41
BAB II LANDASAN TEORI A. Audit report lag Auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang bertujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan . Menurut Esynasali, Audit report lag adalah perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan yang menunjukkan mengenai lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor.1 Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa audit report lag merupakan jarak waktu antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal saat auditor mengeluarkan laporan audit, dan semakin lama auditor menyelesaikan laporan auditnya maka audit report lag semakin panjang. Dyer dan McHugh (1975) dalam penelitian Malinda Dwi Aprilia (2014), menjelaskan tiga kriteria keterlambatan pelaporan keuangan antara lain: 1. Preliminary lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa. 2. Auditor’s report lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani. 1
Esynasali Violetta Sebayang, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012), Skripsi. Universitas Diponegoro (2014).
42
3. Total lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.2 Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan rata-rata Audit report lag berbeda-beda. Hasil penelitian yang dilakukan Indriyani dan Supriyati menunjukkan rata-rata Audit report lag di Malaysia sebesar 102,05 hari sedangkan di Indonesia sebesar 78,29 hari dan penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010) menunjukkan rata-rata Audit report lag di Indonesia sebesar 72,9442 hari.
B. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan salah satu indikator yang digunakan investor dalam menilai asset maupun kinerja perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Terdapat berbagai proksi yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan, yaitu jumalah karyawan, total aset, jumlah penjualan dan kapitalisasi pasar. Proksi yang biasa dipakai adalah total aset perusahaan, karena aset biasanya dapat sangat besar nilainya, dan untuk menghindari Bias Skala maka besaran aset perlu di kompress. Secara umum proksi size dipakai Logaritma (Log) atau logaritma natural (Ln) asset.3
2
Skripsi, Malinda Dwi Apriliane, “analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay (studi empiris pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 20082013)”, Universitas negeri yogyakarta (2015). 3 Said Kelana Asnawi dan Chandra Wijaya, “Metodologi Penelitian Keuangan : Prosedur, Ide dan Kontrol”, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006), hlm. 175.
43
Keputusan
ketua
Bapepam
No.
Kep.
11/PM/1997
menyebutkan
perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar. Pada dasarnya Ukuran Perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan. Kategori Ukuran Perusahaan yaitu: 1. Perusahaan Besar Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun. 2. Perusahaan Menengah Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar/tahun. 3. Perusahaan Kecil Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun. Perusahaan kecil lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan dalam dalam menginformasikan laporan keuangannya. Pengaruh ini ditujukan dengan semakin kecil nilai aset perusahaan maka semakin pendek
44
audit report lag dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih lama dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perusahaan besar banyak melakukan ekspansi dengan membuka cabang-cabang atau usaha dibeberapa daerah, bahkan diluar negeri sehinga besarnya skala perusahaan ini menunjukkan bahwa banyaknya pemeriksaan yang perlu dilakukan oleh auditor ditambah lagi perusahaan yang besar mempunyai kompleksitas transaksi yang besar pula, sehingga auditor dalam mengaudit akan semakin lama.4
C. Solvabilitas Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajibankewajibannya apabila perusahaan di likuidasi.5 Semakin tinggi tingkat solvabilitas menunjukkan semakin tinggi besarnya hutang terhadap total aset, dan kecenderungan perusahaan yang memiliki tingkat solvabilitas yang tinggi mengalami kerugian. Rasio ini digunakan untuk menjelaskan penggunaan hutang untuk membiayai sebagian dari pada aktiva korporasi. Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi korporasi karena hutang mempunyai beban yang
4
I Nyoman Sutapa dan Made Gede Wirakusuma, “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Audit Delay”. Jurnal Ekonomi, Universitas Udayana(2012). 5
Budi Raharjo, Laporan Keuangan Perusahaan: Membaca, Memahami Dan Menganalisis, Cet. I Edisi 2, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm.139.
45
bersifat tetap. Rasio ini membandingkan antar total hutang dengan total aktiva dan indikator yang digunakan menggunakan skala rasio.6 Perusahaan yang tidak solvabel yaitu perusahaan yang total hutangnya lebih besar dari asetnya. Rasio ini menyangkut struktur keuangan perusahaan. Struktur keuangan perusahaan adalah bagaimana perusahaan mendanai aktivitasnya. Biasanya, aktivitas perusahaan didanai dengan utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan modal pemegang saham. Debt to total asset menjelaskan kemampuan perusahaan untuk membayar semua utangnya (baik utang jangka pendek dan jangka panjang) dari harta perusahaan tersebut. Oleh karena itu, debt to asset ratio mengindikasikan kesehatan finansial dari perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mencari debt to asset ratio (DAR): (
)
Menurut Hasanudin dalam penelitian Febriyanti (2011) Proporsi debt to asset ratio yang tinggi akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Debt to asset ratio tinggi memberikan sinyal bahwa perusahaan sedang dalam kesulitan keuangan. Biasanya perusahaan akan mengurangi resiko dengan memundurkan publikasi laporan keuangannya dan mengulur waktu dalam pekerjaan auditnya. Perusahaan dengan kondisi rasio
6
Syamsuddin Lukman, Manajemen keuangan perusahaan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 27.
46
hutang terhadap modal yang tinggi akan terlambat dalam penyampaian laporan keuangan, karena waktu yang ada digunakan untuk menekan debt to total asset ratio serendah-rendahnya. Dengan demikian, auditor akan mengaudit laporan keuangan perusahaan dengan lebih seksama dan membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga dapat meningkatkan audit delay.7
D. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu.8 Profitabilitas berpengaruh pada penilaian kenerja perusahaan, apabila profitabilitas rendah maka penilaian terhadapa kinerja perusahaan akan rendah dan begitu sebaliknya apabila profitabilitas tinggi maka penilaian terhadapa kinerja perusahaan akan positif. Rasio profitabilitas memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, investor biasanya melihat kinerja keuangan yang tercermin dari berbagai macam rasio. Alat ukur profitabilitas perusahaan yang sering digunakan adalah Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE). Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan antara laba bersih (laba sesudah bunga dan pajak) dengan penjualan bersih perusahaan. Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap 7
Febrianty, “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay Perusahaan Sektor Perdagangan Yang Terdaftar Di BEI Periode 2007-2009,” Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi, Vol. 1, No. 3 (2011), hlm. 304 8 Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2007), hlm. 83.
47
penjualan bersihnya. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang ditetapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha.9 Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Return On Assets (ROA) merupakan perbandingan antara laba / keuntungan
sebelum biaya bunga dan pajak dengan seluruh aktiva atau
kekayaan perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang ada didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. ROA sering juga disebut dengan ROI (Return On Investment). Return on Equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang akan diinvestasikan pemegang saham pada perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam modal ekuitas untuk menghasilkan laba. Rasio ROE dapat dihitung dengan membandingkan dengan laba bersih dengan modal saham. Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena rasio ini bukan pengukur return pemegang saham sebenarnya. Rumus untuk mencari Return On Equity (ROE): (
9
)
J. Fred weston dan Thomas E. Copeland, Manajemen Keuangan, Edisi 8, (Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1999)
48
Profitabilitas merupakan ukuran penting dalam menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan karena pada umumnya kemajuan dan perkembangan perusahaan diukur dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.10 Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return on Equity. Alasan menggunakan ROE, sebab ROE merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan mengguanakan total aset yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. Biaya –biaya pendanaan tersebut yang dimaksud adalah bunga yang merupakan biaya pendanaan dengan hutang. Deviden yang merupakan biaya pendanaan dengan saham dalam analisis ROA tidak diperhitungkan. Biaya bunga ditambahkan ke laba yang diperoleh oleh perusahaan. ROA bisa di interprestasikan sebagai hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan dan pengaruh dari faktor-faktor lingkungan. Analisis difokuskan pada profitabilitas aset, dan dengan demikian tidak memperhitungkan cara-cara untuk mendanai aset tersebut.11 Menurut Mariewaty dalam penelitian Dea Tiza Maharani (2013) Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan. Dengan adanya pertumbuhan laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun, akan memberikan sinyal yang positif mengenai kinerja
10
Syamsuddin dan Lukman, Manajemen Keuangan Perusahaan : aplikasi dalam : perencanaan, pengawasan, dan pengambilan keputusan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 59 11 Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Op. Cit, hlm. 159
49
perusahaan. Tingkat profitabilitas membuat perusahan agar segera dapat melaporkan keuangan kepada para pemangku kepentingan, karena tingkat profitabilitas dapat menimbulkan sinyal yang baik/kabar baik bagi para emiten.12
E. Umur Perusahaan Umur Perusahaan merupakan elemen untuk menilai lamanya perusahaan sudah listing di bursa Efek Indonesia sampai dengan tanggal penelitian. Umur listing dihitung dari jumlah hari umur perusahaan dari pertamaka kali perusahaan listing dibursa hingga tanggal penelitian. Umur perusahaan menunjukkan kredibilitas maupun reputasi perusahaan dimata masyarakat. Jika perusahaan telah lama berdiri biasanya dianggap memiliki kinerja yang baik sehingga menimbulkan kepercayaan masyarakat. Perusahaan yang telah lama berdiri, secara tidak langsung membuktikan bahwa perusahaan mampu bertahan dan meraih laba dalam berbagai kondisi ekonomi. Selain itu pula, menunjukkan bagaimana perusahaan dapat mempertahankan reputasi maupum posisi dalam industri dalam suatu persaingan yang semakin ketat.13 Perusahaan yang sudah lama listing tentunya juga memiliki pengalaman lebih dalam menghadapi suatu masalah dari pengalaman sebelumnya, hal ini dikarenakan perusahaan sudah memiliki jam kerja yang
12
Dhea Marathani Tiza, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan,” Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Brawijaya, (2013) 13
Christina Dwi Astuti, “faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan”, jurnal informasi, perpajakan, akuntansi dan keuangan publik”, Vol. 2, No. 1, (2007).
50
banyak sedangkan perusahaan yang lebih muda rentan terhadap kegagalan karena kurangnya pengalaman.14
F. Kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP) Dalam
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor
17/PMK.01/2008 pasal 16 disebutkan bahwa KAP (Kantor Akuntan publik) dapat berbentuk: a. Perseorangan: KAP yang berbentuk badan usaha perseorangan hanya dapatdidirikan dan dijalankan oleh seorang Akuntan Publik yang sekaligus bertindak sebagai pemimpin. b. Persekutuan: KAP yang berbentuk badan usaha persekutuan hanya dapat didirikan paling sedikit 2 orang akuntan publik, dimana masing-masing sekutu merupakan rekan dan seorang sekutu bertindak sebagai Pimpinan Rekan. Perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan kinerja perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk menggunakan jasa KAP dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Hal ini bisa ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm atau Big Four.
14
I Gede Ari Pramana Putra dan A Wayan Ramantha, “Pengaruh Profitabilitas, Umur Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, dan Komite Audit pada Ketepatan Waktu Publikasi Laporan Keuangan Tahunan”, E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana, (2015)
51
Menurut Sudarno dalam penelitian Alvina Noor Arifa (2013) KAP/auditor
digolongkan menjadi dua, yaitu KAP Big Four dan KAP domestik atau KAP non-Big Four. Adapun kategori Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berafiliasi dengan The Big Four di indonesia yaitu: a. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) yang berafiliasi dengan Siddharta & Widjaya. b. Ernst & Young (EY) yang berafiliasi dengan Prasetio, Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja). c. Pricewater House Coopers (PWC) yang berafiliasi dengan Haryanto Sahari & Rekan dan Tanudiredja, Wibisana & Rekan). d. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) yang berafiliasi dengan Oesman Bing Satrio & Rekan.15 Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang memiliki reputasi baik akan cenderung memiliki audit report lag yang lebih pendek karena KAP besar memiliki staf auditor dalam jumlah yang besar dan lebih kompeten. Jumlah staf yang besar memungkinkan KAP mengatur jadwal audit yang lebih fleksibel sehingga memungkinkannya untuk menyelesaikan audit tepat waktu. Selain jumlah staf yang cenderung lebih banyak, KAP big 4 juga memiliki staf yang lebih kompeten. Kompetensi staf audit tersebut dapat dilihat dari adanya pelatihan rutin bagi staf auditor di KAP big 4. Kompetensi staf akan memungkinkan proses audit yang lebih cepat, karena staf yang kompeten akan
15
Skripsi Alvina Noor Arifa, “faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay (pengembangan model audit delay dengan audit report lag dan total lag serta faktor-faktor yang mempengaruhinya”, Universitas Negeri semarang (2013)
52
memiliki produktifitas kerja yang tinggi. Namun, sifat kehati-hatian KAP dapat memperpanjang jangka waktu pelaporan laporan keuangan.16
16
Ivena Tiono dan Yulius JogiC, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi Bisnis Universias Kristen Petra (2012), hlm. 289