BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Relevan Sebelumnnya Berdasarkan hasil penelusuran peneliti di perpustakaan UNG dan Fakultas Sastra dan Budaya tidak ditemukan penelitian tentang “Kemampuan Guru Menerapkan Strategi Picture and Picture dalam Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Limboto Kabupaten Gorontalo”. Namun, penelitian yang berkaitan dengan menulis petunjuk telah dilakukan oleh Deni Kurniya Rahayu tahun 2007 dengan judul Peningkatan Kompetensi Menulis Petunjuk melalui The Real Things Media dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif Efektif Menyenangkan pada Siswa kelas VIII SMP N 1 Kersana Kabupaten Brebes. Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini (a) bagaimana peningkatan kemampuan menulis petunjuk siswa setelah diterapkan pendekatan PAKEM pada pembelajaran menulis petunjuk, (b) bagaimana perubahan perilaku siswa setelah diterapkan pendekatan PAKEM pada pembelajaran menulis petunjuk. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan keterampilan menulis petunjuk setelah diterapkan pembelajaran setelah diterapkan the real things media melalui pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan. Berdasarkan kajian relevan sebelumnya di atas, terlihat jelas bahwa penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya yakni sama-sama meneliti kemampuan menulis petunjuk.
Perbedaannya, yakni Deny Kurnia Rahayu
meningkatkan kemampuan kompetensi menulis petunjuk melalui The Real Things Media dengan pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kersana Kabupaten Brebes sedangkan, penelitian ini mendeskripsikan kemampuan guru menerapkan metode picture and picture dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu pada kelas VIII SMP Negeri 4 Limboto Kabupaten Gorontalo. Mencermati perbedaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa masalah dalam penelitian ini berbeda dengan masalah penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu, penelitian ini layak dilakukan.
2.2 Kajian Teori 2.2. 1 Hakikat Menulis dan Keterampilan Menulis Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca langsung lambang- lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis merupakan kemampuan menggunakan polapola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan, Menulis adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat di pahami pembaca (Tarigan,2008:21). Menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvesional yang dapat dilihat/dibaca.
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka , dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tulisan. Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain (Wahono, 2007: 40). Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca. Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk menghasilkan tulisan yang baik. Wahono (2007: 45) mengemukakan bahwa syarat-syarat tersebut adalah (1) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (2) kepekaan terhadap kondisi pembaca, (3) kemampuan menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan menggunakan bahasa, (5) kemampuan memulai tulisan, dan (6) kemampuan memeriksa tulisan.
Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang di-sampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang menang-kap pikiran yang disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah sangatlah penting. Menurut Nurhadi (2008:31) menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal (bahasa), menulis juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atu isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, dan (4) pembaca sebagai penerima pesan. Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila
memiliki ciri-ciri, antara lain bermakna, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan memenuhi kaidah gramatika. Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki: (a) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kepekaan terhadap kondisi pembaca, (c) kemampuan menyusun perencanaan penelitian, (d) kemampuan menggunakan bahasa indonesia, (e) kemampuan memuali menulis, dan (f) kemampuan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan kekayaan kosakata yang dimilikinya. Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan menyampaikan sesuatu yang inggin diungkapkan penulisnya. Kedua, bentuk yang merupakan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan alenia Nurhadi (2007:33) menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud pe-nulis. Pendapat lainnya menyatakan bahwa menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan ide atau gagasannya kedalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. Dengan demikian, bahasa yang dipergunakan dalam menulis dapat
menggambarkan suasana hati atai pikiran penulis. Sehingga dengan bahsa tulis seseorang akan dapat menuang-kan isi hati dan pikiran. Kata keterampilan berbahasa mengandung dua asosiasi, yakni kompetensi dan performansi. Kompetensi mengacu pada pengetahuan konseptual tentang sistem dan kaidah kebahasan, sedangkan performansi merujuk pada kecakapan menggunakan sistem kaidah kebahasaan yang telah diketahui untuk berbagai tujuan penggunaan komunikasi. Seseorang dikatakan terampil menulis apabila ia memahami dan mengaplikasikan proses pegungkapan ide, gagasan, dan perasaan dalam bahasa Indonesia tulis dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain ejaan dan tata bahasa, organisasi/ susunan tulisan, keutuhan (koherensi), kepaduan (kohesi), tujuan, dan sasaran tulisan. Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri atas beberapa tahapan. Wahono (2007: 47) menguraikan lima tahapan menulis, yaitu pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi. Pada pramenu-lis, siswa diberi kesempatan menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangka tulisan. Setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan siste-matika tulisan, siswa mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada penge-drafan, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa merevisi draf yang telah disusun. Siswa dapat meminta bantuan guru maupun teman sekelas untuk membantu dan mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan.
Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki karangan sendiri maupun teman sekelas. Pada tahap publikasi, siswa menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru dan teman sekelas agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi sempurna. Supinah (1994) memberikan pengertian bahwa menulis merupakan suatu proses perubahan bentuk pikiran/anganangan/perasaan/ dan sebagainya menjadi wujud lambang/tanda/tulisan. Melalui menulis kita dapat menuangkan apa yang kita rasakan, dan apa yang kita inginkan. Selain itu menulis juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyimpan kenangan mengenai sesuatu dalam bentuk tulisan. Hal itu senada dengan apa yang dikatakan Nurhadi (2007:33) bahwa menulis dapat juga diartikan sebagai keterampilan berbahasa yang memberi kita tempat untuk menyimpan dan menikmati kenangan, pengetahuan, pemikiran, keinginan, perasaan dan tujuan. Keterampilan menulis merupakan suatu pengajaran bahasa ditempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Hal ini pula yang menyebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit. Meskipun keterampilan menulis itu sulit, tetapi perannannya dalam kehidupan manusia sangat penting dalam masyarakat sepanjang zaman. Kegiatan menulis dapat ditemukan dalam aktivitas manusia setiap hari, seperti
menulis surat, laporan, buku, artikel,
menulis petunjuk dan sebagainya. Dapat
dikatakan, bahwa kehidupan manusia hampir tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menulis. Bahkan, Tarigan (2008:44) menyatakan bahwa indikasi kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari maju-tidaknya komunikasi tulis bangsa itu. Selain itu, menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvesional yang dapat dilihat/dibaca menulis dalam arti komunikasi ialah menyampaikan pengetahuan atau informasi tentang subjek.
Menulis berarti mendukung ide. Nurhadi (2007.35) mengatakan
bahwa menulis tidak hanya membuat satu kalimat atau hanya beberapa hal yang tidak berhubungan, tetapi menghasilkan serangkaian hal yang teratur, yang berhubungan satu dengan yang lain, dan dalam gaya tertentu. Rangkaian kalimat itu bisa pendek, mungkin hanya dua atau tiga kalimat, tetapi kalimat itu diletakkan secara teratur dan berhubungan satu dengan yang lain, dan berbentuk kesatuan yang masuk akal. Seperti halnya keterampilan berbicara, keterampilan menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Kedua keterampilan berbahasa ini merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada diri seorang melalui bahasa. Perbedaanya terletak pada cara yang digunakan untuk mengungkapkannya. Pikiran dan perasaan dalam berbicara diungkapkan secara lisan, sedangkan penyampaian pesan dalam menulis dilakukan secara tertulis. Perbedaan cara penyampaian pesan ini ditandai dengan ciri-ciri yang berbeda dan tuntutan yang berbeda pula dalam penggunaannya. Perbedaan-perbedaan itu tentu
akan tercermin
pula pada pengajarannya, termasuk pada penyelenggaraan tes
bahasanya. Dalam pengungkapan perasaan atau pikiran secara tertulis, seorang pemakai bahasa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mempersiapkan dan mengatur diri, baik
dalam
hal
apa
yang
akan
diungkapkan
maupun
bagaimana
cara
pengungkapannya. Pesan yang perlu diungkapkan dapat dipilih secara cermat, sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa. Jelaslah bahwa dalam menulis, unsur kebahasaan merupakan aspek penting yang perlu dicermati, di samping isi pesan yang diungkapkan yang merupakan inti dari hakikatnya juga bentuk penggunaan bahasa yang aktif dan produktif. Memperhatikan berbagai pendapat yang dikemukakan oleh pendapat para pakar dapat dikemukakan bahwa menulis dan keterampilan menulis ialah suatu proses mengambarkan ide serta menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Menulis ialah suatu kegiatan untuk memberikan informasi kepada pembaca. 2.2.2 Tujuan Pembelajaran Menulis Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran membaca. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampiln menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar, berbicara, membaca. Menurut Pirera dan Tarigan (2008:27) mengemukakan prinsip prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak
da-pat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara serempak, (2) pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin berbahasa, (3) pembelajaran menulis adalah pembel-ajaran tata tulis atau ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia, dan (4) pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang bermula dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah. Pembelajaran menulis tidak semata-mata menghasilkan bahasa, tetapi bagaimana cara mengungkapkan gagasan menggunakan bahasa tulis dengan tepat. Dengan perkataan lain, kebiasaan menulis harus melibatkan unsur linguistik dan juga memberikan kesempatan kepada siswa menuliskan gagasan
apa yang akan
dikemukakan. Hal tersebut berarti pula melatih siswa mengkomunikasikan gagasannya (Nurgiyantoro, 2009: 294). Tulisan pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat dipahami dan diterima orang lain. Dengan demikian, tulisan menjadi salah satu sarana berkomunikasi yang cukup efektif dan efesien untuk menjangkau khalayak masa yang luas. Atas dasar pemikiran inilah, maka tujuan menulis dapat dirunut dari tujuan-tujuan komunikasi yang cukup mendasar dalam konteks pengembangan peradapan dan kebudayaan masyarakat itu sendiri. Tujuan pembelajaran menulis adalah untuk meningkatkan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia secara tertulis, disiplin dalam berpikir dan berbahasa, dan dapat melatih siswa untuk meghasilkan karya yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Dalam hal ini, karya itu merupakan hasil kreativitas, imajinasi, daya nalar dan
daya pikir manusia untuk menciptakan sesuatu atau memberikan informasi melalui tulisan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajara keterampilan menulis adalah memberikan informasi kepada pembaca tentang sesuatu hal yang bermanfaat. Misalnya, menulis melakukan sesuatu (memakai jilbab yang baik) dengan tujuan memberikan informasi kepada pembaca cara memakai jilbab yang baik. Selain itu, dapat melatih siswa untuk mengkomunikasikan gagasannya dalam sebuah tulisan 2.2.3 Fungsi Menulis Menulis memerlukan sejumlah potensi pendukung yang untuk mencapainya diperlukan kesungguhan, kemauan keras, dan belajar serta berlatih dengan terusmenerus dalam waktu yang cukup lama. Dengan demikian wajar jika dikatakan bahwa menciptakan iklim budaya tulis akan mendorong seseorang menjadi lebih kreatif, aktif dan cerdas. Hal ini dapat terjadi jika dalam mempersiapkan sebuah tulisan, sejumlah komponen harus dikuasai mulai dari hal-hal yang sederhana, seperti memilih kata, merakit kalimat, sampai ke hal-hal yang lebih rumit yaitu merakit paragraph
Nurgiyantoro
(2009:
230).
Melalui
menulis,
seseorang
dapat
mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaanya dengan baik, terbuka dan total. Jadi pada prinsipnya fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung.
Nurgiyantoro menulis
memiliki
(2009: sejumlah
233) fungsi
juga dalam
menyatakan kehidupan
bahwa
sehari-hari,
bahasa yaitu
:
a) Untuk tindakan, seperti tanda-tanda di tempat umum, seperti rambu-rambu lalu lintas, label produksi, dan intruksi seperti pada alat-alat rumah tangga serta menu makanan. b) Untuk informasi, seperti surat kabar dan majalah, buku-buku nonfiksi, iklan, pamflet politik, laporan ilmiah, dam buku petunjuk. c) Untuk hiburan, seperti majalah hiburan, buku fiksi, puisi dan drama, surat kabar, termasuk permainan computer. Fungsi menulis ialah Sarana untuk mengungkapkan diri yaitu untuk mengungkapkan perasaan hati seperti kegelisahan, keinginan amarah, sarana pemahaman artinya dengan menulis seseorang bisa mengikat kuat suatu ilmu pengetahuan Menulis
dapat
membantu
mengembangkan kepuasan pribadi,
kebanggaan, perasaan harga diri artinya dengan menulis bisa melejitkan perasaan harga diri yang semula rendah degan menulis dapat meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan artinya orang yang menulis selalu dituntut untuk terus menerus belajar sehinnga pengetahuannya menjadi luas. Menulis dapat meningkatkan keterlibatan secara
bersemangat
bukannya
penerimaan yang
pasrah,artinya dengan menulis seseorang akan menjadi peka terhadap apa yang tidak benar disekitarnya sehinnga ia menjadi seoarang yang kreatif, mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan menggunakan bahasa artinya dengan menulis seseorang akan selalu berusaha memilih bentuk bahasa yang tepat dan menggunakannya dengan tepat pula
Mengetahui fungsi menulis sangat penting, karena menulis merupakan pekerjaan yang memerlukan waktu dan pemikiran dan bukan suatu permainan atau rekreasi. Sebagai suatu pekerjaan, harus dilakukan dengan dorongan yang kuat. Dorongan yang kuat muncul karena adanya tujuan yang jelas. Nurgiyantoro (2009: 237) mengemukakan bahwa tujuan menulis adalah untuk mengungkapkan faktafakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada pembaca. Menulis adalah alat yang sangat ampuh dalam belajart yang dengan sendirinya memainkan peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi menulis adalah untuk mengembangkan potensi dalam hal seorang penulis bisa berpikir secara kreatif dan juga meningkatkan potensi dalam hal memilih bentuk bahasa yang benar. Menulis dapat melatih berfikir dalam hal ini bisa mengembangkan suatu pemahaman menggunakan bahasa. 2.2.4 Manfaat Menulis Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Dengan menulis memudahkan kita mersakan dan menikmati hubungan– hubungan,memperdalam daya tanggap atau persepsi kita ,memecahkam masalahmasalah yang kita hadapi,menyusun urutan bagi pengalaman, dapat menyumbangkan kecerdasan. Dengan menulis, semua yang ada dalam pikiran kita bisa kita curahkan pada tulisan. Tanpa kita sadari, kita mengasah otak agar otak bisa berfikir terus untuk
menemukan kata-kata yang tepat untuk kita tulis. Dengan menulis, otak kita akan selalu bekerja untuk mencari ide2 baru untuk kita tuangkan dalam tulisan. Banyak manfaat yang kita peroleh dari tulisan. Misalnya kita memperoleh ilmu-ilmu yang kita butuhkan, mengetahui informasi-informasi, dan dapat menuangkan inspirasi yang kita miliki. Tulisan juga bentuk ekspresi kita, ketika perasaan kita sedang sedih, riang, bingung, dan gundah kita dapat mencurahkannya dengan bebas dalam tulisan tanpa harus malu seperti cerita kepada orang lain. Begitupun dengan menulis menjadikan seseorang paham serta menambah kemampuan mempergunakan bahasa. Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Nurgiyantoro, (2009: 294) mengemukakan bahwa manfaat menulis adalah berbagai ide, ilmu, dan gagasan kepada orang lain. Tulisan bukan bermanfaat untuk diri sendiri, tulisan juga memiliki banyak manfaat khalayak umum karena melalui sebuah tulisan, orang lain akan merasa terbantu untuk memecahkan sebuah permasalahan yang sedang dihadapinya, selain itu, tulisan juga akan membantu orang lain untuk mendapat pengetahuan baru mengenai sesuatu hal sehingga orang lain dapat mencoba dan mengikuti pola atau langkah dalam melakukan sesuatu yang terdapat dalam tulisan kita. Misalnya, tulisan petunjuk merupakan tulisan yang berisi pemaparan dan langkah-langkah membuat sesuatu sehingga secara tidak langsung tulisan tersebut telah membantu pembaca dalam melakukan sesuatu dengan tepat.
2.3 Hakikat Menulis Petunjuk 2.3.1 Menulis Petunjuk Menulis petunjuk merupakan sebuah gambaran atau cara ketika seseorang akan melakukan sesuatu. Dengan adanya petunjuk akan memberikan kemudahan dalam melakukan cara apa yang akan kita buat. Tarigan (2002: 42) menyatakan bahwa petunjuk berarti ketentuan yang memberi arah atau bimbingan bagaimana sesuatu harus dilakukan. Petunjuk dibagi atas petunjuk lisan dan petunjuk tulis. Adapun pengertian petunjuk menurut Aminuddin dkk. (2004: 94) petunjuk adalah segala sesuatu yang menunjukkan, memberi tahu, dan sebagainya. Petunjuk dapat berupa lambang/tanda maupun berupa buku petunjuk. Petunjuk merupakan ketentuan yang memberi arah atau bimbingan proses atau cara sesuatu harus dilakukan Erna, (dalam Nurhadi 2008: 28). Petunjuk dapat berupa ketentuan cara menggunakan sesuatu, misalnya cara menggunakan alat elektronik. Petunjuk dapat juga berupa ketentuan tentang cara membuat sesuatu, misalnya cara membuat topeng. Selain itu, petunjuk dapat juga berupa ketentuan cara mengerjakan sesuatu, misalnya cara menanam tanaman di pot. Petunjuk tentang sesuatu dapat dimasukkan pula dalam sebuah laporan, misalnya laporan perjalanan. Di tempat wisata sering kali dijumpai petunjuk, misalnya tentang melakukan sesuatu. Petunjuk diberikan dengan tujuan agar dapat mengetahui dengan baik dan benar tentang cara menggunakan sesuatu. Kalimat dalam petunjuk harus efektif agar yang disampaikan tepat dan tidak salah pengertian. Kalimat efektif dalam petunjuk dapat menuntun calon pemakai
dan pembuat pengguna suatu barang atau produk untuk bisa mengikuti langkahlangkah dalam produk tersebut. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa petunjuk adalah kegiatan yang memberi arahan, dan bimbingan untuk mendapatkan sesuatu. Petunjuk ini merupakan sebuah arahan dimana dalam melakukan suatu kegiatan, apabila tidak berdasarkan petunjuk maka sesuatu hal yang akan kita
lakukan tidak menjadi
maksimal, artinya rencana dalam kegiatan tersebut tidak berjalan dengan lancar.
2.3.2 Menyusun Bahasa Petunjuk Penggunanaan bahasa petunjuk sangat deperlukan dalam penggunaan kalimat perintah, jenis kalimat yang digunakan dalam bahasa petunjuk adalah jenis kalimat halus, sehingga ketika seseorang menulis petunjuk dan menginformasikan kepada orang lain, maka petunjuk tersebut mudah dipahami bagi penerima informasi tersebut, baik informasi cara membuat sesuatu, dan cara menggunakan sesuatu. Nurhadi (2008: 30) mengatakan bahwa bahasa petunjuk merupakan bahasa yang menggunakan kalimat perintah halus, jenis kalimat yang digunakan pada bahasa petunjuk adalah kalimat perintah namun kalimat perintah halus. Salah satu ciri kalimat perintah halus adalah tidak menggunakan tanda seru pada akhir kalimat. Misalnya: (1) panaskan air sebanyak 3 gelas. (2) kupaslah buah nanas dan potong tipis-tipis. Kata-kata yang digunakan dalam bahasa petunjuk adalah kata-kata dengan makna lugas,yaitu makna yang tidak dipengaruhi oleh nilai rasa.
2.3.3 Langkah-langkah Menulis Petunjuk Sebuah petunjuk harus ditulis dengan urutan yang tepat serta menggunakan bahasa yang efektif, agar petunjuk tersebut ditulis dengan urutan yang tepat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu aspek alat, bahan, ruang, dan waktu. Artinya, urutan melakukan sesuatu itu bisa didasarkan pada alat atau bahan yang digunakan, ruang atau tempat yang ada, dan waktu atau kronologinya. Jika dalam kegiatan itu menggunakan alat atau bahan yang berbeda, disamping urutan waktu, urutan ruang juga harus diperhatikan. Nurhadi (2008:28) mengemukakan langkah-langkah menulis petunjuk berikut ini a. Tentukan terlebih dahulu petunjuk apa yang hendak diinformasikan, apakah petunjuk memakai sesuatu, membuat sesuatu atau melakukan sesuatu. Ketiga kegiatan tersebut pasti berbeda pada langkah-langkahnya b. Setelah menentukan petunjuk
apa yang akan diinformasikan, kamu harus
memahami semua hal yang berhubungan dengan apa yang hendak diinformasikan. c. Lengkapilah setiap tahapan dengan keterangan dan rambu-rambu yang jelas. Lebih bagus jika ditambah dengan gambar, denah, bagan grafik jika diperlukan.
2.3.4 Ciri-ciri Menulis Petunjuk Agar dapat menulis petunjuk dengan baik, harus memperhatikan ciri-ciri: (1) jelas, maksudnya tidak membingungkan dan mudah diikuti. Kejelasan tersebut mencakup pilihan kata/bahasa, keruntutan uraian, dan penggunaan istilah-istilah yang
lazim sehingga menimbulkan banyak penafsiran; (2) logis, maksudnya dalam menjelaskan urutan-urutan tersebut harus berhubungan secara praktis dan logis, tidak menimbulkan salah langkah; (3) singkat, artinya hanya mencantumkan hal-hal yang penting saja (Nurhadi, 2008: 33). Ciri-ciri petunjuk yang baik adalah jelas, logis, dan singkat, yang dimaksud dengan jelas adalah bahasa yang digunakan dalam petunjuk lazim digunakan dalam istilah sehari-hari. Logis berkaitan dengan urutan penjelasan. Faktor urutan menjadi penting artinya karena akan menghindarkan kesalahan dan ketumpangtindihan dalam melakukan sesuatu. Sedangkan yang dimaksud singkat adalah hanya mencantumkan hal-hal yang penting saja. Artinya kata-kata atau kalimat yang digunakan tidak ada yang berulang, tetapi sudah mencakup keseluruhan proses yang dibutuhkan. Untuk menguasai semua ilmu pengetahuan, proses belajar memang sangat menentukan. Cara belajar efektif paling mudah sangat diperlukan, agar nantinya dapat memberikan hasil yang sangat maksimal. Apalagi bagi para pelajar, mahasiswa maupun semua orang yang sedang dalam proses belajar secara keseluruhan, metode belajar yang tepat sangat dibutuhkan, karena itu merupakan syarat utama untuk dapat meraih prestasi terbaik yang didambakan.
2.4
Metode Picture and Picture
2.4.1
Hakekat Metode Picture and Picture Metode picture and picture merupakan suatu metode yang jadi faktor utamanya
adalah gambar, dan gambar tersebut dirutkan secara tidak berurutan. Secara umum istilah “metode” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, metode juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti “ globe” adalah model dari bumi tempat kita hidup. Dalam istilah selanjutnya istilah metode digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual (Hamdani, 2010: 127). Metode pembelajaran picture and picture merupakan suatu metode yang memerlukkan kerja sama dalam mencapai proses pembelajaran yang efektif, untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif. Guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tugas mereka (Sanjaya, 2007: 267).
2.4.2 Prinsip Pembelajaran Picture and Picture Model pembelajaran picture and picture merupakan model pembelajaran yang menuntut guru agar lebih mempersiapkan proses pembelajaran dengan efektif. Hal ini disebabkan bahwa model picture and picture lebih memakan banyak waktu apabila guru tidak mempersiapkannya secara efektif. Menurut Sanjaya (2007: 269) bahwa setiap model harus kita persiapkan dengan baik agar proses pembelajaran dapat berlangsung efektif, tanpa persiapan yang matang pembelajaran apapun akan menjadikan siswa menjadi jenuh. Model pun harus berganti-ganti dalam beberapa pertemuan agar PBM tidak monoton. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran.
Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
2.4.3 Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Picture and picture Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna (Hamdani, 2010: 89). a.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai dilangkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sejauh mana yang harus dikuasainya. Di samping itu guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana kemampuan yang dicapai oleh peserta didik.
b.
Menyajikan materi sebagai pengantar, penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam pembelajaran dapat dimulai dari langkah ini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam
pembelajaran akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. c.
Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi. Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang dutunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demonstrasi yang kegiatan tertentu.
d.
Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasangkan/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Dilangkah ini guru harus melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
e.
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut, setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
f.
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal
ini dicapai dengan
meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau
bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan. g.
Kesimpulan/rangkuman iakhiri pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pembelajaran.
2.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Picture and Picture Proses pembelajaran dengan memperlihatkan suatu gambar sebagai pengantar yang dapat memberi
kebebasan berpikir siswa untuk mengembangkan motivasi
belajar yang lebih baik. Dengan adanya metode tersebut siswa akan pasif dalam proses pembelajaran, hal ini disebabkan dari keterlibatan masing-masing siswa mempunyai pola berpikir berdasarkan sudut pandang kebebasan berpikir. Hamdani (2010: 89) mengemukakan bahwa metode picture and picture memiliki kelebihan yakni guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa, melatih berpikir logis dan sistematis, membantu siswa berpikir berdasarkan sudut pandang suatu objek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik, dan siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. Kekurangan metode picture and picture adalah memakan banyak waktu, banyak siswa yang fasif, guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas, banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain, dan dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup mamadai.