BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Saksi Yehuwa : Bidat Masa Kini Saksi Yehuwa (Jehovah Witnesses) adalah aliran agama yang sering secara terbuka
mengaku sebagai “Siswa – Siswa Alkitab” namun juga sering mengaku sebagai Kristen (namun ajarannya bersifat antitesa terhadap kekristenan). Saksi Yehuwa cenderung berpraktek melalui kunjungan dari rumah ke rumah, dan sekalipun Saksi Yehuwa menyiarkan keyakinan mereka juga pada penganut agama lain, misi mereka memang diutamakan mendatangi umat Kristen yang sudah bergereja. Penganut aliran ini berpendapat bahwa penganut pertama aliran Saksi Yehuwa adalah Habel, si korban pembunuhan pertama (Kejadian 4). Mereka mengemukakan tokoh ini untuk membuktikan bahwa sebenarnya ajaran mereka sudah berlangsung cukup lama, namun sebenarnya aliran Saksi Yehuwa ini baru berlangsung satu abad. Sejarahnya berkisar pada tiga orang tokoh, yakni 11 : 1. Charles Taze Russell Charles Taze Russell lahir pada tanggal 16 Februari 1852 di Alleghenny dekat Pittburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat. Ayahnya bernama Joseph L. Russell dan Anna Eliza. Pada mulanya mereka anggota gereja Presbyterian, namun karena mereka tidak puas kemudian keluar dari gereja pada usia 17 tahun dan “tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Anak Allah dan adanya hukuman kekal, bahkan nerakapun ditolaknya”.
11
……http://www.gii-usa.org, Saksi Yehuwa, 24 Februari 2007.
Universitas Sumatera Utara
Lalu Russell masuk ke Gereja Seventhday Adventist (Advent Hati Ketujuh) dan mulai dipengaruhi oleh ajaran Advent terutama mengenai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Tahun 1870 ia merasa mendapat “wahyu” untuk menyingkapkan rahasia – rahasia Alkitab. Sebagai seorang pemuda yang kaya ia banyak belajar dan mendalami teologia, sehingga pada tahun 1872 ia mengumpulkan orang – orang untuk mempelajari kitab suci secara khusus mengenai kerajaan Yehuwa dan kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya. Tahun 1874, ia menerbitkan risalah tentang “Maksud dan Sifat Kedatangan Tuhan Yesus yang Kedua Kalinya”. Dan pada tahun 1877, beliau menerbitkan selebaran yang berjudul Tiga Alam atau Rencana Pelepasan dari Dosa. Sesudah itu memisahkan diri dari Gereja Advent dan tahun 1879, ia mulai menerbitkan majalah Menara Pengawal (Watch Tower Bible and Tract Society). Yang sangat disesalkan adalah, apa yang diajarkan Russell tidak sama dengan apa yang diperbuatnya. Istri Russell pernah menuntut suaminya untuk bercerai karena Russell ternyata berselingkuh dengan seorang wanita bernama Rose Ball. Setelah bercerai, Russell terpaksa ditangkap karena ia memindahkan harta bendanya ke perseroan – perseroan untuk menghindari pembagian harta buat istrinya. Russell meninggal dunia pada tahun 1916 setelah gagal meramalkan akan terjadi hari kiamat pada tahun 1914. 2. Joseph Franklin Rutherford Setelah dua bulan kematiannya maka Russell digantikan oleh seorang ahli hukum yang bernama Joseph Franklin Rutherford (1869 – 1942). Pada mulanya Rutherford adalah anggota Gereja Baptis Booneville, Missouri. Rutherford mempelajari buku – buku
Universitas Sumatera Utara
Russell, lalu ia bergabung dengan Saksi Yehuwa pada tahun 1906. Rutherford bukan hanya mengikuti ajaran Russell tetapi ia juga menambahkannya dengan pengajarannya sendiri. Ketika ramalan Russell tentang hari kiamat pada tahun 1914 itu gagal, maka banyak anggotanya yang mengundurkan diri. Kemudian Rutherford di dalam pengajarannya yang cukup ekstrem bukan hanya bertentangan dengan kekristenan tetapi juga bertentangan dengan pemerintah yakni tentang larangan menghormati bendera dan wajib militer. Oleh sebab itu maka ia kemudian ditangkap dan dipenjarakan di Atlanta. Tahun 1919, ia dibebaskan dan melanjutkan pengajarannya dan bertambah giat menyebarluaskan ajarannya. Rutherford menerbitkan banyak buku diantaranya majalah “Sedarlah” sebagai pelengkap “Menara Pengawal”. Rutherford meninggal pada tahun 1942 pada usia 73 tahun. 3. Nathan Homer Knorr Knorr dilahirkan di Betlehem, Pennsylvania dari pasangan Donel Elisworth dan Estella Bloss pada tanggal 23 April 1905. Ketika SMU, ia pertama kali mengenal pengajaran ini. Sama seperti kebanyakan Saksi Yehuwa, ia tidak melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi tetapi ia bekerja di bagian penerbitan dan segera naik pangkat. Di dalam kepemimpinan Knorr, Saksi Yehuwa berkembang dengan pesat, atas doktrinisasi dari Knorr maka para penganut Saksi Yehuwa dapat menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan kepada mereka. Ada dua prestasi besar yang cukup penting disoroti dari jaman kekuasaan Knorr antara lain : a. Knorr menegaskan bahwa para pengikutnya itu tidak boleh transfusi darah.
Universitas Sumatera Utara
b. Tahun 1950 mereka menerbitkan Alkitab Perjanjian Baru sendiri, sedangkan Perjanjian Lama menyusul pada tahun 1960. Terjemahan Alkitab mereka lengkap pada tahun 1961 dan disebut “New World Translation” yang disingkat NW atau “Terjemahan Dunia Baru” yang disingkat DB. Bagi Saksi Yehuwa, Alkitab terjemahan Kristen dan lebih – lebih Katolik semuanya salah dan hanya terjemahannyalah yang benar. Terjemahan NW mengikuti terjemahan “Empathic Diaglot” yang diterjemahkan oleh Benyamin Wilson, seorang tokoh Christadelphian (1864), yaitu dengan cara menerjemahkan tiap kata Ibrani (PL) dan Yunani (PB/bahasa asli Alkitab) di bawahnya dan menafsirkannya. Inti – inti kepercayaan Saksi Yehuwa dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.1. INTI KEPERCAYAAN SAKSI YEHUWA NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
KEPERCAYAAN
DASAR ALKITABNYA 2 Timotius 3:16,17; 2 Petrus 1:20; Alkitab adalah Firman Allah dan kebenaran Yohanes 17:17 Alkitab lebih dapat diandalkan daripada tradisi Matius 15:3; Kolose 2:8 Mazmur 83:18; Yesaya 26:4; 42:8, Nama Allah adalah Yehuwa Klinkert; Keluaran 6:3 Kristus adalah Putra Allah dan lebih rendah Matius 3:17; Yohanes 8:42; 14:28; 20:17; daripada Allah 1 Korintus 11:3; 15:28 Kristus adalah ciptaan Allah yang pertama Kolose 1:15; Pny (Wahyu) 3:14 Kristus mati di tiang siksaan, bukan di salib Galatia 3:13; Kisah Para Rasul 5:30 Kehidupan manusiawi Kristus dibayarkan Matius 20:28; 1 Timotius 2:5,6; sebagai tebusan bagi manusia yang taat 1 Petrus 2:24 Korban tebusan Kristus cukup sekali saja Roma 6:10; Ibrani 9:25-28 Kristus dibangkitkan dari kematian sebagai 1 Petrus 3:18; Roma 6:9; Pny 1:17-18 pribadi roh tak berkematian Yohanes 14:19; Matius 24:3; Kehadiran Kristus adalah sebagai makhluk roh 2 Korintus 5:16; Mazmur 110:1,2 Matius 24:3-14; 2 Timotius 3:1-5; Lukas Kita sekarang berada pada “akhir zaman” 17:26-30 Kerajaan di bawah kepemimpinan Kristus akan Yesaya 9:6,7; 11:1-5; Daniel 7:13,14; memerintah bumi dengan keadilbenaran dan Matius 6:10
Universitas Sumatera Utara
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
perdamaian Kerajaan akan mendatangkan kondisi kehidupan yang ideal di bumi Bumi tidak akan pernah dimusnahkan atau kosong tak berpenghuni Allah akan membinasakan sistem sekarang pada peperangan di Armagedon Orang fasik akan dilenyapkan selama – lamanya Orang – orang yang Allah perkenan akan menerima kehidupan abadi Hanya ada satu jalan menuju kehidupan Kematian manusia disebabkan oleh dosa Adam
Mazmur 72:1-4; Pny 7:9,10,13-17; 21:3,4
Pngkhotbah 1:4; Yesaya 45:18; Mazmur 78:69 Zefanya 3:8; Daniel 2:44; Yesaya 34:2; 55:10,11 Matius 25:41-46; 2 Tesalonika 1:6-9 Yohanes 3:16; 10:27,28; 17:3; Markus 10:29,30 Matius 7:13,14; Efesus 4:4,5 Roma 5:12; 6:23 Yehezkiel 18:4; Pengkhotbah 9:10; Jiwa manusia musnah sewaktu mati Mazmur 6:5; 146:4; Yohanes 11:11-14 Ayub 14:13, Dy; Pny 20:13,14, AV Neraka adalah kuburan umum umat manusia (margin) Kristus menetapkan pola yang harus diikuti 1 Petrus 2:21; Ibrani 10:7; dalam melayani Allah Yohanes 4:34; 6:38 Baptisan dilakukan dengan membenamkan Markus 1:9,10; Yohanes 3:23; seluruh tubuh melambangkan pembaktian Kisah Para Rasul 19:4,5 Orang Kristen dengn senang hai memberikan Roma 10:10; Ibrani 13:15; kesaksian di hadapan umum tentang kebenaran Yesaya 43:10-12 Alkitab 1 Korintus 15:20-22; Harapan bagi orang mati adalah kebangkitan Yohanes 5:28,29; 11:25,26 1 Korintus 15:26; Pny 21:4; Kematian akibat dosa Adam akan ditiadakan Yesaya 25:8 Hanya suatu kawanan kecil sejumlah 144.000 Lukas 12:32; Pny 14:1,3; orang yang pergi ke surga dan memerintah 1 Korintus 15:40-53; Pny 5:9,10 bersama Kristus Ke-144.000 dilahirkan kembali sebagai putra – 1 Petrus 1:23; Yohanes 3:3; Pny 7:3,4 putri rohani Allah Perjanjian baru diadakan dengan Israel rohani Yeremia 31:31; Ibrani 8:10-13 Sidang Kristus dibangun di atas Kristus sendiri Efesus 2:20; Yesaya 28:16; Matius 21:42 Doa harus ditujukan hanya kepada Yehuwa Yohanes 14:6,13,14; 1 Timotius 2:5 dengan perantaraan Kristus Patung – patung tidak boleh digunakan dalam Keluaran 20:4, Imamat 26:1; 1 Korintus ibadat 10:14; Mazmur 115:4-8 Ulangan 18:10-12; Galatia 5:19-21; Spiritisme harus dijauhi Imamat 19:31 Setan adalah penguasa dunia yang tidak 1 Yohanes 5:19; 2 Korintus 4:4; kelihatan Yohanes 12:31 Seorang Kristen tidak boleh ambil bagian dalam 2 Korintus 6:14-17; 11:13-15; gerakan – gerakan antarkepercayaan Galatia 5:9; Ulangan 7:1-5 Seorang Kristen harus tetap terpisah dari dunia Yakobus 4:4; 1 Yohones 2:15; Yohanes
Universitas Sumatera Utara
37. 38. 39. 40. 41. 42.
15:19; 17:16 Semua hukum manusia yang tidak bertentangan Matius 22:20,21; 1 Petrus 2:12; 4:15 dengan hukum Allah harus dipatuhi Memasukkan darah ke tubuh melalui mulut atau Kejadian 9:3,4; Imamat 17:14; pembuluh darah melanggar hukum Allah Kisah Para Rasul 15:28,29 1 Korintus 6:9,10; Ibrani 13:4; 1 Timotius Hukum moral Alkitab harus dipatuhi 3:2; Amsal 5:1-23 Peringatan Sabat hanya diberikan kepada orang Ulangan 5:15; Keluaran 31:13; Roma Israel dan berakhir bersama Hukum Musa 10:4; Galatia 4:9,10; Kolose 2:16,17 Golongan pemimpin agama serta gelar – gelar Matius 23:8-12; 20:25-27; Ayub 32:21,22 keagamaan tidak patut Manusia bukan hasil evolusi melainkan Yesaya 45:12; Kejadian 1:27; diciptakan Matius 19:4 Sumber : http://www.wachtower.org
Inti – inti kepercayaan Saksi Yehuwa tersebut di atas dapat digolongkan ke dalam 8 (delapan) doktrin, yakni 12: 1. Doktrin Alkitab Mereka menganggap Alkitab Ortodoks terjemahannya salah, jadi Alkitab mereka yang benar. Pengikut Saksi Yehuwa berpendapat bahwa teolog itu tidak penting, justru itu menyesatkan orang. Para teolog dengan mati – matian belajar teologia hanya untuk menyerang ajaran mereka. 2. Doktrin Yesus Kristus Menurut Saksi Yehuwa, Yesus itu bukan Allah tetapi berada dalam rupa Allah, Yesus hanya suatu Allah. Yesus hanya ciptaan yang sulung (pertama), kemudian diangkat sebagai anak-Nya dan rekan penciptaan. Mereka mengatakan Yesus tidak dibangkitkan secara tubuh tetapi secara roh.
12
Pdt. Dr. Paulus Daun, Th.M, BIDAT KRISTEN DARI MASA KE MASA. (Manado: Penerbit Yayasan Daun Family), hal. 148 - 151.
Universitas Sumatera Utara
3. Doktrin Roh Kudus Saksi Yehuwa tidak mempercayai Roh Kudus sebagai pribadi tetapi hanya dianggap sebagai roh atau kekuatan yang keluar dari Yehuwa. Oleh sebab itu, di dalam Alkitab Saksi Yehuwa Roh Kudus selalu ditulis dengan huruf kecil. 4. Doktrin Tritunggal Saksi Yehuwa paling menentang ajaran Tritunggal. Dengan demikian, mereka sebenarnya tidak menerima Bapa, Anak dan Roh Kudus sebagai suatu pribadi. Yesus tidak dapat disetarakan dengan Allah, karena Ia hanya ciptaan. Oleh sebab itu, mereka berkesimpulan bahwa ajaran Tritunggal adalah ajaran setan. 5. Doktrin Manusia Manusia merupakan mahkluk ciptaan Tuhan dan sebagai gabungan debu tanah dan nafas Allah; tetapi kemudian ditafsirkan bahwa gabungan itulah yang menjadikan manusia atau manusia jiwa. Mereka percaya bahwa jiwa mati bersamaan dengan manusia itu mati, itu berarti mereka tidak percaya akan hidup kekal sesudah kematian. Bagi mereka, manusia itu tidak beda dengan binatang. Saksi Yehuwa berpendapat orang yang mati itu sama dengan “tidur rohani”, yang akan digenapi pada penghakiman yang terakhir dan kematian itu berarti “lenyap”. Bagi Saksi Yehuwa, mereka akan dipilih bergabung menjadi bagian dari 144.000 orang sesuai dengan yang tertulis dalam kitab Wahyu. 6. Doktrin Keselamatan Saksi Yehuwa tidak percaya akan penebusan di atas kayu salib, bagi mereka Yesus mati di tiang siksaan. Yesus kemudian mati dan rohnya saja yang bangkit. Bagi mereka, Yesus tidak benar – benar menebus dosa manusia, oleh sebab itu untuk
Universitas Sumatera Utara
memperoleh hidup yang kekal diperlukan perbuatan baik atau amal. Makanya kita tidak heran apabila pengikut Saksi Yehuwa begitu rajin tidak mengenal lelah untuk menyebarluaskan pengajaran mereka, sebab hal ini disebut sebagai amal untuk memperoleh keselamatan. 7. Doktrin Neraka Saksi Yehuwa berpendapat manusia yang mati itu sama dengan tidur rohani dan mereka akan tidur terus sampai akhir zaman atau neraka. Bagi mereka, neraka merupakan “Tempat Perhentian dalam Pengharapan”. Tuhan itu maha pengasih dan penyayang, tidak mungkin menyiksa manusia di dalam api neraka yang kekal. 8. Doktrin Akhir Zaman Bagi mereka, tidak semua dapat kesempatan masuk ke sorga, hanya mereka yang masuk dalam kategori 144.000 orang. Yesus dianggap akan datang kembali di San Diego, Californnia sehingga mereka mendirikan Beth-Sarim, istana raja – raja yang akan didiami mereka jika mereka sampai di bumi. Ramalan mereka tahun 1914 akan kiamat, namun rupanya meleset. Jadi, mereka merevisinya menjadi tahun 1918, 1921, 1925, 1941, 1975 dan terakhir tahun 1992. Ada juga diantara mereka yang percaya bahwa Yesus sebenarnya sudah datang pada tahun 1874, tetapi dalam roh dan tidak kelihatan. Setelah masa waktu persiapan 40 tahun, sejak tahun 1914 memerintah secara rohani dan tidak kelihatan. Pada dasarnya, Saksi Yehuwa adalah orang – orang biasa. Mereka tak luput dari masalah ekonomi, kesehatan, sosial dan masalah kehidupan lainnya. Merekapun tak luput dari kesalahan karena mereka bukanlah manusia sempurna, bukan pula manusia terilham. Tetapi, mereka berupaya menarik pelajaran dari pengalaman dan mempelajari Alkitab
Universitas Sumatera Utara
dengan rajin agar dapat memperbaiki diri. Mereka membaktikan diri kepada Allah untuk melakukan kehendak-Nya dan mereka mengerahkan diri untuk menunaikan pembaktian itu. Ciri khas utama dari Saksi Yehuwa adalah mereka memiliki gedung sebagai tempat perhimpunan mereka yang diberi nama Balai Kerajaan dan mereka juga tidak suka akan organisasi yang rumit, kemudian bahan bacaan mereka Sedarlah dan Menara Pengawal serta buku – buku terbitan Watch Tower. Saksi Yehuwa sangat menekankan semangat mencari orang. Saksi Yehuwa tidak memiliki pendeta, karena semua orang sama, maka setiap orang wajib menyebarluaskan ajaran ini. Dalam segala kegiatan, mereka mencari bimbingan Firman Allah dan Roh Kudus-Nya.
2.2.
Aspek Sosiologi Agama Aspek sosiologi agama dalam hal ini dilihat dalam agama adalah bagian dari
kebudayaan manusia dan agama sebagai institusi sosial. 13 Agama adalah bagian dari kebudayaan manusia. Agama dipandang oleh sosiologi sebagai suatu jenis sistem sosial tertentu, yang dibuat oleh penganut – penganutnya. Sedangkan pengertian kebudayaan menurut pandangan sosiologi ialah keseluruhan pola kelakuan lahir dan batin yang memungkinkan hubungan sosial antara anggota – anggota suatu masyarakat. Pola kelakuan lahiriah ialah cara bertindak yang ditiru banyak orang berulang – ulang. Pola kelakuan batin ialah cara berpikir, berkemauan dan merasa yang diikuti orang banyak berulang kali. Agama sebagai suatu sistem sosial di dalam kandungannya merangkum suatu kompleks pola kelakuan lahir dan batin yang ditaati penganut – penganutnya. Dengan cara 13
Hendropuspito. SOSIOLOGI AGAMA. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius). hal. 110 - 114
Universitas Sumatera Utara
itu pemeluk – pemeluk agama baik secara pribadi maupun bersama – bersama berkontak dengan “Yang Suci” dan dengan saudara – saudara seiman. Mereka mengungkapkan pikirannya, isi hatinya dan perasaannya kepada Tuhan menurut pola – pola tertentu dan lambang – lambang tertentu. Agama terkena proses sosial dan institusional dan menggunakan mekanisme kerja yang berlaku. •
Ungkapan religius perorangan Ungkapan iman seorang pemeluk agama yang pribadi dilakukan menurut pola – pola kebudayaan tertentu. Misalnya, kalau seseorang berdoa. Dalam kegiatan itu, dia memperagakan sejumlah ungkapan; ungkapan dengan kata – kata (verbalis); ungkapan dengan sikap tubuh, gerak kaki (misalnya berlutut), gerak tangan (terentang atau terkatup); ungkapan dengan bahasa musik, dan sebagainya. Itu semua dilakukan menurut pola – pola kebudayaan yang hidup dalam lngkungannya, atau yang diciptakan oleh pendirinya dan pengganti – penggantinya.
•
Ungkapan religius kolektif Ekspresi iman yang dilakukan bersama – sama tidak dapat dipisahkan dari konteks kebudayaan bangsa tertentu. Misalnya, upacara kebaktian seperti perayaan sakramen perkawinan, pentahbisan imamat, dan sebagainya disusun menurut pola kebudayaan tertentu. Kesemuanya itu tidak hanya berdimensi ilahi tetapi juga berdimensi sosiobudaya. Setiap agama memiliki suatu kompleks formulasi kepercayaan; seperangkat ajaran moral dan kodeks peraturan disipliner; kesemuanya dapat ditelusuri kembali dari kebudayaan asalnya.
Universitas Sumatera Utara
•
Lambang – lambang keagamaan Dalam dunia perlambangan ada dua hal yang perlu diketahui. Pertama, sesuatu rohaniah (sakral) yang hendak dijelaskan. Kedua, benda lambang yang dipakai untuk menjelaskan. Terhadap dunia perlambangan umat beragama diajar dan dilatih berpikir, berkehendak dan merasa menurut pola – pola kegiatan batin yang telah ditentukan oleh kekuasaan yang berwenang. Jadi, keseluruhan lambang keagamaan dibuat untuk membudayakan dan memanusiakan orang yang berkepentingan. Pemanusiaan yang lengkap dan sempurna – menurut keyakinan manusia beragama – dapat diperoleh jika manusia dapat mengatur relasi sebaik – baiknya dengan sesama manusia (hubungan horizontal) dan hubungannya dengan “Yang Sakral” atau Tuhan (hubungan vertikal). Agama sebagai institusi sosial. Institusi religius ialah suatu bentuk organisasi yang
tersusun relatif tetap atas pola – pola kelakuan, peranan – peranan dan relasi – relasi yang terarah dan mengikat individu, mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum untuk mencapai kebutuhan dasar yang berkenaan dengan dunia supra-empiris. Dalam institusi keagamaan, orang menginginkan tercapainya kebutuhan dasar yang berkenaan dengan kepentingan dunia supra-empiris. Bagi manusia, religius kepentingan dari kategori “dunia yang lain”, kepentingan akhirat, merupakan kepentingan yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Itu semua harus dapat dicapai dengan pasti, karena itu semua dijadikan norma satu – satunya dan segala – galanya. Dalam skala kognitif, nilai – nilai religius ditempatkan pada tingkat hirarki nilai yang tertinggi di atas skala ilmu pengetahuan positif dan filosofis. Dalam skala evaluatif, nlai – nilai religius dirumuskan dalam kaidah moral dengan jangkauannya yang membentang paling jauh dan paling akhir.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kehidupan agama terdapat serangkaian fungsi atau peran yang harus dilaksanakan oleh fungsionaris yang kompeten. Fungsi – fungsi religius yang ada dalam semua agama dapat diringkas dalam tiga kelas : 1. Fungsi pelayanan Sabda Tuhan; mewartakan ajaran yang diterima agama yang bersangkutan dari Tuhan. 2. Fungsi penyucian; membagikan rahmat penyelamatan dari Tuhan. Pelayanan ini diperagakan dalam kegiatan kebaktian religius, atau perayaan liturgis. 3. Fungsi penggembalaan; umat beragama mendapatkan pimpinan dan bimbingan yang terarah baik ke dalam maupun ke luar. Tiga jenis fungsi pelayanan tersebut di atas tidak dapat diharapkan akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan, apabila tidak ada suatu institusi yang mengaturnya.
2.3.
Mazhab, Aliran dan Sekte Agama – agama besar dunia tidak luput dari perbedaan pendapat yang
menimbulkan perbedaan aliran, mazhab dan sekte. Aliran disebabkan oleh perbedaan pendapat yang agak pokok dan prinsipil antara penganut agama yang bersangkutan. Sekte merupakan perpecahan dalam agama Kristen yang memisahkan diri dari gereja. Biasanya sekte merupakan protes terhadap orientasi keduniaan gereja asalnya. Karena itu sekte ingin mengembalikan kesakralan dan peran Tuhan dalam kharismatik beragama. Sekte baru ini pun memilih pemimpin yang kharismatik dan menghidupkan upacara – upacara ritual yang terabaikan oleh gerejanya. Gejala ini berbeda dengan teori Durkheim tentang agama yang mengatakan bahwa agama berperan untuk mewujudkan dan meningkatkan solidaritas sosial. Agama rupanya
Universitas Sumatera Utara
juga melahirkan perpecahan dalam bentuk aliran, mazhab dan sekte. Perbedaan ini tampaknya karena Durkheim mendasarkan pendapatnya pada agama – agama masyarakat primitif yang bersifat tertutup dan dalam lingkup kecil. Sedangkan agama – agama besar dunia punya sejarah yang panjang, umat yang tersebar luas di berbagai penjuru dunia, dan pemuka agama yang punya latar belakang pendidikan sejarah, pemikiran dan sosial yang berbeda. 14 Sebagai agama besar dan punya sejarah panjang, sebenarnya kesempatan untuk berbeda pendapat ini diperlukan karena tidak mungkin semua suku bangsa dari berbagai tempat dan waktu akan diatur dengan aturan yang sama sampai kepada masalah yang sekecil – kecilnya. Kesamaan hanya diperlukan dalam hal – hal yang pokok dan prinsip dalam ajaran agama. Sedangkan masalah teknis dan detail patut berbeda antara satu daerah dan masyarakat dengan yang lain. Kalau tidak ada peluang yang menjadikan ajaran suatu agama fleksibel, dapat berubah dengan perubahan sosial budaya dalam hal rincian masalah, atau hal – hal yang sekunder dan teknis, agama itu tidak akan dapat bertahan lama. Kalau perbedaan pendapat tidak dapat dihindarkan dan bahkan diperlukan, yang harus dijaga adalah toleransi dalam perbedaan pendapat dan tetap meningkatkan persaudaraan supaya ajaran agama untuk menanamkan persatuan dan persaudaraan antar umat penganut satu agama dan bahkan dengan umat penganut agama lain dapat terwujud. Perbedaan pendapat dan mazhab tidak boleh dijadikan konflik, dipahami secara emosional dan fanatik. Namun, ajaran ideal ini sering tidak terealisasir karena penganut mazhab, aliran dan sekte biasa pula mengklaim bahwa ajaran aliran, mazhab dan sektenyalah satu – satu yang benar karena sifat fanatik ini memang melekat pada kehidupan beragama. 14
Agus, Bustanuddin. SOSIOLOGI AGAMA. (Padang: Andalas University Press). hal. 110 – 112.
Universitas Sumatera Utara
Keyakinan ini, bagaimanapun harus dibarengi dengan toleransi terhadap penganut lairan dan mazhab lain. Sekte adalah gerakan ideologi yang mempunyai sasaran yang eksplisit dan diikrarkan, mempertahankan dan bahkan menyebarkan ideologi tersebut. Oleh karena itu, dapat dicatat bahwa orang – orang yang kepentingannya terletak di atas semua ideologi (sumber dan kredibilitas gagasan mengenai Tuhan, dan pembenaran kelakuan atas namanya) mempunyai kepentingan yang absah atas namanya. Tetapi perbedaan sosiologis tidak semata – mata didasarkan pada perbedaan keyakinan dan praktek teologi, dan tentu saja bukan odium theologicum yang mencoba memberi ciri kepada sekte sebagai ekstremis. Dari sudut pandangan sosiologi, ada tiga macam kelemahan dalam klasifikasi sekte menurut teologi atau doktrin. Pertama, klasifikasi seperti ini membatasi kemungkinan pengkajian komparatif mengenai sekte dalam berbagai tradisi keagaman. Kedua, klasifikasi itu mencegah masuknya aspek – aspek signifikan lainnya dari karakter sekte karena doktrin dapat bertahan meski organisasi sosial dan orientasi gerakan telah berubah. Jadi, klasifikasi yang timbul dari deskripsi doktrin tidak cukup memperhitungkan aspek – aspek organisasi dan dinamika sekte. Ketiga, karena analisa di atas bersifat teologikal, klasifikasi ini menimbulkan risiko stigmatisasi sekte dan memberikan ciri kepadanya dalam pengertian yang normatif secara esensial. Ada 7 (tujuh) tipe sekte yang dapat dianggap bertingkat. Ke-tujuh sekte ini didefinisikan dalam konteks respons terhadap dunia, dalam konteks reaksi yang mendominasi praktek kepercayaan para anggotanya. 15
15
Robertson, Roland. AGAMA:DALAM ANALISA DAN INTERPRETASI SOSIOLOGI. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada). hal. 436 – 444.
Universitas Sumatera Utara
1. Sekte konversionalis. Reaksi sekte ini terhadap dunia luar menunjukkan bahwa sekte terakhir ini menyimpang karena manusia menyimpang. Jika manusia dapat diubah maka dunia akan berubah. Tipe sekte ini tidak berminat melakukan reformasi sosial atua menempuh cara pemecahan politik terhadap masalah – masalah sosial, dan bahkan secara aktif membencinya. Aktivitas yang khas dari tipe sekte ini adalah revivalisme dan khotbah umum di depan massa ketimbang penyiaran agama dari rumah ke rumah. Para pemimpin sekte melakukan mobilisasi kelompok dan menggunakan teknik – teknik persuasif agar para anggotanya tidak keluar dari sekte tersebut. Sama dengan interpretasi mereka terhadap kitab suci secara harafiah, para anggota sekte censerung menafsirkan hubungan ini secara harafiah. Contoh – contoh tipe sekte ini adalah Bala Keselamatan (Salvation Army), Assemblies of God dan gerakan – gerakan Pantecosta lainnya. 2. Sekte revolusioner. Sikapnya terhadap dunia luar adalah keinginan untuk menyisihkan diri dari keteraturan sosial, dan apabila waktunya sudah tiba – jika perlu, mereka akan bergerak dengan kekuatan atau kekerasan. Mereka menantikan suatu orde baru di bawah kekuasaan Tuhan. Kemudian mereka ingin menjadi pemegang kekuasaan sebagai wakil Tuhan. Tipe sekte ini membenci segala bentuk reformasi sosial. Para anggota sekte ini menempatkan diri mereka secara aktif dalam eksegenis kenabian, dibandingkan dengan teks – teks dan antara prediksi sekte dan berbagai kejadian kontemporer. Keanggotaan baru tidak diakui begitu saja, dan sekte revolusioner, apabila diinstitusionalisasi sepenuhnya, berusaha mempertahankan dirinya sendiri dalam kemurnian doktrinnya. Para anggota sekte ini mempunyai perasaan bahwa mereka adalah alat Tuhan, menantikan keputusan Tuhan, perantara kerja dari
Universitas Sumatera Utara
kehendak-Nya. Contoh khas dari gagasan ini adalah Saksi Yehuwa (Jehovah’s Witnesses), Christadelphia dan The Fifth Monarchy Men (Inggris, abad ke XVII). 3. Sekte introversionist. Sekte ini menarik diri dari dunia dan asyik dengan kelompok sendiri yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang suci. Tipe sekte seperti ini sepenuhnya tak acuh terhadap segala reformasi sosial, terhadap konversi individual dan revolusi sosial. Sekte ini dapat meneriuma, khususnya pada tahap – tahap permulaan, pengalaman – pengalaman inspirasional tertentu dan mempertahankannya bagi gejala – gejala objektif yang bermakna bagi keseluruhan kelompok, atau menganggapnya sebagai wahyu yang diterima secara individual yang dapat membantu memperbaiki nasib seseorang. Kelompok ini lebih berkaitan dengna pengalaman spiritual yang mendalam daripada meluas. Contoh – contoh khas dari kategori sekte – sekte ini dapat dilihat dalam “gerakan – gerakan suci” tertentu, seperti halnya gerakan – gerakan keagamaan di Eropa pada abad ke XVIII. 4. Sekte manipulationist. Mereka mendefinisikan diri mereka sebagai lawan (vis-à-vis) dunia luar secara esensial dengan cara menerima tujuan – tujuannya. Mereka seringkali menyatakan versi yang lebih spiritual dari tujuan – tujuan kebudayaan masyarakat secara keseluruhan tetapi tidak menolaknya. Sekte ini lebih suka berusaha mengubah metode – metode yang sesuai untuk mencapai tujuan – tujuan itu. Kadang – kadang mereka mengakui bahwa satu – satunya cara mencapai sasaran ini adalah menggunakan pengetahuan khusus yang diajarkan oleh gerakan – gerakan tersebut. Itulah satu – satunya cara yang benar untk memperoleh kesehatan, kekayaan, kebahagiaan, dan prestise sosial. Sekte ini hanya memberi sedikit perhatian terhadap eskatologi. Mereka tertarik pada hasil – hasil di dunia ini, dan kehidupan yang kekal
Universitas Sumatera Utara
nampaknya semata – mata adalah percepatan dari kesenangan kini. Kelompok – kelompok khas dari tipe ini adalah Christian Scientists, Unitarians, Psychana, Scientology, dan Rosicrucians. 5. Sekte thaumaturgikal. Sekte ini adlaha gerakan yang berpendapat bahwa manusia dapat mengalami akibat yang luar biasa dari super natural dalam kehidupan mereka. Sekte ini mendefinisikan diri sendiri dalam kaitannya dengan masyarakat yang lebih luas dengan menegaskan bahwa kenyataan dan penyebab normal dapat dipadukan untuk manfaat dispensasi khusus dan pribadi. Mereka tidak mengakui adanya proses fisik menua dan mati dan berhimpun untuk menegaskan pengecualian khusus dari kenyataan sehari – hari yang memberi jaminan setiap individu dan orang yang dicintainya hidup abadi di akhirat nanti. Hubungan yang mereka tegakkan lebih merupakan usaha menelusuri kerabat yang sudah meninggal ketimbang dengan Tuhan atau seorang Penyelamat, dan konsepsi mereka tentang Penyelamat tidak begitu jelas. Contoh dari tipe sekte ini adalah Spiritualist Church dan Progressive Spiritualist Church. 6. Sekte reformist. Pada mulanya sekte ini revolusioner, sikap ini kemudian bisa menjadi introvertionist dan lambat laun menjelma menjadi reformist. Sekte tipe ini, memiliki rasa identitas yang sangat kuat, berusaha memahami dunia dan melibatkan dirinya dalam dunia tersebut melalui perbuatan yang baik. Sekte ini juga meyakini adanya suatu tempat di dunia yang dipandang suci dan tidak akan menjadi duniawi atau bersentuhan dengna ketidaksucian dunia. Sekte ini berhubungan dengan dunia tetapi tetap terpisah daripadanya. Teks – teks suci yang menjadi landasan sekte, kendati mereka tidak berpegang teguh padanya, adalah teks – teks yang mengajarkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
keyakinan tanpa perbuatan baik adalah sia – sia dan menyokong pendirian bahwa sekte sendiri adalah suatu kesatuan yang bulat. Arti penting kategori ini terletak pada maknyanya bagi kajian megnenai transformasi sekte takkala strukturnya bertahan meskipun respons terhadap dunia luar telah berubah. 7. Sekte utopia. Sekte ini lebih radikal daripada sekte reformist, secara potensial kurang berbahaya dibanding sekte revolusioner, dan lebih konstruktif pada tingkat sosial ketimbang sekte konversionis. Melalui kegiatan – kegiatannya, sekte mengkonstruksi dunia atas dasar komunitarian. Sekte tidak hanya bercita – cita membangun koloni – koloni tetapi juga hendak melakukan reorganisasi dunia di sepanjang garis komuniti. Jadi, sasarannya adalah semacam rekonstruksi sosial. Sekte, dalam kenyataan, mengemukakan model – model reorganisasi sosial, dan tidak hanya perbaikan dan reformasi dalam kerangka masyarakat yang sudah ada. Dalam hal sekte ini yang berlandaskan Kristen, teks – teks bibel yang paling sering dikutip adalah yang berisikan keinginan dan cita – cita kembali dibentuknya komuniti Kristen kuno di Jerusalem. Contoh dari tipe sekte ini adalah Tolstoyan, Community of Oneida, Bruderhof dan Christian Socialist. Namun, manakala sekte – sekte bertahan, mereka selalu mengalami proses mutasi karena sekte tidak bisa memisahkan diri sama sekali dari dunia luar, ia dipengaruhi oleh faktor – faktor luar. Tetapi penyebab dari dalam barangkali signifikan, tetapi respons para pendirinya terhadap dunia luar sukar untuk dipertahankan oleh generasi penerus. Generasi penerus mengevaluasi dan menginterpretasikan kembali keterisolasian yang diciptakan oleh para pendahulu mereka, dan apa yang tadinya merupakan mekanisme institusional yang sefensif, lambat laun mengalami perubahan ke arah keterbukaan.
Universitas Sumatera Utara
Suatu tipologi sekte harus menunjukkan dan tidak menyembunyikan kenyataan bahwa sekte senantiasa mengalami proses perubahan. Semua organisasi cenderung memiliki kelemahan dalam komitmennya terhadap nilai – nilai semula dan ciri ini khususnya berlaku pada gerakan – gerakan protes. Sekte mewujudkan kecenderungan ini secara amat paling khusus dalam responsnya terhadap dunia. Sesungguhnya, struktur doktrin resmi jauh lebih tahan terhadap perubahan. Tetapi pandangan terhadap dunia luar yang merupakan isu pokok dalam perdebatan antara sekte dan masyarakat yang lebih luas, mengalami pegeseran dengan sendirinya tanpada disadari.
2.4.
Teori Jaringan Teori jaringan menjelaskan sasaran perhatian utamanya, yakni pola objektif ikatan
yang menghubungkan anggota masayarakat (individual dan kolektivitas). Wellman mengungkapkan sasaran perhatian utama teori jaringan sebagai berikut: “Analisis jaringan memulai dengan gagasan sederhana namun sangat kuat, bahwa usaha utama sosiolog adalah mempelajari struktur sosial…cara paling langsung mempelajari struktur sosial adalah menganalisis pola ikatan yang menghubungkan anggotanya. Pakar analisis jaringan menelusuri struktur bagian yang berada di bawah pola jaringan biasa yang sering muncul ke permukaan sebagai sistem sosial yang kompleks…Aktor dan perilakunya dipandang sebagai dipaksa oleh struktur sosial ini. Jadi, sasaran perhatian analisis jaringan bukan pada aktor sukarela, tetapi pada paksaan struktural.” (Wellman, 1983:156–157) 16
Ciri khas teori jaringan adalah memusatkan perhatiannya pada struktur mikro hingga makro. Artinya, pada struktur mikro, aktor mungkin saja berupa individu, tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan dan pada struktur makro, aktor mungkin saja berada dalam ruang lingkup yang luas yakni masyarakat. Hubungan antar anggota masyarakat 16
George Ritzer & Douglas J. Goodman. TEORI SOSIOLOGI MODERN (diterjemahkan oleh Alimandan). (Jakarta : Prenada Media, 2004), hal. 383.
Universitas Sumatera Utara
dapat terjadi di tingkat struktur sosial skala luas maupun di tingkat yang lebih mikroskopik (skala kecil). Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Akibatnya adalah bahwa sistem ynag terstruktur cenderung terstratifikasi dan komponen – komponen tertentu tergantung pada komponen – komoponen yang lain. Satu aspek penting analisis jaringan adalah mengarahkan sosiolog untuk mempelajari ikatan di kalangan dan antaraktor yang “tak terikat secara kuat dan tak sepenuhnya memenuhi persyaratan kelompok” Granoveter memberikan contoh yang baik dari ikatan seperti ini tentang “ikatan yang kuat dan lemah”. Granoveter menjelaskan pentingnya ikatan yang kuat dan lemah. Ikatan yang lemah antara dua aktor dapat membantu sebagai jembatan antara dua kelompok yang kuat ikatan internalnya. Tanpa adanya ikatan yang lemah seperti itu, kedua kelompok mungkin akan terisolasi secara total. Seorang individu tanpa ikatan lemah akan merasa dirinya terisolasi dalam sebuah kelompok yang ikatannya sangat kuat dan akan kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di kelompok lain maupun dalam masyarakat luas. Karena itu, ikatan yang lemah mencegah isolasi dan memungkinkan individu mengintegrasikan dirinya dengan lebih baik ke dalam masyarakat lebih luas. Sebaliknya, ikatan yang kuat pun mempunyai nilai. Misalnya, orang yang mempunyai ikatan kuat memiliki motivasi besar untuk saling membantu dan lebih cepat untuk saling memberikan bantuan. Teori jaringan sebenarnya bersandar pada sekumpulan prinsip yang berkaitan logis. Ada 6 (enam) prinsip dalam teori jaringan :
Universitas Sumatera Utara
1. Ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun intensitasnya. Aktor saling memasok dengan sesuatu yang berbeda dan mereka berbuat demikian dengan intensitas yang makin besar atau makin kecil. 2. Ikatan antara individu harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan lebih luas. 3. Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan nonacak. 4. Adanya kelompok jaringan menyebabkan terciptanya hubungan silang antara kelompok jaringan maupun antara individu. 5. Ada ikatan asimetris antara unsur – unsur di dalam sebuah sistem jaringan dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusikan secara tak merata. 6. Distribusi yang timpang dari sumber daya yang terbatas menimbulkan baik itu kerja sama maupun kompetisi Jadi, teori jaringan berkualitas dinamis dengan struktur sistem akan berubah bersamaan dengan terjadinya pergeseran pola koalisi dan konflik.
Universitas Sumatera Utara