BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL
2.1. Kajian Teori 2.1.1. Efektivitas Komunikasi Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapai keberhasilan yang telah ditetapkan. Menurut Sugandha (1988 dalam Cahyanto:2007) dalam prinsip efektif itu adalah kemampuan untuk mencapai sasaran dan tujuan akhir melalui kerja sama orang-orang dengan memanfaatkan sumbersumber yang ada seefisien mungkin. Komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Semakin besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dapat direspon oleh komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan. Selanjutnya
Effendi
(2001
dalam
Cahyanto:2007)
menyatakan
komunikasi untuk dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak yaitu: 1) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, 2) Afektif, yaitu perubahan pandangan komunikan,karena hatinya tergerak akibat komunikasi dan 3) Behavioral yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada aras kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
10
Afektif meliputi efek berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap, sedangkan efek kognitif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukansesuatu menurut cara tertentu (Jahi 1988 Tubbs dan Moss 2000 dalam Cahyanto:2007) menyatakan ada lima hal yang menjadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan yaitu : 1. Pemahaman Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator), dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan. 2. Kesenangan Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu, adakalanya komunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan menimbulkan kebahagian bersama. 3. Mempengaruhi sikap Tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu
menentukan
tingkat
keberhasilan
berkomunikasi
ternyata
kegagalan dalam mengubah sikap orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang dimaksud. Dapat dikatakan bahwa kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang jangan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
11
disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan. 4. Memperbaiki hubungan Komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efektif.
Apabila
hubungan
manusia
dibayang
bayangi
oleh
ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten pun bisa saja mengubah makna. 5. Tindakan Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang diinginkan merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada mengusahakan agar pesan tersebut disetujui, tindakan merupakan feed back komunikasi paling tinggi yang diharapkan pemberi pesan. Komunikasi yang dijalin antara petani dan pabrik gula adalah komunikasi kemitraan. Kemitraan antara pabrik gula dan petani melibatkan kelembagaan yang sangat
terkait yaitu : Asosiasi Petani Tebu Rakyat
(APTR) dan Koperasi Tebu Rakyat (KTR). Manfaat yang diperoleh petani mitra antara lain : 1) Mendapatkan modal pinjaman dari perusahaan, 2) Mendapatkan bimbingan teknik budidaya,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
12
3) Mendapatkan jaminan penjualan 4) Membantu petani dalam pengadaan sarana produksi. Asumsi kemitraan antara Pabrik Gula dan petani tebu menurut Agusta (2007) adalah : 1. Upaya mendapatkan posisi yang saling menguntungkan antara petani dan Pabrik Gula, yang berarti juga menghindarkan upaya pengambilan keuntungan sepihak. 2. Tindakan-tindakan yang bersifat jujur ,yang dapat diuji melalui transparansi diantara kedua belah pihak. 3. Penumbuhan saling percaya yang disusun diatas pengetahuan tentang risiko yang akan dialami oleh masing-masing pihak. Komunikasi kemitraan di Pabrik Gula melibatkan unsur-unsur sebagai berikut: Organisasi yang terlibat : 1. Intern : Pabrik Gula, Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR), Koperasi 2. Ekstern : Pemerintah, Perbankan, Investor Bentuk komunikasi : 1. Komunikasi interpersonal : dari petani ke petani 2. Forum Temu Kemitraan (FTK) Isi/pesan yang disampaikan : 1. Usaha Tani : teknologi budidaya tebu, pengenalan varietas baru 2. Normatif kemitraan : peningkatan kualitas kerjasama, memegang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
13
kepercayaan dalam usahatani, kontinuitas pasokan bahan baku, dan jaminan pemasaran gula dan tetes 3. Pendanaan : penyaluran kredit, penerimaan hasil 4. Lain-lain : program pemerintah, kebijakan pergulaan Upaya efektivitas komunikasi adalah bagaimana menghubungi petani secara
teratur,
memberikan
informasi
yang
tepat
waktu,
menjalin
keakraban,menciptakan kedekatan, menjawab pertanyaan mereka dan memberikan tindak lanjut secara nyata
2.1.2. Kualitas Jasa Kualitas merupakan tingkat kesesuaian dengan persyaratan, dalam hal ini persyaratan pelanggan. Total quality service merupakan konsep tentang bagaimana menanamkan kualitas pelayanan pada setiap fase penyelenggaraan jasa yang melibatkan semua personel yang ada dalam organisasi (Handriana, 1998 dalam Munawaroh,:2005) Beberapa
dimensi
kualitas
jasa
diteliti
oleh
banyak
ahli.
(Parasuraman,dkk. 1985 dalam Munawaroh :2005) pada riset eksploratori mereka meneliti kualitas jasa dan faktor- faktor yang menentukannya. Mereka menemukan 5 dimensi kualitas jasa, yaitu: 1. Reliability: kemampuan untuk memberikan jasa dengan segera dan memuaskan. 2. Responsiveness: kemampuan untuk memberikan jasa dengan tanggap.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
14
3. Assurance: kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan. 4. Emphaty: kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan. 5. Tangibles: fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. Gronroos (1984) membagi dimensi kualitas jasa menjadi 2, yaitu: technical (kualitas teknis) dan functional (kualitas fungsional) Kualitas teknis adalah apa yang pelanggan dapatkan, sedangkan kualitas fungsional mengacu pada bagaimana mereka menerima jasa pelayanan. Berbagai penelitian menjelaskan bahwa dimensi kualitas jasa akan tergantung pada jenis industri jasa yang akan dinilai. Pada jenis industri jasa yang berbeda kemungkinan memiliki dimensi kualitas yang berbeda pula. Penelitian Sharma & Patterson (1999) menjelaskan bahwa kualitas pelayanan terdiri dari dua komponen fundamental - kualitas teknis (layanan inti atau "apa" yang disampaikan) dan kualitas fungsional ("bagaimana" layanan ini diberikan) (Gronroos, 1983; Parasuraman et al, 1985.). Kualitas teknis berkaitan dengan hasil aktual atau layanan inti yang dirasakan oleh pelanggan (Lovelock, 1996). Dimensi fundamental kedua kualitas pelayanan, kualitas fungsional, yang bersangkutan tidak dengan "apa" yang disampaikan, melainkan proses "bagaimana" inti atau layanan teknis yang diberikan. Gronroos (1978) menegaskan bahwa kualitas fungsional berkaitan dengan interaksi antara
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
15
penyedia dan penerima layanan dan dinilai dengan cara yang sangat subjektif. Hal ini dipandang penting untuk persepsi kualitas pelayanan secara keseluruhan,
terutama
karena
banyak
perusahaan
jasa
sulit
untuk
membedakan diri pada pelayanan inti mereka sendiri. Dimensi kualitas fungsional menjadi semakin penting sebagai alat untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Kualitas fungsional dikonseptualisasikan profesional,
sebagai
perilaku
responsif
sopan,
peduli
dan
membuat usaha-usaha menuju pemahaman, menampilkan
empati, memberikan pelayanan yang cepat, menanggapi pertanyaan dan keluhan dengan cara yang bertanggung jawab sopan dan tepat waktu.
2.1.3. Kepercayaan Penelitian Maharsi & Fenny (2006) menyampaikan bahwa Mukherjee dan Nath (2003) menjelaskan bahwa kepercayaan dapat diukur melalui technology orientation, reputation dan perceived risk. 1. Technology Orientation Besarnya kepercayaan konsumen terhadap teknologi yang digunakan. Ketika konsumen memperkirakan faktor kepercayaan, beberapa persoalan muncul dalam pikiran mereka dan salah satu persoalan tersebut adalah kesesuaian kemampuan dari teknologi tersebut dengan harapan konsumen
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
16
2. Reputation Sebagai “keseluruhan kualitas atau karakter yang dapat dilihat atau dinilai secara umum oleh masyarakat”. Ketika konsumen menerima
layanan
dari
suatu
perusahaan
mereka
akan
mempertimbangkan reputasi perusahaan tersebut dimana reputasi adalah faktor yang sangat penting dari kepercayaan. Ketika konsumen merasa suatu perusahaan memiliki reputasi yang jelek, mereka akan malas menggunakan layanan dari perusahaan tersebut. 2. Perceived Risk Besarnya persepsi konsumen mengenai resiko mempengaruhi besarnya kepercayaan mereka terhadap perusahaan dan layanan dari perusahaan tersebut sehingga ketika menerima layanan, konsumen sering menganggap bahwa ada resiko yang tinggi walaupun resiko tersebut sebenarnya rendah .Konsumen yang lebih berpengalaman mempunyai lebih banyak informasi mengenai layanan tersebut sehingga mereka beranggapan resikonya rendah dan karena itu mereka mempunyai kepercayaan yang lebih dalam layanan Penelitian (1994),
tersebut juga
Mukherjee
dan
Nath
menjelaskan bahwa Morgan dan Hunt (2003)
mengkonsepkan
kepercayaan
dipengaruhi oleh shared value, communication dan opportunistic behaviour. Shergill dan Li (2005) juga mengkonsepkan kepercayaan dipengaruhi oleh shared value, communication dan opportunistic behaviour control.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
17
2.1.4 Komitmen relasional Mengutip penelitian Jasfar (2005) bahwa dalam pemasaran jasa, komitmen dirumuskan sebagai suatu bentuk perjanjian yang tersurat maupun tersirat untuk melanjutkan hubungan antar dua pihak. Komitmen dalam konsep long term relationship, memegang peranan yang sangat penting karena hubungan jangka panjang paling banyak didasarkan kepada komitmen kedua belah pihak. Moorman, et al (1992), mendifinisikan commitment as: “an enduring desire to maintain a valued relationship”. Definisi ini lebih menekankan pengertian komitmen dari unsur perilaku sebagai upaya untuk mempertahankan dan menjaga hubungan jangka panjang antara kedua belah pihak agar hubungan ini lebih bernilai. Pengertian “value relationship” dikaitkan dengan suatu keyakinan bahwa tidak akan terjadi suatu komitmen, apabila salah satu pihak atau kedua duanya merasa bahwa hubungan itu tidak saling menguntungkan. Dengan perkataan lain komitmen berarti di dalamnya terdapat suatu hubungan yang berharga yang perlu dipertahankan terus, di mana masing-masing pihak bersedia bekerja sama untuk mempertahankan hubungan ini. Konsep ini dipertegas
oleh
oleh
Morgan
and
Hunt
(1994)
yang
menyatakan
bahwa:“relationship commitment exist only when the relationship is considered important and a commited partner wants relationship to endure indefinitely and is willing to work at maintaining it”. Akhirnya Berry dan Parasuraman yang sangat banyak meneliti tentang kualitas jasa dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
18
hubungannya dengan komitmen menyatakan bahwa: “relationships are built on the foundation of mutual commitment” (1991). Mereka menekankan pentingnya
komitmen
dalam
membangun
suatu
hubungan
antara
perusahaan dengan para pengguna jasa. Menurut Indarjo (2002 dalam Arifianto:2005), komitmen didefinisikan sebagai sikap dan tingkah laku yang mencerminkan keeratan hubungan antara dua pihak yang semakin mendekatkan keduanya menjadi satu kesatuan bagian. Komitmen dapat diukur menggunakan 3 (tiga) skala pengukuran yaitu : 1. Affective Commitment Merupakan kehendak untuk melanjutkan hubungan karena adanya pengaruh positif terhadap partner. 2. Harapan akan kelanjutan hubungan Mencakup persepsi baik kehendak perusahaan yang bersangkutan maupun konsumen untuk tetap tinggal dalam hubungan tersebut. 3. Kemauan untuk berinvestasi Mencerminkan suatu kehendak untuk melakukan suatu hal yang lebih daripada sekedar bertahan dalam hubungan tersebut. Komitmen
relasional dalam konteks hubungan kemitraan antara
petani dan Pabrik Gula dimulai pada saat petani bersedia menerima menjadi mitra Pabrik Gula. Kesediaan petani diwujudkan dalam sebuah perjanjian
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
19
diawali dari penyaluran kredit ketahanan pangan sesuai plafon dari pemerintah berupa : biaya beban hidup diberikan sebelum petani menanam tebu, bibit, pupuk , biaya garap/.pemeliharaan tebu, dan tebang angkut. Sedangkan
untuk
penggilingan
tebu
komitmen
kemitraan
tentang
penggilingan tebu berupa perjanjian penggilingan tebu yang berisi tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak sebagai berikut 1. Petani, mempunyai hak : menerima bagi hasil dengan ketentuan pemerintah ( gula sekitar 66% dan tetes 2,5% dari tebu) dengan harga talangan gula sesuai ketentuan pemerintah, uang muka pembelian tetes sesuai kesepakatan dan menerima sharing gula/tetes setelah atas penjualan gula yang dilaksanakan dengan sistem lelang dan mempunyai kewajiban : menyerahkan tebu miliknya dalam kondisi mutu tebu yang memenuhi persyaratan layak giling yaitu Manis, Bersih Dan Segar (MBS) , mengembalikan semua pinjaman beserta biaya-biaya lainnya yang akan dipotong dari pencairan Delivery Order (DO) bagi hasil. 2. Pabrik Gula mempunyi hak
: menerima bagi hasil gula dan tetes
sesuai ketentuan pemerintah (gula sekitar 34% dan tetes 2%) dan mempunyai kewajiban untuk menggiling tebu milik petani dan melaksanakan pelelangan hasil produksi gula dan tetes
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
20
2.2.
Hubungan Antar Variabel
2.2.1. Hubungan Efektifitas Komunikasi dengan Kepercayaan Komunikasi terutama komunikasi tepat waktu (Moorman, Deshpande, dan Zaltman 1993 dalam
Morgan & Hunt:1994)
menumbuhkan kepercayaan dengan membantu dalam menyelesaikan perselisihan dan menyelaraskan persepsi dan harapan (Etgar, 1979 Anderson & Narus,1990 dalam Morgan & Hunt :1994). Ketrampilan komunikasi yang efektif juga penting dalam menghasilkan kepercayaan klien. (Moorman et al.1993 dalam Sharma & Patterson:1999) dan
juga menekankan bahwa komunikasi tepat
waktu adalah penting untuk menyelaraskan persepsi dan dengan demikian mendorong kepercayaan. Komunikasi yang berarti dan tepat waktu membantu klien untuk membantu menyelesaikan masalah dan kesalahpahaman.
Dengan
menghubungi
klien
secara
sering,
menjawab pertanyaan mereka dan memberi mereka tindak lanjut dari investasi membantu pengembangan kepercayaan dalam hubungan tersebut. Morgan dan Hunt (1994 dalam Sharma & Patterson:1999) menemukan bahwa kualitas komunikasi yang sering dan tinggi menghasilkan kepercayaan yang lebih besar, sementara Anderson dan Narus (1990 dalam Sharma & Patterson:1999) menyatakan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
21
bahwa dari kedua produsen dan sudut pandang distributor, komunikasi yang positif berkaitan dengan kepercayaan. Penelitian Sharma & Patterson (1999) efektivitas
komunikasi
memberikan
baik
formal
membuktikan bahwa
maupun
informal
dengan
informasi yang bermakna dan tepat waktu dapat
membentuk harapan yang realistis dan kepercayaan.
2.2.2. Hubungan
Kualitas
Jasa
(Teknis
&
Fungsional)
dengan
kepercayaan Menurut Sharma & Patterson (1999) , kualitas teknis mengacu pada kompetensi auditor dalam mencapai tingkat pengembalian investasi terbaik bagi klien mereka pada tingkat risiko yang dapat diterima, dengan demikian membantu klien untuk mencapai tujuan keuangan
mereka.
Selain
itu
kualitas
fungsional
yang
dikonseptualisasikan sebagai perilaku, responsif sopan, peduli dan profesional ditampilkan dalam penciptaan dan pengiriman layanan inti. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa wawancara dengan para responden diperoleh kesimpulan bahwa dari sebuah pengalaman yang memuaskan
dengan
interaksi
berulang
dapat
memperkuat
kepercayaan auditor. Gounaris (2003) yang meneliti tentang Kepercayaan dan pengaruh komitmen pada retensi pelanggan menyimpulkan bahwa
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
22
tingkat kepercayaan antara penyedia layanan dan pelanggan secara langsung dipengaruhi oleh kualitas layanan dan strategi ikatan dan teknik provider, kualitas pelayanan terutama dimensi-dimensi yang berkaitan dengan layanan utama yang ditawarkan kepada klien (kualitas output) sebagai penguat ikatan kepercayaan. Menurut Coulter (2003
dalam Sharma & Patterson:1999),
kepribadian yang terkait dan kinerja yang terkait dengan dimensi kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif terhadap kepercayaan, oleh karena itu proses pengiriman dan penciptaan pelayanan adalah penting dalam membentuk kepercayaan. Konsekuensi dari kualitas (Parasuraman et al. 1988; Ostrom dan Lacobucci 1995; Cronin et al. 2000; Holbrook 1999 dalam Sharma & Patterson:1999). juga dipandang sebagai anteseden langsung dari kepercayaan dan/ atau hubungan komitmen.
2.2.3. Hubungan kepercayaan dengan komitmen relasional Kepercayaan memainkan peran penting dalam membangun dan mempertahankan relationship dan merupakan prediktor yang signifikan terhadap komitmen. Pelanggan dapat komit pada pihak lain yang diyakini dapat dipercaya. Dikutip
dalam
penelitian
Bagdoniene
(2009)
bahwa
kepercayaan menjadi syarat utama bagi kelangsungan hubungan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
23
(Doney & Cannon, 1997; Sharma & Pattersson:1999) dan kesuksesan mereka (Kramer & Tyler, 1995). Smaliukienė (2005) juga berpendapat bahwa kepercayaan mendorong komunikasi yang terbuka antara mitra, pertukaran gagasan dan berbagi sumber daya.. Hal ini kemungkinan bahwa hubungan penyedia layanan dan klien akan memiliki perspektif jangka panjang. Hubungan itu merupakan proses pemahaman dan penciptaan nilai saling bekerjasama (Schurr, 2007) didasarkan pada pemahaman, kerjasama,
komitmen
dan
kemampuan
beradaptasi
(Kasper
dkk,:2006), kontak pribadi, komunikasi (Castro et al.:2005) dan kepercayaan (Fullerton & West, 1996; Kasper et al., 2006). Kepercayaan sebagai konstruksi dasar di sebagian besar kegiatan jangka panjang, terutama untuk layanan profesional, diuraikan oleh Jaakkola & Halinen (2006), Sharma & Patterson (1999). Galbreath (2002) mencatat, bahwa
jika pihak terkait percaya bahwa semua
orang akan melakukan apa yang dimiliki dan kedua belah pihak akan menguntungkan, berubah menjadi hubungan yang dapat diandalkan. Ini adalah dasar untuk win-win strategi dalam pembangunan hubungan. Hubungan yang dinamis, dari waktu ke waktu, dan semakin berkembang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
24
2.3.
Kerangka Pemikiran
Efektivitas Komunikasi
H1
H4
H2 Kualitas Teknis
Kepercayaan
Komitmen Relasional
H3 Kualitas Fungsional
Gambar 2.1 Model Penelitian
2.4. Hipotesis H1. Makin tinggi efektivitas komunikasi yang dijalin, makin besar kepercayaan petani pada pabrik gula. H.2. Makin besar kualitas teknis yang diberikan kepada petani, makin kuat kepercayaan petani pada pabrik gula H.3. Makin besar kualitas fungsional yang diberikan kepada petani, makin kuat kepercayaan petani pada pabrik gula. H.4 Makin besar kepercayaan petani pada pabrik gula, makin kuat komitmen relasional antara petani dan pabrik gula.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini apabila ditinjau dari sudut kedalaman ilmu yang ingin dikembangkan tergolong penelitian terapan yang bertujuan untuk memecahkan sebuah masalah yang saat ini dihadapi oleh manajemen PTP Nusantara XI (Persero). Berdasarkan jenis penjelasan ilmu yang akan dihasilkan, penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yang ingin mencari penjelasan dalam bentuk hubungan sebab akibat antar beberapa variabel. Berdasarkan metode yang digunakan untuk menjelaskan teori yang dikembangkan, penelitian ini adalah penelitian untuk menguji hipotesis. (Ferdinand :2006)
3.2. Identifikasi Variabel Variabel-variabel
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
dikelompokkan dalam : 1. Variabel eksogen terdiri dari : keefektifan komunikasi, kualitas teknis dan kualitas fungsional 2. Variabel intervening yaitu : kepercayaan 3. Variabel endogen yaitu : komitmen relasional
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
26
3.3. Definisi Operasional Definisi operasional menjelaskan pengertian masing-masing variabel dan
memberikan batasan pembahasan permasalahan
sebagai berikut : 3.3.1 Variabel Eksogen Variabel eksogen terdiri dari : 1.
Efektivitas Komunikasi (X1)
Efektivitas
komunikasi
adalah
sejauhmana
komunikasi
kemitraan disampaikan petugas pabrik gula kepada petani melalui komunikasi interpersonal yang dilakukan dari rumah ke rumah, pertemuan kelompok tani dan pertemuan dalam forum kemitraan wakil
petani
dapat
meningkatkan
pengetahuan,
merubah
pandangan dan perilaku petani. Dalam penelitian ini, indikator komunikasi yang efektif mengacu pendapat Effendy (2001 dalam Cahyanto:2007) yaitu : 1. Peningkatan pengetahuan (X1.1) Petani yang semula tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih memahami. 2. Perubahan pandangan (X1.2) Pandangan petani dalam usaha budidaya tebu berubah menjadi lebih baik 3. Perubahan perilaku (X1.3) Petani yang selama ini belum melakukan usaha budidaya tebu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
27
sesuai baku teknis akan merubah perilaku mereka. 2.
Kualitas Teknis (X2) Kualitas teknis adalah layanan inti atau “apa” yang diterima
petani. Kualitas Teknis dalam penelitian ini menerapkan 3 indikator dari Lovelock (1996 dalam Sharma & Patterson :1999) yaitu : 1. Kompetensi (X2.1) Kompetensi petugas pabrik gula meliputi petugas di bagian tanaman dalam budidaya tebu, petugas bagian pengolahan dalam teknologi pengolahan gula, petugas bagian teknik dalam persiapan mesin2 pengolahan gula dan petugas bagian keuangan dalam administrasi. 2. Layanan inti (X2.2) Layanan inti yang diberikan pabrik gula kepada petani meliputi : penyaluran fasilitas kredit untuk budidaya tebu, penyediaan sarana dan prasarana terkait pengolahan gula dan perhitungan bagi hasil. 3. Hasil aktual (X2.3) Penyaluran
fasilitas
kredit
untuk
budidaya
tebu
dapat
bermanfaat bagi petani, penggilingan tebu dapat memberikan hasil yang memuaskan petani. 3.
Kualitas Fungsional (X3) Kualitas fungsional mengacu pada “bagaimana” petani
menerima jasa pelayanan Untuk menilai kualitas fungsional, dipilih
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
28
3 indikator sesuai studi dari Groonross (1983 dalam Sharma & Patterson:1999) meliputi : 1. Empati (X3.1) Empati merupakan keperdulian petugas pabrik gula dari seluruh jajaran kepada petani. Kepedulian dalam memahami kebutuhan petani dan keinginan petani. 2. Kecepatan pelayanan (X3.2) Dalam penyaluran kredit dan pembagian bagi hasil
kepada
petani dilaksanakan dengan cepat dan tepat waktu 3. Responsif (X3.3) Cepat tanggap dalam melayani kebutuhan dan permasalahan petani 3.3.2 Variabel Intervening (Y) Variabel
intervening
dalam
penelitian
ini
adalah
kepercayaan, dengan indikator yang diukur dari studi Muchrejee & Nath (2003 dalam Maharsi & Fenny :2006) meliputi : 1. Teknologi yang digunakan (Y1) Peralatan dan teknologi yang digunakan dalam pengolahan gula, misalnya ketepatan analisa rendemen sebagai dasar bagi hasil antara pabrik gula dan petani 2. Reputasi perusahaan (Y2) Kinerja produksi dan keuangan pabrik gula yang baik
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
29
3. Risiko yang dirasakan (Y3) Risiko minimal yang dirasakan petani dalam menggilingkan tebunya 3.3.3 Varibel Endogen (Z) Variabel endogen adalah komitmen relasional yang diukur dengan 3 indikator dari Indarjo ,2002 dalam Arifianto,2005 meliputi : 1. Kehendak melanjutkan hubungan (Z1) Petani akan tetap melakukan kerjasama kemitraan dalam usaha budidaya tebu dan penggilingan tebu. 2. Harapan mempertahankan hubungan (Z2) Hubungan kemitraan yang terjalin antara pabrik gula dan petani bertahan dalam beberapa tahun kedepan 3. Kemauan berinvestasi (Z3) Investasi dalam bentuk peningkatan luas tanaman tebu rakyat dan pasokan tebu 3.4.
Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: Sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Pertimbangan menggunakan skala Likert karena
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
30
mudah
dibuat
memasukan
dan
diterapkan,
terdapat
pertanyaan-pertanyaan
kebebasan
asalkan
sesuai
dalam dengan
konteks permasalahan, jawaban berupa 5 alternatif sehingga informasi mengenai item tersebut jelas, dan reliabilitas pengukuran bisa diperoleh dengan jelas
Pengukuran ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Menggunakan skala penilaian (skor) 1 sampai 5, kelima skala yang dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut : 1
2
Sangat Tidak Tidak Setuju Setuju
3
4
5
Netral
Setuju
Sangat Setuju
Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor yang berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 5 pada masing-masing skala, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 5 nilai tertinggi 3.5.
Prosedur dan Pengumpulan Data
3.5.1 Jenis Data Data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
31
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dalam hal ini adalah petani tebu dari masing-masing Pabrik Gula melalui pengisian kuesioner yang diberikan kepada responden berkaitan dengan variabel dan indikator yang diteliti. Data dikumpulkan secara cross section yaitu pada titik waktu yang sama atau tanpa memperhatikan perbedaan waktu, dengan pertimbangan bahwa dengan keterbatasan waktu penelitian data cross section dapat menggambarkan keadaan subyek pada saat tertentu 2. Data Sekunder Data yang dikumpulkan berupa data yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) untuk mendukung data primer antara lain : jumlah produksi gula, kapasitas pabrik, jumlah petani dan lain lain. 3.5.2. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi
Mengamati secara langsung maupun tidak langsung kondisi di lapangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian atas pelaksanaan pengelolaan pabrik gula. 2. Wawancara
Melakukan tanya jawab untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait sebagai data tambahan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
32
3. Kuesioner Memberikan daftar pernyataan yang terkait dengan variabel penelitian yang diisi oleh petani tebu sebagai responden dalam penelitian ini. 3.5.3. Teknik Penentuan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah petani tebu yang terikat dalam perjanjian kredit KKPE/ kontrak giling dan telah bermitra dengan Pabrik Gula minimal 5 tahun, dengan tujuan telah memahami dan merasakan hubungan kemitraan dengan pabrik gula berjumlah 4.813 orang 2. Sampel Metode penentuan sampel menggunakan Probability Sampling dengan Rumus Slovin : N n = N d2+1 dimana: n = ukuran sampel N = ukuran populasi d = galat pendugaan (dalam penelitian ini 5%) Sehingga :
4.813 n = 4.813 x5%2+1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
33
4.813 n = 13 n = 369 sampel
Sampel dihitung secara proporsional ke masing-masing Pabrik Gula sebagai berikut : Tabel. 3.1. Pembagian Sampel PABRIK GULA Soedhono Poerwodadie Redjosarie Pagottan Kanigoro Kedawoeng Wonolangan Gending Padjarakan Djatiroto Semboro Wringin Anom Olean Pandjie Assembagoes Pradjekan PTPN XI
POPULASI 250 221 369 362 164 330 308 245 193 412 661 118 104 165 310 601 4,813
SAMPEL 19 17 28 28 13 25 24 19 15 32 50 9 8 13 24 45 369
Sumber : PTPN XI (Persero)
b. Pengumpulan data
Pengumpulan
data
diperoleh
dengan
menyebarkan
kuesioner yang dikirimkan kepada responden melalui
masing-
masing Pabrik Gula sebagai mitra kerja petani tebu.
Kuesioner yang diisi oleh para responden terdiri atas 20 pertanyaan, yaitu 5 butir tentang keefektifan komunikasi, 6 butir tentang kualitas teknis, 3 butir tentang kualitas fungsional, 3 butir tentang kepercayaan dan 3 butir tentang komitmen relasional.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
34
3.6.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM) yaitu metode multivariat yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks. SEM merupakan pendekatan terintegrasi antara analisis faktor, model struktural dan analisis path (jalur). Dengan menggunakan SEM dapat dilakukan 3 (tiga) kegiatan secara serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen (analisis faktor konfirmatori), pengujian model hubungan antara variabel (analisis path), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk prediksi (model struktural dan analisis regresi). Tujuan akhir dari SEM pada prinsipnya adalah mendapatkan model struktural. Bilamana pendugaan parameternya didasarkan pada data input matriks kovarians, maka SEM bermanfaat untuk prediksi atau untuk pembuktian model. Menurut Ghozali (2008), estimasi parameter dalam SEM pada umumnya berdasarkan pada metode Maximum likelihood(ML). Estimasi dengan metode ML menghendaki adanya asumsi yang harus dipenuhi yaitu: a. Jumlah sampel harus besar
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
35
Analisis struktur kovarian atau SEM umunya berdasar pada large sample size theory. Jumlah sampel yang besar sangat kritis untuk mendapatkan estimasi parameter yang tepat b. Distribusi dari observed variabel harus normal multivariat Analisis SEM menghendaki variabel harus berdistribusi normal multivariat
sebagai
bentuk
dari
asumsi
sampel
besar
(asymptotic) dan penggunaan metode estimasi ML. Asumsi tersebut dapat diuji dengan menghitung nilai jarak kuadrat pada setiap pengamatan. c. Tidak terdapat Multikolinieritas Sama seperti halnya pada analisis multivariat pada umumnya, salah satu asumsi yang seharusnya dipenuhi adalah multikolinieritas. Asumsi multikolinieritas mengharuskan tidak ada-nya korelasi yang sempurna atau besar diantara variabel-variabel independen. Nilai korelasi antara variabel observasi yang tidak diperbolehkan adalah sebesar 0,9 atau lebih.
3.6.1.
Uji Validitas dan Reliabilitas Validitas berkaitan dengan seberapa besar suatu variabel itu
mengukur apa yang akan diukur. Untuk mengukur validitas konstruk maka dapat dilihat nilai loading faktornya. Hair, dkk (2006) dalam menyatakan bahwa loading faktor harus sama dengan 0,5 atau lebih dan idealnya harus 0.7. Maka hal demikian dapat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
36
dikatakan sebagai signifikan. Statistik uji menggunakan t-test dan kriteria penolakan H0 apabila p-value < α dengan hipotesis yang mungkin adalah: H0 : λ = 0 ≈ variabel indikator tidak valid sebagai indikator variabel laten H1 : λ ≠ 0 ≈ variabel indikator valid sebagai indikator variabel laten Pada model struktural digunakan pengukuran Confimatory Factor Analysis Model (CFA). hubungan antara variabel laten dapat ditaksir dengan matrik kovariannya Reliabilitas adalah konsistensi suatu pengukuran. Reliabilitas tinggi
menunjukkan
bahwa
indikator-indikator
mempunyai
konsistensi tinggi dalam mengukur peubah latennya. Besarnya nilai Construct Reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
3.6.2 Uji Kesesuaian Model Uji Kesesuaian Model (Goodness of fit test) digunakan untuk mendapatkan model yang benar-benar baik dan menguji apakah indikator
indikator
tersebut
mampu
mendefinisikan
konstruk, terdiri dari beberapa indeks :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
sebuah
37
a. Chi-Square Statistic Chi-square statistic merupakan suatu ukuran fundamental dari overall fit yang biasa disebut likelihood-ratio chi-square. Menurut Ghozali(2008) nilai chi-square yang tinggi relatif terhadap derajat bebas yang menunjukkan bahwa matrik varians atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi. Alat uji ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Hipotesis pengujiannya adalah:
=
H0 :
atau matriks varian kovarian populasi sama
dengan matriks varian kovarian sampel yang ditaksir. H1 :
≠
atau matriks varian kovarian populasi tidak sama
dengan matriks varian kovarian sampel yang ditak-sir. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-square-nya rendah. Semakin kecil nilai
2
berarti benar-
benar tidak ada perbedaan, Ho gagal tolak berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar p > 0,05 atau p > 0,10. b. RMSEA Root mean square error of approximation (RMSEA) merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecen-derungan statistik
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
38
Chi-Square menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0.05 sampai 0.08 merupakan ukuran yang dapat diterima. c. GFI Goodness of Fit Index (GFI) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar dari nilai 0 sampai 1.0. Nilai GFI tinggi menunjukkan kecocokan model yang lebih baik dan berapa nilai GFI yang diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya. Banyak peneliti menganjurkan nilai diatas 90% sebagai ukuran good fit. d. AGFI Adjusted
Goodness
of
Fit
Indeks
(AGFI)
merupakan
pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah sama atau > 0.90. e. CFI Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar nol sampai satu, dimana semakin mendekati satu mengindikasi-kan tingkat fit yang paling tinggi
a very good
fit. Nilai yang
direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,95. Keunggulan dari indeks ini bahwa indeks ini tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu
sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan
sebuah model.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
39
3.6.3
Full Structural Equation Model Setelah model dianalisa melalui confirmatary factor analysis dan dilihat bahwa masing-masing variable dapat digunakan untuk mendefinisikan sebuah konstruk laten, maka langkah berikutnya adalah menggunakan analisa full model SEM dengan aplikasi AMOS 16. Estimasi parameter dalam Strctural Equation Modeling (SEM) umumnya berdasarkan pada metode maximum likelihood (ML). Metode ML menghendaki adanya asumsi yang harus dipenuhi yaitu: a.
Distribusi Normal Multivariat Analisis SEM juga menghendaki distribusi variabel harus multinormal sebagai konsekuensi dari asumsi sampel besar (asymptotic) dan penggunaan metode estimasi Maximum like-lihood(ML). Kemultinormalan data dapat diuji dengan meng-hitung nilai jarak kuadrat pada setiap pengamatan, (Johnson,1992) yaitu : dj
2
(x j
'
x) S
1
(x j
x ), j
1, 2 ,..., n
(2.6)
dimana xj = pengamatan ke-j S-1 = invers matriks varian kovarians Hipotesis yang digunakan sebagai berikut. H0 : data mengikuti distribusi multinormal. H1 : data tidak mengikuti distribusi multinormal.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
40
Data mengikuti distribusi multinormal jika gagal tolak H0, artinya daerah dibawah kurva
(0.05, p).
multivariat lebih dari
50%. b. Multikolineritas atau Singularity Untuk melihat apakah data dari suatu penelitian terdapat multikolinearitas (multicollinearity) atau (singularity) dalam kombinasi-kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan dari matriks kovarians sampelnya. Nilai deter-minan yang kecil atau mendekati 0 akan mengindikasikan ada-nya multikolinearitas atau singularitas, sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian. c.
Tidak ada Outlier Outlier merupakan observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariate maupun multivariate dan terlihat sangat jauh berbeda dengan observasi-observasi lainnya. Dalam dengan
analisis multivariat, outliers dapat diuji
membandingkan
squared (d 2) dengan nilai
nilai 2
mahalanobis
distance
dengan derajat bebas sebesar
variabel yang digunakan dan tingkat p < 0,001. Sedangkan untuk
Univariate
akan
dikategorikan
sebagai
outliers
dengan cara mengkonversi nilai data ke dalam Z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi satu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
41
Kehendak melanjutkanhub
Peningkatan Pengetahua nn Perubahan
Keefektifan
Pandangan
Komunikasi
Harapan mempertahankanhub
Kemauan berinvestasi
Komitmen Relasional
Perubahan Perilaku
Kompetensi Layanan Inti
Kualitas Teknis
Kepercayaan
Hasil Aktual
Empati
Kecepatan Pelayanan
Kualitas Fungsional Teknologi yg digunakan
Reputasi Perusahaan
Responsif
Gambar 3.1. Pengembangan Model
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Risiko yang dirasakan
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) atau PTPN XI adalah badan usaha milik negara (BUMN) agribisnis perkebunan dengan core business gula. Perusahaan ini bahkan satu-satunya BUMN yang mengusahakan komoditas tunggal, yakni gula, dengan kontribusi sekitar16-18% terhadap produksi nasional. Sebagian besar bahan baku berasal dari tebu rakyat yang diusahakan para petani sekitar melalui kemitraan dengan pabrik gula (PG).
Kegiatan utama usaha dari PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) adalah produksi gula. Bidang usaha yang lain meliputi produksi / pembuatan alkohol serta spiritus dari tetes tebu dan produksi karung goni dari serat kenaff dan karung plastik. Perusahaan juga menyediakan jasa pelayanan medis dari Rumah Sakit Umum yang dimilikinya
PT. Perkebunan Nusantara (Persero) yang berkantor di jalan merak No.1, Surabaya, mengoperasikan 16 pabrik gula, 4 rumah sakit, 1 pabrik goni & karung plastik dan 1 pabrik penyulingan Alkohol & Spiritus
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
43
Sejak nasionalisasi atau pengambilalihan dari Pemerintahan Belanda ke Pemerintahan Indonesia perusahaan perkebunan telah mengalami beberapa kali mengalami restrukturisasi, sampai yang terakhir dari yang sebelumnya berjumlah 32 perusahaan perkebunan menjadi 14 perusahaan, dimana dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Indonesia nomor 16 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) merupakan gabungan antara PT Perkebunan XX (Persero) dan PT Perkebunan XXIV-XXV (Persero) yang masing-masing didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 1972 dan No. 15 Tahun
1975.
Anggaran
Dasar
Perusahaan
Perseroan
yang
dibuat
berdasarkan Akte Notaris Harun Kamil SH, No. 44 tanggal 11 Maret 1996, telah dilakukan perubahan dan mendapat persetujuan sesuai Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. C21048HT.01.04.Th.2002 tanggal 29 Oktober 2002.
Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar tersebut sesuai dengan format isian Akta Notaris Model II yang tersimpan dalam database Salinan Akta Nomor 02 tanggal 02 Oktober 2002, yang dibuat oleh Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo SH, berkedudukan di Tangerang.
Walaupun demikian, secara umum sebagian besar unit usaha di lingkungan PTPN XI telah beroperasi sejak masa kolonial berkuasa di Hindia
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
44
Belanda. Kantor Pusat PTPN XI sendiri merupakan peninggalan HVA yang dibangun pada tahun 1924 dan merupakan lambang konglomerasi industri gula saat itu.
PTPN XI bergerak dalam bidang usaha agribisnis perkebunan tebu yang menghasilkan produk utama gula pasir dan tetes. Di samping itu PTPN XI juga memiliki unit usaha yang menghasilkan :
Kemasan karung goni dari bahan baku serat. Kemasan karung plastik dari bahan baku biji plastik. Alkohol/Spiritus dari bahan baku tetes. Rumah Sakit Umum melayani perawatan kesehatan karyawan perusahaan dan penderita dari masyarakat umum.
Secara keseluruhan, unit usaha dan wilayah kerja PTPN XI dan lokasinya disajikan pada tabel dan gambar di bawah ini
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
45
Tabel 4.1. Unit Usaha PTPN XI (Persero) Unit Usaha Pabrik Gula
Pabrik Alkohol dan Spiritus Pabrik Karung Rumah Sakit
Kabupaten/Kota Kabupaten Ngawi Kabupaten Magetan Kabupaten Madiun Kabupaten Pasuruan Kabupaten Probolinggo Kabupaten Lumajang Kabupaten Jember Kabupaten Situbondo Kabupaten Bondowoso Kabupaten Lumajang
Kota Surabaya Kota Malang Kabupaten Probolinggo Kabupaten Lumajang Kabupaten Situbondo Sumber : http://www.ptpn-11.com
Nama Unit Usaha PG Soedhono PG Poerwodadie, PG Redjosarie PG Pagottan, PG Kanigoro PG Kedawoeng PG Wonolangan, PG Gending, PG Padjarakan PG Djatiroto PG Semboro PG Wringinanom, PG Olean, PG Pandjie, PG Assembagoes PG Pradjekan PASA Djatiroto PK Rosella Baru RS Lavalette RS Wonolangan RS Djatiroto RS Elizabeth
Sumber : http://www.ptpn-11.com Gambar 4.1. Peta Wilayah Kerja PTPN XI (Persero)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
46
4.1.2. Visi Dan Misi Perusahaan
Visi PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) adalah :
1. Menjadi Perusahaan yang mampu meningkatkan kesejahteraan stakeholders secara berkesinambungan. 2. Menjadi perusahaan perkebunan berbasis tebu yang unggul dan memberikan nilai tambah bagi stakeholders secara berkelanjutan
Sedangkan Misi PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) adalah : 1. Menyelenggarakan kegiatan agribisnis, utamanya yang berbasis
tebu, melalui pemanfaatan sumber daya secara lestari dengan tetap mempertahankan kelestariannya. 2. Mengelola bisnis, khususnya agribisnis berbasis tebu, dengan
teknologi akrab lingkungan; menjunjung tinggi etika bisnis dalam menjalankan usaha; serta memposisisikan sumber daya manusia dan mitra usaha sebagai faktor kunci pencapaian keberhasilan
4.1.3. Maksud dan Tujuan Perusahaan Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan perseroan adalah untuk turut melaksanakan dan menunjang kebijakan Program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di subsektor pertanian dalam arti seluas-
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
47
luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsipprinsip perusahaan yang sehat berdasarkan pada azas : a. Mempertahankan
dan
meningkatkan
sumbangan
bidang
perkebunan bagi pendapatan nasional melalui upaya peningkatan produksi dan pemasaran dari berbagai jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri maupun ekspor, sekaligus dalam rangka meningkatkan ekspor non migas b. Memperluas
lapangan
kerja
dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf hidup petani dan karyawan pada khususnya. c. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air dan kesuburan tanah.
4.1.4 Budaya Perusahaan Sukses
merupakan
hasil
kerjasama
yang
didukung
prakarsa
perseorangan. Senantiasa berorentasi pada pertumbuhan dengan menciptakan dan memanfaatkan peluang. Mutu melandasi setiap perilaku
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
48
4.1.5. Struktur Organisasi
Sumber : PTPN XI (Persero)
Gambar 4.2. Bagan Organisasi PTPN XI (Persero)
4.1.6 Kegiatan dan Keadaan Perusahaan Hingga kini, gula yang merupakan core business PTPN XI merupakan komoditas vital-strategik dalam ekonomi pangan Indonesia. Keberadaannya tidak hanya diperlukan untuk sebagai pemanis berkalori yang menjadi salah satu bahan kebutuhan pokok (basic needs) masyarakat, melainkan juga bahan baku bagi industri makanan dan minuman. Pola produksinya yang melibatkan petani tebu selaku pemasok bahan baku PG, menjadikan fluktuasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
49
areal dan produktivitasnya secara otomatis berpengaruh terghadap kinerja produksi. Lebih dari 70% bahan baku pada semua PG di lingkungan PTPN XI berasal dari tebu rakyat. Keberhasilan dalam peningkatan produktivitas tebu rakyat dengan sendirinya menjadi sangat penting. Di samping mengandalkan tebu yang berasal dari petani, PTPN XI juga mengelola tebu sendiri (TS) baik yang berasal dari kebun sendiri (lahan hak guna usaha pada 3 PG) maupun persewaan dari lahan petani sekitar. Selain merupakan profit centre, pengelolaan tebu sendiri juga dimaksudkan memberikan contoh kepada petani tentang praktek budidaya terbaik (best agricultural practices). Dengan demikian, TS menjadi media pembelajaran dan
pertukaran
informasi
terkait
pemanfaatan
varietas
baru
dan
agroekoteknologi sesuai kondisi ekosistem setempat.
4.2.
Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden Dari 400 kuesioner yang disebar, yang mengembalikan dan mengisi kuesioner sebanyak 387 petani dengan data sebagai berikut : 1. Jumlah Responden
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
50
Tabel 4.2. Jumlah Responden per Pabrik Gula
Sumber : data -diolah
2.
Luas Kepemilikan Lahan Dari
387
responden
petani
yang
telah
menjawab
dan
mengembalikan kusioner dapat diketahui luas kepemilikan lahan tebu yang mereka miliki sebagai bentuk kemitraan dengan pabrik gula sebagai berikut : Tabel. 4.3.Karakteristik Responden berdasarkan Luas Kepemilikan Lahan (Ha)
Sumber : data – diolah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
51
3.
Lama Kemitraan Dari
387
responden
petani
mengembalikan kusioner
yang
telah
menjawab
dan
dapat diketahui lamanya menjadi mitra
pabrik gula sebagai berikut :
Tabel. 4.4. Karakteristik Responden berdasarkan Lama Kemitraan (tahun)
Sumber : data – diolah
4.2.2. Deskripsi Variabel Penelitian Berdasarkan hasil skoring jawaban responden yang menggunakan skala penilaian (skor) 1 sampai 5 yaitu : 1
2
Sangat Tidak Tidak Setuju Setuju
3
4
5
Netral
Setuju
Sangat Setuju
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
52
4.2.2.1.
Deskripsi Efektivitas Komunikasi (X1)
Dari
jawaban
responden
untuk
indikator-indikator
Efektivitas
Komunikasi (X1) dengan rata –rata jawaban pada skor 4 yaitu setuju sebesar 67,4% dengan penjelasan sebagai berikut : Tabel 4.5 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Efektivitas Komunikasi (X1)
Sumber : data – diolah
1. Indikator pertama dari efektivitas komunikasi, yaitu peningkatan pengetahuan, dengan beberapa pertanyaan tentang kualitas materi dan kejelasan atas informasi yang disampaikan petugas pabrik gula kepada petani dapat meningkatkan pengetahuan petani mendapat jawaban mayoritas skor 4 yaitu setuju dengan frekuensi jawaban sebesar 267 responden atau 69%. 2. Indikator kedua dari efektivitas komunikasi, yaitu perubahan pandangan,
dengan
pertanyaan
bahwa
informasi
yang
disampaikan petugas pabrik gula kepada petani dapat merubah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
53
pandangan petani mendapat respon mayoritas skor 4 yaitu setuju dengan 245 responden atau 63,3%. 3. Indikator ketiga dari efektivitas
komunikasi, yaitu perubahan
perilaku dengan pertanyaan bahwa informasi yang disampaikan petugas pabrik gula kepada petani dapat merubah perilaku petani mendapat jawaban terbesar adalah skor 4 yaitu setuju dengan 271 responden atau 70%.
4.2.2.2
Deskripsi Kualitas Teknis (X2)
Dari jawaban responden untuk indikator-indikator Kualitas Teknis (X2) rata –rata jawaban pada skor 4 yaitu setuju sebesar 60,9% dengan penjelasan pada tabel 4.6. berikut ini : Tabel 4.6 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Kualitas Teknis (X2)
Sumber : data – diolah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
54
1. Indikator pertama dari kualitas teknis, yaitu Kompetensi, yang menjelaskan tentang kompetensi petugas Pabrik Gula yang bisa diandalkan sehingga petani yakin menggilingkan tebunya di pabrik gula tersebut yang mendapat respon terbesar adalah skor 4 yaitu setuju dengan frekuensi jawaban sebesar 297 responden atau 76,7%. 2. Indikator kedua dari kualitas teknis, yaitu Layanan inti, yang menjelaskan tentang persiapan infrastruktur , fasilitas dan sistem bagi hasil yang diberikan pabrik gula kepada petani mendapat respon mayoritas skor 4 yaitu setuju dengan 217 responden atau 56,1%. 3. Indikator ketiga dari kualitas teknis, yaitu Hasil Aktual yang menjelaskan tentang manfaat dari fasilitas yang diberikan pabrik gula kepada petani yang mendapat jawaban terbesar adalah skor 4 yaitu setuju dengan 193 responden atau 49,9% dan yang kedua adalah skor 5 yaitu sangat setuju yang dijawab 160 responden atau 41,3%
4.2.2.3.
Deskripsi Kualitas Fungsional (X3)
Dari jawaban responden untuk indikator-indikator kualitas fungsional (X3) rata –rata jawaban pada skor 4 yaitu setuju sebesar 63,8% dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut ini
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
55
Tabel 4.7 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Kualitas Fungsional (X3)
Sumber : data– diolah
1. Indikator pertama dari kualitas fungsional, yaitu Empati, yang menjelaskan tentang kepedulian petugas Pabrik
Gula dalam
menanggapi kebutuhan petani mendapat respon terbesar adalah skor 4 yaitu setuju dengan frekuensi jawaban sebesar 262 responden atau 67,7%. 2. Indikator kedua dari kualitas fungsional, yaitu pelayanan yang cepat, yang menjelaskan tentang kecepatan penyaluran fasilitas kredit dan hak-hak petani yang diberikan pabrik gula kepada petani mendapat respon mayoritas skor 4 yaitu setuju dengan 243 responden atau 62,8%. 3. Indikator ketiga dari kualitas fungsional, yaitu Responsif yang menjelaskan tentang daya tanggap petugas pabrik gula dalam menagani permasalahan dan keluhan petani yang mendapat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
56
jawaban terbesar adalah skor 4 yaitu setuju dengan 236 responden atau 61%
4.2.2.3
Deskripsi Kepercayaan (Y)
Dari jawaban responden untuk indikator-indikator Kepercayaan (Y) rata–rata jawaban pada skor 4 yaitu setuju sebesar 56,4% dapat dilihat pada tabel 4.8. berikut ini : Tabel 4.8 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Kepercayaan (Y)
Sumber : data – diolah
1.
Indikator pertama dari dimensi Kepercayaan, yaitu teknologi yang digunakan, yang menjelaskan tentang teknologi pengolahan gula dan peralatan yang dimiliki Pabrik Gula memberikan keyakinan kepada petani yang mendapat respon terbesar adalah skor 4 yaitu setuju dengan frekuensi jawaban sebesar 226 responden atau 58,4%.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
57
2.
Indikator kedua dari dimensi kepercayaan, yaitu reputasi perusahaan, yang menjelaskan tentang kinerja pabrik gula yang diyakini oleh petani cukup baik mendapat respon mayoritas skor 4 yaitu setuju dengan 226 responden atau 58,4%.
3.
Indikator ketiga dari kepercayaan, yaitu risiko yang dirasakan yang menjelaskan tentang risiko yang dapat diterima petani dalam menggilingkan tebunya di pabrik gula tersebut mendapat jawaban terbesar adalah skor 4 yaitu setuju dengan 203 responden atau 52,5%
4.2.2.4.
Deskripsi Komitmen Relasional (Z)
Dari jawaban responden untuk indikator-indikator Komitmen Relasional (Z) rata–rata jawaban pada skor 4 yaitu setuju sebesar 62% dapat dijelaskan dalam tabel 4.9. berikut ini : Tabel 4.9 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Komitmen Relasional (Z) Variabel
Indikator
Z1
Kehendak melanjutkan hubungan
Z2
Harapan mempertahankan hubungan
Z3
Kemauan Berinvestasi Rata-rata
Skor Jawaban dalam prosentase (%) 1 2 3 4 5 0 6 66 234 81 0.0% 1.6% 17.1% 60.5% 20.9% 0 2 45 286 54 0.0% 0.5% 11.6% 73.9% 14.0% 0 9 61 200 117 0.0% 2.3% 15.8% 51.7% 30.2% 0.0% 1.5% 14.8% 62.0% 21.7%
Sumber : data – diolah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Total 387 100.0% 387 100.0% 387 100.0% 100.0%
58
1.
Indikator pertama dari dimensi Komitmen Relasional, yaitu kehendak melanjutkan hubungan, yang menjelaskan tentang kehendak petani untuk melanjutkan hubungan kemitraan dengan pabrik gula, skor 4 yaitu setuju mendapat jawaban terbesar dengan frekuensi jawaban sebesar 234 responden atau 60,5%.
2.
Indikator kedua dari dimensi komitmen relasional yaitu harapan mempertahankan
hubungan
yang
menjelaskan
tentang
kehendak petani untuk tetap menggilingkan tebunya pada pabrik gula tersebut mendapat respon mayoritas skor 4 yaitu setuju dengan 286 responden atau 73,9%. 3.
Indikator ketiga dari komitmen relasional, yaitu kemauan berinvestasi yang menjelaskan tentang risiko yang dapat diterima petani dalam menggilingkan tebunya di pabrik gula tersebut mendapat jawaban terbesar adalah skor 4 yaitu setuju dengan 200 responden atau 51,7% dan jawaban kedua terbesar adalah skor 5 yaitu sangat setuju dengan responden atau 30,2%
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
frekuensi 117
59
4.3.
Analisis Data
4.3.1. Evaluasi Outliers Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi , Hair (1995 dalam Ferdinand : 2005). Outliers dapat dievaluasi dengan dua cara univariate outliers dan multivariate outliers (antar variabel) 4.3.1.1.
Univariate Outliers Deteksi terhadap adanya outlier univariate dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang batas yang akan dikatagorikan sebagai outliers dengan mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standard score atau yang biasa disebut z-score yang mempunyai rata-rata nol dengan standard deviasi sebesar satu. Untuk sampel besar (diatas 80 observasi) pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score berada pada rentang 3 sampai
dengan
4
(Hair,dkk,1995
dalam
Ferdinand:2005).
Perhitungan z-score pada penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.10
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
60
Tabel 4.10 Tabel Univariate Outliers Zscore(X11) Zscore(X12) Zscore(X13) Zscore(X21) Zscore(X22) Zscore(X23) Zscore(X31) Zscore(X32) Zscore(X33) Zscore(Y1) Zscore(Y2) Zscore(Y3) Zscore(Z1) Zscore(Z2) Zscore(Z3) Valid N (listwise)
N 387 387 387 387 387 387 387 387 387 387 387 387 387 387 387 387
Minimum Maximum (3.860) 1.520 (2.982) 1.474 (3.532) 1.594 (5.319) 1.797 (2.758) 1.264 (1.939) 1.050 (1.941) 1.619 (4.517) 1.238 (3.146) 1.414 (2.915) 1.571 (3.261) 1.679 (2.801) 1.433 (3.017) 1.491 (3.824) 1.875 (2.843) 1.222
Mean Std. Deviation 0.000 1.000 (0.000) 1.000 (0.000) 1.000 (0.000) 1.000 0.000 1.000 0.000 1.000 0.000 1.000 (0.000) 1.000 (0.000) 1.000 0.000 1.000 0.000 1.000 (0.000) 1.000 (0.000) 1.000 (0.000) 1.000 0.000 1.000
Sumber : data diolah
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semua nilai yang telah distandardisir dalam bentuk z-score mempunyai rata-rata sama dengan nol dengan stndar deviasi sebesar satu dan tidak ada nilai yang lebih tinggi dari 3, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada univariate outlier dalam data yang dianalisis ini. 4.3.1.2.
Mutivariate Outliers Walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers
bila
sudah
saling
dikombinasikan.
Jarak
antara
Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
61
dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1995; Tabachnick & Fidel, 1996 dalam Ferdinand :2005). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Nilai X² 0,001 dengan jumlah indikator 15 adalah sebesar 37,697. Hasil analisis mahalanobis diperoleh nilai 70.298
yang lebih dari X² tabel
tersebut. Dengan demikian, terjadi multivariate outliers pada 28 kasus, jadi N pada analisis selanjutnya berjumlah 387 – 28 = 359 responden, sehingga setelah eliminasi diperoleh data seperti dalam tabel 4.11 Tabel 4.11 Tabel Multivariate Outliers Residuals Statistics Minimum Maximum Mean Std. Deviation Predicted Value 125.8223 243.8144 180.7159 18.6271 Std. Predicted Value (2.9470) 3.3875 (0.0000) 1.0000 Standard Error of Predicted Value 7.6031 33.7383 21.1776 6.6871 Adjusted Predicted Value 125.2441 262.7449 180.4067 19.4497 Residual (188.3030) 211.7748 (0.0000) 102.9563 Std. Residual (1.7902) 2.0134 0.0000 0.9788 Stud. Residual (1.8734) 2.0700 0.0014 1.0016 Deleted Residual (206.7449) 223.8599 0.3092 107.8471 Stud. Deleted Residual (1.8803) 2.0800 0.0015 1.0028 Mahal. Distance 0.8733 35.8355 14.9582 8.7935 Cook's Distance 0.0000 0.0221 0.0030 0.0036 Centered Leverage Value 0.0024 0.1001 0.0418 0.0246 a Dependent Variable: RESP
Sumber : data diolah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
N 359 359 359 359 359 359 359 359 359 359 359 359
62
4.3.2. Evaluasi Reliabilitas Reliabilitas dapat didefiniskan konsisten dari test, hal ini mempunyai arti sebagai ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukan oleh instrumen pengukuran. Istilah lainnya adalah data yang
dihasilkan
dari
penelitian
dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarannya atau dapat dipercaya. Berdasarkan uji reliabilitas terhadap variabel penelitian ini, dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini: Tabel 4.12 Tabel Reliabilitas
Kons truk
Efektivitas Kom unikas i
Kualitas Teknis
Kualitas Fungs ional
Kepercayaan
Kom itm en Relas ional
Indikator
Item to Total Correlation
X11
0.628
X12
0.809
X13
0.788
X21
0.510
X22
0.756
X23
0.787
X31
0.759
X32
0.809
X33
0.721
Y1
0.847
Y2
0.857
Y3
0.877
Z1
0.845
Z2
0.872
Z3
0.808
Sumber : data diolah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Koefis ien Cronbach's Alpha 0.596
0.441
0.634
0.822
0.771
63
Koefisien Cronbach’s Alpha dihitung untuk mengestimasi reliabilitas
setiap
skala
(variabel
atau
indikator
observasian).
Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi item-item yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan. Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang nilainya < 0,5 (Purwanto,2003). Terjadi eliminasi karena nilai item to total correlation indikator belum seluruhnya ≥ 0,5. Indikator yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi. Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil cukup baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 (Hair et.al.,1998).
4.3.3. Analisis Faktor Konfirmatori Variabel Laten Tahapan
pertama
dalam
analisis
SEM
adalah
dengan
melakukan uji undimensionalitas variabel laten yang digunakan untuk mengukur apakah indikator-indikator penilaian benar-benar mengukur
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
64
variabel laten. Selanjutnya akan dilakukan pengujian terhadap indikator-indikator penilaian apakah benar-benar menyusun variabel laten. Dari lima variabel laten yang digunakan pada penelitian ini, akan dilakukan pengujian unidimensionalitas variabel dengan menggunakan metode Analisis Faktor Konfirmatori (CFA) pada masing-masing variabel laten untuk mengetahui validitas, reliabilitas, serta kontribusi yang diberikan masing-masing variabel indikator dalam menyusun variabel latennya. Dari hasil analisis ini dapat juga diperoleh model pengukurannya.
4.3.3.1. Analisis Faktor Konfirmatori Variabel Efektifitas Komunikasi Sesuai dengan bab metode penelitian disebutkan variabel laten Efektifitas Komunikasi dibentuk dari 3 variabel indikator hasil jawaban dari responden. Indikator-indikator penilaian yang menyusun variabel laten Efektifitas Komunikasi dapat dijelaskan pada gambar 4.3
Gambar 4.3 CFA Efektifitas Komunikasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
65
Identifikasi model berdasarkan derajat kebebasan (degree of freedom) didapatkan model dengan df = 3 yang menunjukkan model over-identifed, hasil estimasi ini memungkinkan model untuk dapat ditolak, model dengan kondisi seperti ini adalah model yang diinginkan dalam analisis. Hal ini ditunjukkan dengan df yang positif yang didapatkan dari perhitungan : df
1
p
q
p
0
3 0
q
1
t
2 1
3
1
6
2 3
Untuk model pengukuran, signifikansi dari penduga-penduga parameter merupakan indikasi dari validitas peubah manifes terhadap peubah laten yang diukur. Maka diperlukan tahapan untuk menguji signifikansi yang dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut : H0 : λi = 0 (loading factor tidak signifikan dalam mengukur variabel laten) H1 : λi ≠ 0 (loading factor signifikan dalam mengukur variabel laten) Berikut nilai faktor loading dan pengujian signifikasi masing-masing indikator terhadap variabel laten yang disajikan pada tabel 4.13 dibawah ini :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
66
Tabel 4.13. Loading Factor dan Nilai t Indikator Efektifitas Komunikasi
Sumber : data diolah
Dari hasil output yang disajikan pada tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa semua indikator secara signifikan membentuk variabel laten Efektifitas Komunikasi. Hal ini ditunjukkan dengan besar nilai thitung tiap-tiap indikator lebih besar dari t-tabel. Tahap selanjutnya dalam unidimensionalitas adalah uji reliabilitas. Reliabilitas merupakan salah satu indikator validitas convergent. Construct Reliability 0,70 atau lebih menunjukkan reliabilitas yang baik, sedangkan reliabilitas 0,60-0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam model baik. Besarnya nilai Construct Reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Nilai construct reliability variabel laten Efektifitas Komunikasi menunjukkan lebih dari 0.7, yaitu 0.925663. Sehingga variabel laten Efektifitas Komunikasi dikatakan memiliki reliabilitas yang baik.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
67
4.3.3.2. Analisis Faktor Konfirmatori Variabel Kualitas Teknis Sesuai dengan bab sebelumnya
disebutkan variabel laten
Kualitas Teknis dibentuk dari 3 variabel indikator. Indikator-indikator penilaian yang menyusun variabel laten Kualitas Teknis dapat dijelaskan pada gambar 4.4
kualitas
Gambar 4.4 CFA Kualitas Teknis Identifikasi model berdasarkan derajat kebebasan (degree of freedom) didapatkan model dengan df = 3 yang menunjukkan model over-identifed, hasil estimasi ini memungkinkan model untuk dapat ditolak, model dengan kondisi seperti ini adalah model yang diinginkan dalam analisis. Hal ini ditunjukkan dengan df yang positif yang didapatkan dari perhitungan :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
68
df
1
p
q
p
0
3 0
q
1
t
2 1
3
1
6
2 3
Untuk model pengukuran, signifikansi dari penduga-penduga parameter merupakan indikasi dari validitas peubah manifes terhadap peubah laten yang diukur. Maka diperlukan tahapan untuk menguji signifikansi yang dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut : H0 : λi = 0 (loading factor tidak signifikan dalam mengukur variabel laten) H1 : λi ≠ 0 (loading factor signifikan dalam mengukur variabel laten) Berikut nilai faktor loading dan pengujian signifikasi masing-masing indikator terhadap variabel laten yang disajikan pada tabel 4.14 dibawah ini : Tabel 4.14. Loading Factor dan Nilai t Indikator Kualitas Teknis Hubungan
Loading Factor
t hitung > t tabel(1.96)
X21
<---
Kualitas Teknis
0.203
2.317
X22
<---
Kualitas Teknis
0.585
2.549
X23 <--- Kualitas Teknis Sumber : data diolah
0.651
t tabel
Keterangan Signifikan
1.96
Signifikan Signifikan
Dari hasil output yang disajikan pada tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa semua indikator secara signifikan membentuk variabel laten Kualitas Teknis. Hal ini ditunjukkan dengan besar nilai t-hitung
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
69
tiap-tiap indikator lebih besar dari t-tabel. Tahap selanjutnya dalam unidimensionalitas adalah uji reliabilitas. Reliabilitas merupakan salah satu indikator validitas convergent. Construct Reliability 0,70 atau lebih menunjukkan reliabilitas yang baik, sedangkan reliabilitas 0,60-0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam model baik. Besarnya nilai Construct Reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Nilai
construct
reliability
variabel
laten
Kualitas
Teknis
menunjukkan lebih dari 0.7, yaitu 0.787729. Sehingga variabel laten Kualitas Teknis dikatakan memiliki reliabilitas yang baik.
4.3.3.3 Analisis Faktor Konfirmatori Variabel Kualitas Fungsional Sesuai dengan bab metode penelitian disebutkan variabel laten Kualitas fungsional dibentuk dari 3 variabel indikator hasil jawaban dari responden. Indikator-indikator penilaian yang menyusun variabel laten Kualitas Fungsional dapat dijelaskan pada gambar 4.5
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
70
Gambar 4.5 CFA Kualitas Fungsional Identifikasi model berdasarkan derajat kebebasan (degree of freedom) didapatkan model dengan df = 3 yang menunjukkan model over-identifed, hasil estimasi ini memungkinkan model untuk dapat ditolak, model dengan kondisi seperti ini adalah model yang diinginkan dalam analisis. Hal ini ditunjukkan dengan df yang positif yang didapatkan dari perhitungan : df
1
p
q
p
0
3 0
q
1
t
2 1
3
1
6
2 3
Untuk model pengukuran, signifikansi dari penduga-penduga parameter merupakan indikasi dari validitas peubah manifes terhadap peubah laten yang diukur. Maka diperlukan tahapan untuk menguji signifikansi yang dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
71
H0 : λi = 0 (loading factor tidak signifikan dalam mengukur variabel laten) H1 : λi ≠ 0 (loading factor signifikan dalam mengukur variabel laten) Berikut nilai faktor loading dan pengujian signifikasi masingmasing indikator terhadap variabel laten yang disajikan pada tabel 4.15 dibawah ini :
Tabel 4.15 Loading Factor dan Nilai t Indikator Kualitas Fungsional
Hubungan
Loading t hitung > t Factor tabel(1.96)
X31
<---
Kualitas Fungsional
0.343
5.575
X32
<---
Kualitas Fungsional
0.968
3.28
X33
<---
Kualitas Fungsional
0.44
t tabel Keterangan Signifikan 1.96
Signifikan Signifikan
Sumber : data diolah
Dari hasil output yang disajikan pada tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa semua indikator secara signifikan membentuk variabel laten Kualitas Fungsional. Hal ini ditunjukkan dengan besar nilai thitung tiap-tiap indikator lebih besar dari t-tabel. Tahap selanjutnya dalam unidimensionalitas adalah uji reliabilitas. Reliabilitas merupakan salah satu indikator validitas convergent. Construct Reliability 0,70 atau lebih menunjukkan reliabilitas yang baik, sedangkan reliabilitas 0,60-0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
72
model baik. Besarnya nilai Construct Reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Nilai construct reliability variabel laten Kualitas Fungsional menunjukkan lebih dari 0.7, yaitu 0.787365. Sehingga variabel laten Kualitas Fungsional dikatakan memiliki reliabilitas yang baik.
4.3.3.4 Analisis Faktor Konfirmatori Variabel Kerpercayaan Sesuai dengan bab metode penelitian disebutkan variabel laten Kepercayaan dibentuk dari 3 variabel indikator hasil jawaban dari responden. Indikator-indikator penilaian yang menyusun variabel laten Kepercayaan dapat dijelaskan pada gambar 4.6
Gambar 4.6 CFA Kepercayaan Identifikasi model berdasarkan derajat kebebasan (degree of freedom) didapatkan model dengan df = 3 yang menunjukkan model over-identifed, hasil estimasi ini memungkinkan model untuk dapat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
73
ditolak, model dengan kondisi seperti ini adalah model yang diinginkan dalam analisis. Hal ini ditunjukkan dengan df yang positif yang didapatkan dari perhitungan : df
1
p
q
p
0
3 0
q
1
t
2 1
3
1
6
2 3
Untuk model pengukuran, signifikansi dari penduga-penduga parameter merupakan indikasi dari validitas peubah manifes terhadap peubah laten yang diukur. Maka diperlukan tahapan untuk menguji signifikansi yang dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut : H0 : λi = 0 (loading factor tidak signifikan dalam mengukur variabel laten) H1 : λi ≠ 0 (loading factor signifikan dalam mengukur variabel laten) Berikut nilai faktor loading dan pengujian signifikasi masingmasing indikator terhadap variabel laten yang disajikan pada tabel 4.16 dibawah ini :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
74
Tabel 4.16 Loading Factor dan Nilai t Indikator Kepercayaan Hubungan
Loading Factor
t hitung > t tabel(1.96)
Y1
<---
Kepercayaan
0.61
10.505
Y2
<---
Kepercayaan
0.79
11.44
Y3
<---
Kepercayaan
0.818
t tabel Keterangan Signifikan 1.96
Signifikan Signifikan
Sumber : data diolah
Hasil output yang disajikan pada tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa semua indikator secara signifikan membentuk variabel laten Kepercayaan. Hal ini ditunjukkan dengan besar nilai t-hitung tiap-tiap indikator
lebih
besar
dari
t-tabel.
Tahap
selanjutnya
dalam
unidimensionalitas adalah uji reliabilitas. Reliabilitas merupakan salah satu indikator validitas convergent. Construct Reliability 0,70 atau lebih menunjukkan reliabilitas yang baik, sedangkan reliabilitas 0,60-0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam model baik. Besarnya nilai Construct Reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Nilai
construct
reliability
variabel
laten
Kepercayaan
menunjukkan lebih dari 0.7, yaitu 0.972522 Sehingga variabel laten Kepercayaan dikatakan memiliki reliabilitas yang baik.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
75
4.3.3.5 Analisis Faktor Konfirmatori Variabel Komitmen Relasional Sesuai dengan bab metode penelitian disebutkan variabel laten Komitmen Relasional dibentuk dari 3 variabel indikator hasil jawaban dari responden. Indikator-indikator penilaian yang menyusun variabel laten Komitmen Relasional dapat dijelaskan pada gambar 4.7
Gambar 4.7 CFA Komitmen Relasional Identifikasi model berdasarkan derajat kebebasan (degree of freedom) didapatkan model dengan df = 3 yang menunjukkan model over-identifed, hasil estimasi ini memungkinkan model untuk dapat ditolak, model dengan kondisi seperti ini adalah model yang diinginkan dalam analisis. Hal ini ditunjukkan dengan df yang positif yang didapatkan dari perhitungan : df
1
p
q
p
0
3 0
q
1
t
2 1
3
1
6
2 3
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
76
Untuk model pengukuran, signifikansi dari penduga-penduga parameter merupakan indikasi dari validitas peubah manifes terhadap peubah laten yang diukur. Maka diperlukan tahapan untuk menguji signifikansi yang dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut : H0 : λi = 0 (loading factor tidak signifikan dalam mengukur variabel laten) H1 : λi ≠ 0 (loading factor signifikan dalam mengukur variabel laten) Berikut nilai faktor loading dan pengujian signifikasi masingmasing indikator terhadap variabel laten yang disajikan pada tabel 4.17 dibawah ini : Tabel 4.17 Loading Factor dan Nilai t Indikator Komitmen Relasional
Sumber : data diolah
Hasil output yang disajikan pada tabel 4.17 di atas dapat dilihat bahwa semua indikator secara signifikan membentuk variabel laten Komitmen Relasional. Hal ini ditunjukkan dengan besar nilai t-hitung tiap-tiap indikator lebih besar dari t-tabel. Tahap selanjutnya dalam unidimensionalitas adalah uji reliabilitas. Reliabilitas merupakan salah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
77
satu indikator validitas convergent. Construct Reliability 0,70 atau lebih menunjukkan reliabilitas yang baik, sedangkan reliabilitas 0,60-0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam model baik. Besarnya nilai Construct Reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Nilai construct reliability variabel laten Komitmen Relasional menunjukkan lebih dari 0.7, yaitu 0.948523 Sehingga variabel laten Komitmen Relasional dikatakan memiliki reliabilitas yang baik.
4.3.4. Structural Equation Modeling (SEM) Setelah melakukan pengujian secara unidimensional pada masing-masing variabel laten dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan full model yang berbasis teori.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
78
Gambar 4.8 Nilai standardized estimate Persamaan Model Struktural
Analisis structural equation modeling dimaksudkan untuk menguji model yang telah dikembangkan dengan berbasis teori secara serempak (bersama-sama). Dari Gambar 4.8 di atas dapat dilihat hasil dari estimasi parameter hubungan kausalitas antara variabel laten dengan
variabel
indikator
dan
antar
variabel
laten
dengan
menggunakan standardized estimate. Dan untuk melihat signifikansi estimasi parameter hubungan kausal, maka diperlukan uji kausalitas dengan menggunakan uji t.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
79
4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model Dari gambar 4.8 menunjukkan model struktural dari hubungan kausalitas antar variabel laten berdasarkan hipotesis. Dalam model structural tersebut selanjurnya akan dilakukan uji kesesuaian model apakah model sudah sesuai atau belum. Model struktural yang dikembangkan akan diuji kesesuaian secara bersama-sama. Hasil uji goodness of fit diperoleh dengan tabel sebagai berikut. Tabel 4.18 Goodness of fit SEM Goodness of fit indeks
Cut off value
Chi-Square
Hasil output
Keterangan
433.418
Diharapkan kecil
P-value
≥ 0.05
0
Kurang baik
RMSEA
≤ 0.08
0.105
Kurang baik
GFI
≥ 0.9
0.869
Cukup baik
AGFI
≥ 0.9
0.81
Cukup baik
CFI
≥ 0.9
0.778
Cukup baik
Sumber : data diolah
Dari hasil uji kelayakan model didapatkan nilai p_value kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan antara matriks varian kovarians populasi dengan matriks varian kovarians model yang diestimasi dari sampel. Selain itu juga dapat diketahui dari semua kriteria yang tidak memenuhi batas cut-off value yang sudah ditentukan. Dari kriteria-kriteria yang kurang baik menunjukkan adanya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
80
ketidaksesuaian model yang dikembangkan dengan studi kasus.Agar diperoleh model yang lebih baik maka dilakukan modifikasi model.
4.3.4.2 Modifikasi Model Modifikasi dilakukan dengan mengkorelasikan error varians antar variabel laten eksogen.
Gambar 4.9 Modifikasi Model Dari gambar 4.9 diatas diperoleh bahwa terjadi perubahan pada nilai criteria kelayakan model.
Hasil uji goodness of fit setelah
dilakukan modifikasi model diperoleh dengan tabel sebagai berikut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
81
Tabel 4.19. Goodness of fit SEM modification Goodness of fit indeks
Cut off value
Chi-Square
Hasil output
Keterangan
209.385
Diharapkan kecil
P-value
≥ 0.05
0
Kurang baik
RMSEA
≤ 0.08
0.068
Baik
GFI
≥ 0.9
0.938
Baik
AGFI
≥ 0.9
0.901
Baik
CFI
≥ 0.9
0.915
Baik
Sumber : data diolah
Dari hasil uji kelayakan model didapatkan nilai p_value kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan antara matriks varian kovarians populasi dengan matriks varian kovarians model yang diestimasi dari sampel. Selain itu juga dapat diketahui dari semua kriteria yang jika dilakukan modifikasi terdapat beberapa kriteria yang sudah memenuhi batas cut-off value yang sudah ditentukan. Untuk kriteria Chi- square diperoleh nilai yang semakin turun dan mendekati kriteria. Nilai RMSEA juga mengalami penurunan hingga melebihi batas kriteria dengan nilai 0.068. Kriteria AGFI, GFI, CFI mengalami kenaikan kriteria dan melebihi nilai batas
kriteria.
AGFI mengalami kenaikan melebihi batas kebaikan dengan nilai 0.901 sehingga dapat dikatakan model sudah baik. Sedangkan untuk kriteria CFI juga mendekati batas kebaikan dengan nilai 0.915 sehingga dapat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
82
dikatakan model sudah baik. Untuk kriteria GFI mendekati batas kebaikan dengan nilai 0.938 sehingga dikatakan model baik. 4.3.5 Uji Hipotesis Kausalitas Selanjutnya dilakukan uji signifikansi variabel latent untuk mengetahui apakah terjadi perubahan pengaruh diantara variabel latent. Hasil pengujian model kausalitas yang terbentuk antar variabel laten baik eksogen maupun endogen dapat dilihat pada tabel 4.20 Tabel 4.20. Hasil Uji Kausalitas
Hubungan Estimate S.E. C.R. Kepercayaan 0.457 0.153 2.995 <--- Keefektifan_Komunikasi Kepercayaan 0.089 0.068 1.311 <--- Kualitas_Teknis Kepercayaan <--- Kualitas_ Fungsional -0.122 0.151 -0.813 Komitmen_Relasional <--- Kepercayaan 0.91 0.207 4.397 Batas signifikansi 5%
P 0.003 0.190 0.416 0.000 ≤ 0.05
Sumber : data diolah
Dilihat dari tingkat probabilitas arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa: a.
Makin tinggi keefektifan komunikasi yang dijalin, makin besar kepercayaan petani pada pabrik gula, dapat diterima dibuktikan dengan nilai CR 2,995 > 1,96 (t hitung>t tabel dengan signifikansi 5%) dan signifikan dengan probabilitas kausal sebesar 0,003 < 0,050, sehingga dapat dikatakan bahwa faktor efektivitas komunikasi berpengaruh terhadap factor kepercayaan dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
83
signifikan dengan arah hubungan positif b.
Makin besar kualitas teknis yang diberikan kepada petani, makin kuat kepercayaan petani pada pabrik gula, ditolak dibuktikan dengan nilai CR 1,311< 1,96 dan tidak signifikan dengan probabilitas kausal sebesar 0,190 > 0,050, dengan kata lain faktor
kualitas
teknis
tidak
berpengaruh
terhadap
faktor
kepercayaan dan tidak signifikan dengan arah hubungan positif c.
Makin besar kualitas fungsional yang diberikan kepada petani, makin kuat kepercayaan petani pada pabrik gula ditolak dibuktikan dengan nilai CR 0,813 < 1,96 dan tidak signifikan dengan probabilitas kausal sebesar 0,416 > 0,050, dengan kata lain faktor kualitas fungsional tidak berpengaruh terhadap faktor kepercayaan dan tidak signifikan dengan arah hubungan negatif
d.
Makin besar kepercayaan petani pada pabrik gula, makin kuat komitmen relasional antara petani dan pabrik gula dapat diterima dibuktikan dengan nilai CR 4,397 > 1,96 dan signifikan dengan probabilitas kausal sangat kecil sebesar 0,000< 0,050, sehingga dapat
dikatakan
bahwa
faktor
kepercayaan
berpengaruh
terhadap faktor komitmen relasional dan signifikan dengan arah hubungan positif
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
84
Tabel 4.21. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Hipotesis
Hasil Pengujian
Makin tinggi efektivitas komunikasi yang dijalin, makin besar Diterima /signifikan positif kepercayaan petani pada pabrik gula. Makin besar kualitas teknis yang diberikan kepada petani, makin H2 Ditolak / tidak signifikan positif kuat kepercayaan petani pada pabrik gula Makin besar kualitas fungsional yang diberikan kepada petani, H3 Ditolak / tidak signifikan negatif makin kuat kepercayaan petani pada pabrik gula Makin besar kepercayaan petani pada pabrik gula, makin kuat H4 Diterima /signifikan positif komitmen relasional antara petani dan pabrik gula Sumber : data diolah H1
4.4.
Pembahasan Melihat data responden yang mengisi dan mengembalikan kuesioner, sebagian besar petani memiliki lahan tidak lebih dari 5 hektar dan mempunyai hubungan kemitraan dengan PG antara 5-10 tahun. Data tersebut menggambarkan petani di wilayah kerja PTPN XI (Persero) adalah petani kecil yang berpotensi untuk menjalin hubungan kemitraan/relasional dalam jangka panjang dengan pabrik gula. Dilihat dari jawaban responden dapat diperoleh rata-rata jawaban pada setiap indikator, angka frekuensi menunjukan persepsi responden saat penelitian dan angka faktor loading menunjukan apa yang seharusnya dilakukan manajemen kedepan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
85
4.4.1. Variabel Efektivitas Komunikasi Tabel 4.22 Frekuensi dan Factor Loading Variabel Efektivitas Komunikasi Variabel
Indikator
Mean
Loading Factor
X1.1
Peningkatan Pengetahuan
4.16
0.328
X1.2
Perubahan Pandangan
4.08
0.685
X1.3
Perubahan Perilaku
4.10
0.824
Sumber : Data diolah
Tabel efektivitas
4.22
tersebut
komunikasi
menjelaskan
persepsi
yang
bahwa paling
pada
dominan
variable adalah
peningkatan pengetahuan yaitu sebesar 4,16. Hal ini menjelaskan bahwa para responden berpendapat bahwa efektivitas komunikasi antara lain saran-saran dalam perbaikan budidaya tebu, informasi yang diberikan oleh petugas pabrik gula, komunikasi formal dalam forum temu kemitraan juga sangat membantu mereka dalam peningkatan pengetahuan. Sedangkan loading factor sebesar 0,824 pada indikator perubahan perilaku, hal ini perlu menjadi masukan bagi manajemen bahwa kedepan komunikasi yang disampaikan petugas pabrik gula harus dapat membuat perubahan perilaku petani sehingga
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
86
target produksi dan komitmen jangka panjang dengan petani dapat direalisasikan. Bukti empiris dari perbedaan ini karena saat ini untuk merubah perilaku petani tidaklah mudah. Hal-hal yang telah dilakukan selama ini dianggap sudah tepat, disamping itu tingkat pendidikan petani juga berpengaruh terhadap perubahan perilaku. Kedepan, manajemen harus melakukan hal-hal yang membuat petani dapat merubah perilaku
mereka,
misalnya
dengan
membuat
kebun-kebun
percontohan yang hasilnya dapat dilihat petani secara nyata.
4.4.2. Variabel Kualitas Teknis Tabel 4.23 Frekuensi dan Factor Loading Variabel Kualitas Teknis
Variabel
Indikator
Mean
Loading Factor
X2.1
Kompetensi
4.02
0.203
X2.2
Layanan Inti
4.07
0.585
X2.3
Hasil Aktual
4.31
0.651
Sumber : Data diolah
Dalam tabel 4.23 diatas, pada variable kualitas teknis persepsi responden dominan pada indikator hasil aktual yaitu dengan rata-rata jawaban 4,31 responden berpendapat bahwa hasil yang mereka peroleh dari menggilingkan tebu pada sebuah pabrik gula adalah bagi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
87
hasil yang memuaskan dan penyaluran kredit yang sangat bermanfaat bagi pengelolaan tanaman tebu. Sedangkan dalam loading factor hasil yang paling besar juga pada indikator 3 yaitu sebesar 0,651. Hal ini menjelaskan bahwa responden juga menginginkan bahwa kedepan manajemen dapat meningkatkan kualitas teknis secara nyata untuk peningkatan hasil petani, antara lain system bagi hasil yang transparan, kredit yang disalurkan sesuai dengan kebutuhan petani.
4.4.3. Variabel Kualitas Fungsional Tabel 4.24 Frekuensi dan Factor Loading Variabel Kualitas Fungsional Variabel
Indikator
Mean
Loading Factor
X3.1
Empati
4.09
0.343
X3.2
Pelayanan yang cepat
4.23
0.968
X3.3
Responsif
4.12
0.440
Sumber : Data diolah
Variabel
kualitas
fungsional
dalam
tabel
4.24
diatas
menjelaskan bahwa persepsi responden dominan pada indicator pelayanan yang cepat yaitu menghasilkan rata-rata jawaban 4,23 Petani berpendapat bahwa kecepatan pelayanan yang diberikan pabrik gula memuaskan mereka, ke depan seperti yang digambarkan oleh angka loading factor yang paling besar yaitu 0,968 petani juga
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
88
berharap manajemen dapat meningkatkan kecepatan pelayanan kepada petani antara lain penyaluran kredit yang tepat waktu dapat menghasilkan produksi seperti yang diharapkan, pembagian hasil yang tepat waktu berguna untuk mempercepat perputaran uang mereka dan dapat digunakan untuk menambah investasi pada tanaman tebu dengan menambah jumlah areal.
4.4.4. Variabel Kepercayaan Tabel 4.25 Frekuensi dan Factor Loading Variabel Kepercayaan
Variabel
Indikator
Mean
Loading Factor
Y1
Teknologi yang digunakan
3.56
0.610
Y2
Reputasi Perusahaan
3.67
0.790
Y3
Risiko yang dirasakan
3.67
0.818
Sumber : Data diolah
Melihat data dalam tabel 4.25 diatas pendapat responden dominan pada indicator risiko yang dirasakan yaitu sebesar 3,67. Hal ini menjelaskan bahwa petani merasakan bahwa risiko dalam menggilingkan tebu di pabrik gula yang membina mereka dapat mereka terima dan mereka maklumi dibandingkan dengan apabila menggilingkan tebu di pabrik gula lain yang belum mereka ketahui. Dari loading factor juga diperoleh angka terbesar yaitu 0,818 pada
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
89
indikator risiko yang dirasakan. Ke depan manajemen dituntut lebih transparan dalam memberikan informasi kepada petani tentang risiko teknis dan non teknis dalam proses penggilingan tebu, yang juga diharapkan partisipasi petani dalam memperkecil risiko.
4.4.5. Variabel Komitmen Relasional Tabel 4.26 Frekuensi dan Factor Loading Variabel Komitmen Relasional Variabel
Indikator
Mean
Loading Factor
Z1
Kehendak melanjutkan hubungan
4.02
0.641
Z2
Harapan mempertahankan hubungan
4.01
1.003
Z3
Kemauan Berinvestasi
4.08
0.549
Sumber : Data diolah
Variabel komitmen relasional yang dijelaskan dalam tabel 4.26 diatas menggambarkan persepsi responden dominan pada jawaban setuju dengan angka rata-rata 4,08. Hal ini menjelaskan petani berpendapat
bahwa
mereka
setuju
dan
berkeinginan
untuk
berinvestasi dengan menambah jumlah areal dan tebu yang mereka giling di pabrik gula tersebut. Sedangkan dalam loading factor yang menunjukkan angka terbesar yaitu 1,003 pada indikator harapan mempertahankan hubungan, petani juga bersedia bahwa mereka akan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
90
mempertahankan
hubungan
kemitraan
selama
ini
dan
mau
menggilingkan tebunya pada pabrik gula. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan bukti empiris yang ada yaitu saat ini petani mau berinvestasi dengan menambah areal dan pasokan tebu akan tetapi mereka juga melihat kinerja pabrik gula dan manfaat yang mereka terima dalam hubungan kemitran, sehingga ke depan manajemen pabrik gula harus menunjukkan kinerja perusahaan yang lebih meningkat agar petani mau mempertahankan hubungan atau menjalin hubungan kemitraan dengan pabrik gula dalam beberapa tahun kedepan.
4.4.6. Pengaruh Antar Variabel Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data dari uji hipotesis kausalitas seperti dalam tabel 4.21 diatas maka dapat djelaskan sebagai berikut : 4.4.6.1.
Pengaruh Efektivitas Komunikasi terhadap Kepercayaan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk
menganalisis pengaruh efektivitas komunikasi terhadap kepercayaan diperoleh hasil bahwa efektivitas komunikasi berpengaruh secara signifikan terhadap kepercayaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu oleh Morgan & Hunt (1994), Sharma & Patterson (1999) dan
juga menekankan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
91
bahwa komunikasi tepat waktu adalah penting untuk menyelaraskan persepsi dan dengan demikian mendorong kepercayaan. Petani berpendapat bahwa komunikasi yang disampaikan oleh petugas pabrik gula baik secara lisan, maupun dengan pertemuanpertemuan forum kemitraan sangat bermanfaat bagi mereka dan menumbuhkan kepercayaan mereka terhadap pabrik gula. Sesuai dengan hasil penelitian dalam tabel 4.22 bahwa dari hasil frekuensi jawaban responden dominan pada indikator peningkatan pengetahuan sehingga
kedepan
perlu
dilakukan
upaya-upaya
penyampaian
komunikasi yang efektif untuk lebih meningkatkan kepercayaan petani
4.4.6.2.
Pengaruh Kualitas Teknis terhadap kepercayaan Menurut Sharma & Patterson (1999) , kualitas teknis mengacu
pada kompetensi dalam mencapai tingkat pengembalian investasi terbaik bagi klien mereka pada tingkat risiko yang dapat diterima, dengan demikian membantu klien untuk mencapai tujuan keuangan mereka. Gounaris (2003) juga berpendapat kualitas pelayanan terutama dimensi-dimensi
yang
berkaitan
dengan
layanan
utama
yang
ditawarkan kepada klien (kualitas output) sebagai penguat ikatan kepercayaan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
92
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas teknis tidak berpengaruh terhadap kepercayaan, sehingga bertolak belakang dengan penelitian terdahulu. Hal ini disebabkan karena kualitas teknis yang diberikan pabrik gula kepada petani belum memuaskan. Dilihat dari
hasil penelitian dalam tabel 4.23 bahwa dari hasil frekuensi
jawaban responden dominan pada indikator hasil aktual, maka petani menginginkan penyaluran kredit yang sangat bermanfaat bagi pengelolaan tebu dan bagi hasil yang memuaskan dari penggilingan tebu.
4.4.6.3.
Pengaruh Kualitas Fungsional terhadap kepercayaan Menurut Coulter, 2003
dalam Sharma & Patterson:1999,
kepribadian yang terkait dan kinerja yang terkait dengan dimensi kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif terhadap kepercayaan, oleh karena itu proses pengiriman dan penciptaan pelayanan adalah penting dalam membentuk kepercayaan. Konsekuensi dari kualitas (Parasuraman et al. 1988; Ostrom dan Lacobucci 1995; Cronin et al. 2000; Holbrook 1999 dalam Sharma & Patterson 1999). Juga dipandang sebagai anteseden langsung dari kepercayaan dan/ atau hubungan komitmen. Dalam penelitian ini hubungan kualitas fungsional dengan kepercayaan tidak signifikan, atau kualitas fungsional tidak mempunyai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
93
kontribusi terhadap kepercayaan, sehingga bertolak belakang dengan penelitian terdahulu. Hal ini disebabkan karena kualitas fungsional yang diberikan pabrik gula kepada petani kurang memuaskan. Dilihat dari
hasil penelitian dalam tabel 4.24 bahwa dari hasil frekuensi
jawaban responden dominan pada indikator kecepatan pelayanan maka hal yang diinginkan petani adalah kecepatan dalam penyaluran kredit dan kecepatan dalam memperoleh sisa bagi hasil.
4.4.6.4.
Pengaruh kepercayaan terhadap komitmen relasional Dalam
penelitian Bagdoniene (2009) bahwa kepercayaan
menjadi syarat utama bagi kelangsungan hubungan (Doney & Cannon, 1997; Sharma & Pattersson:1999) dan kesuksesan mereka (Kramer & Tyler, 1995). Smaliukienė (2005) juga berpendapat bahwa kepercayaan mendorong komunikasi yang terbuka antara mitra, pertukaran gagasan dan berbagi sumber daya.. Kepercayaan
sebagai konstruksi dasar di sebagian besar
kegiatan jangka panjang, terutama untuk layanan profesional, diuraikan oleh Jaakkola & Halinen (2006), Sharma & Patterson (1999). Galbreath (2002) mencatat, bahwa jika pihak terkait percaya bahwa semua orang akan melakukan apa yang dimiliki dan kedua belah pihak akan menguntungkan, berubah menjadi hubungan yang dapat diandalkan.
Ini
adalah
dasar
untuk
win-win
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
strategi
dalam
94
pembangunan hubungan. Hubungan yang dinamis, dari waktu ke waktu, dan semakin berkembang Pendapat
diatas sesuai dengan
hasil penelitian
bahwa
kepercayaan mempunyai kontribusi terhadap komitmen relasional. Dilihat dari hasil penelitian dalam tabel 4.26 bahwa dari hasil frekuensi jawaban responden dominan pada indikator kemauan berinvestasi, maka kepercayaan petani terhadap pabrik gula akan memperkuat komitmen
relasional
jangka
panjang
dengan
mempertahankan
hubungan kemitraan dan pada akhirnya akan meningkatkan minat petani untuk berinvestasi dengan menambah areal dan pasokan tebu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Penelitian ini menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen relasional petani tebu. Dari analisis yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa
kesimpulan
untuk
menjawab
permasalahan-permasalahan
penelitian ini. Dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Variabel
efektivitas
komunikasi mempunyai
kontribusi terhadap
kepercayaan sehingga mendukung hipotesis yang pertama yaitu makin tinggi keefektifan komunikasi yang dijalin, makin besar kepercayaan petani pada pabrik gula. 2.
Variabel
kualitas
teknis
tidak
mempunyai
kontribusi
terhadap
kepercayaan, sehingga tidak mendukung hipotesis kedua yaitu makin besar kualitas teknis yang diberikan kepada petani, makin kuat kepercayaan petani pada pabrik gula 3.
Variabel kualitas fungsional tidak mempunyai kontribusi terhadap kepercayaan, sehingga menolak hipotesis ketiga yaitu makin besar
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
96
kualitas fungsional yang diberikan kepada petani, makin kuat kepercayaan petani pada pabrik gula. 4.
Variabel kepercayaan mempunyai kontribusi terhadap komitmen relasional sehingga mendukung hipotesis yang keempat yaitu makin besar kepercayaan petani pada pabrik gula, makin kuat komitmen relasional antara petani dan pabrik gula.
5.2 Saran Dari semua analisis hingga kesimpulan yang telah dibuat serta berdasarkan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini, maka diperlukan saran-saran yang ditujukan baik bagi pembuat kebijakan manajemen Pabrik Gula maupun bagi penelitian berikutnya sebagai berikut : 1.
Efektivitas dimediasi
komunikasi
berpengaruh
kepercayaan,
sehingga
pada
komitmen
manajemen
relasional sebaiknya
memperhatikan efektivitas komunikasi yang diberikan kepada petani. Efektivitas komunikasi dan kualitas teknis ini harus dikelola dengan baik agar komitmen relasional antara pabrik gula dan petani semakin meningkat. Untuk itu para petugas pabrik gula terutama bagian tanaman sebagai pelaksana kerja operasional lapangan dituntut untuk melakukan komunikasi yang efektif, seperti memberikan informasi yang benar dan tepat waktu akan menciptakan kedekatan, keakraban dan kemudahan di dalam berhubungan. Dengan bahasa yang mudah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
97
dipahami oleh petani, mengenai seluk beluk budidaya tebu serta perkembangan situasi bisnis pergulaan pada saat itu. Dengan demikian akan terbentuk harapan yang realistis, petani menjadi lebih mengerti dan mengetahui informasi sehingga akhirnya petani akan memiliki komitmen relasional yang tinggi. 2.
Dalam
hasil
penelitian
kualitas
teknis
dan
fungsional
tidak
berpengaruh terhadap kepercayaan , akan tetapi kedepan untuk memenangkan persaingan perolehan bahan baku, pabrik gula juga perlu memperhatikan kualitas teknis, dan fungsional yang merupakan landasan bagi keberhasilan perusahaan dalam menjalin hubungan jangka panjang.
5.3.
Keterbatasan dan Saran Untuk Penelitian Mendatang
5.3.1. Keterbatasan Setiap penelitian tidak luput dari berbagai keterbatasan ataupun kekurangan-kekurangan, demikian pula halnya dengan penelitian ini. Keterbatasan tersebut antara lain meliputi hal-hal berikut ini : 1. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan secara cross sectional, karena keterbatasan waktu penelitian sehingga fenomena yang
diteliti
hanya
merupakan
gambaran
sesaat
sehingga
menyebabkan responden dalam mengisi kuesioner dipengaruhi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
98
persepsi pada saat tersebut, akibatnya hasil penelitian tidak sepenuhnya mendukung teori. 2. Perbedaan
tingkat
pendidikan
dan
pengetahuan
petani
dan
karakteristik pelaku dalam industri gula di Indonesia yang cenderung sulit diubah bisa jadi menyebabkan hasil penelitian ini berbeda dengan temuan-temuan
penelitian
sebelumnya,
karena
mungkin
pola
hubungan antara pabrik gula dan petani juga berbeda,
5.3.2. Saran Untuk Penelitian Mendatang Untuk perkembangan penelitian selanjutnya disarankan sebagai berikut : 1. Penelitian berikutnya hendaknya dilakukan secara panel data yang merupakan gabungan antara data cross-section dan data time series dimana unit cross-section disurvei dari waktu ke waktu, dilakukan beberapa kali dalam periode tertentu, sehingga diharapkan hasil yang diperoleh akan lebih mendekati kenyataan. 2. Temuan penelitian menunjukkan tidak adanya pengaruh kualitas fungsional dan kepercayaan, ke depan perlu diteliti lebih mendalam tentang indikator-indikator yang mempengaruhi kepercayaan petani tebu kepada pabrik gula. 3. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi secara luas, artinya temuan penelitian ini hanya dapat diterapkan pada perusahaan yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
99
memiliki karakteristik yang sama dengan sampel yang digunakan dalam penelitian ini. 4. Penelitian mendatang hendaknya dilakukan dengan mengkaji teori yang lebih tepat dengan hipotesis yang berbeda misalnya : menganalisis pengaruh efektvitas komunikasi, kualitas teknis dan fungsional langsung terhadap komitmen relasional, tanpa dimediasi oleh kepercayaan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
100
DAFTAR PUSTAKA Agusta, Ivanovich. 2007. Komunikasi Untuk Kemitraan Pabrik Gula Dan Petani Tebu. Workshop Peningkatan Peran Organisasi Petani Dalam Peningkatan Efektivitas Kemitraan PT Perkebunan Nusantara X (Persero) Arifianto, Yuniar.2005. Analisa Pengaruh kualitas Pelayanan : Kualitas Produk, Komitmen Pelanggan, Kepercayaan Pelanggan, Dan Harga Produk Terhadap Loyalitas Pelanggan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Augusty, Ferdinand, Prof. Dr, MBA.2006. Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang 2005. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Asih, Daru. 2006. Pengaruh Keefektifan Komunikasi, Kualitas Jasa, Kepercayaan, Dan Komitmen Keterhubungan pada Efek Keterhubungan Dalam Jasa Profesional. Bulletin Penelitian No. 09 Universitas Mercu Buana. Asuransi Bumi Putera.2007. Kiat Meyakinkan Petani. Lembaga Pendidikan Perkebunan , Yogyakarta Bagdoniene, Liudmila dan Rasa Jaksataite.2009. Trust As Basis For Development Of Relationships Between Professional Service Providers And Their Clients. Kaunas University of Technology, Lithuania. Economics & Management.14. Cater, Barbara.2007. Trust and Commitment in Professional Service Marketing Relationships in Business-to-Business Markets. University of Ljubljana, Slovenia. Managing Global Transitions 5 (4): 371–390 Volume 5 · Number 4. Cahyanto, Ponti Gesang. 2007. Efektifitas Komunikasi Partisipatif Dalam Melaksanakan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak.Tesis, Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
101
Direktorat Jenderal Industri Agro Dan Kimia. 2009. Roadmap Industri Gula. Departemen Perindustrian, Jakarta Garbarino, Ellen and Mark S Johnson.1999. The Different Roles Of Satisfaction, Trust, And Commitment In Customer Relationship.Journal of Marketing; 63, 2; ABI/INFORM Global pg. 70 Gounaris Spiros P.2003. Trust and Commitment Influences on Customer Retention: Insights from Business-to-Business Services. Department of Marketing and Communication, Athens University of Economics and Business, Greece.Journal of Business Research 58 (2005) 126–140 Ghozali, I. 2008. Structural Equation Modeling (Teori, Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos 16.0). Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Groonroos, Christian.1994. From Marketing Mix to Relationship Marketing: Towards a Paradigm Shift in Marketing Management Decision, Vol. 32 No. 2, pp. 4-20.MCB University Press Limited, 00251747 Hair, J.F. JR., Anderson, R.E, Tatham, R.L. & Black, W.C. 2006. Multivariate Data Analysis. Six Edition. New Jersey : Pearson Educational, Inc Idawati, Agnes Isti. 2008. Komunikasi Interpersonal. Lembaga Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta. Jasfar, Farida.2005. Kualitas Jasa Dan Hubungannya Dengan Loyalitas Serta Komitmen Konsumen : Studi Pada Pelanggan Salon kecantikan. Jurnal Siasat Bisnis Edisi No. 7 Vol. 1, Th. 2005 Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.2007. Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis Tebu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Edisi Kedua Lupiyoadi, Rambat dan A. Hamdani.2009. Manajemen Pemasaran Jasa, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, Edisi 2
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
102
Maharsi, Sri dan Fenny.2003. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan dan Pengaruh Kepercayaan Terhadap Loyalitas Pengguna Internet Banking di Surabaya. Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 8 No.1: 35-5 Morgan, Robert M & Hunt, Shelby D.1994. The Commitment-Trust Theory of Relationship Marketing .Journal of Marketing Vol. 58 (July 1994), 20-38 Munawaroh, Munjiati .2005. Analisis Pengaruh Kualitas Jasa terhadap Kepuasan Pada Industri Pendidikan di Yogyakarta . Edisi Khusus Jurnal Siasat Bisnis On Marketing Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. N’Goala , Gilles and Philippe Aurier.2009. The differing and mediating roles of trust and relationship commitment in service relationship maintenance and development. Academy of Marketing Science. PT Perkebunan Nusantara XI (Persero). Profil PT Perkebunan Nusantara XI (Persero). http://www.ptpn-11.com 22 Juli 2010 Ruyter Ko de, Luci Moorman and Jos Lemmink.2005. Antecedents of Commitment and Trust in Customer–Supplier Relationships in HighTechnology Markets. Department of Marketing and Marketing Research,MD Maastricht, The Netherlands. Industrial Marketing Management 30, 271–286 Setiawan, Nugraha.2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie-Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya.Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Sharma, Neeru and Paul G. Patterson.1999. The impact of communication effectiveness and service quality on relationship commitment in consumer, professional services. The Journal of Services Marketing Vol. 13, Iss. 2; pg. 151
Sugandha,D. 1988. Administrasi Strategi, Taktik dan Efisiensi, Ghalia. Jakarta.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
103
Sukarji. 2007. Komunikasi Perkebunan, Yogyakarta.
dan
Sulastri, Indahsih. 2007. Filosofi Perkebunan, Yogyakarta.
Motivasi.
Lembaga
Pendidikan
Kemitraan.
Lembaga
Pendidikan
Susila, Wayan R dan Bonar M. Sinaga.2005. Pengembangan Industri Gula Indonesia Yang Kompetitif Pada Situasi Persaingan Yang Adil. Jurnal Litbang Pertanian, 24(1) Suwandi, Adig, 2003. Meningkatkan Produktivitas Mencegah Keruntuhan Gula Indonesia vol. 27 (1) p : 12 – 17. 2010. Giling Mundur, Produksi Gula Anjlok 4000 ton.Surabaya Post. 5 April 2010 Tjiptono, Fandy.2008. Service Management Mewujudkan Layanan Prima. Penerbit Andi, Yogyakarta. Tjiptono, Fandy.2009. Service Marketing Esensi & Aplikasi. Marknesis, Yogyakarta Valenzuela, Fredy.2005. Trust And Commitment As Mediating Variables InThe Relationship Between Satisfaction And Hotel Guest Loyalty. University of New England and Universidad de Talca Arturo VasquezParraga, University of Texas-Pan American. ANZMAC Conference: Relationship Marketing (Consumer) Wetzels,Martin, Kode Ruyter & Marcel Van Birgelen, 1998. Marketing Service Relationships The Role of Commitment. Maastricht University,The Netherland. Journal of Bussiness & Industrial Marketing Vol. 13 No.4/5 1998 pp 406-423
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber