pengertian tertang pentingnya kerjasama dikaitkan dengan kehidupan bermasyarakat dan agama serta kepercayaan yang dianutnya g. Kepemimpinan 1) Indikator a) Mendefinisikan arti pemimpin b) Menyebutkan 5 nama pemimpin idola c) Mempraktikan cara bicara pemimpin idola dalam kehidupan sehari-hari d) Mempraktikan menjadi pimpinan di lingkungan sekolah 2) Langkah-langkah Pelaksanaan Program a) Berdiskusi tentang cara-cara memimpin yang baik b) Bercerita tentang pemimpin-pemimpin yang terkenal, dan menanyakan pemimpin idola dari masing-masing peserta didik c) Setiap peserta didik menceritakan keberhasilan dan kehebatan dari pemimpin idolanya 23
d) Dengan suasana santai peserta didik dimimta untuk mengemukakan pendapat tentang pemimpin idolanya dari berbagai segi pandang setiap peserta didik e) Mencari informasi dari media tentang tokoh pemimpin-pemimpin yang diidolakan, kemudian membuat tulisan andaikan “ aku menjadi dia “ f) Mengumpulkan atau mengkoleksi gambar maupun bacaan yang memuat tentang tokoh atau pemimpin yang berhasil, dan menjadi idolanya g) Memberi tugas bergantian di kelas untuk memimpin satu kegiatan yang memerlukan satu komando dari satu pemimpin h) Melaksanakan tugas memjadi pemimpin yang baik h. Percaya Diri (1) Indikator a) Menjelaskan arti sikap percaya diri b) Memberi 3 contoh sikap percaya diri dalam penampilan di depan umum c) Memiliki rasa percaya diri saat berbicara di depan umum d) Memiliki rasa percaya diri saat tampil di depan umum e) Memiliki keberanian untuk berbicara di depan orang banyak f) Memiliki keberanian untuk mengambil keputusan (2) Langkah-langkah Pelaksanaan Program a) Berdiskusi tentang bagaimana sikap percaya diri,cara berbicara dan tampil di depan umum atau orang banyak b) Melatih peserta didik untuk berani berbicara di depan umum atau orang banyak, dimulai dari berbicara diantara teman sekelas, sebagai petugas upacara c) Tampil pada pentas seni yang diadakan sekolah d) Sebagai pembawa acara pada suatu kegiatan yang diadakan oleh sekolah e) Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih dan menentukan satu kegiatan, atau satu benda dari beberapa kegiatan atau benda yang ada/ berlangsung di sekitarnya i. Penguasaan Diri 24
(1) Indikator a) Menjelaskan arti penguasaan diri b) Menyebutkan 3 ciri orang yang memiliki sikap penguasaan diri yang baik c) Mengidentifikasi kegiatan yang berkaitan dengan penguasaan diri d) Dapat menguasai diri saat mengemukakan pendapat e) Dapat menguasai diri saat mengambil keputusan f) Dapat menguasai diri dari pengaruh lingkungan (2) Langkah-langkah pelaksanaan Program a) Mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan penguasaan diri dan pengendalian emosi b) Belajar berorganisasi, menjadi pengurus kelas, membentuk panitia pada kegiatan sekolah, agar anak dapat berlatih menguasai diri pada saat mengemukakan pendapat c) Selalu diberi arahan agar jangan mudah terpengaruh dengan hal-hal yang negatif dari lingkungan sekitar d) Diberi arahan jangan selalu terburu-buru untuk mengambil keputusan, karena salah menentukan keputusan akan berakibat fatal. Jadi pada saat mengambil keputusan sebaiknya : (1) Memikirkan sebab dan akibatnya (2) Tidak terburu-buru (3) Tidak terpengaruh dengan orang lain (4) Harus sesuai dengan kemauan hati j.Penyalahgunaan Narkoba 1) Indikator a) Menjelaskan dampak dan akibat penyalahgunaan narkoba b) Menyebutkan 3 contoh jenis narkoba c)
Menyebutkan 3 dampak penyalahgunaan narkoba
d) Menyebutkan 3 cara menghindarkan diri dari penyalahgunaan narkoba e) Menyebutkan resiko terhadap dirinya bila menggunakan narkoba f)
Menyebutkan resiko yang diterima dari masyarakat terhadap dirinya bila menyalahgunakan narkoba 25
g)
Menghindarkan diri dari perbuatan penyalahgunaan narkoba
2) Langkah-langkah pelaksanaan program a) Berdiskusi tentang pengertian dan bahaya yang diakibatkan dari penyalahgunaan narkoba dari segi kesehatan b) Memberi pengertian tentang resiko penyalahgunaan narkoba ditinjau dari segi hukum c)
Membahas penyalahgunaan
narkoba yang terjadi sehari-hari dalam
kehidupan masyarakat dengn menggunakan CD, gambar vidio, televisi , maupun berita dari media d) Mengenalkan dan menunjukan contoh gambar atau visual jenis-jenis narkoba, atau bahan yang mengandung narkoba yang beredar di masyarakat e) Mengarahkan
peserta
didik
jangan
sampai
mendekati
atau
menyalahgunakan narkoba, dengan memasang slogan-slogan anti narkoba dan mengadakan penyuluhan tentang bahaya dan dampak penyalahgunaan narkoba
REFERENSI Baron,Robert A &Byrne,Donn(2004)Psikilogi Sosial,Jakarta:Erlangga Berk,Laura(2006)Child DevolopmentPearson Education,Inc.:Boston. Gulay,H.Akman,K.&Kargi,F.(2009). Sosial Skill offirst-grade primary school studens and pre school education.Education,133(3),663-679 Hallahan,D.P.Kauffman,J.M.Pullen,CP.Exceptional education.11 th.ed.USA Pearson
Learners
Intruduction
to
Special
Hernowo,(2005).Menjadi Guru yang Mau dan Mampu mengajar Secara Menyenangkan Bandung:Mizan Learning Cenrer Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Pedoman Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial bagi Peserta Didik Tunalaras. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Shephend,T.(2010).Working with Students with Emotional and Bihavior Disorders Characteristik and Bihavior Disorder. New Jersey.Pearson Wijaya,Albert Hendra.htt://Indonesia.siutao.com/tetesan/kejujuran.php 26