SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
BAB IV PENGEMBANGAN BINA DIRI DAN GERAK BAGI PESERTA DIDIK TUNADAKSA
Penyusun:
TIM PENGEMBANG SUMBER BELAJAR PLB-FIP- UNESA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
BAB IV PENGEMBANGAN BINA DIRI DAN GERAK BAGI PESERTA DIDIK TUNADAKSA A. PENDAHULUAN Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan terkait pengembangan bina diri dan gerak bagi peserta didik tuna daksa,serta menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 1. Kompetensi Inti Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 2. Kompetensi Dasar (KD)/Kelompok Kompetensi Dasar (KKD). a. Menguasai Konsep Bina Diri dan Bina Gerak b. Menguasai Prinsip-prinsip pembelajaran pengembangan bina diri dan gerak pada peserta didik tunadaksa dengan pendekatan saintifik c. Menguasai Prosedur pembelajaran pengembangan bina diri dan gerak pada peserta didik tunadaksa d. Menguasai teknik pembelajaran pengembangan bina diri dan gerak pada peserta didik tunadaksa e. Menguasai pola dan koreksi gerak dalam pembelajaran pengembangan bina diri dan gerak pada peserta didik tunadaksa f. Menguasai fungsi pola gerak dalam pengembangan pembelajaran bina gerak pada peserta didik tunadaksa
B. Materi 1. Konsep Bina Diri dan Bina Gerak
a. Pengertian Bina Diri dan Bina Gerak Menurut Musafak, (2010) mengungkapkan bahwa kemampuan mengurus diri, atau menolong diri sendiri (self help, self care) bukanlah kemampuan yang diwariskan dari orang tua, tetapi harus dipelajari terlebih dahulu. Untuk anak1
anak yang tergolong nomal pembelajaran ini bisa dikatakan relative mudah, mereka mengamati, mendengarkan ataupun menirukan orang lain dengan relative lancar dan tidaklah demikian untuk anak-anak yang tergolong tunadaksa. Mereka perlu berusaha keras, dan program pembelajaran disusun dari yang sederhana, sitematis, dan khusus. Program Bina Diri mencakup beberapa hal yang berhubungan dengan kepentingan anak-anak sehari-hari seperti makan, minum, kebersihan diri, dan kerapian diri. Dengan demikian kemampuan mengurus diri sendiri merupakan kecakapan atau keterampilan yang harus dikuasai anak-anak tunadaksa agar dapat mengurus dirinya sendiri dalam keperluan sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Bina Gerak adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang mengalami gangguan pada otot, sendi, dan atau tulang, sehingga individu tersebut mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas mobilisasi. Menurut Tarmansyah (2008) mengungkapkan bahwa Bina diri merupakan serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang membutuhkan layanan khusus, yaitu individu yang mengalami gangguan koordinasi gerak-motorik, sehingga mereka dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan tujuan meminimalisasi dan atau menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitasnya. Aktivitas kehidupan sehari-hari yang dimaksud adalah; Kemampuan dan keterampilan sesorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, mulai dari aktivitas bangun tidur sampai tidur kembali. Kegiatn ini dikenal dengan istilah ADL ( Actifity of Daily Living ). Senada
dengan
pendapat
tersebut
di
atas,
Casmini,
(2010)
mengungkapkan bahwa istilah Activity of Daily Living (ADL) atau aktivitas kegiatan harian yang lebih familiar dalam dunia Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dikenal dengan istilah “Bina Diri”. Bina Diri mengacu pada suatu 2
kegiatan yang bersifat pribadi, tetapi memiliki dampak dan berkaitan dengan human relationship. Disebut pribadi karena mengandung pengertian bahwa keterampilan-keterampilan yang diajarkan atau dilatihkan menyangkut kebutuhan individu yang harus dilakukan sendiri tanpa dibantu oleh orang lain bila kondisinya memungkinkan. Beberapa istilah yang biasa digunakan untuk menggantikan istilah Bina Diri yaitu “Self Care”, “Self Help Skill”, atau “Personal dan Management”. Istilah-istilah tersebut memiliki esensi sama yaitu membahas tentang mengurus diri sendiri berkaitan dengan kegiatan rutin harian (Casmini, 2010) Bina diri bagi anak-anak yang mengalami gangguan motorik-gerak, meliputi individu yang mengalami gangguan koordinasi akibat penyakit yang telah dialaminya antara lain akibat dari penyakit Polio Myelities, Cerebral Palsy, Musculus Dysthropi, Amyotonia, Amputasi, dan penyakit-penyakit lain yang menyebabkan timbulnya gangguan gerak, baik yang disebabkan oleh gangguan fisik, neurologis, congenital, atau gabungan dua atau lebih dari gangguan tersebut. Individu yang mengalami gaguan tersebut pendidikannya di sekolah khusus (SLB). Dengan adanya perubahan paradigma dalam pendidikan yaitu menuju pendidikan Inklusif, maka siswa yang mengalami gangguan gerakmotorik akan kita jumpai juga di sekolah-sekolah reguler. Pelaksanaan layanan bina diri yang diberikan kepada siswa di SLB bervariasi sesuai dengan hasil dari identifikasi dan asesmen, sehingga program bina diri sifatnya individual. Bagi siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah reguler dapat bekerjasama dengan SLB terdekat untuk mendapatkan bantuan tenaga dalam bidang bina-diri bagi anak-anak yang mengalami gangguan koordinasi-motorik.
Apabila
ada
tenaga
Okupasional
Terapist
dapat
bekerjasama sehingga hasilnya dapat lebih optimal. Kewenangan dalam penanganan bidang terapi okupasional (OT) adalah profesi bidang para medis yaitu okupasional terapis, namun guru pendidikan khusus dapat mendirikan latihan atau pembinaan tersebut melalui layanan bina diri. Selanjutnya Musafak (2010) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan Bina Gerak adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang 3
dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang mengalami gangguan pada otot, sendi, dan atau tulang, sehingga individu tersebut mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas mobilisasi. Senada dengan pendapat di atas, Tarmansyah (2008) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan Bina Gerak adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang mengalami gangguan pada otot, sendi, dan atau tulang, sehingga individu tersebut mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas mobilisasi. Selanjutnya Tarmansyah (2010) menyatakan bahwa perkembangan motorik dimulai dari perkembangan motorik kasar, motorik halus, termasuk keseimbangan. Individu yang mengalami gangguan dalam perkembangan motorik kasar, akan ditandai dengan adanya keterlambatan perkembangan motorik. Misalnya terlambat dalam perkembangan: tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, merembet, berjalan, berlari, jongkok, melompat, meloncat. Lebih lanjut Tarmansyah (2010) menegaskan bahwa keterlambatan individu dalam perkembangan motorik tersebut, memerlukan latihan atau pembinaan. Pembinaan dimaksud kita kenal dengan layanan Bina Gerak. Dalam bidang medis layanan tersebut merupakan bagian dari rehabilitasi medis yaitu Fisioterapi. Materi, metoda dan model evaluasi mengacu kepada bidang kajian fisioterapi. Terkait dengan layanan bina gerak di lingkungan sekolah khusus atau SLB diberikan oleh guru-guru pendidikan kebutuhan khusus yang memiliki profesi melayani bina gerak dengan alasan bahwa anak-anak yang mengalami gangguan gerak berada di sekolah luar biasa. Guru-guru pendidikan kebutuhan khusus pada dasarnya telah dibekali oleh pengetahuan dan keterampilan tentang tatalaksana bina gerak. Yang menjadi subyek dalam pelaksanaan bina gerak adalah individu yang mengalami gangguan pada otot, sendi, tulang, meliputi anak Polio Myelities, Cerebral Palsy, Muscules Dysthropi, Amyotonia, Amputasi, dan jenis-jenis gangguan gerak lain, baik yang disebabkan oleh gangguan fisik, neurologis, congenital, 4
atau gabungan dua atau lebih dari gangguan tersebut. Individu yang mengalami gangguan tersebut pendidikannya di sekolah khusus (SLB). Selanjutnya Casmini (2010) mengungkapkan bahwa Bina Diri dan Bina Gerak (BDBG) merupakan suatu upaya pendidikan dalam bentuk kegiatan, pengembangan
dan
latihan
dalam
mengembangkan
pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap bagi anak Tunadaksa, untuk membina gerakannya dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Senada dengan pendapat tersebut di atas Tarmansyah (2008) mengungkapkan bahwa dalam layanan atau pembinaan kepada individu yang mengalami gangguan gerak-motorik, dapat dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan antara bina gerak dan bina diri. Tujuan dari pembinaan secara terpadu tersebut adalah, agar individu mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas dimaksud adalah kemampuan dan keterampilan dalam mobilisasi (bergerakberpindah tempat), dan kemampuan dan keterampilan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, yaitu dapat menolong dirinya sendiri, meminimalisasi dan atau menghilangkan ketergantungan terhadap Berdasar beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengertian Bina Diri dan Bina Gerak adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu kemampuan mengurus diri, atau menolong diri sendiri (self help, self care) bukanlah kemampuan yang diwariskan dari orang tua, tetapi harus dipelajari terlebih dahulu serta individu yang mengalami gangguan pada otot, sendi, dan atau tulang, sehingga individu tersebut mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas mobilisasi. b. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Bina Diri Materi pembelajaran Bina Diri, meliputi: (1) Kebersihan badan, (2) Makan minum, (3) Berpakaian, (4) Berhias, (5) Keselamatan Diri dan (6) Adaptasi lingkungan.
5
1) Kebersihan badan, antara lain melatih: a) Cuci tangan b) Cuci muka c) Cuci kaki d) Sikat gigi e) Mandi d) Cuci rambut, dan e) Menggunakan toilet/wc 2) Makan dan minum, meliputi: a) Makan menggunakan tangan b) Makan menggunakan sendok c) Makan menggunakan sendok dan garpu d) Minum menggunakan gelas e) Minum menggunakan cangkir f) Minum menggunakan sedotan 3) Berpakaian: a) Baju kaos b) Celana/rok c) Kemeja d) Kaos kaki dan sepatu 4) Berhias: a) Merapikan rambut dengan sisir dan memakai minyak rambut b) Memakai bedak c) Memakai asesoris 5) Keselamatan Diri: a) Menghindari bahaya benda tajam atau runcing b) Menghindari bahaya api dan listrik c) Menghindari bahaya lalulintas d) Menghindari bahaya binatang 6) Adaptasi Lingkungan: a) Perorangan 6
b) Hidup bersama dengan orang lain. (http://cerpenik.blogspot.co.id/2012/04/program-khusus-untuk-tunadaksabina.html), diakses 6 Juli 2016). c. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Bina Diri dan Gerak Ruang Iingkup materi kajian bagian bina diri dan bina gerak disusun menjadi beberapa pokok bahasan, yaitu: 1. Gerak kontrol kepala 2. Gerak anggota tubuh 3. Pindah diri 4. Gerak koordinasi 5. Menolong diri sendiri 6. Alat-alat bantu 7. Penyelamatan diri dari bahaya 8. Permainan 9. Mobilitas 10. Penggunaan waktu luang 11. Latihan menggunakan alat bantu 12. Penyesuaian diri 13. Kesibukan kerja 14. Komunikasi Pokok bahasan ini telah disusun sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa serta dasar kebutuhannya. Namun guru masih diberi kesempatan untuk mengadakan pemilihan materi dan menata ulang karena kondisi dan kemampuan siswa yang bervariasi. d. Tujuan Bina Diri dan Bina Gerak Menurut Casmini, (2010) mengungkapkan bahwa tujuan dari Bina Diri dan Bina Gerak adalah agar anak: 1) Mampu menggerakkan ototnya dengan serasi, sehat dan kuat sehingga mampu melakukan gerakan sesuai dengan fungsinya. 2) Mampu menyesuaikan diri dengan Iingkungan dan mampu mengatasi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. 7
Senada
dengan
pendapat
tersebut
di
atas,
Musafak
(2010)
mengungkapkan bahwa sesuai dengan kondisi anak tunadaksa, maka tujuan layanan Bina Diri, yaitu: 1) Agar anak tunadaksa memiliki keterampilan dalam mengurus dirinya sendiri, 2) Agar anak dapat menjaga kebersihan badan dan kesehatan dirinya sendiri, 3) Agar anak tumbuh rasa percaya diri karena telah mampu mengurus dirinya sendiri, 4) Agar anak tidak canggung dalam beradaptasi dengan lingkungan. Selanjutnya Musafak (2010) menegaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam bina gerak adalah untuk memperbaiki dan mengembangkan fungsi gerak pada anak. Atau untuk memberikan bekal dan kemampuan gerak yang dapat mengantarkan anak mampu bergerak untuk berpartisipasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Senada dengan uraian di atas, Tarmansyah, (2008), mengungkapkan bahwa tujuan Bina diri dan Bina Gerak adalah pembinaan secara terpadu tersebut adalah, agar individu mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas dimaksud adalah kemampuan dan keterampilan dalam mobilisasi (bergerak-berpindah tempat), dan kemampuan dan keterampilan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, yaitu dapat menolong dirinya sendiri, meminimalisasi dan atau menghilangkan ketergantungan terhadap orang lain. Depdikbud (2001) menegaskan bahwa mata pelajaran Bina Diri dan Bina Gerak yang diberikan di SDLB Tunadaksa adalah merupakan suatu upaya pendidikan dalam bentuk kegiatan pengembangan, dan latihan dalam pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap siswa Tunadaksa agar: gerak otot serasi, sehat dan kuat, sehingga mampu melakukan gerakan sesuai akan sesuai dengan fungsinya, menyesuaikan diri dengan lingkungann dan mengatasi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Senada dengan pendapat di atas, Dirjen Dikti, 2011, menyatakan bahwa, tujuan bina gerak adalah untuk memberikan bekal dan kemampuan gerak yang
8
dapat mengantarkan anak dapat mengadakan partisipasi, berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya secara lebih wajar. Depdiknas, (2001: 4) berdasakan pencapaian di atas, berdasarkan pencapaian di atas, maka mata pelajaran Bina Diri dan Bina Gerak mencakup dua tujuan yakni: 1) Tujuan Umum Mata pelajaran Bina Diri dan Bina Gerak bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan nilai, serta kemampuan sensorik sebagai bekal agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 2) Tujuan Khusus Mata pelajaran Bina Diri dan Bina Gerak pada SDLB Tunadaksa bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan Bina Diri dan Bina Gerak pada tingkat pemahaman. Sedangkan Depdikbud, (1985: 14), dikemukakan bahwa: Latihan bina gerak ini bertujuan memberikan bekal dan mengantarkan anak agar dapat berhasil dengan segera. Dengan demikian anak dapat mengadakan partisipasi, berkomunikasi, dan sosialisasi dengan lancar. Anak tidak mengalami kesulitan gerak fisik, ia akan bersikap berani dan percaya diri dalam bergaul dan menyatukan dirinya dengan masyarakat. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan tujuan Bina Diri dan Bina Gerak adalah pembinaan secara terpadu, agar anak tunadaksa mempunyai bekal dan kemampuan/keterampilan gerak yang dapat mengantarkan anak dapat mimiliki kemampuan dan keterampilan dalam menolong dirinya sendiri dan mobilisasi (bergerak-berpindah tempat), dan kemampuan dan keterampilan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, agar anak dapat menjaga kebersihan badan dan kesehatan dirinya sendiri, tumbuh rasa percaya diri karena telah mampu mengurus dirinya sendiri, tidak canggung dalam beradaptasi dengan lingkungan dirinya sendiri, terhadap orang lain, partisipasi, berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya secara lebih wajar. 9
e. Fungsi Pembelajaran Pengembangan Bina Diri dan Bina Gerak Menurut Sri Widati, Nia Sutisna, dan Casmini, (2010) mengungkapkan bahwa pengajaran bina diri dan bina gerak bagi siswa tunadaksa berfungsi: 1) Mengembangkan kemampuan anggota badan yang mengalami kesulitan bergerak agar dapat berfungsi secara optimal, 2) Mengembangkan dan melatih siswa secara berkesinambungan agar mampu mengatasi kebutuhan hidupnya, 3) Membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antara pelatih atau guru dengan pribadinya agar terjalin kontak (hubungan) secara harmonis. Lebih lanjut, Depdiknas (2001:2-3), sejalan dengan pengertian dan tujuan Bina Gerak untuk anak tunadaksa, maka mata pelajaran Bina Gerak siswa SLB tunadaksa mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Mengembangkan kemampuan anggota badan yang mengalami kesulitan bergerak agar dapat berfungsi secara optimal; 2) Mengembangkan dan melatih siswa secara berkesinambungan agar mampu mengatasi kebutuhan hidupnya; 3) Membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antara pelatih/guru dengan pribadinya agar terjalin kontak/hubungan secara harmonis. Lebih lanjut Depdiknas, (2010) menyatakan bahwa untuk mencapai fungsi tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan meliputi: a) gerak kontrol kepala; b) gerak anggota tubuh; c) pindah diri; d) gerak koordinasi; e) menolong diri sendiri; f) alat Bantu; g) penyelamatan diri dari bahaya; h) permainan. Adapun tahapan dalam pelaksanaannya bina gerak dapat melalui: a) assesmen; b) diagnosa berdasarkan hasil assesmen; c) berdasarkan diagnosa maka dapat ditentukan perencanaan bina gerak sesuai dengan pola gerak yang diinginkan; d) diteruskan pelaksanaan sesuai urutan rencana; e) evaluasi dilaksanakan setelah beberapa kali latihan sesuai dengan kesepakatan/
10
kebutuhan; f) seterusnya dilakukan pencatatan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Berpijak dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud tujuan dengan bina diri dan bina gerak adalah membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antara pelatih atau guru dengan pribadinya agar terjalin
kontak
(hubungan)
secara
harmonis
dalam
mengembangkan
kemampuan mengembangkan dan melatih siswa secara berkesinambungan agar mampu mengatasi kebutuhan hidupnya, mengembankan kemampuan anggota badan yang mengalami kesulitan bergerak agar dapat berfungsi secara optimal, mengembangkan dan melatih siswa secara berkesinambungan agar mampu mengatasi kebutuhan hidupnya. 3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Pengembangan Bina Diri dan Bina Gerak pada peserta didik tunadaksa dengan pendekatan saintifik dilengkapi dengan contoh problem solving). a. Prinsip Dasar Bina Diri : Menurut Tarmansyah (2010) mengungkapkan bahwa prinsip Bina Diri meliputi sebagai berikut: 1) Prinsip Fungsional Bina Diri : Adalah layanan yang diberikan dalam bentuk latihan-latihan fungsi otot dan sendi. Tujuannya adalah meningkatkan fungsi gerak otot dan sendi agar mencapai kemampuan gerak yang optimal sesuai dengan standar geral ROM atau Range Of Motion. 2) Prinsip Supportif Bina Diri : Adalah latihan atau pembinaan untuk meningkatkan motivasi, dan percaya diri bahwa dirinya mempunyai kemampuan yang dapat dikembangkan. Tujuannya adalah menanamkan rasa percaya diri, dan motivasi, sehinggan mempunyai keyakinan bahwa gangguan/kecacatan yang dialaminya tidak menjadi hambatan untuk berprestasi. 3) Prinsip Evaluasi Bina Diri :
11
Adalah
kegiatan
layanan
atau
pembinaan
secara
terstruktur
dan
berkelanjutan diadakan evaluasi tentang keberhasilan yang telah dicapai, dengan standar perkembangan atau kemampuan stanar normal. 4) Prinsip Activiry of Daily Living : Pembinaan atau latihan yang diberikan mengacu kepada segala aktifitas yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali b. Prinsip Dasar Bina Gerak Selanjutnya Tarmansyah (2010) mengungkapkan bahwa setelah dipahami tentang pengertian bina gerak, maka selanjutnya akan dibahas tentang prinsip dasar bina gerak : 1) Prinsip Gerakan Pasif : Adalah layanan yang diberikan dalam bentuk latihan-latihan pasif bagi klien yang belum memiliki kemampuan atau kekuatan otot dan sendi. Tujuannya adalah meningkatkan fungsi saraf, sel-sel otot dan melancarkan peredaran pembuluh darah. Dalam pelaksanaannya pelatih lebih aktif dalam menstimulasi otot dan sendi, sementara klien pasif karena kemampuannya masih minim. Secara bertahap kemampuan geraknya akan bertambah. 2) Prinsip Gerakan Aktif : Adalah latihan atau pembinaan untuk meningkatkan kemampuan gerak yang telah dimiliki oleh klien. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan gerak sendi sehingga mencapai ROM atau Range Of Motion yang optimal. Dalam latihan ini pelatih secara bertahap meningkatkan kemampuan otot-sendi klien dengan mengikut sertakan klien secara aktif dibantu pelatih dalam mengoptimalkan gerakan-gerakan otot dan sendi. 3) Prinsip Kekuatan : Adalah kegiatan layanan atau pembinaan yang diberikan kepada klien dengan menambah beban atau kekuatan secara terstruktur dan berkelanjutan. Tujuannya adalah meningkatkan kekuwatan otot dan sendi, sehingga mampu menambah beban atau kekuatan dalam melakkan mobilisasi. Misalnya pada awalnya klien dapat melangkah dua langkah dengan bantuan trifoot, maka 12
kita latih kekuatan melangkahnya menjadi tiga langkah, dan akhirnya klien mampu berjalan tanpa alat. C. Rambu-rambu pelaksanaan Dalam melaksanakan program pengembangan diri dan gerak bagi peserta didik tunadaksa perlu memperhatikan rambu-rambu pelaksanaan agar tidak terjadi salah dalam merancang program, melaksanakan dan meng evaluasi program kegiatannya. Rambu-rambu yang perlu diperhatikan sebagai berikut: 1. Program pengembangan diri dan gerak dibuat tidak berdasarkan jenjang, satuan pendidikan dan tingkatan kelas, tetapi disesuaikan dengan jenis, klasifikasi, tingkat kemampuan gerak peserta didik, tingkat perkembangan emosi dan usia; 2. Asesmen tentang kondisi peserta didik tunadkasa perlu diketahui sebelumnya untuk menentukan jenis latihan yang cocok dan sesuai; 3. Metode, alat pengembangan untuk pelatihan, dan evaluasi diserahkan sepenuhnya kepada guru; 4. Bentuk latihan pengembangan diri dan gerak dan gerak sebaiknya bervariasi, menarik perhatian, merangsang emosi serta menuntun ke arah kesanggupan diri untuk melakukannya; 5. Proses pengembangan dilaksanakan peserta didik dengan mengutamakan aspek senso-motoris dan psikomotor; 6. Penguasaan kemampuan dan indikator tidak harus dilakukan secara berurutan, tetapi guru diberi wewenang untuk memilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. D. Prosedur pelaksanaan: asesmen, perencanaan, pelaksanaan, penilaian Pengembangan diri dan gerak dilaksanakan secara terprogram dan sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik. Pemberian kegiatan latihan dimulai dari asesmen yaitu pengumpulan informasi atau data tentang kemampuan dan kebutuhan peserta didik tunadaksa terkait dengan profil perkembangan diri dan gerak. Profil yang dimunculkan dari hasil asesmen meliputi; kemampuan dalam tatalaksana pribadi, kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi,kekuatan otot-otot, derajat geak sendi (Range of Motion), kemampuan gerak dasar tubuh, kemampuan koordinasi dan keseimbangan, ketidakmampuan gerak anggota tubuh sesuai dengan perkembangan gerak, ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari/merawat diri sendiri. Hasil dari asesmen tersebut digunakan sebagai acuan dasar untuk merancang program pengembangan diri dan gerak masing-masing peserta didik. 13
Untuk merancang program kegiatan pengembangan diri dan gerak merujuk pada kompetensi dan indikator yang tertuang dalam matrik (lihat Bab II). Rancangan program latihan memuat nama peserta didik, alokasi waktu, jumlah pertemuan, kompetensi, tujuan, pendekatan/metode, materi, sumber, media, dan alat, pelaksanaan program (pendahuluan, kegiatan inti, penutup, penilaian). Tahap berikutnya dalam kegiatan pengembangan diri dan gerak adalah pelaksaan program yang dilakukan oleh orang yang kompeten yaitu ahli terapi okupasi dan fisio terapi, tetapi jika sekolah belum mempunyai ahli tersebut pelaksanaan dapat dilakukan oleh guru pendidikan khusus yang sudah terampil melakukannya. Kegiatan dapat dilaksanakan di ruangan (in door) atau di luar ruangan (out door), hal ini disesuaikan dengan kondisi peserta didik tunadaksa, materi kegiatan dan kondisi sekolah. Langkah selanjutnya untuk mengetahui tingkat keberhasilan maupun kendala-kendala dalam pelaksanaan program dilakukan proses evaluasi. Hasil dari evaluasi sebagai dasar untuk membuat pelaporan tentang kemajuan yang dicapai maupun kendala yang terjadi pada masing-masing peserta didik tunadaksa dalam melakukan kegiatan. Prosedur pelaksanaan: asesmen, perencanaan, pelaksanaan, penilaian dalam pengembangan diri dan gerak bagi peserta didik tunadaksa dapat di visualisasikan sebagai berikut: PESERTA DIDIK
ASESMEN PROFIL PERKEMBANGAN
KOMPETENSI
MERENCANAKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DAN
GERAK
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DAN GERAK
PENILAIAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DAN GERAK
LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DAN GERAK
14
1.Contoh Program kegiatan pengembangan (PKPDG1,Kemendikbud(,2014) Progsus Tunadaksa), Kegiatan
diri
dan
gerak
: Pengembangan Diri
Waktu
: 3 x pertemuan @ 30 menit
I. Kompetensi
: mampu menolong diri sendiri tentang kebersihan diri, berpakaian, merawat diri, dan mengurus diri sendiri dalam
II. Indikator
kehidupan sehari-hari dengan cara yang benar.
: Kebersihan diri 1. Mencuci tangan. 2. Berkumur, menggosok gigi, dan mencuci muka. 3. Mandi sendiri memakai sabun dan handuk. 4. Buang air besar/kecil. 5. Mencuci rambut.
III. Tujuan: 1. Siswa mampu mencuci tangan dengan benar 2. Siswa mampu berkumur, menggosok gigi, dan mencuci muka dengan benar. 3. Siswa mampu mandi mamakai sabun dan handuk sendiri. 4. Siswa mampu buang air besar/kecil. 5. Mencuci rambut IV.Pendekatan/Metode : Drill, pemberian tugas, demonstrasi. V. Sumber: Kemampuan Merawat Diri, untuk Sekolah Luar Biasa Tunadaksa, (2006), Depdiknas, Direktorat Pendidikan Luar Biasa; Jakarta. Pedoman Pengembangan Diri dan Gerak bagi Anak Tunadaksa, (2014), Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Dikdas, Jakarta: Kemdikbud
15
VI.Alat dan Bahan Ember air, kran air, air, gayung, shampo, sabun, odol, sikap gigi, lap/serbet dan handuk. VII : Langkah-langkah Pelaksanaan 1. Langkah-langkah Pelaksanaan Program a. Mencuci tangan. Mencuci tangan ada dua cara yaitu bisa dengan menggunakan kran air dan bisa juga dengan ember. Mencuci tangan dengan kran air langkah-langkahnya sebagai berikut. 1) Kran air dibuka, kedua tangan dibasahi , kemudian kran air ditutup kembali, tangan kanan atau kiri mengambil sabun dari tempatnya
Lalu digosokkan ke tangan kiri atau
kanannya tergantung
kebutuhan peserta didik/kondisi
peserta didik. 2) Jika tangan sudah dianggap bersih maka tangan dikeringkan dengan lap/serbet/handuk kecil.
Gb.1 : Proses mencuci tangan dengan kran air
16
Cara kedua adalah mencuci tangan dengan menggunakan ember berisi air dan gayung. Langkah-langkahnya adalah. 1) Ambil air yang ada di dalam ember dengan menggunakan gayung, tangan kanan/kiri dibasahi, ambil sabun dari tempatnya lalu gosokkan ke tangan kiri/kanan sampai bersih. 2) Kedua tangan dicuci/dibilas sampai bersih, jika tangan sudah bersih selanjutnya secara bergantian dilap dengan handuk kecil atau serbet.
Gbr.2 :. proses mencuci tangan dengan ember 3) Kedua tangan sudah bersih dan siap untuk makan dan aktivitas yang lain. b. Berkumur, menggosok gigi, dan mencuci muka. Langkah-langkahnya adalah.
17
1. Berkumur: buka kran air kemudian ambil air dengan telapak tangan masukkan air ke dalam mulut dan berkumur-kumurlah lalu buang air dari dalam mulut. 2. Menggosok gigi: dimulai dari bagian depan, samping, atas bawah, dan dalam dengan gerakan yang benar dan tekanan yang wajar gosokkan pasta gigi dengan posisi naik turun, kemudian di posisi dalam juga sama sampai bersih. Selanjutnya ambillah air dan masukkan ke dalam mulut kemudian berkumur-kumurlah dan basuhlah mulut berkali-kali hingga bersih. 3. Mencuci muka/wajah Langkahnya adalah buka kran air dan ambil air dari kran tersebut, basuhlah muka/wajah berulang-ulang, muka/wajah bisa dibersihkan dengan menggunakan sabun wajah sampai bersih, Jika wajah/muka sudah bersih maka muka dilap atau dikeringkan dengan handuk.
Gb.3 : Berkumur, menggosok gigi, dan mencuci muka
18
c. Mandi sendiri memakai sabun dan handuk. Langkah-langkahnya adalah. 1.
Melepas pakaian (baju, kaos, dan celana).
2.
Mengambil gayung, menciduk air dalam bak mandi atau ember selanjutnya menyiramkan keseluruh anggota tubuh.
3.
Ambil sabun mandi dan gosokkan keseluruh anggota tubuh.
4.
Siram kembali seluruh anggota tubuh berkali-kali sampai bersih.
5.
Keringkan seluruh anggota tubuh dengan handuk.
6.
Langkah terakhir adalah memakai pakaian kembali yang bersih yang telah disediakan yaitu mulai dari kaos dalam, celana dalam, baju, dan celana.
Gb.4 : Mandi sendiri memakai sabun dan handuk
d. . Buang air besar dan buang air kecil dengan benar. Langkah-langkahnya adalah. 1. Pertama-tama melepas celana dalam dan celana luar. 2. Kemudian duduk pada closed, proses buang kotoran sampai tuntas. 3. Cebok dengan sabun, baik dengan kran semprot maupun dengan ciduk air. 4. Kemudian menyiram kotoran di dalam closed dengan memijit tombol closed atau dengan menyiramnya sampai bersih. 5. Celana
dipakai
kembali
dan
keluar
dari
kamar
madi/ruaang
WC 19
Gb.5 : Proses buang air besar
e. Buang air kecil Langkah-langkahnya adalah. 1)
Membuka atau melepas celana dalam dan luar.
2)
Posisi berdiri untuk laki-laki dan posisi jongkok untuk perempuan.
3)
Posisi kencing diarahkan ke closed sampai tuntas.
4)
Ambil gayung air dan cuci kemaluan sampai bersih.
5)
Selanjutnya celana dipakai dan dikancingkan kembali.
6)
Bekas kencing di siram dengan air sampai bersih.
7)
Kemudian kedua tangan dicuci sampai bersih dan keluar dari kamar kecil dengan hati-hati.
20
Gb.6 : Proses buang air
f. Mencuci rambut Langkah-langkahnya adalah. 1) Membasahi rambut dengan air dari bak mandi/ember di kamar mandi. 2) Kemudian mengambil sampo secukupnya pada telapak tangan atau langsung pada rambut. 3) Gosok rambut tersebut dengan tangan sampai rata. 4) Siramkan air pada rambut berkali-kali sehingga sampo yang ada pada rambut sudah bersih. 5) Langkah yang terakhir adalah mengeringkan rambut dengan handuk yang telah disiapkan.
21
. Gb.7 : Proses keramas rambut VIII. Penilaian Guru mencatat hasil pengamatan atas respon yang dilakukan peserta didik ke dalam tabel yang telah dipersiapkan. Lembar Penilaian Nama Peserta didik :
……..
Sekolah
: ……..
Kelas
: ……….
Guru/Pembimbing : ………
Mampu No
Materi
Mampu
dengan bantuan
Tidak mampu
Keterangan
1. Mencuci tangan. 2. Berkumur,menggosok gigi, dan mencuci muka 3. Mandi
sendiri
memakai
sabun dan handuk 4. Buang air besar/kecil 5. Mencuci rambut
22
4) Prinsip Evaluasi : Adalah kegiatan layanan atau pembinaan secara terstruktur dan berkelanjutan diadakan evaluasi tentang keberhasilan yang telah dicapai, dengan standar perkembangan atau kemampuan stanar normal. 5) Prinsip Lokomosi-Mobilisasi : Akhir dari bina gerak adalah kemampuan individu dalam mobilisasi atau bergerak. Dalam hal ini sasaran bina gerak adalah sampai klien dapat berjalan sendiri, atau mampu mandiri dalam aktivitas berlokomosi. Misalnya berjalan dengan menggunakan brace, kruch, trifoot, kursi roda tanpa bantuan orang lain. (http://specialneededucation.blogspot.co.id/2008/12/bina-diri-dan-gerak-bagianak-yang.html), diakses tanggal 6 Juli 2016) 4. Prosedur Pembelajaran Pengembangan Bina Diri dan Bina Gerak pada peserta didik tunadaksa a. Pengertian Prosedur atau Proses Pembelajaran Pengembangan Bina Diri pada Peserta Didik Tunadaksa Menurut Musafak (2010); Casmini (2010) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan prosedur pembelajaran disini adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengubah tingkah laku (sebagai masukan, entering behavior)
menuju
kemampuan
yang
diharapkan
setelah
berakhirnya
pembelajaran (out put behavior). Dalam kaitannya dengan pembelajaran Bina Diri adalah kemampuan menolong dirinya sendiri dengan bantuan, mengarah pada kemampuan menolong dirinya tanpa bantuan atau mandiri. Dengan kata lain, kemampuan dengan bantuan menuju kemampuan tanpa bantuan. b. Tahapan Pelaksanaan Bina gerak Menurut Casmini (2010); Musafak (2010) Mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaannya bina gerak dapat melalui: a) assesmen; b) diagnosa berdasarkan hasil assesmen; c) berdasarkan diagnosa maka dapat ditentukan perencanaan bina gerak sesuai dengan pola gerak yang diinginkan. d) diteruskan pelaksanaan sesuai urutan rencana; e) evaluasi dilaksanakan setelah beberapa kali latihan sesuai dengan kesepakatan/ kebutuhan; f) seterusnya dilakukan pencatatan sesuai dengan prosedur yang berlaku. 23
Lebih lanjut Casmini (2010) dan Musafak (2010) menegaskan bahwa yang dibahas dalam prosedur Bina Diri dan Bina Gerak meliputi sebagai berikut: (1) Ruang Lingkup Materi Bina Diri dan Bina Gerak (2) Langkah-Iangkah Kegiatan. c. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Bina Diri dan Bina Gerak 1) Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Bina Diri Materi pembelajaran Bina Diri, meliputi: (1) Kebersihan badan, (2) Makan minum, (3) Berpakaian, (4) Berhias, (5) Keselamatan Diri dan (6) Adaptasi lingkungan. a) Kebersihan badan, antara lain melatih: (1) Cuci tangan (2) Cuci muka (3) Cuci kaki (4) Sikat gigi (5) Mandi (6) Cuci rambut, dan (7) Menggunakan toilet/wc b) Makan dan minum, meliputi: (1) Makan menggunakan tangan (2) Makan menggunakan sendok (3) Makan menggunakan sendok dan garpu (4) Minum menggunakan gelas (5) Minum menggunakan cangkir (6) Minum menggunakan sedotan c) Berpakaian: (1) Baju kaos (2) Celana/rok (3) Kemeja (4) Kaos kaki dan sepatu d) Berhias: 24
(1) Merapikan rambut dengan sisir dan memakai minyak rambut (2) Memakai bedak (3) Memakai asesoris e) Keselamatan Diri: (1) Menghindari bahaya benda tajam atau runcing (2) Menghindari bahaya api dan listrik (3) Menghindari bahaya lalulintas (4) Menghindari bahaya binatang f) Adaptasi Lingkungan: (1) Perorangan (2) Hidup bersama dengan orang lain. (http://cerpenik.blogspot.co.id/2012/04/program-khusus-untuk-tunadaksabina.html ), diakses 6 juli 2016). 2) Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Bina Gerak Ruang Iingkup materi kajian bagian bina diri dan bina gerak disusun menjadi beberapa pokok bahasan, yaitu: 1. Gerak kontrol kepala 2. Gerak anggota tubuh 3. Pindah diri 4. Gerak koordinasi 5. Menolong diri sendiri 6. Alat-alat bantu 7. Penyelamatan diri dari bahaya 8. Permainan 9. Mobilitas 10. Penggunaan waktu luang 11. Latihan menggunakan alat bantu 12. Penyesuaian diri 13. Kesibukan kerja 14. Komunikasi
25
Pokok bahasan ini telah disusun sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa serta dasar kebutuhannya. Namun guru masih diberi kesempatan untuk mengadakan pemilihan materi dan menata ulang karena kondisi dan kemampuan siswa yang bervariasi. d. Prosedur atau langkah-langkah kegiatan bina diri dan bina gerak dimulai dari kegiatan assesmen gerakan aktivitas hidup sehari-hari anak tunadaksa. Hasilnya akan digunakan sebagai dasar pembuatan program yang disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. Setelah program Bina Diri Bina Gerak disusun, selanjutnya dilaksanakan dengan bantuan alat-alat yang dimodifikasi, dan akhirnya di evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. e. Langkah-Iangkah Kegiatan 1) Pelaksanaannya, anak tunadaksa yang sama jenis kelainannya secara klasikal (kelompok), sedangkan yang berbeda secara individual. 2) Langkah-langkah kegiatannya meliputi: a) Semua gerak sendi dan urutan gerak dalam melakukan kegiatan b) hidup sehari-hari diajarkan sesuai dengan gerakan normal. c)
Urutan gerakannya dijadikan analisis tugas.
d) Menggunakan alat bantu modifikasi 3) Evaluasinya berupa tes perbuatan berdasarkan kemampuan yang akan dikembangkan. 4) Prosedur kegiatan bina diri dan bina gerak dimulai dari kegiatan assesmen gerakan aktivitas hidup sehari-hari anak tunadaksa. 5) Hasilnya akan digunakan sebagai dasar pembuatan program yang disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. 6) Setelah program Bina Diri Bina Gerak disusun, selanjutnya dilaksanakan dengan bantuan alat-alat yang dimodifikasi, dan akhirnya di evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. 5. Teknik/Metode pembelajaran pengembangan bina diri dan gerak pada peserta didik tunadaksa Menurut Musafak (2010) mengungkapkan bahwa banyak metode dan teknik yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan gerak anak-anak tunadaksa, antara
26
lain: (1). Aktivitas gerak persepsual, (2) Latihan keterampilan, (3) Permainan, dan (4). Pendidikan olahraga. a. Aktivitas gerak perseptual (perceptual motor activities) Aktivitas gerak persepsual merupakan kemampuan dasar anak dalam menerima, menginterpretasi dan merespon secara baik pada informasi sensori. Baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pencecapan. Keterampilan ini penting sebagai preventif untuk keterampilan gerak secara keseluruhan. Sebagaimana diketahui bahwa persepsi adalah bagaimana mengetahui informasi dan motor yang merefer output dan gerak yang responsive. Contoh aktivitas untuk mengembangkan kemampuan gerak perceptual adalah: 1) Gross motor activities (locomotor) (berjalan, melompat, berlari, dsb) 2) Vestibular activities (meniti, papan keseimbangan, melompat, terowong silinder, dsb) 3) Visual motor activities (Manipulative) (menata puzzle, menggambar, berjalan di kotak warna, dsb) 4) Auditory motor activities (bernyanyi sambil bergerak) 5) Tactile activities (sentuh, raba, pijat, dsb) 6) Lateralisation activities (kesadaran sisi badan, arah gerakan, dll) 7) Body awareness (kesadaran bagian badan) 8) Spatial awareness (kesadaran posisi ruangan, dsb) (Nawangsari Takarini, 2005) b. Pendekatan keterampilan (Skills approach) Latihan keterampilan tertentu dapat digunakan sebagai wahana menanamkan kemampuan gerak anak-anak yang mengalami gangguan motorik. Misalnya keterampilan memegang, menjepit, menangkap, melempar, keterampilan dalam kegiatan hidup sehari-hari (ADL), bina diri, keterampilan menulis, menggambar, dll. c. Pendekatan tematik (Thematic approach) Pendekatan tematik menggunakan tema tertentu sebagai sentral/focus perhatian yang digunakan untuk membina kemampuan gerak anak-anak yang mengalami gangguan motorik.Misalnya tema tentang kebersihan sekolah. Seorang guru dapat memanfaatkan tema kebersihan sekolah tersebut untuk melatihan 27
penguatan otot, pelemasan otot, memperbaiki gerak persendian, melatih kemampuan koordinasi, dsb. d. Pendekatan permainan (Games approach) Bermain merupakan kegiatan untuk menyalurkan emosi (seperti rasa senang, rasa setuju, rasa kesal) melalui permainan. Banyak jenis permainan yang dapat membantu membina kemampuan gerak anak gangguan motorik , misalnya: 1) Permainan gerak atau fungsi Permainan ini mengutamakan gerak yang berisi kegembiraan, misalnya tari gerak dan lagu tentang ”menanam jagung”, ”naik kereta api”, ”ular naga”, ”memetik bunga”, ”naik becak”, ”naik kereta kuda”, ”aku tukang pos”, ”tari topeng”, ”tari kuda kepang”, ”tari boneka”, ”tari lilin”, dsb. Anak-anak diminta memeragakan gerakan-gerakan sesuai dengan lagu/musik yang didengarnya, dengan penuh perasaan dan kegembiraan. Tujuan permainan dengan gerakan ini memang adalah agar anak gembira, bahagia, senang melalui permainan fantasi ini. 2) Permainan distruktif Permainan istruktif adalah permainan untuk melampiaskan kekesalan hati, dendam, benci, dll agar menjadi puas dan senang. Di dalam permainan ini anak diminta merusak alat-alat permainannya karena seakan-akan ada rahasia di dalam permainan itu. Tujuannya agar anak menemukan kesenangan dan kepuasan. Oleh karena itu permainan iani tidak boleh berlangsung lama, dan jangan menggunakan alat permainan yang berharga. Setelah itu anak segera dialihkan kegiatan anak dengan permainan yang lain. 3) Permainan konstruktif Permainan yang membangun ini misalnya dengan cara anak diminta menyusun balok-balok, batu-batu, kayu, dan papan. Tujuannya adalah menghasilkan sesuatu bentuk bangunan yang sesuai dengan fantasinya. Mereka akan bergembira dengan hasil karyanya. 4) Permainan peranan Permainan peranan, misalnya anak berperan sebagai orang penting. Anak perempuan bermain dengan boneka, masak-masakan, mencuci, menyeterika, dsb. Anak laki-laki berperan sebagai bapak, guru, masinis, sopir, pilot, dokter, 28
pemain senetron, dsb. Permainan peranan ini bertujuan anak menjadi senang dan dapat menimbulkan kepercayaan pada dirinya karena ia dapat berbuat dan meniru segala kegiatan orang-orang penting dalam kehidupan sehari-hari. 5) Permainan prestasi Di dalam permainan anak berlomba menunjukkan kelebihannya, kekuatan, keterampilan maupun dalam kecerdasannya. Permainan ini di samping untuk penyaluran emosi juga untuk melatih kebersamaan, persatuan, persaudaraan, keberanian, gotong royong, dsb. Model permainannya dapat diciptakan atas kreasi anak sendiri ataupun atas kreasi guru. e. Pendidikan olahraga (Sport Education) Pendidikan olahraga merupakan salah satu pendekatan yang dapat untuk mengembangkan kemampuan gerak individu. Baik gerak lokomotor, nonlokomotor, koordinasi gerak, penguatan otot, pelemasan otot, mempertahankan kekuatan otot, melatih gerak sendi, dsb. Para guru dituntut kreativitasnya dalam memilih aktivitas olahraga yang memiliki makna bina gerak, sehingga aktivitas olahraga yang dilakukan dapat memperbaiki kemampuan gerak anak. 6. Membedakan Pola dan Koreksi Gerak dalam Pembelajaran Pengembangan Bina Diri dan Gerak pada Peserta Didik Tunadaksa Menurut Widati (1991) mengungkapkan bahwa ada dua macam gerak manusia, yaitu gerak yang disadari dan gerakan yang tidak disadari atau gerak refleks. Gerak yang disadari prosesnya melalui otak, sedangkan gerak yang tidak disadari prosesnya tidak melalui otak melainkan melalui sumsum tulang belakang. Dimulai dari adanya stimulus (rangsang): panas, dingin, lapar, silau, dsb, diterima oleh reseptor, diteruskan ke sumsum tulang belakang, menuju ke efektor, terjadilah gerakan yang tidak disadari (gerak refleks). Gerak dasar tubuh dimulai dari gerakan telentang, miring, tengkurep, berguling, merayap, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, dan berlari. Selain gerakan dasar, kita kenal gerak manipulatif dan gerak non-manipulatif. Gerakan manipulatif adalah gerak yang memerlukan koordinasi dengan ruang dan benda di sekitarnya. Misalnya: gerakan melempar atau throwing, menangkap atau catching and collecting, menendang atau kicking, memukul atau punting, memantul-mantulkan atau 29
dribbling, melambungkan atau volleying, memukul dengan raket, memukul dengan alat atau pemukul kayu. Sedangkan yang termasuk gerakan non-manipulatif adalah gerakan yang dilakukan tanpa menggunakan alat dan dapat berpindah tempat. Contohnya: gerakan membelok atau turning, berputar atau twisting, mengguling atau rolling, mengatur keseimbangan tubuh atau balancing, perpindahan tempat atau transferring weight, melompat dan mendarat atau jumping and landing, meregangkan atau strectching, mengerut atau curting. Adapun jenis-jenis gerakan menurut pergerakan sendi meliputi: a. Fleksi, yaitu memperkecil sudut diantara dua bagian rangka dalam bidang sagital. b. Ekstensi, yaitu memperbesar sudut diantara dua bagian rangka dalam bidang sagital. c. Adduksi, yaitu mendekatkan bagian rangka ke bidang tengah badan. d. Abduksi, yaitu menjauhkan bagian rangka dari bidang tengah badan. e. Rotasi, yaitu gerakan sekeliling sumbu panjang suatu bagian rangka (berputar pada porosnya). f. Sirkumduksi, yaitu gerak melingkar kombinasi dari semua gerak di atas. Selanjutnya Widati (1991.) menegaskan bahwa jenis gerakan menurut jumlah otot yang bergerak pada garis besarnya terdiri dari dua, yaitu: a. Gerakan kasar (Gross motor), ialah gerakan yang dilakukan oleh banyak otot. Misalnya gerakan berjalan, berlari, meloncat, melompat. b. Gerakan halus (Fine motor), ialah gerakan yang dilakukan oleh sedikit otot. Misalnya gerakan menulis, menggambar, makan, minum. (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195310141987032SRI_WIDATI/MK_BDBG/bina_gerak.pdf ), diakses 4 Juli 2016.
7. Membedakan Fungsi pola Gerak dalam Pengembangan Pembelajaran Bina Gerak pada Peserta Didik Tunadaksa Menurut Widati (1991.) mengungkapkan bahwa untuk menangani anak yang mengalami kelainan alat gerak tersebut harus sesuai dengan jenis kelainannya, karena itu perlu penjelasan masing-masing intervensinya. a.
Intervensi pada anak Poliomyelitis 30
Poliomyelitis adalah suatu kelainan pada anggota gerak karena infeksi oleh virus Polio yang masuk tubuh melalui makanan dan akan menyerang sumsum tulang belakang pusat sel-sel motorik, sehingga anggota gerak yang disyarafinya akan layuh, nyeri dan mengecil. Penanganannya yaitu pada: 1) Stadium pre paralysis dengan cara memberikan: bed rest, isolasi, dan vitamin-vitamin, serta gentle massage dengan gosokan ringan. 2) Stadium paralysis dengan cara memberikan latihan gerak pasif atau aktif yang gentle, mencegah kontraktur, pemakaian splint (spalk), pengaturan posisi untuk mengurangi nyeri, dan massage. 3) Stadium penyembuhan dengan cara: mencegah kontraktur, mengulur otot yang memendek, latihan gerak dengan beban, latihan pola gerak normal, menggunakan brace dan kruk, latihan gerak aktif secara gentle. b. Intervensi pada anak Muscle Dystrophy Muscle Dystrophy adalah suatu kondisi pada anak yang ditandai dengan pengecilan otot-otot yang progresif. Penanganannya dengan memberikan: latihan gerak pasif, mengulur otot yang memendek (stretching), back splint, kruk, dan walker. Kontraindikasinya adalah latihan penguatan otot dengan beban karena tidak akan meningkatkan kekuatan otot degeneratif, perlu energi yang besar, mudah lelah, dan mempercepat kemunduran kemampuan fungsional. Istirahat dalam posisi fleksi akan mempercepat kontraktur. c.
Intervensi pada anak Cerebral Palsy Cerebral Palsy adalah gangguan atau kelainan anggota gerak karena adanya kerusakan otak. Kadang kerusakannya mempengaruhi bagian lain dari otak sehingga menyebabkan kesulitan dalam penglihatan, pendengaran, komunikasi, dan belajar. Penanganannya dengan cara mengendurkan otot-otot yang kaku, menggerakkan berlawanan dengan arah spastiknya, mencegah salah bentuk, memantapkan gerakan yang tidak terkontrol, menguatkan otot yang lemas (floppy), latihan keseimbangan dalam berlutut, berdiri, dan berjalan, kontrol gerakan-gerakan agar tidak gemetar.
d. Intervensi pada anak Spina Bifida Spina Bifida adalah suatu kelainan bawaan dimana terjadi gangguan pertumbuhan vertebra sehingga arcus vertebra tidak menutup sempurna. 31
Penanganannya dengan memberikan latihan-latihan gerak yang bersifat gentle, yaitu gerak pasif dan gerak assisted. Kontra indikasinya adalah latihan-latihan yang progresif. e.
Intervensi pada Plaat Foot Plaat Foot adalah suatu keadaan dimana arcus medialis plantarpedis akan hilang, sehingga telapak kaki rata dengan lantai. Penanganannya mengulur (stretching) struktur dorsum pedis dilakukan selama 5 menit, mobilisasi aktif dengan mengaktifkan otot cuff dan tibialis posterior untuk merangsang gerakan ke arah plantar fleksi dan inversi, dan pemakaian sepatu orthopaedi yang di bagian medial diberi support agar terbentuk arcus. (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195310141987032SRI_WIDATI/MK_BDBG/bina_gerak.pdf diakses 4 Juli 2016
REFERENSI Depdiknas. (2007). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar: Program Khusus Bina Diri dan Bina Gerak (Sekolah Dasar Luar Biasa/SDLB; Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa/SMPLB Tunadaksa Ringan-D). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. (2001). Bina Diri Dan Bina Gerak: Gerak Koordinasi (Untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa). Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Luar Biasa Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Pendidikan Luar Biasa. Depdiknas. (2001). Gerak Anggota Tubuh: Bina Diri dan Bina Gerak, Gerak Anggota Tubuh, Gerak Kontrol Kepala (Untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa). Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Luar Biasa Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Pendidikan Luar Biasa. Depdikbud. (1985). Pedoman Guru Dalam Bina Gerak Bagi Anak Tuna Daksa Untuk Sekolah Luar Biasa Bagian D. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Dirjen Dikti. (2011). KumpulanMateri TOT Fasilitator Pelaksanaan BIMTEK Inklusi. Jakarta: Kementirian Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Menengah, Direktorat Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah. Kemendikbud. (2014). Pedoman Pengembangan Diri dan Gerak bagi tunadaksa. Jakarta:Direktur PPKLKPD Widati, S. (1991). Hubungan Gerak Dasar Tubuh Dasar Kemampuan Berjalan Anak Ceberal Palsy Di SLB Bagian D, YPAC Cabang Bandung: Hasil Penelitian Tidak Dipublikasikan. 32
http://cerpenik.blogspot.co.id/2012/04/program-khusus-untuk-tunadaksa-bina.html, diakses 4 juni 2016. Musafak, (Program Khusus untuk Tunadaksa (Bina Diri dan Bina Gerak). Disampaikan pada Workshop Pengelolaan Program Kekhususan Bagi Guru SD/SMP/SMA/SMK penyelenggara Pendidikan Inklusif Tanggal 1 s.d 4 Maret 2010 di Hotel Sahid Kusuma Surakarta, departemen pendidikan nasional direktorat jenderal manajemen pendidikan dasar dan menengah) http://specialneededucation.blogspot.co.id/ (Special Education need) http://salimchoiri.blogspot.co.id/2008/07/materi-metodedan-penilaian-bina-gerak.html Salim Choiri, UNS, rabu, 23 juli 2008 (MATERI, METODEDAN PENILAIAN BINA GERAK) http://firmanplb2011banjarmasin.blogspot.co.id/ http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195310141987032SRI_WIDATI/MK_BDBG/bina_gerak.pdf http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195310141987032SRI_WIDATI/MK_BDBG/bina_gerak.pdf http://cerpenik.blogspot.co.id/2012/04/program-khusus-untuk-tunadaksa-bina.html
33