BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Rencana Strategis Proses rencana strategis merupakan langkah awal untuk menentukan peluang diterapkannya strategi yang akan
direncanakan.
Dessler,
2008
mendefenisikan
rencana strategis sebagai suatu rencana organisasi yang berkenaan
dengan
bagaimana
organisasi
itu
menyelaraskan kekuatan dan kelemahan internalnya dengan
peluang
mempertahankan menunjukkan
dan
ancaman
keunggulan
rencana
eksternal
kompetitif.
strategis
yang
untuk Hal
tepat
ini
dapat
mengantarkan organisasi atau lembaga pendidikan pada keberhasilan mencapai tujuannya dan tetap memiliki keunggulan
kompetitif.
Pemilihan
pendekatan
ini
sangatlah ditentukan oleh sifat dan skala organisasi, model dan kompetensi kepemimpinan, serta kapasitas dan
kemampuan
staf
organisasi
untuk
melakukan
perencanaan. Setelah melakukan perencanaan usaha, maka langkah penting selanjutnya adalah bagaimana mengimplementasikan rencana itu (Michael & Jude, 2000). Rencana strategis adalah rencana yang dilakukan oleh
para
manajer
puncak
dan
menengah
untuk
mencapai tujuan organisasi yang lebih luas (James & Edward
dalam
Umar,
2002). Untuk
itu
dalam
penerapannya di sekolah, kepala sekolah perlu membuat suatu rencana strategis yang mana dikoordinasi dengan
9
guru-guru untuk dijalankan bersama demi mencapai tujuan yang diinginkan dari sekolah. Rencana strategis sebagai suatu cara bagaimana mencapai
tujuan
sebaik-baiknya
(maximum
output)
dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif, dengan menentukan tujuan apa yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa (Tjokroamidjojo, 2000). Rencana Strategis yaitu suatu proses membantu organisasi menjadi lebih produktif dan mempunyai arah yang jelas bagi perjalanan bagi sebuah organisasi pada masa depan dengan menggunakan berbagai macam alat perencanaan seperti konstituen/pihak, dokumen dan program
internal
organisasi,
dan
alat
bantu
atau
perangkat keras (Anglin, 2003). Sedangkan Robbins & Coulter (2009) mengemukakan rencana strategis yaitu rencana-rencana yang berlaku bagi seluruh organisasi, menentukan sasaran umum organisasi tersebut, dan berusaha
menempatkan
organisasi
tersebut
dalam
lingkungannya. Rencana
strategis
suatu
lembaga
pendidikan
menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut: memperbaiki hasil pendidikan, membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan/ pengembangan), demand driven (prioritas kebutuhan), realistis
partisipasi,
sesuai
keterwakilan,
dengan
hasil
data
analisis
driven, SWOT,
mendasarkan pada hasil review dan evaluasi, keterpaduan holistic/tersistem, transparans,
dan
keterkaitan
kesepadanan
dan
horisontal
secara
vertikal
serta dengan
rencana-rencana lain (Tilaar, 2000)
10
Berdasarkan sejumlah pengertian diatas, tampak bahwa suatu rencana strategis dimaksudkan untuk mencapai tujuan sehingga
sekolah sebagai salah satu
organisasi yang mengembangkan sistem manajemen strategis memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk meraih strategis
sukses.
Suatu
digunakan
proses
untuk
rencana
manajemen
menganalisis
tuntutan
perkembangan lingkungan strategis, yang langsung atau tidak langsung bersentuhan dengan pelaksanaan tugas pokok yang kemudian dianalisis dengan pendekatan Analisis SWOT, yakni analisis terhadap faktor-faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal, yang didasarkan
pada
pendekatanan
analisis
lingkungan
strategis, isu-isu strategis dan sejumlah faktor kunci keberhasilan. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Menganalisis lingkungan Mengidentifikasi misi sekolah sekarang,tujuannya ,strateginya
Identifikasi peluang dan ancaman
Analisis SWOT
Menganalisis sumber daya sekolah itu
Merumuskan strategi
Melaksanakan strategi
Mengevaluasi hasil
Identifikasi kekuatan dan kelemahan
Gambar 2.1: Proses Manajemen Strategis (Sumber : Robbins & Coulter, 2009)
11
Dari gambar ini menunjukkan bahwa sekolah perlu
mengidentifikasi
misi
sekolah
sekarang
demi
mencapai tujuan yang diinginkan dengan menerapkan berbagai strategi. Identifikasi dimulai dari kekuatan dan kelemahan
lingkungan
internal
serta
peluang
dan
ancaman lingkungan eksternal. Setelah itu dirumuskan strategi, melaksanakan strategi itu hingga akhirnya dievaluasi apakah strategi itu sudah berjalan dengan baik atau tidak. Namun dalam penelitian ini dibatasi sampai merumuskan rencana strategis saja.
2.2 Mutu Sallis (2006) berpendapat ada dua konsep tentang mutu. Mutu dalam konsep absolut yaitu suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Sedangkan dalam konsep relatif, mutu adalah sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Pada
dasarnya
mutu
itu
adalah
persepsi
pelanggan, apa yang dilihatnya, sehingga pengertian mutu itu tidak sama bagi semua orang. Apa yang dinilai bagus, baik dan indah bagi satu orang belum tentu sama bagi orang lain. Sementara Sagala (2010) menjelaskan mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa pelayanan pendidikan secara internal maupun eksternal
yang
menunjukkan
kemampuannya
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekolah perlu melakukan perbaikan secara berkesinambungan. Upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan menggunakan pendekatan sistem terbuka. Lewis dan 12
Smith (dalam Tjiptono & Diana, 2003) mengatakan bahwa
pendekatan
sistem
terbuka
kebutuhan
kualitas
pada
tiga
akreditasi,
proses
transformasi,
Akreditasi
berkaitan
menekankan
tahap
dengan
utama,
dan
yaitu
assessment.
input,
sedangkan
assessment berkaitan dengan output. Input meliputi kemampuan fasilitas,
dasar
dan
siswa,
program.
sumber Proses
daya
finansial,
meliputi
desain
pembelajaran, metode pembelajaran, dan sistem analisis data. Sedangkan output adalah prestasi siswa dan pasca kelulusan. Penyempurnaan Kualitas Berkesinambungan
Akreditasi
Proses Transformasi
Assessment
Output
Input
Gambar 2.2: Penyempurnaan Kualitas Berkesinambungan
Sumber : Lewis & Smith ( dalam Tjiptono & Diana, 2003) Proses
penyempurnaan
kualitas
dalam
sistem
pembelajaran ditentukan oleh : a. Input Input adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses pendidikan. Input pendidikan meliputi kemampuan dasar siswa, sumber daya finansial, fasilitas, dan program. 13
Menurut Scheerens (2003) salah satu input dalam sistem sekolah adalah murid dengan berbagai karakteristik
tertentu
yang
ada
pada
mereka.
Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu makin tinggi tingkat kesiapan input maka makin tinggi pula mutu input tersebut. Masyarakat secara umum berasumsi
bahwa
masukan
siswa
yang
berkemampuan tinggi akan menghasilkan lulusan yang
berkemampuan
tinggi
juga
dan
sebaliknya. Akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya benar karena sekolah yang berkualitas harus mampu mengelola input yang rendah atau sedang untuk menjadi lulusan yang berkemampuan luar biasa. b. Proses Proses merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Proses meliputi kemampuan guru, desain pembelajaran, metode pembelajaran, fasilitas belajar, kurikulum, media, dan evaluasi. Sanjaya (2006) mengemukakan 4 hal penting dalam proses pendidikan. Pertama, proses pendidikan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan siswa
untuk
pendidikan
mencapai
yang
tujuan. Kedua,
terencana
proses
diarahkan
untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Keempat, akhir proses pendidikan adalah kemampuan
anak
memiliki
kekuatan
spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan. 14
Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia seperti guru, konselor, dan tata usaha dan administrasi yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media dan sumber belajar yang memadai
baik
mutu
maupun
jumlahnya
serta
manajemen strategi dan lingkungan yang mendukung (Mulyasa, 2006). Proses
dikatakan
bermutu
tinggi
apabila
pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (siswa) dan proses (kemampuan guru, fasilitas belajar, kurikulum, metode pembelajaran, media
belajar
dan
evaluasi)
dilakukan
secara
harmonis, sehingga menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, juga mendorong motivasi dan minat belajar siswa sehingga mampu mengembangkan dirinya. c. Output Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan
dari
proses/perilaku
sekolah.
Kinerja
sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Menurut
Maswir
(2009)
mengukur
prestasi
sebuah sekolah bisa dilihat dari hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) sekolah tersebut, ataukah dengan membandingkan input dengan outputnya. Mutu output sekolah dikatakan bermutu tinggi jika prestasi sekolah khususnya prestasi belajar siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: a) 15
prestasi akademik, berupa nilai ulangan, UAN, karya ilmiah,
lomba
akademik,
dan
b)
prestasi
non
akademik, seperti kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian,
dan
kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler
lainnya. Mustakim (2008) mengemukakan ukuran sekolah yang
baik
bukan
semata-mata
dilihat
dari
kesempurnaan komponennya dan kekuatan/kelebihan yang
dimilikinya,
kemampuan
melainkan
sekolah
diukur
tersebut
pula
dari
mengantisipasi
perubahan, konflik, serta kekurangan atau kelemahan yang ada dalam dirinya. Untuk mengetahui mutu suatu sekolah, perlu adanya penilaian perbandingan antara input dan output dari sekolah tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar dapat diketahui apakah siswa yang bersangkutan mengalami perubahan yang baik setelah melakukan proses pembelajaran di sekolah.
2.3 Rencana
Strategis
Peningkatan
Mutu
Sekolah Mutu tidak terjadi begitu saja, namun perlu suatu proses perencanaan. Mutu menjadi bagian penting dari strategi institusi dan harus didekati secara sistematis dengan menggunakan proses perencanaan strategis. Tanpa arahan jangka panjang yang jelas, sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan tidak dapat merencanakan peningkatan mutunya. Peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang secara terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang 16
berkaitan, dengan tujuan agar target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni, 2007). Oleh karena itu rencana strategis peningkatan mutu sekolah adalah rencana yang komprehensif dengan melibatkan
segala
sumber
dan
kemampuan
untuk
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, mencapai target sekolah, memenangkan kompetisi dan adaptif terhadap pengaruh eksternal dan internal. Rencana strategis peningkatan mutu pada sekolah didasarkan pada kelompok-kelompok pelanggan dan harapan-harapan mereka yang bervariasi, selanjutnya dengan
mengembangkan
kebijakan-kebijakan
serta
rencana-rencana yang dapat mengantarkan sekolah pada pencapaian misi dan visi. Rencana strategis sekolah merinci tolak ukur-tolak ukur yang kelak digunakan untuk mencapai misinya (Sallis, 2006). Rencana
strategis
peningkatan
mutu
sekolah
dalam implementasinya tidak lepas dari manajemen peningkatan mutu sekolah. Berkaitan dengan ini, Usman (2002) mengatakan bahwa manajemen peningkatan mutu memiliki prinsip (1) peningkatan mutu harus dijalankan di
sekolah,
(2)
peningkatan
mutu
hanya
dapat
dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik, (3) peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif, (4) peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah, (5) peningkatan mutu memiliki
tujuan
kepuasan
kepada
bahwa
sekolah
peserta
didik,
dapat
memberikan
orang
tua
dan
masyarakat.
17
2.4 Rencana
Strategis
Peningkatan
Mutu
berdasarkan Analisis SWOT Salah
satu
alat
analisis
yang
baik
untuk
mengetahui hal-hal yang diperlukan dalam membuat rencana strategis adalah analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats. Analisis SWOT adalah komparasi dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Snell & Bohlander, 2007).
Sallis (2006) mengatakan salah satu alat yang
umum
digunakan
dalam
perencanaan
strategis
pendidikan termasuk strategi peningkatan mutu sekolah adalah Analisis SWOT. Hal ini dipertegas oleh Sharplin (dalam Sagala, 2010) analisis SWOT adalah salah satu tahap manajemen strategik yang merupakan pendekatan analisis lingkungan, digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan di dalam sekolah sekaligus memantau peluang dan tantangan yang harus dihadapi sekolah. Analisis
SWOT
adalah
pengujian
terhadap
kekuatan dan kelemahan internal sekolah, serta peluang dan ancaman lingkungan eksternalnya. Seperti yang dijelaskan Sallis (2006) uji kekuatan dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit internal tentang seberapa efektif
performa
sekolah.
Sementara
peluang
dan
ancaman berkonsentrasi pada konteks eksternal atau lingkungan tempat sekolah beroperasi. Analisis SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting dari hal-hal kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sehingga
sekolah
meminimalkan
bisa
kelemahan,
memaksimalkan mereduksi
kekuatan,
ancaman
dan
membangun peluang. 18
Menurut Rangkuti (2009) Strengths atau kekuatan adalah beberapa hal yang merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan, yang memiliki potensi yang positif jika dikembangkan dengan baik. Kekuatan dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Weaknesses atau kelemahan adalah komponen-komponen yang kurang menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang
ingin
dicapai
sekolah.
Kelemahan
merupakan
kondisi rill yang ada dan terjadi di sekolah. Opportunity atau peluang adalah kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai apabila potensi-potensi yang ada di sekolah mampu dikembangkan secara optimal oleh sekolah. Threats atau ancaman adalah kemungkinan yang dapat terjadi atau berpengaruh terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan penyelenggaraan sekolah. Menurut Robbins & Coulter (2009) kekuatan adalah kegiatan-kegiatan sekolah yang berjalan baik atau sumber daya yang dikendalikan. Kelemahan adalah kegiatan-kegiatan sekolah yang tidak dijalankan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh sekolah tetapi tidak dimiliki oleh sekolah. Peluang adalah faktorfaktor diluar lingkungan sekolah yang bersifat positif, sedangkan
ancaman
adalah
faktor-faktor
diluar
lingkungan sekolah yang bersifat negatif. Jika
analisis
SWOT
digunakan
maka
memungkinkan sebuah sekolah untuk mendapatkan sebuah gambaran menyeluruh mengenai situasi sekolah itu dalam hubunganya dengan masyarakat, lembagalembaga pendidikan yang lain dan lapangan industri yang akan
dimasuki
pemahaman
oleh
mengenai
murid-muridnya. faktor-faktor
Sedangkan
eksternal
yang 19
digabungkan kekuatan
dengan
dan
mengembangkan
suatu
kelemahan sebuah
pengujian
akan
visi
mengenai
membantu
tentang
masa
dalam depan.
Perkiraan ini diterapkan dengan memulai program yang kompeten untuk mengganti program-program yang tidak relevan
(Robbins
&
Coulter,
2009).
Hal
ini
dapat
digambarkan dalam diagram berikut:
Gambar 2.3 Diagram Analisis SWOT Sumber : Robbins & Coulter (2009) Tabel
ini
menunjukkan
strategi-strategi
yang
berbeda untuk masing-masing kuadran berdasarkan kekuatan,
kelemahan,
peluang
dan
ancaman
yang
dikemukakan oleh Robbins & Coulter (2009) sebagai berikut: Kuadran I: merupakan situasi yang sangat menguntungkan, karena sekolah memiliki peluang dan kekuatan yang baik. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini yaitu strategi 20
yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif atau strategi agresif. Kuadran II: meskipun
sekolah
menghadapi
berbagai
ancaman dari luar, namun sekolah masih memiliki kekuatan dari segi internal. Stratei yang
perlu
diterapkan
yaitu
strategi
diversifikasi yang mana kekuatan yang ada digunakan untuk mengatasi ancaman yang datang dari luar. Kuadran III: sekolah menghadapi peluang dari luar yang sangat besar, tetapi dilain pihak sekolah menghadapi
beberapa
kendala
atau
kelemahan internal. Focus sekolah adalah meminimalkan
masalah-masalah
internal
sehingga bisa merebut peluang dari luar yang lebih baik dengan menerapkan strategi turnaround. Kuadran IV: ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan karena sekolah menghadapi berbagai ancaman dari luar dan mempunyai kelemahan-kelemahan sekolah
perlu
internal,
bertahan
sehingga
menghadapi
semuanya ini dengan menerapkan strategi defensif.
2.5 Langkah-langkah Pengembangan Rencana Strategis Langkah-langkah
yang
digunakan
untuk
mengembangkan rencana strategis peningkatan mutu sekolah
menurut
Sugiyono
(2010)
adalah
sebagai
berikut: 21
1. Potensi dan masalah Sekolah memiliki banyak potensi internal yang bisa dijadikan
sebagai
kekuatan,
dan
juga
potensi
eksternal yang bisa dijadikan peluang, selain potensi sekolah juga mempunyai masalah-masalah internal yang bisa dianggap sebagai kelemahan dari sekolah, juga masalah-masalah eksternal yang bisa menjadi ancaman untuk peningkatan mutu sekolah. Sehingga potensi dan masalah yang ada ini bisa dikemukan dalam penelitian berupa data-data empirik. 2. Mengumpulkan data Setelah potensi dan masalah yang ada disekolah dapat ditunjukkan
secara
faktual
dan
uptode,
maka
selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang
dapat
digunakan
sebagai
bahan
untuk
merencanakan suatu strategi tertentu yang diharapkan dapat
mengatasi
masalah
tersebut.
Data
yang
diperlukan bisa didapatkan melalui berbagai cara seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi juga Focus Group Discussion (FGD). 3. Desain Produk Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu suatu rencana strategis yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk peningkatan mutu sekolah. Yang mana rencana strategis ini masih bersifat hipotetik karena
efektivitasnya
belum
terbukti
dan
akan
diketahui setelah melalui pengujian-pengujian. 4. Validasi Desain Validasi desain dilakukan sebagai proses kegiatan untuk menilai apakah rencana strategis yang dibuat secara rasional akan efektif digunakan sebagai usaha 22
peningkatan mutu sekolah. Validasi desain dapat dilakukan oleh pengamat lain untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data. 5. Perbaikan desain Setelah rencana-rencana strategis tersebut divalidasi, akan
akan
diketahui
selanjutnya
dicoba
kelemahan-kelemahannya
untuk
memperbaiki
rencana
strategis tersebut. Yang bertugas untuk memperbaiki rencana strategis ini adalah peneliti sendiri sebagai orang yang mau menghasilkan produk atau renstra tersebut.
Pada
akhirnya
dapat
dihasilkan
suatu
rencana strategis yang bisa diberikan pada sekolah sebagai upaya peningkatan mutu sekolah. Sedangkan Arikunto (2010), memberikan empat tahap untuk mengembangkan suatu rencana strategis yaitu: 1. Menyusun rancangan (perencanaan) Pada tahap ini akan dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana penelitian itu
akan
dilakukan.
Selain
itu
peneliti
perlu
menentukan titik-titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan kemudian
perhatian
membuat
khusus
suatu
untuk
instrumen
diamati,
pengamatan
untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama penelitian berlangsung. 2. Pelaksanaan Yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam penelitian. Peneliti harus ingat dan taat pada apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar. Boleh membuat modifikasi
23
selama itu tidak mengubah tujuan penelitian, serta menghidari kekakuan dalam penelitian. 3. Pengamatan Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan penelitian, biasanya kedua
tahap
karena
ini
sambil
dilaksanakan melaksanakan
secara
bersamaan,
penelitian,
seorang
peneliti akan sekalian mengamati apa yang terjadi selama penelitian berlangsung. 4. Refleksi Yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Pada tahap ini, peneliti bersama-sama dengan orang-orang yang berkepentingan pada obyek penelitian berdiskusi mengenai apa saja yang sudah terjadi selama penelitian. Mungkin masih ada penelitian yang
belum
berjalan
dengan
baik
dan
perlu
penyempurnaan. Tahap ini bisa dikatakan sebagai suatu tahap evaluasi. Berdasarkan dua pendapat diatas, peneliti tertarik untuk menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono namun disesuaikan dengan situasi dan kondisi
yang
peneliti
hadapi
sebagai
dasar
untuk
melakukan penelitian ini. Namun tidak lepas juga dari apa yang dikatakan oleh Arikunto, sehingga peneliti bisa merumuskan langkah-langkah pengembangan rencana strategi yang akan dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menyusun rancangan penelitian Disini
peneliti
melakukan
akan
Focus
menyiapkan
Group
Discussion
panduan (FGD),
untuk berupa
pertanyaan-pertanyaan pancingan sehingga jalannya 24
diskusi lebih terarah. Selain itu guna menvalidasi atau melengkapi data yang diperoleh dari FGD peneliti juga menyiapkan
pedoman
wawancara
dan
pedoman
observasi. 2. Potensi dan masalah Karena peneliti sudah melakukan pra penelitian maka paling kurang peneliti sudah melihat apa yang menjadi potensi dan masalah di sekolah ini walaupun belum sempurna atau belum lengkap. 3. Pengumpulan data Dalam usaha mengumpulkan data bisa dikatakan bahwa peneliti menjalankan tahap pelaksanaan dan pengamatan. Karena disini peneliti akan melakukan FGD untuk mengumpulkan data, hingga memperoleh suatu analisis SWOT yang berisi kekuatan, kelemahan, peluang
dan
berdasarkan
ancaman bobot
yang
dan
ada
skor
pada yang
sekolah, diberikan
berdasarkan FGD. 4. Validasi Data Data yang sudah diperoleh akan divalidasi dengan menggunakan kriteria Kredibilitas (kepercayaan). 5. Desain produk Berdasarkan hasil analisis SWOT akan dibuat suatu rencana
strategis
yang
sekiranya
bisa
dijadikan
sebagai pedoman bagi sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah. Akan tetapi renstra yang sudah ada bisa diperbaiki oleh sekolah berdasarkan tujuan dan kebutuhan renstra
dari
yang
sekolah
sempurna
sehingga untuk
menghasilkan
bisa
diterapkan
disekolah.
25