BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Theory of Reasoned Action (TRA) Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Azjen dan Fishbein (1975) dalam Venkatesh et al., (2003) adalah suatu teori yang berhubungan dengan sikap dan perilaku dalam melaksanakan kegiatan atau tindakan individu dalam melaksakan kegiatan atau tindakan yang beralasan dalam konteks pengunaan teknologi informasi. Seseorang akan memanfaatkan teknologi informasi atau sistem informasi dengan alasan bahwa teknologi atau sitem tersebut akan menghasilkan manfaat bagi dirinya. Perilaku pemakai sistem bersamaan dengan norma sosial dan faktor situasional lainnya memotivasi niat atau minat untuk memanfaatkan sistem informasi dan pada akhirnya meningkatkan penggunaan sistem informasi tersebut. Theory of Reasoned Action (TRA) menyatakan bahwa individu akan menggunakan komputer jika mereka mengetahui adanya keuntungan atau hasil positif dalam penggunaan komputer tersebut, contohnya pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan lebih cepat dengan hasil yang lebih baik sehingga konerja seorang karyawan tersebut dapat dikatan meningkat.
2.1.2 Theory of Attitude and Behavior Teori sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and Behavior) dikembangkan oleh Triandis (1980) dalam Saka dan Noviari (2013) yang menyatakan bahwa perilaku
seseorang ditentukan oleh sikap yang terkait dengan apa yang orang - orang ingin lakukan serta terdiri dari keyakinan tentang konsekwensi dari melakukan perilaku, aturan – aturan social yang terkait dengan apa yang mereka pikirkan dan kebiasaan yang terkait dengan apa yang mereka lakukan. Model perilaku interpersonal yang lebih komperhensif yang disajikan Triandis (1980) menatakan bahwa faktor – faktor sosial, perasaan dan konsekuensi yang dirasakan mempengaruhi tujuan perilaku dan sebaliknya akan mempengaruhi perilaku. Perilaku tidak mungkin terjadi jika situasinya tidak memungkinkan. Jadi jika seseorang bermaksud untuk menggunakan personal komputer, tetapi tidak mempunyai kemudahan atau kesempatan untuk memperolehnya, maka manfaat yang diraskan akan berkurang. 2.1.3 Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi (SIA) dapat diselenggrakan sepenuhnya memafaatkan teknologi komputer dan teknologi informasi terbaru, atau dapat berupa kombinasi antara keduanya. SIA memproses berbagai transaksi keuangan dan transaksi nonkeuangan yang secara langsung memengaruhi pemrosesan transaksi keuangan (Hall,2007:10). SIA merupakan kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi (Bodnar dan Hopwood, 2003:3) Beberapa fungsi penting yang dibentuk sistem informasi akuntasni pada sebuah organisasi adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas dan transaksi. 2. Memproses data menjadi informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
3. Melakukan control secara tepat terhadap asset organisasi. 2.1.4 Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi SIA merupakan aplikasi pilihan yang utama pada teknologi telekomunikasi komputer karena memiliki kompetensi yang baik dan berperan sebagai struktur penopang langkah – langkah untuk membuat laporan keuangan. Kemajuan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi telah membuat SIA menjadi suatu alat penting dalam dunia bisnis yang sangat kompetitif (Ogah, et al 2013). Efektivitas SIA merupakan suatu ukuran yang memberikan sejauh mana target dapat dicapai dari suatu kumpulan sumber daya yang diatur untuk mengumpulkan, memproses dan menyimpan data elektonik, kemudian mengubahnya menjadi sebuah informasi yang berguna serta menyediakan laporan formal yang dibutuhkan dengan baik secara kualitas maupun waktu. Handoko (1999:67) mengemukakan bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, menyangkut bagaimana melakukan pekerjaan yang benar. Menurut Sajady et al., (2008) efektivitas sistem didasarkan pada kontribusinya dalam pembuatan keputusan, kualitas informasi akuntansi, evaluasi kinerja, pengendalian internal yang memfasilitasi transaksi perusahaan. SIA dikatakan efektif bila informasi yang diberikan oleh system tersebut dapat melayani kebutuhan pengguna sistem (Sajady, et al 2008). Menurut Lucas & Spitler (1999), agar sistem informasi dan teknologi informasi dapat dimanfaatkan secara efektif untuk memberikan kontribusi terhadap kinerja, maka anggota dalam organisasi harus dapat menggunakan teknologi tersebut dengan baik. 2.1.5 Budaya Organisasi
Menurut Yamin (2014) budaya organisasi merupaka kebiasaan kebiasaan yang terjadi dalam hirarki organisasi yang mewakili norma – norma prilaku dan diikuti oleh para anggota dalam organisasi, maka budaya organisasi memberikan suasana psikologis bagi semua anggota, bagaimana mereka bekerja, bagaimana berhubungan dengan atasan maupun rekan sekerja dan bagaimana menyelesaikan masalah merupakan wujud budaya yang khas bagi setiap organisasi. Menurut Kreitner dan Kinicki (2003), budaya organisasi merupakan nilai-nilai, asumsi-asumsi dan norma-norma yang diyakini kebenarannya dipakai sebagai sarana untuk lebih meningkatkan kualitas dari pegawai agar dapat mencapai tujuan dari perusahaan. Menurut Hofstede (1990) budaya organisasi adalah orientasi, pola pikir, persamaan tindakan yang mempengaruhi prilaku, sikap dan efektivitas seluruh karyawan. Budaya organisasi berperan memperkuat keyakinan setiap orang dalam organisasi akan jati diri, secara idiologis memperkuat eksistensi organsasi baik ke dalam sebagai pengikat atau simpul organisasi dan keluar sebagai identitas sekaligus kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapi organisasi (Yamin, 2014). Budaya organisasi yang kuat dan sehat mencerminkan kepribadian dan mampu mengkomunikasikan para individu mengenai tujuan organisasi dan identitas bersama yang pada akhirnya akan menjadi pedoman bagi pemimpin dan pegawai (Pratiwi, 2012). Richard L. Gardner (1999) dalam Yamin (2014) mengemukakan budaya organisasi yang kondusif menciptakan, mengingatkan dan mempertahankan kinerja tinggi. Budaya orgaisasi yang berkaitan dengan kinerja yang unggul, karena budaya organisasi yang kuat menciptakan suatu tingkat motivasi dalam diri, memberikan struktur dan kontrol yang mendorong anggota organisasi mempunyai komitmen terhadap kemajuan organisasi.
Budaya yang menjadi milik bersama seluruh anggota organisasi sebagai integrasi dari nilai yang diyakini dapat menghasilkan organisasi yang efektif, dikemukakan Denison (1990) organisasi yang menampilkan gabungan sifat budaya organisasi yang terdiri dari empat dimensi yaitu involvement (keterlibatan), consistency (konsistensi), adaptability (adaptabilitas), dan mission (misi), menunjukkan pengaruh lebih tinggi pada tigkat efektivitas organisasi. Secara rinci menurut model Denison dalam Halaand, et al (2003) terdapat 4 asumsi yaitu : 1. Involvement adalah dimensi budaya yang menunjukkan tingkat partisipasi anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Profil budaya skor tinggi pada sifat keterlibatan membantu organisasi untuk mencapai integrasi sumber daya internal dengan menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab, kerterlibatan juga menekankan fleksibilitas dan kreatifitas. 2. Consistency adalah tingkat kesepakatan anggota organisasi terhadap asumsi dasar dan nilai inti organisasi. Sifat kosnsitensi juga dianggap penting untuk mencapai integrasi internal didasarkan pada kemampuan untuk memfasilitasi koordinasi kegiatan dan konsistensi juga menekankan stabilitas. 3. Adaptability adalah kemampuan organisasi dalam merespon perubahan lingkungan eksternal dengan melakukan perubahan internal organisasi. Sifat adaptasi berfokus pada bagaimana organsasi mengatasi kemungkinan perubahan eksternal. Sifat adaptabilitas organisasi didorong oleh pelanggan, kemauan mengambil risiko dan belajar dari kesalahan dan kemampuan membuat perubahan. 4. Mission adalah dimensi yang menunjukkan tujuan inti organisasi, menjadikan angota organisasi teguh dan focus terhadap apa yang dianggap penting oleh organisasi. Sifat
misi menekankan stabilitas dan arah, dan membantu organisasi untuk mengatur hubungan dengan dunia luar. Organisasi yang sukses memiliki kejelasan tujuan dan sasaran strategis dan mengungkapkan visi tentang bagaimana organisasi akan melihat organisasi dimasa depan. 2.1.6 Kesesuaian Tugas Tugas pokok dan fungsi secara umum merupakan hal – hal yang harus bahkan wajib dikerjakan oleh seorang anggota organisasi atau pegawai dalam suatu instansi secara rutin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan program kerja yang telah dibuat berdasarkan tujuan, visi dan misi suatu organisasi. Dalam penelitian yang dilakukan Siregar dan Suryanawa (2009) menyatakan bahwa kesesuaian tugas dengan Teknologi Informasi secara lebih spesifik menunjukkan hubungan pemanfaatan Teknologi Informasi dengan kebutuhan tugas. Tugas diartikan sebagai segala tindakan yang dilakukan oleh individu – individu dalam memproses input menjadi output. Sebagai alat pendukung tugas, karakteristik tugas yang mencerminkan sifat dan jenis tugas yang memerlukan bantuan teknologi, sisi lain karakteristik teknologi informasi yang dikembangkan adalah sifat dan jenis sistem komputer yang meliputi perangkat keras, perangkat lunak dan data, serta jasa pendukung yang meliputi pelatihan panduan pemakai dalam melaksanakan tugas – tugas yang dilakukan sehingga meningkatkan kinerja individual pemakai sistem informasi. Menurut Tjhai (2003) dalam Haryanto (2008)
karakteristik tugas mencerminkan sifat dan jenis tugas yang
memerlukan bantuan teknologi. Rahmawati (2008) menjelaskan bahwa kesesuaian tugas berhubungan dengan sejauh mana kemampuan individual menggunakan teknologi informasi dalam melaksanakan tugas untuk meningkatkan kinerja individual.
2.1.7 Kinerja Karyawan Secara umum kinerja didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan seseorang di dalam melaksanakan pekerjaannya (Agustini, 2010). Goodhue dan Thompson (1995) menjelaskan pencapaian kinerja individual dinyatakan berkaitan dengan pencapaian serangkaian tugas – tugas individu dengan dukungan teknologi informasi yang ada. Kinerja yang lebih tinggi mengandung arti terjadinya peningkatan efisiensi, efektifivitas atau kualitas yang lebih tinggi dari penyelesaian serangkaian tugas yang dibebankan kepada individu dalam organisasi. Pengertian kinerja pegawai menurut Tarigan (2014) adalah bagaimana seorang pegawai melaksanakan pekerjaannya. Kinerja pegawai yang meningkat akan turut mempengaruhi atau meningkatkan prestasi organisasi, sehingga tujuan organisasi yang tepat ditentukan dapat tercapai. Mutu kerja karyawan secara langsung mempengaruhi kinerja perusahaan. Guna mendapatkan kontribusi karyawan yang optimal, manajemen harus memahami secara mendalam strategi untuk mengelola, mengukur dan meningkatkan kinerja karyawan. Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan tugas mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan kemudian mengomunikasikannya dengan para karyawan (Andraeni, 2005). Penilaian kinerja karyawan oleh perusahaan harus dilakukan sehingga perusahaan dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh karyawan, yaitu apakah prestasi yang dicapai itu
baik, sedang, atau kurang. Penilaian prestasi ini sangat penting bagi karyawan dan berguna bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan selanjutnya. Sikula dalam Mangkunegara (2002) menyatakan bahwa penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematik dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian prestasi karyawan adalah suatu proses penilaian prestasi kerja karyawan yang dilakukan pimpinan perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Andhika (2007) menyatakan terdapat enam indikator yang menjadi alat ukur kinerja individu, yaitu: 1) Kuantitas Kerja (quantity) Kuantitas kerja mengukur kinerja dengan cara menilai tingkat penyelesaian laporan dan jumlah hasil kinerja individu. 2) Kualitas Kerja (quality) Kualitas kerja mengukur kinerja dengan cara menilai kualitas laporan dalam hal kesesuaian penyajian dan penyelesaiannya terhadap standar kerja yang berlaku. 3) Ketepatan waktu (timeliness) Kinerja diukur dengan cara menilai ketepatan waktu individu dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. 4) Pengawasan supervisor (need for supervisor) Kinerja diukur dengan cara menilai apakah individu dapat bekerja dengan baik tanpa diawasi atau sebaliknya. 5) Pengaruh rekan kerja (interpersonal impact) Kinerja diukur dengan cara menilai hasil pekerjaan yang dilakukan dalam tim dengan bekerja sama dengan rekan karyawan lainnya.
2.2
Rumusan Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Karyawan
Terhadap Kinerja
Efektivitas sistem informasi akuntansi merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran sejauh mana target dapat dicapai dari suatu kumpulan sumber daya yang diatur untuk mengumpulkan, memproses dan menyimpan data elektronik, kemudian mengubahnya menjadi sebuah informasi yang berguna serta menyediakan laporan formal yang dibutuhkan dengan baik secara kualitas maupun waktu (Sierrawati dan Damayanthi, 2012). Wahyu (2012) menyatakan efektivitas teknologi sistem informasi akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja individual. Marlinawati dan Suaryana (2012) efektivitas sistem informasi akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Aditya dan Suardikha (2013) menyatakan, tingkat efektivitas sistem informasi akuntansi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Marlita dan Dharmadiaksa (2014) efektivitas sistem informasi akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh DeLone dan McLean (1992) menunjukkan adanya pengaruh pemanfaatan sistem informasi dan perilaku pemakai terhadap kinerja individual. Penelitian Iqbaria, et al (1997) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi memberikan hubungan yang signifikan terhadap kinerja individual. Hasil dari penelitian Henry, dkk (2007) menunjukkan bahwa implementasi sistem informasi berdampak negatif terhadap produktivitas tenaga kerja, Berdasarkan penjelasan di atas yang telah didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya, maka rumusan hipotesis yang digunakan adalah:
H1 : Efektivitas sistem informasi akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. 2.2.2 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Robbins (1998:248) berpendapat bahwa budaya merupakan sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Budaya organisasi mempunyai pengaruh yang besar pada perilaku anggota – anggotanya dalam mewujudkan strategi organisasi (Hariani, dkk. 2013). Soedjono (2005) dalam Maryana (2011) memandang budaya organisasi juga dapat menjadi suatu instrumen keunggulan kompetitif utama, yaitu bila budaya organisasi dapat menjawab atau mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat. Budaya akan sangat mempengaruhi kinerja karyawan dalam suatu organisasi seperti penelitian – penelitian sebelumnya yang melibatkan variabel budaya organisasi yaitu pada penelitian Tripambudi (2014), Asfar (2009) dan Pratama (2012) yang menunjukkan hasil yang sama bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Dan Rose et al (2009) menemukan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Namun terdapat pula beberapa penelitian yang menemukan bahwa budaya organisasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan yaitu penelitian Crossman dan Zaki (2003), Chang dan Lee (2007) serta penelitian Yiing dan Ahmad (2009). Berdasarkan penjelasan di atas yang telah didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya, maka rumusan hipotesis yang digunakan adalah: H2
: Budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
2.2.3 Pengaruh Kesesuaian Tugas Terhadap Kinerja Karyawan
Rahmawati (2008) menjelaskan bahwa kesesuaian tugas berhubungan dengan sejauh mana kemampuan individual menggunakan teknologi informasi dalam melaksanakan tugas untuk meningkatkan kinerja individual. Adanya kecocokan antara tugas yang sedang dikerjakan dengan teknologi yang diterapkan akan tercapai kinerja individu yang lebih baik. Menurut Goodhue (1995) kecocokan tugas dan teknologi yang berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja karyawan. Kesesuaian tugas dengan teknologi adalah kecocokan antara teknologi informasi yang diterapkan dengan karakteristik tugas. Karakteristik tugas mencerminkan sifat dan jenis tugas yang memerlukan bantuan teknologi. Dengan adanya kesesuaian tugas dengan teknologi yang dijalakan oleh pemakainya diharapkan dapat mendukung tugas – tugas yang dilakukan. Lindawati dan Irma (2012) menunjukkan hasil bahwa variabel kesesuaian dengan teknologi mempunyai hubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja individual. Berdasarkan penjelasan di atas yang telah didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya, maka rumusan hipotesis yang digunakan adalah: H3
: Kesesuaian Tugas berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.