SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
BAB I ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI PESERTA DIDIK TUNANETRA
Penyusun:
TIM PENGEMBANG SUMBER BELAJAR PLB-FIP- UNESA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
BAB I ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI PESERTA DIDIK TUNANETRA
A. PENDAHULUAN Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan terkait orientasi dan mobilitas bagi peserta didik tunanetra. serta menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 1. Kompetensi Inti Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 2. Kompetensi Dasar (KD)/Kelompok Kompetensi Dasar (KKD). a. Menguasai konsep, prinsip orientasi dan mobilitas sebagai sarana pemenuhan kebutuhan orientasi dan mobilitas anak berkebutuhan khusus b. Menguasai, teknik dan prosedural pembelajaran orientasi mobilitas c. Menguasai materi orientasi dan mobilitas
B. Materi 1. Konsep Orientasi Mobilitas,interaksi Sosial dan Komunikasi (OMSK)Bagi Tunanetra Tunanetra merupakan individu yang mengalami kelainan pada indera visualnya sedemikian rupa sehingga mengganggu aktivitas kehidupan sehari-harinya. Sebagai akibat ketunanetraan yang disandangnya , maka anak tunanetra mengalami keterbatasan dalam Orientasi Mobilitas ,interaksi Sosial dan Komunikasi (OMSK) terhadap dunia luar yang tidak dapat diperoleh secara utuh. Pengkondisian tunanetra ini
membutuhkan
pengembangan
keterampilan
OMSK
yang
mampu
mengkompensasikan keterbatasan yang dimiliki. Keterkaitan Ketunanetraan dengan perlunya pengembangan OMSK pada tunanetra adalah sebagai berikut: a. Keterbatasan dalam pindah tempat (Mobilitas),
1
merupakan akibat langsung dari ketunanetraan itu sendiri.Keanekaragaman informasi dan pengalaman akan diperoleh dengan lebih luas bila seseorang dapat berpergian dengan bebas dan mandiri. Untuk terciptanya interaksi dengan lingkungan fisik maupun sosial dibutuhkan adanya kemampuan berpindah-pindah tempat.Semakin mampu dan terampil anak tunanetra melakukan mobilitas semakin berkurang hambatan berinteraksi dengan lingkungan. b. Kehilangan kemampuan melihat merupakan hilangnya kemampuan memperoleh informasi dari lingkungan karena penglihatan merupakan saluran utama bagi manusia untuk memperoleh informasi dari lingkunganya.Untuk itu anak tunanetra harus mengantungkan pada indra lain yang masih berfungsi seperti : pendengaran,perabaan,penciuman,pengecap serta pengalaman kenestetik merupakan keindraan yang cukup penting.Akan tetapi indarinda ini sering tidak dapat mengamati,memahami dan menjangkau obyek diluar jangkauan fisiknya. Hal ini berdampak dalam memperolah pengalaman baru bagi tunatetra. c. Keterbatasan interaksi dengan lingkungan Ketunanetraan mengakibatkan keterpisahan individu dengan lingkungan fisik dan sosial pada batas-batas tertentu. Keterpisahan dengan lingkungan fisik maupun sosial mengakibatkan adanya kepasifan pada tunanetra. Hilangnya rangsangan visual berdampak pada aktifitas untuk mendekatkan diri dengan orang lain yang ada dilingkungannya tidak terjadi secara mudah bagi tunanetra hal ini lambat laun akan mengakibatkan
hilangnya
keinginan
untuk
berinteraksi
dengan
lingkunganya.Banyaknya aktifitas interaksi sosial yang tidak dapat dilakukan anak tunanetra mengakibatkan rasa frustasi. Disinilah pentingnya pengembangan kemampuan OMSK pada anak tunanetra agar dia dapat mengatasi hambatan dalam komunikasi dengan lingkungan. Dengan demikian, konsep pengembangan orientasi mobilitas,interaksi sosial dan komunikasi
bagi tunanetra merupakan satu
kemampuan, kesiapan dan mudahnya bergerak dari satu posisi/tempat ke satu posisi/tempat lain yang dikehendaki dengan baik, tepat, efektif, dan selamat bagi,sehingga dapat mengatasi hambatan dalam intereksi sosial dan komunikasi tunanetra dengan lingkunganya perlu dikembangan. 2
2. Prinsip Orientasi dan Mobilitas Bagi tunanetra Kemampuan orientasi dan mobilitas bagi tunanetra berhubungan erat dengan kesiapan mental dan fisiknya. Demikian pula kemampuan mental dan fisik dapat berakibat pada proses kognisi dan keterampilan dari individu tunanetra. Kemudian untuk implementasi orientasi dan mobilitas harus terintegrasi sebagai satu kesatuan yang dibutuhkan bagi tunanetra. Prinsip dasar orientasi dan mobilitas bagi tunanetra menurut Raharja dalam Sudarti (2015), yaitu kemampuan bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan semua indera yang masih ada untuk menentukan posisi seseorang terhadap benda-benda penting yang di sekitarnya baik secara temporal maupun spasial. Berdasar prinsip di atas, maka aspek pengetahuan yang diperlukan untuk mempermudah individu tunanetra mengembangkan kemampuan dalam kehidupan sehari-hari dikelompokkan ke dalam 6 komponen (Hosni, 2013), yaitu:1) Landmark (ciri medan),2)Clues
(tanda-tanda),3)
Numbering
system
(sistem
penomoran),
4)Measurement (pengukuran), 5)Compas Direction (arah mata angin), dan 6) Self Familiarization (memfamiliarkan diri) 1) Landmark (ciri medan) a) Pengertian Landmark (ciri medan) Merupakan semua objek, benda atau rangsangan indera (bau-baunya, suarasuaranya, suhu atau petunjuk-petunjuk taktual tertentu yang bersifat konstan (tetap) dan sudah dikenal, mudah ditemukan (sudah diketahui dan tetap lokasinya) di lingkungan tersebut. lokasi-lokasi yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dibedakan dari lokasi-lokasi lain. b) Prinsip-Prinsip Landmark (ciri medan) (1) Sifatnya konstan dan permanen Konstan artinya tetap lokasinya, ini kecenderungan ditujukan pada benda yang tidak bisa diraba, seperti bau-bauan, suara,dan yang lainya . Permanen artinya sesuatu objek yang dijadikan Landmark harus sesuatu objek yang tidak bisa pindah atau dipindahkan.
3
(2) Sesuatu yang dijadikan Landmark mempunyai ciri khas yang dapat membedakan suatu objek dari objek lain atau membedakan dua objek yang mempunyai jenis yang sama. (3) Ciri tertentu yang dijadikan Landmark dapat dikenal melalui indera yang masih berfungsi, seperti taktual, visual, auditoris, penciuman atau kombinasi. (4) Landmark mudah ditemukan, artinya sesuatu yang dijadikan Landmark letaknya tidak tersembunyi atau jauh dari jangkauan tunanetra. c) Prasyarat menguasai Landmark Kemampuan dan pengetahuan dasar sebagai salah satu prasyarat menguasai Landmark (ciri medan) bagi tunanetra, antara lain. (1) Ingatan penginderaan yang kuat (2) Memahami konsep tentang posisi yang relatif (3) Kesadaran akan dasar-dasar hubungan ruang (4) Konsep tentang objek yang permanen dan konstan (tidak dapat pindah dan dipindahkan) (5) Kesadaran akan jarak (6) Lokasi suara (7) Penggunaan petunjuk mata angin (8) Mampu menjelaskan dengan pola yang sistematis (9) Kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu objek untuk dapat dijadikan Landmark d) Penggunaan dan kegunaan khusus Landmark (1) untuk menetapkan dan memperoleh orientasi arah (2) untuk dijadikan point of reference (3) untuk menetapkan dan memperoleh hubungan arah (4) untuk menemukan/mengetahui letak tujuan tertentu (5) untuk mengorientasi atau reorientasi diri sendiri pada suatu daerah (6) untuk memperoleh informasi tentang kesamaan suatu daerah 2) Clues (tanda-tanda) a) Pengertian Clues (tanda-tanda)
4
Clues merupakan suatu rangsangan auditoris (bunyi/suara), rangsangan taktual, bau, temperatur, kinestetik, rangsangan visual yang mengenai indera dan yang segera dapat diubah menjadi petunjuk untuk menetapkan suatu posisi atau suatu garis arah. b) Prinsip-prinsip Clues (tanda-tanda) (1) Suatu Clues (tanda-tanda) dapat bersifat dinamis atau tetap, objek atau stimulus yang dijadikan Clues (tanda-tanda) dapat sesuatu yang bergerak atau menetap (2) Suatu clues dapat digunakan secara fungsional apabila sumber dari Clues (tanda-tanda) sudah dikenal. Clues (tanda-tanda) belum berfungsi dalam menetapkan posisi atau garis pengarah (3) Semua perangsang yang diterima oleh indera-indera tidak mempunyai nilai petunjuk sama, ada yang dominan sebagai Clues (tanda-tanda) dan ada yang kurang berfungsi sebagai Clues (tanda-tanda), serta ada yang sama sekali tidak dapat digunakan sebagai Clues (tanda-tanda) c) Pengetahuan yang dibutuhkan/prasyarat untuk menguasai Clues (tanda-tanda) Untuk dapat memilih, menetapkan dan menggunakan suatu Clues (tanda- tanda) diperlukan beberapa pengetahuan dan keterampilan sebagai prasyarat, yaitu. (1) Perkembangan penginderaan yang baik (2) Kesadaran sensoris (3) Mengenal suatu perangsang-perangsang yang umum d) Penggunaan khusus Clues (tanda-tanda) Kemampuan untuk memahami dan menggunakan Clues (tanda-tanda) ini mempunyai manfaat dalam membantu tunanetra, antara lain. (1) Menemukan arah (2) Menentukan posisi diri dalam lingkungan (3) Memperoleh orientasi arah (4) Menentukan line of direction (garis pengarah) (5) Dapat memproyeksi lingkungan yang akan dimasuki (6) Untuk menemukan tujuan tertentu (7) Untuk reorientasi diri pada suatu lingkungan 5
(8) Untuk mendapatkan informasi sehubungan dengan lingkungan 3) Sistem penomoran (Numbering system) a) Pengertian sistem penomoran (Numbering system) Merupakan pola pengaturan susunan nomer dan urutan ruang/bangunan dalam gedung maupun dalam satu komplek. Sesuatu yang saling terkait dan mempengaruhi di antara komponennya. Seperti sistem penomeran dikenal 2 macam, yaitu dalam ruang (indoor numbering system), ini apabila tunanetra ada dalam ruang. Sebaliknya apabila sistem penomoran di luar ruang ( outdoor numbering system), tunanetra ada di luar ruang. Dalam pola penomoran yang berlaku seperti di Indonesia nomer ganjil untuk sisi kiri dan genap untuk sisi jalan sebelah kanan (ganjil genap saling berseberangan). b) Prinsip-prinsip sistem penomeran (1) Mempunyai titik awal (focal point), ini diawali dari dekat pintu masuk atau dari pertemuan antara 2 koridor dalam ruang, dari pintu gerbang suatu kompleks/kampus atau jalan utama (2) nomer ganjil dan genap saling berseberangan (3) nomer biasanya bertambah dari titik awal dengan urutan dua-dua (4) secara mendasar nomor dimulai dari 0-99 pada lantai dasar bawah tanah, seperti di hotel c) Prasyarat untuk keterampilan sistem penomeran Beberapa syarat yang perlu dimiliki tunanetra agar dapat mengembangkan sistem penomeran, antara lain. (1) kemampuan untuk menghitung (2) memiliki konsep tentang bilangan ganjil dan genap (3) memiliki keterampilan sosial untuk minta bantuan seefektif mungkin (4) memiliki pengetahuan dasar dan pemahaman susunan gedung pada umumnya (5) terampil berjalan mandiri (6) mempunyai kesadaran jarak artinya dapat menghubungkan antara waktu, langkah dan jarak tempuh (7) mampu berbelok 90 derajat dan berputar 180 derajat dengan tepat 6
(8) mampu menggunakan teknik melindungi diri dengan baik (9) mempunyai konsep ruang dan arah 4) Measurement (pengukuran) a) Pengertian measurement (pengukuran) Merupakan proses mengukur untuk mengetahui dimensi yang tepat dan benar dari suatu objek dengan menggunakan ukuran tertentu. b) Prinsip-prinsip measurement (pengukuran) Ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : (1) Measurement (pengukuran) dengan standar unit, misal meter, jengkal (2) Comparative measurement (pengukuran), seperti lebih pendek, lebih panjang (3) Linear measurement (pengukuran) digunakan untuk menunjukkan 3 dimensi dasar, yaitu tinggi, panjang dan lebar c) Prasyarat untuk measurement (pengukuran) (1) kemampuan menghitung (2) memahami konsep tentang nilai relatif dari suatu bilangan (3) kemampuan menambah, mengurangi, mengalikan atau membagi (4) memiliki konsep yang jelas tentang dimensi dan kemampuan untuk menerapkan konsep (5) memahami tentang standar satuan ukuran dan hubungan antara satuansatuan tersebut (6) memiliki kesadaran kinestetic dan kesadaran tactual d) Kegunaan khusus dari measurement (pengukuran) (1) menentukan atau mengira-ngira dimensi dari suatu area yang akan mempengaruhi gerak anak di dalam area tersebut (2) menentukan teknik mobilitas apa yang sesuai untuk suatu area tertentu (3) memperoleh konsep sangat akurat untuk objek-objek tertentu dan hubungan objek-objek tersebut (4) memperoleh konsep yang jelas tentang ukuran suatu objek dihubungkan dengan ukuran badan 5) Compas Direction (arah mata angin) 7
a) Pengertian Compas Direction (arah mata angin) Merupakan arah-arah khusus yang ditentukan oleh gerak magnetik dari bumi. Kemudian 4 Compas Direction (arah mata angin), yaitu utara, barat, selatan dan timur. b) Prinsip-prinsip Compas Direction (arah mata angin/penggunaan kompas). Compas Direction (arah mata angin/penggunaan kompas) itu tetap sifatnya dan dapat dialihkan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain. Berdasarkan Compas Direction (arah mata angin/penggunaan kompas) ada prinsip berlawanan, yaitu. (1) Barat dan timur sebagai dua ujung yang berlawanan (2) utara dan selatan sebagai baris barat dan timur adalah paralel, juga garis utara dan selatan. (3) Garis barat-timur sebagai tegak lurus dari garis utara-selatan. c) Prasyarat untuk Compas Direction (arah mata angin/ penggunaan kompas) (1) Memahami posisi kiri, kanan, depan dan belakang (2) Memahami konsep garis lurus (3) Memahami dan mampu melakukan putaran 90derajat dan 180 derajat (4) Memahami pengertian paralel, garis tegak lurus dan siku (5) Memahami posisi yang tepat dan posisi yang relatif serta hubungan antara suatu benda terhadap posisi badan (6) Memahami bahwa gerak akan mengubah relasi posisi terhadap objek-objek atau tempat-tempat (7) Memahami konsep berlawanan (8) Memahami konsep mata angin utama (9) Memahami akibat gerakan membalik terhadap hubungannya dengan arah (10) Adanya kesadaran tubuh yang baik 6) Self familiarization (memfamiliarkan diri) Tunanetra tidak akan mengalami kesulitan untuk bergerak berpindah tempat di dalam suatu lingkungan yang sudah dikenalnya dan tidak asing lagi bagi dirinya. Kemampuan orientasi dengan cepat untuk mempelajari, mengenal dan menyesuaikan diri pada suatu hal yang baru. Komponen orientasi secara komprehensif sebagai dasar dari Self familiarization process. 8
Realisasi kognisi orientasi untuk tunanetra diwujudkan dalam proses berpikir dan mengolah informasi di lingkungannya mengandung tiga unsur pertanyaan yang prinsip, yaitu. Where am I (di mana saya) Where is my objective (di mana tujuan saya) How do I get there (bagaimana saya dapat sampai ke tujuan tersebut) Pengkondisian tunanetra dari prinsip-prinsip tersebut dapat diartikan seperti a) di mana posisinya dalam ruang, b) di mana tujuan yang dikehendaki dalam ruang tersebut, c) susunan langkah atau jalan yang tepat dari posisi sekarang sampai ke tujuan yang dikehendaki. 3. Teknik Orientasi dan Mobilitas Bagi tunanetra Berdasarkan pendapat Hadikasma dalam Sudarti (2015), bahwa sifat orientasi dan mobilitas yang berpusat pada praktek. Kemudian pada teori orientasi dan mobilitas hanya sebagai penunjang terlaksananya praktek, maka teknik belajar yang harus diberikan pada tunanetra adalah. Memberikan informasi yang jelas atau konkrit dan menghindari kata ganti petunjuk, seperti ini, itu, di sana dan seterusnya Memberi bantuan jika diperlukan Memberi kesempatan beradaptasi terhadap perubahan cahaya Selanjutnya Kemendikbud (2014), bahwa teknik orientasi dan mobilitas yang dibelajarkan bagi tunanetra, yaitu. 1) Teknik Pra Tongkat di Lingkungan Rumah dan Sekolah Tunanetra pada dasarnya mempunyai konsep lingkungan yang minim, sehingga berdampak terhadap kemampuan orientasi dan mobilitas yang dimiliki. Problematika tersebut berpengaruh negatif terhadap pengenalan lingkungan yang ada di sekitarnya. Bila tunanetra mengalami hambatan dalam penguasaan konsep lingkungan, maka secara otomatis orientasi dan mobilitasnya dapat terganggu. Sisi lain kecenderungan yang terjadi pada individu tunanetra menjadi pasif dalam bergerak karena khawatir akan tersesat atau celaka ketika berjalan di lingkungan sekitar. Keterbatasan tersebut biasanya dialami oleh setiap individu yang menyandang tunanetra baik di lingkungan rumah maupun sekolah. Di bawah ini 9
dapat diuraikan kompetensi pada teknik pra tongkat di lingkungan peserta didik tunanetra, antara lain. a) Melakukan bepergian dengan teknik pendamping awas di lingkungan dekat Sekolah b) Bepergian dengan teknik melindungi diri di lingkungan sekolah c) Melakukan orientasi ruang Keterkaitan indikator pencapaian kompetensi untuk teknik pra tongkat di lingkungan peserta didik tunanetra, antara lain. a) Melakukan gerakan dasar pendampingan awas b) Melakukan teknik jalan sempit c) Melakukan teknik melewati pintu, terdiri dari. (1) Pintu terbuka kanan mendekat (2) Pintu terbuka ke arah kanan menjauh (3) Pintu membuka ke kiri mendekat (4) Pintu membuka ke kiri menjauh. (5) Pintu terbuka otomatis digeser d) Melakukan teknik pindah pegangan e) Melakukan teknik berbalik arah f) Melakukan teknik cara duduk, terdiri dari. (1)Duduk di kursi dengan meja (2)Duduk di kursi tanpa meja g) Melakukan teknik naik turun tangga h) Melakukan teknik escalator dan elevator i) Melakukan teknik masuk dan keluar mobil j) Melakukan teknik menerima dan menolak ajakan k) Melakukan teknik penggunaan kamar kecil, terdiri dari. (1) Melakukan teknik menyilang tangan di atas (upper hand) (2) Melakukan teknik menyilang tangan ke bawah (lower hand) (3) Melakukan teknik merambat (trailling) (4) Melakukan teknik tegak lurus dengan benda (squaring off) (5) Teknik mencari benda jatuh (drop objek) 10
(6) Melakukan gerakan mengelilingi ruangan (7) Melakukan gerakan menjelajahi ruangan l) Menemutunjukkan letak benda di ruangan Di bawah ini salah satu contoh langkah-langkah dalam pembelajaran orientasi dan mobilitas dalam melakukan gerakan dasar pendamping awas (Sighted Guide). a) Peserta didik memegang tangan pendamping awas posisi pegangan di atas siku tangan pendamping awas. b) Posisi setengah langkah di belakang pendamping. c)
Posisi tangan peserta didik membentuk siku 900.
d) Jika peserta didik postur badannya lebih pendek dapat memegang pergelangan tangan pendamping. Selanjutnya untuk tindaklanjut penjabaran aplikasi langkah-langkah pembelajaran dari berbagai indikator pencapaian kompetensi tersebut di atas pada teknik pra tongkat dapat didiskusikan secara bersama-sama antara pebelajar dan pembelajar. 2) Teknik Tongkat dalam Pembelajaran Orientasi dan Mobilitas Dalam pembelajaran strategi sangat dibutuhkan oleh individu yang belajar Orientasi tidak akan berguna tanpa mobilitas dan sebaliknya mobilitas tidak akan berhasil dengan efektif tanpa didasari orientasi. Yang dimaksud efektif di sini adalah tunanetra dapat menggunakan benda-benda yang ada sebagai alat mobilitas, sehingga benda-benda tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk dan pengarah dalam mencapai tujuan. Orientasi merupakan kesiapan mental sedangkan mobilitas merupakan kesiapan fisik, sehingga orientasi dan mobilitas harus terintegrasi di dalam satu kesatuan. Orientasi dapat menyelamatkan tunanetra sedangan mobiltas dapat mengantarkan tunanetra ke tempat tujuan. Macam-macam tongkat yang dipergunakan sehari-hari sebagai alat untuk bergerak diberbagai lingkungan yang tidak lepas dari tunanetra, antara lain.
Tongkat panjang
Tongkat lipat
Di bawah ini dapat diuraikan kompetensi pada teknik tongkat untuk belajar di lingkungan peserta didik tunanetra (Hosni, 2013), antara lain. a) Penggunaan teknik tongkat di lingkungan terbatas 11
b) Teknik tongkat di lingkungan sekitar sekolah c) Teknik tongkat di lingkungan perumahan d) Penggunaan teknik tongkat dilingkungan perkotaan e) Penggunaan teknik tongkat di pusat perbelanjaan Kemudian masing-masing tersebut akan dijelaskan indikator pencapaian kompetensi untuk belajar teknik tongkat di lingkungan terbatas peserta didik tunanetra, antara lain. a) Menjelaskan tentang tongkat. b) Menggunakan tongkat ada saat berjalan dengan pendamping awas c) Menyimpan tongkat waktu tidak dipergunakan d) Menggunakan teknik tongkat e) Menggunakan teknik tongkat waktu turun-naik tangga f) Menggunakan teknik trailling dengan tongkat g) Menggunakan teknik mendeteksi objek-rintangan h) Menggunakan teknik sentuhan (touch) i) Menggunakan teknik dua sentuhan (two touch) j) Menggunakan teknik dua sentuhan waktu menelusuri shore line/garis pengarah k) Menggunakan teknik dorong (Pussing Slide Technique) Keterkaitan belajar orientasi dan mobilitas dengan Teknik tongkat di lingkungan sekitar sekolah dapat dijabarkan, berikut ini. a) Menetapkan posisi jalan dan bagian jalan b) Menyeberang jalan dengan teknik tongkat c) Berjalan di antara blok di lingkungan sekolah d) Melakukan bepergian di tempat dengan kondisi jalan, dan letak yang tidak teratur e) Membaca dan membuat peta lingkungan f) Menemukan tempat/ruang dengan nomer sebagai tujuannya g) Melakukan bepergian ke sekolah dengan menggunakan kendaraan umum Sisi lain dalam belajar orientasi dan mobilitas dengan teknik tongkat di lingkungan perumahan dapat dijabarkan, berikut ini. a) Menetapkan posisi jalan dan bagian jalan di lingkungan perumahan 12
b) Menyeberang jalan dengan teknik tongkat c) Berjalan di antara blok di lingkungan perumahan d) Membaca dan membuat peta lingkungannya e) Menemukan rumah dan nomer rumah sebagai tujuan f) Menyeberang jalan di lampu penyeberangan menuju tempat g) Melakukan bepergian dengan menggunakan kendaraan umum Langkah-langkah orientasi dan mobilitas untuk penggunaan teknik tongkat dilingkungan perkotaan dapat dijabarkan, berikut ini. a) Menggunakan tehnik meminta bantuan b) Menyeberang jalan dengan teknik tongkat c) Melakukan berjalan di antara blok di perumahan d) Melakukan bepergian di daerah dengan kondisi jalan, dan letak rumah yang tidak teratur e) Membaca dan membuat peta lingkungannya f) Menemukan rumah dan nomor rumah sebagai tujuan g) Melakukan (drop off) diturunkan dalam satu tempat dan kembali ke rumah/tujuan yang telah ditentukan Kompetensi dalam belajar orientasi dan mobilitas untuk penggunaan teknik tongkat di pusat perbelanjaan dapat dijabarkan, berikut ini. a) Menggunakan teknik meminta bantuan kepada orang lain b) Menggunakan teknik tongkat saat berkendaraan umum c) Menggunakan teknik tongkat di saat menyeberang jalan d) Menggunakan teknik tongkat di pusat perbelanjaan/ mall e) Menggunakan teknik tongkat di pasar tradisional f) Membaca dan membuat peta lingkungan pusat perbelanjaan g) Menemutunjukkan toko dan nomor toko sebagai tujuan Di bawah ini beberapa contoh langkah-langkah pengenalan awal untuk pembelajaran keterampilan orientasi dan mobilitas, di antaranya. a) Mengenal tongkat (1) Menjelaskan fungsi tongkat sebagai alat bantu yang paling aman, praktis dan ekonomis. 13
(2) Mengenalkan macam tongkat dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangannya. (3) Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengeksplorasi keadaan tongkat tersebut. (4) Menemutunjukkan bagian-bagian tongkat: pegangan, tip, reflektor, cruk, tali tongkat serta menjelaskan fungsi bagian-bagian tongkat tersebut. b) Cara merawat tongkat Tongkat lipat lebih banyak membutuhkan perawatan dibandingkan dengan tongkat panjang. Bagian yang perlu diperhatikan adalah tali elastis yang merupakan penyambung antar bagian tongkat, jangan sampai tali tersebut ditarik terlalu lepas. Bagian lain adalah tip, karena aus ketika dipergunakan, penggantian tip dilakukan apabila bagian almuniumnya sudah terlihat, dan apabila tidak ganti ini akan mengurangi daya informasi deteksi. Adapun cara menyimpan tongkat, yaitu. (1) Apabila kita berjalan bersama pendamping awas, maka tongkat dipegang oleh tangan bebas kita di badan bagian samping. (2) Peserta didik membawa tongkat lipat, apabila sedang tidak dipergunakan maka tongkat dilipat, dan masukkan dalam tempatnya. (3) Tongkat panjang apabila sedang tidak dipergunakan cukup disandarkan dengan posisi tip di bawah, apabila sedang dalam perjalanan dengan menggunakan kendaraan, tongkat panjang dijepit diantara kedua paha. c) Cara memegang tongkat (1) Tinggi tongkat yang sesuai adalah setinggi dada orang yang menggunakan. (2) Pegang tongkat dengan posisi seperti orang sedang menunjuk, jari-jari menggenggam tongkat sementara posisi telunjuk ssejajar dengan tongkat. (3) Posisikan tongkat di samping tubuh dengan tangan lurus ke bawah. (4) Geserkan tongkat ke bagian tengah badan dengan pangkal tongkat berada di dekat pusar dengan jarak antara pangkal tongkat dengan pusar sekepalan tangan.
14
(5) Gerakan pergelangan tangan ke kanan dan ke kiri membentuk pola busur. Usahakan posisi sikut berada di pinggang dan ketiak tidak terbuka ketika sedang mengayunkan tongkat. (6) Langkahkan kaki kanan bersamaan dengan jatuhnya tip di sebelah kiri, dan langkahkan kaki kiri bersamaan dengan jatuhnya tip di sebelah kanan. (7) Tinggi ayunan tongkat diusahakan tidak lebih dari 5 cm dari permukaan jalan. Selanjutnya untuk menjabarkan langkah-langkah pembelajaran yang berikutnya dari berbagai indikator pencapaian kompetensi tersebut di atas pada teknik tongkat dapat didiskusikan secara bersama-sama antara pebelajar dan pembelajar. 4.Prinsip Aktivitas Dalam Pembelajaran Orientasi Dan Mobilitas Dalam pembelajaran keterampilan Orientasi Dan Mobilitas bagi peserta didik tunanetra harus didasarkan pada kekongkritan dan aktivitasnya yang ditegaskan oleh Kemendikbud (2014), sebagai berikut. a. Prinsip Kekongkritan dalam pembelajaran orientasi dan mobilitas Pelaksanaan latihan pada tunanetra dikatagorikan kongkrit apabila materi latihan, tempat atau lokasi latihan, waktu suasana harus kongkrit. Untuk mengkongkritkan materi maka perlu dilengkapi dengan peraga pendukung yang bersifat kongkrit. Kongkrit bisa berarti bentuk aslinya atau modelnya. Penggunaan peraga model dilakukan bila penggunaan peraga asli tidak memungkinkan. Ketidakmungkinan penggunaan peraga asli bisa karena alasan etika, berbahaya atau membahayakan peserta didik, dan atau susah menemukan aslinya. Karena itu sejak dari rencana pembelajaran harus sudah dipikirkan bagaimana perencanaan latihan keterampilan orientasi dan mobilitas dapat dilaksanakan kongkrit. b. Aktivitas dalam pembelajaran orientasi dan mobilitas Dalam melakukan aktivitas latihan pembelajaran orientasi mobilitas dilatihkan dengan cara peserta didik melakukan sesuai dengan peraga yang diberikan. Seperti tunanetra harus diijinkan untuk mendatangi guru, meraba peraga dan mencoba melakukan sesuai dengan yang diragakan guru secara kongkrit. Penjelasan verbal tidak akan dapat membuat pembelajaran orientasi dan mobilitas bermakna bagi
15
tunanetra. Dengan demikian pembelajaran pada tunanetra khususnya keterampilan orientasi dan mobilitas harus berbasis aktif dan praktek langsung. 5.Strategi Layanan Terpadu Dalam Pembelajaran Orientasi Dan Mobilitas Strategi layanan terpadu dalam pembelajaran orientasi dan mobilitas untuk peserta didik tunanetra di sekolah mengandung arti bahwa pendidik dalam menjelaskan, dan menunjukkan peragaan harus secara sistimatis dan menyeluruh. Hal ini didasarkan cara tunanetra dalam mempelajari dan mengamati sesuatu. Bila peserta didik awas dalam mempelajari dan mengamati sesuatu dimulai dari mengamati secara utuh atau keseluruhan setelah itu bagian-bagiannya. Namun pada tunanetra dengan hambatan penglihatan yang dimilikinya tidak dapat mengamati, mempelajari objek maupun peraga secara utuh dalam satu waktu. Strategi layanan yang diberikan pada tunanetra dalam mempelajari dan mengamati objek dan peraga dari bagian-bagiannya, kemudian menyatukan kembali bagian objek dan peraga yang dipelajarinya menjadi sesuatu yang utuh dan terpadu. Di samping itu urgenitas untuk membelajarkan orientasi dan mobilitas pada tunanetra pengarusutamaannya dalam menggunakan strategi layanan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik tunanetra. Ini berarti bahwa apapun yang akan dilakukan terhadap tunanetra dalam konteks membelajarkan orientasi dan mobilitas harus didasarkan kepada kepentingan dan kebutuhan tunanetra. Mengingat sangat pentingnya pembelajaran orientasi dan mobilitas dalam kehidupan tunanetra dan banyaknya waktu yang dibutuhkan, maka perlu menggunakan berbagai strategi layanan untuk pembelajaran (Kemendikbud, 2014), sebagai berikut. a. Pembelajaran terpadu, artinya sebagian materi pembelajaran OM masuk ke dalam mata pelajaran untuk dikembangkan. b. Pembelajaran tersendiri, artinya guru penanggung jawab keterampilan kekhususan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran secara langsung dan tersendiri, yang disesuaikan dengan umur perkembangan dan kebutuhannya. c. Pembelajaran prioritas, yaitu strategi ini dilaksanakan karena alasan tertentu yang ada pada tunanetra, misalnya karena peserta didik akan segera masuk di sekolah inklusi atau alasan kebutuhan yang mendesak, maka perlu diprioritaskan untuk dilakukan pembelajaran OM secara individual sampai kebutuhannya terpenuhi. 16
6.Analisis Tugas Dalam Pembelajaran Keterampilan Tertentu Dalam Orientasi Dan Mobilitas Bagi Tunanetra. Dalam memberikan tugas latihan keterampilan orientasi dan mobilitas untuk peserta didik tunanetra dibutuhkan perencanaan dan pelaksanaan dengan sistem prioritas. Penetapan latihan pembelajaran keterampilan orientasi dan mobilitas membutuhkan analisis tugas kegiatan dari materi yang akan diberikan pada peserta didik tunanetra. Kemudian menetapkan tujuan dengan jelas maka langkah selanjutnya menganalisa atau menguraikan tujuan tersebut menjadi bagian-bagian kecil yang dapat diajarkan. Makin tinggi kemampuan peserta didik tunanetra dalam menerima pembelajaran, maka langkah dalam mencapai tujuan yang ditetapkan makin besar. Berarti jumlah langkah dan tahap yang harus dilalui semakin sedikit. Banyaknya langkah kegiatan juga tergantung dari kekomplekan bahan tugas yang akan diajarkan. Dari analisis tujuan menjadi langkah lebih kecil, maka instruktur dapat menerapkan dari mana harus memulai latihan tersebut. Memulai mengajarkan atau melatihkan tidak harus dari awal, bisa saja untuk seorang peserta didik tunanetra dimulai dari langkah pertama tetapi bagi peserta didik yang lainnya cukup mulai dari langkah pertengahan. Dengan analisis tugas kegiatan pembelajaran keterampilan orientasi dan mobilitas ini dan bahan yang akan diberikan lebih fleksibel. Juga akan lebih mudah menemukan hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses pembelajarannya. Analisis tugas kegiatan dalam pembelajaran yang telah ditentukan memegang peranan dalam mendorong motivasi peserta didik dalam berlatih dan belajar. Sebab analisis tugas dari kegiatan ini memungkinkan peserta didik tunanetra berhasil dan mampu melaksanakannnya. Contoh: Tujuan yang ditetapkan adalah ”peserta didik mampu berpergian mandiri dengan kendaraan bus dari rumah ke sekolah”. Bahan dan tujuan ini dianalisis seperti berikut. a. Pergi dari rumah ke tempat pemberhentian bus pada waktu yang tepat. b. Menuggu bus datang c. Mengenal bus dengan tepat d. Menaiki bus dengan tepat. 17
e. Membayar ongkos bus dan meminta karcis. f. Bertanya untuk ganti bus apabila diperlukan. g. Menemukan ciri medan (landmark) yang tepat untuk berhenti. h. Menekan bel untuk berhenti apabila sudah menemukan tanda untuk berhenti. i. Keluar dari bus pada pemberhentian yang tepat. j. Berjalan dari pemberhentian bus ke sekolah. Berdasarkan realita lapangan (Andajani, 2015), bahwa secara psikologis tunanetra terkadang mengalami kebingungan dalam bepergian secara mandiri. Seperti untuk memahami lingkungan dengan tempat yang terlalu luas, bila tanpa kejelasan dalam mengenali konsep arah lingkungan suatu tempat tersebut, maka kurang banyak membantu kemampuan orientasi dan mobilitas yang telah dimilikinya. Di samping itu belum mengenalnya tempat atau lokasi yang dituju dan atau belum tergambarkan dalam ingatan tunanetra dapat menghambat kekurang berhasilan bepergian mandiri. Pemberian kesempatan dan kemudahan dengan dukungan lingkungan di luar diri tunanetra sangat dibutuhkan sebagai langkah keberhasilan dalam bepergian sebagai upaya memperkaya konsep dan keanekaragaman pengalaman. Adapun secara umum yang dilakukan teknik pendampingan bepergian bagi peserta didik tunanetra dengan menggunakan, yaitu Teknik pendamping awas Teknik tongkat 7.Metode dalam Mengajarkan Keterampilan Orientasi Dan Mobilitas Pada Peserta Didik Tunanetra Kemendikbud (2014), mengemukakan bahwa pembelajaran keterampilan orientasi dan mobilitas pada peserta didik tunanetra menggunakan 3 (tiga) metode, yaitu. a) Pembelajaran dengan cara verbal Instruktur memberikan instruksi dengan verbal dan peserta didik melaksanakan instruksi verbal tersebut. Cara ini dapat berjalan apabila menghadapi tunanetra yang mempunyai kekayaan konsep yang cukup memadai. Bagaimana ia akan mengerti dengan apa yang dimaksud apabila tunanetra belum mempunyai konsep yang tepat tentang isi instruksi tersebut. b) Pembelalajaran dengan cara demonstrasi 18
Guru memberikan contoh bagaimana teknik dan keterampilan itu dilaksanakan. Peserta didik tunanetra mengamati dengan meraba dari gerakan yang dicontohkan oleh instruktur. Setelah itu baru peserta didik mempraktekan dan meniru yang dicontohkan oleh instruktur. c) Pembelajaran dengan bantuan fisik Instruktur menyentuh langsung peserta didik tunanetra dan mencontohkan secara langsung kepada tunanetra. Kelemahan dari cara ini adalah adanya kontak langsung yang terlalu sering dengan peserta didik dan dapat berakibat tidak enak pada tunanetra, terutama yang telah dewasa. Instruktur dalam mengajarkan sesuatu teknik dalam mobilitas sering menggunakan ketiganya yaitu cara verbal, demonstrasi dan bantuan atau kontak fisik. Makin tiggi kemampuan tunanetra menerima pelajaran makin kurang penggunaan atau kontak fisik dalam proses belajarnya. 8. Kompetensi dan Indikator OMKS dalam Program Khusus Tunadaksa. a). Pengembangan Orientasi dan Mobilitas untuk Tunanetra NO 1.
KOMPETENSI
INDIKATOR
Gambaran tubuh 1.1 Menjelaskan namanama bagian tubuh
1.2 Menunjukkan Lokasi bagian-bagian tubuh 1.3 Melakukan gerakan bagian-bagian tubuh
Menyebut nama-nama bagian tubuh dari rambut sampai ke ujung kaki Menyebutkan nama-nama bagian tubuh depan dan belakang. Menyebutkan bagian-bagian sisi tubuh
Menemutunjukkan tiap-tiap bagian tubuh Menemutunjukkan bagian tubuh yang ada di kepala Menemutunjukkan bagian tubuh yang ada di badan Menemutunjukkan bagian tubuh yang ada di kaki Melakukan gerakkankepala dan leher Melakukan gerakkan lengan siku Melakukan gerakkan jari dan pergelangan tangan 19
1.4 Menjelaskan fungsi dan bagian tubuh
1.5 Menghubungkan antar bagian-bagian tubuh
2.
Keterampilan motorik, kesadaran ruang dan lingkungan. 2.1 Melakukan gerakan tidur
2.2 Melakukan gerakan berguling
2.3 Melakukan gerakan duduk
1.4 Melakukan gerakan merangkak
Melakukan gerakkan pinggul Melakukan gerakkan paha Melakukan gerakkan lutut Melakukan gerakkan kaki Melakukan gerakkan pergelangan kaki Menjelaskan fungsi tiap bagian tubuh dari rambut sampai kaki Malakukan aktifitas dengan memfungsikan bagian-bagian tubuh tertentu Menghubungkan antar bagian tubuh sendiri Menghubungkan bagian tubuh sendiri dengan tubuh orang lain Menghubungkan bagian tubuh sendiri dengan bagian tubuh binatang Menghubungkan bagian tubuh sendiri dengan objek-objek di sekitarnya.
Melakukan gerakan: Melakukan gerakan tidur terlentang Melakukan gerakan tidur miring Melakukan gerakan tidur telungkup Melakukan gerakan berguling ke kiri Melakukan gerakan berguling ke kanan Melakukan gerakan berguling dari telentang Melakukan gerakan berguling dari posisi telungkup ke telungkup Melakukan gerakan berguling dari posisi miring ke posisi miring Melakukan gerakan duduk di lantai Melakukan gerakan duduk di kursi Melakukan gerakan duduk dengan posisi bersila Melakukan gerakan duduk dengan kaki lurus ke depan (selonjor) Melakukan gerakan posisi merangkak Melakukan gerakan merangkak maju Melakukan gerakan merangkak mundur 20
2.5 Melakukan gerakan berdiri
2.6 Melakukan latihan perabaan
2.7 Melakukan latihan pendengaran
2.8 Melakukan latihan Penciuman
Melakukan gerakan merangkak menirukan gerakan binatang Melakukan gerakan berdiri sempurna Melakukan gerakan berdiri dengan satu kaki Melakukan gerakan berdiri dengan kaki dan tangan di angkat (posisi pesawat terbang) Membedakan permukaan yang berbeda yaitu kasar, halus, lembek, panas dan dingin Membedakan berbagai bahan yaitu sutera, katun, dan wol. Membedakan berjalan diberbagai permukaan seperti rumput, aspal, tanah, kerikil Membedakan ukuran yaitu panjang dan pendek. Membedakan bentuk yaitu lingkaran, segitiga, segi empat dsb. Membedakan hubungan dua objek atau lebih. Menyebutkan jenis suara Menyebutkan lokasi suara Membedakan suara Merespon terhadap suara Membedakan dan menunjukkan Menunjukkan jenis bau-bauan Membedakan jenis bau-bauan Menunjukkan lokasi bau-bauan Merespon terhadap bau-bauan Melakukan gerakan jalan sempurna
2.9 Melakukan gerakan berjalan 2.10 Melakukan gerakan lari
2.11 Melakukan gerakan jongkok
Melakukan gerakan lari dengan bimbingan guru Melakukan gerakan lari tanpa bimbingan guru Melakukan gerakan lari dengan pengarah Melakukan gerakan Jongkok sempurna Melakukan gerakan jongkok sempurna dan lompat ke depan 21
2.12 Melakukan gerakan meloncat 2.13 Melakukan gerakan melompat 2.15 Melakukan gerakan Keseimbangan 2.14 Melakukan gerakan koordinasi
2.16 Melakukan gerakan dengan mengeksplorasi lingkungan
3.
Konsep dasar orientasi dan mobilitas
4.
Prinsip dan komponen keterampilan orientasi 4.1 Menetapkan posisi diri dengan menggunakan indera yang masih berfunsi
Melakukan gerakan jongkok sempurna dan melompat ke belakang Melakukan gerakan loncat dari atas ke bawah dengan bimbingan guru Melakukan gerakan loncat dari atas ke bawah tanpa bimbingan guru Melakukan gerakan loncat dari bawah ke atas Melakukan gerakan melompat sempurna Melakukan gerakan melompat dengan satu kaki Melakukan gerakan melompat menirukan katak Melakukan gerakan menendang bola Melakukan gerakan memukul Melakukan gerakan menarik Melakukan gerakan mengambil Melakukan gerakan menangkap Melakukan gerakan berjalan dengan satu kaki Melakukan gerakan berjalan dengan jarai kaki Melakukan gerakan berjalan di atas papan titian Melakukan gerakan mengelillingi ruangan Melakukan gerakan mencari objek di ruang atau di lingkungan Melakukan gerakan mengikuti sumber bunyi Melakukan gerakan mengambil objek Menjelaskan arti orientasi Menjelaskan arti mobilitas Menjelaskan manfaat O&M
Menetapkan dimana dirinya Menetapkan dimana atau ke mana tujuannya. Menetapkan bagaimana caranya untuk sampai ke tujuan 22
4.2 Menggunakan komponen keterampilan orientasi 5.
6.
Menemukan landmark Menemukan clue Menggunakan kompas Menetapkan sistem penomoran Menetapkan sistem pengukuran
Tehnik pra tongkat 5.1 Melakukan bepergian dengan teknik pendaping awas di lingkungan dekat sekolah
Melakukan gerakan dasar pendampingan awas Melakukan teknik jalan sempit Melakukan teknik melewati pintu: Pintu terbuka kanan mendekat Pintu terbuka ke arah kanan menjauh Pintu membuka ke kiri mendekat Pintu membuka ke kiri menjauh. Pintu terbuka otomatis digeser Melakukan teknik pindah pegangan Melakukan teknik berbalik arah Melakukan teknik cara duduk Duduk di kursi dengan meja Duduk di kursi tanpa meja Melakukan teknik naik turun tangga Melakukan teknik escalator dan elevator Melakukan teknik masuk dan keluar mobil Melakukan teknik menerima dan menolak ajakan Melakukan teknik penggunaan kamar kecil 5.2 Bepergian dengan Melakukan teknik menyilang tangan di teknik melindungi diri di atas(upper hand) lingkungan sekolah Melakukan teknik menyilang tangan ke bawah(lower hand) Melakukan teknik merambat(trailling) Melakukan teknik tegak lurus dengan benda (squaring off) Teknik mencari benda jatuh(drop objek) 5.3 Melakukan orientasi Melakukan gerakan mengelilingi ruang ruangan Melakukan gerakan menjelajahi ruangan Menemutunjukkan letak benda di ruangan Tehnik Tongkat 23
6.1 Penggunaan tehnik tongkat di lingkungan terbatas
6.2 Tehnik tongkat di lingkungan sekitar sekolah
6.3 Tehnik tongkat di lingkungan perumahan
Menjelaskan tentang tongkat. Menggunakan tongkat ada saat berjalan dengan pendamping awas Menyimpan tongkat waktu tidak dipergunakan Menggunakan teknik tongkat Menggunakan teknik tongkat waktu turun-naik tangga Menggunakan teknik trailling dengan tongkat Menggunakan teknik mendeteksi objekrintangan Menggunakan teknik sentuhan (touch) Menggunakan teknik dua sentuhan (two touch) Menggunakan teknik dua sentuhan waktu menelusuri shore line/garis pengarah Menggunakan teknik dorong (Pussing Slide Technique) Menetapkan posisi jalan dan bagian jalan Menyeberang jalan dengan teknik tongkat Berjalan di antara blok di lingkungan sekolah Melakukan bepergian di daerah dengan kondisi jalan, dan letak rumah yang tidak teratur Membaca dan membuat peta lingkungan Menemukan rumah dan nomor rumah sebagai tujuan Melakukan bepergian dengan menggunakan kendaraan umum Menetapkan posisi jalan dan bagian jalandi lingkungan perumahan Menyeberang jalan dengan teknik tongkat Berjalan di antara blok di lingkungan perumahan Membaca dan membuat peta lingkungannya
24
6.4 Penggunaan teknik tongkat dilingkungan perkotaan
6.5 Penggunaan teknik tongkat di pusat perbelanjaan
Menemukan rumah dan nomor rumah sebagai tujuan Menyeberang jalan di lampu penyeberangan Melakukan bepergian dengan menggunakan kendaraan umum Menggunakan tehnik meminta bantuan Menyeberang jalan dengan teknik tongkat Melakukan berjalan di antara blok di perumahan Melakukan bepergian di daerah dengan kondisi jalan, dan letak rumah yang tidak teratur Membaca dan membuat peta lingkungannya Menemukan rumah dan nomor rumah sebagai tujuan Melakukan (drop off) diturunkan dalam satu tempat dan kembali ke rumah/tujuan yang telah ditentukan Menggunakan tehnik meminta bantuan kepada orang lain Menggunakan tehnik tongkat saat berkendaraan umum Menggunakan tehnik tongkat di saat menyeberang jalan Menggunakan tehnik tongkat di pusat perbelanjaan/ mall Menggunakan tehnik tongkat di pasar tradisional Membaca dan membuat peta lingkungan pusat perbelanjaan Menemutunjukkan toko dan nomor toko sebagai tujuan
b. Pengembangan Sosial Untuk Tunanetra NO KOMPETENSI INDIKTOR 1. Kesehatan Pribadi 1.1 Memelihara kesehatan Melakukan mandi sendiri pribadi Mencuci dan mengeringkan tangan Mencuci dan mengeringkan kaki 25
1.2 Merawat dan memelihara pakaian.
2.
Aktifitas sehari-hari 2.1 Menggunakan kompor (minyak, gas, kayu bakar, arang, briket) 2.2 Menyiapkan makanan
2.3 Menggunakan etika di meja makan
Menggosok gigi Menggunakan kamar mandi (toilet) Menggunakan deodoran Memakai sepatu dan sandal Memotong kuku Mencuci rambut dan menyisir Merias diri (make up) Mencuci dengan cara manual Mencuci dengan menggunakan mesin cuci. Melipat pakaian Menyetrika pakaian Menyimpan pakaian Memilih pakaian yang tepat Menandai pakaian
Menyalakan kompor (minyak, gas, kayu bakar, arang, briket) Merawat kompor Memilih bahan makanan yang sehat Memotong bahan makanan Mengupas bahan makanan Memasak bahan makanan Menggoreng bahan makanan Mengontrol kematangan makanan Menghidangkan makanan Menyimpan makanan. Melakukan cara duduk Menyimpan dan menggunakan serbet Menggunakan peralatan di meja makan Mengorientasi meja makan Menggunakan etika di meja makan Menuangkan air kedalam gelas Menata makanan di meja makan. Menyiapkan hidangan utuk tamu/keluarga Menyajikan makanan dan minuman Melakukan cara makan dan minum Makan dengan tangan Makan dengan sendok dan garpu Minum dengan gelas Minum dengan botol 26
2.4 Membersihkan dan merawat perabot rumah tangga
2.5 Membersihkan dan merawat halaman rumah
2.6 Memperbaiki pakaian sederhana 2.7 Mengelolaan keuangan
3.
4.
Dunia kerja 3.1 Manajemen kerja
Melakukan tata cara makan di tempat pesta Menggunakan lampu (listrik, petromak, lampu minyak) Membersihkan perabot rumah tangga Membersihkan langit-langit Membersihkan kaca jendela dan pintu Menyapu lantai. Mengepel lantai Menata mebel Membersihkan halaman. Merawat tanaman Merawat alat-alat berkebun Merawat hewan peliharaan Mamasukan benang ke jarum Memperbaiki pakaian Mengenali uang kertas dan uang logam Melipat uang kertas Menyimpan uang ke dalam dompet/ tas Membelanjakan uang Menyimpan uang di Bank Mengatur uang untuk keperluan keluarga (telp, listrik dll)
3.2 Menggunakan waktu
Menjelaskan arti kerja. Menyebutkan aturan kerja Menunjukkan sikap dalam bekerja. Menyimpan alat kerja Memelihara alat kerja. Menggunakan alat kerja. Menggunakan waktu efektif dan waktu senggang
Reproduksi Manusia 4.1 Reproduksi manusia
Menjelaskan perbedaan tanda-tanda fisik bayi sampai dewasa laki dan perempuan dengan menggunakan model boneka Menjelaskan perbedaan alat reproduksi laki-laki dan perempuan dengan menggunakan model boneka Memahami masalah kewanitaan
27
Datang bulan Kehamilan Merawat bayi Keluarga berencana Membesarkan anak
Menanamkan nilai-nilai moral dan agama yang berhubungan dengan kewanitaan
c. Pengembangan Komunikasi untuk Tunanetra NO KOMPETENSI INDIKATOR Baca Tulis Braille 1. 1.1 Menunjukkan kesiapan Mengembangkan perabaan untuk untuk belajar membaca dan membaca braille menulis Braille Mengekplorasi benda dengan perabaan Mengenal bentuk geometri dengan perabaan Menemukan perbedaan titik Braille Mengenal perbedaan titik Braille 1.2 Memperagakan posisi Memperagakan posisi duduk saat membaca dan menulis membaca Braille yang baik dan benar Memperagakan posisi tangan saat membaca Memperagakan posisi kertas saat membaca Memperagakan gerakan tangan saat membaca Memperagakan sikap membaca yang baik Memperagakan cara memasang kertas pada mesin ketik Braille Memperagakan menekan tombol mesin ketik Braille Memperagakan memasang kertas pada alat tulis riglet Menggunakan pen riglet waktu menulis Braille 1.3 Menggunakan media Menggunakan media baca tulis awas baca-tulis awas bagi peserta bagi peserta didik low vision didik low vision Menggunakan media baca tulis elektronik 28
1.4 Menulis cetak awas pada anak tertentu
2.
Komunikasi 2.1 Menggunakan alat komunikasi yang ada dimasyarakat
2.2 Melakukan komunikasi antar personal dengan baik dan ekspresif.
2.3 Bergaul dengan etika yang benar
2.4 Melakukan kunjungan lembaga sosial masyarakat dan pusat layanan masyarakat
Memodifikasi menulis cetak awas pada anak tertentu Memodifikasi penggunaan alat bantu tanda tangan Menggunakan alat komunikasi manual Menggunakan alat komunikasi cetak (majalah Braille) Menggunakan alat komunikasi elektronik Memperkenalkan diri dengan ekspresif Mengenal orang dengan ekspresif Bermain peran Melakukan Simulasi Melakukan ekspresi komunikasi formal Melakukan ekspresi komunikasi non formal Menunjukkan Etika bertamu Menunjukkan etika berbicara dengan orang yang lebih muda, sebaya, dan lebih tua Menunjukkan etika menyapa orang Menunjukkan etika menengok orang sakit Menunjukkan etika meminta bantuan Menunjukkan etika memperkenalkan diri Melakukan kunjungan ke lembaga sosial masyarakat (Karang Taruna, Remaja Masjid) Melakukan kunjungan ke pusat layanan masyarakat (Puskesmas, Bank, PLN)
6. Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Orientasi Dan Mobilitas Pada Peserta Didik Tunanetra Kemendikbud (2014) mengemukakan tentang evaluasi pembelajaran keterampilan orientasi dan mobilitas pada peserta didik tunanetra merupakan proses pengumpulan dan pengelolaan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik tunanetra dalam pembelajaran keterampilan orientasi dan mobilitas. Evaluasi
29
pembelajaran keterampilan orientasi dan mobilitas yang dilaksanakan oleh instruktur atau guru secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar serta meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembelajaran orientasi dan mobilitas peserta didik tunanetra. Dalam mengevaluasi pembelajaran keterampilan orientasi dan mobilitas peserta didik tunanetra ini dilakukan dengan mengacu pada indikator dari kompetensi dasar. Sedang teknik evaluasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar orientasi dan mobilitas peserta didik tunanetra, menggunakan cara penilaian autentik dan performance (unjuk kerja) serta penilaian proses. Dalam pembelajaran keterampilan orientasi dan mobilitas guru melaksanakan penilaian autentik pada peserta didik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses dan luaran (output). Penilaian hasil belajar peserta didik tunanetra mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan aspek, kompetensi dan indikator sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan pada ruang lingkup materi. Selanjutnya penilaian hasil belajar keterampilan orientasi dan mobilitas peserta didik tunanetra didasarkan pada prinsip-prinsip, sebagai berikut. a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standard an tidak dipengaruhi factor subjektivitas penilai. b. Terpadu, beearti penilaian oleh instruktur/guru dilakukan secara terencana, secara khusus atau menyatu dengan kegiatan pembelajaran dan berkesinambungan. c. Ekonomis, berarti pelaian yang efektif dan efisien dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. d. Tranparan, berarti prosedur, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur dan hasilnya. f. Edukatif berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru Sedangkan pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK) ini sebagai penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang 30
ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi yang akan dicapai, daya dukung dan karakteristik peserta didik tunanetra. Teknik dan instrument yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan pada orientasi dan mobilitas, sebagai berikut. a. Penilaian kompetensi sikap Instruktur/guru melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian peer evaluation (teman sejawat) oleh peserta didik tunanetra dan jurnal. Instrumen yang digunakan adalah untuk observasi dan penilaian antar peserta didik adalah menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan guru. 1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupuntidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati 2) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik. 3) Jurnal merupakan catatan guru didalam dan diluar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku b. Penilaian kompetensi pengetahuan Guru menilai kompetensi pengetahuan melalui tes lisan dan penugasan 1) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan 2) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas c. Penilaian Kompetensi keterampilan Guru menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik tunanetra mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian atau rating scale
31
yang dilengkapi rubrik. Di bawah ini penilaian kompetensi keterampilan orientasi dan mobilitas untuk peserta didik tunanetra, yaitu. 1) Test praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktifitas atau perilaku sesuai tuntutan kompetensi 2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. 3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-intergratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik tunanetra dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik tunanetra terhadap lingkunganya.
C. REFERENSI Andajani, S J. 2015. Pengembangan Maket Multimedia Interaktif Berbasis Orientasi Dan Mobilitas Untuk Menanamkan Penguasaan Konsep Lingkungan Sekolah Pada Siswa Tunanetra. (Hasil Penelitian) Tidak dipublikasikan. Hosni. 2013. Teknik Mobilitas dan Strategi Layanan. Disampaiakan pada Bimbingan Teknik PTK Pendidikan khusus Ketunaan Diselenggarakan oleh Subdit PK-LK, Dit. P2TK, Ditjen Dikdas, Kemendikbud, Batam 6-12 Mei 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Program Pengembangan Kekhususan Pedoman Pengembangan Orientasi Mobilitas, Sosial dan KOmunikasi Untuk Peserta didik Tunanetra. Dirjen Pendidikan Dasar : Jakarta. Rahardja. 2012. Orientasi Dan Mobilitas (O&M) Sebagai Salah Satu Keterampilan Kompensatoris Bagi Tunanetra. Makalah disajikan pada Bimtek Kompensatoris ABK di Yogyakarta, 25-30 Maret 2012.
32