SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
BAB VII PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Penyusun:
TIM PENGEMBANG SUMBER BELAJAR PLB-FIP- UNESA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
BAB VII PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
A. PENDAHULUAN Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan terkait penelitian tindakan kelas. serta menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 1. Kompetensi Inti Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 2. Kompetensi Dasar (KD)/Kelompok Kompetensi Dasar (KKD). Menguasai Konsep, merencanakan, dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK): a. Menguasai pengertian PTK b. Menguasai tujuan dan manfaat PTK c. Menguasai karakteristik PTK d. Menguasai prinsip PTK e. Menguasai penetapan fokus masalah PTK f. Menguasai perencanaan tindakan g. Menguasai pelaksanaan tindakan h. Menguasai pengamatan dan pengumpulan data i. Menguasai refleksi data j. Menguasai Tindak reflektif
B. Materi 1. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003) dan Nur (2001) Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,
1
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Unesa, 2013) Senada dengan pengertian tersebut Mills (2003) berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu proses penemuan simultan tentang suatu masalah dan mengambil tindakan untuk menyelesaikannya. Suatu proses yang disengaja, berkelanjutan, rekursif, dan dinamis. Guru meneliti dan mengambil tindakan yang disengaja dan etis di kelas tertentu dalam konteks untuk meningkatkan pengajaran/pembelajaran. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam PTK guru sebagai peneliti bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus sebagai partisipan. PTK tidak sekedar penyelesaian masalah, melainkan juga memiliki misi perubahan dan peningkatan. PTK bukanlah penelitian yang dilakukan terhadap seseorang, melainkan penelitian yang dilakukan oleh praktisi terhadap kinerjanya untuk melakukan peningkatan dan perubahan terhadap hal-hal yang sudah mereka lakukan. PTK bukanlah semata-mata menerapkan metode ilmiah di dalam pembelajaran atau sekedar menguji hipotesis, melainkan lebih memusatkan perhatian pada perubahan baik pada peneliti (guru) maupun pada situasi tempat mereka bekerja. Dalam konteks pendidikan khusus Wansart (1995 dalam Bruce & Pine, 2010) menegaskan bahwa PTK dalam pendidikan khusus harus bergerak melampaui pendekatan defisit berbasis penelitian, temuan penelitian dibangun berdasarkan kemampuan dan prestasi anak-anak. Guru menemukan 'kemampuan melalui pengamatan sistematis, memperhatikan perilaku siswa yang dibentuk sesuai kapasitasnya. Fokus kemampuan merupakan bentuk aksi sosial yang memiliki kekuatan untuk mengubah bagaimana guru melihat siswa dan bagaimana siswa melihat diri mereka sendiri. penelitian tindakan kelas dalam pendidikan khusus harus tentang kemampuan siswa, advokasi, dan perubahan yang berarti dalam cara kita mengajar. Alur berpikir PTK yang demikian penting bagi guru PK karena membantu mereka dalam hal: memahami secara lebih baik tentang pembelajarannya, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, sekaligus dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan belajar siswanya. Saat seorang guru melaksanakan PTK berarti guru telah menjalankan misinya sebagai guru professional, yaitu (1) membelajarkan, (2) melakukan pengembangan profesi berupa penulisan karya ilmiah dari hasil PTK, sekaligus (3) 2
melakukan ikhtiar untuk peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran sebagai bagian tanggungjawabnya. b. Tujuan dan Manfaat PTK 1) Tujuan PTK Berdasarkan uraian sebelumnya dan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tujuan PTK adalah a) Untuk memperbaiki kinerja pembelajaran guru itu sendiri melalui refleksi diri, melakukan perubahan untuk peningkatan proses dan hasil belajar siswanya secara praktis dan langsung b) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan guru dalam memecahkan masalah aktual pembelajaran melalui kajian bidang keilmuan dan metode PTK c)
Memberdayakan guru menjadi guru peneliti yang kreatif dan inovatif
d) Meningkatkan kualitas masukan, proses, isi, dan hasil pembelajaran di sekolah e) Meningkatkan kerja sama antara sekolah, LPTK, Kemendikbud Pusat dan Daerah,
stakeholder,
khususnya
kerjasama
antara
guru-dosen-
mahasiswa/calon guru-dan praktisi pendidikan. f)
Sarana bagi guru menemukan pengetahuan baru melalui penelitian sesuai konteks pembelajarannya yang memungkinkan untuk berbagi dengan teman lain (temuan PTK tidak dapat digeneralisasikan, namun dapat ditransfer untuk masalah/kondisi sejenis/bersifat lokal)
g) Wahana bagi guru untuk meningkatkan kinerja professionalnya dan untuk kenaikan pangkat yang lebih tinggi (Tujuan Antara).
2) Manfaat dan Keterbatasan Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi guru, pembelajaran, maupun bagi sekolah. Manfaat PTK bagi guru antara lain sebagai: a) Penelitian Tindakan Kelas dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya; b) Guru dapat berkembang secara profesional, karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya melalui PTK; c) Penelitian Tindakan Kelas meningkatkan rasa percaya diri guru; d) Penelitian Tindakan Kelas memungkinkan guru secara aktif mengembangkan 3
pengetahuan dan keterampilan. Manfaat PTK bagi pembelajaran/siswa adalah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, di samping guru yang melaksanakan PTK dapat menjadi model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya. Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru dan proses pendidikan di sekolah tersebut. Keterbatasan PTK terutama terletak pada validitasnya yang tidak mungkin digeneralisasikan karena sasarannya terbatas pada kelas dari guru yang berperan sebagai pengajar dan peneliti. PTK memerlukan berbagai kondisi agar dapat berlangsung dengan baik dan melembaga. Kondisi tersebut antara lain, dukungan semua personalia sekolah, iklim yang terbuka yang memberikan kebebasan kepada para guru untuk berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling mempercayai di antara personalia sekolah, dan juga saling persaya antara guru dengan siswa. Birokrasi yang terlampau ketat merupakan hambatan bagi PTK.
c. Karakteristik PTK PTK memiliki karakteristik atau ciri khas yang dapat membedakannya dengan jenis penelitian yang lain, sebagai berikut. a) Self-reflective inquiry, PTK merupakan penelitian reflektif, karena dimulai dari refleksi diri yang dilakukan oleh guru. Refleksi dapat dilakukan guru dengan bertanya kepada diri sendiri, misalnya: (1) Apakah penjelasan saya sesuai dengan kemampuan ABK? (2) Apakah saya sudah memberi contoh sesuai kapasitas ABK? (3) Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa? (4) Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai? (4) Apakah hasil latihan siswa sudah saya beri balikan? (5) Apakah bahasa saya dapat dipahami siswa ABK? b) Berpijak dari pertanyaan-pertanyaan guru sesuai konteks, guru akan dapat memperkirakan penyebab dari masalah yang dihadapi dan akan mencoba mencari jalan keluar untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa. c)
PTK dilaksanakan untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran bertahap dan bersiklus, meliputi: perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi, berdasarkan hasil revisi dilaksanakan siklus berikutnya secara berulang. 4
d) PTK merupakan upaya kolaboratif/kerjasama antara guru/calon guru dengan siswasiswanya; guru dengan kepala sekolah dengan perspektif yang berbeda. Guru dan kepala sekolah memperbaiki kinerja profesionalnya, siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Kerja sama tersebut dapat dikatakan bersifat partisipatoris karena setiap anggota mengemban peran masing-masing. e) PTK merupakan perbaikan pembelajaran praktis dan langsung. Oleh karena itu, banyak kalangan menanamkan PTK sebagai penelitian praktis (practical inquiry). f)
PTK memusatkan perhatian pada permasalahan yang spesifik dan kontekstual, sample penelitian kurang representative. Temuan PTK tidak dapat digeneralisasikan karena bersifat kasuistik/permasalahan local. Temuan dapat
namun dapat
ditransfereble pada latar sekolah sejenis tetapi g)
Guru pelaksana PTK akan menemukan metode yang tepat yang dibangun sendiri melalui tindakan yang telah diuji keberhasilannya dalam proses pembelajaran. Artinnya guru akan mampu menghasilkan teori sehingga guru disebut the theorizing practitioner (Tim Penataran PTK, 2013).
h) PTK bersifat self-evaluatif, yakni kegiatan modifikasi praktis yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi dalam situasi yang terus berjalan dengan tujuan akhir peningkatan perbaikan pembelajaran dalam praktik nyata (Depdikbud, 1999) d. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian Tindakan, Penelitian Kelas, dan Penelitian Formal Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) berbeda dengan penelitian kelas (classroom research), penelitian tindakan, dan penelitian formal. PTK termasuk salah satu jenis penelitian tindakan (terdapat empat jenis penelitian tindakan: tindakan kelas, tindakan kolaboratif, tindakan kritis, dan tindakan partisipatoris). Menurut Hamid (2009) karakteristik PTK sama dengan penelitian tindakan karena PTK merupakan bagian dari penelitian tindakan.
Berdasarkan tempatnya PTK dapat dimasukkan dalam
penelitian kelas karena penelitian tersebut dilakukan di dalam kelas. Namun, PTK berbeda dengan penelitian kelas. Karakteristik penelitian kelas berbeda dengan PTK. Penelitian kelas dapat dilaksanakan dengan tiga jenis pendekatan penelitian (kuantitatif, kualitatif, dan campuran) dengan pilihan
berbagai jenis penelitian
(korelasi,
eksperimen, expostfacto, survey, tindakan, analisis isi, ethnografi, dsb.) Penelitian kelas 5
umumnya dilakukan oleh peneliti orang luar. Sementara itu PTK dilakukan oleh guru sendiri untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di kelasnya. PTK tidak dapat digeneralisasikan. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian kelas nampak pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 menunjukkan perbedaan PTK dengan penelitian formal. Tabel 4.1. Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas No.
Aspek
Penelitian
Peneliti Rencana
Kelas Guru Oleh guru
penelitian
dibantu orang luar)
3
Munculnya
Dirasakan oleh guru
Dirasakan oleh orang
4
masalah Ciri utama
Ada
Belum
1 2
5
Peran guru
6 7
Tempat Proses pengpenelitian kumpulan
8
Hasil data penelitian
Tindakan
Penelitian Kelas
(mungkin
Orang luar Oleh peneliti
tindakan
untuk
tentu
ada
perbaikan yang berulang
tindakan perbaikan
Sebagai
guru (subyek penelitian)
guru
dan
peneliti Kelas Oleh guru sendiri atau
Kelas Oleh peneliti
bantuan orang lain Langsung dimanfaatkan
Menjadi milik peneliti,
oleh
belum
guru,
dampaknya
dan dapat
tentu
dimanfaatkan oleh guru
dirasakan oleh siswa luar/peneliti
Tabel 4.2. Perbedaan Karakteristik PTK dan Penelitian Formal No. 1
Dimensi Pen Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Formal
Motivasi
Kebenaran
Perbaikan Tindakan
6
2 3
4
Sumber Tujuan masalah
Peneliti
Diagnosis status Memperbaiki atau
Induktif-deduktif Mengembangkan,
menyelesaikan masalah
teori,
lokal Pelaku guru
Menghasilkan pengetahuan Pelaku orang luar yang local berminat
Perlu pelatihan untuk 5 6
7
Sampel Metode
menguji
Kasus khusus Longgar tetapi berusaha
Sampel yang representative Perlu pelatihan intensif Baku dengan obyektivitas dan
obyektif-jujur-tidak Melakukan memihak (impartiality)
ketidakberpihakan
Penafsiran
Untuk memahami praktek
andimpartially) pendeskripsian,
hasil
melalui refleksi oleh praktisi
mengabstraksi,
(build
Penelitian
terintegrasi
in
objectivity
penyimpulan
dan pembentukan teori oleh
8
Hasil Akhir
Siswa belajar lebih baik
Pengetahuan, prosedur atau ilmuwan.
9.
Generalisa
(proses dan produk) Terbatas atau
materi yang teruji Dilakukan pada populasi luas
tidak
dilakukan (Sumbersi: Fraenkel, 2011, hal. 595) e. Prinsip PTK Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut. a) Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan nyata yang dilaksanakan di dalam situasi rutin. Oleh karena itu peneliti PTK (guru) tidak perlu mengubah situasi rutin/alami yang terjadi. Jika PTK dilakukan di dalam situasi rutin hasil yang diperoleh dapat digunakan secara langsung oleh guru tersebut. b) Penelitian Tindakan Kelas dilakukan sebagai kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja peneliti (guru) yang bersangkutan. Guru melakukan PTK karena menyadari adanya kekurangan di dalam kinerja dan karena itu ingin melakukan perbaikan. c)
Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmennya sebagai pengajar. Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan tiga hal. (1) guru perlu menyadari bahwa tindakan pembelajaran baru, kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan yang dikehendaki. (2), siklus tindakan dilakukan selaras dengan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan, (3) penetapan siklus tindakan dalam PTK mengacu pada penguasaan kompetensi yang ditargetkan pada 7
tahap perencanaan. Jadi pedoman siklus PTK bukan ditentukan oleh ketercukupan data yang diperoleh peneliti, melainkan mengacu kepada seberapa jauh tindakan yang dilakukan itu sudah dapat memperbaiki kinerja . d) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. Penelitian
Tindakan
Kelas
sejauh
mungkin
menggunakan
prosedur
pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang cukup berarti dan dapat dipercaya. e) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. Penelitian
Tindakan
Kelas
sejauh
mungkin
menggunakan
prosedur
pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang cukup berarti dan dapat dipercaya. f)
Metode yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang dikemukakannya. Oleh karena itu, meskipun pada dasarnya memperbolehkan kelonggaran, namun penerapan asas- asas dasar tetap harus dipertahankan
g) Masalah penelitian yang dipilih guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukannya. Pendorong utama pelaksanaan PTK adalah komitmen profesional untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa. h) Guru dalam menyelenggarakan PTK, harus selalu bersikap konsisten, memiliki kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan anak-anak manusia, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasional, sehingga penyelenggaraannya
harus
mengindahkan
tata-krama
kehidupan 8
berorganisasi. i)
Kelas meskipun merupakan cakupan tanggungjawab seorang guru, namun pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom- exceeding perspective. Ini berarti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
j)
Dalam konteks pendidikan khusus PTK harus mempertimbangkan variabilitas anak berkebutuhan khusus, mencakup: karakteristik, kemampuan, dan kapasitas individu siswa.
f. Penetapan Fokus Masalah PTK Masalah pembelajaran yang dihadapi dan harus diatasi guru PK di kelas cukup kompleks, melalui penelitian tindakan kelas guru PK dan praktisi/profesional pendidikan berpeluang untuk membuat perubahan yang berarti dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran berdasarkan data belajar siswa. Di samping itu terdapat permasalahan penting yang dialami oleh komunitas disabilitas yang dapat diatasi dengan penelitian tindakan. Selain menangani hasil belajar di kelas, penelitian tindakan cocok untuk mengatasi isu-isu keadilan sosial yang dialami oleh individu/komunitas disabilitas yang lebih sistemik (misalnya: di sekolah inklusi masalah diskriminasi, pembagian kelompok, sarana prasarana dan sebagainya. Berdasarkan refleksi terhadap publikasi penelitian tindakan dalam pendidikan khusus Bruce & Pine (2010) menyimpulkan bahwa terdapat empat tema penting dalam penelitian tindakan studi pendidikan khusus, yaitu : (1) asesmen dan pembelajaran berdasarkan materi matapelajaran/bidang studi; (2) mendukung peningkatan perilaku dan hasil sosialisasi; (3) masalah pendidikan inklusi; dan (4) memperkuat suara-suara/ keluhan anak-anak berkebutuhan khusus. Hal penting yang perlu ditambahkan sebagai bahan kajian PTK-PK adalah masalah-masalah disporposional. Dalam level kelas misalnya masalah pembagian kelompok (kelompok pintar, sedang, kurang). Di Indonesia masalah PTK yang diteliti guru dalam pendidikan khusus mengarah pada masalah pembelajaran sesuai jenis-jenis matapelajaran (IPA, Matematika, IPS, Bahasa, agama, Seni dan Budaya) berkaitan dengan penerapan metode baru, strategi, media. asesmen masih jarang diteliti,
9
demikian juga masalah inklusi. Masalah peningkatan perilaku diteliti dengan metode single subject research (SSR). Dikmenum (1999) menentukan scope PTK dalam tiga level yaitu: (1) level makro (misalnya Meningkatkan angka partisipasi ABK di SD/MI), (2) Level sekolah (misalnya pelibatan orang tua ABK dalam pengajaran remedial);
dan (3) level Kelas
(Peningkatanliterasi awal ABK di sekolah inklusi). Menurut Dirjen PT (2003) dan Dikten Dikti (2006) terdapat enam kelompok bidang kajian PTK, meliputi: (1) masalah belajar (mis, Memperbaiki pemahaman konsep operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa berkesulitan belajar) (2) desain dan strategi pembelajaran (mis: strategi peta cerita untuk meningkatkan membaca pemahaman siswa tunarungu), (3) alat bantu media dan sumber belajar (mis: Media ular tangga untuk meningkatkan kemampuan berbicara Anak Lamban Blajar), (4) system penilaian/asesmen dan pengukuran (mis: dampak asesmen diri dalam meningkatkan kemampuan mengingat prosedur fakta perkalian), (5) pengembangan pribadi murid, guru, dan tenaga pendidik lainnya (mis: peningkatan kemandirian belajsr anak tunanetra melalui computer Joss, (6) masalah kurikulum (penerapan kurikulum 13 di sekolah inklusi), (7) masalah prestasi belajar dalam ranah kognitif, afektif, psikomotorik, keimanan, dan ketaqwaan. Dapat pula prestasi belajar dalam aspek: metodologi, konseptualisasi, pemahaman konsep, aplikasi konsep, dan tatanilai. Berdasarkan paparan tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya permasalahan pembelajaran di kelas pendidikan khusus sangat kompleks dan hampir tidak terbatas. Untuk melaksanakan PTK, guru pendidikan khusus harus fokus pada permasalahan di kelasnya. Guru PK dituntut cerdas menetapkan fokus masalah yang dapat diawali dengan mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, menentukan solusi masalah, dan merumuskan masalah. Kemendikbud (1999) menyebutnya identifikasi ide awal,
1) Mengidentifikasi Masalah Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru. Guru merasa ada sesuatu yang tidak beres di dalam kelasnya, yang jika tidak segera diatasi akan berdampak bagi proses dan hasil belajar siswa. Masalah yang dirasakan guru pada tahap awal mungkin masih kabur, sehingga guru perlu 10
merenungkan atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin jelas. Setelah permasalahan-permasalahan diperoleh melalui proses identifikasi, selanjutnya guru melakukan analisis terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi penyelesaiannya, dalam hubungan ini, akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi, atau yang dapat ditunda penyelesaiannya tanpa mendatangkan kerugian yang besar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih permasalahan PTK adalah sebagai berikut: (1) permasalahan harus betul-betul dirasakan penting oleh guru sendiri dan siswanya, (2) masalah harus sesuai dengan kemampuan dan/atau kekuatan guru untuk mengatasinya, (3) permasalahan memiliki skala yang cukup kecil dan terbatas, (4) permasalahan PTK yang dipilih terkait dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah. (Depdiknas Unesa, 2013). Seorang guru agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah dituntut adanya kejujuran terutama jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian penting dari pekerjaannya. Berbekal kejujuran dan kesadaran guru dapat mengajukan pertanyaan berikut pada diri sendiri dan menjawabnya, misalnya tentang menulis ekspresif anak tunarungu di kelas 4: (1) Apa yang sedang terjadi di kelas saya? Anak tidak dapat menulis ekspresif; (2) Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu? Anak tidak bias mengerjakan tugas-tugas akademik, tidak dapat berkomunikasi tulis; (3) Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya? jika anak tidak dapat menulis ekspresif orang tua tidak percaya pada guru, nilai siswa di bawah KKM; (4) Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut tidak segera diatasi? Anak gagal belajar, (5) Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau memperbaiki situasi yang ada? Perlu dicarikan metode pembelajaran menulis yang sesuai. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah. Dari pertanyaan-pertanyaan refleksi tersebut teridentifikasi masalah penelitian yakni “Rendahnya kemampuan menulis anak tunarungu kelas IV di SDLB Karya mulia Surabaya” jika masalah ini tidak diatasi akan berakibat ketidakmampuan siswa berkomunikasi tulis dan tidak mampu melaksanakan tugas akademik. Setelah masalah 11
teridentifikasi langkah selanjutnya adalah menganalisis, menemukan solusi, dan merumuskan masalah. 2) Menganalisis Masalah, solusi dan merumuskan Masalah Setelah masalah teridentifikasi, guru perlu melakukan analisis sehingga dapat ditentukan solusi masalah sebagai dasar merumuskan masalah secara jelas. Analisis dapat dilakukan dengan refleksi. Refleksi dengan cara mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri, mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, atau bahkan mungkin bahan pelajaran yang telah disiapkan. Semua ini tergantung pada jenis masalah yang teridentifikasi (contoh identifikasi masalah: kemampuan menulis anak tunarungu rendah, pembelajaran berorientasi produk, strategi pembelajaran tidak tepat tidak sesuai hakikat menulis, strategi yang diterapkan di karya mulia Metode Maternal Reflektif). Selanjutnya ditentukan solusi masalah dapat berupa pendekatan/ metode/strategi/teknik pembelajaran, media, bahan ajar, tugas-tugas belajar. Solusi masalah pada bagian sesuai fokus berupa: pendekatan pembelajaran proses menulis dengan Metode Maternal Reflektif. Setelah solusi ditentukan selanjutnya dirumuskan masalah. Sebuah masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, yang menggambarkan sesuatu yang ingin diselesaikan atau dicari jawabannya melalui penelitian tindakan kelas. Contoh rumusan masalah umum berdasarkan refleksi identifikasi masalah yang telah dikemukakan adalah: “Apakah pendekatan proses menulis dapat
meningkatkan
kemampuan menulis ekspresif anak tunarungu di SLB Karya Mulia Surabaya?” Selanjutnya agar rencana perbaikannya dapat lebih terarah, rumusan masalah dijabarkan menjadi sejumlah pertanyaan operasional, sebagai berikut. a) Bagaimana perencanaan (materi, aktivitas, media) pembelajaran menulis dengan pendekatan proses menulis (pra, saat, pasca) dan metode MMR untuk meningkatkan kemampuan menulis ekspresif siswa SDLB-B Karya Mulia surabaya? b) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis dengan pendekatan proses menulis (pra, saat, pasca) dan metode MMR menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis ekspresif siswa SDLB-B Karya Mulia Surabaya?
12
c) Bagaimana penilaian pembelajaran menulis (proses dan hasil) dengan pendekatan proses menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis ekspresif anak tunarungu kelas IV SDLB Karya Mulia Surabaya? 3) Perencanaan Tindakan Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas didesain dalam tahapan
proses pengkajian
berdaur, yang terdiri atas 4 tahap, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Gambar 4.1). Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana, jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktek atau belum berhasil menyelesaikan masalah yang menjadi kerisauan guru. Bruce & Pine (2010) menjelaskan pentingnya panduan umum pelaksanaan PTK-PK yang dapat ditinjau dalam satuan siklus demi siklus, yaitu: (1) Mengidentifikasi topik penelitian, (2) merumuskan pertanyaan penelitian, (3) mengembangkan kerangka teoritis, (4) mengembangkan rencana penelitian, (5) mengumpulkan data, mengatur data, dan analisis data, (6) menarik kesimpulan dan menemukan makna, dan (7) sharing temuan/laporan (Falk-Ross & Cuevas 2008; McNiff & Whitehead, 2006)
1. Perencanaan 4. Refleksi dan Revisi
2. Pelaksanaan Tindakan
3. Pengamatan
Gambar 4.1. Tahap-tahap Pelaksanaan PT
Berkaitan dengan tahapan pelaksanaan PTK Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1999: 25 – 28), merekomendasikan langkah-langkah umum PTK yang harus diikuti oleh tim PTK (misalnya: dosen, mahasiswa calon guru, guru peneliti, guru kelas, pengamat, supervisor atau pengawas, kepala sekolah atau kepala madrasah, widyaiswara, serta orang lain yang kompeten di dunia pendidikan) dalam hal ini diambil khusus untuk guru peneliti, sebagai berikut. 13
a) Ide awal. Gagasan atau ide awal PTK sebenarnya bermula dari adanya permasalahan praktis dalam pembelajaran. Penyelesaian persoalan praktis ini diharapkan dapat mengubah, memperbaiki, dan mengembangkan perilaku pembelajaran. b) Pre-survei perlu dilakukan oleh peneliti Guru yang ingin meneliti yang selanjutnya disebut sebagai guru peneliti, sudah faham dan sudah familier dengan situasi dan kondisi kelas yang sebenarnya, sehingga guru peneliti sudah mengetahui masalah apa yang hendak diteliti. c) Diagnosis. Diagnosis wajib dilakukan oleh peneliti yang berasal dari luar sekolah. Diagnose atau dugaan-dugann sementara atau yang dikenal sebagai hipotesis tindakan wajib dikemukakan, karena dengan diperolehnya diagnosis, peneliti dalam PTK akan dapat menentukan berbagai hal, misalnya: strategi pembelajaran manakah yang tepat dilakukan dalam pembelajaran, media apa saja yang tepat digunakan untuk mendukung terlaksananya pembelajaran. d) Perencanaan. Dalam perencanaan ada perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rencana yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait dengan PTK. Sedangkan perencanaan khusus berkaitan dengan rencana siklus per siklus. Perlu diingat, bahwa tindakan dan efek tindakan dalam PTK diharapkan berjalan alami, tanpa rekayasa; sehingga PTK tidak terjebak dalam Penelitian Eksperimen. Hal-hal yang direncanakan meliputi: pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, materi pembelajaran, media dan sumber belajar dalam pembelajaran, sistem dan model evaluasi pembelajaran, program perbaikan dan pengayaan, instrumen apa saja yang digunakan dan kriteria keberhasilan tindakan juga harus ditetapkan sebelum PTK dilaksanakan, serta tindakan apa saja yang perlu segera dilaksanakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran juga harus ditetapkan sebelum PTK dilaksanakan. Jadi perencanaan PTK seperti perencanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru kelas setiap hari, cuma ada perbedaansedikit, yaitu: guru peneliti harus menyusun proposal PTK, menyusun laporan hasil PTK, dan mengkomunikasikan hasil PTK ke fihak lain yang terkait. e) Implementasi tindakan. Pelaksanaan tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelum PTK dilakukan. 14
f) Pengamatan. Pengamatan atau observasi atau monitoring pada efek-efek tindakan, pada hakikatnya dapat dilakukan sendiri oleh guru, sehingga guru berfungsi sebagai guru peneliti, guru model, dan guru pengamat sekaligus. Karena tugas dan kewajiban sebagai guru peneliti, guru model, dan guru pengamat sangat berat; maka tugas dan kewajiban ini perlu dibagi-bagi dengan teman sejawat guru. Siapa yang menjadi guru peneliti, siapa yang jadi guru model, dan siapa yang jadi guru pengamat. g) Refleksi. Pada prinsipnya refleksi ialah upaya analisis, interpretasi, dan evaluasi data yang dilakukan oleh tim PTK, Refleksi dilakukan secara kolaboratif (kerja sama yang sinergis) antara tim PTK melalui diskusi mengenai berbagai masalah yang terjadi di kelas objek PTK. Dengan demikian, refleksi dilakukan setelah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi (data). Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya ditentukan. h) Penyusunan laporan. Laporan PTK seperti halnya jenis penelitian lainnya, disusun setelah kerja penelitian di lapangan berakhir. Siapa yang wajib menyusun laporan ? Penelitilah yang berkewajiban menyusun laporan PTK dan mengkomunikasikannya ke fihak lain. Kelengkapan laporan PTK sangat bergantung pada instansi penyandang dana dan keperluan PTK dibuat. Untuk memahami desain PTK dan rekomendasi Dikmenum tentang perencanaan tindakan dalam PTK berikut dikemukakan contoh langkah-langkah PTK sesuai fokus masalah/rumusan masalah (Butir 5), sebagai berikut. Contoh perencanaan tindakan sesuai rumusan masalah “Apakah pendekatan proses menulis dan MMR dapat
meningkatkan kemampuan menulis ekspresif anak
tunarungu di SLB Karya Mulia Surabaya? Meliputi hal-hal berikut. (1) Menetapkan indikator pembelajaran menulis dengan pendekatan proses menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis ekspresi anak tunarungu, meliputi tema, materi, strategi, scaffolding, prosedur pembelajaran, dan evaluasi (2) Menyusun strategi penyampaian dan rancangan pembelajaran, meliputi: performansi terakhir siswa berdasarkan asesmen, tujuan pembelajaran, KBM, materi, media, dan alat evaluasi. (3) Menyusun metode dan alat perekam data berupa form catatan lapangan, catatan dokumen, ceklist aktivitas proses menulis dan rekaman foto. 15
(4) Menyusun rencana pengolahan data dengan membuat rambu-rambu analisis data baik data deskriptyif ataun berupa angka. (5) Menentukan kriteria pengingkatan kemampuan menulis ekspresif siswa. (6) Contoh Rencana tindakan siklus 1 berdasarkan model Kemmis & Taggart (1988) tergambar pada Tabel 1 4 .Pelaksanaan Tindakan a. Menyiapkan Pelaksanaan Tindakan Ada beberapa langkah yang perlu disiapkan sebelum merealisasikan rencana tindakan kelas. (a) Berdasarkan rencana yang telah dibuat baik berupa Rencana pembelajaran Tabel 1. Rencana Tindakan Pembelajaran Menulis Proses dengan MMR Siklus 1 Tahap
Fokus Tindakan
Strategi
Scaffold
Prosedur Pembelajaran
Pra-
Pembangkitan
*Curhat/
*Peran
*Percakapan, guru
menuli
skemata,
perdati
ganda guru,
menangkap dan
s
membangun isi, ide,
isyarat
membahasakan ungkapan
dan pengurutan.
anak *membaca
*Gambar
video-visual
*Visualisasi percakapan *Membimbing siswa membaca frase *Tanya jawab visualisasi *Membahas gejala bahasa
Perencanaan
*Curhat dan
*Gambar
*Membahasakan ungkapan
menulis
pengamatan
keluarga
anak dan mendaftar topik
- Mengembangkan
gambar
anak di papan tulis
topik sesuai tema - Pemilihan topik - Penulisan judul - Pengembangan ke kerangka karangan
16
*Arahan guru
*pelatihan
*Membimbing siswa memilih tipik dan menulis judul
Saat
*Pengembangan
menuli
draf awal sesuai
s
kerangka
*Pengklusteran
*Pertanya
*Memodelkan proses
dan pemodelan
panduan
mengembangkan kerangka
*model
*Membimbing siswa
kluster
mengembangkan kerangka
*Pemodelan
*model teks *Memodelkan pengembangan draf awal
*Membaca
*Siswa membaca mdoel
reseptif
teks dalam hati, pembahasan kata-kata sulit *Pembahasan gejala bahasa tanya jawab model teks
*Konferensi
*Peran
*Membimbing siswa
individu
ganda guru
mengembangkan draf awal
Pasca
*Revisi draf aspek
*konferen
*Pemberian *konferen draf awal setiap
Menuli
isi, struktur, kosa
individu
kemudahan
s
kata
siswa diarahkan dengan menandai kesalahan.
*Perbaikan
*Memperbaiki langsung
langsung
draf siswa dengan mencoret bagian yang salah dan menulis perbaikannya
*Revisi aspek
*Konferen
*pentahapa
*Membagi kelompok
mekanik
berpansangan
n aspek
*Memberikan arahan
(kapitalisasi, ejaan,
yang
perbaikan bertahap sesuai
tanda baca)
direvisi
unsur yang direvisi *Membimbing siswa memperbaiki draf mandiri
17
*Publikasi
*Membaca
*Menyimak, bertanya, dan
berisyarat
mengontrol aktivitas siswa
*Pemajangan
*Memberikan arahan dan
hasil
alat yang diperlukan
dalam bentuk skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan. (b) Terkait dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru tentu perlu menyiapkan berbagai bahan seperti tugas belajar yang dibuat sesuai dengan hipotesis yang dipilih, media pembelajaran, alat peraga, dan buku-buku yang relevan. (c) Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan, misalnya gambargambar, meja tempat mengumpulkan tugas, atau sarana lain yang terkait. (d) Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan. Dalam hal ini guru harus menetapkan apa yang harus direkam, bagaimana cara merekamnya dan kemudian bagaimana cara menganalisisnya. Agar dapat melakukan hal ini, guru harus menetapkan indikator keberhasilan. Jika indikator ini sudah ditetapkan, guru dapat menentukan cara merekam dan menganalisis data. (e) Jika perlu, untuk memantapkan keyakinan diri, guru perlu mensimulasikan pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini, guru dapat bekerjasama dengan teman sejawat atau berkolaborasi dengan dosen LPTK b. Melaksanakan Tindakan Setelah persiapan selesai, tiba saatnya guru melaksanakan tindakan dalam kelas yang sebenarnya. a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu, metode penelitian yang sedang dilaksanakan tidak boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Ini berarti, guru tidak boleh mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang dilaksanakannya. Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai tugas profesional yang semestinya memberi nilai tambah bagi 18
guru dan pembelajaran yang dikelolanya. b. Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita waktu pembelajaran di kelas. Esensi pelaksanaan PTK memang harus disertai dengan observasi, pengumpulan data, dan interpretasi yang dilakukan oleh guru. c. Metode
yang
diterapkan
haruslah
reliabel
atau
handal,
sehingga
memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi kelasnya. d. Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru. e. Sebagai peneliti, guru haruslah memperhatikan berbagai aturan dan etika yang terkait dengan tugas-tugasnya, seperti menyampaikan kepada kepala sekolah tentang rencana tindakan yang akan dilakukan, atau menginformasikan kepada orang tua siswa jika selama pelaksanaan PTK, siswa diwajibkan melakukan sesuatu di luar kebiasaan rutin. f. Penelitian Tindakan Kelas harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat sekolah. 2. Pengamatan dan Pengumpulan Data Pelaksanaan tindakan dan pengamatan/observasi/interpretasi berlangsung simultan. Artinya, data yang diamati saat pelaksaanaan tindakan tersebut langsung diinterpretasikan, tidak sekedar direkam. Jika guru memberi pujian kepada siswa, yang direkam bukan hanya jenis pujian yang diberikan, tetapi juga dampaknya bagi siswa yang mendapat pujian. Segala hal yang harus direkam dan cara merekamnya harus ditentukan secara cermat terlebih dahulu. Salah satu cara untuk merekam atau mengumpulkan data adalah dengan observasi atau pengamatan. Hopkins (1993) menyebutkan ada lima prinsip dasar atau karakteristik kunci observasi, sebagai berikut. a. Perencanaan Bersama: Observasi yang baik diawali dengan perencanaan bersama antara pengamat dengan yang diamati, dalam hal ini teman sejawat yang akan membantu mengamati dengan guru yang akan mengajar. Perencanaan bersama ini bertujuan untuk membangun rasa saling percaya dan menyepakati beberapa hal seperti fokus yangakan diamati, aturan yang 19
akan diterapkan, berapa lama pengamatan akan berlangsung, bagaimana sikap pengamat kepada siswa, dan di mana pengamat akan duduk. b. Fokus: Fokus pengamatan sebaiknya sempit/spesifik. Fokus yang sempit atau spesifik akan menghasilkan data yang sangat bermanfaat begi perkembangan profesional guru. c. Membangun Kriteria: Observasi akan sangat membantu guru, jika kriteria keberhasilan atau sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati sebelumnya. d. Keterampilan Observasi: Seorang pengamat yang baik memiliki minimal tiga keterampilan, yaitu: (1) dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepat memutuskan
dalam
menginterpretasikan
satu
peristiwa;
(2)
dapat
menciptakan suasana yang memberi dukungan dan menghindari terjadinya suasana yang menakutkan guru dan siswa; dan (3) menguasai berbagai teknik untuk menemukan peristiwa atau interaksi yang tepat untuk direkam, serta alat/instrumen perekam yang efektif untuk episode tertentu. Di dalam suatu observasi, hasil pengamatan berupa fakta atau deskripsi, bukan pendapat atau opini. Dilihat cara melakukan kegiatannya, ada empat jenis observasi yang dapat dipilih, yaitu: (1) observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong untuk merekam proses pembelajaran yang diamati. (2) Observasi terfokus secara khusus ditujukan untuk mengamati
aspek- aspek tertentu dari pembelajaran. (3)
Observasi terstruktur menggunakan instrumen observasi yang terstruktur dengan baik dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda cek (V) pada tempat yang disediakan. (4) Observasi sistematik dilakukan lebih rinci dalam hal kategori data yang diamati. e. Balikan (Feedback). Hasil observasi yang direkam secara cermat dan sistematis dapat dijadikan dasar untuk memberi balikan yang tepat. Syarat balikan yang baik: (1) diberikan segera setelah pengamatan, dalam berbagai bentuk misalnya diskusi; (2) menunjukkan secara spesifik bagian mana yang perlu diperbaiki, bagian mana yang sudah baik untuk dipertahankan; (3)
20
balikan harus dapat memberi jalan keluar kepada orang yang diberi balikan tersebut. 3. Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dapat bermakna sebagai dasar untuk mengambil keputusan, maka data tersebut harus dianalisis atau diberi makna. Analisis data pada tahap ini agak berbeda dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap observasi. Analisis data dilakukan setelah satu paket perbaikan selesai diimplementasikan secara keseluruhan. Jika perbaikan ini direncanakan untuk enam kali pembelajaran, maka analisis data dilakukan setelah pembelajaran tuntas dilaksanakan. Setiap pembelajaran dengan demikian akan diadakan interpretasi yang dimanfaatkan untuk melakukan penyesuaian, dan pada akhir paket perbaikan diadakan analisis data secara keseluruhan untuk menghasilkan informasi yang dapat menjawab hipotesis perbaikan yang dirancang guru. Analisis data dapat dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu tahap ini sering disebut sebagai reduksi data. Kemudian data diorganisaskan sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua, data yang sudah terorganisasi ini dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam bentuk narasi, grafik, maupun tabel. Akhirnya, berdasarkan paparan atau deskripsi yang telah dibuat ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan atau formula singkat. 1. Refleksi Data Saat refleksi, guru mencoba merenungkan penyebab satu kejadian berlangsung dan alasan hal itu terjadi. Ia juga mencoba merenungkan alasan satu usaha perbaikan berhasil dan yang lain gagal. Melalui refleksi, guru
akan
dapat
menetapkan hal-hal yang telah dicapai, serta segala sesuatu yang belum dicapai, serta yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. 2. Perencanaan Tindak Lanjut Seperti yang telah tersirat dalam tahap analisis data dan refleksi, hasil atau kesimpulan yang didapat pada analisis data, setelah melakukan refleksi digunakan untuk membuat rencana tindak lanjut. Jika ternyata tindakan perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, maka hasil analisis data 21
dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan, bahkan bila perlu dibuat rencana baru. Siklus PTK berakhir, jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Jadi, suatu siklus dalam PTK sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih dahulu berapa banyak. 4. Cara Membuat Proposal a) Format Proposal Format proposal penelitian pada umumnya, baik penelitian formal maupun PTK sudah baku. Salah satu format proposal yang ada saat ini adalah yang dikembangkan oleh Tim Pelatih Proyek PGSM sebagai berikut. Halaman Judul (kulit luar) Berisi judul PTK, nama peneliti dan lembaga, serta tahun proposal itu dibuat. Halaman Pengesahan Berisi identitas peneliti dan penelitian yang akan dilakukan, yang ditandatangani oleh ketua peneliti dan ketua/kepala lembaga/Kepala Sekolah yang mengesahkan. Di perguruan tinggi yang mengesahkan proposal penelitian adalah Ketua Lembaga Penelitian dan Dekan. Kerangka Proposal Judul Penelitian Bidang Ilmu Kategori Penelitian Data Peneliti: (1) Nama lengkap dan gelar (2) Golongan/pangkat/NIP (3) Jabatan fungsional (4) Jurusan (5) Institusi Susunan Tim Peneliti (1) Jumlah (2) Anggota Lokasi
Penelitian Biaya Penelitian Sumber Dana 22
b) Menulis Rancangan PTK Berdasarkanformat proposal tersebut di atas, tugas peneliti selanjutnya adalah mengembangkan rancangan (desain) PTK. Rancangan tersebut adalah: (1) Judul Judul PTK dinyatakan dengan jelas dan mencerminkan tujuan, yaitu mengandung maksud, kegiatan atau tindakan, dan penyelesaian masalah. (2) Latar Belakang Berisi informasi tentang pentingnya penelitian dilakukan, mengapa Anda tertarik dengan masalah ini? Apakah masalah tersebut merupakan masalah riil yang Anda hadapi sehari-hari? Apakah ada manfaatnya apabila diteliti dengan PTK? Untuk ini perlu didukung oleh kajian literatur atau hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan baik oleh Anda sendiri maupun orang lain. (3) Permasalahan Masalah dalam PTK harus diangkat dari pengalaman sehari-hari. Anda perlu mengkaji masalah tersebut, melakukan analisis, dan jika perlu menanyakan kepada para siswa Anda tentang masalah tersebut. Setelah Anda yakin dengan masalah tersebut, rumuskan ke dalam bentuk kalimat yang jelas.Biasanya rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat tanya.
(4) Cara Penyelesaian Masalah Penyelesaian masalah dilakukan setelah Anda melakukan analisis dan pengkajian terhadap masalah yang akan diteliti, sehingga ditemukan cara pemecahannya. Untuk menemukan cara pemecahan terhadap suatu masalah, Anda dapat melakukannya dengan mengacu pada pengalaman Anda selama ini, pengalaman teman Anda, mencari dalam buku literatur dan hasil penelitian, atau dengan berkonsultasi dan berdiskusi dengan teman sejawat atau para pakar. Cara penyelesaian masalah yang Anda tentukan atau pilih harus benar-benar “applicable”, yaitu benar-benar dapat dan mungkin Anda laksanakan dalam proses pembelajaran. (5) Tujuan dan manfaat PTK 23
Berdasarkan
masalah
serta
cara
penyelesaiannya,
Anda
dapat
merumuskan tujuan PTK. Rumuskan tujuan ini secara jelas dan terarah, sesuai dengan latar belakang masalah dan mengacu pada masalah dan cara penyelesaian masalah. Sebutkan pula manfaat dari PTK ini, yaitu nilai tambah atau dampak langsung atau pengiring terhadap kemampuan siswa Anda. (6) Kerangka Teoritis dan Hipotesis Anda dalam bagian ini, diminta untuk memperdalam atau memperluas pengetahuan teoritis Anda berkaitan dengan masalah penelitian yang akan diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah tersebut. Kajian teoritis ini sangat berguna untuk memperkaya Anda dengan variabel yang berkaitan dengan masalah tersebut. Selain itu, Anda juga akan memperoleh masukan yang dapat membantu Anda dalam melaksanakan PTK, terutama dalam merumuskan hipotesis. (7) Rencana Penelitian Mencakup penataan penelitian, faktor-faktor yang diselidiki, rencana kegiatan (persiapan, implementasi, observasi dan interpretasi, analisis, dan refleksi), data dan cara pengumpulan data, dan teknik analisis data penelitian. (8) Jadwal Penelitian Jadwal penelitian berisi bentuk aktivitas terkait dengan penelitian dan rancangan waktu kapan dilaksanakan dan dalam jangka berapa lama. Untuk membuat jadwal penelitian Anda harus menginventarisasi jenisjenis kegiatan yang akan dilakukan dimulai dari awal perencanaan, penyusunan proposal sampai dengan selesainya penulisan laporan. Jadwal PTK umumnya ndisusun dalam bentuk bar chart. (9) Rencana Anggaran Cantumkan anggaran yang akan digunakan dalam PTK Anda, terutama jika PTK ini dibiayai oleh sumber dana tertentu. Rencana biaya meliputi kegiatan sebagai berikut: persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan 24
laporan. Jenis-jenis pengeluaran yang dilakukan pada tiap-tiap tahapan diuraikan serta banyak alokasi dana yang disediakan untuk tiap-tiap kegiatan. A. Laporan Penelitian Tindakan Kelas Laporan merupakan pernyataan formal tentang hasil penelitian, hal-hal yang memerlukan informasi pasti yang dibuat oleh seseorang atau badan yang diperintahkan atau diharuskan untuk melakukan hal itu. Ada beberapa jenis laporan misalnya rapor sekolah, laporan hasil praktikum, dan hasil tes laboratorium. Adapun laporan PTK termasuk jenis laporan penelitian yang lebih tinggi penyajiannya. Tujuan menulis laporan secara sederhana adalah untuk mencatat, memberitahukan, dan merekomendasikan hasil penelitian. Laporan dalam penelitian merupakan laporan hasil penelitian yang berupa temuan baru dalam bentuk teori, konsep, metode, dan prosedur, atau permasalahan yang perlu dicarikan cara pemecahannya. Namun untuk mengimplementasikannya memerlukan waktu yang cukup panjang. Hasil penelitian formal dipublikasikan melalui seminar, pengkajian ulang, analisis kebijakan, pendiseminasian dan sebagainya, yang memerlukan waktu cukup lama, sehingga pada saat dilakukan implementasi, temuan tersebut sudah kedaluwarsa dan tidak sesuai lagi. Laporan PTK perlu dibuat oleh para peneliti untuk beberapa kepentingan antara lain sebagai berikut. 1. Sebagai dokumen penelitian, laporan dapat dimanfaatkan oleh guru atau dosen untuk diajukan sebagai bahan kenaikan pangkat/pengem-bangan karir. 2. Sebagai sumber bagi peneliti lain atau peneliti yang sama dalam memperoleh inspirasi untuk melakukan penelitian lainnya. 3. Sebagai bahan agar orang atau peneliti lain dapat memberikan kritik dan saran terhadap penelitian yang dilakukan. 4. Sebagai acuan dan perbandingan bagi peneliti untuk mengambil tindakan dalam menangani masalah yang serupa atau sama. Sistematika laporan merupakan bagian yang sangat mendasar dalam sebuah laporan, karena akan merupakan kerangka berpikir yang dapat memberikan arah 25
penulisan, sehinggamemudahkan anda dalam menulis laporan. Sistematika atau struktur ini harus sudah Anda persiapkan sebelum penelitian dilakukan, yaitu pada saat anda menulis proposal. Setelah PTK selesai dilakukan, anda mulai melihat
kembali
struktur
tersebut
untuk
dilakukan
perbaikan
dan
penyempurnaan sesuai dengan pengalaman anda dalam melakukan PTK, serta data informasi yang sudah dikumpulkan dan dianalisis. Laporan PTK pada dasarnya, hampir sama dengan laporan jenis penelitian lainnya. Meskipun begitu, setiap institusi bisa saja menetapkan format tersendiri yang bisa berbeda dengan format dari institusi lain. Format yang ditetapkan oleh Lembaga Penelitian Unesa, misalnya, bisa berbeda dari format yang digunakan oleh Ditjendikti atau Universitas Terbuka. Apabila PTK yang anda lakukan memperoleh pendanaan dari institusi tertentu, maka sistematika laporan juga perlu disesuaikan dengan format yang telah ditentukan oleh pihak pemberi dana penelitian. Namun bila dibandingkan satu sama lain, sebenarnya setiap format menyepakati beberapa komponen yang dianggap perlu dicantumkan dan dijelaskan. Sistematika laporan PTK di bawah ini merupakan modifikasi dari berbagai sumber: (1) Halaman Judul
Judul laporan PTK yang baik mencerminkan ketaatan pada ramburambu seperti: gambaran upaya yang dilakukan untuk perbaikan pembelajaran, tindakan yang diambil untuk merealisasikan upaya perbaikan pembelajaran, dan setting penelitian. Judul sebaiknya tidak lebih dari 15 kata.
(2) Lembar Pengesahan
Gunakan model lembar pengesahan yang ditetapkan oleh institusi terkait. (3) Kata Pengantar (4) Abstrak
Abstrak sebaiknya ditulis tidak lebih dari satu halaman.Komponen ini merupakan intisari penelitian, yang memuat permasalahan, tujuan, 26
prosedur pelaksanaan penelitian/tindakan, hasil dan pembahasan, serta simpulan dan saran. (5) Daftar Isi (6) Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan pentingnya masalahdiselesaikan, identifikasi masalah, analisis dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,serta definisi istilah bila dianggap perlu. Urutan penyajian bisa disusun sebagai berikut: A. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi masalah, analisis masalah, dan pentingnya masalah untuk diselesaikan) B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Definisi Operasional (bila perlu) (7) Bab II Kajian Pustaka
Kajian Pustaka menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan yang memberi arah ke pelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis. Urutan penyajian yang bisa digunakan adalah sebagai berikut
A. Kajian Teoritis B. Penelitian-penelitian yang relevan (bila ada) C. Kajian Hasil Diskusi (dengan teman sejawat, pakar pendidikan, peneliti) D. Hasil Refleksi Pengalaman Sendiri sebagai Guru E. Perumusan Hipotesis Tindakan (8) Bab III Pelaksanaan Tindakan dan Observasi 27
Bab ini berisi unsur-unsur seperti deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagaisubjek penelitian.Selain itu, bab ini juga menyajikan gambaran tiap siklus: rancangan, pelaksanaan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, usaha validasi hipotesis dan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan feasible serta collaborative. Urutan penyajian bisa disusun sebagai berikut: A. Subjek Penelitian (Lokasi, waktu, mata pelajaran, kelas, dan karakteristik siswa) B. Deskripsi per Siklus (rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data/instrument, refleksi) (9) Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV menyajikan uraian tiap-tiap siklus dengan data lengkap, mulai dari perencanaan,pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dankelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang mendasar yaitu hasil perubahan (kemajuan)pada diri siswa, lingkungan, guru sendiri, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar.Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yangterjadi disertai pembahasan secara sistematik dan jelas. A. Deskripsi per siklus (data tentang rencana, pengamatan, refleksi), keberhasilan dan kegagalan, lengkap dengan data) B. Pembahasan dari tiap siklus
(10) Bab VSimpulan dan Saran
A. Simpulan B. Saran (11) Daftar Pustaka (12) Lampiran
28
REFERENSI
Arends, R. I. (2002). Classroom Instruction and Management. New York: The McGrawHill Companies. Bruce, S. M. & Pine, G. J. (2010). Action Research in Special Education : An Inquiry Approach for Effective Teaching and Learning. New York and London: Teacher College Columbia University Direktorat Ketenagaan. (2006). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktoran Pendidikan Menengah Umum. (1999). Penelitian Tindakan (Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Falk-Ross, F. C., & Cuevas, P. (2008). Getting the big picture: An overview of the teacher research process. In C. A. Lassonde & S. E. Israel (Eds.), Teachers Taking Action: A Comprehensive Guide to Teacher Research, Chapter 2. Newark, DE: International Reading Association Frankel, J. 2011. How to Design and Evaluate Research in Educatory. New York: McGraw-Hill Hamid, A. A. (2009). Penelitian Tindakan, Penelitian Kelas, dan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: P2IS. Hopkins, D. (1993). A Teacher Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press. Kemmis & Taggart. (1988). The Action Research Planner. Geelong Victoria: Deakin University Press. McNiff, J. and Whitehead, J. (2006) All You Need to Know about Action Research. London, Sage. Mettetal, G. (2003). Improving Teaching through Classroom Action Research. Essays on Teaching Excellence: Toward the Best in Academy 14(7). Millis, G. E. (2003). Action Research: A Guide for The Theacer Researcher, Second Edition, Ohio: Merrill Prentice Hall. Nur, M. (Agustus, 2005). Pelatihan Asesmen dalam Pembelajaran. Nur. M, Asesmen Komprehensif dan Berkelanjutan. Pelatihan diselenggarakan oleh Jurusan Biologi FMIPA Unesa, Surabaya. PSG Unesa. (2013). Modul PLPG Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru: Guru Pendidikan Luar Biasa. Yuliyati. (2001). Pembelajaran Menulis dengan Strategi Menulis Proses dan Metode Maternal Reflektif (MMR) Siswa Kelas IV Sekolah Luar Biasa Tunarungu Karya Mulia I Surabaya (Tesis Magister tidak diterbitkan). UM, Malang. LEMBAR KEGIATAN DESAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (DITULIS DENGAN TULISAN TANGAN) _
29
______________________________________________________________________ (Tuliskan Judul Penelitian Tindakan Kelas)
Nama
:
No. Peserta
:
Kelas
:
KUNCI JAWABAN: 1) D 2. B 3. A
4. D
5. D
6. A
7. C
8. A
9. D
10. B
D. REFERENSI Arends, R. I. (2002). Classroom Instruction and Management. New York: The McGrawHill Companies. Bruce, S. M. & Pine, G. J. (2010). Action Research in Special Education : An Inquiry Approach for Effective Teaching and Learning. New York and London: Teacher College Columbia University Direktorat Ketenagaan. (2006). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktoran Pendidikan Menengah Umum. (1999). Penelitian Tindakan (Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Falk-Ross, F. C., & Cuevas, P. (2008). Getting the big picture: An overview of the teacher research process. In C. A. Lassonde & S. E. Israel (Eds.), Teachers Taking Action: A Comprehensive Guide to Teacher Research, Chapter 2. Newark, DE: International Reading Association Frankel, J. 2011. How to Design and Evaluate Research in Educatory. New York: McGraw-Hill Hamid, A. A. (2009). Penelitian Tindakan, Penelitian Kelas, dan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: P2IS. Hopkins, D. (1993). A Teacher Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press. Kemmis & Taggart. (1988). The Action Research Planner. Geelong Victoria: Deakin University Press. 30
McNiff, J. and Whitehead, J. (2006) All You Need to Know about Action Research. London, Sage. Mettetal, G. (2003). Improving Teaching through Classroom Action Research. Essays on Teaching Excellence: Toward the Best in Academy 14(7). Millis, G. E. (2003). Action Research: A Guide for The Theacer Researcher, Second Edition, Ohio: Merrill Prentice Hall. Nur, M. (Agustus, 2005). Pelatihan Asesmen dalam Pembelajaran. Nur. M, Asesmen Komprehensif dan Berkelanjutan. Pelatihan diselenggarakan oleh Jurusan Biologi FMIPA Unesa, Surabaya. PSG Unesa. (2013). Modul PLPG Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru: Guru Pendidikan Luar Biasa. Yuliyati. (2001). Pembelajaran Menulis dengan Strategi Menulis Proses dan Metode Maternal Reflektif (MMR) Siswa Kelas IV Sekolah Luar Biasa Tunarungu Karya Mulia I Surabaya (Tesis Magister tidak diterbitkan). UM, Malang.
31
LEMBAR KEGIATAN DESAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (DITULIS DENGAN TULISAN TANGAN) _
______________________________________________________________________ (Tuliskan Judul Penelitian Tindakan Kelas)
Nama
:
No. Peserta
:
Kelas
:
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
32
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) 2017
33
STRUKTUR PENULISAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
A. Judul Penelitian Komunikatif, variabel penelitian menjawab apa yang ingin ditingkatkan dan cara peningkatannya, sasaran dan lokasi tercermin dalam judul, banyak kata sekitar 15-20 kata, layak diteliti dan bermanfaat bagi masyarakat Contoh: Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Berkesulitan Belajar dengan Metode VAKT di SDN Gedangan I Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016
B. Pendahuluan Latar belakang jelas dan sistematis. Berisi uraian kedudukan mata pelajaran dalam kurikulum (semester, mata pelajaran yang ditunjang dan penunjang). Gambaran umum isi mata pelajaran termasuk pembagian waktunya (lampirkan RPP, Silabus). Metode pembelajaran yang digunakan saat ini. Kriteria masalah. Masalah di sekolah. Kelas, layak diteliti dan terjangkau PTK. Ada identifikasi masalah, analisis masalah.
34
C. Perumusan Masalah Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil positif yang diantisipasi.
35
D. Tujuan Penelitian Kemukakan tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan diuraikan dengan jelas sehingga tampak gambaran keberhasilannya.
E. Manfaat Penelitian Uraikan manfaat praktis hasil penelitian terkait dengan kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan lainnya. Bila perlu, kemukakan juga manfaat teoretis sebagai bahan penelitian yang perlu diteliti lebih lanjut oleh peneliti lain.
36
F. Kajian Pustaka Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.
37
G. Metode Penelitian Kemukakan obyek, latar waktu dan lokasi penelitian secara jelas. Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaantindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklis. Tunjukkan siklussiklus kegiatan penelitian dengan menguraikan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam satu siklus sebelum pindah ke siklus lainnya. Jumlah siklus disyaratkan lebih dari dua siklus.
H. Jadwal Penelitian Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart. Contohnya, jadwal kegiatan penelitian disusun selama 10 bulan.
38
I. PERSONALIA PENELITIAN Tulislah personalia yang terlibat dalam PTK. Maksimal 3 orang. Tuliskan identitas dan perannya dalam PTK, yakni sebagai peneliti atau kolaborator. Uraikan peran dan jumlah waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan. Rincilah nama peneliti, golongan, pangkat, jabatan, dan lembaga tempat tugas
Lampiran-lampiran 1. Daftar Pustaka yang dituliskan secara konsisten 2. Riwayat Hidup Peneliti dan Anggota Peneliti (kolaborasi) 3. Pengalaman penelitian relevan yang telah dihasilkan sampai saat ini
39