10
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Kosep Dasar Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “ rungu”. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. orang atau anak tunarungu dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan sesorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indra pendengarannya. Andreas Dwidjosumarto ( 1990 ) dalam Somantri. S ( 2006: 93 ) mengemukakan bahwa: seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua katagori yaitu tuli ( deaf ) dan kurang dengar ( low of hearing ). Tuli adalah mereka yang indra pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indra pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan/ maupun tampak menggunakan alat bantu dengar ( hearing aids ). Selain itu Mufti Salim ( 1984 ) Dalam Somantri. S ( 2006 : 93 ) menyimpulkan bahwa: Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruhnya alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tunarungu adalah mereka yang mengalami gangguan pada organ pendengarannya Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
baik sebagian atau seluruhnya yang berdampak pada kemampuan berkomunikasi, dan gangguan tersebut berada pada tingkatan-tingkatan tertentu sesuai tingkat kerusakan yang dialami oleh organ pendengaran tersebut. 2. Dampak Ketunarunguan Ketunarunguan dapat memberikan dampak yang sangat berpengaruh pada perkembangan anak tunarungu, tetapi sebagian dampak dari ketunarunguannya, anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas. Berikut ini diuraikan karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi bahasa dan bicara, akademis, emosi dan social. a. Karakteristik dalam aspek bahasa dan bicara Sebagai akibat dari gangguan atau ketidak mampuan pendengarannya anak tunarungu ( terutama yang mengalami ketulian sejak lahir ) mengalami hambatan dalam perkembangan bicara dan bahasanya. Hal tersebut terjadi karena ada kaitan yang erat antara pendengaran dengan kemampuan berbicara dan berbahasa. Kemampuan berbicara diperoleh melalui proses meniru bunyi-bunyi bahasa yang didengar. Sedangkan anak tunarungu tidak memperoleh bunyi-bunyi yang dapat ditirunya sehingga tidak mengikuti tahapan perkembangan bicara secara normal atau kemampuan bicaranya tidak terbentuk. Akibatnya mengalami hambatan didalam berbicara untuk berkomunikasi. Bicara merupakan luncuran bahasa nyaitu kata-kata secara lisan yang dimengerti oleh kelompoknya (komunikan) tertentu, artinya kata-kata Indonesia Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
yang diucapkan dapat dimengerti oleh kelompoknya yang mengerti bahasa Indonesia dan atas persetujuan bersama, begitu pula bahasa daerah lainnya didunia ini. Bicara menekankan kepada kemampuan yang dimiliki manusia dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dalam mengekpresikan pikiran, perasaan, ideide dengan memanfaatkan nafas melalui alat bicara, otot-otot serta syaraf-syaraf yang terkait secara teratur maka jadilah luncuran kata-kata atau bicara. Bicara adalah tingkahlaku individual manusia dalam melakukan komunikasi dengan pikiran dan perasaan yang mengekperesikan melalui alat ucap dengan membentuk kata-kata sesuai dengan aturan sistem bunyi bahasa.Secara lebih luas bicara adalah perbuatan manusia dalam kehidupannya sehari-hari yang bukan saja hanya sekedar mengucapkan kata-kata belaka akan tetapi mengkomunikasikannya cara yang lebih luas. Dalam mengucapkan pembicaraan yang dapat dimengerti terkait dengan ucapan yang jelas, pemilihan kata yang tepat, juga lagu kalimat yang tepat sesuai dengan dengan maksudnya. Dalam kesempatan yang dikondisikan maka bagi anak tunarungu hal bicara merupakan suatu keharusan untuk dapat diperoleh dan sesegera mungkin, oleh karena akan merupakan pengembangan atau peningkatan kemampuan berbahasanya. Dalam proses pembelajaran hendaknya diupayakan betul untuk terjadi interaksi komunikasi bahasa antara anak tunarungu sebagai siswa belajar dan guru sebagai pengajar.
Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
Bicara bagi siapapun termasuk anak tunarungu bukan merupakan “suatu hal yang kebetulan” atau spontanitas namun harus dipelajari atau dilatih dan dikondisikan untuk mengarah kepada hal yang biasa harus dilakukan. Sebagai upaya menghindari kekakuan alat bicaranya maka sejak dini anak tinarungu dibiasakan untuk meniru bahasa secara verbal dengan tujuan agar alat bicaranya terlati dalam mempola bunyi bahasa sesuai aturan sehingga luncuran ucapannya benar dan dapat dimengerti oleh orang lain. Sebagai akibat tidak atau kurang mendengar rangsang bunyi yang disebut bunyi bahasa melalui alat pendengarannya berdampak pada perolehan bunyi bahasa itu sendiri yang kurang jelas bisa ditangkapnya, sehingga anak tunarungu sulit untuk dapat mengucapkan atau meniru bunyi itu. Peniruan bunyi bahasa sangat ketergantungan dan ditopang oleh fungsi indra visualnya. Dengan sendirinya kemungkinan basar setiap fonem atau huruf dalam kata-kata tidak jelas dapat ditangkapnya, sehingga sering terjadi kesalahankesalahan seperti : 1) Dalam membentuk huruf tidak utuh. 2) Sering tertukar huruf. 3) Sering menambah atau mengurangi huruf. 4) Sering kata-katanya terpatah-patah, dan 5) Kata-kata bicara tidak berirama ( menoton=datar)
Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
Van Uden (1971) dalam Sadjaah,E. (2003:14) menyatakan bahwa: Tunarungu selain gangguan pendengarannya juga “tuna bahasa”. Selanjutnya Greg Leigh (1994) dalam Sadjaah,E.(2003:14) menguatkan bahwa: „ketidak
mampuan
anak
tuli
dalam
berbahasa
tidak
saja
dalam
menkomunikasikannya secara lisan (bicara) juga disertai kesulitan dalam memahami lambang dan aturan bahasa, jadi sangat komplek sekal‟. b. Karakteristik dalam aspek Akademis Umumnya anak tunarungu yang tidak disertai kelainan lain, mempunyai intelegensi yang normal, namun sering ditemui prestasi akademik mereka lebih rendah dibandingkan dengan anak yang mendengar seusianya. Menurut Lanny Bunawan ( 1982 ) dalam buku Wardani,I.G.A.K, Hernawati.T, Astati ( 2002 : 5.18 ) menyatakan bahwa: ‟ketunarunguan tidak mengakibatkan kekurangan dalam potensi kecerdasan mereka, akan tetapi siswa tunarungu menampakkan prestasi akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan anak mendengar seusianya‟. Untuk memahami hal tersebut harus memahami bahwa pengembangan potensi kecerdasan dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa , sedangkan dampak yang nyata dari tunarungu adalah terhambatnya kemampuan berbahasa . c. Karakteristik dalam aspek Sosial Emosional Ketunarunguan dapat menyebabkan perasaan terasing dari pergaulan seharihari. Pada umumnya keluarga yang mempunyai anak tunarungu
mengalami
Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
banyak kesulitan untuk melibatkan anak tersebut dalam keadaan dan kajadian sehari-hari agar ia tahu dan mengerti apa yang terjadi dilingkungannya. Disamping itu, kekurang pahaman terhadap bahasa lisan dan tulisan sering kali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan segala sesuatu itu negatif atau salah. Keadaan seperti itu menyebabkan anak tunarungu memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi. 2. Sifat egosentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menyesuaikan diri,serta tindakannya lebih terpusat pada “ aku/ego” sehingga kalau ada keinginan, harus selalu terpenuhi. 3. Perasaan takut ( khawatir ) terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri. 4. Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu. 5. Memiliki sipat polos, serta perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim tampak banyak nuansa. 6. Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan perasaan /keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain.
Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
3. Klasifikasi Tunarungu Menurut Moores ( 1981 : 6 ) dalam buku pengantar pendidikan luar biasa menguraikan tentang klasifikasi anak tunarungu sebagai berikut: a. Tunarungu ringan ( mild hearing loss ) Siswa yang tergolong tunarungu mengalami kehilangan pendengaran antara 27-40 dB. Ia sulit mendengar suara yang jauh sehingga membutuhkan tempat duduk yang letaknya strategis. Apabila didalam kelas ada anak yang mengalami tunarungu ringan, hendaknya ditempatkan paling depan agar lebih mudah menangkap suara guru. siswa yang sejak lahir mengalami ketunarunguan ringan mengalami sedikit hambatan dalam perkembangan biacaranya sehingga ia memerlukan terapi bicara. b.
Tunarungu sedang ( moderate hearing loss ) Siswa yang mengalami tunarungu sedang mengalami kehilangan
pendengaran antara 41-55 dB. Ia dapat mengerti percakapan dari jarak 3-5 feet secara berhadapan ( face to face ), tetapi tidak dapat mengikuti diskusi kelas. Ia membutuhkan alat bantu serta terapi bicara. c. Tunarungu agak berat ( moderately severe hearing loss ) Siswa yang tergolong tunarungu agak berat mengalami kehilangan pendengaran antara 56 – 70 dB. Ia hanya dapat mendengar suara dari jarak dekat sehingga ia perlu menggunakan hearing aid. Kepada siswa tersebut perlu
Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
diberikan latihan pendengaran serta latihan untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya. d. Tunarungu berat ( sever hearing loss ) Siswa yang tergolong tunarungu berat mengalami kehilangan pendengran antara 71-90 dB sehingga ia hanya dapat mendengar suara-suara yang karas dari jarak dekat .Siswa tersebut membutuhkan pendidikan khusus secara intensif, alat bantu dengar, serta latihan untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya. e. Tunarungu berat sekali ( profoun hearing loss ) Siswa yang tergolong tunarungu berat sekali mengalami kehilangan pendengaran lebih dari 91 dB. Mungkin ia masih mendengar suara yang keras, tetapi ia lebih menyadari suara melalui getarnnya ( vibration )dari pada melalui suara. Ia juga lebih mengandalkan penglihatannya dari pada pendengarannya dalam berkomunikasi, yaitu
melalui penggunaan bahasa isyarat dan membaca
ujaran. B. Media Kartu Gambar sebagai Proses Pembelajaran 1. Pengertian Media Kartu Gambar Proses belajar mengajar pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi antara siswa dengan guru. Interaksi dalam pembelajaran itu dapat berjalan dengan baik , apabila dibantu dengan media ( alat bantu ). Melalui media dalam proses pembelajaran diharapkan terjadi persepsi yang sama antara siswa dan guru . Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium secara harfiah perantara/pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan. Menurut Heinich dan kawankawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4 ) mengemukakan bahwa: „istilah medium sebagai pelantara yang mengantar imformasi antara sumber dan penerima .Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman, audio, gambar yang dipryeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi‟. Media dalam pengertian yang lebi spesifik juga sering diartikan sebagai alat bantu atau peraga. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dilain pihak, National Education Association memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya; dengan demikian media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca. Sehingga media bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran disekolah pada khususnya. 2. Bentuk Media Kartu Gambar Kartu gambar berbentuk kartu yang berisi gambar, teks, yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar, kartu gambar berupa objek yang dilengkapi
dengan kartu kata yang menerangkan
objek. Kartu gambar tersebut disimpan dalam kotak berdasarkan kelompok gambar. Kelompok gambar menunjukkan tema gambar nama binatang, nama Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
buah-buahan, nama alat-alat sekolah, nama alat-alat untuk mandi, perlengkapan pakaian dan nama peralatan makan . Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu gambar. Media kartu gambar dapat digolongkan pada jenis media visual, karena pada dasarnya media kartu gambar merupakan media yang biasanya dibubuhi gambar namun dalam bentuk kecil, sehingga mudah diamati, dipegang dan dipindahkan oleh anak. Levie & Levie ( 1975 ) dalam Arsyad ( 2007:9 ) yang membaca kembali hasil penelitian tentang belajar melalui stimulis gambar dan stimulis kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa: „stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingta, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep‟. Kartu sebagai salah satu media gambar yang termasuk kedalam media visual, sangat penting bagi anak tunarungu dalam proses belajar mengajar. Media ini menjadi penting karena anak tunarungu sangat mengandalkan visualnya ketika belajar. Melalui potensi pengamatan visualnya, anak tunarungu belajar memahami lingkungannya termasuk memahami berbagai hal yang bersifat abstrak. Tampilan media kartu gambar yang merupakan media pembelajaran yang berbasis visual dapat membantu anak tunarungu dalam memahami konsep pelajaran terutama dalam hal kosa kata.
Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
Manfaat media kartu gambar bagi anak tunarungu adalah: a. Menperbesar perhatian siswa, pada saat berlangsung pembelajaran banyak hal yang dapat mengganggu perhatian atau konsentrasi siswa, dengan melalui kartu gambar perhatian siswa berfokus pada kartu gambar atau dengan kata lain siswa lebih fokus perhatiannya pada materi pelajaran. b. Memperjelas perhatian yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Gambar dapat mewakili makna tertentu, terutama makna yang bersifat abstrak. c. Memberikan tampilan yang sifatnya kongkrit. Gambar pada kartu dapat memberikan penjelasan kongkrit mengenai suatu pesan yang ingin disampaikan. d. Membangkitkan minat dan kesenangan pada anak serta memberikan variasi dalam belajar. Anak akan lebih tertarik untuk belajar mengucapkan dengan bahasa verbal. e. Jalannya pelajaran tidak membosankan, tidak menoton segala indra anak dapat diaktifkan, sehingga kelemahan dalam salah satu indra tunarungu dapat diimbangi dengan kekuatan indra lainnya. Hamalik (1986) dalam Arsysd (2007:15) mengemukakan bahwa: pemakaian media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. 3. Fungsi Media Kartu Gambar Media berfungsi untuk instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
pembelajaran dapat terjadi, selain fungsi umum tersebut secara khusus media gambar berfungsi untuk menarik perhatian dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar, meningkatkan proses dan hasil belajar. Media gambar dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka, serta memungkinkan terjadi interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya. Media yang digunakan dalam proses belajar mengajar bermanfaat untuk meningkatkan kualiatas pembelajaran dalam fungsi-fungsi atensi, afeksi, kognitif, dan kompensatoris ( Arsyad , 2007 : 17 ). fungsi atensi adalah menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pembejaran yang berkaitan dengan maksud visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pembelajaran. sering kali pada awal pembelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh siswa sehingga siswa tidak memperhatikan. Media gambar dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Oleh karena itu kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar. Fungsi efektif yaitu dapat terlihat dari tingkat kenyamanan siswa ketika belajar( atau membaca) teks yang bergambar .Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
Fungsi kognitif yaitu media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual melancarkan untuk memahami atau mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gamba. Fungsi kompensatoris adalah media pelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dapat membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. Keberhasilan pembelajaran banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor daridalam dan luar diri siswa, terutama saran dan prasarana yang dapat mendukung terjadinya proses belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang berkenaan dengan memanfaatkan media kartu gambar dalam proses belajar siswa antara lain: a) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, b) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, c) metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, d) siswa dapat aktif belajar dikelas. Sudjana & Rivai 1992 ( Arsyad 2007 : 24 ). Berdasarkan uraian dan pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan beberapa manfaat dari penggunaaan media pembelajaran didalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
a. Media kartu gambar dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. b. Media kartu gambar dapat meningkat dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar. c. Media kartu gambar dapat mengatasi keterbatsan indra, ruang, dan waktu. d. Media kartu gambar dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa dengan belajar aktif dikelas. Kartu gambar berbentuk kartu yang berisi gambar, teks, yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar, dengan kata lain communication picture berupa kartu gambar objek yang dilengkapi dengan kartu kata yang menerangkan objek. Kartu gambar tersebut disimpan dalam kotak berdasarkan kelompok gambar. Kelompok gambar menunjukkan tema gambar nama binatang, nama buah-buahan, nama alat-alat sekolah, nama alat-alat untuk mandi, nama anggota tubuh, perlengkapan pakaian dan nama peralatan makan. C. Konsep Dasar kosa kata 1. Pengertian Kosa Kata Kosa Kata menurut kamus bahasa Indonesia ( 2001: 597 ) sama dengan perbendaharaan kata, dalam bahasa inggrisnya disebut Vocabulary. Bahasa adalah alat berpikir dan sarana utama seseorang untuk berkomunikasi, saling menyampaikan ide atau gagasan, menyampaikan konsep dan perasaan, Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
termasuk didalamnya kemampuan unuk mngetahui makna kata dan aturan atau kaidah bahasa serta penerapannya. Kemampuan berkomunikasi seseorang ditunjang oleh pengenalan dan penguasaan kosa kata. Kekurang pahaman berkomunikasi pada awalnya disebabkan kurangnya perbendaharaan kosa kata yang mengakibatkan ketidak pahaman akan sesuatu pengalaman. Dengan demikian pengenalan kosa kata merupakan suatu keharusan yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat awal berkomunikasi, tidak terkecuali anak tunarungu, hanya dalam mempelajari kosa kata mereka perlu pendekatan dan teknik yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak, agar kemampuan berbahasa anak dapat
optimal,
yang
secara
tidak
langsung
membawa
efek
terhadap
pengembangan kosakata dalam kehidupan. Kosa kata perlu diajarkan pada anak tunarungu karena kekurangan dalam pendengarannya akan mempengaruhi kemampuan berbahasanya, sedangkan kemampuan berbahasa tadi ditunjang oleh perbendaharaan kosakatanya. Alternatif yang dipilih oleh peneliti untuk mengenalkan kosakata pada anak tunarungu adalah dengan menggunakan media gambar. Dengan alternatif tersebut diharapkan pengenalan kosakata anak tunarungu dapat berhasil. Bila kita sadari bahwa kosakata merupakan penyalur gagasan atau ide, perasaan, kemauan, pesan maupun sikap, maka kualitas maupun kuantitas harus kita pertimbangkan. Kita harus harus menyadari bahwa semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang, semakin banyak pula ide ataupun gagasan yang dikuasainya yang sanggup diungkapkannya. Mereka yang menguasai banyak Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
gagasan atau mereka yang luas penguasaan kosakatanya dapat dengan mudah dan lancar mengadakan komunikasi dengan orang lain. Dalam kegiatan belajar mengajar, pengenalan kosakata sangat diperlukan bagi para siswa, baik anak normal maupun anak tunarungu. Hal tersebut penting untuk menambah perbendaharaan kosakata yang nantinya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan bermakna. Anak tunaungu mengalami hambatan dalam pendengarannya sehingga salah satunya berakibat pada pekembangan bahasa dalam hal ini pengenalan kosakata. Menurut Keraf ( 1985 : 6)dalam (http://repository.upi.edu/operator/upload/s c0551 0606301 chapter2.pdf. ) perbendaharaan kata /kosa kata adalah daftar katakata yang kita ketahui artinya bila mendengar kembali walupun jarang atau tidak pernah digunakan lagi dalam percakapan atau tulisan sendiri. Kosa kata suatu bahasa adalah suatu keseluruhan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa . Nurgiantoro ( 1995 : 211 ) dalam Djaelani ( 2009:15 ) menyatakan bahwa: ‟kosa kata atau perbendaharaan kata atau kata saja juga dileksikan adalah kekayaan katayang dimiliki oloeh suatu bahasa‟. Selain itu, kosa kata juga dapat diartikan sebagai semua kata yang terdapat dalam suatu kekayaan kata yang dimiliki oleh seseorang pembicara atau penulis. Berdasarkan pendapat para ahli diatas kosa kata memiliki pengertian yang cukup luas tidak hanya terbatas pada perbendaharaan kata, tetapi meliputi kataElis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
kata yang dikuasai seseorang. Kata-kata yang dimiliki oleh suatu bahasa, kata – kata yang dipakai dalam ilmu pengetahuan yang disusun dalam kamus secara alpabetes dengan disertai penjelasan secara singkat dan peraktis. 1. Jenis jenis Kosa Kata Tarigan H.G ( 1983 : 3 ) dalam bukunya pengajaran kosakata mengemukakan tentang jenis-jenis kosa kata dasar a. Istilah keakraban misalnya: ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi, mertua, menantu. b. Nama-nama bagian tubuh misalnya: kepala, rambut, mata, telinga, hidung, tangan, jari ,ada, perut, pinggang. c. Kata ganti misalnya: ( diri dan petunjuk ) misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka ,ini, itu, sini, situ, sana. d. Kata bilangan pokok misalnya : satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, Sembilan, sepuluh, sebelas seratus, seribu, sejuta. e. Kata kerja pokok misalnya : makan, minum, tidur, berbicara, melihat, mengambil, berjalan, bekerja. f. Kata keadaan pokok misalnya : suka, duka, senang, sedih, gembira, sehat, bersih, kotor, jauh, dekat besar, kecil. 3. Tujuan Pembelajaran Kosakata Kosa kata menurut perkembangannya selalu bertambah dari waktu kewaktu sesuai dengan kemajuan jaman. Sudah seharusnya setiap orang mengetahui katakata baru . Tujuan pembelajaran kosa kata adalah terampil berbahasa. Terampil Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
disini artinya terampil berkomunikasi. Sehubungan dengan hal tersebut Keraf ( Yulianti : 2008: 12 ) ( http://repository.upi.edu/operator/upload/s_c0551_0606301_chapter2.pdf) Mengutarakan pendapatnya. “ untuk mudah berkomunikasi dengan anggota masyarakat yang lain setiap orang perlu memperluas kosa katanya, perlu mengetahui
sebanyak-banyaknya,
perbandaharaan
kata
dalam
bahasa.
Komunikasi akan berjalan dengan baik kalau orang/para komunikannya mengetahui kosa kata dengan baik pula. 4. Fungsi Kosa Kata Dalam Komunikasi Anak tunarungu
adalah individu
yang mengalami kelainan dalam
pendengarannya, sehingga memiliki kemiskinan akan bahasa. Tingkat kosa kata merupakan indek dari kemampuan intelegensi. Dengan demikian kualitas dan kuantitas kosa kata seseorang merupakan indikator kualitas dan bobot kemampuan intelegensi. Kosa kata yang baik mencerminkan alam pikiran yang baik dan sebaliknya. karena itu penguasaan kosa kata yangt memadai turut menentukan keberhasilan seseorang dalam kehidupannya. Setiap kata merupakan satu konsep, maka
perkembangan
kosa
kata
adalah
perkembangan
konseptual
atau
perkembangan pengertian. Dengan kata lain, setiap pememahaman kosa kata baru kedalam pengalaman mempu meningkatkan tarap kehidupan, intelegensi, perkembangan konseptual, proses berpikir kritis, dan memperluas cakrawala pandangan hidup para siswa. Berkaitan dengan anak tunarungu, peningkatan jumlah kosa kata berarti meningkatkan kemampuan bicara dan intelegensi. Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
Kosa kata sebagai salah satu unsur bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan komunikasi. Komunikasi yang dilakukan oleh seseorang akan mengalami hambatan jika tidak menguasai sejumlah kosa kata. Penguasaan kosa kata merupakan aspek yang paling menentukan akan keterampilan berbahasa seseorang, jika seseorang menguasai banyak kosa kata ,maka ia akan menikmati kemudahan dalam menyampaikan pikirannya. D. Penelitian Yang Relevan 1. Penelitian yang berjudul,” Peningkatan Pebendaharaan Kosa Kata Dasar pada Anak Tunagrahita sedang dengan Media Kartu Gambar“. Oleh Nita Lutfiyah ( 2008 ) Dengan penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran tentang ada tidaknya peningkatan kemampuan anak tunagrahita sedang dalam perbendaharaan kosa kata dasar. Dengan menggunakan media kartu gambar, kosa kata dapat tersampaikan melalui visual dan anak dapat mengungkapkan secara verbal serta lebih mudah dipahami. Asumsi ini didasarkan pada kekurangan mereka dalam bahasa. Subyek anak tunagrahita sedang, berusia 10 tahun dan minimnya kosa kata yang dimiliki anak, sehingga anak hanya berkomunikasi secara non verbal. Dengan
demikian
yang menjadi
target
behavior
adalah
meningkatkan
perbendaharaan kosa kata dasar pada anak tunagrahita sedang. Target behavior diukur secara kuantitatif. Metoda penelitian menggunakan Single Subject Research ( SSR ) dengan prosedur desain A-B-A. 2.
Penelitian
yang berjudul,“
Penggunaan
Media
Compic
Dalam
Meningkatkan Kemampuan Memahami Kosa Kata pada Anak Tunarungu“. Oleh Djaelani ( 2008) anak tunarungu pada dasarnya tidak berbeda dengan anak-anak Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
pada umumnya mereka juga membutuhkan keterampilan berbicara. Untuk mencapai itu modal utama dibutuhkan pemahaman sejumlah kosa kata, bahkan disetiap jenjang pendidikan dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan lanjutan terdapat pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi pemehaman tentang kosa kata. Permasalahannya pembelajaran kosa kata di SLB YKS I Majalaya belum ditemukan media yang sesuai dengan potensi dan karakteristik anak. Dengan kata lain masih menggunakan media yang tidak didasarkan hasil penelitian dengan seting keles / sekolah. Akibatnya prestasi hasil belajar belum menunjukkan hasil yang optimal. Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini berupaya menemukan media pembelajaran kosa kata yang sesuai dengan kondisi kelainan yang disandang anak. Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini digunakan metode penelitian eksperimen, dengan disain Single Subject Research ( SSR ) datany berupa skor kondisi treatment yang diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan presentase. 3. Penelitian yang berjudul, “ Penggunaan Media Kartu Kata Untuk Meningkatkan Kemampuan Kosa Kata Anak Tunarungu kelas D2 di SLB-B. Perwari Kabupaten Kuningan“. Oleh Ia Hety Rochayati ( 2009) Pengambilan masalah ini dilatar belakangi oleh kenyataan dimana anak tunarungu sering sekali mengalami kesulitan dalam penguasaan kosa kata terutama anak yang masih duduk dikelas rrendah, oleh karena itu perlu alat bantu atau media secara tepat Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
dapat memberi dampak positif terhadap peningkatan penguasaan kosa kata melalui menyebutkan dan menuujukkan. Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang kemampuan anak tunarungu dalam menyebutkan dan menunjukkan kosa kata sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan dengan media kartu kata dan mengenai efektifitas penggunaan media kartu kata pada anak tunarungu. Penelitian ini menggunakan metode Single Subject Research. Pengukuran peningkatan kemampuan menyebutkan dan menunjukkan kosa kata menggunakan media kartu kata dengan menggunakan pengukuran presentase. 4.
Penelitian
yang
berjudul,”
Peranan
Media
Flashcards
dalam
Meningkatkan Kemampuan Memahami Kosa Kata Anak Tunarungu“. Oleh Siswanti ( 2006 ) anak tunarungu tidak berbeda dengan anak-anak pada umumnya, mereka juga membutuhkan keterampilan berbicara. Untuk mencapai itu modaliatas utama untuk terampil berbicara dibutuhkan pemehaman sejumlah kosa kata. Bahkan disetiap jenjang pendidikan anak tunarungu mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan lanjutan terdapat pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi pemahaman kosa kata. Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini berupaya untuk menemukan salah satu pemecahan masalah diatas yaitu menemukan media pembelajaran kosa kata yang sesuai dengan kondisi kelainan yang dihadapi anak.
Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
E. Kerangka Berpikir Salah satu media yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu media gambar. Gambar merupakan alat visual yang penting dan mudah didapat. Media gambar dianggap penting sebab dapat memberikan penggambaran visual yang kongkrit tentang masalah yang digambarkan. Media yang digunakan adalah media kartu gambar dimana penyajian materi yang diberikan keanak tunagrahita sedang berupa gambar dari kosa kata dasar dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan berbagai aspek diantaranya mengembangkan daya ingat, melatih kemandirian dan meningkatkan kosa kata tentunya. Menurut Sadiman ( 1990 : 16 ) dalam Nita Lutfiyah (2008:16 ) media gambar juga berfungsi sebagai berikut : 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalisme 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra 3. Mengatasi sifat pasif siswa sehingga dapat berguna untuk menimbulkan gairah belajar 4. Memberikan
perangsangan
serta
menyamakan
pengalaman
dan
menimbulkan persepsi yang sama pada guru dan siswa. Penggunaan media pengajaran dalam meningkatkan memahami kosa kata pada anak tunarungu sangat penting dan harus disesuaikan dengan kebutuhan kondisi anak tunarungu tersebut .Anak tunarungu sebagai insan visual, untuk itu media pengajaran yang lebih mengutamakan fungsi indra penglihatan. Media gambar merupakan salah satu media yang cukup Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
menarik bagi anak tunarungu. Dengan penampilan obyek-obyek gambar yang sederhana tetapi dapat memudahkan dalam meningkatkan kemampuan memahami kosa kata. Sebagai mana yang telah dikemukakan oleh Spedel dan Troy ( Sutawijaya A,1998: 5 ) dalam Djaelani ( 2009:3 ) menyatakan bahwa: „pengajaran hendaknya dimulai dari hal yang dapat ditangkap oleh indra penglihatan dan berpikir hendaknya tidak dipisahkan dari pengalaman visual. Sistem visual merupakan pusat berpikir seseorang sekaligus cara belajarnya“. Penggunaan media pengajaran dalam meningkatkan kemampuan kosa kata pada anak tunarungu sangat penting dan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak tunarungu yang dapat lebih mengoptimalkan organ visualnya. Anak tunarungu memiliki tipe belajar visual, untuk itu media pengajaran yang cocok digunakan anak tunarungu adalah media pengajaran yang lebih banyak memfungsikan indra penglihatannya. Media kartu gambar merupakan salah satu media yang cukup menarik sehingga anak dengan mudah mengenali kata yang diberikan dan sesuai dengan gambar yang diperlihatkan dan menempelkan kartu kata pada gambar yang sesuai kemampuan menguasaan kosa kata anak yang diajarkan dengan menggunakan media kartu gambar dengan menyebutkan dan menunjukkan kosa kata dapat meningkatkan dari yang dimiliki anak sebelumnya hal ini berarti bahwa media kartu kata berpengaruh positif dalam mengembangkan kemampuan kosa kata.
Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
Dalam kamus linguistik (Kridalaksana 1982: 98) dalam Djaelani ( 2009: 15 ) disebutkan bahwa: „kosa kata merupakan komponen bahasa yang memuat imformasi tentang makna pemakaian kata dalam bahasa, kekeyaan kata yang dimiliki seseorang pembicara, penulis atau suatu bahasa dan daftar kata yang disusun seperti kamus dengan penjelasan yang singkat dan peraktis. Anak tunarungu memiliki tipe belajar visual untuk itu media pemgajaran yang cocok digunakan anak tunarungu adalah media pengajaran yang lebih memfungsikan indra penglihatan . Flahscards merupakan salah satu media yang cukup menarik, sisi yang satu menampilkan gambar obyek dan sisi yang lain menampilkan kata yang menerangkan obyek sehingga memudahkan anak dalam meningkatkan kemampuan memahami kosa kata.
Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu