BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian terhadap masalah yang sama sebelumnya Sepengetahuan penulis, penelitian tentang kata pronomina bahasa Banggai belum pernah diteliti baik mahasiswa di luar daerah maupun yang berada di Banggai. Namun ada penelitian yang relevan sebelumnya tentang kata ganti. Rusmiati (2010) dengan judul skrpsi‘Kata Ganti Bahasa Muna.’ Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yakni subkategorisasi kata ganti dalam bahasa Muna, jenis-jenis kata ganti dalam bahasa Muna, pemakaian kata ganti dalam bahasa Muna. Hasil kajian itu menerangkan bahwa kata ganti bahasa Muna dapat dilihat dari arti subkategorisasi kata ganti, jenis kata ganti, pemakaian kata ganti. Dari segi subkategorisasi, kata ganti bahasa Muna terdiri dari dua hal, yaitu (i) dilihat dari hubungannya dengan nomina ada atau tidaknya anteseden dalam wacana. Berdasarkan hasil penelitian ini pronomina dalam bahasa muna tidak jauh berbeda dengan pronomina dalam bahasa Indonesia. (ii) dilihat dari jelas atau tidak referenya, pronomina dalam bahasa Muna terdiri dari : a) pronomina takrif, b) pronomina tak takrif. Dari segi jenis-jenis kata ganti bahasa Muna, terdiri dari lima macam yakni kata ganti orang, kata ganti milik, kata ganti penunjuk, kata ganti tanya, kata ganti penghubung. Dilihat dari segi pemakaian pronomina bahasa Muna, dilihat dalam ragam nonstandar jumlah pronomina dalam bahasa Muna lebih banyak daripada yang terdaftar. Berdasarkan kenyataan yang dikemukakan di atas, menandakan bahwa
belum ada penelitian tentang pronomina bahasa Banggai. Oleh karena itu peneliti mengangkat masalah ini agar pronomina bahasa Banggai dikenal oleh masyarakat di luar penuturnya serta dipahami. Sedangkan persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yakni, Rusmiati (2010) persamaannya terletak pada sama-sama menganalisis tentang kata ganti, perbedaannya terletak pada permasalahan yang diambil. 2.2 Kajian Teori 2.2.1 Pronomina Sebagai Bagian dari Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia a) Pengertian Kata. Menurut Crystal (dalam Badulu, 2004:4) bahwa kata adalah satuan ujaran yang mempunyai pengenalan intuitif universal oleh penutur asli, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia bahwa kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa. Dalam kamus besar bahasa Indonesia didepenisikan bahwa kata adalah 1) unsur bahasa yang diucapkan atau yang dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa, 2) ujar, bicara, 3) lingkup, a. Morfem atau kombinasi yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, b. Satuan bahasa yang berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal misalnya batu, rumah, dating atau gabung morfem pejuang, mengikuti pancasila, Mahakuasa.
Dari teori yang telah dikemukakan oleh pakar di atas mengenai batasan kata, maka dapat disimpulkan bahwa kata merupakan satuan yang terkecil yang dapat membentuk ujaran dan dapat digunakan untuk berkomunikasi.
b) Kelas Kata. Kelas kata merupakan salah satu topik yang selalu menjadi problem dalam analisis bahasa. Istilah kelas kata disebut juga jenis kata dalam tata bahasa tradisional. Para pakar bahasa Indonesia telah banyak mengemukakan pembagian kelas kata berdasarkan kriterianya masing-masing. Dalam menentukan kelas kata kita harus mempunyai pegangan atau kriteria apa yang digunakan. Ramlan (dalam Pateda 2006: 121) membagi atas (1) kata benda, (2) kata sifat atau ajektifa (3) dan fartikel. Kriteria yang digunakan adalah kriteria Sintaksis. Poet jawijatna dan Zoetmoelder (dalam Pateda, 2006:121) membagi atas : (1) kata sebut, (2) kata bilangan, (3) kata ganti, (4) kata keterangan tambahan (5) kata depan, (6) kata seru, (7) kata perangkai. Mess (dalam Pateda, 2006:120) kelas kata dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas sepuluh bagian. Kesepuluh bagian itu adalah (1) kata ganti/Promina, (2) kata sifat/ajektifa, (3) kata depan/preposisi, (4) kata sandang/artikel, (5) kata benda/ nomina, (6) kata sambung, (7) kata keterangan/adverbial, (8) kata bilangan/numeralia, (9) kata seru, (10) kata kerja/verba. Dalam penelitian ini, penulis tidak mendeskripsikan secara keseluruhan eksistensi kelas kata yang terdapat dalam bahasa Banggai. Penulis hanya mendeskripsikan salah satu kelas kata yang terdapat dalam bahasa Banggai, yaitu
pronomina. Kelas kata dalam bahasa Banggai tidak jauh berbeda dengan kelas kata dalam bahasa Indonesia. Gambaran kelas kata dalam bahasa Banggai adalah, kata ganti, kata kerja, kata keterangan, kata sifat, kata benda, kata bilangan, kata depan, kata sandang, dan kata sambung. c) Pengertian Pronomina Menurut Yasin (1987:211) promina adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau kata yang dibendakan. Menurut Basalama, (2004 : 28) bahwa kata ganti atau pronoun adalah salah satu kata yang menggantikan kata benda atau kata ganti lainnya, yang digunakan untuk menghindari kejanggalan atau pengulangan-pengulangan yang bersifat monoton. Hal ini senada dengan pendapat Kridalaksana, (2006 : 76) Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikannya itu disebut anteseden. Anteseden itu ada di dalam atau di luar wacana (di luar bahasa). Sebagian pronomina kategori ini tidak bisa berafiks, tetapi beberapa diantaranya bisa direplikasikan, yakni kami-kami, dia-dia, mereka-mereka, beliau-beliau, dengan pengertian ‘meremehkan’ atau ‘merendahkan’. Kata pronomina dapat dijadikan frase pronomina, seperti aku ini, kamu sekalian, mereka semua. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pronomina adalah kata-kata yang digunakan untuk menggantikan diri dari manusia, dan segala kata yang dipakai untuk mengantikan kata benda atau kata yang dibendakan.
2.2.2 Subkategorisasi Pronomina Berikut ini penulis mengutip pendapat Kridalaksana, (2006 : 76-77) tentang pengelompokan pronomina. Dalam pengelompokon terhadap pronomina didasarkan atas dua hal, yaitu : 1) Dilihat dari hubungannya dengan nomina, yaitu ada atau tidak adanya anteseden dalam wacana. Berdasarkan hal itu pronomina dibagi atas : a. Pronomina intratekstual, yang menggantikan nomina yang terdapat dalam
wacana.
Bila
anteseden
terdapat
sebelum
pronomina,
pronomina itu dikatakan bersifat anaforis. Bila anteseden muncul sesudah pronomina, pronomina itu dikatakan bersifat kataforis. Contoh : Bersifat anatoris Pak Karta supir kami. Rumahnya jauh
Anteseden Bersifat kataforis Dengan gayanya yang berapi-api itu, Sukarno berhasil menarik massa Anteseden (Nya yang bersifat kataforis ini hanya bersifat intrakalimat)
b. Pronomina ekstratekstual, yang menggantikan nomina yang terdapat di luar wacana. Ia bersifat deiktis. Contoh : Aku yang memilikinya Itu yang kutulis Engkau jangan pergi Semua pronomina persona bersifat ekstratekstual. 2) Dilihat dari jelas atau tidaknya referennya. Berdasarkan hal ini pronomina terdiri dari : a. Pronomina takrif Pronomina ini menggantikan nomina yang referennya jelas. Jenis ini terbatas pada pronomina persona. Pronomina persona terdiri dari : Singularis pluralis Pronomina persona I : saya, aku, kami, kita Pronomina persona II : kamu, kalian Engkau, kamu, sekalian Pronomina persona III : ia, dia mereka Beliau, mereka, semua b. pronomina tak takrif Pronomina yang tidak menunjukan pada orang atau benda tertentu. Contoh :
sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa, apa-apa, anu,
masing-
masing, sendiri. 2.2.3 Pemakaian Pronomina Menurut Kridalaksana, (2006 : 77) pemakaian pronomina terdiri dari: 1) Dalam ragam nonstandar jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar tersebut, karena pemakaian nonstandar tergantung dari daerah pemakaiannya. 2) Dalam bahasa Banggai juga terdapat pronomina, seperti patik dan baginda. 3) Semua pronomina tersebut hanya dapat mengganti nomina orang, nama orang, atau hal-hal lain yang dipersonifikasikan. Contoh : Masa taman kanak-kanak sering dianggap tidak penting oleh banyak orang. Ia hanya dianggap sebagai tempat anak-anak bermain-main saja.