BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Menurut Martono dan Harjito (2010), dalam Manajemen Keuangan mempunyai 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: 1.
Keputusan Investasi (Investment Decision) Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan.Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva finansial.Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik atau dapat dilihat jelas secara fisik, misalnya persediaan barang, gedung, tanah, dan bangunan.Sedangkan aktiva finansial merupakan aktiva berupa surat-surat berharga seperti saham dan obligasi.
2.
Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal, antara lain : a. Keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. b. Penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal optimum merupakan perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata minimum.
3. Keputusan Pengelolaan Aktiva (Assets Management Decision) Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. Dalam suatu investasi jangka panjang, manajemen keuangan sering dikaitkan dengan penganggaran modal atau capital budgeting. Pegertian capital terkait dengan barang modal yaitu aktiva tetap yang digunakan dalam proses produksi sedangkan pengertian budget adalah suatu rencana atau proyeksialiran kas dalam kurun waktu tertentu. Menurut Sjahrial (2010), Penganggaran Modal (Capital Budgeting) mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan: 1. Dana yang dikeluarkan untuk penganggran modal akan terkait untuk jangka waktu lama dan secara berangsur-angsur melalui penyusutan/depresiasi dapat dicairkan sesuai jangka waktu penyusutan aktiva tetap tersebut. 2. Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap peningkatan produksi dan penjualan dimasa datang. 3. Pengeluaran investasi untuk pembelian: tanah, bangunan, mesi-mesin produksi, alat pembangkit tenaga listrik, alat transport merupakan pengeluaran yang cukup besar. 4. Kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran pembelian barang modal tersebut akan mempunyai akibat yang panjang dan berat. Menurut Sjahrial (2010), Investasi adalah penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke dalam suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang akan datang. Dilihat dari jangka waktunya, investasi
dibedakan menjadi 3 macam yaitu investasi jangka pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka panjang. Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan. Hal ini karena keputusan investasi menyangkut dana yang digunakan untuk investasi, jenis investasi yang akan dilakukan, pengambilan investasi dan resiko investasi yang mungkin akan ada. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefenisikan bahwa Investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha (Kasmir,2003). Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut (Kamaruddin, 2004). Selanjutnya investasi yaitu setiap pengeluaran modal atau dana yang ditanamkan keberbagai aktiva dengan harapan dana tersebut akan diterima kembali baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan yang mengadakan investasi dalam investasi aktiva tetap tentunya mempunyai harapan bahwa perusahaan tersebut akan memperoleh kembali dana yang diinvestasikan seperti halnya dalam aktiva lancar. Perbedaaan antara aktiva lancar dan aktiva tetap terletak pada waktu dan cara perputaran dana yang tertanam. Investasi dalam aktiva lancar diharapkan dapat diterima kembali dalam waktu yang relatif singkat atau kurang dari satu tahun. Sebaliknya, investasi dalam
aktiva tetap akan diterima kembali secara keseluruhan dalam beberapa tahun dan kembalinya berangsur-angsur melalui depresiasi. Dalam melakukan investasi akan memerlukan dana yang cukup besar jumlahnya dan dana tersebut akan terikat untuk jangka waktu panjang jadi setiap keputusan untuk melakukan investasi pada aktiva tetap memerlukan perencanaan yang baik agar semua yang direncanakan sesuai dengan tujuan perusahaan. Menurut Martono dan Harjito (2005), Investasi adalah penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan kedalam suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan datang. Kegiatan investasi merupakan kegiatan penting yang memerlukan biaya besar dan berdampak jangka panjang terhadap kelanjutan usaha (Giatman, 2006). Oleh karena itu, analisis sistematis dan rasional sangat dibutuhkan sebelum kegiatan itu direalisasikan. Suatu investasi merupakan kegiatan menanamkan modal jangka panjang, dimana selain investasi tersebut perlu disadari juga dari awal bahwa investasi akan diikuti sejumlah pengeluaran lain yang secara periodik perlu disiapkan. Pengeluaran tersebut terdiri dari biaya operasional (operation cost), biaya perawatan (maintenance cost), dan biaya-biaya lainnya yang tidak dapat dihindarkan. Dalam investasi jangka panjang, pengembangan fasilitas dan usaha perlu dilakukan agar nilai perusahaan tersebut dapat semakin tinggi. Berdasarkan pemahaman ini maka sebuah investasi yang dilakukan oleh perusahaan merupakan sesuatu hal yang penting dalam rangka memaksimalkan kekayaan dari para pemegang saham perusahaan (Alexandri, 2008).
Investasi dari jenis aktivanya dapat dibedakan ke dalam investasi aktiva riil atau nyata (real investment) dan investasi non-riil atau sering disebut investasi finansial (financial investment). 1) Investasi nyata (real investment) Investasi nyata merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin. 2) Investasi finansial (financial investment) Investasi finansial merupakan
investasi
dalam bentuk
kontrak
kerja,
pembelian saham, obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito (Husnan, 2004). Menurut Sjahrial (2008), investasi jangka panjang dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu: 1) Investasi Penggantian (Replacements) Investasi penggantian aset merupakan penggantian aset yang sudah usang atau sudah tidak layak digunakan dalam operasional atau karena adanya teknologi yang terbaru. 2) Investasi Perluasan (Expansion) Investasi perluasan berupa penambahan kapasitas produksi karena adanya kesempatan usaha yang lebih baik. 3) Investasi Pertumbuhan (Growth) Investasi
pertumbuhan
diversifikasi produk.
menyangkut
penambahan
produk
baru
atau
4) Investasi Lain-lain (Others) Investasi lain yang tidak termasuk ke dalam ketiga kategori tersebut meliputi peralatan pengendalian polusi dan investasi peningkatan keselamatan kerja. Dalam mengambil keputusan investasi, diperlukan langkah-langkah yang harus diikuti dengan cermat mengingat keputusan yang telah diambil sulit untuk diperbaiki. Misalnya: dalam investasi aktiva tetap apabila kurang tepat dalam mengambil keputusan maka aktiva tersebut kurang bermanfaat. Menurut Haming dan Basalamah (2003), besarnya dana yang diperlukan untuk membiayai suatu rencana investasi sangat tergantung pada jenis proyek dan skala proyek. Proyek berskala besar memerlukan dana yang besar pula, sedangkan proyek berskala kecil hanya memerlukan dana investasi yang relatif kecil jumlahnya. Pengadaan peralatan dan pengoperasian suatu proyek dapat dibiayai dengan dua sumber pembiayaan utama yaitu dengan Dana sendiri (equity investment) dan Pinjaman dari pihak ketiga (project financing). Haming dan Basalamah (2003), berpendapat bahwa kebutuhan dana investasi dapat dipenuhi melalui tiga sumber, yaitu dana sendiri dari pengusaha (investor, self financing), dana sendiri dan dana pinjaman investasi (leverage financing), atau dana sendiri dan dana pinjaman atau kerjasama asing (joint venture). Pada umumnya permodalan dipenuhi dengan cara yang kedua, yaitu leverage financing. Kebijakan pendanaan ini membawa konsekuensi terhadap struktur modal proyek atau perusahaan, dan selanjutnya berdampak pada biaya modal dan nilai perusahaan.
Haming dan Basalamah (2003), juga menyatakan sekalipun menurut analisis optimalisasi struktur modal, debt ratio yang lebih besar akan menghasilkan kondisi yang lebih layak, baik dilihat dari sisi prospek pendapatan investasi maupun dari sisi biaya modal investasi, namun manajemenmasih perlu melihatnya dari sisi arus kas. Struktur modal dengan debt ratio yang lebih besar memiliki dampak pada lebih besarnya bunga dan cicilan pengembalian utang yang harus ditanggung di masa mendatang. Dalam investasi selalu membutuhkan penerimaan dan akan adanya pengeluaran tertentujuga. Penerimaan dan pengeluaran tersebut biasa disebut dengan arus kas atau cash flow dimana pengertian paling tepat adalah arus masuk dan arus keluar kas. Arus kas keluar adalah pengeluaran uang atau pengeluaran lain yang mempunyai nilai uang tertentu. Arus kas keluar ini digunakan untuk mengadakan investasi baru. Sedangkan arus kas masuk adalah penerimaan uang atau bentuk penerimaan lain yang mempunyai nilai tertentu. Arus kas masuk ini merupakan hasil dari investasi yang ditanamkan.Informasi keuangan mengenai keuangan yang dilaporkan kurang tepat jika digunakan sebagai penilaian usulan investasi.Akan tetapi lebih tepat jika didasarkan pada arus kas, karena keuntungan yang dilaporkan dalam laporan rugi laba belum tentu dalam bentuk kas.Oleh karena itu perusahaan bisa memiliki kas lebih besar atau lebih kecil dan dilaporankan dalam laba rugi (Lukman, 2005). 2.2 Biaya Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Suatu perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan harus
dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikorbankannya. Agar dapat bersaing, suatu perusahaan harus memahami konsep dasar biaya dan unit-unit perusahaan sehingga biaya tersebut tetap dapat dikendalikan. Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Suatu perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan harus dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikorbankannya (Riyanto, 2009). Oleh karena itu untuk bisa bersaing, suatu perusahaan harus memahami konsep dasar biaya dan unit-unit perusahaan sehingga biaya tersebut tetap dapat dikendalikan. Menurut Sumastuti (2006), pengaturan keperluan biaya proyek yang efektif perlu memperhatikan beberapa faktor dibawah ini: 1) Adanya usul-usul investasi; 2) Penaksiran aliran kas dari usul-usul investasi tersebut; 3) Evaluasi aliran kas tersebut; 4) Memilih investasi/proyek-proyek sesuai dengan ukuran tertentu, dan 5) Penilaian terus menerus terhadap proyek investasi setelah proyek tersebut diterima. Investasi dapat berupa pengeluaran untuk aktiva lancar maupun aktiva tetap, dalam penyusunan studi kelayakan ada beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan dalam memperlakukan modal kerja dan memandang total investment cost. Kesalahan karena tidak diproyeksikannya modal kerja untuk keperluan operasional akan bersifat fatal, terutama terdapat pada tahap-tahap awal
operasi dimana pemasukan yang diharapkan masih lebih kecil dari pengeluaran yang ada. Menurut Sucipto (2006), seorang investor yang menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan dengan tingkat resiko yang ada tentunya mempunyai harapan untuk mendapatkan imbalan yang memuaskan. Imbalan tersebut bagi perusahaan akan dipandang sebagai biaya penggunaan modal atau biaya (Cost of Capital). Cost of Capital sebagai salah satu alat perencanaan dan pengendalian biaya sangatlah penting artinya bagi perusahaan sebelum memutuskan kebijaksanaan pembelanjaan jangka panjang. Cost of Capital ini untuk menentukan besarnya riil dari penggunaan modal masing-masing sumber dana. Disamping itu juga untuk menentukan biaya modal rata-rata dari keseluruhan dana yang digunakan di dalam perusahaan (Sucipto, 2006). Menurut Sucipto (2006) bahwa: "…adapun cost of capital dari masingmasing sumber dana adalah sebagai berikut: 1) Biaya Hutang Jangka Pendek Pada dasarnya hutang jangka pendek yang digunakan untuk modal kerja terdiri dari hutang dagang, hutang wesel, dan kredit jangka pendek dari bank. Tingkat bunga pinjaman untuk hutang dagang biasanya sudah diketahui dimuka. Sedangkan untuk kredit jangka pendek biasanya bank langsung memotong bunganya dimuka dari jumlah hutang yang diberikan. 2) Biaya Hutang Jangka Panjang Biaya ini timbul akibat pinjaman jangka panjang, baik kepada lembaga keuangan dalam bentuk kredit maupun kepada masyarakat dalam bentuk
obligasi. Pada dasarnya biaya penggunaan hutang jangka panjang atau biaya penggunaan dana yang berasal dari obligasi dapat dihitung dengan menggunakan tabel present value. 3) Biaya Saham Preferen Saham preferen mempunyai karakteristik campuran antara hutang dan saham biasa.Seperti halnya hutang, saham preferen juga mengandung kewajiban tetap berupa pembayaran deviden secara periodik, hanya saja pembayaran bisa ditangguhkan sesuai dengan kemampuan perusahaan. Untuk saham preferen yang merupakan modal sendiri maka devidennya diambil dari laba bersih sesudah pajak. Dalam hal likuidasi, saham preferen mempunyai hak didahulukan atas pembagian kekayaan sebelum saham biasa dan setelah pembayaran hutang jangka panjang atau obligasi. 4) Biaya Saham Biasa Biaya saham biasa cara perhitungannya berbeda dengan saham preferen atau obligasi. Biaya saham biasa merupakan penyisihan yang telah dianggarkan dari laba setelah pajak yang diperolehnya. Oleh karena itu besarnya saham biasa dalam bentuk deviden tidak tetap. 5) Biaya Laba Ditahan Besarnya biaya modal yang berasal dari laba ditahan adalah sebesar tingkat pendapatan investasi dalam saham yang akan diterima oleh investor. Laba ditahan merupakan keuntungan perusahan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Pendapatan pemegang saham sebelum ditanamkan kembali pada perusahaan terlebih dahulu dikurangi dengan pajak yang harus dibayar.
Oleh karena itu, apabila perusahaan langsung menggunakan laba ditahan untuk modal suatu proyek perlu dilakukan penyesuaian terhadap pajak yang harus dibayar pemegang saham. 6) Biaya Modal Keseluruhan Tingkat biaya modal yang harus diperhatikan perusahaan adalah tingkat biaya modal secara keseluruhan. Apabila suatu proyek dibiayai oleh suatu sumber modal yaitu modal sendiri, maka yang menjadi discount factor untuk menilai suatu usulan investasi adalah biaya modal itu sendiri. Tetapi apabila biaya proyek selain dari modal sendiri dan modal pinjaman discount factor yang digunakan merupakan biaya modal rata-rata tertimbang dari beberapa sumber biaya tersebut. 2.3 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayanan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Tentu saja semakin besar proyek yang akan dijalankan, semakin luas dampak yang terjadi (Afandi, 2009). Dampak ini bias berupa dampak ekonomis, dan bias juga bersifat sosial. Oleh karena itu, ada yang melengkapi studi kelayakan ini dengan analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan (cost and benefit analysis) termasuk di dalamnya semua manfaat dan pengorbanan sosial (social cost ad social benefit). Pada umumnya suatu studi kalayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu:
1) Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (manfaat financial), artinya proyek dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut. 2) Manfaat ekonomis proyek ini bagi Negara tempat proyek dilaksanakan (manfaat ekonomi nasional) yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu Negara. 3) Manfaat sosial proyek itu bagi masyarakat sekitar proyek tersebut yang merupakan studi yang relatif sulit dilakukan (Mukti, 2009). Semakin sederhana proyek yang akan dilaksanakan, maka semakin sederhana pula lingkup penelitian yang akan dilakukan. Bahkan banyak proyekproyek investasi yang mungkin tidak pernah dilakukan studi kelayakan secara formal, tetapi ternyata kemudian terbukti berjalan dengan baik pula. Tujuan dilakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran investasi yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Tentu saja studi kelayakan akan menelan biaya, tetapi biaya yang dikeluarkan tersebut relatif kecil dibandingkan dengan resiko kegiatan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar (Subagyo, 2008). Umar (2005) mengemukakan bahwa hal-hal yang perlu diketahui dalam studi kelayakan proyek adalah sebagai berikut: 1) Ruang lingkup kegiatan proyek, yakni perlu dijelaskan/ditentukan bidangbidang apa proyek akan beroperasi.
2) Cara kegiatan proyek dilakukan, yakni perlu ditentukan apakah proyek akan ditangani sendiri atau akan diserahkan pada beberapa pihak lain atau siapa yang akan menangani proyek itu. 3) Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh proyek dengan mengidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan proyek tersebut. 4) Sarana yang diperlukan oleh proyek, menyangkut bukan hanya kebutuhan seperti material, dan tenaga kerja, tetapi termasuk juga fasilitas-fasilitas pendukung seperti: jalan raya, dan transportasi. 5) Hasil kegiatan proyek ini serta biaya-biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh hasil tersebut. 6) Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak dari adanya proyek itu atau disebut sebagai manfaat dan pengorbanan ekonomi dan sosial. 7) Langkah-langkah rencana untuk mendirikan proyek beserta jadwal dari masing-masing kegiatan ini sampai dengan investasi siap berjalan. Penilaian terhadap keadaan dan proyek suatu proyek investasi dilakukan atas dasar kriteria-kriteria yang bias mempertimbangkan manfaat proyek bagi perusahaan, dan bias juga dengan memperhatikan aspek yang lebih luas (Widiyanthi, 2007). Beberapa proyek mungkin diteliti dengan sangat mendasar, mencakup berbagai aspek yang terpengaruh, bahkan sering juga dijumpai bahwa ada rencana-rencana investasi yang penilaiannya tidak dilakukan secara formal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan, diantaranya adalah:
1) Besarnya dana yang diinvestasikan Umumnya semakin besar jumlah dana yang ditanamkan, semakin mendalam studi yang perlu dilakukan atau akan diteliti dalam aspek yang lebih luas seperti dampak sosial ekonomi. 2) Tingkat ketidakpastian proyek Semakin sulit memperkirakan penghasilan penjualan, biaya, aliran kas dan lain-lain, maka semakin penting melakukan studi kelayakan. Berbagai cara ditempuh untuk mengatasi ketidakpastian proyek yakni dengan analisa sensivitas dengan taksiran konservatif dan sebagainya. 3) Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek Setiap proyek dipengaruhi dan juga mempengaruhi faktor-faktor lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proyek mungkin menjadi sangat kompleks, sehingga pihak yang melakukan studi kelayakan terhadap proyek tersebut akan semakin berhati-hati. Semakin besar dana yang diinvestasikan, maka semakin tidak pasti taksiran yang dibuat akan semakin kompleks faktorfaktor yang mempengaruhinya dan semakin mendalam studi yang perlu dilakukan. Dalam studi kelayakan proyek, langkah pertama yang perlu ditentukan adalah sejauhmana aspek-aspek yang mempengaruhi proyek yang akan diteliti, kemudian untuk masing-masing aspek tersebut perlu dianalisa sehingga mempunyai gambaran kelayakan masing-masing aspek. Dengan demikian, alat dan kerangka analisa perlu disiapkan. Setelah itu perlu ditentukan data dan
sumber data untuk analisa tersebut, dengan mengendalikan sebagian besar data dari data sekunder, dan juga data primer (Sawir, 2005). Subagyo (2008) mengemukakan berbagai aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan kajian terhadap kelayakan suatu proyek. 1) Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Pasar merupakan aspek yang sangat perlu diperhatikan dan dikaji oleh investor dalam memberikan dana nya pada perusahaan agar dapat meningkatkan laba perusahaan. Pada saat ini, perusaaan harus dapat mengkaji apakah perlu dilakukannya investasi fisik atau non fisik jika permintaan dari pengguna jasa/konsumen tidak terlalu signifikan pertumbuhannya Kajian terhadap aspek pasar pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar potensi/peluang pasar yang bisa dimanfaatkan guna mendapatkan keuntungan. Dalam aspek iniada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: pasar dan jenisnya, analisis penawaran dan permintaan serta analisis tren perkembangan permintaan. Kajian atas peluang pasar ini merupakan fondasi bagi perencanaan dan strategi pemasaran. Aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang: a. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen perubahan besar pemakai, sehingga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut. b. Penawaran baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penawaran ini seperti jenis barang yang bias menyaingi, perlindungan dari pemerintah, dan sebagainya perlu pula diperhatikan. c. Harga dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negara lainnya. d. Progam pemasaran mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan “marketing mix” identifikasi siklus kehidupan produk, pada tahap apa produk yang akan dibuat. e. Perkiraan penjualan yang bias dicapai perusahaan, market share yang bias dikuasai perusahaan. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan investasi yang ditinjau dari aspek pasar, yaitu: a. Peluang Pasar Syarat bagi keberhasilan perusahaan dalam mengembangkan strategi pemasaran adalah mencari peluang-peluang yang terbuka bagi diadakannya kegiatan pemasaran. Menurut Kotler (2000), peluang pasar adalah suatu kebutuhan dimana perusahaan dapat bergerak dengan memperoleh laba. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peluang dapat diperoleh dan dipilih menurut daya tariknya, dan kemungkinan keberhasilan dalam memanfaatkan peluang yang ada. Perusahaan akan berhasil apabila kekuatan bisnisnya tidak hanya sesuai dengan kebutuhan utama dalam pasar sasaran tersebut, namun juga unggul dari pesaingnya. Perusahaan yang paling berhasil adalah perusahaan yang dapat
menciptakan nilai pelanggan tertinggi dan melakukannya dalam jangka panjang. b. Peramalan permintaan Tujuan dari peramalan permintaan adalah untuk mendapatkan gambaran atau informasi mengenai permintaan pengguna jasa/konsumen pada saat ini maupun pada masa yang akan datang sehingga perusahaan tidak melakukan kesalahan dalam mengambil dan menerapkan strategi pemasarannya. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) yang dimaksud peramalan permintaan adalah usaha untuk mengetahui jumlah produk atau sekelompok produk dimasa yang akan datang dalam kendala satu set kondisi tertentu. Peramalan permintaan tidak dapat diartikan sebagai kegiatan yang bertujuan mengukur permintaan dimasa yang akan datang secara pasti, melainkan merupakan usaha untuk mengurangi terjadinya hal yang
berlawanan
antara
keadaan
yang
sungguh-sungguh
terjadi
dikemudian hari dengan apa yang menjadi hasil peramalan. Dengan kata lain, hasil maksimal dari kegiatan peramalan adalah melakukan ketidakpastian secara minimal yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Beberapa metode peramalan dalam mengukur besarnya permintaan dimasa yang akan datang, diantaranya adalah dengan menggunakan metode trend. Metode ini digunakan untuk meramalkan tingkat kenaikan
harga, penjualan, atau permintaan, maupun biaya dimasa yang akan datang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode trend linear. Metode Trend Linier, dengan fungsi persamaan adalah: Y = a + bx Koefisien a dan b dapat diperoleh dengan: a=
Y
b=
n
xy Jika x = 0 x 2
Keterangan: Y = variabel permintaan x = variabel permintaan n = jumlah data a = jumlah permintaan b = kecenderungan perubahan permintaan. Kelebihan metode trend adalah dapat digunakan untuk jangka waktu menengah dan panjang, sedangkan kelemahan metode ini penggunaannya
harus
didukung
oleh
data
yang
memadai
jika
menginginkan hasil peramalan yang optimal. 2) Aspek Operasional Aspek teknis atau operasional juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian untuk kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan melakukan investasi. Penentuan kelayakan teknis atau operasional
perusahaan
menyangkut
hal-hal
yang
berkaitan
dengan
teknis/operasional, sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalannya di kemudian hari.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi. Kelengkapan kajian aspek operasi sangat tergantung dari jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas tersendiri.Jadi, analisis dari aspek operasi adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi dan layout serta pengadaan mesin-mesin yang akan digunakan. Aspek Operasional merupakan aspek yang perlu diperhatikan oleh pihak intern perusahaan karena pada aspek operasional menjelaskan biayabiaya yang akan dikeluarkan dari adanya suatu investasi. Banyak hal yang perlu dikaji pada aspek operasional dalam investasi 1 unit Forklift 32 ton seperti biaya untuk SDM, asuransi peralatan, pemeliharaan peralatan dan biaya-biaya umum lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengkaji biaya-biaya yang akan dikeluarkan perusahaan dalam merekrut 2 orang pegawai atau operator untuk pengoperasian forklift tersebut, dimana calon pegawai atau operator dari investasi tersebut dikelempokkan pada kelas jabatan yang disesuaikan dengan pendidikan terakhir calon pegawai. Biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan berupa gaji, tunjangan prestasi, tunjangan cuti, bonus, tunjangan regional dan tunjangantunjangan lainnya. Biaya-biaya tersebut harus dianggarkan cabang Terminal Petikemas Makassar terlebih dahulu sebelum perusahaan akan melakukan investasi peralatan 1 unit forklift 32 ton.
3) Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek terpenting dalam studi kelayakan bisnis sederhana yaitu hitung-hitungan keuangan. Berbagai hal yang menyangkut keuangan perlu dibahas mulai dari awal perencanaan, periode persiapan, pelaksanaan pembangunan proyek dan periode operasi ketika usaha berjalan. Periode tersebut dibedakan menjadi dua yaitu:periode persiapan dan periode operasi. Implikasi keuangan periode persiapanakan tercermin dalam kebutuhan dana investasi, sedangkan dalam masa operasi tercermin padaproyeksi rugi-laba, proyeksi neraca, proyeksi aruskas dan proyeksi kemampuan melunasi pinjaman serta tingkat pengembalian. Aspek keuangan memperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membiayai suatu proyek. Pembiayaan diperoleh dari dua sumber, yaitu dari modal sendiri dan modal asing atau pinjaman. Dari aspek keuanganini bisa diketahui berapa besarnya pendapatan dan biaya-biaya yang dikeluarkan serta tingkat laba yang dicapai oleh perusahaan. Apabila perusahaan sudah mampu menutup pengeluaran investasi dan mendapatkan laba sesuai dengan yang diharapkan, maka perusahaan dianggap layak untuk melakukan perluasan usaha. Tetapi sebaliknya, apabila dari analisis keuangan diketahui bahwa perusahaan rugi dan tidak bisa menutupi pengeluaran investasinya, maka dapat dikatakan bahwa perluasan usaha yang dilakukan oleh perusahaan tidak layak untuk dilakukan. Adapun variabel-variabel dalam aspek keuangan yang akan dianalisis dalam penelitian ini, meliputi:
a. Aliran kas awal (Initial Cash Flow) adalah aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaran kas pertama kali untuk keperluan investasi seperti harga perolehan pembelian tanah, pembangunan pabrik, pembelian mesin, perbaikan mesin dan investasi aktiva tetap lainnya dalam satuan rupiah dimana objek penelitian peneliti yaitu pembelian 1 unit Forklift 32 ton yang akan dilakukan tahun 2013. b. Aliran kas operasional (Operational Cash Flow) adalah aliran kas masuk bersih selama masa operasional peralatan yaitu selama 10 tahun mulai dari tahun 2014 sampai 2023 dalam satuan rupiah. Aliran kas ini dicari dengan cara
mengurangkan
aliran
kas
masuk
dengan
kas
keluar.
Aliran kas masuk bersih (proceeds) dapat diperoleh melalui pendapatan dalam penggunaan peralatan dengan penaksiran selama masa operasional. Aliran kas masuk bersih di dapat dari jumlah laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan/depresiasi ditambah bunga (1 – tax). Untuk aliran kas keluar selama masa operasional, berupa biaya-biaya yang terjadi dalam pengoperasian peralatan seperti biaya pegawai, biaya bahan (bensin), biaya pemeliharaan, biaya penyusutan, biaya asuransi, biaya administrasi kantor, dan biaya umum. Dana yang digunakan untuk investasi aktiva tetap dapat berasal dari modal sendiri dan atau modal asing (hutang). Perbedaan sumber modal
yang
digunakan
untuk
investasi
tersebut
mempengaruhi
perhitungan proceeds (aliran kas masuk) investasi yang bersangkutan.
Perhitungan proceeds dari kedua sumber modal tersebut adalah sebagai berikut: 1) Perhitungan besarnya proceeds bila investasi menggunakan modal sendiri. Proceeds = Laba bersih setelah pajak + Depresiasi 2) Perhitungan proceeds bila investasi menggunakan Modal Sendiri atau Hutang. Proceeds = Laba bersih setelah pajak + Depresiasi + Bunga (1Pajak) c. Aliran kas masuk akhir (Terminal Cash Flow) adalah aliran kas masuk yang diterima oleh perusahaan sebagai akibat habisnya umur ekonomis investasi peralatan 1 unit Forklift 32 ton. Terminal Cash Flow akan diperoleh pada akhir umur ekonomis suatu proyek investasi dan dapat juga diperoleh dari nilai sisa (residu) dari aktiva dan modal kerja yang digunakan untuk investasi. Nilai residu suatu investasi merupakan nilai aktiva pada akhir umur ekonomisnya yang dihitung dari nilai buku peralatan tersebut. d. Biaya modal (Cost of Capital) adalah biaya riil yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana atau disebut biaya modal individu. Biaya modal individual tersebut dihitung satu per satu untuk
setiap jenis modal. Apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata berimbang (weighted average cost of capital/WACC) dari seluruh modal yang digunakan. Dalam melakukan investasi peralatan 1 unit Forklift 32 ton, perusahaan akan menggunakan jasa pihak ketiga dalam membiayai investasi peralatan tersebut dimana biaya yang dikeluarkan dalam pembelian 1 unit Forklift 32 ton tersebut sebesar Rp 5.000.000.000,-. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis studi kelayakan proyek dalam hal ini investasi merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil, yang bertujuan menghindari keterlanjuran investasi yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Dengan demikian, aspek-aspek yang akan dianalisis terkait dengan kelayakan investasi pengadaan peralatan antara lain: aspek pasar, aspek operasional, dan aspek keuangan.
2.4 Capital Budgeting Capital Budgeting adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kelayakan suatu proyek atau investasi modal dalam jangka panjang yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan dimasa datang (Peterson, 2002). Hal-hal yang dilakukan pada pada investasi jangka panjang yaitu pembelian mesin-mesin baru, peralatan-peralatan baru dalam meningkatkan kapasitas produksi perusahaan ataupun dengan pembangunan gedung atau pabrik untuk memperluas kegiatan perusahaan. Analisa Capital Budgeting merupakan
suatu alat bantu bagi perusahaan untuk pengambilan keputusan dalam menentukan apakah suatu proyek investasi dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan dilihat dari sudut pandang keuangan (Muslich, 2008). Menurut Sjahrial (2010) bahwa, Penganggaran Modal (Capital Budgeting) mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan: 1) Dana yang dikeluarkan untuk penganggaran modal akan terikat untuk jangka waktu lama dan secara berangsur-angsur melalui penyusutan/depresiasi dapat dicairkan sesuai jangka waktu penyusutan aktiva tetap tersebut. 2) Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap peningkatan produksi dan penjualan dimasa datang. 3) Pengeluaran investasi untuk pembelian tanah, bangunan, mesin-mesin produksi, alat pembangkit tenaga listrik, alat transportasi merupakan pengeluaran yang cukup besar. 4) Kesalahan dalam penagambilan keputusan mengenai pengeluaran pembelian barang modal tersebut akan mempunyai akibat yang panjang dan berat. Investasi menurut Martono dan Harjito (2010) adalah penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke dalam suatu asset dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan datang. Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan, Hal ini karena keputusan investasi menyangkut dana yang digunakan untuk investasi, jenis investasi yang akan dilakukan, pengambilan investasi dan resiko investasi yang mungkin akan timbul. Keputusan investasi ini
yang dapat menutup biaya-biaya yang dikeluarkannya. Penerimaan investasi yang akan diterima berasal dari proyeksi keuntungan atas investasi tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Susi Dwi Rahayu dengan judul “Studi Kelayakan Usaha Penganggaran Modal Pada Pembukaan Cabang Baru Dealer Chanel Multi Wijoyo Motor” bahwa cara yang dilakukan dalam menganalisis kelayakan suatu usaha dapat dihitung dengan beberapa metode penilaian atau criteria proyek investasi, yaitu : metode Net Present Value (NPV), metode Payback Period (PP), metode Internal Rate of Return (IRR) dan metode Profitability Index (PI). Susi Dwi Rahayu berpendapat bahwa dalam perhitungan dengan keempat metode tersebut jika nilai PP yang dihasilkan atau periode pengembaliannya lebih pendek dari periode yang diisyaratkan maka usaha atau investasi dapat dikatakan “layak”, jika NPV yang dihasilkan lebih besar dari nol maka investasi tersebut dikatakan “layak”, Jika IRR yang dihasilkan lebih besar dari bunga modal maka investasi tersebut dikatakan “layak” dan jika nilai PI yang dihasilkan lebih besar dari 1 maka investasi yang akan dilakukan dikatakan “layak”. Menurut Kasmir dan Jakfar (2010) dalam penelitian Rahayu bahwa Studi Kelayakan Bisnis adalah suatu kegiatan yang memperlajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak datau tidak usaha tersebut dijalankan. Penelitian yang dilakukan Rahayu tidak hanya berdasarkan aspek keuangan saja tetapi juga berdasarkan pada aspek-aspek lainnya seperti aspek pasar/pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek sumber daya manusia, aspek
manajemen, aspek persaingan dan lingkungan eksternal sehingga proses hasil analisis dari aspek-aspek tersebut saling terintegrasi.
2.5 Metode Profitabilitas Investasi Suatu perusahaan dalam melaksanakaan kegiatannya pada umumnya mempunyai tujuan pokok yaitu memperoleh laba tersebut, tetapi tidak mutlak bahwa dengan diperolehnya laba tersebut maka perusahaan telah menggunakan dana atau modal secara efektif dan efisien. Profitabilitas merupakan suatu ukuran keberhasilan dari perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan modalnya secara efektif dan efisien atau dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana perusahaan mengendalikan perusahaan secara efisien untuk menghasilkan laba (Munawir, 2004). Dalam menilai profitabilitas suatu investasi dapat digunakan beberapa metode di antaranya adalah: 1) Payback Period (PP) Menurut Sjahrial (2010), metode Payback Period merupakan metode penilaian investasi yang menunjukkan berapa lama investasi dapat tertutup kembali dari aliran kas bersihnya. Selanjutnya Menurut Martono dan Harjito (2010), metode Payback Period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran suatu investasi dengan menggunakan aliran kas masuk netto (proceeds) yang diperoleh. Menurut Keown, Martin, Petty, dan Scott (2011), metode Payback Period merupakan banyaknya tahun yang dibutuhkan untuk mengembalikan pengeluaran kas yang pertama dari proyek penganggaran modal. Selanjutnya Menurut Suliyanto (2010) Payback Period merupakan metode yang
digunakan untuk menghitung lama periode
yang diperlukan untuk
mengembalikan uang yang telah diinvestaikan dari aliran kas masuk (proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi. Rumus yang digunakan apabila jumlah aliran kas setiap periode tidak sama yaitu:
Dimana; t = Tahun terakhir dimana jumlah cash inflow sebelum menutup initial investment b = Initial investment c = Kumulatif cash inflow pada tahun t d = Kumulatif cash flow pada tahun t + 1 2) NPV (Net Present Value) Net Present Value adalah suatu perhitungan yang didasarkan atas selisih atas perhitungan PV (present value) penerimaan dengan present value pengeluaran. Bilamana NPV ini positif maka proyek (investasi) yang diharapkan ini akan menguntungkan, akan tetapi bilamana NPV tersebut negatif maka proyek (investasi) ini tidak dapat diharapkan. Dalam menghitung PV atau NPV ini ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu: (1) menaksir arus kas yang mendekati suatu akurasi yang benar; (2) menentukan tingkat bunga yang relevan. Menurut Sjahrial (2009), NPV adalah selisih antara nilai sekarang aliran kas masuk bersih dengan nilai sekarang investasi. Selanjutnya Martono dan Harjito (2010) mengemukakan metode NPV ini merupakan metode untuk mencari selisih antara nilai sekarang dan aliran kas neto (proceeds) dengan
nilai sekarang dari suatu investasi (outlays). Menurut Keown, Martin, Petty, dan Scott (2011) menyatakan bahwa NPV adalah kriteria keputusan anggaran modal yang ditentukan dari nilai sekarng arus kas bebas setelah dikurangi pajak dan pengeluaran awal. Menurut Suliyanto (2010), NPV merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays). Rumusnya yang dipakai adalah sebagai berikut:
NPV =
CF1 (1 + k)
+
CF2 (1 + k)²
+ …
CFn (1 + k)ⁿ
-I
Dimana: CF = Arus kas bersih (cash flow) I = Besarnya Investasi n = Umur Proyek k = Tingkat Bunga Penilaian proyek investasi berdasarkan NPV: NPV > 0, Proyek investasi layak. NPV < 0, Proyek investasi tidak layak. 3) Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek (Suliyanto, 2010). Metode ini dipakai untuk menghitung besarnya nilai tingkat suku bunga yang menyamakan nilai sekarang atas penerimaan kas bersih yang akan datang.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dimana: R= Arus Kas bersih tiap tahun t = Periode (tahun) r = Tingkat Bunga Kriteria penilaian IRR adalah : Jika IRR > dari suku bunga yang telah ditetapkan, maka investasi diterima. Jika IRR < dari suku bunga yang telah ditetapkan, maka investasi ditolak. 4) Profitability Index (PI) Menurut Martono dan Harjito (2010), metode Profitability Index merupakan metode yang memiliki hasil keputusan sama dengan metode NPV maka akan diterima pula jika dihitung menggunakan metode Profitability Index (PI). Menurut Keown, et.al. (2011), Profitability Index merupakan rasio nilai sekarang dari arus kas bebas masa depan terhadap pengeluaran awal. Menurut Suliyanto (2010), metode Profitability Index merupakan metode yang menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang (proceeds) dengan nilai sekarang investasi (outlays). Apabila proceeds suatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ke tahun maka, seperti halnya dalam metode NPV untuk menghitung dengan metode PI, harus menghitung Present Value dari proceeds setiap tahunnya
terlebih dahulu untuk dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah Net Present Value dari keseluruhan proceeds yang diharapkan dari investasi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Kriteria untuk Profitabilitas Indeks : Proyek dinilai layak jika PI > atau = 1,00, sebaliknya dinilai tidak layak jika PI < 1,00. Keempat metode alat analisis tersebut yakni Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Profitability Index (PI) digunakan dengan pertimbangan bahwa hanya keempat metode tersebut yang mendasarkan pada kas, karena informasi kas sangat penting bagi perusahaan dalam pengambilan suatu keputusan investasi, termasuk investasi pengadaan peralatan.